Anda di halaman 1dari 11

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah
kesehatan masyarakat utama yang menimbulkan kejadian luar biasa di Indonesia.
Penyakit DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang
terinfeksi virus dengue. Penyakit DBD dapat muncul setiap tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur (Suwandi, 2017). Kabupaten Banggai Kepulauan
merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah. Dinas Kesehatan
Kabupaten Banggai Kepulauan pada tahun 2019 menetapkan serangan DBD di Kec.
Totikum sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Penderita DBD selang bulan Desember
2018 sampai Januari 2019 mengalami peningkatan kejadian kesakitan secara tersus menerus
dalam kurun waktu hari dan minggu dimana total penderita dengan gejala klinis DBD
sebanyak 75 kasus sementara penderita terdiagnosis DBD sesuai hasil Laboratorium
sebanyak 30 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2 orang. Berdasarkan data laporan
rutin surveilans puskesmas totikum dilihat dari laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP)
dan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) Penyakit potensial KLB menunjukkan
trend yang cukup meningkat jika dibandingkan minggu dan tahun sebelumya dimana jumlah
penderita sebelumnya hanya sebanyak 3 orang dan tidak pernah terjadi kasus kematian
akibat DBD. Pada awal tahun 2019, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten
Banggai Kepulauan, Kec. Totikum yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Totikum
menjadi daerah tertinggi angka kesakitan dan kematian akibat DBD. Persebaran virus
apabila tidak segera dilakukan penanganan akan dapat mengakibatkan kematian
dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi.

1.2 Tujuan Investigasi KLB


Tujuan umum adalah melakukan tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB DBD di
Kec. Totikum Kab. Banggai Kepulauan.
Tujuan Khusus :
1. Memastikan kebenaran kasus KLB yang dilaporkan dan luasnya penyebaran
2. Mengetahui gambaran situasi penyakit dan rekomendasi pengendalian kasus
Kronologis kejadian
Dinas kesehatan menerima laporan dari Puskesmas Totikum pada tanggal 11
November 2018 tentang adanya peningkatan kejadian kesakitan dengan gejala klinis suspek
DBD berjumlah 55 orang dengan 1 orang dinyatakan meninggal setelah di rujuk di RS, saat
itu Dinas Kesehatan langsung melakukan respon awal dengan mengumpukan informasi
tambahan dari puskesmas dan RS berupa diagnosa pasti penderita yang meninggal.
Berdasarkan data RS yang diperoleh dari rekam medik dan hasil laboratorium bahwa
penderta yang meninggal terdiagnosis DBD sesuai dengan kriteria diagnosa pasti yakni
melalui pemeriksaan laboratorium dari sediaan darah hematokrit naik 20% dan trombosit <
100.000/mm3 dan serologis positif. Pada tanggal 12 November 2018 dinas kesehatan
melakukan sejumlah persiapan melalui rapat koordinasi internal yang melibatkan lintas
program terkait yakni Surveilans, P2M, Promkes, Kesling untuk melakukan persiapan
penyelidikan KLB dan penaggulangan.keesokan harinya pada tanggal 30 november tim yang
telah dibentuk langsung melakukan penyelidikan KLB dan mencari tau informasi tambahan
yang diperlukan untuk memastikan adanya KLB DBD.

Langkah-langkah Penyeidikan KLB

1. Melakukan Persiapan
a. Persiapan ilmiah, alat, perlengkapan (Form investigasi, Form W1, dll)
b. Prosedur administrasi
c. Perang petugas ( Koordinasi Tim)

2. Memastikan adanya wabah/KLB


Pada unit pelayanan kesehatan dengan sistem informasi yang berjalan baik dan
jumlah kasus DBD dapat dideteksi sesuai dengan wilayah administratif seperti
desa atau kelurahan, maka peningkatan kasus pada setiap wilayah dapat dijadikan
peringatan dini sebelum terjadi KLB.
Untuk memastikan bahwa peningkatan kasus adalah KLB atau bukan KLB,
dapat dilakukan analisis pola minimum-maksimum kasus DBD bulanan maupun
mingguan dengan pembanding kasus DBD pada tahun-tahun sebelumnya. Selain
dengan menetapkan pola maksimum-minimum, pada daerah desa atau kelurahan
sebaiknya ditetapkan telah berjangkit KLB DBD apabilamemenuhi satu kriteria
sebagai berikut :
a. Terdapat satu kasus DBD atau lebih yang selama 3 bulan terakhir di daerah
kabupaten/kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jentik
Aedes Aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%.
b. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan
sebelumnya.
c. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun
sebelumnya pada periode yang sama.
Dari hasil investigasi diketahui telah terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit DBD
seperti terlihat pada grafik berikut :
Tabel 1. Tabel

Frekuensi
9
8 8
7
6
Frekuensi

5 5
4 4 4
3 3 3
2 2
1 1
0
Mgg 1 Mgg 2 Mgg 3 Mgg 4 Mgg 1 Mgg 2 Mgg 3 Mgg 4

Sumber : Data primer hasil investigasi Lapangan

Kriteria KLB ini ditetapkan sesuai pedoman Kementerian Kesehatan yakni


suatu Kejadian Luar Biasa apabila memenuhi salah satu kriteria diantaranya adalah
adanya peningkatan kasus secara bermakna dari periode sebelumnya pada periode
mingguan terlihat dari minggu 2 dan minggu 4 bulan Oktober serta minggu ke 2
bulan November mengalami peningkatan kasus 2 kali periode minggu
sebelumnya.
3. Memastikan diagnosis
Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang muncul pada
penderita dan hasil pemeriksaan laboratorium dari penderita yang sedang dirawat.
Dari hasil pengumpulan data beberapa pasien dilaporkan dengan gejala Klinis
DBD didapatkan sebanyak 30 orang yang terdiagnosis sesuai dengan kriteria DBD.

Tabel 1. Distribusi Gejala klinis penderita KLB DBD di Kec. Totikum Kab.
Banggai Kepulauan pada bulan Oktober s/d November 2021

No Gejala Klinis Jumlah %


Demam 30 100
Sakit uluhati 5 16,7
Torniket 0 0
Perdarahan 25 83
Muntah 5 16,7
Shock 3 10
Batuk 15 50
Sumber : Data primer hasil investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terdapat gejala dengan frekuensi tertinggi pada penderita
adalah Demam (100 %) , Perdarahan 83%, Batuk 50%, Sakit ulu hati 16,7%,
Muntah 16,7 %. Hal ini merupakan gejala penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) yang disebabkan oleh virus dengue dimana vektor perantara adalah
nyamuk aedes aegypti.

4. Membuat definisi Kasus


Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa penyebab
yang jelas, terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah/petekie, mimisan,
perdarahan pada gusi, muntah, berak darah) ada pembesaran hati dan dapat timbul
shock (pasien gelisah, nadi cepat dan lemah, kaki tangan dingin, kulit lembab,
kesadaran menurun. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit 20%) dan trombositopeni (trombosit kurang dari
100.000/mm3.
5. Menghitung Kasus
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui formulir investigasi KLB demam
berdarah dengue didapatkan penderita sebanyak 30 orang dengan kasus kematian
sebanyak 3 orang tersebar di 9 desa yakni desa kombutokan, lopito, abason,
salangano, batangbabasal, sampaka, sambiut dan tone. Adapun sebaran kasus dapat
dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 2. Tabel distribusi kasus DBD di Kec. Totikum

No Desa Jml Penduduk Jumlah AR


Penderita (%)
1. Kombutokan 2602 8 0,3
2. Lopito 1340 2 0,1
3. Abason 1136 5 0,4
4. Salangano 902 6 0,7
5. Batangbabasal 957 4 0,4
6. Sampaka 790 3 0,4
7. Sambiut 823 1 0,1
8. Tone 420 1 0,8
Total 8970 30 0,3
Sumber : Data primer hasil investigasi Lapangan

6. Deskripsi Kasus dan kurva wabah


a. Distribusi kasus menurut orang
Tabel 4. Distribusi kasus DBD menurut kelompok umur di Kec. Totikum
Kab. Banggai Kepulauan Tahun 2021

No Kelompok Umur Penderita CFR


Sakit Mati (%)
1 0-1 Tahun 4 1 25
2 2-10 Tahun 2 1 50
3 11-19 Tahun 7 1 14
4 20– 60 Tahun 16 0 0
6 >60 Tahun 1 0 0
Total 30 3 10
Sumber : Data primer hasil investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada kelompok umur
20-60 tahun (16 kasus) namun jika dilihat dari tingkat kepatalan masalah
kesehatan dapat dilihat dari besarnya angka CFR sebesar 50% pada
kelompok umur 2-10 tahun.

Tabel 3 Distribusi Kasus DBD menurut jenis kelamin di Kec. Totikum


Kab. Banggai Kepulauan Tahun 2021

No Jenis Populasi Penderita AR CFR


Sakit Mati
Kelamin Rentan (%) (%)
1 Laki-laki 4584 13 1 0,28 7,7
2 Perempuan 4386 17 2 0,39 11,7
Total 8970 30 3 0,33 10
Sumber : Data primer hasil investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin
perempuan (17 kasus) dengan AR = 0,39% dan CFR = 11,7%

b. Distribusi kasus menurut Tempat


Tabel 4.Distribusi Kasus DBD menurut tempat tinggal penderita di wilayah
Kec. Totikum

No Tempat Tinggal Penderita CFR


Sakit Mati
(%)
1. Kombutokan 8 1 12,5
2. Lopito 2 0 0
3. Abason 5 0 0
4. Salangano 6 1 16,7
5. Batangbabasal 3 1 13,3
6. Sampaka 3 0 0
7. Sambiut 1 0 0
8. Tone 1 0 0
Total 30 3 10

Hasil pengamatan terhadap asal penderita diperoleh gambaran bahwa


sebagian besar penderita berasal dari Desa Kombutokan yaitu 8 kasus
dengan 3 kasus kematian yakni di desa Kombutokan (CFR=12,5%),
Salangano (CFR=16,7%), dan Batangbabasal (CFR=13,3%) seperti dalam
tabel diatas.

c. Distribusi kasus menurut Waktu


Untuk menggambarkan kasus pada periode KLB (lamanya KLB
berlangsung) biasanya digambarkan dalam kurva epidemik yang
menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of
illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah 1
harian. Distribusi kasus DBD di Kec. Totikum berdasarkan waktu mulai
sakit dapat dilihat pada kurva wabah berikut ini berikut ini.

7. Hipotesis dan melakukan study analitik


Hipotesis adanya hubungan lingkungan dan perilaku dengan kejadian demam
berdarah dengue di Kec. Totikum Kab. Banggai Kepulauan
Studi Analitik
a. jenis penelitian : analitik observasional
b. desain penelitian : case control
c. Waktu Penelitian : Desember 2021
d. Variabel Independen dalam penelitian ini yaitu keberadaan breeding place,
jenis kontainer, keberadaan vegetasi, keberadaan jentik, kepadatan penghuni
rumah, jenis rumah, kelembaban udara, praktik 3M, penggunaan kelambu, dan
kebiasaan menggantung pakaian.
e. variabel Dependen yaitu kejadian DBD.
f. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner terstruktur dan lembar observasi.
Populasi kasus dalam penelitian ini yaitu semua penderita penyakit DBD
berdasarkan diagnosa dokter atau laboratorium di Kec. Totikum Kab. Banggai
Kepulauan
g. populasi kontrolnya yaitu keluarga yang anggotanya tidak pernah menderita
penyakit DBD dan bertempat tinggal dalam radius ±100 m dari rumah
kelompok kasus di Kec. Totikum Kab. Banggai Kepulauan.
h. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden kasus dan 35
responden kontrol.

8. Membuat kuesioner

9. Pengumpulan data
a. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan responden kasus
dan kontrol serta observasi lingkungan tempat tinggal. Adapun sumber data
yang digunakan berasal dari data primer hasil wawancara dan data sekunder
dari hasil surveilans rutin dan data kependudukan. Informasi tentang
karakteristik subjek penelitian dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 5. Tabel karakteristik subjek penelitian

Variabel % Kasus % Kontrol


Usia Responden
Mean 31,67 30,63
Std. deviasi 6,216 5,007
Min 21 21
Max 50 46
Jenis Kelamin
Laki-laki 46,7 46,7
Perempuan 53,3 53,3
Pekerjaan
IRT/tidak bekerja 30 30
Petani 16,7 20
PNS/TNI/Polri 53,3 50
Pendidikan Terakhir
SMP/Sederajat 16,7 10
SMA/Sederajat 46,6 46,7
Perguruan tinggi 36,7 43,3

Sumber : Data primer hasil investigasi Lapangan

b. Pengolahan data dalam studi kasus ini menggunakan aplikasi SPSS versi 16,
dengan melakukan pengujian terhadap seluruh variabel yang diidentifikasi
untuk mengetahui sumber dan cara penularan melalui variabel lingkungan
dan variabel perilaku yang beresiko terjadinya kasus DBD. Adapun hasil
pengujiannya sebagai berikut :

Tabel 6. Tabel hubungan kondisi lingkunagn dan perilaku dengan kejadian DBD
di wilayah Kec. Totikum Kab. Banggai Kepulauan

Variabel % Kasus % Kontrol OR 95% CI p-value


Breeding Place
Ada 85,2 14,8 21,3 2,0 – 7,8 0,000 **
Tidak Ada 21,2 78,8
Jenis Kontainer
Non TPA 88,9 11,1 16,0 1,6 – 4,2 0,000 **
TPA 33,3 66,7
Keberadaan Vegetasi
Ada 73,9 26,1 5,2 1,2 – 3,4 0,008 **
Tidak ada 35,1 46,9
Keberadaan Jentik
Ada Jentik 82,6 17,4 11,2 1,6 – 4,7 0,000 **
Tidak ada Jentik 29,7 70,3
Kepadatan Penghuni
Padat 76,2 23,8 5,7 1,3 – 3,4 0,007 **
Tidak Padat 35,9 46,1
Jenis Rumah
Panggung 61,5 38,5 2,2 0,9 – 2,4 0,193 *
Permanen 41,2 58,9
Kelembaban Udara
Lembab 59,4 40,6 2,2 0,8 – 2,6 0,196 *
Tidak Lembab 39,3 60,7
Praktik 3M
Tidak Melakukan 63,6 36,4 3,5 1,0 – 3,4 0,038 **
Melakukan 33,3 66,7
Penggunaan Kelambu
Tidak Memakai 68,6 31,4 6,9 1,3 – 5,9 0,002 **
Memakai 24,0 76,0
Menggantung Pakaian
Ya 65,7 34,3 4,9 1,1 – 4,5 0,009 **
Tidak 28,0 72,0

Sumber : Data primer hasil investigasi Lapangan


Keterangan : ** adanya Hubungan
* adanya Hubungan

10. Tentukan faktor resiko dan sumbernya


Berdasarkan hasil uji maka dapat disimpulkan bahwa :
1. variabel yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di Kec.
Totikum yaitu keberadaan breeding Place (p 0,001), Jenis Kontainer (p 0,000),
Keberadaan Vegetasi ( p 0,008), Keberadaan Jentik Nyamuk ( p 0,000), Kepadatan
Penghuni (P 0,007), Praktik 3M (p 0,038), Penggunaan Kelambu (p 0,002), dan
kebiasaan menggantung pakaian (0,009).
2. Variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di
Kec. Totikum yaitu jenis rumah dan kelembaban udara.
3. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor resiko yang berpengaruh kuat
adalah keberadaan breeding place atau tempat perindukan nyamuk sebagai
sumber utama penularan DBD diwilayah Kec. Totikum.

11. Buat laporan ( Diseminasi hasil dan rekomendasi)


Hasil penelitian dapat memberikan gambaran sittuasi kejadian DBD dan
teridentifikasinya fator resiko dan sumber penularan. Adapun rekomendasi yang
dapat dilaksanakan untuk menanggulagi kejadian DBD di wilayah Kec. Totikum
Kab. Banggai Kepulauan adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan fogging fokus di wilayah yang terdampak kasus
2. Meningkatkan edukasi kepada masyarakat tentang PHBS
3. Memberdayakan dan meningkatkan peran kader Juru Pemantau Jentik
4. Mengembangkan surveilans berbasis masyarakat

Anda mungkin juga menyukai