Anda di halaman 1dari 18

Jurnal KESMAS, Vol. 8 No.

3, April 2019 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA


PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
BETHESDA GMIM TOMOHON
Budiyanto*, A.J.M. Rattu*, J.M.L. Umboh**

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi


** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Saat ini stres kerja merupakan isu global yang berpengaruh pada seluruh profesi dan pekerja di
negara maju maupun berkembang. Stres kerja dapat berdampak pada individu, organisasi,
bahkan lingkungan sosial. Prevalensinya yang tinggi, serta dampak yang luas dan berat
menjadikan stres kerja masalah yang serius, serta perlu penanganan cepat dan tepat. Sektor
kesehatan merupakan salah satu sektor dengan prevalensi stres kerja paling tinggi. Perawat
memilik tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan tenaga profesional lainnya di RS. Tujuannya,
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat pelaksana.
Penelitian menggunakan metode kuantitatif, dengan jenis deskriptif analitik, menggunakan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ialah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat
inap (N=96). Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik total sampling. Sampel
ialah seluruh perawat pelaksana yang ada saat penelitian dilakukan (86 perawat), dengan tingkat
respon 83,9% (n=73). Data primer dikumpulkan menggunakan kuesioner. Tahapan analisis data,
terdiri atas editing, coding, processing, cleaning, dan tabulating, dengan menggunakan program
komputer. Hasil analisis univariat, bivariat, dan multivariat diperoleh dengan menggunakan uji
Chi-Square dan Regresi Logistik, serta disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
Kesimpulannya, terdapat hubungan antara beban kerja (p=0,009; OR=0,018), dan
sarana/prasarana (p=0,009; OR=0,018) dengan stres kerja. Tidak terdapat hubungan antara
iklim organisasi (p=0,639), supervisi keperawatan (p=0,552), dan disiplin kerja (p=1,000)
dengan stres kerja. Beban kerja dan sarana/prasarana merupakan variabel yang paling dominan
berhubungan dengan stres kerja, dengan kekuatan yang sama.
Kata kunci: Stres Kerja, Beban Kerja, Iklim Organisasi, Sarana/Prasarana, Supervisi
Keperawatan, Disiplin Kerja

ABSTRACT
At present, work stress is a global issue that affects all professions and workers in developed and
developing countries. Work stress can have impact on individuals, organizations, and even the
social environment. Its high prevalence, wide and severe impacts make work stress a serious
problem. It needs fast and appropriate handling. Health sector is one of the sectors with the
highest prevalence of work stress. Nurses have higher level of stress than other professionals in
the hospital. The Aims, To analyze the factors associated with work stress on nurses in the
inpatient care units of the Bethesda GMIM General Hospital Tomohon. The study used a
quantitative method, with descriptive analitycal type, using a cross sectional approach. The
study’s population was all nurses in the inpatient care units (N = 96). The study’s sample was
determined using total sampling tachnique. The sample was all nurses who were available at the
time of the study was conducted (86 nurses), with response rate 83.9% (n=73). Primary data was
collected using questionnaires. Data analyzing stages were consisted of coding, processing,
cleaning, and tabulating, using computer programs. The results of univariate, bivariate, and
multivariate analysis were obtained used Chi-Square and Logistic Regression test, and were
presented in forms tables and diagrams. The Conclusions, There is a relationship between
workload (p=0.009; OR=0.018), facilities/infrastructure (p=0.009; OR=0.018) and work stress.
There is no relationship between organizational climate (p=0.639), nursing supervision
(p=0.552), work discipline (p=1,000) and work stress. Workload and facilities/infrastructure
variables are the most dominant variables related to work stress.

Keywords: Work Stress, Workload, Organizational Climate, Facilities/Infrastructure, Nursing


Supervision, Work Discipline
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 2

PENDAHULUAN yang serius, sehingga perlu penanganan


Saat ini stres kerja merupakan isu global cepat dan tepat.
yang berpengaruh pada seluruh profesi Sektor kesehatan merupakan salah
dan pekerja di negara maju maupun satu sektor dengan prevalensi stres kerja
berkembang (ILO, 2016). Berdasarkan paling tinggi (ILO, 2016). Menurut
data dari WHO, sekitar 450 juta orang di Perwitasari et al (2016), bahwa seluruh
dunia mengalami gangguan mental dan tenaga profesional di rumah sakit
perilaku (WHO, 2003). WHO memiliki risiko stres, namun perawat
memprediksi stres kerja akan menjadi memiliki tingkat stres yang lebih tinggi.
ancaman utama kesehatan manusia Angka prevalensi stres kerja perawat di
menjelang tahun 2020 (Makhbul et al, Vietnam sebesar 18,5% (Tran et al,
2013). 2017), sementara di Hongkong
Stres kerja dapat berdampak pada mencapai 41,1% (Cheung and Yip,
individu, organisasi, bahkan sosial. Bagi 2015). PPNI pada tahun 2006
individu, stres kerja berdampak negatif menyebutkan, bahwa 50,9% perawat
terhadap kesehatan fisik dan mental Indonesia pernah mengalami stres kerja
pekerja, penurunan kinerja, kurangnya (Herqutanto et al, 2017). Menurut
pengembangan karir, dan kehilangan American National Association for
pekerjaan. Pada kasus berat, stres kerja Occupational Health, bahwa stres kerja
dapat menyebabkan gangguan depresi. perawat menempati ranking empat puluh
Bagi organisasi, dampak stres kerja kasus teratas stres pada pekerja (Fuada
seperti ketidakhadiran, kerugian terkait et al, 2017).
kesehatan pekerja, dan turnover. Bagi Menurut Greenberg (2013), sumber
lingkungan sosial, stres kerja stres pada pekerja dapat berasal dari
mengakibatkan tekanan tinggi bagi stressor terkait pekerjaan, seperti faktor
masyarakat dan layanan jaminan sosial, intrinsik pekerjaan (lingkungan kerja
terutama bila permasalahan bertambah yang buruk, beban kerja berlebih, dan
buruk dan menyebabkan kehilangan lain-lain), peran dalam organisasi,
pekerjaan, pengangguran, atau pensiun pengembangan karir, hubungan dalam
atas alasan kesehatan (Petreanu et al, pekerjaan, serta struktur dan iklim
2013). Gangguan depresi merupakan organisasi; karakterisitik individu,
faktor risiko mayor dari bunuh diri seperti tingkat kecemasan, batas-batas
(Kinzie et al, 2015). Prevalensi global toleransi, tipe kepribadian A; dan
yang tinggi, serta dampak yang luas dan sumber stres ekstra-organisasi, seperti
berat, menjadikan stres kerja masalah
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 3

