Anda di halaman 1dari 6

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.

1 (2012)

Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat


di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

Anastasia Susiani Nugroho, Andrian, Marselius


Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran burnout yang dialami perawat dan
penggunaan bentuk strategi coping yang dapat mereduksi stres perawat. Penelitian ini
merupakan total population study. Subjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan jumlah
perawat yang bekerja di ruang rawat inap berjumlah 82 orang, terdiri dari 39 perempuan
dan 43 laki-laki. Teknik pengambilan data menggunakan metode angket, yang terdiri dari
angket terbuka dan tertutup, adapun angket tertutup meliputi burnout dan coping stres.Hasil
analisis menunjukkan bahwa perawat di ruang rawat inap menggunakan kedua jenis strategi
coping stres dengan kategori sedang, problem focused coping dengan persentase 53,7%
dan emotional focused coping sebesar 57,3%. Burnout yang dihasilkan termasuk dalam
kategori rendah (68,3%) dan sangat rendah (26,8%).

Kata kunci: burnout, coping stres, perawat, rumah sakit jiwa

Kerja merupakan suatu kebutuhan Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan


manusia yang sangat beragam, berkembang, dan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan
dapat berubah seiring berjalannya waktu. Dewasa yang berkualitas oleh pihak rumah sakit. Mutu
ini, banyak orang yang bekerja tidak pada pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh
keahlian/keinginannya sehingga mengalami stres beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan
kerja dan berdampak menimbulkan burnout adalah sumber daya manusia (SDM), yang
(kelelahan kerja). Burnout merupakan respon meliputi tenaga medis (dokter, perawat) dan non
yang berkepanjangan terkait faktor penyebab stres medis. Menurut Gunarsa (1995) pekerjaan
yang terus-menerus terjadi di tempat kerja di seorang perawat harus mengutamakan pelayanan
mana hasilnya merupakan perpaduan antara karena perawat berhubungan langsung dengan
pekerja dan pekerjaannya (Papalia, 2007). pasien sehingga harus mengetahui kebutuhan
Penelitian yang diterbitkan dalam Health Science pasien yang merupakan konsumen utama di
Journal (Malliarou, Moustaka, Konstantinidis, rumah sakit. Salah satu performa sebuah rumah
2008) mengungkapkan bahwa sekarang ini sakit diukur dari performa perawatnya sehingga
semakin banyak ditemukan burnout di dalam seorang perawat harus memiliki kemampuan
lingkungan kerja. Banyak faktor yang interpersonal yang tinggi, terutama rasa empati.
memengaruhi munculnya gejala burnout tersebut. Menurut Dewi (dalam PPNI, 2001)
Dalam tulisannya, para peneliti menyimpulkan mengungkapkan bahwa perawat merupakan motor
bahwa faktor lingkungan, seperti kerja sama tim suatu rumah sakit sehingga perlu adanya
dan shift kerja turut memengaruhi munculnya pemberdayaan yang maksimal. Keperawatan
sindrom burnout. Maslach di dalam Papalia merupakan salah satu bentuk pelayanan yang
(2007) mengemukakan bahwa burnout dapat menjadi bagian integral dari sistem pelayanan
terjadi pada orang yang profesinya terkait dengan kesehatan. Perawat selalu mengadakan interaksi
pelayanan masyarakat (guru, terapis, pekerja langsung dengan pasien, keluarga, tim kesehatan
sosial, polisi, dan pekerja rumah sakit) di mana dan lingkungannya (Priharjo, 1995).
mereka akan merasa frustrasi dengan Permasalahan terkait perawat juga terjadi
ketidakmampuannya untuk membantu masyarakat di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
dengan baik dan optimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk Bidang Keperawatan diperoleh informasi bahwa
sarana kesehatan yang diselenggarakan baik oleh terdapat salah satu permasalahan yang masih
pemerintah maupun swasta. Rumah sakit di dalam dihadapi yaitu dalam hal operasional, yakni
menjalankan fungsinya diharapkan dapat kekurangan SDM terutama tenaga perawat dan
memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan dokter. Keterbatasan jumlah tenaga kerja pada
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. perawat Rumah Sakit Jiwa Menur menyebabkan
1
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

