Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN KEMENKES RI DALAM

PENANGGULANGAN
HIV AIDS DI INDONESIA.
KEBIJAKAN KEMENKES RI DALAM
PENANGGULANGAN HIV AIDS DI INDONESIA

 Epidemi HIV yang mengancam kesehatan dan kehidupan


generasi penerus bangsa, yang secara langsung
membahayakan perkembangan sosial dan ekonomi, serta
keamanan negara.
 Mobilisasi semua sumber daya yang disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi dan keadaan negara, pengendalian
AIDS akan memberikan dampak positif terhadap
kelangsungan pembangunan Bahwa HIV-AIDS sudah ada di
semua provinsi di Indonesia.
 Berdasarkan estimasi yang dilakukan pada tahun 2012,
diperkirakan terdapat 591.823 ODHA.
DASAR HUKUM PENGENDALIAN HIV AIDS

Keputusan Presiden Nomor 36, tahun 1994 tentang


Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan KPA
Daerah sebagai lembaga pemerintah yang
mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian AIDS,
dimana Pemerintah telah membentuk Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) di tingkat Pusat disusul dengan
terbentuknya KPA di beberapa provinsi di Indonesia.
VISI DAN MISI

 Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan dalam Pencegahan -


Pengendalian HIV-AIDS dan IMS (VISI)

 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan


masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani dalam
pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
 Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan dalam
pengendalian HIV-AIDS dan IMS
 Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan dalam
pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
 Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik dalam pengendalian
HIV-AIDS dan IMS.
TUJUAN

1. Meningkatnya pengendalian HIV-AIDS dan IMS secara


berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya:
2. Menurunnya jumlah kasus baru HIV serendah mungkin
(target jangka panjang: zero new infection)
3. Menurunnya tingkat diskriminasi serendah mungkin (target
jangka panjang: zero discrimination)
4. Menurunnya angka kematian AIDS serendah mungkin
(target jangka panjang: zero AIDS related deaths)
5. Meningkatnya kualitas hidup ODHA.
EPIDEMI HIV DI INDONESIA

Total Populasi 240 juta


Prevalensi HIV 0,2% dan jumlah ODHA Dewasa 2012 : 591.823

HIV Prevalence
Estimation PLHIV Estimation
Sasaran dan Strategis tahun 2010-2014 :
1. Menurunnya prevalensi HIV pada penduduk usia 15-49 tahun
menjadi <0,5%
2. Meningkatnya persentase penduduk usia 15-24 tahun yang
memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS dari 65%
menjadi 95%
3. Meningkatnya jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih yang
menerima konseling dan tes HIV dari 300.000 Menjadi 700.000
4. Meningkatnya persentase kabupaten/kota yang
melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman dari 50%
menjadi 100%
5. Meningkatnya penggunaan kondom pada kelompok risiko
tinggi dari 25% (P) dan 20% (L) menjadi 65% (P) dan 50% (L)
6. Meningkatnya persentase ODHA yang mendapatkan ART dari
60% menjadi 90%.
7. Meningkatnya persentase Rumah Sakit Pemerintah yang
menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi ODHA menjadi 100%.
KEBIJAKAN TAHUN 2010-2014

1. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan pengembangan kapasitas.


2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan profesionalisme
dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
3. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pengendalian HIV-AIDS
dan IMS.
4. Meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat
berisiko tinggi, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan
kepulauan serta bermasalah kesehatan
5. Mengutamakan program berbasis masyarakat.
6. Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan kerja sama.
7. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sumber daya.
8. Mengutamakan promotif dan preventif.
9. Memprioritaskan pencapaian sasaran MDG’s, yang merupakan
komitmen nasional dan internasional
KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL

Sebagian besar kasus HIV dan AIDS terjadi pada kelompok


perilaku risiko tinggi yang merupakan kelompok yang
dimarjinalkan, maka program-program pencegahan dan
pengendalian HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan
keagamaan, adat-istiadat dan norma-norma masyarakat
yang berlaku di samping pertimbangan kesehatan.
Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat
berhubungan dengan perilaku berisiko, oleh karena itu
pengendalian harus memperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku tersebut.
KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN HIV DAN AIDS
SEKTOR KESEHATAN

1. Upaya pencegahan yang efektif penggunaan kondom 100% pada


setiap hubungan seks berisiko
2. Peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit,
pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan fakta ilmiah
serta dukungan terhadap ODHA.
3. Diselenggarakan oleh masyarakat, pemerintah, dan LSM
berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM menjadi
pelaku utama
4. Diutamakan pada kelompok masyarakat berperilaku risiko tinggi
tetapi harus pula memperhatikan kelompok masyarakat yang
rentan, termasuk yang berkaitan dengan pekerjaannya dan
kelompok marjinal terhadap penularan HIV and AIDS.
2. STRATEGI KEMENKES RI DALAM
PENANGGULANGAN HIV AIDS DI INDONESIA.

Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan


perlunya peningkatan upaya pengendalian HIV dan AIDS di
seluruh Indonesia.
Langkah strategis yang akan ditempuh adalah memperkuat
Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat.
Masyarakat umum termasuk LSM akan meningkatkan
perannya sebagai mitra pemerintah sampai ke tingkat desa.
Mitra internasional diharapkan akan tetap memberikan
bantuan teknis dan dana.
TUJUAN UMUM DARI PROGRAM PENANGGULANGAN
HIV AIDS DI INDONESIA

1. Mencegah dan mengurangi penularan HIV,


2. Meningkatkan kualitas hidup ODHA serta
3. Mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan
AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat.
TUJUAN KHUSUSNYA ADALAH :

1. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan


menciptakan suasana kondusif untuk mendukung upaya
pengendalian HIV dan AIDS, dengan menitik beratkan
pencegahan pada sub-populasi berperilaku risiko tinggi dan
lingkungannya dengan tetap memperhatikan sub-populasi
lainnya.
2. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara
lembaga pemerintah, LSM, sektor swasta dan dunia usaha,
organisasi profesi, dan mitra internasional di pusat dan di
daerah untuk meningkatkan respon nasional terhadap HIV
dan AIDS.
3. Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan daerah serta
inisiatif dalam pengendalian HIV AIDS.
STRATEGI PENCAPAIAN PROGRAM

1. Meningkatkan dan memperkuat kebijakan dan kepemilikan


program melalui regulasi, standarisasi layanan program, mobilisasi
dan harmonisasi sumber daya dan alokasi pembiayaan.
2. Meningkatkan dan memperkuat sistem kesehatan dan manajemen
program, melalui peningkatan kapasitas program, pengembangan
SDM program yang profesional, manajemen logistik, kegiatan
Monitoring dan Evaluasi (ME) program dan promosi program.
3. Meningkatkan dan menguatkan sistem informasi strategis melalui
pengembangan kegiatan surveilans generasi kedua, penelitian
operasional untuk memperoleh data dan informasi bagi
pengembangan program pengendalian HIV dan AIDS.
4. Memberdayakan ODHA dan masyarakat dalam upaya pencegahan,
perawatan, dukungan, pengobatan dan upaya kegiatan program
lainnya.
3. PROGRAM MONITORING DAN EVALUASI

Kebijakan HIV/AIDS
• Beberapa pintu masuk yankes primer yang digunakan
– Pelayanan TB
– Pelayanan ANC
– Pelayanan IMS
– Rujuk timbal-balik - Edu-Info Posyandu

• Menuju 3 nol
– Nol kematian karena AIDS (ARV bagi yang eligible)
– Nol infeksi baru HIV (kondom, positive living, PMTCT)
– Nol diskriminasi (edukasi, informasi, komunikasi, equality)
– Kualitas hidup (SEHAT untuk SEMUA)

• Desentralisasi kesehatan
Ada 2 pendekatan dalam menegakkan
status HIV
1. Inisiatif Klien  Tes HIV & Konseling atas
inisiatif Klien (CITC) atau Konseling dan
Tes HIV Sukarela (KTS) atau Counselling
and Testing HIV (VCT)