masalah keluarga, krisis hidup, masalah berpengaruh, dimana iklim organisasi


finansial, dan faktor-faktor lingkungan. yang positif menunjang dalam
Perawat merupakan tenaga menciptakan suasana kerja harmonis
kesehatan yang jumlah dan diantara masing-masing anggota
kebutuhannya paling banyak di antara organisasi, serta membuat karyawan
tenaga kesehatan lainnya. Berdasarkan terbebas dari stres kerja.
Rencana Pengembangan Tenaga Penelitian mengenai hubungan iklim
Kesehatan tahun 2011–2015, target rasio organisasi dengan stres kerja masih
perawat terhadap jumlah penduduk pada ditemukan hal yang berbeda-beda.
tahun 2019 adalah 180 per 100.000 Beberapa penelitian menunjukkan
penduduk. Target tersebut masih lebih pengaruh iklim organisasi terhadap stres
dari 2 kali lipat dibandingkan angka kerja (Ahghar, 2008; Abdillah et al,
terakhir, pada tahun 2015, yaitu 87,65 2016). Penelitian lain menemukan tidak
perawat per 100.000 penduduk ada hubungan (Sharma, 2013 dan Runtu,
(Pusdatin, 2017). Hal ini dapat 2018), ataupun pengaruh (Nasurdin et
mengakibatkan tingginya beban kerja al, 2006) antara iklim organisasi dengan
perawat. stres kerja. Penelitian mengenai
Berdasarkan besarnya masalah hubungan tersebut di dunia kesehatan,
beban kerja perawat di Indonesia, khususnya perawat masih jarang
sehubungan dengan jumlah tenaga yang dilakukan, sehingga peneliti tertarik
kurang, serta belum pernah untuk menelitinya.
dilakukannya penelitian mengenai Selain itu, penting untuk
hubungan beban kerja perawat dengan memerhatikan lingkungan kerja dalam
stres kerja di tempat penelitian, maka menunjang pekerjaan. Menurut Afini
peneliti tertarik untuk menelitinya. (2017), lingkungan kerja terbagi menjadi
Iklim organisasi adalah konsep dua, yaitu lingkungan kerja fisik dan
mengenai suasana lingkungan dalam non-fisik. Lingkungan kerja fisik terdiri
sebuah organisasi. Suasana tersebut dari: lingkungan kerja langsung (meja,
menggambarkan hubungan antar kursi, dan sebagainya), dan lingkungan
anggota organisasi dalam kegiatannya perantara atau umum (temperatur,
untuk mencapai tujuan organisasi. kelembaban, dll); non-fisik seperti
(Monica, 2015). Menurut Runtu (2018), hubungan kerja antara anggota
dalam menciptakan lingkungan kerja organisasi, tata kerja dan kemampuan
yang kondusif iklim organisasi menyesuaikan diri.
merupakan faktor yang sangat
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 4

Permenkes No.56 tahun 2014 peneliti merasa tertarik untuk


menyebutkan pentingnya bangunan, dan menelitinya.
prasarana, serta alat kesehatan dalam Kedisiplinan merupakan kesadaran
menjamin mutu pelayanan kesehatan. maupun kesediaan karyawan dalam
Kenyataannya, bahwa masih banyak menaati segala peraturan atau norma
kendala yang ditemui dalam manajemen yang berlaku dalam perusahaan (Falaq,
alat kesehatan di Indonesia (Kenedi et 2015). Menurut Damri (2017)
al, 2018; Kowel et al, 2018). Menurut kedisiplinan merupakan salah satu alat
Runtu (2018), peralatan kerja yang yang sering digunakan oleh para atasan,
kurang memadai merupakan salah satu agar supaya kesadaran dan kesediaan
penyebab stres karyawan. karyawan dalam menaati segala
Penelitian mengenai hubungan peraturan dapat ditingkatkan.
sarana/ prasarana RS dengan stres kerja Kedisiplinan dapat menjadi sumber
perawat belum pernah dilakukan, masalah bila pekerja merasa terpaksa,
sehingga peneliti tertarik meneliti serta tidak ada komitmen dalam dirinya.
hubungan tersebut. Penelitian mengenai hubungan
Supervisi dalam konteks disiplin kerja dengan stres kerja pada
keperawatan dipahami sebagai suatu perawat belum pernah dilakukan. Oleh
proses kegiatan pemberian dukungan sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk
sumber-sumber yang dibutuhkan melakukan penelitian mengenai
perawat dalam menyelesaikan tugas- hubungan tersebut.
tugasnya untuk mencapai tujuan yang RSU Bethesda GMIM Tomohon
telah ditetapkan (Harmatiwi et al, 2017). memiliki pasien yang banyak atau
Menurut Lynch et al (2008), supervisi cenderung meningkat, tentunya sangat
keperawatan dapat menurunkan stres membutuhkan sumber daya manusia
kerja. Sebaliknya, supervisi yang buruk andal yang bekerja dalam situasi yang
merupakan salah satu stressor terkait kondusif sehingga dapat menjamin mutu
pekerjaan (Wartono, 2017). pelayanan. Banyak hal yang dapat
Penelitian mengenai hubungan menyebabkan para perawat terpapar
supervisi keperawatan dengan stres kerja pada keadaan stres kerja, baik berasal
perawatan sudah banyak dilakukan dari diri sendiri ataupun kondisi/keadaan
(McGilton et al, 2016; Berg et al, 1994; tempat kerja yang kurang menunjang.
Blomberg et al, 2016). Penelitian Berdasarkan survei awal melalui
mengenai hubungan tersebut belum wawancara dengan perawat di ruang
pernah dilakukan di Indonesia, sehingga rawat inap, mayoritas keluhan perawat
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 5

ialah jumlah pasien yang bertempat di RSU Bethesda GMIM


banyak/meningkat dan tidak diimbangi Tomohon. Populasi penelitian adalah
dengan jumlah perawat yang memadai. seluruh perawat pelaksana di ruang
Menurut mereka, banyak perawat yang rawat inap, dengan sampel adalah
ijin cuti dalam jangka lama, serta tidak seluruh perawat pelaksana yang ada saat
sedikit pula yang berhenti bekerja penelitian dilakukan. Perawat yang
(keluar dari RS). Keadaan tersebut menolak tidak disertakan dalam
diperparah dengan kurang disiplinnya penelitian. Faktor yang diteliti ialah stres
beberapa teman dinas perawat, seperti kerja, beban kerja, iklim organisasi,
datang terlambat. Ada pula yang sarana/prasarana, supervisi keperawatan
mengeluhkan kontrol kepala ruangan dan disiplin kerja. Tahapan analisis data,
yang kurang dan ketersediaan meliputi editing, coding, processing,
sarana/prasarana. Saat penelitian cleaning, dan tabulating. Hasil analisis
dilakukan, RS sedang dalam masa univariat, bivariat, dan multivariat
menjelang penilaian akreditasi. RS juga disajikan dalam bentuk tabel dan
sedang dalam tahap pembangunan diagram.
gedung baru bertingkat 5, sehingga
mengakibatkan kondisi rumah sakit HASIL DAN PEMBAHASAN
kurang nyaman. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Tujuan umum penelitian ialah RSU Bethesda GMIM Tomohon terletak
menganalisis faktor-faktor yang di Jalan Raya Tomohon-Talete I-Kota
berhubungan dengan stres kerja. Tujuan Tomohon, Sulawesi Utara. RS memiliki
khusus penelitian ialah menganalisis 14 buah gedung dengan total luas lantai
hubungan antara beban kerja, iklim 9.418 m2, di atas permukaan tanah
organisasi, sarana/prasarana, supervisi seluas 11.930 m2. Instalasi Rawat Inap
keperawatan, dan disiplin kerja dengan terdiri dari 9 ruangan, dan terbagi
stres kerja. menjadi beberapa kelas perawatan.
Data ruang rawat inap, jumlah
METODE perawat/bidan, tempat tidur, beserta
Penelitian menggunakan metode rasio dan kekurangannya dapat dilihat
kuantitatif dan dilaksanakan dengan cara pada Tabel 1. Berdasarkan Permenkes
survei. Pengolahan data secara deskriptif No.56 tahun 2014 tentang Klasifikasi
analitik dengan pendekatan cross- dan Perizinan RS, Instalasi Rawat Inap
sectional. Penelitian dilakukan pada kekurangan tenaga perawat/bidan 1
bulan September-Desember 2018, hingga 31 orang di setiap ruangnya.
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 6

Rata-rata kekurangan tenaga per ruang rawat inap (92 dibagi 9)


perawat/bidan sebanyak 10,2 perawat (Tabel 1).

Tabel 1. Data Ruang Rawat Inap, jumlah Perawat/Bidan, Tempat Tidur, beserta Rasio
dan Kekurangannya
P/B TT Rasio Kekuranganb
No. Ruang Rawat Inap
(orang) (Buah) (P/B : TT) (TT – P/B)
1. Bethesda 13 14 1 : 0,9 1
2. Debora 11 24 1 : 0,5 13
3. Yohanes 13 22 1 : 0,6 9
4. Markus 12 22 1 : 0,5 10
5. Maria 11 30 1 : 0,4 20
6. Hanna 11 18 1 : 0,6 7
7. Lukasa 15 10 1 : 1,5 -5
8. Elisabeth 17 48 1 : 0,9 31
9. Yehezkiel 12 18 1 : 0,7 6
T o t a l 115 206 92
Keterangan: P/B= Perawat atau Bidan
TT= Tempat tidur
a
Rasio P/B : TT > 1:1 (Kelebihan Perawat)
b
Berdasarkan Permenkes No.56 tahun 2014 (rasio P/B:TT = 1:1)
Sumber: Hasil Penelitian.

Karakteristik Responden Gambaran Umum Stres Kerja


Total populasi berjumlah 96 orang Gambaran umum stres kerja dapat
perawat. Jumlah seluruh perawat dilihat pada Tabel 2. Rata-rata tingkat
pelaksana yang ada saat penelitian stres perawat 7,38+5,58 (Mean+SD),
sebanyak 86 (sampel), dengan tingkat dan kelompok responden dengan stres
respon 83,9% (n=73). kerja ringan paling banyak (80,2%).
Karakteristik responden dapat dilihat Gambaran jawaban responden
pada Tabel 3. Rata-rata umur responden terhadap pertanyaan kuesioner stres
34,45+9,28 tahun, dan masa kerja kerja (Kessler-6 atau K6) dapat dilihat
14,75+9,98 tahun (Mean+SD). pada Gambar 1. Kondisi “... sulit
Kelompok responden yang paling melakukan sesuatu?” paling sering
banyak adalah perempuan (93,2%), dialami, yaitu 8 dari 73 (11,0%)
umur >34 tahun (52,1%), menikah menjawab selalu. Sedangkan perasaan
(83,6%), tingkat pendidikan D3 “... tidak berharga?” paling jarang
Keperawatan (75,3%), dan masa kerja dialami, yaitu 39 dari 73 (53,4%)
>13 tahun (52,1%), serta suku Minahasa menjawab tidak pernah.
(94,5%).
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 7

Tabel 2. Gambaran umum Stres Kerja dan Distribusi Frekuensi Responden


berdasarkan Stres Kerja (n=73)
Variabel Penelitian Mean + SD Responden (n) Persentase (%)
Stres Kerja 7,38 + 5,58
a. Ringan 59 80,8
b. Berat 14 19,2
Sumber: Hasil Penelitian

... gugup? 17 26 17 9 4

... putus asa? 29 26 12 5 1

... gelisah? 29 13 19 10 2

... depresi/tertekan? 29 12 26 4 2

... segala sesuatu adalah usaha? 12 20 20 13 8

... tidak berharga? 39 15 12 4 3

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Tidak Pernah Jarang Kadang-Kadang Sering Selalu

Gambar 1. Diagram Deskripsi Jawaban Responden terhadap Pertanyaan


Kuesioner Stres Kerja (K6) (n=73) (Sumber: Hasil Penelitian)

Gambaran stres kerja berdasarkan pertanyaan, sarana/prasarana 17


karakteristik demografi dapat dilihat pertanyaan, supervisi keperawatan 23
pada Tabel 3. Stres kerja berat paling pertanyaan, dan disiplin kerja 9
sering dijumpai pada kelompok pertayaan. Seluruhnya diukur meng-
responden: laki-laki (40,0%), umur <34 gunakan skala Likert, poin 1 hingga 5.
tahun (22,9%), tidak menikah (25,0%), Rata-rata total nilai variabel adalah
pendidikan terakhir D3 Keperawatan jumlah total poin dari seluruh
(23,6%), masa kerja <13 tahun (22,9%), pertanyaan dibagi jumlah pertanyaan.
dan suku Minahasa (20,3%). Kategorisasi variabel bebas diperoleh
dari rata-rata total nilai variabel
Gambaran Umum Variabel Bebas dibandingkan dengan rata-rata kisaran
Penelitian teoritis (Tabel 4).
Gambaran umum variabel bebas Kelompok responden yang paling
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4-5. banyak ialah kelompok dengan persepsi
Variabel beban kerja diukur dengan 17 beban kerja berat (50,7%), iklim
pertanyaan, iklim organisasi 30 organisasi kondusif (52,1%),
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 8

sarana/prasarana memadai (50,7%), disiplin kerja tinggi (53,4%) (Tabel 5).


