Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No.

2 September 2019

Gambaran Stres Kerja Perawat Yang Bekerja di


Unit Gawat Darurat
Tantan Hadiansyah1, Andria Pragholapati2, Dhito Pemi Aprianto3
1
Akper RS Dustira, tantan.hadiansyah78@gmail.com
2
STIKes Jenderal Achmad Yani
3
Kementrian Kesehatan

ABSTRAK

Stresor kerja di unit gawat darurat lebih tinggi dibandingkan dengan stresor kerja perawat
di unit lainnya. Tingginya stresor kerja ini dapat menyebabkan stres kerja. Tingkat stres
kerja dapat dilihat dari respon stres yang muncul yaitu respon fisiologis, psikologis dan
perilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat stres kerja
perawat unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Al Islam Bandung dan Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Sumedang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 55 orang, yang terdiri dari 36 perawat UGD RSUD Sumedang dan 19
orang perawat UGD RS Al Islam. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Stres kerja perawat yang bekerja di Unit Gawat
Darurat (UGD) Rumah Sakit Al Islam (RSAI) Bandung, sebanyak 19 perawat
menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (52,63%) berada pada tingkat stres
tinggi dan 36 perawat yang bekerja di UGD RSUD Sumedang, menunjukan lebih dari
setengah (61%) responden berada pada tingkat stres kerja sedang. Tingkat stres kerja
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan menurunnya kepuasan dan
prestasi kerja. Sehingga diperlukan manajemen stres yang baik dalam menghadapi
tantangan kerja yang ada.
Kata kunci : Stres kerja, Perawat, UGD

ABSTRACT
The work stressors in the emergency department are higher than the nurses' work
stressors in other units. This high work stressor can cause work stress. The level of work
stress can be seen from the stress response that arises, namely physiological,
psychological and behavioral responses. The purpose of this study was to determine the
description of the work stress of nurses in the emergency department (UGD) Al Islam
Hospital Bandung and the Regional General Hospital (RSUD) Sumedang. This type of
research is quantitative descriptive. Sampling uses a total sampling technique with a total
sample of 55 people, consisting of 36 emergency nurses at Sumedang Regional Hospital
and 19 emergency nurses at Al Islam Hospital. Data collection techniques using a
questionnaire. Based on the results of the study found work stress nurses working in the
Emergency Room (UGD) Al Islam Hospital (RSAI) Bandung, as many as 19 nurses
showed that more than half of respondents (52.63%) were at high stress levels and 36
nurses working in the ER of Sumedang Regional Hospital, it showed that more than half
(61%) of respondents were at moderate work stress. Levels of work stress that are too
low or too high can cause decreased job satisfaction and performance. So that good
stress management is needed in dealing with existing work challenges.
Keywords: Job stress, Nurse, Emergency Unit

Naskah diterima : Maret 2019 Naskah Revisi : Juli 2019 Naskah diterbitkan :
September 2019