2. Inisiatif Provider  Tes HIV & Konseling


atas prakarsa petugas kesehatan (PITC)
Standar Tes HIV & Konseling pada PITC
• Pelayanan kesehatan didasarkan konsep DMOM (Diagnosis
Medis berOrientasi Masalah)
• Langkah Baku Pelayanan Kesehatan tetap dilaksanakan
sesuai SOAP
– Subyektif (Anamnesis)
– Obyektif (Pemeriksaan Fisik)
– Assessment (Pemeriksaan penunjang dll)
– Planning (Rencana tindak lanjut komprehensif)
• Penambahan pengertian tentang :
– Kepedulian dan Risiko HIV/AIDS
– Pengenalan perjalanan klinis dan patologis HIV-AIDS
– Sikap non-diskriminatif, non-eksklusif, suportif-komprehensif
Standar Konseling pada Tes HIV
• Konseling Pra tes
• Penilaian faktor risiko
• Informasi tentang HIV/AIDS
• Mendiskusikan keuntungan& kerugian mengetahui status HIV
• Mempersiapkan klien untuk mengetahui hasil Tes HIV
• Informasi pengurangan dampak buruk
• Rencana memberitahu pasangan bila hasil tes HIV positif (partner notification)
• Konseling pasca tes
• Mempersiapkan klien untuk menerima & membuka hasil
• Menolong klien untuk memahami dan 'cope' dengan hasilnya
• Memberikan informasi lanjutan
• Informasi rujukan klien ke layanan lain
• Konseling pengurangan dampak buruk
• Mendiskusikan 'partner notification'
Standar Konseling pada Tes HIV (lanj)
• Jika hasil tes HIV negatif
• Yakinkan bahwa klien paham hasilnya
• Menolong klien 'cope'secara emosional
• Mendiskusikan 'window period' dan testing ulang
• Diskusikan pengurangan dampak buruk
• Jika hasil tes HIV positif
• Ulangi pemeriksaan untuk memastikan hasil yang benar
• Berikan waktu kepada klien untuk mengungkapkan emosinya
• Yakinkan bahwa klien paham hasil tes
• Menolong klien 'cope' dengan hasilnya
• Diskusikan pelayanan komprehensif
• Konseling lanjutan dan 'partner notification‘
• Catat dalam Rekam Medis yang sama, Kartu Pasien Nomor Register
Nasional, Register PraART
• Rujuk ke CST (Care Support and Tratment)
Standar Konseling pada Tes HIV (lanj)
• Konseling Adherence
• Memastikan hasil, menolong melewati renjatan psikologis
• HIV-AIDS bukan death sentence
• Memastikan bahwa Klien paham cara memperoleh pertolongan
• Mendorong klien mampu melindungi diri sendiri dan orang di
sekitarnya
• Konseling kecukupan Gizi
• Perlunya obat profilaksis, menyingkirkan IO.
• ARV hanya diberikan pada saatnya oleh dokter terlatih dan
berpengalaman
• Sekali minum ARV selamanya terus minum ARV
• Efek obat optimal hanya jika kepatuhan 100%
• Mengenali efek samping, sindrom pemulihan kekebalan dan tanda-
tanda penting lainnya
• Tetap sehat, mandiri dan bertanggung jawab
• Diskusikan pengurangan dampak buruk
• Mengatasi stigma dan diskriminasi
Standar Konseling pada Tes HIV (lanj)
• Konseling Berpasangan
• Pola komunikasi pasangan
• “Partner notification”
• Perlindungan pada pasangan
• Pemilihan saat yang tepat
• Mengajak menggunakan Hak atas pemeriksaan
kesehatan
• Perencanaan hidup dan cita-cita
• Tetap sehat, mandiri dan bertanggung jawab
• Diskusikan pengurangan dampak buruk
• Mengatasi stigma dan diskriminasi
• Dukungan optimal dan menghidupkan
Tes HIV dan Konseling
oleh tenaga kesehatan
• Pelayanan kesehatan didasarkan konsep DMOM (Diagnosis
Medis berOrientasi Masalah)
• Langkah Baku Pelayanan Kesehatan tetap dilaksanakan
sesuai SOAP
– Subyektif (Anamnesis)
– Obyektif (Pemeriksaan Fisik)
– Assessment (Pemeriksaan penunjang dll)
– Planning (Rencana tindak lanjut komprehensif)
• Penambahan pengertian tentang :
– Kepedulian dan Risiko HIV/AIDS
– Pengenalan perjalanan klinis dan patologis HIV-AIDS
– Sikap non-diskriminatif, non-eksklusif, suportif-komprehensif
Layanan Komprehensif HIV
Komunikasi, Edukasi dan Dukungan psikososial,
Tatalaksana Klinis
Informasi, dan Prevensi ekonomi, dan legal
• KIE • Tatalaksana medis • Dukungan psikososial
• Dukungan kepatuhan berobat dasar Terapi ARV • Dukungan sebaya
(Adherence) • Diagnosis IO dan • Dukungan spiritual
• Ketrampilan hidup (Life skills) komorbid terkait HIV • Dukungan sosial
• Positive prevention serta pengobatannya, • Dukungan ekonomi:
• Ketersediaan Kondom termasuk TB latihan kerja, kredit
• Pengurangan dampak buruk • Profilaksis IO mikro, kegiatan
NAPZA (MMT, NSP, dls) • Tatalaksana Hepatitis peningkatan
• PPIA B dan C pendapatan,, dsb.
• Layanan Layanan IMS, KIA, KB • Perawatan paliatif, • Dukungan legal
dan Kesehatan reproduksi termasuk tatalaksana
remaja nyeri,
• Tatlaksanan IMS • Dukungan gizi
• Vaksinasi Hep-B bagi bayi dan
para penasun (bila tersedia)
• PPP
Pengembangan LKB HIV
Jenis-jenis Layanan
1. KIE bagi masyarakat
2. Pengenalan/Pengendalian Faktor Risiko
3. Konseling dan Tes HIV (KT dan KTIP)
4. Pencegahan Infeksi HIV
a. Diagnosis, pengobatan, dan tata laksana IMS
b. Promosi penggunaan kondom bagi perilaku berisiko
c. Pencegahan infeksi HIV dan lay. Kespro bagi pasangan
diskordan(positif prevention/pencegahan sekunder)
d. Pengurangan dampak buruk bagi Pop. Kunci
e. Pencegahan penularan dari ibu ke anaknya
f. Perawatan dan pengobatan HIV
g. Dukungan ODHA dan keluarganya
5. Pengobatan IO, ARV dan rehabilitasi
Pengembangan LKB HIV
Model Layanan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai