Anda di halaman 1dari 41

KEBIJAKAN DAN PROGRAM

WABAH DAN SURVEILANS


DI JAKARTA UTARA
Oleh :
Drg. Hestia Sushartanti, MKM

SEKSI PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN


SUDINKES KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA

MISI
BAG. WABAH
1.Meningkatkan Kemampuan Analisis dan
&SURVEILANS
Rekomendasi
Epidemiologi yang Berkualitas

dan Bermanfaat.
2.Menggalang dan Meningkatkan Kerjasama
Kemitraan Unit Surveilans dalam
Menghasilkan Informasi dan Rekomendasi.
3.Memperkuat Sistem Surveilans di Setiap Unit
Unit Pelaksana Program Kesehatan.
4.Memperkuat Perkembangan SDM di Bidang
Epidemiologi untuk Manajer/Struktural dan
Fungsional
2

DASAR HUKUM

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit


Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3274)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Peraturan
Pemerintah
Nomor
40
Tahun
1991
tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun
1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447)
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 tahun 2010 tentang Jenis
Penyakit Menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan
upaya penanggulangannya
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1410/Menkes/SK/X/2003
tentang Penetapan Penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit di
Indonesia (Sistem Pelaporan Rumah Sakit) Revisi Ke-limadoman
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116/Menkes/SK/ VIII/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479/Menkes/ SK/X/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular.
Instruksi Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta Nomor 14311
Tahun 2004 tentang Kewaspadaan Dini Penyakit Terpilih Potensial
3
KLB Bersumber Data Rumah Sakit di Provinsi DKI Jakarta

PP RI NO 25 TAHUN 2000
TENTANG
KEWENANGAN PEMERINTAH DAN
KEWENANGAN PROVINSI SEBAGAI DAERAH
OTONOM
BAB II PASAL 3 AYAT 5.9.d MENYATAKAN :
SALAH SATU KEWENANGAN PROVINSI
DI BIDANG KESEHATAN
ADALAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
SERTA PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT
DAN KEJADIAN LUAR BIASA

Tupoksi Surveilans
PERGUB 233 TH 2014
Ttg Organisasi dan Tata Kerja Dinkes ProV
DKI Jakarta
1. Melaksanakan pembinaan, pengawasan
dan pengendalian kegiatan surveilans
epidemiologi, penanggulangan
wabah/kejadian luar biasa, surveilans
kematian;
2. mengelola data dan informasi kegiatan ,
surveilans epidemiologi, penanggulangan
wabah/kejadian luar biasa, surveilans
kematian, ;

Tupoksi Surveilans
PERGUB 233 TH 2014
Ttg Organisasi dan Tata Kerja Dinkes ProV
DKI Jakarta
3. melaksanakan koordinasi, kerjasama dan
kemitraan dengan SKPD/UKPD, dan
instansi pemerintah/swasta/organisasi
terkait, dalam rangka pengendalian
masalah kesehatan ;
4. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama
pelaksanaan bantuan teknis dan lintas
sektor dalam pengendalian kejadian luar
biasa (KLB);

Tupoksi Surveilans
PERGUB 233 TH 2014
Ttg Organisasi dan Tata Kerja Dinkes ProV
DKI Jakarta
5. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit
potensial Kejadian Luar Biasa dan dugaan
wabah serta keracunan makanan;
6. Mengelola sistem jaringan informasi
wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans
dalam rangka sistem kewaspadaan dini (SKD);
7. Melaksanakan kegiatan monitoring dan
evaluasi kegiatan , surveilans epidemiologi,
penanggulangan wabah/kejadian luar biasa,
surveilans kematian,

KEBIJAKAN

Rumah Sakit dan Puskesmas ikut dalam sistem kewaspadaan dini


(SKD) penyakit menular potensial KLB

Rumah Sakit dan Puskesmas sebagai lembaga kesehatan


masyarakat dan swasta wajib menyelenggarakan surveilans
epidemiologi dan infeksi nosokomial

Identifikasi dan rujukan kasus di Rumah Sakit sebagai sumber data


surveilans epidemiologi Kotamadya, Provinsi dan Pusat

RS dan Puskesmas wajib melaporkan penyakit potensial KLB


dalam waktu 1 x 24 jam

JEJARING SURVEILANS DI
JAKUT
6 PUSKESMAS KECAMATAN
PUSKESMA 43 PUSKESMAS KELURAHAN
S DAN
3 RSUK (PADEMANGAN, CILINCING, KOJA)
RSUK

