Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian prestasi belajar

Menurut Rosyid Moh. Zaiful, dkk (2019: 9) mengartikan prestasi belajar

yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang

dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap mahasiswa dalam

periode tertentu dan dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil

dari suatu kegiatan pembelajaran yang disertai perubahan yang dicapai

mahasiswa.

Istilah prestasi di Kamus Ilmiah Populer di definisikan sebagai hasil yang

telah dicapai. Menurut Wahab (2015: 242) menyimpulkan bahwa belajar

dalam arti luas dapat di artikan sebagai suatu proses yang memungkinkan

timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya

respons utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru

itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan

sementara karena sesuatu hal.

Menurut Djamarah (2012: 23) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah

hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan

dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Pendapat lain

dari Helmawati (2018: 36) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil

8
9

dari pembelajaran. Prestasi diperoleh dari evaluasi atau penilaian. Setiap anak

akan memiliki hasil belajar atau prestasi yang berbeda antara satu dengan

yang lain. Prestasi yang diperoleh dari hasil pembelajaran setelah dinilai dan

di evaluasi dapat saja rendah, sedang ataupun tinggi. Sependapat dengan ahli

tersebut, Susanti (2019: 32-33) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah

kemampuan menyelesaikan hal sulit, menguasai, mengungguli, menandingi,

dan melampaui mahasiswa lain sekaligus mengatasi hambatan dan mencapai

standar yang tinggi.

Dari beberapa pengertian prestasi belajar, dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah hasil atau perubahan pembelajaran yang dicapai dan

suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah

laku sebagai hasil dari terbentuknya respons utama, dengan syarat bahwa

perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya

kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal.

2. Aspek-aspek prestasi belajar

Tohirin (2011: 151) mengemukakan bahwa pencapaian prestasi belajar

atau hasil belajar mahasiswa, merujuk kepada aspek-aspek :

a. Kognitif adalah kegiatan mental (otak), yaitu : pengetahuan,

pemahaman, penerapan, dan penilaian.

b. Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, mencakup

watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai.


10

c. Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)

atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman

belajar tertentu.

Syah Muhibbin (2015: 217) mengemukakan bahwa aspek-aspek prestasi

belajar, yaitu:

a. Ranah cipta (kognitif), yaitu : pengamatan, ingatan, pemahaman,

aplikasi/penerapan, analisis, sintesis

b. Ranah rasa (afektif), yaitu : penerimaan, sambutan, apresiasi,

internalisasi, karakterisasi

c. Ranah karsa (psikomotor), yaitu : keterampilan bergerak dan

bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non-verbal.

(Wahab 2015: 242) menyatakan bahwa aspek-aspek belajar yaitu :

a. Perubahan adalah keadaan yang berubah dan peralihan keadaan yang

sebelumnya seperti pola pikir, perilaku sebelumnya.

b. Tingkah baru adalah hal-hal yang baru saja dilakukan

c. Kematangan merupakan suatu kedaan atau tahap pencapaian proses

pertumbuhan atau perkembangan.

Helmawati (2018: 37) menyatakan bahwa aspek-aspek prestasi belajar

yaitu: ranah afektif (rasa/ sikap/ perilaku/ akhlak) dan ranah psikomotor

(keterampilan).
11

Febrini (2017: 215) menyatakan bahwa aspek-aspek prestasi belajar

yaitu:

a. Ranah kognitif (cognitive domain)

Seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan dan penilaian.

b. Ranah afektif (affective domain)

Mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan

nilai.

c. Ranah psikomotor (psychomotor domain)

Berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada keterampilan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang prestasi

belajar adalah aspek kognitif (pengamatan, ingatan, pemahaman,

aplikasi/penerapan, analisis, sintesis), afektif (penerimaan, sambutan,

apresiasi, internalisasi, karakterisasi) dan psikomotor (keterampilan bergerak

dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non-verbal). Diukur dengan

nilai Indeks Prestasi (IP).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Rosyid dkk, (2019: 10) mengemukakan faktor-faktor prestasi belajar,

yaitu : faktor internal adalah faktor yang datangnya dari diri mahasiswa

berupa faktor fisiologis ( kesehatan dan keadaan tubuh), psikologis (minat,

bakat, inteligensi, emosi, kelelahan, dan cara belajar). Sedangkan faktor

eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar diri mahasiswa yang

dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan


12

masyarakat, dan lingkungan alam. Slameto (2010 : 60) juga berpendapat

bahwa salah satu faktor pendukung dari lingkungan keluarga adalah pola asuh

orangtua (cara orangtua mendidik) cara orangtua mendidik anak-anaknya

akan berpengaruh terhadap belajarnya. Mendidik anak dengan cara

memanjakan adalah cara mendidik yang tidak baik. Keterlibatan orang tua

akan sangat mempengaruhi keberhasilan anak

Wahab ( 2016: 26-29) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi

prestasi belajar, yaitu :

a. faktor internal

1) faktor fisiologis

kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh

positif terhadap kegiatan belajar individu. Selama proses belajar

berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat

memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.

2) Faktor psikologis

Kecerdasan/ inteligensi mahasiswa diartikan sebagai

kemampuan psikofisik dalam mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

keefektifan kegiatan belajar mahasiswa.

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.


13

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang

relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa, dan sebagainya,

baik secara positif maupun negatif.

Bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapaikeberhasilan pada masa yang

akan datang.

b. Faktor-faktor eksternal

1. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial masyarakat, lingkungan sosial keluarga,

dan lingkungan sosial sekolah.

2. Lingkungan nonsosial

Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak

panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau

tidak terlalu lemah/gelap,suasana yang sejuk dan tenang. dan

lingkungan instrumental yaitu perangkat belajar perangkat keras

( gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, dan lapangan

olahraga), perangkat lunak (kurikulum sekolah,

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan dan silabi.

Syah Muhibbin (2014: 129) mengemukakan faktor-faktor yang

memengaruhi prestasi belajar, yaitu:

1. Faktor internal ( faktor dari dalam siswa),

yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.


14

2. Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa),

yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa,

3. Faktor pendekatan belajar,

yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan

metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

mempelajari materi-materi pelajaran.

Helmawati (2018: 34) mengemukakan faktor-faktor yang

memengaruhi prestasi belajar, yaitu:

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa)

Seperti faktor fisiologis dan psikologis (inteligensi, sikap, bakat,

minat, dan motivasi).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)

Seperti faktor lingkungan sosial (kondisi rumah), sarana dan

prasarana pendukung.

Djamarah (2015: 176-202) mengemukakan faktor-faktor yang

memengaruhi prestasi belajar, yaitu:

1. Faktor lingkungan

seperti lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya

2. Faktor instrumental

seperti kurikulum, program, sarana, fasilitas dan guru.

3. Kondisi fisiologis

Seperti kondisi panca indra (mata, hidung, pengecap, telinga,

dan tubuh).
15

4. Kondisi psikologis

Seperti minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan

kognitif.

Dari hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal adalah faktor dari

dalam diri siswa yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa dan

faktor eksternal adalah faktor dari luar siswa yakni kondisi lingkungan

keluarga (pola asuh orangtua), lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat.

B. Pola Asuh Demokratis OrangTua

1. Pengertian pola asuh demokratis orangtua

Menurut Amin dan Harianati (2018: 9-10) pola asuh demokratis

(Authoritative Parenting) pola asuh ini memiliki karakteristik tinggi akan

kasih sayang. keterlibatan dan tingkat kepekaan orang tua terhadap

mahasiswa, nalar, serta mendorong pada kemandirian. Orangtua yang

menerapkan pola asuh seperti ini memiliki sifat yang sangat demokratis,

memberikan batasan untuk mengarahkan siswa dalam menentukan

keputusan yang tepat didalamnya.

