Anda di halaman 1dari 54

11

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Belajar

Belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas terencana untuk mencapai

tujuan tertentu yang dicirikan dengan keterlibatan sejumlah komponen yang saling

terkait satu sama lain. Komponen-komponen dalam proses pembelajaran yang

dimaksud adalah perangkat pembelajaran yang terdiri atas rencana pelaksanaan

pembelajaran, alat pembelajaran yang mencakup metode, media, dan sumber belajar,

serta alat evaluasi, baik berupa tes maupun non-tes. Aktivitas belajar peserta didik

hanya mungkin berlangsung dalam suatu proses pembelajaran yang dapat memberi

kesempatan bagi mereka untuk belajar dengan baik. Proses pembelajaran dapat

berlangsung dengan baik jika mendapat respon dari peserta didik. Keterkaitan antara

belajar dan pembelajaran tampak pada konsep belajar dan pembelajaran.

Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang memungkinkan timbulnya

perilaku baru yang bukan disebabkan oleh kematangan dan merupakan sesuatu yang

bersifat sementara sebagai hasil dari terbentuknya respons utama. Perubahan tingkah

laku terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif,

bersifat konstan, terarah, serta mencakup seluruh aspek tingkah laku (Hanafy, 2014).

Sementara itu menurut Skinner dalam Hanafy (2014) belajar adalah menciptakan

kondisi peluang dengan penguatan (reinforcement), sehingga individu akan

bersungguh-sungguh dan lebih giat belajar dengan adanya ganjaran (punishment) dan

pujian (reward) dari guru atas hasil belajarnya. Oleh karena itu pemilihan stimulus

yang deskriminatif dan penggunaan penguatan dapat merangsang individu lebih giat

belajar, sehingga belajar merupakan hubungan antara stimulus dengan respons.


12

Belajar merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai

tujuan belajar atau tujuan individu, yakni suatu bentuk perubahan perilaku yang

relatif menetap. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (2001) bahwa belajar

didefinisikan sebagai modifikasi atau memperkuat perilaku melalui pengalaman

(learning is defined as the modification or strengthening of behavior through

experience).

Belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap

informasi dan/atau pengalaman sehingga terjadi perkembangan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan (Suyatna, 2011). Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Kirom

(2017) bahwa belajar merupakan sebuah aktivitas atas proses guna memperoleh

wawasan dan ilmu pengetahuan, meningkatkan kemampuan atau keterampilan,

memperbaiki sikap, perilaku dan mengokohkan kepribadian.

Belajar merupakan sebuah proses atau usaha yang dilakukan individu untuk

mendapatkan suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh aktivitas

mental dan psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan

pada tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar (Uno,

2011).
13

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan peserta didik yang dapat diamati, dibuktikan,

dan terukur dalam kemampuan atau prestasi yang diperoleh berdasarkan pengalaman

belajar. Hasil belajar menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan

perilaku peserta didik. Perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup

pengetahuan tetapi juga keterampilan untuk hidup bermasyarakat, keterampilan

berpikir (memecahkan masalah), dan keterampilan sosial, juga tidak kalah penting

adalah nilai dan sikap.

Hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar seseorang yang

menimbulkan perubahan pada diri orang yang belajar, baik perubahan berupa

bertambahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan serta

kecakapan Lestari (2015). Ansori dkk. (2020) juga menambahkan bahwa hasil

belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik setelah mengalami proses

pembelajaran. Pendapat kedua tokoh tersebut diperjelas oleh Sudjana (2005 yang

mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Jika dilihat dari sisi guru, proses

pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar (Hartoto, 2016).

Tujuan pembelajaran jika dilihat dari hasil belajar terdiri dari tiga aspek, yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Bloom dalam Hartoto (2016) perubahan

perilaku dalam belajar juga mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ranah kognitif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan,

pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Ranah afektif mencakup hasil belajar yang

berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan, dan minat. Ranah psikomotorik


14

mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik atau gerak yang

ditunjang oleh kemampuan psikis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya faktor internal dan

eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik

yang mempengaruhi kemampuan belajarnya, seperti kecerdasan, minat dan

perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik

dan kesehatan. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta didik

yang mempengaruhi hasil belajar seperti keluarga, sekolah dan masyarakat (Ansori,

dkk. 2020). Hal ini juga senada dengan pendapat Gagne (1977) dalam Warsita

(2008) yang mengatakan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar

diri individu yang saling berinteraksi, sehingga kondisi eksternal berupa stimulus

dari lingkungan belajar dan kondisi internal berupa keadaan internal dan proses

kognitif individu yang saling berinteraksi dalam memperoleh hasil belajar yang

dikategorikan sebagai keterampilan motorik, informasi verbal, kemampuan

intelektual, strategi kognitif, dan sikap.

Di akhir suatu proses pembelajaran akan diadakan evaluasi untuk

mengetahui perkembangan dan hasil belajar peserta didik. Dalam sebuah

pembelajaran, khususnya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab

terhadap hasil belajar peserta didik. Untuk menentukan hasil belajar dan kemajuan

belajar peserta didik, guru sering menggunakan evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif

biasanya dilakukan ketika berakhirnya suatu pokok bahasan (tengah semester, dan

akhir semester atau kenaikan kelas). Evaluasi sumatif ini adalah evaluasi yang

menentukan hasil belajar dan kemajuan kemampuan belajar peserta didik. Maka
15

sebagai guru dituntut tidak hanya menentukan hasil belajar dari peserta didik tetapi

juga harus mampu menentukan kemajuan belajar peserta didik. Sehingga guru

hendaknya melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik untuk

mengetahui kekurangan dan kemajuan kemampuan belajar para peserta didik.

Berdasarkan evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata

persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta peserta didik

untuk mengutarakan hafalan mereka. Menurut Bloom dalam Amelia dkk. (2015)

hafalan sebenarnya merupakan tingkatan terendah dalam kemampuan berpikir

(thingking behavior). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai

agar proses pembelajaran dapat menghasilkan peserta didik yang kompeten di

bidangnya. Dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom yang telah direvisi

mencakup: (1) mengingat (remember), yaitu menarik kembali informasi yang

tersimpan dalam memori jangka panjang, (2) memahami (understand), yaitu

mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki,

atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang ada dalam

pemikiran peserta didik, (3) mengaplikasikan (apply), yaitu penggunaan suatu

prosedur guna meyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, (4) menganalisis

(analyze), yaitu menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan

menentukan saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut, (5) mengevaluasi

(evaluate), yaitu membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang

ada, dan (6) mencipta (create), yaitu menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu

bentuk kesatuan (Sudewi dkk., 2014).


16

Taksonomi Bloom dapat digunakan sebagai acuan bagi seorang guru dalam

menyusun soal-soal untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Soal-soal yang

dirancang harusnya meliputi semua tingkat atau ranah kognitif. Dengan demikian,

guru akan dapat mengetahui ranah kognitif yang telah dicapai peserta didik dan dapat

menyusun suatu strategi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.

2.3 Motivasi Belajar

Pengenalan prestasi belajar penting bagi peserta didik, dengan mengetahui

hasil-hasil yang sudah dicapai maka peserta didik akan lebih berusaha meningkatkan

prestasi belajarnya, dengan demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal

karena peserta didik tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar

yang telah diraih sebelumnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi peserta

didik adalah motivasi. Dengan adanya motivasi, peserta didik akan belajar lebih

keras, ulet, tekun dan memiliki dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar

pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang

perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah.

Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran

sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata

pelajaran tertentu. Peserta didik yang bermotivasi tinggi dalam belajar

memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin

tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka

semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya (Nashar, 2004). Hamdu dan Lisa

(2011) juga mengatakan bahwa motivasi adalah salahsatu faktor yang mempengaruhi

prestasi peserta didik. Motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk
17

menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong

untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan

mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi

terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan

mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar (Dimyati dan Mudjiono,

2006).

Motivasi tidak hanya menjadikan peserta didik terlibat dalam kegiatan

akademik, namun juga penting dalam proses menentukan seberapa jauh peserta didik

akan dapat belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh dapat

menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Peserta didik yang termotivasi

belajar akan dapat menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam

pembelajaran, yaitu dapat mengajar kembali materi sehingga dapat menyerap materi

dengan lebih baik lagi (Azizah dkk., 2018).

