Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Yasmin Nadhifa
NIM : 1113070000072
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H /2018 M
PENGARIIH MORAL DISENGAGEMENTDAN U<T,I]\N
SEKOLAH TERIIADAP PERILAKU BULLYING PADA {
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Pemyeraten Memperoleh
Gelar Sariane Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Yasmin Nadhifa
MM: 1113070fim072
Pembimbing
l
. r1
H
Dr. Risetienti Koboakine. M.Si
I\[DN.20150rc7 W
rAKUL'TAS PSIKOLOGI
UNTVERSITAS ISLAM I\Tf,GERI SYARIF IIIDAYATTJLLAII ffi
JAKARTA
14391112018 M
','.'
LEMBAR PENGESAHAN
(
Sidang Munaqasyah
WAnggota
Prof. Dr. Abdut M Dr. Abdul Rahman Shaleh. M.Si
NIP. 196806141 NrP. 19720823 199903 l 002
Anggota
ffi
LEMBAR PER}IYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (Sl) di Fakultas
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
3. Jika di kemudian hari terbuki bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Jakarta, April2018
Yasmin Nadhifa
NIM: 1113070000072
lv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Persembahan:
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) April 2018
C) Yasmin Nadhifa
D) Pengaruh Moral Disengagement dan Iklim Sekolah terhadap Perilaku Bullying
pada Pelajar SMA di Jakarta
E) XII + 100 halaman + lampiran
F) Bullying di sekolah merupakan suatu fenomena yang sudah ada sejak lama
dan suatu hal yang merusak tetapi hal ini sering terjadi khususnya di kalangan
remaja. Kasus ini telah lama terjadi di Indonesia dan mengalami peningkatan
di beberapa tahun belakangan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
mencegah bullying terjadi mengingat dampak yang akan ditimbulkan baik
bagi pelaku maupun korban. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
moral disengagement dan iklim sekolah terhadap perilaku bullying.
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) April 2018
C) Yasmin Nadhifa
D) The Effect of Moral Disengagement and School Climate on Bullying Behavior
among High School Students in Jakarta
E) XIII + 100 pages + appendix
F) Bullying in school is a phenomenon that has existed for a long time and a
destructive thing but this often happens especially among adolescent. Bullying
has long been happening in Indonesia and a few years ago. Therefore, efforts
are needed to prevent bullying from occurring given the impact that will be
generated for both the perpetrator and the victim.
This study aims to highlight the moral disengagement and school climate of
bullying behavior. This research uses quantitative approach with total sample
used amounted to 240 students in SMAN 3 Jakarta. In this research using non-
probability sampling technique. The author uses the Olweus Bully / Victim
Questionnaire (OBVQ) measuring instrument developed by Gonçalves et al.
(2016) to measure bullying behavior, Moral Disengagement Scale (MDS)
developed by Hymel et al. (2005) to measure the moral disengagement and
Comprehensive School Climate Invetory (CSCI) developed by the NSCC
(2015) to measure the school climate. To test the validity of measuring
instruments using Confirmatory Factor Analysis (CFA) and Multiple
Regression Analysis techniques used to test the research hypothesis.
The results of this study indicate that there are three dimensions that
significantly effect the behavior of bullying, there are cognitive restructuring,
blaming / dehumanizing the victim, and safety. The result of minor hypothesis
is four dimensions of the moral variables disengagement and obtained two
dimensions that have no significant effect there are minimazing agency and
distortion of negative consequences. Then the result of minor hypothesis is
four dimension of school climate variable and obtained three dimension which
have not significant effect, there are teaching and learning, interpersonal
relationship, and institutional environment. The authors hope the implications
of the results of this study can be reviewed and developed in subsequent
research by adding other variables
G) Reference: 51; books : 10 + journals : 35 + internets 6
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan penulis berbagai macam nikmat di antaranya nikmat iman dan
islam serta sehat wal afaiat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Pada penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah membantu penulis baik secara materi, tenaga ataupun moril, maka dari
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag, M. Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Dr. Abdul
Rahman Shaleh, M. Si, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya yang telah memfasilitasi mahasiswa dalam rangka menciptakan
lulusan yang berkualitas.
2. Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si, Psi, selaku dosen pembimbing skripsi
dam dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis,
memberikan motivasi dan memberikan penulis banyak masukkan selama
menyelesaikan skripsi.
3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu
yang berharga kepada penulis. Dan untuk seluruh staf Fakultas Psikologi UIN
Jakarta yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi penulis.
4. Kepada seluruh siswa-siswi SMAN 3 Jakarta yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk menjadi responden pada penelitian ini.
5. Kepada kedua orangtua penulis, Papa dan Mama yang tanpa henti
memanjatkan doa di setiap ibadahnya, kasih sayang yang tulus, serta
memberikan segala dukungan dan pengorbanan untuk penulis. Terima kasih
sudah menjadi pendengar dan penasihat yang baik atas segala suka duka yang
penulis lewati selama menyelesaikan skripsi ini.
viii
6. Kepada keluarga penulis Uqi, Kevan, Alif, dan Nenek yang telah memberikan
kasih sayang, motivasi agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini, nasihat
dan segala kebahagiaan yang diberikan kepada penulis.
7. Untuk sahabat-sahabat tersayang semasa perkuliahan Muhammad Arafat,
Amelia Saraswati, Dian Sinurat, Dona Dwiyanti, Syifa Shafira, dan Adisristi
Anindyajati. Terima kasih atas segala kasih sayang, canda, tawa, motivasi
serta bantuan tiada henti yang diberikan selama ini dan selalu ada baik dalam
keadaan suka maupun duka.
8. Kepada teman-teman penulis Dinda, Abel, Widya, Gina, Raudah, Hanifah
Kak Iki, Kak Fei dan Kak Idek, yang telah memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT.
9. Sahabat-sahabat penulis Syifa Satria, Nadia Desrina, Nadia Zafira, dan
sahabat-sahabat penulis lainnya yang telah memberikan semangat dan
kebahagiaan. Terima kasih atas segala bantuan psikologis dan motivasinya.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. terima kasih telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala bantuan, dukungan,
dan do’anya kepada saya, dibalas Allah dengan kebaikan yang berlimpah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini terdapat banyak sekali
kekurangan dan kesalahan, oleh karenanya penulis mengharapkan dapat
disampaikan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan
penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri ataupun
orang lain, dan pihak yang berkepentingan.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 35
3.3.1 Alat Ukur Perilaku Bullying ........................................................ 35
3.3.2 Alat Ukur Moral Disengagement ................................................ 36
3.3.3 Alat Ukur Iklim Sekolah ............................................................. 37
3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................................... 38
3.4.1 Uji Validitas Perilaku Bullying.................................................... 41
3.4.2 Uji Validitas Cognitive Restructring ........................................... 42
3.4.3 Uji Validitas Minimazing Agency................................................ 43
3.4.4 Uji Validitas Distortion of Negative Consequences .................... 44
3.4.5 Uji Validitas Blaming/dehumanizing the Victim ......................... 45
3.4.6 Uji Validitas Safety ...................................................................... 46
3.4.7 Uji Validitas Teaching and Learning .......................................... 47
3.4.8 Uji Validitas Interpersonal Relationship .................................... 49
3.4.9 Uji Validitas Institutional Environment ...................................... 50
3.5 Metode Analisis Data ............................................................................ 51
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Bullying di sekolah merupakan suatu fenomena yang sudah ada sejak lama dan
suatu hal yang merusak tetapi hal ini sering terjadi khususnya di kalangan remaja.
merusak yang disengaja dan hal tersebut terjadi berulang-ulang sepanjang waktu
menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak bullying adalah kekerasan fisik dan
seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi dimana ada
hasrat untuk melukai atau manakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma /
sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orang tua. Sekolah
yang seharusnya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu
membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuh
untuk memasukinya.
