Anda di halaman 1dari 54

TATALAKSANA

BURNOUT PADA
PERAWAT
dalam penanganan COVID-19
menuju New Normal Stage
UMAR AKHSANI
Bidang Diklat DPD PPNI BANYUMAS
Background
 COVID-19 telah diprediksi memiliki angka
kematian sebesar 1% dari populasi (Baker &
Souisa, 2020).
 Dampak dari COVID-19 terjadi karantina dan
pengisolasian yang ketat, serta dilakukannya
pemberhentian operasional perusahaan,
instansi, dan bahkan sekolah maupun
universitas (Cao et al., 2020).
Case Overview

JAWA TENGAH

29 Mei 2020
Case Overview

29 Mei 2020
Case Overview

4371
Perawat

20
KOMISARIAT

29 Mei 2020
Background
 Virus atau wabah yang datang secara tiba-tiba,
membuat staff medis mengalami keadaan yang
sangat melelahkan dan mengakibatkan adanya
tekanan psikologis yang muncul secara bertahap
 Muncul nya perasaan takut dan cemas,
 Depresi,
 Gejala stress pasca trauma (post-traumatic) yang
berlangsung cukup lama dan mengarah pada
dampak yang lebih mendalam

Chong et al., (2004); Shultz, Baingana, & Neria, (2014)


EVIDENCE BASED
Background
 Munculnya wabah secara tiba-tiba
memungkinkan staff medis mengalami gangguan
kesehatan mental yang berkaitan erat dengan
faktor-faktor psikologis (Kang et al., 2020).
 Para staff medis menunjukkan perilaku lekas
marah, keengganan untuk beristirahat, menolak
menerima bantuan psikologis, dan merasa tidak
memiliki masalah (Chen et al., 2020).
Background
 Melakukan pekerjaan yang memicu akumulasi
stres secara terus menerus dapat menyebabkan
perasaan depresi, ketidakpuasan, dan
depersonalisasi, proses ini dinamakan dengan
burnout (Horn & Johnston, 2020).
 Burnout menjadi sebuah masalah global bagi
tenaga medis yang memiliki implikasi pada
kesehatan para pekerja medis dan pasien (Jones,
2020).
EVIDENCE BASED
Burnout
 Burnout sebenarnya telah diperkenalkan oleh
Bradley pada tahun 1969,
 Herbert Freudenberger pada tahun 1974
dianggap sebagai tokoh penemu dan
penggagas istilah burnout
 Freudenberger (1974) dalam Teixeira et al.
(2013a)  Burnout sebagai kelelahan yang
terjadi karena bekerja terlalu intens tanpa
memperhatikan kebutuhan pribadinya
Dimensi Burnout
 Kelelahan emosional
(emotional exhaustion),
 Perasaan dan sikap
negatif terhadap
penerima pelayanan
(depersonalization),
 Perasaan pencapaian diri
yang rendah dalam
profesionalisme (reduced
Keadaan respon terhadap personal
stres kerja kronik pekerja accomplishment).
kemanusiaan atau
sejenisnya Maslach (1996) ; Johan et al. (1998)
Burnout sign & symptom
 Burnout pada tenaga medis diasosiasikan sebagai
sebuah peningkatan resiko kesalahan pada
melakukan tindakan medis (Tawfik et al., 2018).
 Burnout memiliki dampak fisik dan psikologis
secara langsung pada tenaga medis diantaranya
kelelahan, kecemasan, gangguan tidur, sakit
kepala dan berkurangnya konsentrasi (Ho, Tang, &
Tam, 2020; Pradas-Hernández et al., 2018).
Tahapan Burnout
1. Paksaan untuk membuktikan diri sendiri,
2. Bekerja lebih keras (working harder),
3. Mengabaikan kebutuhannya (neglecting their needs),
4. Displacement of conflicts,
5. Mengubah nilai-nilai (revision of values),
6. Penolakan pada masalah baru (denial of emerging problems),
7. Menarik diri (withdrawal)
8. Obvious behavioural changes (perubahan perilaku yang jelas)
9. Depersonalisasi
10. Kekosongan batin (inner emptiness),
11. Depresi (depression)
12. Sindrom burnout
(Bakker & Geurts, 2004)
Skovholt (2001)
POSITIF
 Work relation factor
 Client relation factor BURNOUT
 Worker relation
factor

