Anda di halaman 1dari 24

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

a. Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan yang dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus

menunjukkan suatu perubahan tingkah laku yang bersifat menetap, fungsional,

positif dan disadari. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan

kegiatan evaluasi. Untuk itu diperlukan teknik dan prosedur evaluasi belajar yang

dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar. Menurut Sri Anita (2008)

hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berfikir kritis dan ilmiah peserta

didik Sekolah Dasar, dapat dikaji berdasarkan: (a) Kemampuan membaca,

mengamati dan atau menyimak apa yang dijelaskan atau diinformasikan;

(b)Kemampuan mengidentifikasi atau membuat ssejumlah (sub-sub)

pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau didengar;

(c)Kemampuan mengorganisasikan hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari

sudut persamaan dan perbedaan; (d) Kemampuan melakukan kajian secara

menyeluruh.

Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi aspek tingkah laku kognitif,

konotatif, afektif atau motorik. Belajar yang hanya menghasilkan perubahan satu

atau dua aspek tingkah laku saja disebut belajar sebagian dan bukan belajar

lengkap.
9

2. Jenis hasil belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “prestasi adalah hasil dari suatu

kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara

kelompok (Djamarah, 1994). Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah

dihasilkan apabila seseorang tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar atau

prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta didik setelah

melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu prestasi belajar bukan ukuran, tetapi

dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang dalam

mengikuti program pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar seseorang

tersebut. Menurut Gagne, “prestasi belajar dapat dikelompokkan ke dalam 5

(lima) kategori yaitu: (1) Keterampilan intelektual (intellectual skills);

(2)Strategi-strategi kognitif (cognitive strategies); (3) Informasi verbal (verbal

information); (4) Keterampilan motor (motor skills); (5) Sikap (attitudes)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Sudjana hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang

dimiliki peserta didik setelah mengalami proses belajar. Penguasaan peserta didik

antara lain berupa penguasaan kognitif yang dapat diketahui melalui hasil belajar.

Usaha untuk mencapai aspek tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar. (Sudjana, 1989). Faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar antara lain:

1) Faktor eksternal, yaitu suatu kondisi yang ada disekitar peserta didik contoh

suhu, udara, cuaca, juga termasuk keadaan sosial yang ada disekitar peserta

didik.

2) Faktor instrumental, yaitu faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang

sesuai dengan hasil yang diharapkan. Contoh: kurikulum, metode, sarana,


10

media, dan sebagainya.

3) Faktor internal, yaitu faktor yang mempengaruhi peserta didik diantaranya

adalah kondisi psikologi dan fisiologi peserta didik.

4. Teori hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga

macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi

dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Adapun Gagne membagi

lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan

intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam

sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler,

tujuan institusional maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga

ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Model berpikir

ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki

anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, mengembangkan dan

menafsirkan hipotesa (Budiningsih, 2008).

Hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat

digolongkan menjadi tiga macam (Soemanto, 1990) yaitu:

1) Faktor-faktor stimulasi belajar, yaitu segala sesuatu di luar individu yang

merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar, yang

dikelompokkan dalam faktor stimuli belajar antara lain; banyaknya bahan

pelajaran, tingkat kesulitan bahan pelajaran, kebermaknaan bahan pelajaran,

berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.


11

2) Faktor-faktor metode belajar, metode belajar yang dipakai guru sangat

mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh pembelajar. Adapun faktor-

faktor metode belajar menyangkut kegiatan berlatih atau praktek, over

learning dan drill, resitasi belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar,

belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas

indera, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif.

3) Faktor-faktor individual, meliputi kematangan, faktor usia kronologis,

perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi

kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

hasil dari suatu proses belajar mengajar yang memberikan informasi tentang

sejauh mana ia menguasai materi pelajaran, bukan suatu penguasaan hasil latihan,

melainkan perubahan kelakuan yang mencakup aspek kognitif (pengetahuan),

afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) baik itu berupa informasi verbal

maupun non-verbal.

b. Model Pembelajaran Inkuiri

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara atau teknik penyajian materi yang

digunakan oleh guru atau tenaga pengajar lainnya untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Joyce dan Weil berpendapat bahwa model

pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran dalam jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lainnya (Rusman, 2011: 133).