supervisi keperawatan baik (53,4%), dan

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Karakteristik Demografi,


dan Distribusi Stres Kerja berdasarkan Karakterisitik Demografi (n=73)
Responden Stres Kerja
Karakteristik Responden Mean+SD
n (%) Ringan Berat
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 5 (6,8%) 3 (60,0%) 2 (40,0%)
b. Perempuan 68 (93,2%) 56 (82,4%) 12 (17,6%)
Umur (tahun) 35,45+9,28
a. < 34 tahun 35 (47,9%) 27 (77,1%) 8 (22,9%)
b. > 34 tahun 38 (52,1%) 32 (84,2%) 6 (15,8%)
Status Pernikahan
a. Tidak Menikah 12 (16,4%) 9 (75,0%) 3 (25,0%)
b. Menikah 61 (83,6%) 50 (82,0%) 11 (18,0%)
Pendidikan Terakhir
a. D3 Keperawatan 55 (75,3%) 42 (76,4%) 13 (23,6%)
b. S1 Keperawatan 4 (19,2%) 4 (100,0%) 0 (0,0%)
c. Ners 14 (19,2%) 13 (92,9%) 1 (7,1%)
Masa Kerja 14,75+9,98
a. < 13 tahun 35 (47,9%) 27 (77,1%) 8 (22,9%)
b. > 13 tahun 38 (52,1%) 32 (84,2%) 6 (15,8%)
Suku Bangsa
a. Minahasa 69 (94,5%) 55 (79,7%) 14 (20,3%)
b. Non-Minahasa 4 (5,5%) 4 (100,0%) 0 (0,0%)
Sumber : Hasil Penelitian.

Tabel 4. Gambaran Umum Variabel Bebas Penelitian


Kisaran Kisaran
Variabel Bebas Mean+SD Kategorisasi
Teoritis Sesungguhnya
Beban Kerja 17 - 85 [51] 19 - 760 48,27 + 12,58 cukup berat
Iklim Organisasi 30 - 150 [90] 79 - 132 101,96 + 10,18 cukup kondusif
Sarana/prasarana 17 - 85 [51] 25 - 790 57,68 + 11,37 cukup memadai
Supervisi Keperwatan 23 - 115 [69] 74 - 108 90,10 + 7,27 baik
Disiplin Kerja 9 - 45 [27] 11 - 450 37,38 + 05,13 tinggi
Keterangan: [ ] Rata-rata kisaran teoritis (x) = nilai terkecil Kisaran Teoritis dikali 3.
Sumber: Hasil Penelitian.

Analisis Bivariat tidak baik (23,5%), dan disiplin kerja


Hasil analisis bivariat tiap variabel bebas rendah (20,6%).
dengan stres kerja dapat dilihat pada Terdapat hubungan antara beban
Tabel 5. Stres kerja berat paling sering kerja (p=0,009), dan sarana/prasarana
dijumpai pada kelompok responden (p=0,009) dengan stres kerja. Tidak
dengan persepsi beban kerja berat terdapat hubungan antara iklim
(32,4%), iklim organisasi tidak kondusif organisasi (p=0,639), supervisi
(22,9%), sarana/prasarana memadai keperawatan (p=0,559), dan disiplin
(32,4%), persepsi supervisi keperawatan kerja (p=1,000) dengan stres kerja.
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 9

Perawat pelaksana dengan persepsi berat (OR=8,150, masing-masing)


beban kerja berat atau persepsi dibandingkan dengan yang memiliki
sarana/prasarana memadai berisiko 8 persepsi beban kerja ringan atau persepsi
kali lebih besar mengalami stres kerja sarana/prasarana tidak memadai.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Bebas dan Analisis
Bivariat Tiap Variabel Bebas dengan Stres Kerja (n=73)
Responden Stres Kerja p-
Variabel Bebas OR
n (%) Ringan Berat value
Beban Kerja
a. Ringan 36 (49,3%) 34 (94,4%) 2 (5,6%)
0,009 8,160
b. Berat 37 (50,7%) 25 (67,6%) 12 (32,4%)
Iklim Organisasi
a. Kondusif 38 (52,1%) 32 (84,2%) 6 (15,8%)
0,639 0,633
b. Tidak Kondusif 35 (47,9%) 27 (77,1%) 8 (22,9%)
Sarana/Prasarana
a. Memadai 37 (50,7%) 25 (67,6%) 12 (32,4%) 0,009 8,160
b. Tidak Memadai 36 (49,3%) 34 (94,4%) 2 (5,6%)
Supervisi Keperawatan
a. Baik 39 (53,4%) 33 (84,6%) 6 (15,4%)
0,559 0,591
b. Tidak Baik 34 (46,6%) 26 (76,5%) 8 (23,5%)
Disiplin Kerja
a. Tinggi 39 (53,4%) 32 (82,1%) 7 (17,9%)
1,000 0,844
b. Rendah 34 (46,6%) 27 (79,4%) 7 (20,6%)
Sumber: Hasil Penelitian.

Analisis Multivariat variabel yang paling dominan


Hasil analisis akhir pemodelan berhubungan dengan stres kerja
multivariat dilihat pada Tabel 6. (p=0,018, masing-masing). Masing-
Terdapat dua variabel yang layak masing variabel beban kerja dan
disertakan dalam analisis pemodelan sarana/prasarana meningkatkan risiko
multivariat (p<0,25). Variabel beban terjadinya stres kerja berat sebesar 7 kali
kerja dan sarana/prasarana merupakan (OR=7,208, masing-masing) (Tabel 6).

Tabel 6. Hasil Akhir Analisis Pemodelan Multivariat


Variabel Bebas B S.E Wald p-value OR
Beban Kerja 1,975 0,834 5,608 0,018 7,208
Sarana/Prasarana 1,975 0,834 5,608 0,018 7,208
Sumber: Hasil Penelitian.

Keterbatasan Penelitian sakit umum swasta, di ruang rawat inap,


Kelemahan dari desain penelitian, cross dengan jumlah sampel yang tidak
sectional bukanlah desain yang cukup banyak. Sehingga generalisasi hasil
kuat dalam mencari hubungan sebab- penelitian sangat terbatas pada rumah
akibat. Penelitian berlokasi di rumah sakit dan ruangan yang serupa. Kualitas
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 10

hasil penelitian ini sangat bergantung antara tingkat stres (skor K6) dengan
instrumen kuesioner self-reported. kejadian bunuh diri. Angka kejadian
Kemungkinan salah persepsi dalam bunuh diri (/100.000 penduduk-tahun)
memahami makna pertanyaan, serta sebesar 18 orang, 40 orang, dan 64
peneliti tidak dapat mengontrol orang (pada skor K6 <4, 5-12, >13,
kebenaran data yang diisi oleh secara berurutan). Tingginya prevalensi
responden; hal tersebut sangat stres kerja berat pada perawat dalam
tergantung situasi dan kondisi, penelitian ini menggambarkan tingginya
emosi/tingkat stres, motivasi responden, peluang kejadian bunuh diri pada
sehingga sangat memengaruhi hasil perawat.
penelitian. Studi kohort Feskanich et al (2002)
meneliti hubungan antara stres,
Stres Kerja Perawat Pelaksana penggunaan diazepam secara teratur,
Hampir seperlima (19,2%) dari populasi dan risiko bunuh diri pada perawat
perawat pelaksana di ruang rawat inap wanita, selama periode 14 tahun. Hasil
mengalami stres kerja berat. Hal ini penelitian tersebut menunjukkan bahwa
sangat perlu diwaspadai. Angka tersebut tingkat stres yang tinggi meningkatkan
hampir 2 kali lipat dari hasil penelitian risiko depresi dan bunuh diri.
pada populasi umum (9,8%) (Kinzie et Umumnya, perawat paling banyak
al, 2015). Kuesioner K6 belum pernah perempuan, menikah, usia kurang <35
digunakan dalam penelitian di bidang tahun, dengan masa kerja bervariasi.
kesehatan di dalam negeri, khususnya Tingkat pendidikan D3 Keperawatan
pada populasi perawat. Sehingga, masih umum di Indonesia, sedangkan di
perbandingan tidak dapat dilakukan. luar negeri, jumlah perawat yang sarjana
Tingginya prevalensi stres kerja berat hampir sama dengan diploma (Cheung
pada penelitian ini menggambarkan and Yip, 2015; Yoon and Kim, 2013;
tingginya prevalensinya pada perawat. Herqutanto et al, 2017; Tran et al,
Stres positif memotivasi dan 2019).
mengembangkan penemuan baru dan Sering dijumpai hubungan antara
kewaspadaan. Sebaliknya, stres negatif faktor demografis dengan stres kerja.
menumbuhkan perasaan distress, Stres kerja lebih sering dijumpai pada
penolakan, depresi dan mengarah wanita, tidak menikah, umur lebih
kepada masalah fisik dan mental atau muda, masa kerja lebih singkat, dan
trauma (Johan et al, 2017). Menurut tingkat pendidikan yang lebih rendah
Tanji et al, (2018), terdapat hubungan (Cheung and Yip, 2015; Tran et al,
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 11

2019; Herqutanto et al, 2017, Cho et al, kerja, maka akan semakin tinggi peluang
2008). terjadinya stres kerja berat.
Perempuan cenderung mengatasi Beberapa hasil penelitian
stressor secara emosional. Perempuan menunjukkan hubungan yang kuat
juga lebih banyak meminta dan antara beban kerja dengan stres kerja.
menggunakan dukungan sosial untuk Perawat dengan beban kerja lebih berat,
mengatasi stres kerja (Greenberg, 2013). risiko stres kerja lebih besar (Wagiu et
Menurut Yanto dan Rejeki (2017), peran al, 2017; Haryanti et al, 2013).
perempuan lebih banyak, yaitu peran Penelitian Johan et al (2017), 65,2%
dalam pekerjaannya, ibu, istri, dan ibu perawat setuju bahwa beban kerja
rumah tangga. Kondisi ini berlebih sebagai penyebab stres.
mengakibatkan tekanan emosional pada Sementara, penelitian oleh Tsai and Liu
perempuan juga akan semakin (2012), tuntutan psikologis pekerjaan
meningkat. meningkatkan risiko timbulnya gejala-
Mayoritas responden dalam gejala terkait stres kerja 1,37 – 1,55 kali.
penelitian ini adalah perempuan (Tabel Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
3). Jumlah responden perawat laki-laki beberapa penelitian, bahwa tidak
tidak mencukupi untuk mewakili terdapat hubungan antara beban kerja
populasi. Hal tersebut menjelaskan, dengan stres kerja (Mewengkang, 2017;
mengapa stres kerja berat lebih sering Sitepu, 2018).
dijumpai pada laki-laki dalam penelitian Stres kerja dan beban kerja
ini. Walaupun secara deskriptif, jumlah berpengaruh terhadap mutu pelayanan
perawat perempuan dengan stres kerja dan patient safety (Aini, 2014;
berat lebih banyak daripada laki-laki (2 Blomberg et al, 2016). Menurut
laki-laki dan 12 perempuan) (Tabel 3). Retnaningsih dan Fatmawati (2016),
terdapat hubungan bermakna antara
Faktor-faktor yang berhubungan beban kerja perawat dengan
dengan Stres Kerja Perawat implementasi patient safety. Beban kerja
Pelaksana tinggi dapat menyebabkan kesalahan
Beban Kerja dalam pemberian obat kepada pasien
Hasil penelitian mengin-dikasikan, (Jin et al, 2018; Kang et al, 2016).
bahwa setiap perubahan terhadap beban Menurut Haryanti et al (2013),
kerja akan diikuti dengan perubahan bahwa jumlah tenaga perawat harus
stres kerja; dan, semakin tinggi beban diupayakan selalu sesuai dengan beban
kerja untuk menghasilkan pelayanan
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 12

yang efektif dan efisien. Artinya, agar satu suku tertentu, justru membuat
tidak memengaruhi pelayanan, mereka lebih merasa nyaman, seperti “di
ketersediaan tenaga perawat yang rumah sendiri”. Sebaliknya, bagi
kurang harus dikompensasi dengan responden yang ber-suku minoritas,
meningkatkan beban kerja perawat. akan bisa merasakan keadaan terancam,
Dengan kata lain, bila jumlah pekerjaan terutama bila terlibat konflik dengan
tetap, maka beban kerja yang rekan kerja yang ber-suku mayoritas.
ditanggung oleh tiap perawat lebih besar Hal tersebut dapat menjelaskan tidak
jika ketersediaan perawat lebih sedikit. terdapatnya hubungan antara iklim
Sehingga sangat masuk akal, jika organisasi dengan stres kerja.
kekurangan jumlah ketenagaan perawat
tersebut dapat berdam-pak pada Sarana/Prasarana
tingginya beban kerja perawat. Hasil penelitian mengindikasikan,
bahwa setiap perubahan terhadap
Iklim Organisasi sarana/prasarana akan diikuti dengan
Hasil penelitian meng-indikasikan, perubahan stres kerja.
bahwa setiap perubahan pada persepsi Hasil penelitian Mahalta (2017),
iklim organisasi akan tidak akan diikuti bahwa terdapat hubungan yang
dengan perubahan stres kerja. bermakna antara lingkungan kerja
Hasil penelitian ini sesuai dengan dengan stres kerja perawat (p=0,000).
beberapa hasil penelitian, bahwa tidak Hasil penelitian oleh Soep (2012),
ada hubungan iklim organisasi dengan bahwa lingkungan kerja berpengaruh
stres kerja (Runtu, 2018; Sharma, 2013). secara bermakna terhadap stres kerja
Penelitian Nasurdin et al (2006), perawat.
menunjukkan bahwa iklim organisasi Hal yang menarik, bahwa hasil
tidak berpengaruh terhadap stres. penelitian mengindikasikan, semakin
Menurut Runtu (2018), bahwa memadai sarana/prasarana, maka
kelompok merupakan salah satu faktor semakin tinggi peluang terjadinya stres
yang berpengaruh terhadap iklim kerja berat.
organisasi. Dalam hal ini, kelompok Kebalikannya, penelitian Rizki et al
yang dimaksud adalah kelompok yang (2016), menunjukkan variabel
berkembang berdasarkan kesamaan lingkungan kerja secara parsial
suku. Sehingga, bagi sebagian besar mempunyai pengaruh negatif terhadap
responden yang ber-suku mayoritas, stres kerja. Artinya, semakin baik
dalam lingkungan kerja yang didominasi
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 13