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 50


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

PENDAHULUAN Di rumah sakit, dalam upaya


Setiap tuntutan beban kehidupan akan memudahkan pelayanan maka dibentuk
menimbulkan respon tubuh yang tidak unit-unit pelayanan yaitu; unit rawat jalan,
spesifik yang kita kenal sebagai stres. unit rawat inap, intensive care unit (ICU)
Meskipun definisi dan pengertian yang dan unit gawat darurat (UGD). Unit
berbeda-beda, para ahli sepakat bahwa kesehatan yang menyelenggarakan
stres merupakan respon seseorang sebagai pelayanan gawat darurat disebut Unit
cerminan ketidakmampuan mengatasi Gawat Darurat (Azwar, 1996). Unit gawat
ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, darurat, merupakan bagian yang sangat
emosional, dan spiritual manusia (Hawari, penting karena masyarakat meminta
2004; National Safety Council, 2003). pertolongan pertama di unit tersebut secara
Stres yang berasal dan berkaitan dengan terus-menerus. Dalam buku pedoman
segala sesuatu dari lingkungan kerja pelayanan gawat darurat (Depkes, 1995),
disebut dengan stres kerja. Stres kerja disebutkan bahwa pelayanan gawat darurat
merupakan sumber stres terbesar kedua berlangsung selama 24 jam dalam sehari.
setelah masalah perkawinan (Hawari, Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan
1997). Sumber stres kerja terdiri dari yang diberikan kepada klien yang
kondisi pekerjaan, masalah peran, membutuhkan waktu segera untuk
hubungan interpersonal, kesempatan menyelamatkan kehidupan.
pengembangan karier, dan struktur Rumah sakit pada dasarnya adalah
organisasi (Jacinta, 2002). Sementara itu organisasi yang penuh tekanan dan
Arnold, Robertson, and Cooper (1995) perawat juga dianggap sebagai profesi
dalam Zadeh (2008) mengidentifikasi yang menuntut aktifitas tinggi ditandai
bahwa kebisingan, pencahayaan, lama dengan stres kerja dan beban kerja yang
kerja, dan beban kerja mengakibatkan ekstrem (McGowan B, 2001; Sveinsdottir
terjadinya stres kerja. Sumber-sumber stres H, Biering P, Ramel A, 2006;
kerja dapat dijadikan faktor yang Montgomerya A, Panagopoulou E, Kehoe
mempengaruhi setiap individu mengalami I, Valkanos E, 2011; Gulavani A, Shinde
stres di lingkungan kerja. M, 2014)
Gangguan stres yang terjadi di Amerika Perawat memiliki beban kerja tertinggi
Serikat paling banyak (77%) diakibatkan dibandingkan dengan petugas kesehatan
oleh stress kerja. Persatuan Perawat lainnya sebagai paramedis, staf
Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2006 pendukung, dan bahkan dokter (Asamani
menyebutkan 50.9% perawat Indonesia JA, Amertil NP, Chebere M, 2015; Chou
banyak mengalami stres kerja, sering LP, Li CY, Hu SC, 2014).
merasakan pusing, kurang ramah pada Menurut Needham (1997), beban kerja
pasien, lelah, kurang istirahat akibat beban keperawatan adalah "waktu yang
kerja yang tinggi serta penghasilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pasien,
rendah (Prima & Paskarini, 2009). pekerjaan perawatan rumah dan
Stres kerja yang dialami perawat mengangkut pasien di antara lainnya. Oleh
merupakan salah satu bentuk permasalahan karena itu, beban kerja perawat terdiri dari
dan dapat menyebabkan terjadinya tugas dan tugas profesional dan
penurunan semangat kerja, prestasi kerja, nonprofesional. Sejumlah besar penelitian
dan meningkatkan terjadinya resiko telah menunjukkan bahwa beban kerja
kesalahan intervensi yang dapat perawat secara langsung dan positif
membahayakan bagi pasien ataupun berhubungan dengan stres kerja dengan
perawat itu sendiri (Prasetyo, 2017). Hal beberapa yang terkait emosi dan perasaan
ini sesuai dengan pernyataan Schuller negatif (Beh LS, Loo LH, 2012; Al Hosis
dalam Jacinta (2002), yang menyimpulkan KF, Mersal FA, Keshk LI, 2013). Stres
bahwa stres yang dihadapi tenaga kerja kerja perawat menurut Nedd (2006) dan
berhubungan dengan penurunan prestasi sebagaimana diadopsi dalam penelitian ini
kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja mengacu pada reaksi emosional dan fisik
dan kecenderungan mengalami kecelakaan yang dihasilkan dari interaksi antara
kerja. perawat dan lingkungan kerjanya di mana

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 51


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan Dampak subyektif (Subjective effects)