Maslach et al. (2001a) CONTROL

• Work overload
• Lack of work control
• Rewarded for work
NEGATIF
• Breakdown in
community
Burnout syndrome
• Treated fairly
• Tingkat energi yang tinggi dan sikap yang positif
• Dealing with conflict • Bosan, stres, frustasi
values • Sifat marah, permusuhan, menghindari kontak dengan rekan,
tidak bersahabat, berpandangan negatif, tidak mampu berpikir
atau konsentrasi, depresi, kelelahan fisik dan mental yang ekstrim.
Maslach dan Leiter (2008) • Sinis, acuh tak acuh, berpikir negatif, kehilangan minat, dan
dalam (Khamisa et al., 2015) rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri.
ASSESSMENT
 Kelelahan fisik, emosional, Skor Total 132
dan mental diklasifikasikan menjadi
1. 0 (tidak burnout)
 Skoring menggunakan 2. 1 – 33 (ringan)
instrument Maslach Burnout 3. 34 – 66 (sedang)
Inventory-Human Service 4. 67 – 99 (berat)
Survey (MBI-HSS), terdiri dari 5. 100 – 132 (sangat
22 pernyataan dengan berat)
skala 0-6
Maslach Burnout Inventory-
Human Service Survey (MBI-HSS)
 0 : Tidak pernah mengalami dalam setahun terakhir
 1 : Mengalami beberapa kali dalam setahun terakhir
 2 : Mengalami 1 (satu) kali dalam sebulan terakhir
 3 : Mengalami > 1(satu ) kali dalam sebulan terakhir
 4 : Mengalami 1 kali dalam seminggu
 5 : Mengalami > 1 kali dalam seminggu
 6 : Mengalami hampir setiap hari
Maslach Burnout Inventory-
Human Service Survey (MBI-HSS)
No Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
1 Saya merasakan emosi saya
terkuras karena pekerjaan
2 Saya merasakan kelelahan fisik
yang amat sangat di akhir hari
kerja
3 Saya merasa lesu ketika bangun
pagi karena harus menjalani hari
ditempat kerja untuk menghadapi
pasien
Maslach Burnout Inventory-
Human Service Survey (MBI-HSS)
No Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
4 Saya dengan mudah dapat
memahami bagaimana perasaan
pasien tentang hal-hal yang ingin
mereka penuhi dan mereka
peroleh dari layanan yang saya
berikan
5 Saya merasa bahwa saya
memperlakukan beberapa pasien
seolah-olah mereka hanya sebagai
objek pekerjaan
Maslach Burnout Inventory-
Huma Service Survey (MBI-HSS)
No Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
6 Menghadapi orang atau pasien
dan bekerja untuk mereka
seharian penuh membuat saya
“tertekan”
7 Saya dapat menjawab dan
melayani pasien saya dengan
efektif
Maslach Burnout Inventory-
Human Service Survey (MBI-HSS)
No Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
8 Saya merasa jenuh dan “burnout”
(lelah tidak berdaya) karena
pekerjaan saya
9 Saya merasa memberikan
pengaruh positif terhadap
kehidupan orang lain melalui
pekerjaan saya sebagai pemberi
jasa
Maslach Burnout Inventory-Humas
Service Survey (MBI-HSS)
No Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
10 Saya menjadi semakin “kaku”
terhadap orang lain sejak saya
bekerja sebagai pemberi jasa
11 Saya khawatir pekerjaan ini
membuat saya “dingin” secara
emosional
Maslach Burnout Inventory-Humas
Service Survey (MBI-HSS)
No Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
12 Saya merasa sangat bersemangat
dalam melakukan pekerjaan saya
dan dalam menghadapi para
pasien saya
13 Pekerjaan sebagai pemberi jasa
membuat saya merasa frustasi

14 Saya merasa bekerja terlampau


keras dalam pekerjaan saya
Maslach Burnout Inventory-Humas
Service Survey (MBI-HSS)
No Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
15 Saya benar-benar tidak peduli
pada apa yang terjadi terhadap pasien saya
16 Menghadapi dan bekerja secara
langsung dengan orang
menyebabkan saya stres
17 Saya dengan mudah dapat
menciptakan suasana yang santai
dengan pasien
Maslach Burnout Inventory-Humas
Service Survey (MBI-HSS)
No Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
18 Saya merasa gembira setelah
melakukan tugas saya untuk
pasien secara langsung
19 Saya telah mendapatkan dan
mengalami banyak hal yang
berharga dalam pekerjaan ini
20 Saya merasa seakan akan hidup
dan karir saya tidak akan berubah
Maslach Burnout Inventory-Humas
Service Survey (MBI-HSS)
No Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
21 Saya menghadapi masalah-masalah
emosional dalam
pekerjaan saya dengan tenang dan
“kepala dingin”
22 Saya merasa para pengguna
menyalahkan saya atas masalah-masalah
yang mereka alami
Know the factors associated with
burnout
 Work overload
 Work relation factor  Lack of work
 Client relation
control
factor
 Rewarded for work
 Worker relation
factor  Dealing with
conflict value
Work overload
 Ungkapan pekerjaan yang diberikan sangat berat
 Tugas bukan hanya merawat pasien tetapi juga
mengurus administrasi dan kebersihan ruangan
 Jantung berdebar-debar ketika menghadapi
pekerjaan yang berat
 Meskipun terampil dalam bekerja, tetapi merasa
pekerjaan tidak selesai-selesai
Work overload
 Merasa kehilangan daya konsentrasi ketika
mendengar banyak instruksi medis dan harus
melakukan pekerjaan yang banyak dan berat
dalam satu waktu
 Pihak RS menempatkan tenaga perawat sesuai
dengan kebutuhan beban kerja ruangan
 Jumlah perawat tidak sesuai dengan beban kerja
yang ada
Work overload
 Merasa cemas jika menghadapi pasien
yang kritis
 Sering lupa / konsentrasi menurun
 Merasa tertekan atau kelelahan setelah
selesai menjalani shift
Lack of Work Control
 Ketepatan pengambilan keputusan
 Adanya aturan yang membatasi kewenangan
 Tidak mempunyai otoritas untuk menyelesaikan suatu
masalah yang seharusnya dapat dikerjakan
 Perhatian dari atasan
 Rotasi berdasarkan kompetensi yang dipersyaratkan
 Abai terhadap usulan
 Evaluasi kinerja
Rewarded for work
 Adanya jaminan kesehatan,
 Pujian
 Kesempatan pengembangan diri
 Insentif
 Penghargaan terhadap sertifikasi
kompetensi
Rewarded for work
 Adanya jaminan kesehatan,
 Pujian
 Kesempatan pengembangan diri
 Insentif
 Penghargaan terhadap sertifikasi
kompetensi
intervensi
EVIDENCE BASED
PREVENTING COVID-19
BURNOUT
 Find meaning in your work
 Connect with an energy source
 Nurture interpersonal connections
 Develop an attitude of positivity
 Make ‘emotional hygiene’ a priority
 Recognize our unique abilities and
contributions
intervensi
 Burnout dapat dihindari dengan melakukan hal-hal
sederhana setiap hari seperti melakukan meditasi, yoga,
ataupun mendengarkan musik
(Jackson, Firtko, & Edenborough, 2007; Khalsa, Shorter, Cope,
Wyshak, & Sklar, 2009)
 Staff medis dapat melakukan teknik mindfulness yang
merupakan teknik untuk menyadari proses-proses dan
perhatian yang terjadi saat ini secara realistis
(Bishop et al., 2006)
 Lingkungan Kerja Perawat berbasis Caring (LKPBC)
(Kuswantoro, 2019)
Mindfulness
 Mindfulness menjadi komponen penting pada beberapa model
terapi yang telah terstandarisasi, termasuk Cognitive Behavior
Therapy (CBT), Dialectical Behavior Therapy (DBT),
dan Acceptance and Commitment Therapy (ACT).

 Model terapi tersebut memasukkan


komponen mindfulness dengan mengacu program Mindfulness-
Based Stress Reduction (MBSR) yang dikembangkan Jon Kabat-Zinn
(Didonna, 2009)