terjadinya penurunan motivasi ketika perawat coping: individu berpegang teguh pada
melakukan atau melaksanakan pekerjaanya. pendiriannya dan memperjuangkan apa yang
Sebagian besar para perawat di rumah sakit jiwa diinginkan, dan mengubah situasi agresif. Seeking
memiliki kecenderungan untuk bekerja lebih support coping: mencari bantuan dan dukungan
santai dan waktu yang tersedia cukup banyak dari orang lain untuk mengatasi situasi stres.
sehingga menjadikan mereka mengalami stres Planful problem solving: indvidu membuat
kerja karena merasa dirinya menganggur. Pada rencana tindakan dan mengubah situasi untuk
perawat yang bertugas shift pagi-siang merasa memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
santai dalam pekerjaannya karena ada bantuan Yang kedua ialah Coping yang berfokus pada
dari perawat yang sedang magang, namun pada emosi/emotion-focused coping sebagai usaha
perawat shift malam merasa kewalahan dengan untuk menurunkan emosi negatif yang dirasakan
jumlah perawat yang lebih sedikit dan terkadang ketika sedang menghadapi masalah atau tekanan.
pasien mengalami gaduh gelisah di tengah malam. Emotion focused coping terdiri dari lima jenis
Ada juga yang mengatakan bentuk pelayanan ,yaitu Self control: invididu mengontrol perasaan
yang monoton menjadikan mereka jenuh bekerja dan tindakannya. Distancing: individu
dan tidak bisa mengembangkan potensi yang ada menggambarkan usaha-usaha untuk melepaskan
di dalam diri mereka. diri dengan menyibukkan diri dalam berbagai
Hasil survey awal burnout melalui aktivitas. Positive reappraisal: individu
pengisian angket dari 25 orang perawat di ruang mengubah pemikiran dirinya secara positif dan
rawat inap dapat dijelaskan bahwa sebanyak 36% mengandung nilai religius. Accepting
(9 orang) perawat tergolong dalam tahap 1, yaitu responsibility: individu mengenali peran dirinya
masih belum dijumpai adanya stres kerja diantara terhadap masalah dan belajar dari pengalaman
mereka, 24% (6 orang) perawat tergolong dalam yang ada. Escape avoidance: individu
tahap 2, yaitu mulai adanya kejenuhan dan stres menghindari atau melarikan diri dari lingkungan
kerja namun masih dapat menekan/mengatasi hal secara nyata.
tersebut, 20% (5 orang) perawat tergolong dalam Rutter (dalam Smeth, 1994)
tahap 3, yakni perawat tersebut sudah memasuki menambahkan strategi coping yang efektif adalah
tingkat stres kerja yang sedang, mereka akan sesuai dengan jenis dan situasi stres yang dialami
berusaha untuk mempertimbangkan cara-cara individu tersebut. Taylor (dalam Smeth, 1994)
dalam mengurangi stres kerjanya, dan 20% (5 juga mengungkapkan keberhasilan suatu coping
orang) perawat yang terakhir tergolong dalam yang dilakukan individu tergantung pada
tahap 5, yakni mereka sudah memasuki tahapan penggabungan pemilihan jenis coping sesuai
yang sangat rentan dalam pekerjaanya dan mulai permasalahan yang dihadapi daripada mencari
mengalami terjadinya burnout. satu strategi yang paling cocok.