dan sumber daya (Beh LS, Loo LH, 2012). Meliputi kecemasan, agresi, apatis,
Tingkat beban kerja yang tinggi telah kebosanan, depresi, kelelahan, frustasi,
dilaporkan sebagai salah satu faktor utama kehilangan kesabaran, merasa kesepian,
berkontribusi terhadap stres kerja perawat penghargaan diri yang rendah, kegelisahan.
(Romano M, Festini F, Bronner L, 2015; Dampak perilaku (Behavioral effects)
Wazqar et al Wazqar DY, Kerr M, Regan Kecenderungan mengalami kecelakaan,
S, Orchard C, 2017. alkoholisme, penggunaan obat-obatan,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui emosi yang tiba-tiba meledak, makan
stres kerja perawat yang bekerja di unit berlebihan, merokok secara berlebihan,
gawat darurat. tidak dapat beristirahat, gemetar dan
menampilkan tingkah laku impulsif.
KAJIAN LITERATUR Dampak kognitif (Cognitive effects)
Stres adalah respon individu terhadap Ketidakmampuan mengambil keputusan
keadaan atau kejadian yang memicu stres yang jelas, konsentrasi buruk, rentang
yang mengancam dan mengganggu perhatian yang pendek, sangat sensitif
kemampuan seseorang untuk terhadap kritik, dan kemerosotan mental.
menanganinya (Santrock, 2003). Dampak fisiologi (Physiological effects)
Sedangkan menurut Hawari (2002), stres Ditandai oleh peningkatan kadar gula
adalah respon tubuh yang sifatnya non- darah, peningkatan detak jantung dan
spesifik terhadap setiap tuntutan beban tekanan darah, kekeringan pada mulut,
atasnya. Misalnya bagaimana respon tubuh kerap berkeringat, pembesaran pupil mata
seseorang manakala yang bersangkutan dan tubuh panas dingin.
mengalami beban pekerjaan yang Dampak kesehatan (Health effects)
berlebihan. Seseorang yang sedang Asma, sakit kepala, migren, mimpi buruk,
mengalami stres dapat terlihat dari sulit tidur, gangguan psikosomatis, dan
perubahan-perubahan fisik, psikologis dan sering buang air kecil.
perilaku (behavior changes). Dampak Organisasi (Organizational
Definisi stres kerja menurut Ivancevich effects)
and Matteson (2006) tidak berbeda jauh Ditandai oleh absensi yang tinggi, tingkat
dengan definisi stres secara umum yaitu turn-over yang tinggi, produktivitas kerja
suatu respon adaptif yang merupakan rendah, terasing dari rekan sekerja,
konsekuensi dari tuntutan lingkungan kerja menurunnya komitmen dan kesetiaan pada
yang mengakibatkan ketegangan organisasi, serta penurunan kepuasan kerja.
psikologis dan atau fisik seseorang. Perawat unit gawat darurat dituntut untuk
Ivancevich and Matteson (2006) membagi memberikan pelayanan keperawatan
sumber-sumber stres dalam lingkungan kepada pasien yang tiba-tiba berada dalam
kerja sebagai berikut: keadaan gawat atau akan menjadi gawat
1.Stres yang bersumber dari lingkungan dan terancam nyawanya atau anggota
fisik (Physical Environtment Stressor) badannya akan menjadi cacat bila tidak
2.Stres yang bersumber dari tingkatan mendapat pertolongan. Menurut Depkes
individual (Individual Level Stressor) (1995) tujuan dari pelayanan gawat darurat
3.Stres yang bersumber dari kelompok adalah untuk mencegah kematian dan
4.Stres yang bersumber dari organisasi kecacatan (to save life and limb) pada
Akibat dari stres banyak dan bermacam- penderita gawat darurat, merujuk penderita
macam. Ada sebagian positif seperti gawat darurat melalui sistem rujukan untuk
meningkatkan motivasi, terangsang untuk memperoleh penanganan yang lebih
bekerja lebih giat lagi, atau mendapatkan memadai, dan menangani korban bencana.
isnpirasi untuk hidup lebih baik lagi.
Tetapi banyak diantaranya yang merusak METODE PENELITIAN
dan berbahaya. T.Cox (1975:92) telah Penelitian ini menggunakan jenis
mengidentifikasikan efek dari stres yang penelitian deskriptif. Variabel penelitian
mungkin muncul, yaitu : ini adalah tingkat stress kerja. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua perawat

