1 Burnout
2.1.1 Definisi
Burnout pertama kali diidentifikasi oleh Fredenberger sebagai perasaan gagal dan letih.
Edelwich dan Brodsky mendefinisikan burnout sebagai hilangnya idealisme, energi dan tujuan
yang progresif. Pines dan Aronson mendefinisikannya sebagai keadaan kelelahan emosional dan
mental fisik. Serta Sarros dan Densten menggambarkan burnout sebagai mekanisme penanganan
maladaptif terhadap kondisi kerja yang menimbulkan stres, menuntut atau tidak memiliki cukup
tantangan dan pengakuan.
Definisi burnout paling umum dijelaskan oleh Maslach sebagai kondisi multidimensi
yang terdiri dari (i) kelelahan emosional, (ii) depersonalisasi dan (iii) penurunan pencapaian
personel yang dapat terjadi pada individu yang melakukan 'pekerjaan sejenis'. Maslach
menggambarkan kelelahan sebagai proses psikologis yang dimulai ketika para profesi pelayanan
manusia diliputi oleh stres yang tidak terduga dan tidak tertahankan dalam pekerjaan yang
memfrustasikan usaha mereka untuk memberi dampak positif pada orang.
Menurut Maslach, rasa frustasi yang terus berlanjut dapat menyebabkan para profesional
merasa kelelahan secara emosional dan mengalami kekurangan energi untuk menghadapi hari
selanjutnya. Untuk mengatasinya, mereka mungkin melepaskan diri secara psikologis dan
emosional dengan menjauhkan diri dari situasi yang menyebabkan stres. Seiring berjalannya
waktu, para profesional ini mungkin mulai mengembangkan sikap ketidakpedulian terhadap
kebutuhan orang lain, yang pada akhirnya dapat menyebabkan rasa berkurangnya keberhasilan
dalam diri sendiri, yang didefinisikan sebagai perasaan tidak kompeten dan tidak berhasil dalam
pencapaian hubungan kerja.
Meskipun kelelahan digambarkan sebagai konsep yang samar-samar, sekarang telah
diterima secara luas sebagai sindrom psikologis sebagai respons terhadap stresor interpersonal
kronis pada pekerjaan tersebut. Sekarang burnout dikategorikan dalam masalah yang berkaitan
dengan kesulitan dalam pengelolaan kehidupan, dengan kode z73.0 dalam klasifikasi ICD-10.
Penelitian lebih lanjut telah mengkonfirmasi teori Maslach bahwa kelelahan lebih
menonjol di kalangan profesi pelayanan manusia seperti perawat, guru, pekerja sosial dan
petugas kesehatan mental. Pines dan Aronson menggambarkan alasan tingginya prevalensi
kelelahan di kalangan profesi pelayanan manusia. Menurut mereka, kebanyakan individu yang
mendalami profesi pelayanan manusia termotivasi untuk memberikan kontribusi signifikan
terhadap kehidupan orang-orang yang mereka layani. Profesi pelayanan manusia ini memiliki
harapan yang tinggi bahwa mereka akan berhasil dalam usaha untuk membantu orang lain. Jika
mereka gagal mencapai harapan ini, mereka memasuki potensi untuk terjadi burnout.
2.1.2 Penyebab Burnout
Penyebab burnout dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok: karakteristik pribadi,
karakteristik pekerjaan dan karakteristik organisasi. Pada bukti yang ada saat ini, karakteristik
organisasi memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap burnout, dibandingkan dengan
karakteristik pribadi dan pekerjaan. Faktor demografis, kurangnya dukungan sosial dan harapan
kerja yang tinggi telah digambarkan sebagai karakteristik pribadi. Karakteristik pekerjaan
meliputi konflik peran, peran berlebih, ambiguitas peran dan hubungan interpersonal yang
buruk. Konteks pekerjaan, kontingensi dan non-kontingensi hasil diamati sebagai karakteristik
organisasi. Menurut Albee, burnout berhubungan dengan over work, tidak terapresiasi,
kebingungan tentang harapan dan prioritas, kecemasan akan keamanan kerja dan komitmen
untuk bertanggung jawab.
Menurut Shaufeli, Maslach Burnout Inventory (MBI) sejauh ini merupakan instrumen
yang paling populer untuk mendiagnosa kelelahan di seluruh dunia. Lebih dari 90% publikasi
ilmiah dan disertasi tentang burnout didasarkan pada MBI. Ini memiliki 22 item dan dapat
digunakan sebagai kuesioner mandiri. Instrumen paling banyak digunakan berikutnya adalah
Burnout Measure oleh Pines dan Aronson. Ini digunakan dalam sekitar 5% studi burnout. BM
adalah kuesioner yang konsisten secara internal, yang menilai tingkat kelelahan fisik, emosional
dan mental seseorang.
Kesimpulan
Burnout adalah fenomena yang sangat disalahpahami di negara-negara berkembang termasuk Sri
Lanka. Penyebab dan konsekuensinya rumit dan saling terkait. Ini mempengaruhi karyawan dan
produktivitas sebuah organisasi. Karena itu, baik pengusaha maupun karyawan harus waspada
terhadap kelelahan. Langkah-langkah harus diperkenalkan untuk meminimalkan kelelahan di
antara karyawan.