 Melatih mindfulness pada tenaga medis telah terbukti dapat


menekan stres dan meningkatkan kesehatan mental
(Kemper, Mo, & Khayat, 2015)
A 15-Minute Meditation to
Cultivate Equanimity
 Dilakukan hanya membutuhkan waktu
sekitar 10-15 menit setiap harinya, demi
tenaga medis yang lebih sehat mental
dalam memerangi wabah COVID-19 di
garda terdepan.
A 15-Minute Meditation to
Cultivate Equanimity
1. Find a position that’s comfortable and take a few breaths.
Invite yourself to soften and connect. Coming into your body and mind,
right here, right now.
2. Imagine a time when you felt even-minded and balanced.
It could be a time you were about to yell, but instead, took a pause. It
could be anything.
3. See if you can bring to mind a time when you felt balanced.
Notice if you can see, sense, or feel what it was like.
Di mana kamu? Apa yang Anda lihat? Apa yang kamu dengar? Yang
terpenting, apa yang Anda rasakan di dalam diri Anda?
Jika tidak ada yang terlintas dalam pikiran, Anda dapat
membayangkan gunung. Gunung itu kokoh, kuat, dan kuat. Dapatkah
Anda mengingat saat Anda merasakan kekuatan gunung atau
membayangkan seperti apa rasanya? Seperti apa rasanya?
A 15-Minute Meditation to
Cultivate Equanimity
4. We might say “segala sesuatu sebagaimana adanya”
I could be with this as it was. I can be with things as they were. You can
repeat the words in your mind.
“Saya bisa dengan hal-hal sebagaimana adanya. Saya menangani ini
dengan kekuatan dengan keseimbangan batin”

5. Notice what happens inside you as you remember that time or you
imagine the mountain.
Tarik napas dan perhatikan apa yang terjadi di dalam diri Anda

6. Now imagine something that’s made finding equanimity difficult.


It could be something simple, or maybe you’re overwhelmed by work or
lack of work.
A 15-Minute Meditation to
Cultivate Equanimity
 Things are as they are. I can be with things as they
are. I may not like these things, and that’s okay.
They may not be what I want, but I can be with
them. I have the capacity to be with life as it is.
Segala sesuatu sebagaimana adanya. Saya bisa dengan hal-
hal sebagaimana adanya. Saya mungkin tidak suka hal-hal
ini, dan tidak apa-apa. Mereka mungkin bukan yang saya
inginkan, tetapi saya bisa bersama mereka. Saya memiliki
kapasitas untuk hidup seperti apa adanya.
A 15-Minute Meditation to
Cultivate Equanimity
 As you remember this situation, notice
what happens in your body. Maybe
there’s some tightness or tension—
contraction or constriction or aversion.
Maybe you don’t like it. You wish it were
different. Just breathe and notice.
A 15-Minute Meditation to
Cultivate Equanimity
7. Now, let’s use words that might be helpful.
You can imagine sending these phrases to yourself in this situation
or sending them out to the situation.

Things are as they are. I can be with things as they are.


*) Repeat the phrases and then check in with what’s happening.

You are as you are. I can be with you as you are. I am as I am.

Ijinkan saya menerima diri saya apa adanya. Ijinkan saya


menghadapi situasi ini dengan rahmat, dengan ketenangan hati.
A 15-Minute Meditation to
Cultivate Equanimity
8. As you say these words, see if you can remember
how it felt in the earlier part of the meditation,
and import that feeling here.
“Things are as they are. I can be with things as they
are. I may not like these things, and that’s okay. They
may not be what I want, but I can be with them. I
have the capacity to be with life as it is”

What words do you want to say to yourself related to


your situation? Say them now.
A 15-Minute Meditation to
Cultivate Equanimity
9. Let’s go back to that memory, that
imagination of the solidity and strength and
capacity that we all have within us to handle
what life brings.

“Sit here with that feeling for a few more breaths.


Say to yourself, whatever I have to deal with,
that’s coming up that I don’t know about, may I
meet it with equanimity”
Lingkungan Kerja Perawat
berbasis Caring (LKPBC)
 Caringsebagai tindakan yang bertujuan
memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan
keselamatan pasien (Carruthet all, 1999)
Caring leadership
 Pemimpin caring, seseorang yang percaya dalam
memelihara hubungan dan membantu orang tumbuh
dalam organisasi, melakukan hal-hal yang sangat berbeda
dari pemimpin konvensional.
1. Mereka mendapatkan rasa hormat dan membangun
kepercayaan
2. Mereka mengembangkan budaya caring yang membantu
karyawan berkinerja lebih baik
3. Para pemimpin yang percaya bahwa bersikap baik akan
membangun lingkungan yang kolaboratif
4. Mereka menyampaikan pesan mereka dengan sensitivitas
dan tanpa kritik keras.
Tahapan Caring in nursing
leadership
1. Be Purposeful (penuh
tujuan)
2. Be Empathetic
3. Be Calm, clear and
confident
4. Be both action