Coping stres Burnout

Menurut Sarafino (2008) coping Burnout merupakan istilah yang menunjuk


merupakan suatu proses dimana individu mencoba pada sindroma yang merupakan kumpulan respon
untuk mengelola jarak yang ada diantara tuntutan- individu terhadap stres. Burnout merupakan
tuntutan dengan sumber daya yang mereka respon yang berkepanjangan terkait faktor
gunakan dalam menghadapi situasi stressful. penyebab stres yang terus-menerus terjadi tempat
Weiten (2010) mengungkapkan coping kerja di mana hasilnya merupakan perpaduan
adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk antara pekerja dan pekerjaannya (Papalia, 2007).
mengatasi masalah atau menangani emosi yang Weiten (2010) menjelaskan bahwa burnout
umumnya bersifat negatif. meliputi kelelahan fisik, kelelahan mental, dan
Menurut Sarafino (2008) dan Folkman (dalam emosi yang disebabkan stres yang berhubungan
Wortman, 1992) terdapat dua jenis coping stres, dengan pekerjaan, yang biasa terjadi pada
yaitu coping yg berfokus pada masalah/problem- individu yang bekerja dalam bidang pelayanan
solving focused coping sebagai usaha untuk sosial. Kelelahan fisik yang terjadi dapat meliputi
mengurangi tuntutan dari situasi yang dapat merasakan berkurangnya tenaga, merasa lemah,
menimbulkan stres atau meningkatkan sumber atau kelelahan yang kronis. Kelelahan mental
daya untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang dapat dimunculkan dengan tingginya sikap negatif
menyebabkan stres tersebut. Problem focused pada seseorang, pekerjaan, dan hidupnya.
coping terdiri dari tiga jenis, yaitu Confrontive Kelelahan emosi terkait adanya perasaan tidak

2
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

berdaya, tidak berpengharapan, dan merasa merupakan perempuan, yakni sebanyak 43 subjek
terjebak atau terperangkap dalam pekerjaannya. (52,4%) dan sisanya sebesar 47,6% merupakan
Menurut Baron dan Greenberg (2003) laki-laki. Subjek dalam penelitian ini mayoritas
terdapat dua faktor penyebab yang menimbulkan berusia 20-30 tahun (48,8%).
terjadinya burnout, yaitu: faktor
eksternal/lingkungan kerja, yaitu kondisi Deskripsi variabel penelitian
pekerjaan yang buruk, kurang adanya promosi
jabatan, prosedur aturan yang kaku, dan tuntutan Berdasarkan hasil distribusi frekuensi, maka
pekerjaan, gaya kepemimpinan, dan faktor diperoleh faktor utama penyebab stres dapat
internal, yaitu usia, jenis kelamin, harga diri, dan dinyatakan bahwa sebesar 43,9% subjek memilih
kepribadian. faktor pekerjaan sebagai pendorong utama yang
Menurut Maslach dan Jackson (dalam menyebabkan stres, 22% subjek memilih
Sarafino, 2008) Terdapat tiga komponen yang keluarga, 14,6% menjawab tidak ada, dan 19,5%
sering digunakan untuk menjelaskan terjadinya menjawab lain-lain. Pilihan jawaban lain-lain
burnout, yaitu kelelahan emosi; pada kondisi ini, meliputi kekurangan uang dan faktor lawan jenis.
rasa lelah muncul begitu saja tanpa sebelumnya
didahului oleh pengeluaran energi yang berarti. Analisis butir dan reliabilitas pengukuran
Selain itu, rasa lelah ini tidak dapat hilang,
meskipun individu tersebut sudah melakukan Hasil analisis butir dan reliabilitas untuk
istirahat selama beberapa hari. Kelelahan emosi variabel burnout dan coping stres berturut-turut
ditandai dengan munculnya rasa marah, depresi, adalah 0,276-0,874 dan 0,968, serta 0,220-0,831
dan mudah tersinggung. Depersonalisasi; suatu dan 0,972.
kondisi kecenderungan individu untuk menjauh
atau menghilang dari lingkungannya, bahkan tidak Distribusi frekuensi burnout
memperdulikan orang-orang di sekitarnya dan Kategori Interval Frekuensi Persentase
bersikap negatif. Feeling of low accomplishment; Sangat
suatu kondisi ketika individu merasa bahwa tinggi X > 125,8 1 1,2%
dirinya tidak mampu atau tidak puas melakukan Tinggi 103,6< X
tugas yang dibebankan padanya secara tepat. <125,8 1 1,2%
Sedang 81,4< X
<103,6 2 2,4 %
Rendah 59,2< X
Metode <81,4 56 68,3%
Sangat
Penelitian ini merupakan total population rendah X < 59,2 22 26,8 %
study, subjek penelitian ini adalah seluruh Total 82 100 %
populasi perawat yang bekerja di ruang rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang Nilai mean ideal problem focused coping antar
berjumlah 82 orang, terdiri dari 36 laki-laki dan ruangan
46 perempuan, dan peneliti akan mengambil No Ruang Kerja Mean Kategori
keseluruhannya. Proses analisis data akan diawali 1 Puri Anggrek 49,08 Sedang
dengan uji validitas dan reliabilitas skala yang 2 Flamboyan 47,54 Sedang
digunakan. Apabila skala tidak valid bila sig>0,05 3 Wijaya Kusuma 59,50 Tinggi
dan r<0,3; dan reliabel (α< 0,7; Nunnally, 1978), 4 Puri Mitra 47,29 Sedang
maka akan dilakukan pengguguran butir sampai 5 Gelatik 49,36 Sedang
skala valid dan reliabel. Selanjutnya akan 6 Kenari 46,14 Sedang
dilakukan distribusi frekuensi dan tabulasi silang
menggunakan spss 16.00. Nilai mean ideal emotional focused coping
antar ruangan
No Ruang Kerja Mean Kategori
Hasil 1 Puri Anggrek 76,46 Sedang
2 Flamboyan 72,39 Sedang
Deskripsi subjek penelitian 3 Wijaya Kusuma 93,00 Tinggi
4 Puri Mitra 74,00 Sedang
5 Gelatik 76,86 Sedang
Subjek penelitian dalam penelitian ini 6 Kenari 73,57 Sedang
berjumlah 82 subjek. Subjek sebagian besar