Sekolah Menengah Atas (SMA), dikarenakan pada masa ini remaja memiliki
1
2
ditandai dengan ciri-ciri bahwa remaja merasa segala sesuatu masih terpusat pada
dirinya, dari sinilah akan munculnya perilaku menyimpang. Perasaan remaja yang
meyakini bahwa segala sesuatu berpusat pada dirinya membuat para remaja
tersebut sebagian besar berupa verbal, seperti: ucapan atau kata-kata yang
yaitu sebanyak 38-41,7%. Sedang bentuk bullying urutan dua di sekolah adalah
orangtua, pendidik dan teman mereka sendiri (Kompasiana, 2014). Pada tahun
2015, terdapat 79 kasus anak sebagai pelaku bullying. Sedangkan pada tahun 2014
Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dirilis pada
15 Februari lalu menyatakan bahwa terdapat 1.844 kasus kekerasan terhadap anak
sejak pergantian tahun. Wakil Ketua KPAI Susanto mengatakan bahwa jumlah
yang menjadi korban dan teridentifikasi menurun dibanding tahun 2014 dan 2015,
disiram dengan air teh botol di luar lingkungan sekolah. Kejadian itu bermula
pada saat korban menghadiri acara ulang tahunnya di kawasan Sudirman. Saat itu
korban sedang diantar oleh orangtuanya dan peristiwa tersebut dilihat oleh para
senior mereka yang ikut diundang dalam acara ulang tahun tersebut (Okezone,
2016).
Selain itu, Retno Listyarti sebagai mantan Kepala Sekolah SMA Negeri 3
XII terhadap murid kelas X. Misalnya, Retno menemukan ada siswi kelas XII
yang meminta dibelikan lipstik seharga Rp 400 ribu kepada adik kelasnya. Ada
juga pemalakan para senior dengan meminta dibelikan pulsa oleh juniornya.
Belum lagi soal kekerasan finansial yang dilakukan oleh murid Kelas XII yang
(CNNIndoneisa, 2015).
budaya turun temurun dan ajang balas dendam bagi para senior untuk membuat
junior merasakan apa yang dirasakannya dulu. Hasil wawancara lainnya dengan
4
sekolahnya lumayan ketat. Tapi ada beberapa siswi mengenakan seragam yang
dikecilkan dan mewarnai rambut. Juga senior selalu ingin di hormati oleh
juniornya.
bullying dapat menimbulkan perasaan tidak aman, takut pergi ke sekolah, merasa
terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi atau stres yang dapat berakhir
dengan bunuh diri. Dalam jangka panjang dapat menderita masalah gangguan
emosional dan perilaku (Prasetyo, 2011). Selain itu, studi terdahulu mengatakan
al., 2005).
5
Tapi pelaku bullying sering agresif terhadap orang dewasa juga, baik guru
maupun orang tua. Umumnya, pelaku bullying memiliki sikap yang lebih positif
kuat untuk mendominasi orang lain. Mereka memiliki sedikit empati dengan
(Hymel et al., 2005) dan self-control (Li et al., 2014). Faktor-faktor eksternal yang
rumah yang tidak harmonis, tekanan teman sebaya (Lee & Wong, 2009), media
perbuatan yang buruk kepada orang lain. Pada perkembangan moral, anak
memerlukan standar baik dan buruk kemudian standar tersebut mereka gunakan
dalam kehidupannya sebagai pedoman dan aturan bagi setiap tingkah lakunya.
Proses ini akan mencegah perilaku mereka yang tidak sesuai dengan standar
tersebut. Agresi dan bullying dikaitkan dengan beberapa jenis penalaran moral
tindakan agresi (Gini, 2005). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Turner (2008)
perilaku bullying dan agresi. Penelitian yang dilakukan oleh Thornberg & Jungert
bahwa remaja yang mempertahankan tingkat yang lebih tinggi dari moral
satunya adalah iklim sekolah. Iklim sekolah merupakan faktor yang sangat
penting dalam pemahaman tentang sikap dan keyakinan siswa bagi kekerasan dan
bullying. Menurut Cohen (2010) iklim sekolah merupakan pola pengalaman orang
Iklim sekolah yang positif atau negatif berdampak pada frekuensi bullying
di sekolah. Banyak peneliti yakin bahwa iklim sekolah memiliki dampak langsung
pada sikap dan perilaku siswa, termasuk prevalensi bullying (Petrie, 2014). Siswa
juga cenderung melaporkan bullying jika mereka melihat iklim sekolah mereka
7
negatif (Swearer & Hymel, 2015). Hal ini didukung oleh penelitian terbaru yang
al., 2013). Dari hasil penelitian Lee dan Song (2012) juga menyebutkan bahwa
bullying.
membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang bullying yang dipengaruhi oleh
moral disengagement dan iklim sekolah khususnya pada pelaku bullying. Maka
dari itu tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Moral
SMA di Jakarta”.
Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel prediktor, yaitu
moral disengagement dan iklim sekolah terhadap perilaku bullying pada pelajar
yaitu:
1. Bullying merupakan perilaku agresif atau perilaku merusak yang disengaja dan
menjadi 3 dimensi, yaitu bullying verbal; bullying fisik; dan bullying non-
mampu melakukan perbuatan yang buruk kepada orang lain. Dimensi moral
belajar mengajar, dan struktur organisasi. Iklim sekolah terdiri atas 4 dimensi
Berdasarkan uraian pembatasan masalah di atas, maka berikut ini adalah rumusan
dan blaming/dehumanizing the victim) dan iklim sekolah (safety, teaching and
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik teoritis maupun praktisi yaitu
sebagai berikut:
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
bidang keilmuan psikologi yang berkaitan dengan moral disengagement dan iklim
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
bullying di kalangan siswa-siswi di sekolah menengah atas dan faktor apa yang
LANDASAN TEORI
2.1 Bullying
beberapa tokoh. Menurut Sullivan et al. (2004), bullying diartikan sebagai suatu
tindakan negatif dan agresif atau tindakan yang disengaja atau berulang yang
dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang lain, biasanya terjadi secara
kekuatan.
penderitaan dan ketidaknyamanan dari orang lain, atau korban bullying baik itu
penderitaan fisik atau emosional. Bullying berbeda dari kejadian waktu atau
pertengkaran anak-anak, karena perilaku ini ditandai dengan perilaku agresi jahat
yang disengaja dan dilakukan berulang dalam periode waktu tertentu dan adanya
merusak yang disengaja dan hal tersebut terjadi berulang-ulang sepanjang waktu
11
12
(diulangi), pelaku melakukan perilaku bullying nya kepada korban yang sama
baik psikologis maupun fisik untuk orang yang lemah oleh orang atau sekelompok
orang yang lebih kuat. Menurut Gladden et al. (dalam Pozolli et al., 2016),
remaja yang ditargetkan, termasuk fisik, psikologis, sosial, pendidikan atau yang
membahayakan.
oleh Olweus yang menjelaskan bahwa bullying adalah merupakan perilaku agresif
atau perilaku merusak yang disengaja dan hal tersebut terjadi berulang-ulang
dampak tersebut berpengaruh tidak hanya kepada korban (victim) saja juga kepada
1. Victim, pengalaman karena ditindas memiliki efek jangka panjang yang dapat
mengakibatkan turunnya harga diri, jarang hadir di kelas, depresi, dan bunuh diri.
disekolahnya.
13
2. Bully, anak yang terindifikasi sebagai pelaku memiliki resiko putus sekolah,
3. Bystander, sebagai anak yang mengamati anak lain yang diganggu dapat
menyebabkan konflik emosi dalam melihatnya seperti marah, sedih, takut, dan
ketidakpeduliannya.
nama.
memukul.
mengancam.