5.
oriented and reflective
Be inspiring LKPBC
6. Be Resillient (tangguh)
7. Be Aware of mindsets
8. Be courageus
References
 Baker, A., & Souisa, H. (2020). Coronavirus COVID-19 death rate in Indonesia is the highest in
the world. Retrieved from
 Bishop, S. R., Lau, M., Shapiro, S., Carlson, L., Anderson, N. D., Carmody, J., … Devins, G.
(2006). Mindfulness: A Proposed Operational Definition. Clinical Psychology: Science and
Practice. https://doi.org/10.1093/clipsy.bph077
 Cao, W., Fang, Z., Hou, G., Han, M., Xu, X., Dong, J., & Zheng, J. (2020). The psychological
impact of the COVID-19 epidemic on college students in China. Psychiatry Research,
112934. https://doi.org/10.1016/J.PSYCHRES.2020.112934
 Jong-Hyun Leea, Jaejin & Kyung. (2017). Job satisfaction and job-related stress among
nurses: The moderating effect of mindfulness. IOS.http://DOI:10.3233/WOR-182843
 Kang, L., Chen, M., Yang, J., Wang, Y., Li, R., Bai, H., … Liu, Z. (2020). mpact on Mental Health
and Perceptions of Psychological Care among Medical and Nursing Staff in Wuhan during
the 2019 Novel Coronavirus Disease Outbreak: a Cross-sectional Study. Brain, Behavior, and
Immunity.
 Kemper, K. J., Mo, X., & Khayat, R. (2015). Are mindfulness and self-compassion associated
with sleep and resilience in health professionals? Journal of Alternative and Complementary
Medicine.
 Khalsa, S. B. S., Shorter, S. M., Cope, S., Wyshak, G., & Sklar, E. (2009). Yoga
ameliorates performance anxiety and mood disturbance in young
professional musicians. Applied Psychophysiology Biofeedback.
 Marquish, B. L. & Huston, C. J., 2010, Leadership Roles and
Management Function in Nursing: Theory And Application, Lippincott
Williams & Wilkins Inc, USA.
 Marshburn, D., Engelke, M. & Swanson, M., 2009, Relationships of New Nurses'
Perceptions and Measured Performance-Based Clinical Competence, J
Contin Educ Nurs, 40: 426-32.
 Maslach, C. & Leiter, M. P., 2008, Early Predictors of Job Burnout and
Engagement, The Journal of Applied Psychology, 93: 498-512.
 Maslach, C., Schaufeli, W. B. & Leiter, M. P., 2001a, Job Burnout, Annual
Review of Psychology, 52: 397-422.
 Maslach, C., Schaufeli, W. B., Leiter, M. P., Rj, B. & Er, G., 2001b,
Hospital Restructuring, Work-Family Conflict and Psychological Burnout
among Nursing Staff, Annual Review of Psychology, 52: 397-422.
 Maslach, C., 1996, Burnout : A Multidimensional Theory of Burnout: In Theories
of Organizational Stress, University Press, Oxford.
 Maslow, A., 2003, Motivasi dan Kepribadian, Midas Surya Grafindo, Jakarta.
 Nursalam, 2016, Manajemen Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
 Nursalam, 2016, Manajemen Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
 Panagioti, M., Geraghty, K., Johnson, J., Zhou, A., Panagopoulou, E., Chew-
Graham, C., … Esmail, A. (2018). Association Between Physician Burnout and
Patient Safety, Professionalism, and
 Shultz, J., Baingana, F., & Neria, Y. (2014). The 2014 Ebola Outbreak
and Mental Health Current Status and Recommended Response.
JAMA The Journal of the American Medical Association, 313.
 Tawfik, D. S., Profit, J., Morgenthaler, T. I., Satele, D. V, Sinsky, C. A.,
Dyrbye, L. N., … Shanafelt, T. D. (2018). Physician Burnout, Well-
being, and Work Unit Safety Grades in Relationship to Reported
Medical Errors. Mayo Clinic Proceedings, 93(11), 1571–1580.
 Wu, P., Fang, Y., Guan, Z., Fan, B., Kong, J., Yao, Z., … Hoven, C. W.
(2009). The psychological impact of the SARS epidemic on hospital
employees in China: Exposure, risk perception, and altruistic
acceptance of risk. Canadian Journal of Psychiatry.

Anda mungkin juga menyukai