3
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

Bahasan
Tabulasi silang PFC dan ruang kerja
Ruang Distribusi frekuensi nilai mean ideal dari
Puri Flam Wijaya Puri Tota problem focused coping yang digunakan subjek
KTP Gela Ken
Anggr boya Kusum Mitr l
FC
ek n a a
tik ari termasuk dalam kategori sedang (53,7%).
F % F % F % F % F % F % F % Distribusi frekuensi nilai mean ideal dari
San 1 1 emotional focused coping yang digunakan oleh
gat 7 4 5
Ting 1 71 , , 1 , subjek dan termasuk dalam kategori sedang
gi 0 0 0 0 0 ,5 1 1 2 8 0 0 3 9 (57,3%). Penggunaan coping stres pada perawat
1 3 3 2 ruang rawat inap tersebut termasuk dalam kategori
3 4 5 5 4
Ting 0, 2 7, , , , 2 , sedang, artinya ada kekonsistenan dalam diri
gi 4 8 3 3 1 1 2 3 5 7 5 7 0 4 subjek, hal ini berarti pada masalah yang
7 3 5 5
6 8 5 0 3
membutuhkan penyelesaian subjek akan
Seda 9, 1 7 14 1 , , , 4 , menggunakan coping stres berupa problem
ng 9 2 0 7 2 ,3 1 6 5 7 7 1 4 7 focused coping, dan pada masalah yang hanya
7 1
Ren , , perlu penurunan emosi negatif maka akan
dah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 menggunakan emotional focused coping, ataupun
San 1 kombinasi dari kedua coping. Menurut Rutter
gat 4 7 4
Ren 7, , , , (dalam Smeth, 1994) keefektifan penggunaan
dah 0 0 0 0 1 1 0 0 2 3 1 1 4 9 suatu coping tergantung pada cara pemilihan
1 1 1 1 1 1
Tota 1 0 1 0 1 10 1 0 1 0 1 0 8 0
ketepatan coping sesuai dengan permasalahan
l 3 0 3 0 4 0 4 0 4 0 4 0 2 0 yang ada.
Berdasarkan hasil wawancara enam orang
Tabulasi silang EFC dan ruang kerja subjek penelitian terkait tabel 20, permasalahan
Ruang utama yang mereka hadapi yaitu terkait keluarga
K
Wija
Tot dan pekerjaan yang meliputi, kenaikan biaya
Puri Fla ya Puri
TE
Ang mbo Kusu Mitr Gel Ken
al hidup tidak diimbangi dengan kenaikan gaji,
FC
grek yan ma a atik ari kurangnya sumber daya perawat pada shift malam
F % F % F % F % F % F % F % menjadikan perawat yang bertugas cukup
Sa
ng kewalahan apabila ada pasien yang gelisah di
at 7 1 malam hari, banyaknya waktu menganggur/santai
Ti 1 7 3 karena adanya perawat yang magang sehingga
ng 1 , , 1 ,
gi 0 0 0 0 0 5 0 0 1 1 0 0 1 4 subjek merasa kemampuannya tidak dapat
2 1 5 2 berkembang, dan adanya gangguan selama
Ti 7 3 7 4 0 8
ng , , , , , , 1 2
bekerja (suara TV, sesama teman kerja yang
gi 1 7 3 0 1 1 2 3 7 0 4 6 8 2 saling bercakap-cakap). Permasalahan-
9 7 1 8 2 5 5 permasalahan yang dialami sebagian subjek
Se 2 7 4 5 8 7 8
da 1 , 1 , , 1 , , , 4 , tersebut merupakan sumber stres yang bersifat
ng 2 3 0 0 2 3 2 7 4 6 8 2 8 5 negatif (distress) yang dapat memengaruhi
Re 7 1 penurunan kinerja subjek.
nd , ,
ah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 Distribusi frekuensi nilai mean ideal
Sa burnout, sebanyak 56 orang subjek penelitian
ng
zat 1 memiliki burnout dengan kategori rendah
Re 7 4 7 4 (68,3%) kemudian dilanjutkan 22 orang
nd , , , ,
ah 0 0 0 0 1 1 0 0 2 3 1 1 4 9 subjek dengan kategori sangat rendah
1 1 1 1 1 1 1 (26,8%). Weiten (2010) menjelaskan burnout
To 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 8 0
tal 3 0 3 0 4 0 4 0 4 0 4 0 2 0 terdiri dari kelelahan fisik, emosi, dan mental
dalam diri individu terkait dengan
pekerjaanya terutama dalam bidang pelayanan
sosial. Perawat merupakan salah satu dari
pekerja sosial yang paling rentan mengalami
burnout karena selain harus berinteraksi
langsung dengan pasien dan keluarganya
dalam waktu yang tidak singkat, perawat juga
4
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