1. Moral Disengagement
Hasil penelitian Bandura, Barbaranelli, Capcara, dan Pastorelli (dalam Bartol &
et al. (2005) menyatakan bahwa moral disengagement memiliki peran yang sangat
2. Kontrol diri
manusia untuk bertindak atas tujuan mereka; untuk mengatasi kesulitan yang
15
berkaitan dengan pikiran, emosi, dan perilaku; untuk menunda gratifikasi; dan
untuk mengatasi kesulitan. Selain itu penelitian lain mengatakan bahwa kontrol
diri yang rendah juga sebagai mediator dalam memprediksi agresi dan kekerasan
3. Iklim sekolah
bahwa, iklim sekolah umumnya mengacu pada kualitas dan karakter interaksi
organisasi, dan hubungan unik untuk pola setiap sekolah. Penelitian tersebut
perilaku resiko seperti penyalahan zat dan agresif (Apsy, Pusat untuk
Sebagian besar anak-anak belajar perilaku dari imitasi dan modeling secara aktif
dari apa yang dilakukan maupun diucapkan oleh orang tua. Beberapa anak
mungkin mempelajari sikap dan perilaku positif dari orang tua mereka dan hal ini
Tolson dan Urberg (dalam Lee & Wong, 2009) memberikan data yang
menunjukkan bahwa perilaku sehat remaja lebih banyak dipengaruhi oleh teman
sekolahnya. Hasil penelitian Lee & Wong (2009) juga menunjukkan bahwa
6. Media
Beane (2008) menyebutkan bahwa media memiliki dampak yang cukup signifikan
anak yang melihat banyak kekerasan di televisi, video, game, dan film lebih
sering menjadi agresif dan kurang empati terhadap yang lainnya. Dalam
7. Keluarga
Selain media, Beane (2008) juga menyebutkan bahwa orang tua juga memiliki
pengaruh terhadap perilaku agresif anak tersebut. Orang tua merupakan role
model pertama bagi anak-anak mereka. Tak jarang bahwa penyebab dari
munculnya perilaku bullying pada anak ialah datang dari orang tua. Terkadang
orang tua merasa bahwa mereka memiliki kendali atas anak-anak mereka,
mematuhi mereka.
Gonçalves et al. (2016) berdasarkan teori Olweus. Alat ukur ini terdiri dari 46
Mynard dan Joseph (2000). Terdiri dari 45 item dengan empat subskala, yaitu:
(2016). Peneliti menggunakan alat ukur ini karena alat ukur ini dapat digunakan
secara internasional dan juga memiliki reliabilitas yang baik yaitu 0.87 untuk
skala pelaku.
melakukan perilaku yang tidak manusiawi. Menurut Caroli & Sagone (2014)
yang memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari standar moral tanpa
sebagai suatu proses di mana individu membuat keputusan moral yang tidak etis
sebagai suatu proses sosial kognitif di mana seseorang orang mampu melakukan
perbuatan yang buruk kepada orang lain. Secara umum, moral disengagement
yang dikembangkan oleh Hymel et al. (2005) yaitu suatu proses sosial kognitif di
mana seseorang mampu melakukan perbuatan yang buruk kepada orang lain.
1. Cognitive Restructuring
perilaku yang merugikan secara positif melalui yang pertama moral justification
membuat perilaku tersebut seperti dapat dibenarkan secara moral (Detert, Trevino,
& Sweitzer, 2008). Karena pada prosesnya, dalam benak seseorang menganggap
19
bahwa perilaku merusak yang dilakukannya bermanfaat bagi orang banyak yang
memiliki tujuan yang baik (Bandura, 2002). Kedua adalah euphemstic labeling
terdengar tidak terlalu negatif). Menggunakan bahasa yang umum secara moral
untuk membuat perbuatan yang patut dicela terlihat tidak kasar (Detert, Trevino,
2. Minimazing Agency
buah akan menolak untuk bertanggungjawab jika terdapat otoritas yang sah
(atasan) yang mengambil alih tanggungjawab terhadap efek yang diakibatkan oleh
Sweitzer, 2008).
20
Melibatkan strategi yang membantu untuk menjauhkan diri dari bahaya atau untuk
menekankan hasil positif daripada hasil negatif yang terkait dengan perilaku.
(Detert, Trevino, & Sweitzer, 2008). Hal ini terjadi akibat adanya pengabaian atau
Trevino, & Sweitzer, 2008) serta menurut Bandura (2002), attribution of blame
adalah menimpakan kesalahan pada musuh atau keadaan merupakan salah satu
cara untuk membebaskan diri dari tuduhan. Dalam proses ini biasanya orang
melakukan kesalahan sama sekali atau menganggap dirinya melakukan hal yang
benar.
21
1. Moral disengagement scale yang disusun oleh Bandura (1996). Skala ini
2. Moral disengagement scale yang disusun oleh Hymel et al. (2005). Terdiri
Hymel et al. (2005). Peneliti menggunakan alat ukur ini karena item-item yang
dalam alat ukur ini sesuai dengan karakteristik sampel penelitian dan fokus untuk
Terdapat banyak definisi iklim sekolah menurut para ahli. Menurut Mitchell et al.
bentuk sikap interaksi antara para siswa, guru, dan administrator. Menurut Cohen
Hoy dan Miskel (2013) menyebutkan bahwa iklim sekolah adalah situasi,
suasana atau atmosfer, suatu karakteristik internal dalam suatu sekolah yang
dalamnya. Gage dan Larson (2014) menjelaskan iklim sekolah adalah sebuah
kualitas dan karakter dari lingkungan sosial sekolah yang merupakan kumpulan
dari terbentuknya norma, nilai, peran, dan struktur dari sebuah sekolah.
Feiberg dan Stein (dalam Macneil et al., 2009) berpendapat bahwa iklim
sekolah merupakan jantung dan jiwa sekolah dan esensi sekolah yang menarik
guru dan siswa untuk mencintai sekolah dan ingin menjadi bagian dari sekolah.
umumnya mengacu pada kualitas dan karakter interaksi sosial sebagai sesuatu
Cohen (2010) yang menjelaskan bahwa iklim sekolah adalah pola pengalaman
yaitu:
1. Safety
Kebutuhan akan rasa aman secara sosial, emosional, intelektual, dan fisik adalah
kebutuhan dasar manusia (Maslow, dalam Thapa et al., 2012). Perasaan aman di
23
perkembangan sekolah yang sehat (Devine& Cohen, dalam Thapa et al., 2012). Di
sekolah tanpa norma, struktur, dan hubungan yang mendukung, siswa cenderung
disertai dengan tingkat ketidakhadiran yang tinggi dan prestasi akademik yang
menurun (Astor et al dalam Thapa et al., 2013). Bagaimana individu akan merasa
aman berada di sekolah dan menyikapi aturan yang ada di sekolah, serta
Belajar mengajar merupakan salah satu dimensi yang paling penting dari iklim
sekolah. Para pimpinan sekolah dan guru harus berusaha untuk mendefinisikan
Belajar mengajar ini tidak hanya tentang pimpinan sekolah dan guru tetapi juga
3. Interpersonal Relationship
Salah satu aspek terpenting dari hubungan di sekolah adalah bagaimana orang
saling terhubung dan merasakan satu sama lain. Menurut Thapa et al. (2012),
tidak hanya merujuk pada hubungan terhadap orang lain tapi juga hubungan
dengan diri sendiri, bagaimana kita merasakan tentang dan mengurusi diri sendiri.
24
4. Institutional Environment
Struktur sekolah yaitu fasilitas yang dimiliki sekolah tersebut memadai dari mulai
Lingkungan sekolah seperti tata letak ruang kelas, jadwal kegiatan dan tindakan
antara siswa dan guru dapat mempengaruhi perilaku dan rasa aman siswa.