Motivasi belajar peserta didik dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau

tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar

akan rendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar pada peserta didik perlu diperkuat

terus-menerus dengan tujuan agar peserta didik memiliki motivasi belajar yang kuat,

sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat optimal. Motivasi belajar dapat

dideskripsikan melalui empat komponen utama, sesuai dengan model ARCS

(Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) (Keller, 1987). Keempat komponen

ARCS tersebut yaitu sebagai berikut:


18

a. Attention (Perhatian)

Perhatian adalah rasa tertarik pada suatu permasalahan yang sedang dipelajari,

dapat pula diartikan dengan konsentrasi. Menurut Keller (1987) strategi untuk

menjaga dan meningkatkan perhatian peserta didik yaitu sebagai berikut:

1) Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi

2) Penggunaan media dalam pembelajaran

3) Tidak terlalu serius dalam pembelajaran

4) Menyisipkan peristiwa nyata dalam menjelaskan suatu konsep

5) Libatkan peserta didik dalam pembelajaran

b. Relevance (Relevansi)

Relevansi diartikan sebagai keterkaitan atau kesesuaian antara materi

pembelajaran dengan pengalaman belajar peserta didik. Dengan adanya relevansi

maka otomatis dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar peserta didik karena

peserta didik merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan memiliki manfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Menurut Angkowo dan Kosasih (2007) strategi untuk

menunjukkan relevansi adalah sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi pelajaran

2) Guru menjelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai

yang akan dipelajari

3) Guru memberikan contoh yang berhubungan langsung dengan kondisi

peserta didik
19

c. Confidence (Percaya Diri)

Untuk dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik dapat menggunakan

strategi berikut:

1) Menyusun materi pelajaran agar mudah dipahami

2) Tidak menuntut peserta didik mempelajari terlalu banyak konsep baru

sekaligus

3) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran dan kriteria tes awal pada pembelajaran

4) Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan

peserta didik

5) Mengakui peserta didik telah memahami konsep dengan baik dan

menyebutkan kelemahan peserta didik sebagai hal-hal yang masih perlu

dikembangkan

6) Memberi umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar

peserta didik mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini

d. Satisfaction (Kepuasan)

Kepuasan yang dimaksud adalah perasaan gembira. Strategi untuk dapat

menimbulkan rasa puas bagi peserta didik yaitu:

1) Mengapresiasi peserta didik jika mereka menjawab dan mengajukan

pertanyaan
20

2) Memuji dan memberikan dorongan dengan senyuman, anggukan, dan

pandangan yang simpatik atas partisipasi peserta didik

3) Menuntut peserta didik agar dapat memberikan jawaban yang benar

2.4 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru

untuk pendekatan peserta didik dengan tujuan tercapainya tujuan pembelajaran.

Menurut Joyce dan Weil (1980) dalam Santyasa (2007) model pembelajaran

merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai acuan dalam proses

pembelajaran. Dimana di dalamnya memuat prosedur yang sistematis dalam

mengelola pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan, dimana di dalamnya terdapat tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan

belajar mengajar, lingkungan belajar, dan bagaimana cara mengelola kelas (Octavia,

2020). Di dalamnya juga terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media, dan alat

pembelajaran yang digunakan agar tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini juga

disampaikan oleh Isrok’atun dan Amelia (2018) bahwa model pembelajaran adalah

salah satu komponen pembelajaran yang dapat digunakan sebagai panduan dalam

melakukan langkah-langkah kegiatan. Model pembelajaran ini dianggap sebagai

wadah dalam melakukan segala bentuk kegiatan belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang

kondusif, disesuaikan dengan cara belajar peserta didik sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Ada berbagai model pembelajaran,


21

namun dalam prakteknya guru harus menyadari bahwa tidak ada model pembelajaran

yang paling tepat untuk segala siatuasi dan kondisi. Sehingga dalam pemilihan model

pembelajaran harus menyesuaikan dengan kondisi peserta didik, sifat materi bahan

ajar, fasilitas yang tersedia, serta kondisi guru sendiri (Rahman, 2018).

2.5 Model Pembelajaran Discovery Learning

Strategi penyampaian materi pelajaran sangat diperlukan oleh guru untuk

menciptakan pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik sehingga peserta

didik lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Hosnan (2014)

dalam Maharani (2017) model pembelajaran Discovery Learning adalah suatu model

pembelajaran dimana untuk mengembangkan pembelajaran yang aktif dengan jalan

menemukan dan menyelidiki sendiri dan hasil yang diperoleh akan mudah diingat

bagi siswa. Dalam proses pembelajaran peserta didik juga menganalisis dan mencoba

memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Hal ini juga disampaikan oleh

Kurniasih dan Sani (2014) dalam Fitriyah dkk (2017) bahwa dalam proses

pembelajaran yang menggunakan model Discovery Learning materi ajar tidak

disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mengorganisasi

sendiri. Model ini mengarah kepada peserta didik yang menemukan konsep melalui

serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.

Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model

Discovery Learning adalah suatu model dimana ketika proses pembelajaran sedang

berlangsung penyampaian materinya diberikan tidak lengkap terhadap peserta didik.

Hal ini dikarenakan disini peserta didik dituntut untuk terlibat aktif dalam
22

pembelajaran untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum

dipahami atau belum dimengerti.

Salah satu tujuan pembelajaran menggunakan model Discovery Learning

adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis. Keterampilan berpikir

peserta didik dapat ditingkatkan dengan dilatih untuk mengamati, menanya,

mencoba, menalar dan mengkomunikasikan melalui sintaks model pembelajaran

Discovery Learning. Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan scientific

(Pratiwi, 2014). Pendekatan scientific merupakan pendekatan yang mengambil

langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.

Pendekatan scientific memungkinkan terbiasanya kecakapan berpikir sains dan

terkembangkannya “sense of inquiry” serta keterampilan berpikir kritis (Asmi dkk.,

2015). Hal ini sejalan dengan pendapat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2013)

yang mengatakan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang

dirancang agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum, atau prinsip

yang ditemukan melalui tahap-tahap antara lain mengidentifikasi atau menemukan

masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan

konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Dengan demikian, model Discovery

Learning sangat relevan dengan pendekatan saintifik yang terdiri dari mengamati,

menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan yang direkomendasi oleh

kurikulum 2013 karena dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta

didik.
23

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning diantaranya,

(a) pemberian rangsangan (stimulation), (b) mengidentifikasi masalah (problem

statement), (c) mengumpulkan data (data collecton), (d) mengolah data (data

processing), (e) pembuktian (verification), (f) menarik kesimpulan (generalization)

(Anonymous, 2020).

2.6 Pengertian Media

Istilah media berasal dari bahasa Latin yakni bentuk jamak dari kata "medium"

yang berarti perantara atau pengantar. Secara umum media adalah perantara atau

penyalur informasi sehingga dapat disebut juga sebagai alat komunikasi. Proses

pembelajaran juga termasuk proses komunikasi, oleh karena itu media yang

digunakan disebut sebagai media pembelajaran (Falahuddin, 2014). The Association

for Education and Communication Technology (ACET) juga menyebutkan media

pembelajaran sebagai wadah yang digunakan dalam proses menyampaikan informasi

(Nurseto, 2011).

Proses pembelajaran di sekolah disesuaikan dengan perkembangan teknologi,

perkembangan pesat dalam bidang teknologi dan informasi khususnya internet,

mempercepat aliran ilmu pengetahuan dengan pemanfaatan banyak perangkat.

Perkembangan teknologi informasi telah mempengaruhi berbagai jenis media,

sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran (Subekti, 2017). Manfaat media

pembelajaran diantaranya dapat membantu proses pembelajaran yang sedang

berlangsung, dimana tidak semua materi dapat diterima secara verbal, namun juga

membutuhkan alat yang dapat membantu tersampainya materi ajar dengan baik
24

kepada peserta didik. Selain membantu pendidik dalam proses pembelajaran, media

juga dapat memotivasi peserta didik untuk belajar (Hamid dkk., 2020).

Materi yang rumit dan abstrak dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik

dengan adanya media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran adalah alat atau

perantara yang dikemukakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

kepada siswa agar mudah dipahami dan ditatap maknanya oleh siswa sehingga dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa (Hamdani, 2011). Namun, Sudjana

dan Rivai (1991) dalam One (2011) menyataan bahwa tidak semua media dapat

diterapkan dalam proses pembelajaran, ketika memilih media maka sebaiknya

memperhatikan kriteria-kriteria seperti, a) ketepatan dengan tujuan pengajaran, b)

dukungan terhadap isi bahan pengajaran, c) kemudahan memperoleh media, d)

keterampilan guru dalam menggunakannya, e) tersedia waktu untuk

menggunakannya, dan f) sesuai dengan taraf berpikir peserta didik.

2.7 Media Powtoon

Seorang guru tidak hanya dituntut untuk lebih selektif dalam memilih media

pembelajaran, tetapi juga kreatif dalam penggunaan agar lebih bermanfaat bagi

sesama guru dan peserta didik. Media pembelajaran yang paling sering digunakan

selama proses belajar mengajar adalah Power Point. Hendrik (2015 dalam Tsur

(2019) menjelaskan bahwa Powtoon juga tidak kalah hebatnya dengan media Power

Point. Menurut Nanni (2015) media PowToon merupakan sebuah situs web yang

dapat diakses oleh pengguna untuk membuat video pendek dengan memanfaatkan

fitur-fitur yang telah disediakan di web, seperti latar, animasi, musik latar, dan

atribut-atribut lainnya yang dapat ditambahkan pengguna. Gunaydin & Karamete


25

(2016) menambahkan bahwa tampilan PowToon kurang lebih seperti Powerpoint

sehingga tidak terasa asing bagi pengguna baru. Seperti yang telah disebutkan bahwa

PowToon memiliki fitur-fitur yang lengkap sehingga memudahkan pendidik dalam

memproduksi video pembelajaran yang menarik.