memiliki karakteristik tugas atau lingkungan rumah sakit dapat menyiasati kurangnya jumlah
kerja yang bersifat kompleks, dan terkadang perawat pada shift malam sehingga dapat
berkaitan dengan keselamatan jiwa seseorang. mencegah meningkatnya burnout pada perawat
Burnout yang terjadi pada sebagian besar yang bekerja di shift malam.
subjek termasuk dalam kategori rendah dan Saran-saran yang dapat diberikan untuk
dapat meminimalisasi kelemahan pada penelitian
sangat rendah dikarenakan subjek sudah
selanjutnya yaitu: sebaiknya penelitian ini
memiliki strategi coping yang dirasa efektif dilakukan menggunakan metode kualitatif agar
sehingga tidak berdampak pada hal-hal yang dapat lebih dilakukan probing dan mendalami
buruk terkait pekerjaannya. permasalahan yang sedang dialami subjek
sehingga tidak menimbulkan bias. Penelitian
Simpulan selanjutnya diharapkan menambahkan kaitan
dukungan sosial dengan pemilihan strategi coping
Strategi coping stres yang digunakan oleh stres.
perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
meliputi dua jenis, yaitu problem focused coping Pustaka Acuan
dan emotional focused coping. Coping stres dapat
membantu subjek dalam menghadapi situasi Aronson, E. & Pines, A. (1988). Career burnout:
stressful/burnout. Penggunaan strategi coping Causes & cures. New York:
yang efektif sesuai dengan permasalahan yang Free Press.
sedang dihadapi dapat meminimalkan terjadinya Azwar, S. (2000). Tes prestasi: Fungsi dan
stres/burnout di tempat kerja. pengembangan pengukuran prestasi
belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bahtiar, Y. & Suarli, S. (2009). Manajemen
Kelemahan keperawatan dengan pendekatan
praktis. Jakarta: Erlangga.
Penelitian ini memiliki beberapa Baron, R. A. & Grennberg, J. (2003). Behavior in
keterbatasan, yaitu: adanya singkatan di dalam organizations: Understanding
memberikan simbol untuk jenis kelamin and managing the human side of work (8th ed.).
menjadikan jumlah perawat laki-laki dan Upper Saddle River: Pearson
perempuan pada hasil olahan angket tidak sama Education.
dengan data yang diberikan oleh pendamping. Chesham, D. J., Quine, L., & Rutter, D. R. (1993).
Adanya keterbatasan peneliti dalam menggali Social psychological
jawaban-jawaban yang kurang jelas, seperti lain- approaches to health. New York: Harverster
lain, tidak ada. Adanya bias/faking good antara Wheatsheaf.
hasil angket dan wawancara sehingga terjadi Dubrin, J. A. (1994). Applying psychology:
ketidaksesuaian antara keduanya. Peneliti kurang Individual and organizational
memiliki kemampuan yang baik di dalam effectiveness. New Jersey: Prentice-Hall inc.
membahasakan hasil penelitian. Berdasarkan hasil Elcom. (2010). Seri belajar kilat SPSS 17.
wawancara di akhir penelitian baru disadari Yogyakarta: Andi Offset.
adanya faktor dukungan sosial di dalam pemilihan Farber, B. A. (1985). Stress and burnout in the
strategi coping stres. human service professions. New
York: Pergamon Press.
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. (1995).
Saran Psikologi perawatan. Jakarta: BPK
Gunung Mulia Hadi, S
Bagi perawat, sebaiknya perawat dapat Maherawati, H. (2007). Perbedaan stres dan
menyeimbangkan antara penggunaan problem intensitas rokok ditinjau dari coping
focused coping dan emotional focused coping stres pada perokok mahasiswa. (Skripsi tidak
sehingga tidak berdampak buruk pada keseharian diterbitkan). Fakultas Psikologi
dan kinerjanya. Universitas Surabaya.
Bagi rumah sakit, walaupun hasil Malliarou, M. M., Moustaka, E. C., &
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas subjek Konstantinidis, T. C. (2008). Burnout of
penelitian mengalami burnout pada kategori nursing personnel in a regional university
rendah dan sangat rendah, namun sebaiknya pihak hospital. Health Science Journal,