Gage dan Larson (2014) mengembangkan dimensi iklim sekolah menjadi tiga
dimensi yaitu:
1. School safety adalah kenyaman dari sekolah yang ditempati meliputi aspek fisik
dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya, dan cara siswa memandang sikap guru
dan temannya.
ruang lingkup sekolahnya yang terbentuk dari awal masuk hingga menjadi
1. School Social Climate Scale (Hanif & Smith dalam Bayar, 2012) berisi tiga sub
2. CSCI (Comprehensive School Climate Invetory) dibuat oleh Cohen dan NSCC
(2015) yang memuat 4 aspek dengan 10 subskala. Skala ini berjumlah 70 item
pernyataan dari empat dimensi, yang terdiri dari: safety, teaching and learning,
Peneliti menggunakan alat ukur yang dibuat oleh Cohen dan NSCC (2015)
yaitu CSCI dalam penelitian ini. Karena alat ukur tersebut secara empiris sudah
valid dan sudah banyak digunakan oleh peneliti. Juga karena keempat dimensi
Bullying merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi di kalangan remaja.
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari
satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh,
tersebut tidak terlaksana dengan baik, maka akan menimbulkan bentuk kenakalan
fisik dan psikis bagi pelaku maupun korban. Hasil penelitian terdahulu
faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor internal
mana seseorang mampu melakukan perbuatan yang buruk kepada orang lain.
victim. Bullying merupakan contoh tindakan tidak bermoral karena niat menyakiti
seseorang secara berulang yang berada pada posisi lemah. Pada remaja, emosi
26
mereka masih belum berada pada tahap stabil sehingga mereka masih belum
yang merugikan merupakan hal yang wajar. Remaja yang mengganggap bahwa
perilaku bullying adalah perilaku yang wajar dan bukanlah suatu kejahatan, maka
tindakan negatifnya dengan menutupi kepada otoritas yang lebih besar. Remaja
yang tidak ingin disalahkan dari tanggungjawab yang seharusnya, maka ia akan
melemparkan tanggung jawab atas perilaku yang dilakukannya kepada orang lain
dari bahaya atau menekankan hasil positif dari perilaku yang merugikan. Remaja
yang tidak memperdulikan konsekuensi atas apa yang telah ia lakukan akan
perilaku bullying dan pro-bullying (Thornberg & Jungert, 2014). Sehingga dapat
perilaku bullying.
dalam bullying adalah iklim sekolah. Iklim sekolah merupakan pola pengalaman
satu penyebab remaja menjadi pelaku atau korban bullying. Iklim sekolah yang
tidak mendukung perilaku bullying akan menahan perilaku tersebut untuk terjadi.
Hubungan yang mendukung antara siswa dan guru, partisipasi siswa dalam
keputusan, dan aturan yang jelas mengenai kekerasan, secara signifikan terkait
dengan tingkat bullying yang lebih rendah (Biernbaum & Lotyczewski, 2015).
juga peraturan yang ada di suatu sekolah. Remaja yang tidak merasa aman secara
fisik dan emosi juga tidak adanya peraturan tentang kekerasan disekolah, akan
dari guru dan metode mengajar yang tidak bervariasi akan menyebabkan perilaku
bullying.
28
hubungan dengan siswa dan guru dan saling meyikapi perbedaan. Komunikasi
yang buruk, interaksi sesama teman dan guru yang tidak baik, hubungan yang
tidak baik, serta tidak dapat menyikapi perbedaan individu akan menyebabkan
dengan sekolah dan suasana sekolah. Suasana lingkungan yang buruk seperti
sekolah yang kotor dan fasilitas yang tidak memadai dan tak terawat membuat
faktor peer contextual seperti hierarki status dan norma kelompok, dan hubungan
guru-siswa serta sikap tidak setuju guru terhadap bullying berhubungan dengan
sedikit terjadi di sekolah dengan kebijakan yang jelas dan adil untuk menangani
merupakan faktor internal dan iklim sekolah merupakan faktor eksternal. Dari
antar variabel sesuai dengan judul penelitian. Alur pemikiran dari penelitian ini
Moral Disengagement
cognitive restructuring
minimazing agency
distortion of negative
consequences
blaming/dehumanizing
the victim
Perilaku
Bullying
Iklim sekolah
safety
interpersonal
relationship
insitutional
environment
Gambar 2.1
Skema pengaruh moral disengagement dan iklim sekolah sekolah terhadap
perilaku bullying
30
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat pengaruh independen variabel yang
Karena penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang
akan diuji adalah hipotesisi alternatif yang terdiri dari hipotesis mayor dan minor,
yaitu:
Hipotesis Minor
Ha1: Ada pengaruh yang signifikan dimensi cognitive restructuring pada variabel
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan dimensi minimazing agency pada variabel
pada variabel moral disengagement terhadap perilaku bullying pada pelajar SMA
di Jakarta.
31
pada variabel moral disengagement terhadap perilaku bullying pada pelajar SMA
di Jakarta.
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan dimensi safety pada variabel iklim sekolah
Ha6: Ada pengaruh yang signifikan dimensi teaching and learning pada variabel
variabel iklim sekolah terhadap perilaku bullying pada pelajar SMA di Jakarta.
variabel iklim sekolah terhadap perilaku bullying pada pelajar SMA di Jakarta.
Tetapi pada penelitian ini hipotesis yang diuji yaitu hipotesis nihil (H 0), yaitu
“Tidak ada pengaruh yang signifikan moral disengagement dan iklim sekolah
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah SMA di Jakarta. SMAN 3 Jakarta dipilih
SMA tersebut:
dari media massa dan wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah,
kelas 12 dengan kriteria siswa aktif di SMAN 3 Jakarta, siswa laki-laki dan
yang diperoleh sebanyak 250 siswa dan 240 siswa yang memenuhi syarat.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel
bebas.
32
33
institutional environment).
1. Bullying merupakan perilaku agresif atau perilaku merusak yang disengaja dan
mampu melakukan perbuatan yang buruk kepada orang lain. Dimensi moral
untuk menjauhkan diri dari bahaya atau untuk menekankan hasil positif
belajar mengajar, dan struktur organisasi. Iklim sekolah terdiri atas 4 dimensi
a. Safety berkaitan dengan keamanan secara fisik maupun emosional dan juga
iklim sekolah. Untuk model skala, peneliti menggunakan model skala likert,
instrumen. Jawaban dari setiap instrumen ini terdiri dari empat kategori jawaban,
yaitu “Sangat Sering” (SS), “Sering” (S), “Jarang” (J), “Tidak Pernah” (TP).
tendency) atau menghindari jumlah respon yang bersifat netral. Model ini terdiri
dari pernyataan yang mendukung aspek (favourable) dan pernyataan yang tidak
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alat
ukur, yaitu: alat ukur perilaku bullying, alat ukur moral disengagament dan alat
(OBVQ) yang dikembangkan oleh Gonçalves et al. (2016). Alat ukur ini
mengukur tiga dimensi meliputi: bullying verbal, bullying fisik, dan bullying non-
verbal/non-fisik.
36
untuk membuat skor keseluruhan dari bullying. Adapun blue print skala bullying
Total 23
Scale (MDS) yang disusun oleh Hymel et al. (2005). Alat ukur ini mengukur
untuk membuat skor keseluruhan dari moral disengagement. Adapun blue print
Cognitive
1. Menganggap bullying adalah wajar 1, 3, 4, 5 2
restructuring 5
Distortion of
3. negative Mengabaikan akibat dari perilaku bullying 9, 10, 11, 4
-
consequences 12
Blaming/
Menyalahkan korban dan menganggap 13, 14, 15,
4. dehumanizing the - 6
bullying terjadi karena mereka sendiri (korban) 16, 17, 18
victim
18
Total
Climate Inventory (CSCI) oleh NSCC (2015). Alat ukur mengukur empat dimensi
institutional environment.
untuk membuat skor keseluruhan dari bullying. Adapun blueprint skala iklim
21, 22,
23, 24,
Praktik pengajaran yang suportif, 25, 26,
dukungan untuk pengambilan resiko 27, 28,
Teaching and dan berpikir mandiri, tantangan 29, 30,
2. - 19
Learning akademis, perhatian tiap individu, 31, 32,
dan dukungan untuk 33, 34,
mengembangkan pengetahuan 35, 36,
37, 38,
39
40, 41,
42, 43,
44, 45,
Saling menghargai perbedaan
46, 47,
Interpersonal individual, perhatian pribadi 17
3. 48, 49, -
Relationship terhadap masalah siswa, hubungan
50, 51,
yang mendukung dari teman sebaya
52, 53,
54, 55,
56
57, 58,
59, 60,
Berpartisipasi dalam dalam
61, 62,
Institutional kehidupan sekolah bagi siswa, guru,
4. 63, 64, 69 14
Environment dan keluarga, kebersihan, fasilitas
65, 66,
yang memadai.
67, 68,
70
Total 70
LISREL 8.7. yang bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item pada variabel
39
valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun logika CFA sebagai
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-
itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang
disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris,
tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ dan matriks S, atau bisa juga
dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil
diterima bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika
40
hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sebaiknya item yang demikian di drop.
sehingga item yang dikatakan signifikan adalah item yang memiliki t-value
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai
yang valid untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, penulis
tidak menggunakan raw score/skor mentah (hasil menjumlahkan skor item). Item-
item inilah yang diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan
hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (True score). True
mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi
T score yang memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak
ada responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T (Umar, 2011) score
adalah:
tersebut benar-benar hanya mengukur bullying. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item bullying dapat dilihat pada tabel
3.5
Tabel 3.5
Muatan faktor item bullying
No. Item Koefisien Std. Error T-Value Sig
1 0.64 0.06 11.27
2 0.48 0.06 8.15
3 0.70 0.06 12.06
4 0.56 0.06 9.51
5 0.61 0.06 4.82
6 0.31 0.06 9.92
7 0.55 0.06 9.46
8 0.67 0.06 11.29
9 0.63 0.06 10.44
10 0.51 0.06 8.54
11 0.60 0.06 9.93
12 0.69 0.05 12.63
13 0.51 0.06 8.29
42
Berdasarkan tabel 3.5 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur bullying
signifikan, 23 item yang signifikan dengan t>1.96 dan bertanda positif. Artinya,
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
43
Tabel 3.6
Muatan faktor item cognitive restructuring
No. Item Koefisien Std. Error T-Value Sig
1 0.74 0.06 11.63
2 0.37 0.07 5.13
3 0.54 0.07 7.06
4 0.78 0.06 12.42
5 0.75 0.06 11.89
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan tabel 3.6 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur cognitive
positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang di drop.
tersebut benar-benar hanya mengukur minimizing agency. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit dengan Chi-
faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
minimizing agency.
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item minimizing agency dapat dilihat
Tabel 3.7
Muatan faktor item minimizing agency
bertanda positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang di
drop.
hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
RMSEA=0.000. Artinya model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
45
Tabel 3.5.4
Muatan faktor item distortion of negative consequences
Berdasarkan tabel 3.8 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur distortion
bertanda positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang di
drop.
tersebut benar-benar hanya mengukur blaming/ dehumanizing the victim. Dari hasil
awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
46
muatan faktor, jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item blaming/ dehumanizing the victim
Tabel 3.9
Muatan faktor item blaming/dehumanizing the victim
Berdasarkan tabel 3.9 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur blaming/
dehumanizing the victim signifikan, 5 item yang signifikan dengan t>1.96 dan
bertanda positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang di
drop.
tersebut benar-benar hanya mengukur safety. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item safety dapat dilihat pada tabel 3.10
Tabel 3.10
Muatan faktor item safety.
signifikan, 19 item yang signifikan dengan t>1.96 dan bertanda positif. Artinya,
berdasarkan hasil pengujian ini ada 1 item yang di drop dengan t<1.96.
tersebut benar-benar hanya mengukur teaching and learning. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
48
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
Artinya model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item teaching and learning dapat dilihat
Tabel 3.11
Muatan faktor item teaching and learning
Berdasarkan tabel 3.11 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur teaching
and learning signifikan, 19 item yang signifikan dengan t>1.96 dan bertanda
positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang di drop.
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
Tabel 3.12
Muatan faktor item interpersonal relationship
positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang di drop.
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
51
Tabel 3.13
Muatan faktor item institutional environment.
No. Item Koefisien Std. Error T-Value Sig
1 0.51 0.07 7.88
2 0.54 0.07 8.17
3 0.69 0.06 11.42
4 0.63 0.06 10.08
5 0.56 0.06 8.78
6 0.54 0.07 8.04
7 0.58 0.06 9.29
8 0.76 0.06 12.60
9 0.65 0.06 11.22
10 0.55 0.06 9.55
11 1.00 0.07 15.44
12 0.60 0.06 10.57
13 -0.09 0.05 -1.65 X
14 0.63 0.06 10.80
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini ada 1 item yang di drop dengan
t<1.96.
regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya
X1 = cognitive restructuring
X2 = minimizing agency
X3 = distortion of negative consequences
X4 = blaming/dehumanizing the victim
X5 = safety
X6 = teaching and learning
X7 = interpersonal relationship
X8 = institutional environment
e = residu
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan diatas adalah hasil dari
pengukuran yang sudah ditransformasi ke dalam true score. Dalam hal ini, true
score adalah faktor yang dihitung dengan menggunakan software SPSS dengan
menggunakan item yang valid. Tujuan dari true score adalah agar koefisien
dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV bisa diukur dengan rumus R², dimana:
Keterangan:
Selanjutnya R² dapat diuji signifikan atau tidak dengan uji F (F test), adapun
𝑅2 /𝑘
𝐹=
(1 − 𝑅2 )/(𝑁 − 𝑘 − 1)
53
Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel
independent yang diujikan memiki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap
dependent variabel.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 240 siswa-siswi kelas 10,11, dan 12 SMAN
Tabel 4.1
Karakteristik Sampel (N= 240)
Karakteristik Sampel n (%)
Usia
13 – 15 tahun 63 (26.3)
16 – 18 tahun 177 (73.8)
Jenis Kelamin
Laki-laki 101 (42.1)
Perempuan 139 (57.9)
Status Orangtua
Menikah 201 (83.7)
Bercerai Menikah 25 (10.4)
Bercerai Meninggal 14 (5.9)
Tinggal dengan Orangtua
Ya 229 (95.4)
Tidak 11 (4.6)
Penghasilan Orangtua
<1.000.000 4 (1.7)
1.000.000 – 5.000.000 41 (17.1)
5.000.000 – 10.000.000 75 (31.3)
10.000 – 15.000.000 52 (21.7)
>15.000.000 68 (28.3)
Teman Kelompok
Tidak memiliki 15 (6.3)
1 – 3 orang 24 (10.0)
4 – 6 orang 68 (28.3)
>6 orang 133 (55.4)
Dari hasil persentase data yang ada pada tabel diatas, diketahui bahwa sebesar
73.8% yang menjadi responden penelitian berada pada rentang usia 16 – 18 tahun.
Begitu juga dengan jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan sebesar
57.9%. Status orangtua terbanyak adalah menikah sebesar 83.7%. Sebagian besar
Sebagian besar responden sebesar 55.4% memiliki teman kelompok lebih dari 6
orang.
memperoleh gambaran mengenai suatu variabel, dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut.
Dari tabel 4.2 berikut dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian
sebanyak 240 orang. Skor tertinggi berada pada bullying yaitu sebesar 92.93 dan
variable yaitu bullying memiliki skor terendah 36.06 dan skor tertinggi 92.93.
Variabel cognitive restructuring memiliki skor terendah 36.47 dan skor tertinggi
79.01. Variabel minimizing agency memiliki skor terendah 27.33 dan skor
victim memiliki skor terendah 30.09 dan skor tertinggi 69.71. Variabel safety
memiliki skor terendah 21.30 dan skor tertinggi 76.26. Variabel teaching and
learning memiliki skor 17.47 terendah dan skor tertinggi 75.29. Variabel
interpersonal relationship memiliki skor terendah 15.15 dan skor tertinggi 73.06.
tertinggi 70.72.