Beberapa manfaat dan kelebihan dari PowToon dalam proses pembelajaran,

diantaranya:

a. Memperjelas materi (tidak hanya berupa huruf dan suara)

b. Tidak terbatas ruang, waktu, dan alat indera. Misalnya objek yang terlalu

besar bisa digantikan dengan gambar, film, dan bingkai

c. Kecepatan video animasi pembelajaran dapat diatur oleh pengguna dengan

fitur timelapse atau high-speed photography yang telah tersedia

d. Dapat menampilkan video mengenai kejadian di masa lampau karena

PowToon sendiri menyediakan ruang bagi pengguna untuk memasukkan

rekaman, video, dan gambar

e. Objek nyata bisa diubah ke dalam bentuk animasi sehingga tampilannya

lebih menarik. Selain itu objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-

mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain (Hendrik

(2015) dalam Tsur (2019)).

Sedangkan kekurangan media Powtoon diantaranya:

a. Ketergantungan pada ketersediaan dukungan sarana teknologi

b. Harus sesuai dengan sistem dan kondisi yang ada

c. Mengurangi kretivitas dan inovasi dari jenis media pembelajaran lainnya


26

d. Membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang profesional untuk

mengoperasikannya

e. Pemakaian aplikasi berbayar dalam waktu yang ditentukan (Arifah dkk.,

2020)

2.8 Materi Pembelajaran Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan

2.8.1 Pengertian Jaringan Tumbuhan

Jaringan adalah sekelompok sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama

atau berbeda. Pada tumbuhan, jaringan terbagi atas dua kelompok, yaitu jaringan

meristem dan non-meristem. Jaringan meristem dibedakan menjadi tiga, meristem

apikal (akar dan batang), meristem lateral (prokambium, kambium pembuluh, dan

kambium gabus), dan meristem interkalar. Jaringan non-meristem dibedakan atas

jaringan dasar, jaringan dermal, dan jaringan pembuluh (Hasanuddin dkk., 2017).

1. Jaringan Meristem

Jaringan meristem adalah jaringan yang sel-selnya aktif membelah diri secara

mitosis. Kemampuan bermitosis secara terus menerus menyebabkan terus

bertambahnnya sel-sel baru sehingga tumbuhan mengalami pertumbuhan tinggi dan

volume. Berdasarkan letaknya pada tumbuhan, jaringan meristem terbagi atas tiga

macam, meristem apikal yang terdapat di ujung batang dan akar, meristem interkalar

yang terdapat diantara jaringan dewasa atau jaringan yang sudah berdiferensiasi, dan

meristem lateral yang terletak memanjang sejajar permukaan batang atau akar

(Nugroho, 2021). Meristem apikal terletak diujung akar dan tunas serta dalam

kuncup aksilaris tunas, menyediakan sel-sel tambahan yang memungkinkan

tumbuhan untuk tumbuh memanjang yang dikenal dengan proses pertumbuhan


27

primer. Pertumbuhan primer memungkinkan akar-akar menjulur melalui tanah dan

tunas-tunas meningkatkan paparannya terhadap cahaya. Ujung akar tertutup oleh

tudung akar yang melindungi meristem apikal yang rapuh saat akar menembus tanah

yang abrasive selama pertumbuhan primer. Tudung akar menyekresikan lendir

polisakarida yang melumasi tanah di sekeliling ujung akar. Pertumbuhan terjadi tepat

di belakang ujung akar dalam ketiga zona sel pada tahap–tahap pertumbuhan primer

yang berurutan. Dimulai dari bagian ujung, terdapat zona pembelahan sel, zona

pemanjangan, dan zona diferensiasi (Gambar-2.1).

Gambar-2. 1. Pertumbuhan Primer Akar (Campbell et.al, 2008)

Pada tumbuhan herba (tak berkayu), pertumbuhan primer menghasilkan semua,

atau hampir semua tubuh tumbuhan. Akan tetapi, tumbuhan berkayu juga mengalami
28

penambahan lingkar batang dan akar yang tidak lagi tumbuh memanjang.

Pertumbuhan menebal ini disebut pertumbuhan sekunder yang disebabkan oleh

aktivitas meristem lateral yang disebut kambium vaskular dan kambium gabus.

Kambium vaskular menambahkan lapisan-lapisan jaringan vaskular yang disebut

xilem sekunder (kayu) dan floem sekunder. Kambium gabus menggantikan

epidermis dengan periderm yang lebih tebal dan keras (Campbell, 2008). Gambaran

umum pertumbuhan primer dan sekunder dapat dilihat pada Gambar-2.2.

Gambar-2.2 Gambaran Umum Pertumbuhan Primer dan Sekunder


(Campbell et.al, 2008)
Meristem sel-selnya berkembang langsung dari sel-sel embrional, sehingga

merupakan lanjutan dari pertumbuhan embrio. Misalnya kuncup ujung batang yang

dibedakan menjadi 3 zona, yaitu zona meristematik, zona pemanjangan sel, dan zona

diferensiasi. Zona meristematik membentuk jaringan meristem primer. Meristem


29

primer dibedakan menjadi daerah-daerah dengan tingkat perkembangan sel yang

berbeda-beda. Pada meristem apikal terdapat promeristem di bagian ujung, terdiri

dari sel initial apikal. Sedangkan bagian pemanjangan sel terdiri dari, protoderm

(bakal jaringan epidermis), prokambium (bakal jaringan pengangkut), dan meristem

dasar (bakal jaringan dasar dan empelur). Struktur meristem apikal batang dapat

dilihat pada Gambar-2.3.

Gambar-2.3 Struktur Meristem Apikal Batang (Hasanuddin dkk., 2017)

Meristem sekunder berasal dari sel-sel dewasa yang berubah sifatnya menjadi

sel-sel meristematik. Meristem sekunder menyebabkan terjadinya pertumbuhan

menebal yang terjadi jauh dari ujung pucuk atau akar (Hasanuddin dkk., 2017).

Meristem sekunder dibedakan atas kambium dan kambium gabus (felogen).


30

Kambium merupakan jaringan meristem lateral yang terdapat sebagai untaian

membujur melingkari batang atau pada bagian-bagian terpisah yang terdapat dalam

jaringan pembuluh (xilem dan floem). Kambium yang terdapat pada pembuluh

primer disebut kambium vaskuler, sementara kambium yang terdapat diantara berkas

pengangkut disebut kambium intervaskuler. Kambium terus-menerus membelah.

Pembelahan sel ke arah luar membentuk floem sekunder, sedangkan ke arah dalam

membentuk xilem sekunder. Kambium gabus membelah menghasilkan sel-sel gabus

yang menggantikan epidermis yang mati. Sel-sel gabus ini berfungsi sebagai

pelindung. Pertumbuhan primer dan sekunder terjadi secara simultan. Ketika

pertumbuhan primer menambahkan daun dan memperpanjang batang serta akar di

daerah-daerah yang lebih muda, pertumbuhan sekunder mempertebal batang dan

akar di daerah pertumbuhan primer telah berhenti.

2. Jaringan Non-Meristem

Jaringan non-meristem/permanen adalah jaringan yang berasal dari

pembelahan sel-sel meristem primer maupun sekunder, yang berdiferensiasi sesuai

dengan fungsinya. Berdasarkan struktur dan fungsinya jaringan dewasa dibedakan

menjadi 4 macam, yaitu jaringan epidermis, jaringan dasar, jaringan penyokong, dan

jaringan pengangkut.

2.1 Jaringan Epidermis

Jaringan epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi

permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar. Jaringan epidermis berfungsi

melindungi jaringan dari lingkungan luar, berperan dalam pengaturan pertukaran gas

pada daun dan bagian permukaan luarnya dilapisi oleh kutikula (Anu dkk, 2017). Sel
31

epidermis berbentuk tubular dengan susunan rapat tanpa ruang interseluler.

Berdasarkan ontogeninya, epidermis berasal dari jaringan meristematik yaitu

protoderm. Setiap jenis tumbuhan mempunyai struktur sel epidermis yang berbeda.

Perbedaan struktur sel epidermis yang dimaksud dapat berupa bentuk dan susunan

sel epidermis, letak atau kedudukan stomata terhadap sel tetangga, arah membukanya

stomata, bentuk stomata, jumlah sel epidermis dan stomata, jarak antara stomata,

panjang sel epidermis dan stomata (Sari dan Hercules, 2017).

Sel-sel inisial epidermis sebagian dapat berkembang menjadi alat-alat

tambahan lain yang disebut dengan derivat epidermis, seperti stomata, trikoma,

emergensia, spina, sel kipas, sel kersik, velamen, dan litokis.

a. Stomata

Permukaan daun yang menghadap ke atas dikenal dengan epidermis atas (sisi

adaksial) dan permukaan yang lain dikenal dengan epidermis bawah (sisi abaksial).

Stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daun berupa sepasang sel penjaga

yang bisa menimbulkan celah sehingga uap air dan gas dapat dipertukarkan antara

bagian dalam dari stomata dengan lingkungan. Saat membuka dan menutupnya

stomata, sel-sel penjaga membantu menyeimbangkan kebutuhan tumbuhan untuk

menyimpan air dengan kebutuhannya untuk melakukan fotosintesis. Perubahan pada

bentuk sel penjaga serta pembukaan dan penutupan stomata dapat dilihat pada

Gambar-2.4.
32

Gambar-2.4 Pembukaan dan Penutupan Stomata (dilihat dari


permukaan) (Campbell et.al, 2008)

Stomata biasanya ditemukan pada bagian Suku Euphorbiaceae termasuk dalam

kelas Magnoliopsida. Kelas Magnoliopsida umumnya memiliki stomata berbentuk

ginjal. Stomata dikelilingi oleh sel penutup dengan jumlah dan kedudukan terhadap

porus stomata dapat berbeda. Demikian halnya dengan sel-sel epidermis (sel

tetangga) dapat memiliki bentuk sel yang bervariasi. Stomata biasanya ditemukan

pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara terutama di daun. Stomata

tidak ditemukan di akar dan seluruh permukaan beberapa tumbuhan parasit yang

tanpa klorofil. Stomata dapat juga ditemukan pada daun mahkota, tangkai sari, daun

buah dan biji tetapi biasanya stomata tersebut tidak berfungsi (Sarjani dkk., 2017).