Menurut Helmawati (2014: 139) pola asuh demokratis menggunakan

komunikasi dua arah. Kedudukan antara orang tua dan anak dalam

berkomunikasi sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan


16

mempertimbangkan (keuntungan) kedua belah pihak. Anak diberi

kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya, apa yang dilakukan anak

tetap harus ada di bawah pengawasan orangtua dan dapat

dipertanggungjawabkan secara moral. Sependapat dengan Tridhonanto

dan Beranda (2014: 16) menyatakan bahwa pola asuh demokratis

orangtua adalah pola asuh yang menerapkan perlakuan kepada anak

dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara

memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional dan

pemikiran-pemikiran.

Menurut Surbakti (2009: 51) menyatakan bahwa pola asuh

demokratis orangtua dipandang paling memadai untuk diterapkan

terhadap pada anak dan anggota keluarga lainnya. Hal ini mengingat

dalam sistem pola asuh demokratis aspirasi setiap anak terakomodasi

dengan baik sehingga setiap anak dihormati sesuai dengan kapasitas dan

kapabilitasnya. Pendapat lain dari Nurhalimah, dkk (2019: 5) menyatakan

bahwa pola asuh demokratis orangtua adalah kesempatan yang luas untuk

mendiskusikan segala permasalahan dengan orangtua dan orangtua

mendengarkan keluhan dan memberikan pandangan kepada anak.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh

demokratis orangtua adalah pola asuh yang memiliki karakteristik tinggi

akan kasih sayang, kepekaan orangtua, anak diberi tanggungjawab tetapi

masih dibawah pengawasan orangtua dan orang tua membentuk

kepribadian dengan cara memprioritaskan anak.


17

2. Ciri-ciri pola asuh demokratis orangtua

Menurut Tridhonanto dan Beranda (2014: 16) menyatakan bahwa

ciri-cirinya, yaitu:

a. Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan

kontrol internal.

b. Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut dilibatkan

dalam pengambilan keputusan.

c. Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. Saat

orangtua menggunakan hukuman fisik, dan diberikan jika terbukti

anak secara sadar menolak melakukan apa yang telah disetujui

bersama, sehingga lebih bersikap edukatif.

d. Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu

mengendalikan anak.

e. Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang

berlebihan yang melampaui kemampuan anak.

f. Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan

melakukan suatu tindakan.

g. Pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

Menurut Amin Suci dan Rini Harianti (2018: 10) menyatakan

terdapat ciri-ciri yang diterapkan, yaitu:

a. Orangtua memandang anak sebagai suatu yang realistis dan

menuntut hal yang berlebihan sesuai dengan kemampuan anak.


18

b. Orangtua memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan

tindakan yang disukai.

c. Menunjukkan respon terhadap bakat yang dimiliki.

d. Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.

e. Memberikan pengertian mengenai hal baik dan buruk.

f. Menghargai keberhasilan yang telah diraih anak.

Menurut Syamaun (2012: 28) menyatakan adanya ciri-ciri pola asuh

demokratis orangtua, yaitu: menerima, kooperatif, terbuka terhadap anak,

mengajar anak untuk mengembangkan disiplin diri, jujur, dan ikhlas

dalam menghadapi masalah anak, memberikan penghargaan positif

kepada anak tanpa dibuat-buat, mengajarkan kepada anak untuk

mengembangkan tanggung jawab atas setiap perilaku dan tindakan,

bersikap akrab dan adil, tidak cepat menyalahkan, memberikan kasih

sayang dan kemesraan kepada anak.

Menurut Lestari (2016: 57-63) menyatakan adanya ciri-ciri pola asuh

demokratis orangtua, yaitu:

a. Kontrol dan pemantauan, sejak permulaan penelitian tentang

pengasuhan, kontrol merupakan dimensi pengasuhan yang

dikenali oleh para peneliti. Kontrol diartikan sebagai penekanan

terhadap adanya batasan-batasan terhadap perilaku yang

disampaikan secara jelas kepada mahasiswa. Pemantauan

merupakan salah satu cara orangtua untuk mengembangkan

kontrol pada anak.