56
Tabel 4.2
Deskriptif Statistik Variabel Penelitian (N = 240)
Variabel Range Skor
Mean Std. Deviation
Minimum Maksimum
Bullying 36.06 92.93 49.9999 9.40944
Cognitive Restructuring 36.47 79.01 50.0007 8.94041
Minimazing Agency 27.33 66.79 50.0000 8.25874
Distortion of Negative 34.99 74.08
Consequences 50.0001 8.69334
Blaming/dehumanizing the 30.09 69.71
Victim 50.0000 8.51647
Safety 21.30 76.26 50.0002 9.13560
Teaching and Learning 17.47 75.29 50.0000 9.59682
Interpersonal Relationship 15.15 73.06 49.9997 9.52216
Institutional Environement 12.70 70.72 49.9993 9.31924
atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi
Tabel 4.3
Pedoman Kategorisasi Skor
Kategorisasi Norma
Rendah X < Mean – SD
Sedang Mean – SD ≤ X ≤ Mean + SD
Tinggi X > Mean + SD
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Frekuensi (%)
Variabel
Rendah Sedang Tinggi
Bullying 28 (11.7%) 183 (76.3%) 29 (12.1%)
Cognitive Restructuring 46 (19.2%) 158 (65.8%) 36 (15.0%)
Minimazing Agency 18 (7.5%) 196 (81.7%) 26 (10.8%)
Distortion of Negative Consequences 37 (15.4%) 172 (71.7%) 31 (12.9%)
Blaming/dehumanizing the Victim 28 (11.7%) 183 (76.3%) 29 (12.1%)
Safety 30 (12.5%) 174 (72.5%) 36 (15.0%)
Teaching and Learning 33 (13.8%) 176 (73.3%) 31 (12.9%)
Interpersonal Relationship 24 (10.0%) 184 (76.7%) 33 (13.8%)
Institutional Environment 28 (11.7%) 179 (74.6%) 33 (13.8%)
Pada tahapan ini teknik yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi
berganda menggunakan software SPSS 17.0. Dalam regresi ada tiga hal yang
perlu dilihat, yaitu melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%)
varians dependent variable (DV) yang dijelaskan oleh independent variable (IV).
Tabel 4.5
Analisis Regresi Moral Disengagement, Iklim Sekolah terhadap Perilaku
Bullying pada Pelajar SMA di Jakarta
Dari tabel 4.5, dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar .306 atau
sebesar 30.6%, sedangkan 69.4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian ini.
Tabel 4.6
Tabel ANOVA Pengaruh Keseluruhan Moral Disengagement, Iklim Sekolah
terhadap Perilaku Bullying pada Pelajar SMA di Jakarta
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6477.744 8 809.718 12.739 .000 a
Residual 14682.713 231 63.562
Total 21160.457 239
a. Predictors: (Constant), INST_E, BLAMINGDV, MINIMAZING_A, COGNITIVER,
INTERPERSONALR, DISTORTIONNC, TEACHINGAL
b. Dependent Variable: BULLYING
Jika dilihat pada bagian kolom sig pada tabel 4.6 di atas, dapat diketahui nilai
(p < 0.05), maka hipotesis nihil mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
perilaku bullying ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari variabel
Peneliti melihat koefisien regresi setiap independent variable yang disajikan pada
tabel 4.7. Jika nilai t > 1.96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti
bahwa tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku bullying pada
pelajar SMA. Dapat dilihat juga apakah dari delapan independent variable (minor)
variable.
Tabel 4.7
Tabel Koefisien Regresi Moral Disengagement, Iklim Sekolah terhadap
Perilaku Bullying pada Pelajar SMA di Jakarta
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) 24.909 6.701 3.717 .000
COGNITIVER .328 .075 .312 4.403 .000
MINIMAZING_A .083 .064 .073 1.311 .191
DISTORTIONNC .075 .082 .069 0.908 .365
BLAMINGDV .184 .079 .167 2.346 .020
SAFETY -.163 .074 -.158 -2.185 .030
TEACHINGAL .119 .080 .122 1.491 .137
INTERPERSONALR -.129 .080 -.131 -1.616 .107
INST_E .003 .072 .003 0.048 .962
60
dapat dilihat pada nilai sig pada kolom di atas, jika sig < 0.05 maka koefisien
Dari hasil di atas terdapat tiga variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap
safety sedangkan sisanya tidak signifikan. Hal ini menyatakan dari delapan
hipotesis minor terdapat tiga yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien
sebagai berikut:
1. Nilai koefisien regresi sebesar 0.328 dengan nilai sig sebesar 0.000 (sig <
0.05), yang berarti bahwa H01 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
2. Nilai koefisien regresi sebesar 0.83 dengan nilai sig sebesar 0.191 (sig > 0.05),
yang berarti bahwa H02 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
perilaku bullying.
3. Nilai koefisien regresi sebesar 0.075 dengan nilai sig sebesar 0.365 (sig >
0.05), yang berarti bahwa H03 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
4. Nilai koefisien regresi sebesar 0.184 dengan nilai sig sebesar 0.020 (sig <
0.05), yang berarti berarti bahwa H04 yang menyatakan tidak ada pengaruh
5. Nilai koefisien regresi sebesar -0.163 dengan nilai sig sebesar 0.030 (sig <
0.05), yang berarti bahwa H05 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
bertanda negatif artinya semakin rendah safety, maka semakin tinggi perilaku
bullying.
6. Nilai koefisien regresi sebesar 0.163 dengan nilai sig sebesar 0.137 (sig >
0.05), yang berarti bahwa H06 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
7. Nilai koefisien regresi sebesar -0.129 dengan nilai sig sebesar 0.107 (sig >
0.05), yang berarti bahwa H07 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
8. Nilai koefisien regresi sebesar 0.003 dengan nilai sig sebesar 0.962 (sig >
0.05), yang berarti bahwa H08 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
Tabel 4.8
Proporsi Varians Moral Disengagement, Iklim Sekolah terhadap Perilaku
Bullying pada Pelajar SMA di Jakarta
Std. Change Statistics
Error of R
R Adjusted the Square F Sig. F
Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change
1 .484 .234 .231 8.253 .234 72.702 1 238 .000
2 .486 .236 .230 8.258 .002 .713 1 237 .399
3. .511 .261 .251 8.142 .024 7.793 1 236 .006
4. .526 .277 .264 8.070 .016 5.213 1 235 .023
5. .544 .296 .281 7.980 .019 6.309 1 234 .013
6. .545 .297 .279 7.988 .002 .578 1 233 .448
7. .553 .306 .285 7.955 .009 2.889 1 232 .091
8. .553 .306 .282 7.973 .000 .002 1 231 .962
63
Pada tabel 4.8 signifikansi bisa dilihat pada kolom pertama dari kanan,
bila sig < 0.05 berarti variabel tersebut signifikan. Sedangkan sumbangan varians
yang diberikan independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV) bisa
dilihat pada baris R Square Change. Besarnya proporsi varians pada perilaku
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor dapat diketahui bahwa hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh dari seluruh independent variable (IV) terhadap
dependent variable (DV) ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari
koefisien regresi terhadap dependent variable (DV), terdapat tiga variabel yang
blaming/dehumanization the victim, dan safety. Selain itu, terdapat lima variabel
environment.