Stomata umumnya terdapat pada bagian bawah daun, tetapi ada beberapa jenis

tumbuhan, stomata dapat dijumpai pada permukaan atas dan bawah daun. Ada pula

tumbuhan yang hanya mempunyai stomata pada permukaan atas daun, yaitu pada
33

bunga lili air. Bentuk atau tipe stomata pada tumbuhan dikotil dibedakan atas empat

yaitu anomositik, anisositik, parasitik dan diasitik (Anu dkk., 2017).

Tipe anomositik, yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang bentuk

maupun ukurannya sama dengan sel epidermis disekitarnya. Tipe ini umumnya

dijumpai pada tumbuhan familia Ranunculacea, Caparidaceae, Cucurbetaceae, dan

Malvaceae. Tipe anisositik, yaitu sel penutup dikelilingi oleh tiga buah sel tetangga

yang tidak sama besar. Tipe ini umumnya dijumpai pada tumbuhan anggota familia

Cruciferae, dan Solanaceae. Tipe parasitik, yaitu sel penutup diiringi sebuah sel

tetangga atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga sejajar dengan sumbu sel

penutup serta celah. Tipe ini umumnya dijumpai pada tumbuhan anggota familia

Rubiaceae, Magnoliaceae, dan Mimosaceae. Tipe diasitik, yaitu stoma dikelilingi dua

sel tetangga. Dinding bersama dari kedua sel tetangga itu tegak lurus terhadap sumbu

panjang sel penutup serta celah. Tipe ini umumnya dijumpai pada tumbuhan anggota

familia Caryophyllaceae dan Acanthaceae (Sutrian, 2011). Empat bentuk atau tipe

stomata pada tumbuhan dikotil dapat dilihat pada Gambar-2.5.


34

Gambar-2.5 Tipe Stomata Tumbuhan Dikotil (Hidayat, 2010)

Pada monokotil ada dua tipe stomata yang paling umum, yaitu gramineuous

dan tetrasitik. Gramineous memiliki bentuk stomata yang ditempeli sel epidermis di

bagian luar vakuola dengan bagian tengah mengembung. Sementara tetrasitik adalah

stomata yang dikelilingi epidermis di bagian kanan dan kiri sekaligus atas dan bawah

vakuola. Menurut Stebbins dan Kush (1961) dalam Mulyani (2006) ada empat tipe

stomata pada daun monokotil, yaitu:

1) Sel penutup terdiri dari 4 sampai 6 sel tetangga, biasanya terdapat pada

famili Araceae, Commelinaceae, Musaceae, Stralitziaceae, Cannaceae, dan

Zingiberaceae
35

2) Sel penutup terdiri dari 4 sampai 6 sel tetangga, 2 diantaranya berbentuk

bulat dan lebih kecil dari yang lain, terletak pada ujung sel penutup.

Biasanya terdapat pada famili Palmae, Pandanaceae, dan Cyclantaceae

3) Sel penutup didampingin oleh 2 sel tetangga. Tipe ini terdapat pada

Pontederiaceae, Flagellariaceae, Dioscorales, Amaryllidales, Iridales, dan

Orchidales.

b. Trikoma

Trikoma merupakan salah satu derivate dari epidermis yang berasal dari bahasa

yunani yang artinya rambut-rambut yang tumbuh dan berasal dari sel-sel epidermis

dengan bentuk, susunan serta fungsinya yang memang bervariasi. Trikoma pada

jaringan epidermis mempunyai sifat khusus sebagai daya pertahanan dari serangga,

yang ditentukan oleh adanya kelenjar (glandula) atau tidak (nonsecretory), kerapatan,

panjang, bentuk, dan ketegakan trikoma. Trikoma biasanya muncul pada permukaan

luar hampir seluruh organ tumbuhan baik organ vegetatif seperti daun, cabang, daun

pelindung dan akar maupun organ reproduksi seperti sepal, petal, stamen, ginosium,

biji dan buah (Dewi dkk., 2015).

Berdasarkan jumlah sel yang membangunnya, trikoma dapat dibedakan

menjadi uniseluler dan multiseluler. Trikoma uniseluler merupakan trikoma yang

terdiri dari satu sel, sedangkan multiseluler merupakan trikoma yang bersel banyak.

Trikoma dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu trikoma non glandular yang

tidak mempunyai sekresi dan trikoma glandular yang mempunyai hasil sekresi

berupa garam, larutan gula, racun, atau terpen (minyak) (Fajri, 2013). Trikoma non-

glandular dikelompokkan menjadi, trikoma bersel satu/multisel, trikoma sisik yang


36

berbentuk pipih, dan multisel, trikoma bercabang (bintang), dan trikoma kasar

berlapis banyak. Macam-macam bentuk trikoma dapat dilihat pada Gambar-2.6.

Gambar-2.6 Variasi bentuk trikoma (Esau (1976) dalam Hidayat (2004)

c. Emergensia

Emergensia adalah tonjolan permukaan organ yang terbentuk dari jaringan

epidermis dan jaringan di bawah epidermis atau sub epidermis ( sel-sel yang terdapat

di daerah korteks). Contohnya pada duri pada bunga mawar ( Rose sp) (Murida,

2018).

d. Spina

Duri (spina) merupakan modikasi sel epidermis yang terdapat pada tumbuhan

tertentu. Duri tumbuhan terbagi dalam dua jenis, yaitu duri asli dan duri palsu. Duri

asli dibentuk oleh jaringan di dalam stele batang. Misalnya, duri pada tanaman bunga
37

kertas (Bougainvillea). Sedangkan duri palsu dibentuk oleh jaringan di bawah

epidermis yaitu jaringan korteks batang. Contohnya, duri pada batang tumbuhan

mawar.

e. Sel kipas

Sel kipas adalah sel epidermis yang terspesialisasi di permukaan bawah daun

pada semua ordo pada tumbuhan Liliopsida kecuali Helobiae. Penyusutan sel kipas

pada bagian permukaan bawah (adaxial) daun dekat tulang daun bagian tengah

dikaitkan dengan penggulungan daun pada padi dan jenis rerumputan lainnya. Sel

kipas merupakan sederet sel yang lebih besar daripada sel epidermis lainnya,

berdinding tipis, bervakuola besar dan berisi air. Fungsi sel kipas sendiri adalah

melindungi bawahnya agar tidak mengalami kerusakan akibat kehilangan air yang

lebih besar serta membuka dan menutupnya daun dalam proses penggulungan daun

(Ai dan Lenak, 2014). Anatomi sel kipas dapat dilihat pada Gambar-2.7.

Gambar-2.7 Anatomi Sel Kipas atau bulliform cell. A. Sel Kipas, B.


Tulang Daun Bagian Tengah (Ai dan Lenak, 2014).
f. Sel Kersik

Sel kersik adalah bagian sel epidermis yang berbentuk bulat, elips, halter atau

pelana. Sel kersik mengandung zat kersik atau silika (SiO2). Adanya sel kersik pada
38

tumbuhan menjadikan permukaan batang tumbuhan menjadi keras. Sel kersik

terdapat pada famili Cyperaceae, Equsetinae dan Graminae, misalnya tebu

(Saccharum officinarum).

g. Velamen

Velamen merupakan modifikasi sel epidermis yang terdapat pada akar udara

tanaman anggrek. Epidermis dan akar anggrek disebut epidermis ganda atau multi

epidermis. Velamen berfungsi sebagai tempat menyimpan air. Velamen tersusun dari

sel-sel mati yang terdapat di bagian dalam epidermis akar gantung (akar udara) pada

tumbuhan epifit (tumbuhan menempel pada benda atau tumbuhan lain). Velamen

berfungsi untuk menimbun yang diperolehnya dan mengikat oksigen. Velamen

terdapat pada tumbuhan famili Orchidaceae (anggrek), sehingga anggrek dapat hidup

memanfaatkan embun dan udara lembap. Velamen beserta epidermis disebut sebagai

epidermis ganda.

h. Litokis

Litokis adalah sel epidermis yang dindingnya mengalami penebalan dan

mengandung sistolit. Litokis menyerupai bangunan sarang lebah yang tersusun dari

tangkai selulosa dengan deposisi atau endapan kristal kalsium karbonat (CaCO3). Sel

litokis berukuran lebih besar daripada sel-sel epidermis di sekitarnya. Sel tersebut

terdapat pada permukaan bawah atau atas daun tumbuhan. Acanthaceae, Moraceae

(Ficus elastica) Urticaceae dan Cucurbitaceae (Luthfiya, 2018).