Model pembelajaran menurut Soekamto adalah kerangka konseptual yang


12

melukiskan prosedur atau sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktifitas belajar mengajar (Trianto, 2007: 5). Setiap model pembelajaran selalu

mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan

guru. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan

dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru dan siswa.

Sintaks (pola urutan) dari bermacam- macam model memiliki komponen-

komponen yang sama. Contoh setiap model pembelajaran diawali dengan upaya

menarik perhatian siswa (Trianto, 2007: 5).

Dari beberapa pendapat di atas, model pembelajaran adalah suatu

prosedur atau pola yang disusun secara sitematis yang dapat digunakan sebagai

pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam setiap model

pembelajaran selalu memiliki pola urutan atau sintaks yang dilakukan oleh guru

dan siswa agar model tersebut dapat dilakukan sesuai rencana.

2. Pengertian Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu inquiry yang berarti pertanyaan

atau penyelidikan. Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Trianto, 2007:

135). Inkuiri adalah model pembelajaran yang merangsang siswa secara mandiri

untuk melatih proses berpikir dalam rangka menemukan jawaban permasalahan

yang diutarakan. Siswa dituntut untuk aktif menyelidiki dan mencari tahu melalui

proses berpikir dengan tanya jawab pada model pembelajaran inkuiri. Guru
13

berperan sebagai fasilitator yang mengantarkan siswa pada permasalahan melalui

pertanyaan (Sanjaya, 2011: 151).

Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dapat mendorong siswa

merasa senang ketika belajar, termotivasi untuk mengerjakan tugas, mudah

memahami pelajaran sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih

baik. Penentuan model pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran

yang melibatkan siswa dalam lingkungan dan mengontrol aktifitas siswa,

mencermati perbedaan antar siswa dan karakter tiap siswa (Aunurrahman, 2009:

11).

Menurut National Research council (2000) pembelajaran berbasis inkuiri

mengacu pada cara ilmuwan bekerja ketika mempelajari alam, yaitu mencari

penjelasan melalui bukti yang dikumpulkan dari dunia di sekitar mereka.

Pembelajaran berbasis inkuiri meliputi kegiatan mengajukan pertanyaan,

menyelidiki masalah atau topik, dan menggunakan berbagai sumber daya untuk

menemukan solusinya. Para peserta didik akan menarik kesimpulan dan biasanya

peserta didik meninjau kembali kesimpula tersebut untuk direvisi sebagai

eksplorasi sehingga memunculkan pertanyaan baru. Melalui proses ini, peserta

didik akan mengintegrasikan pengetahuan baru mereka dengan pengetahuan

sebelumnya, yang pada gilirannya akan membantu mereka dalam membangun

konsep mereka saat ini.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran inkuiri adalah suatu model yang mendorong siswa untuk berpikir

secara mendalam, mencari, menyelidiki secara sistematis, aktif terlibat dalam

kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih

maksimal.
14

3. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri

Proses belajar mengajar dengan model inkuiri menurut Kuslan dan

Stone dalam Amri dkk (2010:104) ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1)Menggunakan keterampilan proses.

2)Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu.

3)Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah.

4)Suatu masalah ditemukan dengan pemecahan siswa sendiri.

5)Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau

eksperimen.

6)Para siswa mengumpulkan cara-cara pengumpulan data dengan pengamatan,

membaca, atau menggunakan sumber lain.

7)Siswa melakukan penelitian secara individu atau kelompok untuk

mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut.

8)Siswa mengolah data sehingga mereka sampai pada kesimpulan

Berdasarkan ciri-ciri model pembelajaran inkuiri di atas, guru berusaha

membimbing melatih dan membiasakan siswa terampil berpikir, karena siswa

mengalami sendiri keterlibatan secara mental maupun secara fisik seperti

terampil menggunakan alat, terampil untuk merangkai peralatan percobaan dan

sebagainya. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berpikir dan

terampil secara fisik tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya keterampilan proses ilmiah

sekaligus terbentuknya sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip,

hukum dan teori (Amri, 2010: 104-105).