5.2 Diskusi
perilaku bullying berada pada kategori rendah. Artinya, sebagian besar pelajar
Namun, sebagian pelajar lainnya memiliki perilaku bullying dengan kategori yang
65
66
kepribadian, konformitas, dan pola asuh orangtua,. Dalam penelitian ini variabel
yang akan diteliti adalah moral disengagement dan iklim sekolah. Hasil penelitian
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku bullying pada remaja SMA yaitu
semakin tinggi cognitive restructuring yaitu remaja yang memiliki keyakinan dan
anggapan bahwa perilaku yang merugikan (bullying) adalah hal yang wajar atau
biasa dan bukanlah suatu kejahatan, maka semakin tinggi perilaku bullying.
keyakinan atau anggapan bahwa perilaku negatif tersebut sudah biasa terjadi.
Hymel et al. (2005) juga menambahkan remaja yang melakukan bullying terhadap
temannya cenderung melihat bahwa bullying sebagai perilaku yang dapat diterima
baik secara umum maupun dalam kelompoknya sendiri. Hal ini didukung oleh
67
Remaja yang menjadi pelaku bullying melihat korban tersebut berbeda atau layak
diperlakukan seperti itu. Hymel et al. (2005) juga menemukan bahwa pelaku
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hymel et al. (2005) bahwa
perilaku bullying.
perilaku bullying pada pelajar SMA. Namun, penelitian ini menemukan bahwa
sebagian besar remaja memiliki tingkat minimazing agency yang tinggi, yang
perilaku bullying ke pihak yang memiliki otoritas lebih, seperti guru. Dengan
kepada orang lain bukan kepada diri sendiri. Sebagian besar remaja memiliki
menekankan hasil positif dari perilaku bullying daripada hasil negatif yang
ditimbulkan.
persepsi yang rendah terhadap rasa aman secara fisik dan emosi yang dirasakan
oleh remaja di sekolah tersebut, maka semakin tinggi perilaku bullying. Maslow
(dalam Thapa et al., 2012) menyatakan bahwa merasa aman secara sosial,
emosional, intelektual dan fisik adalah kebutuhan dasar manusia. Perasaan aman
perkembangan di sekolah (Devine& Cohen; dalam Thapa et al., 2012). Hal itu
didukung oleh Apsy et al. (dalam Petri, 2014) bahwa iklim sekolah positif
menjadi faktor protektif penurunan perilaku resiko seperti penyalahan zat dan
agresif. Cohen (2010) juga menunjukkan cara yang terbaik untuk mengatasi
dengan menunjukan rasa hormat dan percaya dalam hubungan antara guru dan
yang signifikan terhadap perilaku bullying pada remaja SMA. Namun, penelitian
ini menemukan bahwa sebagian besar remaja memiliki tingkat teaching and
learning yang tinggi, artinya bahwa remaja merasakan adanya dukungan dalam
proses belajar dan mengajar dari guru. Dengan demikian sebagian remaja
memiliki hubungan yang baik dengan guru dalam proses belajar dan mengajar. Di
69
lain sisi sebagian besar remaja memiliki tingkat interpersonal relationship yang
rendah berarti bahwa remaja kurang memiliki hubungan interpersonal antar siswa
yaitu dari alat ukur yang digunakan untuk variabel iklim sekolah. Alat ukur
tersebut terlalu umum dan tidak fokus untuk melihat pengaruh iklim sekolah
terhadap perilaku bullying. Sehingga hanya satu dimensi yang signifikan dari
5.3 Saran
Berdasarkan penulisan penelitian ini, penulis sadar bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dan keterbatasan. Maka dari itu, penulis menguraikan saran menjadi
dua bagian, yaitu saran teoritis dan saran praktis yang dapat menjadi
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran teoritis yang dapat
ukur untuk penelitian ini menunjukkan reliabilitas yang baik untuk SMA di
70
sebagainya.
3. Untuk penelitian yang selanjutnya disarankan untuk mengkaji lebih dalam pada
variabel yang tidak signifikan dalam penelitian ini, antara lain variabel moral
institutional environment).
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran praktis yang dapat
penelitian, yaitu:
bukanlah perilaku yang baik agar fenomena bullying ini tidak menjadi suatu
71
tentang bullying.
membuat peraturan yang lebih jelas tentang bullying dan lebih tegas dalam
sekolah dengan cara memberikan pengawasan yang lebih ketat pada saat
dan juga bagi siswa yang mengetahui adanya tindakan bullying diharapkan
Alawiyah, T. (2015). Uji validitas konstruk pada instrument big five intentory
dengan metode confirmatory factor analysis. Jurnal Pengukuran Psikologi
dan Pendidikan Indonesia, 4(3), 215-230.
Bartol, C., & Bartol, A. (2005). Criminal behavior a psychososial approach, 7th
ed. New Jersey: Upper Saddle River.
Bayar, Y., & Ucanok, Z. (2012). School social climate and generalized peer
perception in traditional and cyberbullying status. Educational Sciences:
Theory & Practice, 12(4), 2352-2358.
Beane, A. L. (2008). Protect your child from bullying (expert advice to help you
recognize, prevent, and stop bullying before your child gets hurt). USA:
Josse Bass.
CNNINDONESIA. (2015, Mei 25). Cerita Retno soal Tradisi Bullying Finansial
di SMAN 3. Dipetik Februari 09, 2017, dari
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150525060521-20-55383/cerita-
retno-soal-tradisi-bullying-finansial-di-sman-3/
Cohen, J. (2010). School climate research summary. School Climate Brief, 1(1),
1-16Cohen, J. (2010). School Climate Research Summary. School Climate
Brief Vol. 1 No. 1.
72
73
Edwards, D.C. (2006). Ketika anak sulit diatur: panduan bagi orangtua untuk
mengubah masalah perilaku anak. Kaifa: Bandung
Gage, N. A., & Larson, A. (2014). School climate and bullying victimization: A
latent class growth model analysis. School Psychology Quarterly, 29(3),
256–271.
Gonçalves, F. G., Heldt, E., Peixoto, B. N., & Rodrigues, G. A. (2016). Construct
validity and reliability of Olweus Bully/Victim Questionnaire – Brazilian
version. Psicologia: Reflexão e Crítica, 1-8.
Harris, S., & Petrie, G. F. (2003). Bullying: the bullies, the victims, the
bystanders. Lanham, Maryland, and Oxford: The Scarecrow Press.
Khoury-Kassabri, M., Benbenishty, R., Astor, R. A., & Zeira, A. (2004). The
contributions of community, family, and school variables to student
victimization. American Journal of Community Psychology, Vol. 34, 187-
204.
Klein, J., Cornell, D., & Konold, T. (2012). Relationships between bullying
school climate and student risk behaviors. 1-42.
Kompasiana. (2010, Juli 15). Apa Itu Bullying?. Dipetik November 09, 2016, dari
https://www.kompasiana.com/endy080595/apa-itu-
bullying_550003fc813311eb18fa6fec
KPAI. (2015, Desember 30). KPAI: Pelaku Kekerasan dan "Bullying" di Sekolah
Tahun 2015 Meningkat. Dipetik November 08, 2016, dari
74
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/12/30/16480051/KPAI.Pelaku.
Kekerasan.dan.Bullying.di.Sekolah.Tahun.2015.Meningkat
KPAI. (2016, Maret 12). KPAI Luncurkan Kampanye Antikekerasan pada Anak.
Dipetik November 28, 2016, dari http://www.kpai.go.id/berita/kpai-
luncurkan-kampanye-antikekerasan-pada-anak/
Låftman, S. B., Östberg, V., & Modin, B. (2016). School climate and exposure to
bullying: a multilevel study. School Effectiveness and School
Improvement.
Lee, S. S.-t., & Wong, D. S.-w. (2009). School, parents, and peer factors in
relation to Hong kong students' bullying. International journal of
Adolescence and Youth, 15, 217-233.
Li, Y., Teng, Z., & Liu, Y. (2014). Online gaming, internet addiction, and
aggression in chinese male students: The mediating role of low self-
control. International Journal of Psychological Studies, 6 (2), 89-
97.Macneil, A. J., Prater, D. L., & Busch, S. (2009). The effects of school
culture and climate on student achievment. Journal of Leadership in
Education, 73-84.