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 52


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

yang bekerja di ruang unit gawat darurat dirasakan oleh perawat dalam lingkungan
(UGD) yaitu 36 perawat di RS Sumedang kerja yang dipersepsi negatif oleh perawat.
dan 19 perawat di RS Al Islam Bandung. Ivancevich and Matteson (dalam Sugi,
Sampel diambil dengan cara ”Total 2008) menyatakan bahwa salah satu
Sampling”. Variabel stres kerja diukur variabel yang membedakan reaksi individu
dengan alat ukur yang dirancang oleh Vigi terhadap stres yaitu persepsi. Selain itu,
Sugi Raharto pada tahun 2007 yang setiap orang akan menghayati stres itu
dikonstruksikan berdasarkan sumber- secara berbeda-beda, ada individu yang
sumber stres kerja yang dikemukakan oleh terpuruk karena stres dan ada pula yang
John M. Ivancevich and Michael Matteson justru termotivasi oleh situasi stres.
(2006). Alat ukur ini sudah sesuai untuk Stressor di tempat kerja terdiri dari
mengukur stres kerja perawat, sehingga beberapa aspek, yaitu: aspek lingkungan
tidak diperlukan uji coba instrumen dalam fisik, aspek konflik peran, aspek
proses pengolahan data dengan nilai ketidakjelasan peran, aspek beban kerja
reliabilitas 0,896. Sebelum partisipan kuantitatif, aspek beban kerja kualitatif,
diminta mengisi kuesioner, peneliti aspek tanggung jawab terhadap orang lain,
memberikan informasi berupa topik dan aspek kesempatan pengembangan karir,
tujuan penelitian. Peneliti menjamin hak- aspek hilangnya kekompakkan, aspek
hak partisipan dengan cara menjamin dukungan kelompok, aspek iklim
kerahasiaan identitas dan partisipan organisasi, aspek struktur organisasi, aspek
mempunyai hak untuk menolak menjadi teritori organisasi, aspek pengaruh
partisipan penelitian. pimpinan.
Suatu stressor dihayati individu
PEMBAHASAN berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang
Tabel 1 menjadi moderator antara stressor, stres,
Distribusi Frekuensi Stres Kerja dan konsekuensinya. Moderator adalah
Perawat yang Bekerja di Ruang UGD suatu kondisi,perilaku atau karakteristik
RSAI Bandung yang memenuhi syarat hubungan antar dua
variabel, diantaranya adalah persepsi
Stres Frekuensi Persentasi individu terhadap situasi, pengalaman
Kerja (F) (%) lampau, dukungan sosial, dan perbedaan
Rendah 9 47,37 individual (Ivancevich & Matteson, 2006).
Tinggi 10 52,63 Perbedaan individual membedakan
Total 19 100 kemampuan perawat dalam menghadapi
sumber-sumber stres, apakah ia termasuk
Berdasarkan tabel 1, dapat individu yang rentan terhadap stres atau
diinterpretasikan, stres kerja rendah sebaliknya, kemudian dipengaruhi nilai
47,37%, yaitu sebanyak 9 orang dan stres kognitif dari masing-masing perawat.
kerja tinggi 52,63%, yaitu sebanyak 10 Setiap perawat akan memaknakan tuntutan
orang. dari lingkungan kerja secara berbeda-beda,
Tinggi rendahnya stres kerja perawat karena setiap perawat memiliki
akan terlihat dalam hasil interaksi dengan pengalaman, harapan, dan kebutuhan yang
lingkungannya, yang merupakan respon berbeda-beda. Berdasarkan hasil
penyesuaian yang dihubungkan dengan perhitungan didapatkan bahwa sebanyak
perbedaan-perbedaan individu atau proses- 10 orang perawat (52,63%)
proses psikologis yang diakibatkan oleh mempersepsikan tuntutan dari lingkungan
faktor-faktor eksternal, tindakan, situasi kerja ini sebagai hal yang negatif atau
ataupun kesempatan-kesempatan yang memberatkannya, hal ini berarti tuntutan
menempatkan tuntutan psikologis atau dari lingkungan kerja tersebut tidak sesuai
fisik pada individu secara berlebihan dengan pengalaman, harapan, dan
(Ivancevich & Matteson, 2006). Dengan kebutuhan perawat, dan jika kondisi ini
kata lain, stres kerja merupakan terus menerus dihadapi oleh perawat maka
penghayatan akan perasaan tertekan yang akan menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan akan dihayati sebagai