2.2 Jaringan Dasar

Jaringan dasar atau jaringan parenkim merupakan jaringan yang dapat dijumpai

di hampir setiap bagian tumbuhan, seperti empulur, korteks akar dan batang, mesofil
39

daun, endosperm biji, buah berdaging, jari-jari empulur, juga terdapat sebagai

elemen xilem dan floem, baik primer maupun sekunder. Parenkim tersusun dari sel

hidup dengan dinding tipis, mempunyai variasi bentuk dan aspek fisiologis. Bentuk

sel bermacam-macam, antara lain isodimetris, bulat seperti tiang, seperti bunga

karang, dan seperti bintang (Nugroho, 2021).

Berdasarkan aspek fisiologisnya jaringan parenkim digolongkan menjadi

beberapa macam, yaitu:

a. Parenkim asimilasi, terdapat pada tubuh tumbuhan yang berwarna hijau

karema menngandung klorofil, sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.

Pada daun bentuknya ada dua macam, yaitu jaringan tiang/palisade dan

jaringan bunga karang/spons.

b. Parenkim udara, terdapat pada alat pengapung sebagai tempat penyimpanan

udara, misalnya pada daun Canna, pada empelur batang Juncus. Biasanya

sel-sel yang bercabang membentuk jari-jari atau berbentuk bintang.

c. Parenkim penimbun, sel-sel parenkim yang berisi cadangan makanan

terdapat pada endosperm, daun lembaga, tuber atau umbi, dan lain-lain

d. Parenkim air, sebagai tempat penyimpanan air, sel-selnya penuh dengan air

untuk mempertahankan diri terhadap kekeringan. Biasanya terdapat pada

tanaman epifit dan xerofit.

e. Parenkim pengangkut, terdapat pada jaringan pengangkut. Pada jaringan ini

dinding parenkim dapat mengalami penebalan sekunder

f. Parenkim penutup luka (regenerasi), yaitu parenkim yang bertugas

menghasilkan/membentuk jaringan baru, apabila semua jaringan hilang


40

akibat luka/dilukai. Parenkim di sekitar luka melakukan pembelahan,

setelah dihasilkan masa sel berdiferensiasi menjadi jaringan, seperti

jaringan semula yang hilang, contohnya felogen (kambium gabus).

Berdasarkan bentuknya, jaringan parenkim dapat dibedakan menjadi empat,

yaitu sebagai berikut:

a. Parenkim palisade, merupakan parenkim yang sel-selnya berbentuk

memanjang, tegak, dan mengandung banyak kloroplas. Terdapat pada

mesofil daun dan kadang-kadang ditemukan pada biji.

b. Parenkim bintang (aktinenkim), merupakan parenkim yang sel-selnya

berbentuk seperti bintang dan saling bersambungan di bagian ujungnya.

terdapat pada tangkai bunga Canna sp.

c. Parenkim lipatan, merupakan parenkim yang dinding selnya mengalami

lipatan ke arah dalam dan banyak mengandung kloroplas. Parenkim ini

terdapat pada mesofil daun Pinus sp. dan padi

d. Parenkim bunga karang atau parenkim spons, merupakan parenkim yang

memiliki sel-sel dengan bentuk tidak teratur dan ruang antarsel yang besar.

Parenkim bunga karang terdapat pada mesofil daun.

2.3 Jaringan penguat

Jaringan penguat adalah jaringan yang menunjang bentuk tubuh tumbuhan.

Berdasarkan bentuk dan sifatnya dibedakan menjadi jaringan kolenkim dan

sklerenkim.

Jaringan kolenkim adalah jaringan penguat pada organ-organ tumbuhan yang

masih aktif mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Sel-sel kolenkim bersifat


41

hidup, dinding sel merupakan dinding primer yang mengandung selulosa, pektin, dan

hemiselulosa. Kolenkim pada umumnya berperan sebagai jaringan penguat pada

organ tumbuha yang sedang tumbuh. Namun pada tumbuhan herba, kolenkim dapat

dijumpai pula pada organ dewasa. Kolenkim dapat dijumpai pada perifer batang,

tangkai daun, tangkai bunga, ibu tulang daun, dan jarang dijumpai pada akar, kecuali

pada akar yang terpapar sinar matahari. Kolenkim tidak dapat dijumpai pada batang

dan daun tumbuhan monokotil apabila sklerenkim sudah terdiferensiasi sejak awal

pertumbuhan.

Berdasarkan bentuk penebalan dan letaknya, jaringan kolenkim dapat

dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Kolenkim angular, merupakan jaringan kolenkim yang mengalami

penebalan di bagian sudutnya. Tipe kolenkim ini terdapat pada daun-

daunan seperti daun seledri

b. Kolenkim lamellar, merupakan jaringan kolenkim yang mengalami

penebalan di bagian dinding sel tangensial atau menjalar saja. Fungsi

kolenkim ini adalah untuk menopang kekuatan lapisan luar struktur

tanaman, seperti pada batang atau daun

c. Kolenkim annular, merupakan jaringan kolenkim yang dinding selnya

menebal secara merata. Tipe kolenkim ini hanya ditemukan pada daun

wortel dan beberapa tumbuhan merambat

d. Kolenkim lakunar, merupakan jaringan kolenkim yang mengalami

penebalan pada permukaan ruang antarsel.


42

Jaringan sklerenkim sel-selnya mengalami penebalan di seluruh bagian sel.

Sklerenkim dapat berasal dari kolenkim yang mengalami penebalan lebih lanjut.

Jaringan sklerenkim merupakan jaringan penguat pada organ tumbuhan yang sudah

berhenti melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Jaringan sklerenkim

dikelompokkan menjadi 2 yaitu serabut dan sklereid (Wasis dan Irianto, 2008). Dua

kelompok sel ini tidak dibedakan secara detail, tetapi secara umum serabut lebih

langsing dan panjang, sedangkan sklereid bervariasi dalam hal bentuk, dari

isodiametris sampai memanjang, kadang juga bercabang.

Pada kebanyakan tumbuhan, sklereid terbentuk sebagai kumpulan sel yang

padat pada bagian dalam parenkim yang lunak. Pada organ tertentu, misalnya pada

kulit kenari, seluruhnya terbentuk oleh sel sklereid. Sedangkan pada beberapa

tumbuhan tertentu sklereid akan tampak sebagai idioblas, yaitu sekumpulan sel yang

dengan mudah dapat dibedakan dari sel yang ada di sekitarnya karena ukuran,

bentuk, maupun ketebalan dindingnya. Sklereid dibedakan menjadi lima tipe

berdasarkan bentuknya, yaitu:

a. Brakiosklereid, disebut juga sel batu berbentuk isodiametris. Sering

dijumpai di floem, korteks maupun kulit batang serta daging buah,

contohnnya pada daging buah pir (Pyrus communis)

b. Makrosklereid, berbentuk tongkat dan membentuk lapisan kontinu dalam

kulit biji Leguminoceae

c. Osteosklereid, berbentuk kumparan atau tulang. Banyak dijumpai pada

kulit biji dan daun tumbuhan dikotil tertentu


43

d. Asterosklereid, percabangan bermacam dan kadang berbentuk bintang.

Banyak dijumpai di daun.

e. Trikosklereid, berbentuk sangat memanjang seperti rambut, biasanya

memiliki satu percabangan yang teratur, dan dapat dijumpai pada daun

tumbuhan tertentu.

Serabut adalah sel panjang dengan dinding sekunder yang tebal, lumen sempit,

dan berujung runcing. Serabut dapat ditemui di berbagai tempat pada tumbuhan,

umumnya terdapat di antara berkas pengangkut ataupun dapat berkembang pada

jaringan dasar di akar, batang, daun, dan buah. Berdasarkan struktur dinding sel,

serabut dibedakan menjadi serabut keras (dinding berkayu dan mengandung lignin)

dan serabut lunak (bersifat fleksibel).

2.4 Jaringan Pengangkut

Jaringan pengangkut adalah jaringan pada tumbuhan tingkat tinggi yang

berfungsi mengangkut air dan garam mineral, serta zat hasil fotosintesis. Keberadaan

jaringan pengangkut adalah salah satu struktur yang membedakan antara tumbuhan

tingkat tinggi dengan tumbuhan tingkat rendah (lumut dan alga) (Aryulina dkk.,

2006). Pada lumut belum dijumpai adanya jaringan pengangkut sehingga air masuk

secara imbibisi dan didistribusikan secara difusi (Nugroho, 2021). Jaringan

pengangkut berupa xilem (pembuluh kayu) dan floem (pembuluh tapis) (Gambar-

2.10). Xilem merupakan jaringan kompleks karena terdiri atas berbagai macam tipe

sel, dapat bersifat hidup ataupun mati namun umumnya tersusun dari sel-sel mati

dengan dinding tebal dari bahan lignin. Komponen penyusunnya yaitu:


44

a. Unsur trakeal, merupakan bagian yang terdiri atas sel-sel memanjang, tidak

mengandung protoplasma, dinding sel berlignin, dan memiliki noktah-

noktah. Noktah adalah bagian dari dinding sel yang tidak ikut menebal dan

berfungsi sebagai tempat lewatnya zat dari sel ke sel. Unsur trakeal ada

dua, yaitu :

- Trakea (pembuluh), merupakan deretan sel yang tersusun memanjang

dengan ujung berlubang dan saling bersambungan pada bagian ujung

dan pangkalnya

- Trakeid, merupakan sel panjang dengan ujung yang runcing tanpa

lubang. Pengangkutan pada trakeid dilakukan melalui noktah-noktah

pada dinding selnya.

b. Serat xilem, merupakan sel panjang dengan dinding sekunder mengandung

lignin. Ada dua macam serat xilem, yaitu serat trakeid dan serat libriform.

c. Parenkim xilem, merupakan komponen xilem yang tersusun dari sel-sel

yang masih hidup dan berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan.

Ditemukan pada xilem primer maupun xilem sekunder (Gambar-2.8).


45

Gambar-2.8 Sel-Sel Pengangkut Air Pada Xilem (Campbell et.al, 2008)

Floem adalah jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut dan

mendistribusikan zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh

tumbuhan. Floem tersusun dari sel-sel hidup dan sel-sel mati. Komponen penyusun

floem adalah sebagai berikut:

a. Unsur tapis, merupakan bagian yang terdiri atas sel-sel panjang dengan

ujung-ujung berpori yang disebut lempeng tapis. Pada bagian ujungnya,

sel-sel saling berlekatan dengan sel di atas atau di bawahnya membentuk

pembuluh. Pori-pori pada lempeng tapis akan dilewati oleh plasmodesmata

yang menghubungkan unsur tapis satu dengan lainnya

b. Sel pengiring (sel tetangga), merupakan untaian sel-sel hidup yang

menyerupai parenkim. Sel pengiring memiliki nukleus, plastida, dan


46

plasmodesmata yang bercabang. Sel pengiring berperan dalam proses

keluar dan masuknya zat-zat makanan melalui pembuluh tapis

c. Serat floem, merupakan serat yang dapat berupa sel hidup atau mati

d. Parenkim floem, merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan zat tepung, lemak, dan zat-zat organik lainnya. Parenkim

floem tetrletak di bagian buluh tapis dan merupakan sel hidup

e. Sel albumin, meupakan sel yang terdapat pada tumbuhan Gymnospermae.

Sel albumin adalah sel-sel jari-jari empulur dan parenkim buluh tapis yang

mengandung banyak zat putih telur (albumin). Sel albumin memiliki fungsi

seperti sel pengiring. Komponen penyusun floem dapat dilihat pada

Gambar-2.9.

Gambar-2.9 Komponen Penyusun Floem (Campbell et.al, 2008)


47

Pada batang, struktur jaringan pengangkut bermacam-macam. Jaringan

pengangkut pada tumbuhan dikotil tersusun melingkar, terdapat di antara korteks dan

empulur. Jaringan pengangkut pada akar berbeda dengan batang karena xilem

letaknya berselang-seling dengan floem. Pada batang, floem terletak berdampingan

di sebelah luar xilem. Berdasarkan letak floem terhadap xilem, dibedakan beberapa

tipe jaringan pengangkut seperti yang diperlihatkan pada Gambar-2.10, yaitu:

a. Koleteral, xilem dan floem berdampingan. Tipe ini dibedakan menjadi tipe

koleteral terbuka jika xilem dan floem terdapat kambium dan tipe koleteral

tertutup jika antara xilem dan floem tidak ada kambium

b. Bikolateral, jika xilem diapit oleh floem luar dan floem dalam. Batas antara

xilem dan floem luar adalah kambium, sedangkan antara xilem dan floem

terdapat parenkim penghubung. Tipe jaringan pengangkut seperti ini

dijumpai pada tumbuhan yang tergolong Solanaceae, Cucurbitaceae, dan

Apocynaceae.

c. Konsentris, dibedakan menjadi dua tipe, yaitu jika konsentris amvisal jika

xilem mengelilingi floem dan konsentris amfikibral jika xilem dikelilingi

floem, misalnya pada rizom tumbuhan paku

d. Radial, merupakan jaringan pengangkut pada akar, letak xilem dan floem

berselang-seling. Tipe ini terdapat pada akar monokotil dan dikotil.


48

Gambar-2.10 Macam-Macam Tipe Jaringan Pengangkut, A dan B : Koleteral


Terbuka, C dan D : koleteral Tertutup, E dan F : Bikolateral
Terbuka, G dan H : Konsentris Amphikibral, I dan J : Konsentris
Amphivasal, K dan L : Radial (Nugroho, 2009)

2.5 Jaringan Sekretori

Jaringan sekretori merupakan jaringan tumbuhan yang terdiri atas satu sel atau

lebih yang berfungsi sebagai tempat pengeluaran senyawa-senyawa (sekret) dari

dalam tumbuhan, sepeerti air, mineral, lender, getah minyak, dan lemak. Jaringan ini

terdapat pada semua bagian tumbuhan dengan bentuk, ukuran, dan produk yang

bervariasi. Berdasarkan letaknya pada tumbuhan jaringan sekretori dibedakan

menjadi sekretori internal yang merupakan jaringan yang terdapat di antara berbagai

jaringan dalam tubuh tumbuhan, contohnya sel sekretori, saluran sekretori, dan ruang
49

sekretori. Jaringan sekretori yang berada di permukaan tubuh tumbuhan di antara sel

epidermis disebut jaringan sekretori eksternal, contohnya glanduler, kelenjar, dan

nektar.

2.8.2 Organ Pada Tumbuhan

Organ merupakan kumpulan dari beberapa jaringan yang memiliki tujuan dan

peranan tertentu dalam tubuh. Organ dibedakan menjadi organ vegetatif, yaitu akar,

batang, dan daun, dan organ generatif, yaitu bunga, buah, dan biji.

1. Akar

Akar berfungsi untuk memperkuat berdirinya tumbuhan, menyerap air dan

unsur hara yang terlarut di dalamnya dari dalam tanah, serta terkadang sebagai

tempat untuk menyimpan cadangan makanan. Akar terdiri dari beberapa bagian yaitu

pangkal akar yaitu bagian akar yang bersambungan dengan pangkal batang, ujung

akar yaitu bagian akar yang terdiri dari jaringan meristem, batang akar yaitu bagian

yang terdapat antara leher dan ujung akar, cabang-cabang akar yaitu bagian yang

keluar dari akar pokok, serabut akar yaitu cabang akar berbentuk serabut, bulu-bulu

akar yaitu penonjolan sel-sel epidermis yang sesungguhnya, dan tudung akar

(kaliptra) yaitu bagian akar yang terletak paling ujung sebagai pelindung ujung akar

yang muda. Tudung akar berperan dalam menentukan arah pertumbuhan akar dan

melindungi meristem serta mengurangi gesekan antara ujung akar dan butir-butir

tanah saat menembus tanah. Tudung akar terdiri dari sel-sel parenkim berdinding

tipis, kaya akan protoplasma dan sedikit vakuola. Di belakang tudung akar terdapat

titik tumbuh berupa sel-sel meristem yang selalu membelah (Hasanah dkk., 2021).

Struktur dalam akar terdiri atas:


50

a. Epidermis, terdiri atas selapis sel yang tersusun rapat, dengan dinding sel

yang mudah dilewati air. Disebut juga epiblem atau lapisan pilifer.

Sebagian sel epidermis akan membentuk rambut akar dengan pemanjangan

ke arah lateral dari dinding luarnya

b. Korteks merupakan bagian yang berada di bawah epidermis. Korteks terdiri

atas sel-sel yang tersusun renggang, sehingga terdapat banyak ruang

antarsel untuk melakukan pertukaran gas. Korteks berfungsi sebagai tempat

penyimpanan makanan

c. Endodermis merupakan lapisan pemisah antara korteks dan silinder pusat.

Endodermis tersusun atas sel-sel yang mengalami penebalan dari zat gabus

(suberin) dan lignin membentuk deretan seperti pita yang disebut pita

Caspary

d. Silinder pusat, merupakan bagian terdalam dari akar. Silinder pusat terdiri

atas berbagai macam jaringan, antara lain adalah perisikel, berkas

pengangkut, dan empulur

1) Akar monokotil, umumnya adalah akar serabut, dengan batas antara ujung

akar dan tudung akar yang tampak jelas. Struktur dalam akar monokotil

adalah:

- Epidermis, terdiri atas selapis sel yang tersusun rapat. Epidermis memiliki

dinding sel yang tipis sehingga mudah dilewati oleh air

- Korteks, terdiri atas beberapa lapis sel parenkim yang tersusun longgar

sehingga banyak terdapat ruang antarsel. Fungsi utama korteks adala untuk

menyimpan air dan cadangan makanan


51

- Endodermis, merupakan lapisan paling dalam dari korteks. Endodermis

terdiri atas selapis sel yang tersusun kompak. Sel-sel endodermis

mengalami penebalan dari zat suberin, kecuali beberapa sel yang tidak

mengalami penebalan pada dinding selnya

- Silinder pusat, terdiri atas perisikel, jaringan penghubung, berkas

pengangkut, dan empulur.

2) Akar dikotil, berupa akar tunggang, dengan batas antara ujung akar dan

tudung akar yang tidak jelas. Struktur dalam dari akar dikotil adalah:

- Epidermis, merupakan bagian terluar yang tersusun dari selapis sel yang

berdinding tipis. Pada bagian ini, terdapat sel-sel yang membentuk rambut

akar dengan cara mengadakan perpanjangan dari dinding luarnya ke arah

lateral

- Korteks, merupakan bagian antara epidermis dan endodermis. Bagian ini

menempati porsi paling besar pada akar. Korteks terdiri atas beberapa lapis

sel dan di dalamnya terdapat ruang antarsel yang memanjang sepanjang

akar

- Endodermis, merupakan bagian yang terletak di sebelah dalam dari

Endodermis terdiri atas sel-sel berbentuk kotak yang tersusun rapat tanpa

ruang antarsel

- Silinder pusat, terdiri atas perisikel dan berkas pengangkut. Struktur

anatomi akar dikotil dan monokotil dapat dilihat pada Gambar-2.11.


52

Gambar-2.11 Struktur Anatomi Akar Dikotil (kiri) dan Monokotil (kanan)


(Campbell et.al, 2008)
2. Batang

Batang merupakan organ tumbuhan yang berfungsi untuk menegakkan tubuh

tumbuhan, serta menghubungkan bagian akar dan daun. Berfungsi untuk menopang

daun, bunga, dan buah. Bagian batang tempat munculnya daun disebut nodus (buku).

Sementara bagian di antara dua buku disebut ruas (internodus). Pada batang yang

bercabang, terdapat kuncup samping yang akan tumbuh menjadi cabang.

Batang memiliki tiga bagian pokok, yaitu epidermis, korteks, dan stele (silinder

pusat).

a. Epidermis, terdiri atas selapis sel yang tersusun rapat tanpa ruang antarsel.

Pada batang, dinding sel bagian luar dilengkapi dengan kutikula yang dapat

melindungi batang dari kekeringan. Sementara itu, pada tumbuhan kayu yang

telah tua, terdapat kambium gabus yang menggantikan fungsi dari jaringan
53

primer. Kambium gabus akan membentuk lapisan gabus untuk menggantikan

lapisan epidermis yang telah rusak, terdiri atas sel-sel mati yang membantu

melindungi batang, terdapat celah-celah kecil yang menonjol atau disebut

lentisel. Fungsi lentisel adalah sebagai tempat pertukaran gas antara bagian

dalam tubuh tumbuhan dan udara luar

b. Korteks, tersusun dari parenkim, kolenkim, dan sklerenkim yang berupa

serabut, sklereid, serta idioblas. Sel-sel parenkim letaknya tidak teratur

sehingga banyak terbentuk ruang antarsel. Pada beberapa jenis tumbuhan,

terdapat klorenkim atau parenkim korteks yang mengandung klorofil. Sel-sel

korteks paling dalam yang mengandung zat tepung (amilum) disebut

flooeterma (sarung tepung). Pada tumbuhan xerofit, di bagian korteks dan

empulurnya terdapat jaringan penyimpan air

c. Silinder pusat (stele), terletak di sebelah dalam batang. Silinder pusat terdiri

atas dua bagian, yaitu perisikel (perikambium), merupakan lapisan terluar dari

silinder pusat. Perisikel merupakan lapisan yang bersifat meristematis dengan

sel-sel yang aktif membelah membentuk sel-sel baru. Berkas pengangkut,

merupakan bagian yang terdiri atas jaringan xilem dan floem.

1) Batang Monokotil

Batang monokotil umumnya tidak bercabang dan sebagian besar memiliki

ruas-ruas batang. Batang monokotil juga tidak memiliki kambium sehingga batang

tidak membesar seperti pada batang dikotil. Struktur dalam batang monokotil adalah:

- Epidermis, merupakan bagian terluar dari batang yang berfungsi sebagai

pelindung
54

- Jaringan dasar, merupakan jaringan parenkim yang tersusun renggang,

sehingga terdapat ruang antarsel. Jaringan dasar pada batang monokotil tidak

dapat dibedakan menjadi bagian korteks dan empulur

- Berkas pengangkut, terdiri atas xilem dan floem. Pada batang monokotil, tipe

berkas pengangkutnya adalah kolateral tertutup, yaitu letak xilem dan floem

berdampingan, serta di antara keduanya tidak terdapat kambium.

2) Batang dikotil

Pada umumnya, batang dikotil bercabang-cabang dan tidak beruas-ruas.

Adanya kambium pada batang dikotil menyebabkan batang mengalami pertumbuhan

membesar. Struktur dalam batang dikotil adalah:

- Kulit kayu, merupakan struktur terluar batang dikotil

- Kayu merupakan struktur yang terletak antara kambium vaskuler dan empulur

- Empulur merupakan jaringan parenkim yang berfungsi menyimpan cadangan

makanan, ditemukan pada batang yang masih muda. Pada batang yang sudah

tua, sudah jarang ditemukan lagi. Pada batang dikotil, tipe berkas

pengangkutnya adalah kolateral terbuka, yaitu letak floem dan xilem

berdampingan, serta di antara keduanya terdapat kambium. Selain itu, berkas

pengangkut pada batang dikotil letaknya teratur membentuk lingkaran. Struktur

anatomi batang dikotil dan monokotil dapat dilihat pada Gambar-2.12.


55

a) b)

Gambar-2.12 Struktur Anatomi (a) Batang Dikotil dan (b) Batang Monokotil
(Campbell et.al, 2008)

3. Daun

Daun merupakan organ tumbuhan yang menjadi tempat berlangsungnya proses

fotosintesis. Berdasarkan ada tidaknya jaringan palisade, ada dua tipe daun, yaitu

daun dorsiventral merupakan daun yang hanya memiliki jaringan palisade (jaringan

tiang) pada sisi atas saja. Akibatnya, daun bagian atas tampak lebih gelap

dibandingkan dengan bagian bawahnya, daun isobilateral adalah daun yang

permukaan atas dan bawahnya memiliki struktur yang seragam.

1) Daun monokotil

Umumnya memiliki pertulangan daun sejajar atau melengkung. Pada

pertulangan daun sejajar, daun memiliki bentuk seperti pita, misalnya pada daun

rumput-rumputan. Sementara itu, pada pertulangan daun melengkung, daun memiliki


56

bentuk bulat atau seperti hati, misalnya pada daun. Struktur dalam daun monokotil

terdiri atas:

a. Epidermis, terdiri atas epidermis atas dan epidermis bawah. Epidermis

daun monokotil tersusun dari selapis sel, dengan dinding sel yang

menghadap ke luar mengalami penebalan membentuk lapisan kutikula

b. Mesofil, umumnya mesofil tidak terdiferensiasi menjadi jaringan palisade

dan spons. Oleh karena itu, daun monokotil umumnya digolongkan ke

dalam tipe isobilateral. Sel-sel mesofil berbentuk isodiametris, berdinding

tipis dan tersusun rapat, serta memiliki kloroplas

c. Jaringan pengangkut, memiliki tipe yang sama dengan jaringan pengangkut

pada batangnya, yaitu kolateral tertutup. Xilem yang terdiri atas trakea

menghadap ke permukaan atas daun. Sementara floem yang terdiri atas sel

buluh tapis dan sel pengiring menghadap ke permukaan bawah daun. Setiap

berkas pengangkut biasanya diselubungi oleh seludang berkas pengangkut

yang terdiri atas sel-sel parenkim berdinding tipis. Biasanya, sel-sel

seludang berkas pengangkut mengandung butir-butir amilum.

2) Daun dikotil

Umumnya memiliki pertulangan daun menyirip atau menjari. Struktur bagian

dalam daun dikotil terdiri atas:

a. Epidermis, terdiri atas epidermis atas dan epidermis bawah. Epidermis

tersusun dari selapis sel, kecuali pada daun Ficus, terdapat : epidermis

ganda
57

b. Mesofil, terletak di antara epidermis atas dan epidermis bawah. Berbeda

dengan daun monokotil, mesofil daun dikotil berdiferensiasi menjadi

jaringan palisade dan jaringan spons.

c. Jaringan pengangkut, memiliki tipe yang sama dengan jaringan pengangkut

pada batangnya, yaitu kolateral terbuka. Jaringan pengangkut terdapat di

dekat atau di pusat ibu tulang daun. Xilem terletak di dekat permukaan atas

daun, sedangkan floem terletak di dekat permukaan bawah daun.

4. Bunga

Bunga merupakan organ reproduksi seksual atau generatif pada tumbuhan

berbiji yang berasal dari modifikasi tunas (batang dan daun). Bunga yang lengkap

memiliki bagian-bagian berupa dasar bunga, perhiasan bunga (kelopak dan

mahkota), benang sari, dan putik. Bunga merupakan alat perkembangbiakan

generatif yang menjadi tempat bersatunya gamet jantan dan gamet betina untuk

menghasilkan biji. Bunga sebagai organ seksual tumbuhan memiliki alat kelamin

jantan berupa benang sari dan alat kelamin betina berupa putik dengan bakal buah.

Bagian-bagian bunga dapat dibedakan menjadi bagian steril dan bagian fertil. Bagian

steril terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, dan mahkota bunga.

Sementara bagian fertil terdiri atas benang sari dan putik.