4. Tujuan Pembelajaran Inkuiri


15

Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi

seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan pengembangan

keterampilan. Pembelajaran inkuiri pada hakikatnya merupakan suatu proses

yang bermula dengan merumuskan suatu masalah, mengembangkan hipotesis,

mengumpulkan bukti, menguji kesimpulan sementara agar sampai kepada

kesimpulan taraf tertentu yang diyakini oleh siswa yang bersangkutan

(Syafaruddin, 2005: 171). Joice dan Weil menyatakan bahwa tujuan umum dari

pendekatan inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan

keterampilan intelektual yang diperlukan untuk memunculkan masalah dan

mencari tahu jawabannya sendiri melalui rasa keingintahuannya itu (Ngalimun,

2012: 63).

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran inkuiri memiliki tujuan yang mengarah kepada peningkatan

kemampuan baik dalam bentuk kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hal ini

tentu sejalan dengan perencanaan pembelajaran (kurikulum), sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan pemilihan metode yang dilakukan.

5. Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach).

Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini yaitu siswa memegang peran yang

sangat dominan dalam proses pembelajaran.

Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif apabila:

1)Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu

permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian, siswa yang mampu

memahami materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan


16

tetapi yang lebih di pentingkan adalah proses belajarnya.

2)Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep

yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3)Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.

4)Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki

kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil

diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.

5)Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan

oleh guru.

6)Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang

berpusat pada siswa (Sanjaya, 2009: 197-198).

6. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Inkuiri (Trianto, 2010:172)


Fase Perilaku Guru
Fase 1  Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan
Menyajikan masalah dituliskan di papan tulis.
pertanyaan  Guru membagi siswa dalam kelompok
atau masalah
Fase2  Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah
Membuat pendapat dalam membentuk hipotesis.
Hipotesis  Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis
yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
Fase3  Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
Merancang menentukan langkah – langkah yang sesuai dengan
Percobaan hipotesis yang akan dilakukan.
 Guru membimbing siswa mengurutkan langkah- langkah
percobaan.
Fase4 melakukan  Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
percobaan untuk melalui percobaan.
memperoleh
informasi
Fase5  Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk
Mengumpulkan menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
dan
menganalisis
Data
17

Fase 6  Guru membimbing siswa dalam membuat


Membuat kesimpulan.
Kesimpulan
18

7. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri

Adapun kelebihan dari pembelajaran inkuiri diantaranya sebagai berikut:

1)Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang

menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih

bermakna.

2)Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk

belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3)Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai

dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar

adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4)Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan

siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang

memiliki kemampuan belajar bagus akan semakin mengasah kemampuannya

(Sanjaya, 2012: 208).

Adapun kelemahan dari pembelajaran inkuiri diantaranya sebagai berikut:

1) Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang pandai

akan memonopoli penemuan dan siswa yang sedikit dibawah rata-rata

kemampuannya akan sedikit kesulitan.

2)Dalam pelajaran tertentu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide

mungkin terbatas.

3) Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian, sebaliknya

kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.

4)Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif apabila

pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru, begitu


19
pula proses-proses dibawah pembinaannya (Abimanyu, 2009:8).

C. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Guru pada model inkuiri terbimbing tidak lagi berperan sebagai pemberi

informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Akan tetapi guru membuat

rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan

percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah

ditetapkan guru. Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana

guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta

pelajar membuat generalisasi (Sanjaya, 2012: 200).

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri

yang dalam pelaksanaannya menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup

luas kepada siswa. Guru membuat dari sebagian perencanaan yang

dilaksanakan dalam pebelajaran. Guru pada pembelajaran inkuiri terbimbing tidak

melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-

kegiatan. Sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai

intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang

dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli

kegiatan. Oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang

bagus (Sanjaya, 2012: 201).


20

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


(Sumber : Tangkas, 2012:13)
Fase Indikator Kegiatan Guru
 Guru membimbing siswa mengidentifikasi
masalah dan dituliskan di papan tulis.
1 Perumusan masalah  Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok.
 Guru meminta siswa untuk mengajukan
jawaban sementara tentang masalah itu.
2 Membuat hipotesis  Guru membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai
3 Merancang dengan hipotesis yang dilakukan
percobaan  Guru membimbing siswa dalam menentukan
lankah-langkah percobaan.
Melakukan  Guru membimbing siswa untuk mendapatkan
4 percobaan untuk data melalui percobaan dan pengamatan
memperoleh data langsung.
 Guru memberikan kesempatan kepada tiap
Mengumpulkan data kelompok untuk menuliskan percobaan ke
5 dan dalam sebuah media pembelajaran dan
menganalisis data menyampaikan hasil pengelolaan data yang
terkumpul.