lingkungan kerja dapat menurunkan menunjukkan, bahwa kebosanan dan


stres kerja. kelelahan berkurang secara signifikan di
Sarana/prasarana yang memadai antara kelompok perawat yang
dapat berarti beban kerja yang lebih memperoleh supervisi, sementara tidak
berat. Seperti yang diketahui, bahwa RS ada perubahan terlihat pada kelompok
sedang dalam persiapaan akreditasi, dan kontrol. Menurutnya, supervisi klinis
pembangunan gedung baru. Salah satu sistematis dan perawatan terencana
tujuan akreditasi rumah sakit adalah secara individu mengu rangi hasil
peningkatan mutu pelayanan negatif dari stres yang disebabkan oleh
(Permenkes No.34 tahun 2017). beban psikologis dari asuhan
Pembangunan RS juga berarti keperawatan.
peningkatan mutu layanan, jumlah Responden penelitian ini
kapasitas tempat tidur, berbagai fasilitas didominasi oleh perawat dengan usia
dan peralatan. Sebagai konsekuensi logis yang sudah tidak muda lagi, dengan
dari hal-hal tersebut ialah jumlah pasien masa kerja yang sudah cukup lama
yang dilayani semakin banyak. (Tabel 3). Usia yang lebih tua cenderung
Akibatnya, persepsi beban kerja berat lebih tahan terhadap stres, disebabkan
semakin bertambah. Sehingga, wajar kemampuan berpikir rasional,
bila persepsi sarana/prasarana yang mengendalikan emosi, dan terbuka
memadai akan diikuti dengan persepsi terhadap pandangan orang lain. Masa
beban kerja yang lebih berat. kerja yang lama menunjukkan
responden sudah beradaptasi dengan
Supervisi Keperawatan lingkungan, pengalaman kerja, dan
Hasil penelitian mengindikasikan, dukungan sosial lebih banyak (Cheung
bahwa setiap perubahan pada persepsi and Yip, 2015; Tran et al, 2019;
supervisi akan tidak akan diikuti dengan Herqutanto et al, 2017). Hal-hal tersebut
perubahan stres kerja. dapat menjelaskan, mengapa tidak
Penelitian McGilton et al. (2016), dijumpai hubungan antara supervisi
menunjukkan bahwa supervisi keperawatan dengan stres kerja.
keperawatan efektif berhubungan positif Penelitian Blomberg et al (2016),
(p<0,000) dengan kepuasan kerja asisten menunjukkan supervisi bermanfaat
perawat, turnover, efektivitas, dalam mengurangi stres diantara para
pengambilan kepu-tusan, stres kerja dan perawat yang belum memiliki
kepuasan konsumen. Penelitian pengalaman. Hasil penelitiannya,
eksperimental Berg et al (1994), menunjukkan stres tinggi diantara
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 14

perawat yang baru lulus. Kelompok dibandingkan dengan disiplin kerja


perawat yang menerima supervisi rendah (17,9%) (Tabel 5).
memiliki stres lebih rendah
dibandingkan yang tidak (p=0,002). Kajian Analisis Mutivariat
Hasil analisis mengindikasikan bahwa
Disiplin Kerja beban kerja dan sarana/prasarana
Hasil penelitian mengindikasikan, merupakan faktor yang paling dominan
bahwa setiap perubahan terhadap berhubungan dengan stres kerja perawat.
disiplin kerja tidak akan diikuti dengan Menurut Restila (2015), bahwa
perubahan stres kerja. faktor beban kerja merupakan variabel
Disiplin sangat diperlukan dalam yang paling signifikan berhubungan
pencapaian kinerja sebagai seorang dengan stres kerja bersama-sama dengan
perawat. Melalui disiplin, perawat dapat faktor gaji. Berdasarkan persentase,
bekerja lebih baik sehingga kinerja dari faktor beban kerja menepati urutan ke-
perawat tersebut akan meningkat dua, setelah faktor promosi, yang paling
(Yuarto, 2014). Disiplin juga merupakan banyak berhubungan dengan stres kerja.
salah satu elemen penting dalam Implikasi untuk manajemen, bahwa
manajemen waktu, selain motivasi, beban kerja dan sarana/prasarana perlu
konsentrasi, dan kekuatan untuk mendapat perhatian khusus, sebaiknya
menolak hal-hal yang dapat merusak; diatasi dengan cepat dan tepat agar tidak
dimana manajemen waktu merupakan memperparah stres kerja perawat.
salah satu strategi level individu dalam Mengingat perawat merupakan ujung
manajemen stres kerja menurut tombak pelayanan di rumah sakit, mutu
Moorhead and Griffin (Bachroni dan pelayanan asuhan keperawatan dan
Asnawi, 1999). patient safety perlu dijaga agar tidak
Menurut peneliti, tingginya disiplin terkena dampak akibat stres kerja
kerja tinggi yang dimiliki oleh perawat (Blomberg et al, 2016).
pelaksana di ruang rawat inap Kinerja merupakan tujuan akhir di
menyebabkan tidak terlihatnya setiap usaha, baik individu, kelompok,
hubungan antara disiplin kerja dengan maupun organisasi (Suandi et al, 2014).
stres kerja. Secara deskriptif, bahwa Kinerja maksimal dapat diupayakan
stres kerja berat lebih banyak dijumpai melalui mutu pelayanan. Menyediakan
pada kelompok responden dengan bangunan, dan prasarana serta peralatan
disiplin kerja yang rendah (20,6%), kesehatan yang memadai, sesuai standar
yang ditetapkan (Permenkes No.56
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 15

tahun 2014) merupakan upaya untuk 4. Tidak terdapat hubungan antara


menjaga mutu pelayanan kesehatan. supervisi keperawatan dengan stres
Upaya tersebut sudah dilakukan dengan kerja.
baik oleh pihak manajemen melalui 5. Tidak terdapat hubungan antara
penambahan dan perbaikan disiplin kerja dengan stres kerja.
sarana/prasarana rumah sakit. Namun, 6. Beban kerja dan sarana/prasarana
hal penting, yang sebaiknya tidak merupakan faktor yang paling
dilupakan, adalah menjaga dominan berhubungan dengan stres
keseimbangan antara tujuan dan kerja
kapasitas/kemampuan sumber daya
manusia yang dimiliki. SARAN
Beban kerja perawat hendaknya Pihak manajemen sebaiknya memberi
perlu mendapat perhatian lebih khusus perhatian kepada masalah stres kerja
dalam faktor kapasitas pelayanan, perawat. Perlu perhatian yang lebih
khususnya keperawatan. Beban kerja terhadap beban kerja, serta disarankan
perawat perlu dikelola dengan baik untuk menambah jumlah perawat.
dengan memerhatikan faktor-faktor yang Peningkatan sarana/prasarana
memengaruhi beban kerja, yaitu faktor hendaknya diimbangi dengan jumlah
eksternal maupun internal (Prihatini, tenaga perawat.
2007). Selain itu, yang tidak kalah
pentingnya adalah menjaga kesesuaian DAFTAR PUSTAKA
rasio perawat-pasien dengan beban Abdillah, M. R., R. Anita, dan R.
Anugerah. 2016. Dampak Iklim
kerja, sehingga tujuan akhir setiap
Organisasi Terhadap Stres Kerja
organisasi dapat tercapai tanpa disertai dan Kinerja Karyawan. Jurnal
Manajemen, 20(1), pp. 121-41.
dengan masalah serius lainnya, seperti
Afini, R. 2017. Hubungan Lingkungan
stres kerja. Kerja Dengan Stres Kerja
Karyawan Pada Pt. Megapolitan
Develoments.Tbk. Jurnal
KESIMPULAN Online Mahasiswa (JOM)
Bidang Manajemen, 1(1).
1. Terdapat hubungan antara beban
Aini, Q. 2014. The Influence of
kerja dengan stres kerja. Workload and Work Stress to
Patient Safety Attitude on
2. Tidak terdapat hubungan antara
Nurse. Journal of Biology,
iklim organisasi dengan stres kerja. Agriculture and Healthcare,
4(28), pp. 93-101.
3. Terdapat hubungan antara sarana/
Ahghar, G. 2008. The Role of School
prasarana dengan stres kerja. Organizational Climate in Occu-
pational Stress Among
Secondary School Teachers in
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 16

Tehran. Inter-national Journal Fuada, N., I. Wahyuni dan B.


of Occupational Medicine and Kurniawan. 2017. Faktor-Faktor
Environmental Health, 21(4), yang Berhubungan dengan Stres
pp. 319-29. Kerja Pada Perawat Kamar
Bachroni, M. dan S. Asnawi. 1999. Stres Bedah di Instalasi Bedah Sentral
Kerja. Buletin Psikologi, 7(1), RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro
pp. 28-39. Semarang. Jurnal Kesehatan
Berg, A., U. W. Hansson and I. R. Masyarakat (e-Journal), 5(1),
Hallberg. 1994. Nurses’ pp. 255-63.
Creativity, Tedium and Burnout Feskanich, D. et al. 2002. Stress and
During One Year of Clinical Suicide in the Nurses’ Health
Supervision and Implementation Study. Journal Epidemiology
of Individually Planned Nursing Community Health, 56(2), pp.
Care: Comparisons Between A 95-8.
Ward for Severly Demented Greenberg, J. S. 2013. Comprehensive
Patients and Similar Control Stress Management. 13th ed.
Ward. Jurnal of Advanced New York: McGraw-Hill, pp.
Nursing, 20(1), pp. 742-49. 444.
Blomberg, K. et al. 2016. Work Stress Harmatiwi, D. D., S. Sumaryani dan E.
Among Newly Graduated M. Rosa. 2017. Evaluasi
Nurses in relation to Workplace Pelaksanaan Supervisi
and Clinical Group Supervision. Keperawatan di Rumah Sakit
Journal of Nursing Umum Daerah Panembahan
Management, 24(1), pp. 80-87. Senopati Bantul. Jurnal
Cheung, T. and P. S. F. Yip. 2015. Medicoeticolegal dan
Depression, Anxiety and Manajemen Rumah Sakit, 6(1),
Symptoms of Stress among pp. 47-54.
Hongkong Nurses: A Cross- Haryanti, F. Aini. dan P. Purwaningsih.
Sectional Study. Internatinal 2013. Hubungan antara Beban
Journal of Environmental Kerja dengan Stres Kerja
Research and Public Health, Perawat di Instalasi Gawat
12(1), pp. 11072-100. Darurat RSUD Kabupaten
Cho, J. J. et al. 2008. Occupational Semarang. Jurnal Managemen
Stress and Depression in Korean Keperawatan, 1(1). pp. 48-56.
Employees. Int Arch Occup Herqutanto et al. 2017. Stres Kerja pada
Environ Health, 82(2), pp. 47- Perawat di Rumah Sakit dan
57. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Damri, Z. N. U., 2017. Pengaruh Primer. eJournal Kedokteran
Komitmen Organisasi, Indonesia, 5(1), pp. 12-17.
Kepuasan Kerja, dan ILO. 2016. Workplace Stress: A
Kepemimpinan terhadap Collective Challenge. Geneva.
Disiplin Kerja Pegawai Biro Switzerland: ILO Publication.
Administrasi Pemerintahan Jin, H. et al. 2018. The Effect of
Umum Provinsi Riau. JOM Workload on Nurses' Non‐
Fekon, 4(1), pp. 656-66. Observance Errors in
Falaq, M. A. 2015. Faktor-Faktor yang Medication Administration
Mempengaruhi Disiplin Kerja Processes: A Cross‐Sectional
Perawat di RS Dr Tadjuddin Study. Wiley International
Chalid Makassar. Fakultas Ilmu Journal of Nursing Practice, pp.
Kesehatan. Universitas Islam 1-9.
Negeri Alauddin Makassar. Johan, S., H. Sarwar and I. Majeed.
Makassar. 2017. To Identify the Causes of
Stress among Nurses Working
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 17

in Intensive Care Unit of Ittefaq Kerja: Isu Global dalam


Hospital Lahore. International Melestarikan Organisasi. e-
Journal of Social Sciences and Bangi, Journal of Social
Management, 4(2), pp.96-109. Sciences and Humanities, 8(1),
Kang, J. H., C. W. Kim and S. Y. Lee. pp. 41-59.
2016. Nurse-Patient Adverse McGilton, K. S. et al. 2016. Outcomes
Events depend on Nursing Related to Effective Nurse
Workload. Osong Public Health Supervision in Long-Term Care
Res Perspect, 7(1), pp. 56-62. Homes: An Integrative Review.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Journal of Nursing
Kesehatan RI No 56 tentang Management, 24(1), pp. 1007-
Klasifikasi dan Perizinan Rumah 26.
Sakit. Berita Negara Republik Mewengkang, R. E. 2017. Faktor-
Indonesia Tahun 2014 No 1221. Faktor yang Berhubungan
Jakarta: Kemenkumham RI. dengan Stres Kerja Perawat
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Wanita di Instalasi Rawat Inap
Kesehatan RI Nomor 34 tentang RSU Pancaran Kasih GMIM
Akreditasi Rumah Sakit. Berita Manado. Pascasarjana. Uni-
Negara Republik Indonesia versitas Sam Ratulangi. Manado.
Tahun 2017 No 1023. Jakarta: Monica, V. 2015. Pengaruh Iklim
Kemenkumham RI. Organisasi dan Kompensasi
Kenedi, J., D. Lanin dan Z. Agus. 2017. terhadap Loyalitas Karyawan
Analisis Pengadaan Alat dengan Dimediasi oleh
Kesehatan di Rumah Sakit Kepuasan Kerja. Fakultas Ilmu
Umum Daerah Padang Pariaman Sosial dan Ilmu Politik.
tahun 2017. Jurnal Kesehatan Universitas Lampung. Bandar
Andalas, 7(2), pp. 9-16. Lampung.
Kinzie, E. et al. 2015. Mental Health Nasurdin, A. M., T. Ramayah and Y. C.
Screening in North Sulawesi, Beng. 2006. Organizational
Indonesia: Kessler 6 pilot data Structure and Organizational
and needs assessment results Climate as Potensial Predictors
from the LearnToLive of Job Stress: Evidence from
Indonesian Health Initiative. Malaysia. International Journal
Asia-Pacific Psychiatry. pp. 1-9. of Commerce and Management.
Kowel, C. L., W. P. J. Kaunang, E. P. 16 (2), pp. 116-29.
Sitanggang. 2018. Analisis Perwitasari, D. T., N. Nurbeti dan I.
Peren-canaan Kebutuhan Alat Armyanti. 2016. Faktor-Faktor
Kesehatan di Puskesmas yang Mempengaruhi Tingkatan
Tareran. E-Journal Health, Stres pada Tenaga Kesehatan di
pp.71-86. RS Universitas Tanjungpura
Lynch, L. et al. 2008. Clinical Pontianak Tahun 2015.
Supervision for Nurses. 1st ed. Cerebellum, 2(3), pp. 553-61.
United Kingdom: John Wiley & Petreanu, V., R. Iordache and M.
Sons. Seracin. 2013. Assessment of
Mahalta, M. A. 2017. Hubungan Faktor Work Stress Influence on Work
Lingkungan Kerja dengan Stres Productivity in Romanian
Kerja Perawat di Ruang Rawat Companies. Procedia - Social
Inap Penyakit Dalam RSUP M. and Behavioral Sciences, 92(1),
Djamil Padang Tahun 2017. pp. 420-25.
Fakultas Keperawatan. Prihatini, L. D. 2007. Analisis
Universitas Andalas. Padang. Hubungan Beban Kerja dengan
Makhbul, Z. M., N. L. Abdullah, N. A. Stress Kerja Perawat di Tiap
Hashim. 2013. Stres di Tempat Ruang Rawat Inap RSUD
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 18

Sidikalang. Pascasarjana. Preventive Medicine, 166, pp.


Universitas Sumatera Utara. 99-103.
Medan. Tran, T. T. T. et al. 2019. Stress,
Pusdatin. 2017. Situasi Tenaga Anxiety and Depression in
Keperawatan Indonesia. Clinical Nurses in Vietnam: A
Kementerian Kesehatan RI. Cross‑Sectional Survey and
Restila, R. 2015. Systematic Review: Cluster Analysis. International
Occupational Stress and Related Journal of Mental Health
Factors among Hospital Nurses. Systems, 13(3), pp. 1-11.
Kesmas, 9(2), pp. 85-94. Tsai, Y. C. and C. H. Liu. 2012. Factors
Retnaningsih, D. dan D. Fatmawati. and Symptoms Associated with
2016. Beban Kerja Perawat Work Stress and Health-
terhadap Implementasi Patient Promoting Lifestyles among
Safety di Ruang Rawat Inap. Hospital Staff: a Pilot Study in
Jurnal Keperawatan Sudirman, Taiwan. BMC Health Services
11(1), pp. 44-52. Research, 12(199), pp 1-8.
Rizki, M., D. Hamid, Y. Mayowan. Wagiu, C. F., F. K. Kolibu dan A.
2016. Pengaruh Lingkungan Asrifuddin. 2017. Hubungan
Kerja terhadap Stres Kerja Antara Beban Kerja dengan
Karyawan. Jurnal Administrasi Stres Kerja pada Perawat di
Bisnis, 41(1), pp. 9-15. Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Runtu, D. Y. N. 2018. Hubungan antara Hermana Lembean. Manado:
Iklim Organisasi dengan Stres Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Kerja pad Perawat di Rumah Wartono, T. 2017. Pengaruh Stres Kerja
Sakit X Jakarta Timur. Jurnal Terhadap Kinerja Karyawan.
Mitra Manajemen (JMM Kreatif, Jurnal Ilmiah Prodi
Online), 2(3). pp. 125-137. Manajemen Universitas
Sharma, P. 2013. A Study of Pamulang. 4(2), pp. 41-55.
Organizational Climate and Yanto, A. dan S. Rejeki. 2017. Faktor-
Stress of Police Personnel. Faktor yang Berhubungan
International Journal of dengan Penurunan Stres Kerja
Advanced Research in Perawata Baru di Semarang.
Management and Social Nurscope, 3(1), pp. 1-10.
Sciences, 2(2), pp. 212-30. Yoon, S. L. and J. H. Kim. 2013. Job-
Soep, 2012. Stres kerja perawat Related Stress, Emotional
berdasarkan karakteristik Labor, and Depressive
organisasi di rumah sakit. Jurnal Symptoms Among Korean
Keperawatan Indonesia, 15(1), Nurses. Journal of Nursing
pp. 67-74. Scholarship, 45(2), pp. 169-76.
Suandi, T., I. A. Ismail, dan Z. Othman. Yuarto, S. 2014. Pengaruh Disiplin dan
2014. Relationship Between Stres Kerja terhadap Kinerja
Organizational Climate, Job Perawat. Fakultas Ekonomi.
Stress And Job Performance Universitas Sanata Dharma.
Officer At State Education Yogyakarta.
Department. International
Journal of Education and
Literacy Study, 2(1), pp. 17-28.
Tanji, F. et al. 2018. Psychological
Distress and Completed Suicide
in Japan: A Comparison of the
Impact of Moderate and Severe
Psychological Distress.

Anda mungkin juga menyukai