RS

Linprog
dan Linsek

1 RSUD
1 RS INFEKSI SULIANTI SAROSO
16 RS SWASTA SE JAKARTA UTARA

LINTAS PROGRAM
LINTAS SEKTOR TERMASUK MASYARAKAT

INDIKATOR SURVEILANS
Penanganan wilayah dengan Kasus KLB
100 %
Penanganan dan penanggulangan KLB
(Kejadian Luar Biasa ) < 24 jam
AFP Rate pada penduduk<15 th target
> 2/100.000
Kelengkapan Laporan PWS KLB-W2
-->Target 90%
Ketepatan Laporan PWS KLB-W2
-->Target >80%

KEGIATAN SURVEILANS DAN WABAH


SUDINKES JAKUT TH 2015
1

Surveilans aktif RS Sweeping data penyakit potensial


KLB, BInwasdal

Surveilans pasif puskesmas Bimtek & Monev

Kesepakatan global (campak, AFP, AI dll) Pengambilan


specimen campak, PD3I dan AFP, Investigasi, re dan
new emerging disease dll

Surveilans berbasis penyebab kematian Refresing


petugas pemeriksaan jenazah, autopsi verbal

Surveilans berbasis laboratorium Campak , Keracunan


Makanan, AFP, Malaria, Filaria dll

SEARAH DENGAN KKP


TERKAIT IHR
(INTERNATIONAL HEALTH
REGULATION) 2005

Roadmap Surveilans 2015-2019


Goal 2019:
- Jumlah kasus PD3I tertentu turun sebesar 40% dari jumlah kasus tahun
2013
- Jumlah sinyal SKDR yang direspon <24 jam meningkat menjadi >95%
2014

2015

2016

2017

2018

2019

1) Replikasi SKDR
basis Puskesmas
di 7 Propinsi
2) Training TGC di
semua propinsi.
3) Surveilan PD3I
4) Asistensi Teknis
5) Penyusunan
NSPK
6) Maintenance
Sistem Informasi
7) Evaluasi SKDR
di Propinsi yg
sudah
implementasi
8) PE dan Verifikasi
Rumor
9) Investigasi KLB
bersama
10) Pertemuan
Ilmiah
Epidemiologi
Nasional

1) Simulasi TGC
dalam respons
alert, Penyelidikan
Epidemiologi
maupun
penanggulangan
KLB
2) Replikasi SKDR
Berbasis Rumah
Sakit di 7 propinsi
3) Replikasi SKDR
basis Puskesmas
di 2 Propinsi
4) Surveilans PD3I
5) Asistensi Teknis
6) Maintenance
Sistem Informasi
7) PE dan Verifikasi
Rumor
8) Investigasi KLB
bersama
9) Pertemuan
Ilmiah
Epidemiologi
Nasional
10) Penyusunan
NSPK

1) Simulasi TGC
dalam respons
alert, Penyelidikan
Epidemiologi
maupun
penanggulangan
KLB
2) Piloting SKDR
Berbasis Rumah
Sakit di 7 propinsi
3) Surveilans PD3I
4) Asistensi Teknis
5) Maintenance
Sistem Informasi
6) Evaluasi SKDR
7) PE dan Verifikasi
Rumor
8) Pengembangan
Surveilans
Berbasis
Masyarakat
9) Investigasi KLB
bersama
10) Pertemuan
Ilmiah
Epidemiologi
Nasional

1) Simulasi TGC
dalam respons
alert, Penyelidikan
Epidemiologi
maupun
penanggulangan
KLB
2) Piloting SKDR
Berbasis Rumah
Sakit di 7 propinsi
3) Surveilans PD3I
4) Asistensi Teknis
5) Maintenance
Sistem Informasi
6) PE dan Verifikasi
Rumor
7) Investigasi KLB
bersama
8) Pertemuan
Ilmiah
Epidemiologi
Nasional
9) Penyusunan
NSPK
10)
Pengembangan
Surveilans

1) Simulasi TGC
dalam respons
alert, Penyelidikan
Epidemiologi
maupun
penanggulangan
KLB
2) Piloting SKDR
Berbasis Rumah
Sakit di 7 propinsi
3) Surveilans PD3I
4) Asistensi Teknis
5) Maintenance
Sistem Informasi
6) Evaluasi SKDR
7) PE dan Verifikasi
Rumor
8) Investigasi KLB
bersama
9) Pertemuan
Ilmiah
Epidemiologi
Nasional
10) Penyusunan
NSPK
11)
Pengembangan