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 53


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

suatu tekanan bagi perawat, yang pada lebih cepat, sehingga tingkat stres sedang
akhirnya akan berpengaruh terhadap dapat meningkatkan kinerja dari perawat.
kondisi fisik maupun psikis para perawat. Menurut Cherringio (1989) individu yang
Hal ini ditunjukkan seperti banyak perawat mencapai tingkat stres pada titik optimal
yang mengalami kelelahan, merasa pusing, akan menunjukan penampilan kerja yang
jantung berdebar-debar, berkeringat lebih efisien, menghasilkan kepuasan kerja yang
banyak dari bisanya dan sulit tinggi juga prestasi yang baik. Sehingga
berkonsentrasi, sehingga dapat dikatakan lebih dari setengah responden (61%) di
bahwa perawat mengalami stres kerja yang UGD RSUD Sumedang berada pada
tinggi. rentang stres kerja sedang dapat
Sebanyak 9 orang perawat (47,37%) menghasilkan kepuasan kerja dan prestasi
mempersepsikan tuntutan dari lingkungan yang baik. Tetapi jika stres kerja perawat
kerja sebagai hal yang ringan, hal ini UGD RSUD Sumedang meningkat
berarti tuntutan dari lingkungan kerja menjadi tinggi dapat menyebabkan
tersebut sesuai dengan pengalaman, rendahnya kinerja, prestasi kerja, dan
harapan, dan kebutuhan perawat, dan jika kepuasan kerja perawat.
kondisi seperti ini terus menerus dihadapi Menurut Cherringio (1989), individu
oleh perawat maka akan menimbulkan yang mengalami stres terlalu tinggi akan
perasaan yang menyenangkan dan akan menyebabkan terjadinya penurunan
membuat mereka menjadi lebih termotivasi efisiensi kerja, resiko kecelakaan kerja
dan bekerja lebih semangat atau dengan menjadi lebih tinggi, terjadinya gangguan
kata lain perawat mengalami stres kerja kesehatan, dan individu menderita
rendah. Hal ini dikarenakan ada hal-hal penyakit fisik yang berhubungan dengan
lain yang bisa membedakan penghayatan stres. Individu yang mengalami tingkat
tiap individu terhdap situasi yang penuh stres tinggi akan berada dalam berbagai
tekanan yaitu rasa harga diri (self-esteem) hambatan dan ketidakberhasilan memenuhi
dan tipe kepribadian (tipe A and tipe B). tuntutan sehingga mengakibatkan kinerja
yang lebih rendah atau menurun (Iskandar,
Tabel 2 2008).
Distribusi Frekuensi Stres Kerja Hasil penelitian yang menunjukan
Perawat yang Bekerja di Ruang UGD bahwa lebih dari setengah (61%) perawat
RSUD Sumedang yang bekerja di UGD RSUD Sumedang
berada pada tingkat stres kerja sedang bisa
Stres Frekuensi Persentasi disebabkan oleh ruang perawatan di RSUD
Kerja (F) (%) Sumedang kurang dari jumlah pasien yang
Rendah 14 39 datang. Sehingga di UGD RSUD
Sedang 22 61 Sumedang sebagai tempat awal masuknya
Total 36 100 pasien menjadi overcrowding apalagi
ketika terjadi kejadian luar biasa (KLB)
Berdasarkan tabel 2, dapat atau saat libur poliklinik. Hal ini dapat
diinterpretasikan, stres kerja rendah 39%, menyebabkan masalah seperti peningkatan
yaitu sebanyak 14 orang dan stres kerja waktu tunggu pasien, lingkungan yang
sedang 61%, yaitu sebanyak 22 orang. menjadi ramai dan tidak menyenangkan,
serta meningkatkan resiko stres kerja
Hasil penelitian menunjukan lebih dari (Zanardell, 2009 dalam Siregar, 2009).
setengah (61%) perawat yang bekerja di Winefield (1991) menyatakan bahwa
UGD RSUD Sumedang berada pada tingkatan stres kerja berhubungan dengan
tingkat stres kerja sedang. Iskandar (2008) usia dan jenis kelamin. Rahardjo (2005)
mengatakan stres yang tingkatannya menyatakan bahwa stres kerja yang
rendah hingga sedang menstimulasi tubuh dialami perawat berjenis kelamin pria lebih
dan meningkatkan kemampuan untuk tinggi dibandingkan dengan perawat
beraksi, pada keadaan ini respon perilaku wanita. Dari hasil penelitian menunjukan
yang ditunjukkan adalah mengerjakan bahwa lebih dari setengah (56%)
tugas dengan lebih baik, lebih intens dan responden laki-laki berada pada tingkat

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 54


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

stres kerja sedang. Sementara itu diketahui motivasi diperlukan dalam mencapai
bahwa lebih dari setengah responden sesuatu atau tujuan atau harapan kita.
(58%) perawat di UGD RSUD Sumedang Tetapi ketika tekanan lebih tinggi dari
berjenis kelamin laki-laki, sehingga dapat motivasi yang dimiliki seseorang dapat
ikut berkontribusi terhadap gambaran berpengaruh buruk bagi individu.
tingkat stres kerja di UGD RSUD
Sumedang secara keseluruhan. Hal ini PENUTUP
terjadi karena pria lebih banyak Stres kerja perawat yang bekerja di
menggunakan mekanisme coping yang Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit
pasif sehingga lebih rentan terkena stres Al Islam (RSAI) Bandung, didapatkan
kerja. simpulan 19 perawat menunjukkan bahwa
Selain itu menurut McVicar (2003) lebih dari setengah responden (52,63%)
respon individu terhadap stresor itu berada pada tingkat stres tinggi dan 36
bergantung pada stres “hardiness”, perawat yang bekerja di UGD RSUD
karakteristik, pengalaman, dan mekanisme Sumedang, menunjukan lebih dari
coping. Berdasarkan hasil penelitian setengah (61%) responden berada pada
diketahui bahwa lebih dari setengah tingkat stres kerja sedang.
responden yang memiliki pengalaman UGD RSUD Sumedang dan UGD RS
bekerja selama 0-5 tahun berada pada Al Islam Bandung berada pada rentang
tingkat stres kerja sedang, sehingga dapat stres kerja rendah hingga tinggi, hal ini
ikut berkontribusi pada hasil penelitian. memang dapat meningkatkan kepuasan
Hal ini sejalan dengan Patrick (2006) yang kerja dan prestasi kerja, namun ketika stres
menyatakan bahwa usia dan pengalaman kerja tidak mendapat manajemen yang
memiliki hubungan yang negatif dengan baik akan membuat stres kerja ke tingkat
tingkat stres kerja, ketika usia dan atau lebih rendah atau lebih tinggi. Tingkat
pengalaman kerja bertambah maka tingkat stres kerja yang terlalu rendah atau terlalu
stres kerja akan berkurang. tinggi dapat menyebabkan menurunnya
UGD merupakan tempat awal kepuasan dan prestasi kerja. Sehingga
masuknya pasien, sehingga tidak diketahui diperlukan manajemen stres yang baik
pasien mana yang infeksius atau tidak. dalam menghadapi tantangan kerja yang
Tingkat stres kerja di UGD dapat ada di UGD RSUD Sumedang dan UGD
disebabkan oleh karena di UGD RS Al Islam Bandung.
merupakan tempat yang rentan terkena
penyakit infeksi sehingga menjadi stresor REFERENSI
tersendiri bagi perawat disana.
Sering kali keluarga menganggap Al Hosis KF, Mersal FA, Keshk LI.2013.
kesakitan anggota keluarga mereka yang Effects of job stress on health of Saudi
paling berbahaya dan harus diutamakan. nurses working in Ministry of Health
Padahal di UGD terdapat klasifikasi pasien hospitals in Qassim region in KSA.
mana yang harus didahulukan untuk Life Sci J;10:1036e44.
ditolong. Sehingga di UGD sering terjadi
konflik antara perawat dengan keluarga Asamani JA, Amertil NP, Chebere M.
yang dapat menjadi stresor tersendiri bagi 2015. The influence of workload levels
perawat. on performance in a rural hospital.
Selain itu tingkat stres kerja juga BJHCM;21:577e86.
dipengaruhi oleh faktor yang
mempengaruhi respon stres individu Bare dan Smeltzer. 2002. Buku Ajar
terhadap suatu peristiwa yaitu faktor Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
intelektual, motivasi dan kepribadian. Jakarta: EGC
Faktor intelektual berkaitan dengan sistem Beh LS, Loo LH. 2012. Job stress and
berfikir. Orang yang berfikir negatif atau coping mechanisms among nursing
pesimistis atau irasional lebih mudah staff in public health services. Int J
terkena stres daripada orang yang berfikir Acad Res Bus Soc Sci ;2:131e76.
positif atau optimis atau rasional. Faktor