19

b. Dukungan dan keterlibatan, dukungan orangtua yang

mencerminkan ketanggapan orangtua atas kebutuhan anak

merupakan hal yang sangat penting bagi anak. dukungan

orangtua dan menegaskan dalam benak anak dirinya dirinya

diterima dan diakui sebagai anak. Keterlibatan orangtua adalah

suatu derajat yang ditunjukkan orangtua dalam hal ketertarikan,

berpengetahuan dan kesediaan untuk berperan aktif dalam

aktivitas anak sehari-hari.

c. Komunikasi, orangtua anak sangat penting bagi orangtua dalam

upaya melakukan, kontrol, pemantauan, dan dukungan pada

anak tindakan orangtua untuk mengontrol, memantau, dan

memberikan dukungan dapat dipersepsi positif atau negatif oleh

anak,diantaranya dipengaruhi oleh cara orangtua berkomunikasi.

d. Pendisiplinan, merupakan salah satu ciri dari upaya orangtua

untuk melakukan kontrol terhadap anak. Pendisiplinan biasanya

dilakukan orangtua agar anak dapat menguasai suatu kompetensi,

melakukan pengaturan diri, dapat menaati aturan, dan

mengurangi perilaku-perilaku menyimpang atau berisiko.

Menurut Nurhalimah (2019: 5) menyatakan adanya ciri-ciri

pola asuh demokratis orangtua, yaitu: orangtua mendukung anak,

orang tua memberikan penjelasan atas perintah atau keputusan

yang diberikan, orangtua mendorong anak untuk dapat berdiri


20

sendiri semua keinginan dibuat berdasarkan persetujuan dengan

anak.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pola asuh

demokratis adalah orangtua memandang anak sebagai suatu yang realistis

dan menuntut hal yang berlebihan sesuai dengan kemampuan anak, orang

tua memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan tindakan yang

disukai, menunjukkan respon terhadap bakat yang dimiliki, mendorong

anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberikan

pengertian mengenai hal baik dan buruk, menghargai keberhasilan yang

telah diraih anak.

C. Hubungan antara Pola Asuh Demokratis Orangtua dan

Prestasi belajar

Menurut Fathurrohman dan Sulistyorini (2012: 129) meyatakan

bahwa keluarga mempunyai peran yang terhadap keberhasilan

anak-anaknya. Apabila hubungan antara keluarga, khususnya orangtua

dengan anak-anaknya bersifat merangsang dan membimbing anak, akan

kemungkinan anak tersebut mencapai prestasi yang baik sebaliknya

apabila orangtua acuh tak acuh terhadap aktivitas belajar anak, anak

cenderung malas belajar, akibatnya kecil kemungkinan anak mencapai

prestasi belajar yang baik.

Menurut Djamarah Syaiful Bahri (2014: 52-53) menyatakan bahwa

anak yang tidak dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan pergaulan


21

dengan teman sebayanya sebagai akibat dari kesalahan orangtua dalam

mengasuh anak sangat mungkin mengalami kesulitan belajar pada

akhirnya anak tidak dapat berprestasi.

Juliyantini Yayu, dkk (2018) mengemukakan bahwa peran orang tua

dapat berpengaruh pada prestasi belajar anak disekolah. Anak

mengaharapkan orang tuanya dapat bertindak yang bertujuan membantu

agar dapat menyelesaikan tugas perkembangan umumnya serta

menyelesaikan tugas pendidikan khususnya, jadi masa sekolah adalah

masa dimana anak sangat membutuhkan dukungan serta arahan dari

orang tua. Orang tua yang memberikan dukungan pada anaknya dalam

belajar akan mampu meningkatkan semangat anak agar dapat belajar

lebih giat, belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah putus asa

jika mengahadapi kesulitan dalam belajar.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan

antara pola asuh demokratis orangtua dengan prestasi belajar. Semakin

tinggi pola asuh demokratis orangtua maka akan semakin tinggi pula

prestasi belajarnya, begitu juga sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai