1. Dasar Hukum
Penyelenggaran kegiatan pengendalian Hepatitis didasarkan pada:
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Peraturan Presiden Republik Ind onesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014
tentang Penanggulangan Penyakit Menular.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 53 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Hepatitis Virus;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 52 Tahun 2017 tentang Eliminasi
Penularan Human Immunodeficiency Virus, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu
ke Anak.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1116 tahun
2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1479 Tahun
2003 tentang Pedoman Penyelen ggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2410/MENKES/
SK/XII/2011, tentang Komite Ahli Hepatitis, Diare dan Infeksi Saluran
Pencernaan.
2
“Merencanakan operasional bidang pencegahan dan pengendalian
penyakit meliputi pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
Surveilans dan Imunisasi dan pencegahan dan pengendalian penyakit
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku untuk menjamin
perlindungan hak dan investasi kesehatan masyarakat”dengan uraian
tugas sebagai berikut:
- Menyelenggarakan perlindungan masyarakat skala Provinsi sesuai
ketentuan dan prosedur yang berlaku untuk mencegah dan
mengendalikan penyakit menular dan penyakit tidak menular tertentu
- Menyelenggarakan perlindungan masyarakat skala Provinsi sesuai
ketentuan dan prosedur yang berlaku dengan cara pengendalian
operasional penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan
wabah/KLB
- Menyelenggarakan pemantauan penyakit dan kejadian luar biasa
skala Provinsi dengan melaksanakan survailans epidemiologi dan
penyelidikan kejadian luar biasa untuk meningkatkan kewaspadaan
dini
- Melaksanakan bimbingan dan pengendalian penyelenggaraan
laboratorium kesehatan lingkungan sesuai ketentuan dan prosedur
yang berlaku untuk menjamin mutu pelayanan laboratorium
- Mengelola penanggulangan keadaan darurat kesehatan akibat
bencana alam sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku skala
Provinsi untuk menjamin perlindungan kesehatan masyarakat
- Mengelola penanggulangan keadaan darurat kesehatan akibat
bencana buatan manusia sesuai ketentuan dan prosedur yang
berlaku skala Provinsi untuk menjamin perlindungan kesehatan
masyarakat
- Mengelola penanggulangan dampak kesehatan pasca bencana skala
Provinsi sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku untuk
mengatasi dampak kesehatan yang terjadi
- Melaksanakan pemantauan kualitas lingkungan sosial yang
berhubungan dengan penyalagunaan obat narkotika, psikotropika
dan zat adikatif skala Provinsi sesuai ketentuan dan prosedur yang
berlaku untuk menjamin perlindungan bagi kesehatan masyarakat
- Melakukan bimbingan dan pengedalaian norma, standar, prosedur
dan kriteria bidang kesehatan
- Menyediakan sarana dan pra sarana pencegahan dan
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana
- Melaporkan secara bulanan, triwulan dan tahunan serta hasil
pelaksanaan tugas kedinasan lainnya berdasarkan sumber data dan
kegiatan yang telah dilakukan untuk dipergunakan sebagai bahan
masukan atasan
3
- Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan baik
secara lisan maupun tertulis sesuai tugas dan fungsinya untuk
kelancaran pelaksanaan tugas
3. Gambaran Umum
Prevalensi Hepatitis B secara global tahun 2015 menunjukkan terdapat 257
juta orang yang hidup dengan Hepatitis B kronik. Hepatitis B juga
menyebabkan angka kematian yang tinggi yakni 500.000-700.000 per tahun.
Adapun prevalensi Hepatitis B di Asia Tenggara adalah 39,4 juta orang yang
hidup dengan infeksi Hepatitis B kronik. Sedangkan untuk Indonesia
berdasarkan Riskesdas 2013, hasil pemeriksaan HBsAg pada populasi
umum sebanyak 7,1% atau 18 juta penduduk terinfeksi Hepatitis B, dengan
50% di antaranya beresiko menjadi kronis.
4
Hepatitis merupakan penyakit yang harus dikendalikan dengan deteksi dini
sehingga penularannya dapat diminimalkan. Sebagai bentuk perhatian
terhadap penyakit Hepatitis maka ditetapkan tanggal 28 Juli sebagai Hari
Hepatitis sedunia sesuai dengan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor
HK.0201/MENKES/37/2017 tentang Pelaksanaan Eliminasi Penularan HIV,
sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke anak di Indonesia. Pelaksanaan Deteksi
Dini Triple Eliminasi pada ibu hamil sangat penting untuk dilaksanakan dan
didokumentasikan pada pencatatan dan pelaporan perbulan, sehingga dapat
diukur tingkat keberhasilan dan pencapaian program serta kinerja pengelola
program dari setiap jenjang puskesmas hingga provinsi. Deteksi dini
penyakit Hepatitis juga dapat mencegah terjadinya stunting pada anak yang
berdasarkan data tahun 2019 angka stunting, gizi buruk dan kematian ibu
cukup tinggi. Melihat pentingnya pencegahan dan pengendalian penyakit
hepatitis terutama penularan penyakit dari ibu ke anak maka diperlukan On
Job Training Tatalaksanan Manajemen dan Tatalaksana Hepatitis B dan C di
Provinsi sehingga para pengelola program memiliki persepsi yang sama dan
skill yang cukup untuk mencapai target dengan baik.
b. Latar Belakang
Pemberian vaksin hepatitis B secara lengkap dan tepat dapat
menurunkan kejadian hepatitis B, walaupun masih ada permasalahan
yang harus dihadapi yaitu risiko untuk menjadi sirosis dan hepatoma serta
belum ada pengobatan yang efektif.
5
sebanyak 87,3%, hal ini belum sesuai dengan target 100%. Sedangkan
untuk deteksi dini Hepatitis C belum dilaksanakan di Provinsi NTT hingga
tahun 2020. Pada bulan Mei 2021, Kementerian Kesehatan RI telah
mendistribusikan rapid test HCV untuk provinsi NTT sebagai langkah awal
persiapan pelaksanaan deteksi dini hepatitis C di Provinsi NTT. Untuk itu
diperlukan Pertemuan On The Job Training Tatatlaksana Manajemen dan
Tatalaksana Hepatitis B dan C agar target eliminasi dapat dicapai dengan
baik.
4. Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan dari Pengelola Program Hepatitis Kab/Kota
dan Petugas Puskesmas dalam memberikan pelayanan Hepatitis B dan
C terkait tata laksana hingga ke pencatatan dan pelaporan
2. Penyamaan persepsi antar pengelola program provinsi dan
kabupaten/kota serta petugas puskesmas terkait deteksi dini serta
pencegahan dan pengendalian penyakit Hepatitis B dan C.
3. Terjalin koordinasi yang kuat untuk penguatan strategi percepatan
eliminasi hepatitis antar pengelola program provinsi dan kabupaten/kota,
5. Narasumber
Narasumber berasal dari pusat/Kementerian Kesehatan 1 (satu) orang dan
narasumber Provinsi 2 (dua) orang.
6. Peserta
Peserta berjumlah 42 orang yang berasal dari 20 kabupaten/kota dengan
masing-masing terdiri dari 2 (dua) orang peserta yakni pengelola program
Hepatitis Kab/Kota dan Petugas Puskesmas serta peserta provinsi sebanyak
2 orang yakni dari pengelola program hepatitis provinsi dan Kepala Seksi.
Terdapat juga 2 (dua) orang panitia yang bertanggung jawab atas
kelancaran pelaksanaan kegiatan.
6
8. Strategi Pencapaian Keluaran
Pertemuan On The Job Training Tatalaksana Manajemen dan Tatalaksana
Hepatitis B dan C Provinsi, Kabupaten/Kota dilakukan secara tatap muka
dengan metode :
1. Presentasi/ ceramah
2. Pelatihan
3. Tanya jawab/diskusi
4. Penyusunan rencana tindak lanjut.
9. Analisa Kelayakan/Manfaat
Penerima manfaat dari layanan pengendalian penyakit hepatitis adalah:
1. Masyarakat, ibu hamil dan bayi
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Dinas Kesehatan Provinsi
4. Kementerian Kesehatan RI
7
12. Biaya yang Diperlukan
Pelaksanaan kegiatan bersumber dari Satker Dinas Kesehatan,
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT (05-DK) Tahun Anggaran
2024 adalah sebesar Rp. 210.858.000,- (Dua Ratus Sepuluh Ribu Delapan
Ratus Lima Puluh Delapan Ribu) sesuai RAB terlampir.