Macneil, A. J., Prater, D. L., & Busch, S. (2009). The effects of school culture and
climate on student achievment. Journal of Leadership in Education, 73-84.
Mitchell, M. M., B. C., & Leaf, P. J. (2010). Student and teacher perceptions of
school climate: A multilevel exploration of patterns of discrepancy.
Journal of School Health, 80 (6), 271-279.
Okezone. (2016, Mei 03). Aksi Bullying Terjadi di SMAN 3 Jakarta. Dipetik
November 08, 2016, dari
75
http://news.okezone.com/read/2016/05/03/338/1378936/aksi-bullying-
terjadi-di-sman-3-jakarta
Olweus, D. (1993). Bullying at School: What We Know and What We Can Do.
USA: Blackwell Publishing.
Paciello M., Fida, R., Tramontano, C., Lupinetti, C., & Capcara, G. (2008).
Stability and change of moral disengagement and its impact on aggression
and violence in late adolescene. Child Development, 79 (5), 1288-1309.
Perren, S., Helfenfinger, E. G., Malti, T., & Hymel, S. (2012). Moral reasoning
and emotion attributions of adolescent bullies, victims, and bully-victims .
British Journal of Developmental Psychology, 511-530.
Petrie, K. (2014). The relationship between school climate and student bullying.
TEACH Journal of Christian Education, 8 (7), 26-34.
Pozolli, Tiziana., Gini, Gianluca., & Robert, T. (2016). Bullying and defending
behavior: The role of explicit and implicit moral cognition. Society for the
Study of School Psychology, 67-81.
Rigby, K. (2007). Bullying in Schools: and what to do about it. Australia: ACER
Press.
Ronen, T., Rahav, G., & Moldavsky, A. (2007). Aggressive behavior among
Israeli elementary school students and associated emotional/behavior
problem and self control. School Psychology Quartelly, 407-431.
Storey, K., Slaby, R., Adler, M., Minnoti, J., & Katz, R. (2008). Eyes on bullying:
what can you do? Waltham: Educational Development Center.
Sullivan, K., Cleary, M., & Sullivan, G. (2004). Bullying in Secondary School.
California: Corwin press.
Thapa, A., Cohen, J., D’Allesandro. (2012). School climate research summary.
School Climate Brief, 10, 13-47.
Thornberg, R., & Jungert, T. (2014). School bullying and the mechanisms of
moral disengagement. Aggressive Behavior, 40, 99–108.
Usman, I. (2013). Perilaku bullying ditinjau dari peran kelompok teman sebaya
dan iklim sekolah pada siswa SMA di kota Gorontalo.
77
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Selamat pagi/siang/sore,
Oleh karena itu, saya mohon berkenan bantuan Anda untuk berpartisipasi
sebagai responden dalam penelitian ini. Bentuk partisipasi yang saya harapkan
adalah dengan kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini yang terdiri dari
beberapa pernyataan (terlampir). TIDAK ADA JAWABAN BENAR DAN
SALAH, maka bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda.
Setiap informasi yang diberikan akan dijaga KERAHASIAANNYA dan hanya
digunakan untuk kebutuhan penelitian saja.
Salam Hormat,
Peneliti
78
INFORMED CONSENT
Jakarta, ……………………….2018
Partisipan
_____________________________
(TTD)
79
DATA RESPONDEN
Inisial : ….………...…………………………………………
Usia : ………....……………………………………………
Kelas/Jurusan : …………...…………………………………………
Bercerai hidup
Bercerai meninggal
< 1.000.000
1.000 – 5.000.000
5.000.000 – 10.000.000
10.000.000 – 15.000.000
>15.000.000
4-5 orang
> 6 orang
*Berikan tanda () pada kotak disebelah kiri pilihan yang sesuai dengan keadaan
diri Anda
80
PETUNJUK PENGISIAN
Kuesioner ini berisi pernyataan yang tidak ada jawaban benar atau salah. Sebelum
mengisi pernyataan tersebut, baca dan pahami terlebih dahulu, kemudian berikan
tanda checklist () pada salah satu dari keempat kolom disamping kanan
pernyataan.
Adapun pilihan kolom disamping pernyataan sebagai berikut:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh:
Jika jawaban anda Setuju menggambarkan diri anda
BAGIAN I
Petunjuk
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih
apakah pernyataan tersebut menggambarkan diri anda, dengan cara memberi
tanda checklist () pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia, Tidak
pernah, Jarang, Sering, Sangat Sering.
Tidak Sangat
No. Pernyataan Jarang Sering
pernah Sering
BAGIAN II
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih
apakah pernyataan tersebut menggambarkan diri anda, dengan cara memberi
tanda checklist () pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia, Sangat
Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).
BAGIAN III
Petunjuk
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Saudara diminta untuk memilih
apakah pernyataan tersebut menggambarkan diri saudara, dengan cara memberi
tanda checklist () pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia, (Sangat
Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).
Harap periksa kembali seluruh jawaban Anda. Pastikan tidak ada halaman
ataupun nomor yang terlewat.
Terima kasih
90
LAMPIRAN 2
1. BULLYING
2. COGNITIVE RESTRUCTURING
UJI VALIDITAS CR
DA NI=5 NO=240 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
ITEM5
PM SY FI=CR.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR
TD=SY
LK
CR
FR TD 4 3 TD 2 1
PD
OU TV SS MI
3. MINIMAZING
AGENCY
UJI VALIDITAS MA
DA NI=3 NO=240
MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3
PM SY FI=MA.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR
LK
MA4
PD
OU TV MI SS
92
4. DISTORTION OF
NEGATIVE CONSEQUENCES
5. BLAMING OR
DEHUMANIZING THE
VICTIM
6. SAFETY
8. INTERPERSONAL RELATIONSHIP
UJI VALIDITAS IR
DA NI=17 NO=240 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8
ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14
ITEM15 ITEM16 ITEM17
PM SY FI=IR.COR
MO NX=17 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
IR
FR TD 4 3 TD 2 1 TD 16 14 TD 12
11 TD 17 16 TD 16 3 TD 15 4 TD
14 13 TD 13 9 TD 17 14 TD 15 13
TD 4 2 TD 16 8 TD 15 5 TD 8 7
TD 9 8 TD 11 10 TD 16 13
FR TD 6 1 TD 12 10 TD 9 2 TD 12
2 TD 11 1 TD 9 3 TD 6 4 TD 13 3
TD 16 15 TD 15 14 TD 17 15 TD 17
3 TD 11 6 TD 9 7 TD 3 2 TD 15 6
TD 6 3 TD 13 6 TD 14 6
FR TD 13 1 TD 12 6 TD 11 8 TD 14
12 TD 12 4
PD
OU TV SS MI
96
9. INSTITUTIONAL ENVIRONMENT
UJI VALIDITAS IE
DA NI=14 NO=240 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8
ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14
PM SY FI=IE.COR
MO NX=14 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
IE
FR TD 4 3 TD 8 7 TD 11 1 TD 5 2
TD 6 4 TD 14 2 TD 7 1 TD 8 6 TD
12 8 TD 13 8 TD 12 10 TD 14 3 TD
9 4 TD 14 9 TD 11 8 TD 11 7 TD
11 3 TD 11 5 TD 11 2 TD 7 5 TD 14
8 TD 5 1 TD 2 1
FR TD 6 2 TD 5 4 TD 10 6 TD 11 6
TD 11 4 TD 14 12 TD 12 9 TD 10 1
TD 6 1 TD 9 2 TD 4 2 TD 13 5 TD
13 6 TD 10 9
PD
OU TV SS MI AD=OFF
97
LAMPIRAN 3
TABEL SPSS
Tabel R-Square
Model Summary
Change Statistics
Tabel ANOVA
ANOVAb
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model Summary
Change Statistics
LAMPIRAN 4
SURAT PENELITIAN
101