6 Membuat  Guru membimbing siswa dalam membuat


kesimpulan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang diawali dengan

pengajuan pertanyaan atau masalah yang akan diselidiki oleh guru dan menunjukkan

materi atau bahan yang akan digunakan. Selanjutnya peserta didik merancang dan

melaksanakan prosedur penyelidikan. Peserta didik kemudian menarik kesimpulan dan

menyusun penjelasan dari data yang dikumpulkan.

D. Model Pembelajaran Langsung

1. Pengertian pembelajaran langsung

Menurut Nurindah (dalam Trianto, 2007:31) Pembelajaran langsung


21

merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk

menunjang proses belajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan

deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat

diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Pembelajaran langsung berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan, dan kerja

kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang

ditransformasikan langsung oleh guru kepada peserta didik.

Setelah melihat beberapa pendapat sebelumnya maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang lebih

menekankan akan pentingnya dalam membantu peserta didik untuk memahami

keseluruhan dari komponen suatu disiplin ilmu. Pada dasarnya model pembelajaran

menekankan pembelajaran yang didominasi oleh pendidik sehingga pendidik sangat

berperan penting dalam proses belajar mengajar.

2. Sintak model pembelajaran langsung

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang

berpusat pada pendidik yang memiliki sintak yang terdiri dari beberapa fase yaitu

(1) mempersiapkan peserta didik, (2) menjelaskan dan/atau mendemonstrasikan, (3)

menuntun berlatih, (4) memberikan umpan balik (5) memperluas latihan. Adapun

sintak pembelajaran model langsung dapat dilihat sebagai berikut:


22

Tabel 2.3 Sintak Model Pembelajaran Langsung

Fase 1: Guru menjelaskan kompetensi dan


Menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran, informasi latar
tujuan pembelajaran serta belakang pelajaran, pentingnya
mempersiapkan peserta didik pelajaran, mempersiapkan peserta didik
untuk belajar
Fase 2: Guru mendemonstrasikan pengetahuan
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang benar atau
atau keterampilan menyampaikan informasi tahap demi
tahap
Fase 3: Guru merencanakan dan memberikan
Membimbing pelatihan bimbingan pelatihan awal
Fase 4: Mengecek apakah peserta didik telah
Mengecek pemahaman dan berhasil melakukan tugas dengan baik,
memberi umpan balik memberikan umpan balik.
Guru mempersiapkan kesempatan
Fase 5: melakukan pelatihan lanjutan, dengan
Memberikan kesempatan untuk pelatihan khusus pada penerapan kepada
pelatihan lanjutan dan penerapan situasi lebih komplek dalam kehidupan
sehari-hari.
(Sumber : Trianto, 2007:31)

Model Pembelajaran Langsung adalah model pembelajaran yang umum

dilakukan dalam proses pembelajaran di keseharian, yakni dilakukan dengan cara

pengajar atau pendidik menjelaskan dan murid mendengarkan.

E. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Beberapa ahli mengemukakan definisi minat, antara lain dapat diuraikan

sebagai berikut : (a) Kamisa (1997) menyatakan : “Minat diartikan sebagai

kehendak, keinginan, atau kesukaan”, (b) Gunarso (1995) menyatakan : “Minat

adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap”, (c) John

Holand mendefinisikan : “Minat sebagai aktivitas atau tugas-tugas yang

membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau

kenikmatan” (Khairani, 2017: 186-187). Hurlock (1978:421) menyatakan minat


23

merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang

mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Hal tersebut senada dengan

pendapat Slameto (2015: 180) yang menyatakan minat adalah suatu rasa lebih

suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.

Susanto (2013: 58) menyatakan minat sebagai dorongan dalam diri seseorang

atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang

menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan,

menyenangkan, dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.

Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa

peserta didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula

dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Peserta didik yang

memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian

yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Khairani (2017: 187) menyatakan minat adalah gejala psikologis yang

menunjukkan adanya pengertian subjek terhadap objek yang menjadi sasaran

karena objek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang

sehingga cenderung kepada objek tersebut. Minat dapat menjadi suatu kegiatan

dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Hal ini menunjukkan

bahwa minat belajar berkaitan dengan keterlibatan peserta didik dalam proses

pembelajaran.

Bernard (Sardiman, 1994: 76) menyatakan minat timbul tidak secara

tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman,

kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Minat merupakan suatu kondisi yang

terjadi apabila seseorang melihat ciri- ciri atau arti sementara situasi yang
24

dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

Jadi, minat akan selalu berkait dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh

karena itu, yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar peserta

didik itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Proses belajar itu akan berjalan

lancar kalau disertai dengan minat. Pendapat Sardiman (1994), minat dapat

dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:(1) Membangkitkan adanya

suatu kebutuhan; (2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang

lampau; (3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik; (4)

Menggunakan berbagai macam bentuk belajar.

Kesimpulan dari beberapa pendapat ahli yang telah dipaparkan, bahwa

minat belajar fisika sangat berperan penting dalam proses belajar fisika. Minat

muncul karena adanya ketertarikan peserta didik terhadap sesuatu. Peserta didik

akan merasa minat dalam belajar fisika apabila pendidik mengemas pembelajaran

sedemikian rupa sehingga peserta didik merasa tertarik dan senang. Minat

belajar fisika sangat berpengaruh terhadap hasil belajar fisika, sehingga apabila

bahan pelajaran yang sedang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik,

peserta didik kesulitan untuk memperoleh hasil belajar fisika yang maksimal.

2. Aspek Minat Belajar

Hurlock (1978: 422) menyatakan minat merupakan sumber motivasi

yang mengerakkan orang untuk melakukan apa yang mereka ingin lakukan saat

bebas memilih. Minat dibagi menjadi 2 aspek yakni:

1)Aspek kognitif

Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang

mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek
25

kognitif didasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari di rumah, di

sekolah, maupun media massa.

2)Aspek afektif

Aspek afektif adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan

dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat.

Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasi tindakan

seseorang.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan

bahwa minat belajar bukan bawaan sejak lahir tetapi dipelajari melalui proses

penilaian kognitif dan afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap.

3. Indikator Minat Belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan indikator adalah sesuatu

yang memberikan petunjuk atau keterangan. Indikator minat belajar fisika

adalah sesuatu yang menjadi petunjuk kearah minat belajar fisika. Ada beberapa

indikator minat belajar fisika yakni:

a) Perasaan senang

Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang

disertai dengan rasa senang (Slameto,2015:57). Perasaan senang dalam proses

pembelajaran menimbulkan suasana senang sehingga apa yang tengah dipelajari

akan dengan mudah diterima oleh otak. Hal tersebut sesuai apa yang dikatakan

oleh Khairani (2017: 188) bahwa minat belajar diketahui dengan adanya

perasaan senang terhadap objek yang menjadi sasaran. Selain itu, perasaan

senang juga menyebabkan tidak adanya rasa terpaksa untuk belajar.

b) Keterlibatan Peserta Didik


26

Minat diketahui dengan adanya reaksi yang merangsang kegiatan-

kegiatan dalam lingkungannya (Khairani, 2015: 191). Ketertarikan seseorang

akan objek yang mengakibatkan orang tersebut senang mau terlibat untuk

melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut. Contoh: aktif dalam

diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan.

c) Ketertarikan

Minat merupakan suatu gejala psikologis karena adanya pemusatan

perhatian, perasaan, dan pikiran dari subjek karena tertarik. Salah satu indikator

adanya minat adalah adanya ketertarikan. Ketertarikan berhubungan dengan

daya dorong peserta didik terhadap suatu benda, orang, kegiatan, atau bisa berupa

pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias

dalam mengikuti pelajaran.

d) Perhatian peserta didik

Khairani (2015: 191) menyatakan minat merupakan sebab dan akibat

dari perhatian. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu

biasanya cenderung memperhatikan mata pelajaran tersebut. Perhatian peserta

didik merupakan konsentrasi peserta didik terhadap pengamatan dan pengertian,

dan mengesampingkan kegiatan yang lain. Jika seorang peserta didik

mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Contoh:

mendengarkan penjelasan guru saat pembelajaran.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Crow and Crow (Khairani, 2015: 190) minat pada hakikatnya

merupakan sebab akibat dari pengalaman. Minat berkembang sebagai hasil

daripada suatu kegiatan dan akan menjadi sebab akan dipakai lagi dalam kegiatan
27

yang sama. Faktor-faktor tersebut adalah:

1) The factor inner urge

Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai

dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat.