Hampir seluruh bagian bunga disusun oleh jaringan parenkim. Sel-sel

parenkim penyusun bunga disebut parenkim mesofil. Mesofil terletak di antara

epidermis atas dan epidermis bawah. Struktur anatomi bunga terdiri atas:
58

a. Daun kelopak, umumnya mempunyai struktur yang sederhana. Bagian luar

epidermis daun kelopak dilapisi kutin, stomata, dan trikomata. Seperti

struktur pada daun, sel-sel daun kelopak ini juga mengandung klorofil

b. Daun mahkota, mempunyai satu atau banyak berkas pengangkut yang kecil-

kecil. Daun mahkota mempunyai epidermis berbentuk khusus, yaitu berupa

tonjolan yang disebut papila dan dilapisi kutikula

c. Benang sari, terdiri atas tangkai sari dan kepala sari. Tangkai sari dibentuk

oleh jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkimatis yang mempunyai vakuola dan

tersusun rapat tanpa ruang antarsel. Pada epidermis tangkai sari, terdapat

kutikula, trikomata, atau mungkin juga stomata

d. Putik, kepala putik dan tangkai putik mempunyai struktur khusus dan sifat

fisiologi yang dapat membuat butir serbuk sari berkecambah pada stigma.

Selain itu, sifat ini juga membuat buluh serbuk sari dapat menembus ovulum.

Bunga pada tumbuhan monokotil dan dikotil memiliki perbedaan, yaitu pada

jumlah bagian-bagian bunganya. Bunga monokotil bagian-bagian bunganya

berjumlah 3 atau kelipatan 3. Bunga dikotil bagian-bagian bunganya berjumlah 4

atau 5, atau kelipatan dari kedua angka tersebut.

5. Buah

Buah merupakan perkembangan lebih lanjut dari bakal buah. Buah biasanya

membungkus dan melindungi biji. Berdasarkan asalnya, buah dibagi menjadi dua

macam, yaitu:
59

a. Buah sejati, berasal dari perkembangan bakal buah. Ada tiga macam, yaitu:

- Buah sejati tunggal, adalah buah sejati yang terjadi dari satu bunga dan

satu bakal buah saja. Contohnya adalah buah mangga (Mangifera indica,

L.). Buah sejati tunggal dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu buah

sejati tunggal kering, misalnya buah kacang tanah dan buah sejati tunggal

berdaging, misalnya buah kelapa dan buah kenari.

- Buah sejati ganda, dalah buah sejati yang terjadi dari satu bunga dan

beberapa bakal buah yang bebas satu sama lain. Masing-masing bakal

buah akan menjadi satu buah. Contohnya adalah buah cempaka (Michelia

champaca L.). Buah sejati ganda dapat dibedakan menjadi empat

golongan, yaitu buah kurung ganda, seperti buah mawar, buah batu ganda,

seperti buah arbei, buah bumbung ganda, seperti buah cempak, buah buni

ganda, seperti buah srikaya.

- Buah sejati majemuk, adalah buah yang berasal dari suatu bunga majemuk,

yang masing-masing bunganya mendukung satu bakal buah. Akan tetapi,

setelah menjadi buah, semuanya akan berkumpul sehingga tampak seperti

satu buah saja. Contohnya adalah buah pandan (Pandanus tectorius.). Buah

sejati majemuk dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu buah buni

majemuk, seperti buah nanas, buah batu majemuk, seperti buah pandan,

dan buah kurung majemuk, seperti buah bunga matahari.

b. Buah semu, adalah buah yang bukan berasal dari perkembangan bakal buah.

Terbentuk dari bagian-bagian bunga lain yang menyatu dengan bakal buah.
60

Akan tetapi, bagian lain dari bunga tersebut justru menjadi bagian utama dari

buahnya. Buah semu dibedakan menjadi:

- Buah semu tunggal, adalah buah yang terjadi dari satu bagian bunga dan

satu bakal buah. Pada buah ini, bagian lain dari bunga akan ikut

membentuk buah, misalnya tangkai bunga pada buah jambu monyet dan

kelopak bunga pada buah ciplukan

- Buah semu ganda, adalah buah yang terjadi jika pada satu bunga terdapat

lebih dari satu bakal buah yang bebas satu sama lain. Kemudian, masing-

masing bakal buah tersebut dapat tumbuh menjadi buah. Di samping itu,

ada bagian lain dari bunga yang ikut tumbuh serta menjadi bagian buah

yang mencolok dan berguna. Contohnya adalah buah arbe (Fragraria

vesca L.).

- Buah semu majemuk adalah buah semu yang terjadi dari bunga majemuk,

tetapi dari luar tampak seperti satu buah saja. Contohnya adalah buah

nangka (Artocarpus integra Merr.) dan keluwih (Artocarpus communis

Forst.).

6. Biji

Biji merupakan perkembangan lebih lanjut dari bakal biji. Biji umumnya terdiri

atas bagian-bagian berikut:

1. Kulit biji atau spermodermis, berasal dari selaput bakal biji (integumentum).

Kulit biji pada Gymnospermae terdiri atas tiga lapisan, yaitu kulit luar

(sarcotesta), merupakan kulit yang tebal dan berdaging, serta mengalami

perubahan warna dari muda hingga tua. Kulit tengah (sclerotesta),


61

merupakan kulit yang kuat dan keras, berkayu, serta menyerupai kulit dalam

(endokarpium) pada buah batu. Kulit dalam (endotesta), lapisan kulit ini

biasanya melekat pada bagian biji dan berbentuk seperti selaput tipis

2. Tali pusar, adalah bagian biji berbentuk menyerupai tangkai yang

menghubungkan biji dengan tembuni

3. Inti biji merupakan bagian inti pada biji yang dikelilingi oleh kulit biji. Inti

biji terdiri atas lembaga (embrio) dan putih lembaga

4. Lembaga (embrio), merupakan calon individu baru yang akan tumbuh dari

biji pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Bagian-bagian dari

lembaga adalah calon akar (radikula), daun lembaga (kotiledon), dan batang

lembaga (kaulikulus)

5. Calon akar, disebut juga akar lembaga. Pada tumbuhan dikotil, akar ini akar

tumbuh terus hingga membentuk akar tunggang

6. Daun lembaga, merupakan daun pertama yang tumbuh pada saat

perkecambahan setelah keluarnya akar lembaga. Fungsi daun lembaga

adalah sebagai tempat penimbunan makanan, sebagai alat untuk melakukan

fotosintesis, dan sebagai alat penghisap makanan dari putih lembaga

7. Batang lembaga, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu batang lembaga yang

terletak di atas daun lembaga (epikotil) dan batang lembaga yang terletak di

bawah daun lembaga (hipokotil)

8. Putih lembaga, merupakan bagian biji yang berisi cadangan makanan yang

digunakan pada saat perkecambahan. Putih lembaga digunakan saat

tumbuhan belum dapat membuat makanannya sendiri.


62

2.8.3 Perbedaan Anatomi Tumbuhan Monokotil dan Dikotil

Tabel-2.1 Perbedaan anatomi tumbuhan monokotil dan dikotil


No Organ Monokotil Dikotil

1 Akar Memiliki parenkim sentral, Tidak memiliki parenkim


tidak memiliki kabium, sentral, memiliki kabium
xylem primer, dan floem antara sylem dan floem,
primer terletak berselang- xylem primer terletak di pusat
seling akar, dan floem primer
terletak di luar xylem primer
2 Batang Batas antara korteks dan stele Batas antara korteks dan stele
kurang jelas. Antara xylem jelas. Antara xylem dan
dan floem tidak ada floem terdapat kambium
kambium
3 Daun Tidak memiliki jaringan Memiliki jaringan parenkim
parenkim palisade, tetapi palisade pada sisi atas dari
tersusun dari sel-sel parenkim bagian atas daun
yang struktur dan ukurannya
seragam.

(Sumber : Aryulina dkk., 2006)

2.8.4 Sifat Totipotensi dan Kultur Jaringan

Totipotensi yaitu kemampuan setiap sel tumbuhan untuk tumbuh menjadi

individu baru yang sempurna. Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman

dengan cara mengisolasi bagian tanaman (akar, batang, daun, dan mata tunas),

kemudian menumbuhkannya pada media buatan yang kaya nutrisi dan zat pengatur

tumbuh (hormon) secara aseptic, dalam wadah tertutup yang tembus cahaya, pada
63

suhu tertentu sehingga tanaman dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi

tanaman lengkap (Irnaningtyas, 2013).

1) Jenis Kultur Jaringan

 Meristem culture, yaitu teknik yang menggunakan eksplan dari jaringan

muda

 Anther culture, menggunakan eksplan dari serbuk sari atau benang sari

 Protoplast culture, yaitu menggunakan eksplan dari protoplasma

 Chloroplast culture, menggunakan eksplan kloroplas

 Somatic cross atau silangan protoplasma

2) Teknik Kultur Jaringan

 Sterilisasi

 Pembuatan media

 Inisiasi/pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikultur

 Multiplikasi/perbanyak calon tanaman dengan menanamnya di media tanam

 Pengakaran

 Aklimatisasi atau kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan

aseptik ke bedeng (Gambar-2.15).


64

Gambar-2.13 Tahap-Tahap Kultur Jaringan (Anonymous, 2021)

3) Keunggulan Pembibitan dengan teknik kultur jaringan

 Dapat diperoleh bibit yang bersifat identik dengan induk

 Tidak membutuhkan tempat yang luas

 Kualitas dan kesehatan bibit terjamin

 Bibit yang dihasilkan seragam

 Pertumbuhan bibit lebih cepat

 Pengadaan bibit tidak bergantung pada musim

 Dengan waktu yang singkat mendapatkan bibit dalam jumlah yang banyak

Anda mungkin juga menyukai