1) Simulasi TGC
dalam respons
alert, Penyelidikan
Epidemiologi
maupun
penanggulangan
KLB
2) Piloting SKDR
Berbasis Rumah
Sakit di 6 propinsi
3) Surveilans PD3I
4) Asistensi Teknis
5) Maintenance
Sistem Informasi
6) PE dan Verifikasi
Rumor
7) Investigasi KLB
bersama
8) Pertemuan
Ilmiah
Epidemiologi
Nasional
9) Penyusunan
NSPK
10)
Pengembangan
Surveilans

Kapasitas Inti IHR (2005)


8 KAPASITAS INTI
KAPASITAS INTI
Kebijakan dan Legislasi
MINIMAL
Koordinasi :
Surveillance
SURVEILANS
Respon
Kesiapsiagaan
Komunikasi Risiko
RESPONS
SDM
Laboratorium
KEJADIAN DI WILAYAH (3
Level)
Nasional
Propinsi / Kabupaten / Kota
Puskesmas/Masyarakat

+ BAHAYA POTENSIAL
Biological
Infectious
Zoonosis
Food safety
Chemical
Radio nuclear

KEJADIAN DI
PINTU MASUK NEGARA /
POINT OF ENTRY (PoE)

IHR Core Capacity # 3: Surveillance


Wajib Analisis
Informasi tepat akurat
kegiatan pengamatan yang sistematis dan
Decision Process
terus menerus untuk memperoleh dan
memberikan informasi kejadian penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan
untuk mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien.

Surveillance kesehatan

Indicator Based
Event Based

Fungsi Inti SURVEILANS

Deteksi Peristiwa kesehatan &


Konfirmasi
Penilaian Faktor Faktor Risiko
Pelaporan / Pemberitahuan
Manajemen Data dan analisis
Umpan balik dan Supervisi

Mekanisme koordinasi guna pengumpulan dan


memadukan informasi yang relevan dari semua sumber
dan sektor

IHR Core Capacity # 4: Response


RESPON
- Tatalaksana Kasus
- Pelaporan Cepat
- Kesmas

INTI
INTI

KAPASITAS/KEMAMPUAN RESPON CEPAT


- Mekanisme Respon Darurat Kesmas
-

TGC di tingkat Nasional, Prov, Kab/Kota

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI
di Sarana sarana kesehatan pada semua
tingkat administrasi
PROSEDUR
TATA LAKSANA KASUS
untuk berbagai macam bahaya kesehatan masyarakat

DISINFEKSI, DEKONTAMINASI DAN


KEMAMPUAN PENGENDALIAN VEKTOR bagi
semua bahaya

IMPLEMENTASI SURVEILANS DI
JAKUT
Sistem Pelaporan berbasis web baik RS,
Puskesmas Kec dan Kelurahan
www.surveilans-dinkesdki.net
SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon) / EWARS (Early Warning System)
DKI dan Papua Barat adalah Provinsi
terakhir yang akan mengimplementasikan
SKDR mengacu kepada sistem Kemenkes
RI dimulai bulan Oktober 2015

ALUR PEMANTAUAN & TINDAK LANJUT KASUS


Dinas
Kesehata
n

Puskesma
s

Data pasien harian

www.surveilans-dinkesdki.net
Rumah Sakit

Med.Rek
RS

Dinkes

HASIL
PE

PE positif

PE
PE negatif

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
OLEH PUSKESMAS
KE SEKITAR DOMISILI PASIEN
UNTUK MENCARI SUMBER
PENULARAN DAN MEMUTUS
RANTAI PENULARAN 20

Data
Surveilans
Puskesmas

SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI


PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR TERPADU (STP)
Kepmen No.. 1479//2003

25

SST (Sistem Surveilans Terpadu)


TUJUAN:

Umum:
Memberikan informasi yang dapat dipercaya
mengenaimorbiditas dan mortalitas beberapa
penyakitmenular terpilih di Indonesia 29.
Khusus:
Pengumpulan data semua kasus baru di RS (rawat
nginap, rawat jalan) dan Puskesmas
Menggabungkan dalam lap triwulan dan tahunan kab.,
prop., nasional
Menyiapkan data agar mudah diorganisir, dianalisis dan
dilakukan tindakan tepat SKD
Menyiapkan informasimorbiditas dan mortalitas menurut
sumber laporan, waktu, golongan umur serta insiden
26

JENIS PENYAKIT:

16.DBD
1. Kolera
17.Malaria Falciparum
2. Diare
18.Malaria vivax
3. Disentri
19.Malaria Mix
4. Tifoid
20.Malaria klinis
5. TB Paru BTA +
6. TB Paru Klinis21.Sifilis
22.Infeksi GO
7. Kusta PB
23.Framboesia
8. Kusta MB
9. Difteri
24.Filariasis
10. Batuk Rejan25.Infeksi Saluran
11. Tetanus
Nafas lainnya
12. Poliomielitis26.Bronkhitis
13. Campak
27.Pnemonia
14. Hepatitis
28.Influenza
15. Rabies
29.Tetanus Neonatorum
27

STP MANUAL ......

28

STP PUSKESMAS BERBASIS


USIA

Pemasukan Form Data


Campak

Download Data Surveilans


Puskesmas
DATA PWS
KLB

DATA stp

HASIL DOWNLOAD DATA STP

VARIABEL DATA STP

KASUS BARU
JUMLAH & JENIS PENYAKIT
KELOMPOK UMUR
JENIS KELAMIN
TOTAL KUNJUNGAN KASUS BULANAN

Indikator Kinerja
Kelengkapan laporan bulanan STP unit pelayanan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sebesar 90%.
Ketepatan laporan bulanan STP Unit Pelayanan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sebesar 80%.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mencapai indikator
epidemiologi STP sebesar 80%
Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 100%.
Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 90%
Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi
ke Ditjen PPM&PL Depkes sebesar 100%.
Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke
Ditjen PPM&PL Depkes sebesar 90%.

34

Indikator Kinerja
Distribusi data dan informasi bulanan
Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional
sebesar 100%.
Umpanbalik laporan bulanan
Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional
sebesar 100%.
Penerbitan buletin epidemiologi di
Kabupaten/Kota adalah 4 kali setahun.
Penerbitan buletin epidemiologi di Propinsi
dan Nasional adalah sebesar 12 kali
setahun.
Penerbitan profil tahunan atau buku data
surveilans epidemiologi Kabupaten/Kota,
35
Propinsi dan Nasional adalah satu kali

ANALISIS MASALAH
WABAH DAN
SURVEILANS

PUSKESMAS
1.
2.
3.
4.

Lemah dalam
penemuan kasus
Kuat dlm case
holding
Lemah dalam
pelaporan dan
tindak lanjut PE
Strategi
pencegahan yang
efektif

Perlu Jejaring yang


Kuat, pemberdayaan
petugas, media
desinfo aktif,
pelatihan petugas,
komitemen
manjemen dan
petugas

RUMAH SAKIT
1.
2.
3.

4.

Kuat dlm penemuan


kasus
Lemah dlm case
holding putus
obat
Faktor-faktor
keterlambatan
diagnosis dan
laporan
Sebagai rujukan
kasus
36

Bias-bias dalam surveilens


P o p u la s i d a la m p e n g a w a s a n s u r v e ile n s

Bias
Pemastian
kasus
Bias informasi
(data tentang
kasus)

P a s ie n k a s u s
D ila p o r k a n
( T r u e p o si t i v e )

A da
(B e n a r)

A da
( T id a k b e n a r )

B ukan kasus

T id a k d i la p o r k a n

D ila p o r k a n

T id a k d ila p o r k a n

( F a l se n e g a t i v e )

( F a l se p o si t i v e )

(T r u e n e g a ti ve)

T id a k a d a

A da
( B e n a r)

Ada
( T id a k B e n a r )

T id a k a d a

KLB Tanpa SKD


Primary 1st case
Case
at HC

Report Samples Lab Response


taken result begins

masalah

Kasus
dapat di
kontrol

Kasus

Waktu

Bila SKD- Berjalan Baik


PRIM HC REP SAMP RES

Response
begins

Potensi
Kasus dicegah

Kasus

Waktu

39

KESIMPULAN
Surveilans berperan penting dalam sistem
deteksi dini penyakit potensial wabah dan
respons
Jejaring antara Dinas kesehatan, Sudinkes,
Puskesmas SERTA RS perlu dilakukan secara
terintegrasi dan terus menerus
Puskesmas mempunyai kewajiban untuk
berpartisipasi langsung dalam mekansime
surveilans penyakit potensial KLB
40

TERIMA KASIH

41

Anda mungkin juga menyukai