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 55


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

Cherringio. 1989. Organizational http://www.umcn.nl/userfiles/other/W


Behavior. Boston : Allynand Beon. ork_Stress.pdf

Chou LP, Li CY, Hu SC. 2014. Job stress Hardjano, A, M. 1994. Stress tanpa distres.
and burnout in hospital employees: Seni mengolah stres. Yogyakarta :
comparisons of different medical Kanisius
professions in a regional hospital in
Taiwan. BMJ Open;4:e004185. Hawari, D. 1997. Al Qur’an Ilmu
Kedoteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Cooper, C.L and Marshall. 1990. Stress at Jakarta : PT. Dara Bhakti Primayasa
Work. New York. John Willey and
Sons Ltd. Hawari, D. 2002. Manajemen Stres, Cemas
Dan Depresi. Jakarta: FK UI.
Cooper, C.L.; Dewe, P.; O’Driscoll, . M.P.
1999. Organizational Stress. Available Heim, E. 1992. Stressor in Health
at: Occupations. Do Female Have Greater
http://books.google.co.id/books?id=tf Health Risk?. Zitschirift Fur Osycho-
NrB7ppW94C&printsec=frontcover& Somatische Medizin. 38: 2007-226.
dq=occupational+stress&lr=&as_drrb_ Avalilable at :
is=q&as_minm_is=0&as_miny_is=&a http://www.umcn.nl/userfiles/other/W
s_maxm_is=0&as_maxy_is=&as_brr= ork_Stress.pdf
0&source=gbs_similarbooks_s&cad=1
Hurlock, E. B. 1980. Psikologi
Cox, Tom. 1978. Stress. London. Mac. Perkembangan: Suatu Pendekatan
Millan Press. Ltd. Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1995. Pedoman Rujukan Iskandar, R. 2008. Stress di Tempat Kerja.
Medik. Jakarta : Direktorat jendral Available at :
Pelayanan Medik http://www.scribd.com/doc/12359415/
Stress-Di-Tempat-Kerja-Rahayu-
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Iskandar
PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Bandung Issaacson, Bonnie. Characteristics And
Enhancement Of Resiliency In Young
Fauzi, A. 1999. Awas stres bisa People. Avalaible at :
mematikan. Jakarta: media Indonesia http://www.uwstout.edu/lib/thesis/200
2/2002isaacsonb.pdf
Gibson, I. and Donelly. 1992. Organisasi.
Edisi ke-8 diterjemahkan oleh Nunuk Ivancevich, John M.,Matteson. 1980.
Adriani. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Stress and Work : A Manajerial
Perspective. Glenview, iii : Scott.
Gibson, Ivancevich, Donelly. 1996. Foresman.
Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses.
Edisi ke-5. Jakarta. Erlangga. Jacinta, F, R. 2002. Stress kerja. Team e-
psikologi.com. Avalaible at :
Gulavani A, Shinde M. 2014. http://www.baliusada.com/index2.php?
Occupational stress and job option=com_content&do_pdf=1&id=3
satisfaction among nurses. 33
IJSR;3:733e40.
Jakcson, Susan E.; Schuler, Randall S.
Hagreave M., Peterssonm B,H., and 1999. Manajemen Sumber Daya
Kastrup, M. C. 2007. Gender Manusia. Jakarta : Erlangga
differences in stress among physicians.
Ugeskrift for Laeger 169: 2418-2442. Kemala, et. al. 2008. Perbandingan
Available at : Tingkat Stres Kerja Perawat yang

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 56


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

Bekerja di ICU dan Ruang Perawatan Nedd N. 2006. Perception of


Umum RS Azra Bogor. Depok : FIK empowerment and intent to stay. Nurs
UI Econ 24(1):13e8.

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi & Niekrik, K. L. 2006. Stress. Available at:
Praktek Keperawatan Profesional. http://www.whvc.org/profiles.
Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Niven , N. 2000. Psikologi Kesehatan,
Edisi Kedua . Jakarta : EGC.
Lazarus, R.S., and Folkman, S. 1984.
Stress, Appraisal and Coping. Norwood, S.L. 2000. Research Strategy for
McGraw-Hill. Advanced Practical Nursing Practice.
New Jersey: Prentice Hall. Inc.
Luthans, F. 1992. Organizational Behavior.
6th ed. Singapore:McGraw-Hill, Inc. Patrick, K., 2006. Burnout in Nursing.
Australian Journal of Advanced
Mc Vicar A. 2003. Workplace stress in Nursing. 23:154-157. Available at :
nursing: a literature review. Available http://proquest.umi.com/pqdweb?TS=1
at: 223975135&SST=4&SSM=C&SQ=%
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 28%28LSU%28%7BSTRESS%7D%2
14651686 9+OR+LCO%28%7BSTRESS%7D%
29%29+AND+%28LSU%28%7BWO
McGowan B. 2001. Self-reported stress RKING+HOURS%7D%29+OR+LSU
and its effects on nurses. Nurs Stand %28%7BWORK+HOURS%7D%29%
;15:33e8. 29%29&clientId=56330&SSI=13&TG
ID=1&RQT=305
Mealer. 2007. Increased Prevalence of
Post-Traumatic Stress Disorder Potter & Perry. 2005. Buku Ajar
Symtomps in Critical Care Nurses. Fundamental Keperawatan Konsep,
American Journal of Respiratory and Proses dan Praktik Vol.1 Ed. 4.
Critical Care Medicine Vol. 175. pp. Jakarta: EGC. Diterjemahkan oleh:
693-697. Available at : Yasmin Asih, dkk.
http://ajrccm.atsjournals.org/cgi/conten
t/full/175/7/693 Prasetyo, W. 2017. Literature Review:
Stres Perawat Di Ruang Instalasi
Mims, A. And Stanford, T. 2005. Stress Gawat Darurat, 5(1), 13.
and Burnout Among Critical Care
Nurses. Available at : Prima, W., Paskarini, I., Kes, M., & Fkm,
http://www.lagrange.edu/resources/pdf K. K. (n.d.). 2009. Stres Pada Perawat
/citations/nursing/Stress%20and%20B Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
urnout.pdf Jiwa Menur Surabaya.

Montgomerya A, Panagopoulou E, Kehoe Quick,J.C., & Quick,J.D. 1984.


I, Valkanos E. 2011.Connecting Organizational Stress And Preventive
organisational culture and quality of Management. USA: McGraw-Hill, Inc
care in the hospital: is job burnout the
missing link? J Health Organ Rahardjo, W. 2005. Kontribusi Hardiness
Manag;25:108e23. dan Self-Efficacy Terhadap Stres
Kerja (Studi Pada Perawat RSUP DR.
National Safety Council. 2003. Manajemen Soeradji Tirtonegoro Klaten) Available
Stres. Jakarta: EGC Penerbit Buku at :
Kedokteran. Diterjemahkan oleh: http://repository.gunadarma.ac.id:8000
Palupi Widyastuti. /Kommit2004_psikologi_006_182.pdf

Rasmun. 2004 Stres, Koping, dan


Adaptasi. Jakarta : Sagung Seto

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 57


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

Retnaningtyas, D. 2005. Hubungan Antara influence of job strain and coping on


Stres Kerja dengan Produktivitas Kerja nurses’ work performance:
di Bagian Linting Rokok PT. Gentong understanding the gaps in oncology
Gotri Semarang. Available at : nursing research. Int J Nurs Sci
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/s ;4(4):418e29.
kripsi/index/assoc/HASHd46e/084bde
26.dir/doc.pdf Widoyoko, E, P. 2005. Stress dan
Pengaruhnya Terhadap Prestasi Kerja
Romano M, Festini F, Bronner L. 2015. Karyawan. Available at :
Cross-sectional study on the http://www.um-
determinants of work stress for nurses pwr.ac.id/web/download/publikasi-
and intention of leaving the profession. ilmiah/Stress%20dan%20Pengaruhnya
Prof Inferm ;68:203e10. %20Terhadap%20Prestasi%20Kerja%
20Karyawan.pdf
Santrock, J. W. 2003. Adolescence:
Perkembangan Remaja. Jakarta: Widyasari, P. 2009. Stres Kerja. Availaible
Penerbit Erlangga. Alih bahasa oleh: at :
Shinto B Adelar dan Sherly Saragih. http://rumahbelajarpsikologi.com/inde
x2.php?option=com_content&do_pdf=
Sheila L Vide Beck. 2016. Buku Ajar 1&id=44
Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC.
Wijono, S.2006. Pengaruh Type
Siagian, Sondang. P. 1997. Manajemen Kepribadian Type A dan Peran
Sumber Daya Manusia. Jakarta Bumi Terhadap Stres Kerja manajer Madya.
Aksara Insan Vol. 8 No.3. Available at :
http://www.journal.unair.ac.id/filerPD
Soewondo, S. 1999. Stres dan F/04%20-
Pengolahanya. Jakarta : UI %20Pengaruh%20Kepribadian%20Ty
Sugi, Vigi R. 2008. Hubungan antara pe%20A%20dan%20Peran%20Terhad
Persepsi terhadap Pengaturan Waktu ap%20Stres%20Kerja%20Manajer%2
Kerja pada Perawat Bagian Kamar 0Madya.pdf Winefield, H. R. And
Bedah di Rumah Sakit Kebonjati Anstey, T. J. 1991. Job Stress in
Bandung. Bandung. Universitas Islam General Practice : Paracticioner age,
Bandung. sex, and attitude as predictors. Family
Practice. 8: 140-144. Available at :
Tabrani. 1998. Agenda Gawat Darurat. http://www.umcn.nl/userfiles/other/W
Jakarta : EGC. ork_Stress.pdf

Taylor, Lillis, Le Mone. 1997. Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa.


Fundamental of Nursing: The Art and Bandung. Refika Aditama.
Science of Nursing Care Third Edition.
Philadhelpia: Lippincot. Zadeh, Z-F and Ahmad K-B. 2008.
Number of Working Hours and Male
Towner, L. 2002. Mengelola Stres Pekerja. Employees’ Psychological Work-
Jakarta : Elex Media Komputindo Stress Levels. Pakistan Journal of
psychological Research 23: 29-36.
Wazqar DY, Kerr M, Regan S, Orchard C.
2017. An integrative review of the

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 58


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan

Anda mungkin juga menyukai