Misalnya kecenderungan terhadap belajar dalam hal seseorang memiliki hasrat

ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.

2) The factor of social motive

Minat seseorang terhadap objek atau sesuatu hal dipengaruhi oleh faktor

dari dalam diri manusia dan motif sosial. Contoh: seorang berminat pada

prestasi tinggi agar dapat status sosial yang tingi pula.

3) Emosional factor

Faktor perasaan dan emosi mempunyai pengaruh terhadap objek

misalnya perjalanan sukses dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat

pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau

kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya, kegagalan yang dialami

akan menyebabkan minat seseorang berkembang.

Minat belajar adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan dan

kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran, dan

minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam belajar

maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan akan

memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.


28

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran yang berlangsung di kelas (sekolah formal) tidak lagi

berlangsung satu arah yaitu penyampaian informasi dari guru kepada siswa,

melainkan berlangsung dua arah, siswa juga terlibat aktif dalam mengkonstruksi

pemahamannya sendiri tentang materi secara mendalam. Hakikat fisika adalah

ilmu yang menguraikan dan menganalisa struktur peristiwa-peristiwa dalam

alam, teknik, dan dunia sekelilingnya. Proses pembelajaran fisika menekankan

pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

siswa memahami kejadian disekitarnya secara ilmiah, sehingga siswa sangat

membutuhkan pemahaman konsep yang berhubungan dengan aktivitas

penyelesaian masalah dikehidupan nyata.

Model pembelajaran merupakan cara atau teknik penyajian materi yang

digunakan oleh guru atau tenaga pengajar lainnya untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Suatu pembelajaran dapat lebih efektif apabila

diselenggarakan oleh pembelajaran pemprosesan informasi. Sehingga dengan

pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dirasakan sangat penting

agar proses dan tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu model yang

mendorong siswa untuk berpikir secara mendalam, mencari, menyelidiki secara

sistematis, aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Siswa memegang peran

yang sangat dominan pada model inkuiri terbimbing dalam proses

pembelajaran. Sehingga guru hanya sebagai fasilitator dan memberikan arahan

kepada siswa. Dengan model ini dihaapkan dapat menumbuhkan pengetahuan

kognitif dan minat belajarnya.


29

Minat belajar sebagai dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang

menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan

dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan

lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat di susun sebuah bagan

kerangka pikir seperti Gambar 2.1.

Model Pembelajan
Konvensional Minat
Belajar
Menyampaikan tujuan
Kelas Tinggi
Kontrol Menyampaikan informasi atau
materi

Mengecek pemahaman / Minat


umpan balik
Belajar
Memberikan soal-soal latihan Rendah
Hasil
Guru Belajar
Model Pembelajan Inkuiri IPA
Minat
Terbimbing
Belajar
Menyajikan Masalah Tinggi
Membuat Hipotesis
Merancang Percobaan
Kelas Melakukan Percobaan untuk Minat
Eksperimen memperoleh data Belajar
Mengumpulkan Data dan Rendah
Menganalisis Data
Menarik kesimpulan
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
30

G. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Sugiyono, 2010 : 96). Dari rumusan maslah yang di kemukakan penulis maka

hanya 4 rumusan masalah yang di hipotesiskan yaitu:

1) Secara keseluruhan, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar peserta

didik yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran secara

konvensional di SMPN Onto No.8 Kepulauan Selayar

2) Bagi peserta didik dengan minat tinggi, terdapat perbedaan hasil belajar antara

peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan peserta didik yang di ajar menggunakan model pembelajaran secara

konvensional di SMPN Onto No.8 Kepulauan Selayar

3) Bagi peserta didik dengan minat rendah, terdapat perbedaan hasil belajar antara

peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran secara

konvensional di SMPN Onto No.8 Kepulauan Selayar

4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan minat

belajar fisika terhadap hasil belajar fisika peserta didik di SMPN Onto No.8

Kepulauan Selayar.
31

Anda mungkin juga menyukai