5
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

2(3), 140-152.
Nurvida, H. (1997). Hubungan antara motivasi
berprestasi dengan gejala
burnout pada polantas di Satlantas Polwiltabes
Surabaya. (Skripsi tidak
diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas
Surabaya.
Ogden, J. (2004). Health psychology (3rd ed.).
New York: Open University.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D.
(2007). Human development (10th
ed.). New York: McGraw Hill.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
(2011). Perawat, ujung tombak pelayanan
kesehatan. Jakarta: Penulis.
Priharjo, R. (1995). Etika keperawatan.
Yogyakarta: Kanisius.
Riduwan. (2006). Dasar-dasar statistika.
Bandung: Alfabeta.
Robbins, S. P. (2008). Perilaku organisasi:
Organizational behavior (12th ed.).
Jakarta: Salemba Empat.
Sarafino, E. P. (2008). Health biopsychosocial
interactions (6th ed.). New York:
John Willey& Sons, Inc.
Sihotang, I. N. (2004). Burnout pada karyawan
ditinjau dari persepsi terhadap
lingkungan kerja psikologis dan jenis kelamin.
Jurnal Psyche,1(1), 9-17.
Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta:
Grasindo.
Soebekti, S. (2007). Hubungan kemampuan
penyesuaian diri dengan burnout
buruh linting rokok Prima Lestari. (Skripsi
tidak diterbitkan). Fakultas
Psikologi Universitas Surabaya.
Sudjana. (1992). Metoda statistika. Bandung:
Tarsito.
Suryabrata, S. (2009). Metodologi penelitian.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Weiten, W. (2010). Psychology: Themes and
variations (8th ed.). California:
Wadworth.
Widyawati, S. N. (2012). Konsep dasar
keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wolf, L. V., Weitzel, M. H., & Fuerst, E. V.
(1984). Dasar-dasar ilmu
keperawatan. Jakarta: Gunung Agung.
Wortman, C. B. & Loftus, E. F. (1992).
Psychology (4th ed.). USA: McGraw Hill
inc.

Anda mungkin juga menyukai