Anda di halaman 1dari 62

PROPOSAL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN


MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK
KELAS VIII SMPN ONTO NO. 8 KEPULAUAN SELAYAR

RAMLAWATI
201050801052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Minat


Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kelas VIII
SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar

Nama : Ramlawati

NIM : 201050801052

Program Studi : Pendidikan Fisika

Menyetujui

Komisi Penasihat,

Dr. Helmi Abdullah, M.Si Dr. Khaeruddin, S.Pd, M.Pd


Ketua Anggota

Mengetahui:

Ketua Direktur
Program Studi Program Pascasarjana
Pendidikan Fisika Universitas Negeri Makassar

DR. Ir. Drs. H. Muhammad Arsyad, A. Md., M. T., IPM Prof. Dr. Hamsu Abdul Gani, M. Pd
NIP.19640828 1990031001 NIP. 196012311985031029

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ………………….......................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar…............................................................................ 7
B. Model Pembelajaran Inkuiri…………………………………… 11
C. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing……………………… 19
D. Model Pembelajaran Langsung………………………………... 21
E. Minat Belajar…………………………………………………... 22
F. Kerangka pikir ………………………….…….………….......... 28
G. Hipotesis ………………………………………......................... 30
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 31
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 31
C. Desain dan Rancangan Penelitian ............................................... 31
D. Populasi dan Sampel Penelitian …………………….…............. 33
E. Definisi Operasional Variabel ………........................................ 34
F. Prosedur Penelitian ……………………………………………. 35
G. Teknik Pengumpulan Data ………………................................. 42
H. Instrumen Penelitian……............................................................ 43
I. Teknik Analisis Data .................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA …………………………...................................… 57

iii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada abad 21 ini kurikulum telah banyak mengalami revisi hingga pada

saat ini kurikulum 2013 telah digunakan hampir setiap sekolah di Indonesia

khususnya SMP Negeri Onto No. 8 Kepulauan Selayar. Kurikulum 2013

menuntut peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan kata lain

peserta didik lebih ditekankan menjadi central dari pembelajaran baik dalam

proses pemecahan masalah, mengerjakan proyek-proyek IPA Terpadu maupun

menemukan hal-hal baru dalam pembelajaran IPA Terpadu.

Pembelajaran IPA Terpadu dirancang sedemikian rupa untuk menemukan

produk IPA yang meliputi pengertian, prinsip, konsep, teori, dan hukum IPA dan

saling keterkaitan serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap

ilmiah untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan

pembelajaran IPA Terpadu seperti yang tercantum pada panduan pengembangan

IPA Terpadu (Depdiknas, 2006), antara lain (1) meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran, (2) minat dan motivasi, dan (3) beberapa kompetensi

dasar dapat dicapai sekaligus. Selain itu, pembelajaran IPA Terpadu juga

memiliki beberapa kelebihan (Depdiknas, 2006), yaitu (1) efisiensi waktu dan

tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, (2) siswa dapat

melihat hubungan bermakna antar konsep, (3) meningkatkan kemampuan berpikir

siswa, (4) pembelajaran Terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang


2

kehidupan sehari-hari yang dekat dengan siswa, dan (5) memperbaiki dan

meningkatkan minat/motivasi belajar siswa.

Di SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar sudah menggunakan kurikulum

2013 dan perangkat pembelajaran yang dibuat guru sudah mengacu pada

kurikulum 2013. Namun penerapannya dalam pembelajaran masih kurang. Proses

pembelajaran IPA dilaksanakan dengan metode beragam, misalnya diskusi

kelompok, eksperimen atau ceramah, tapi secara umum dalam proses

pembelajaran pendidik hanya memberikan pekerjaan soal-soal, dimana peserta

didik hanya menggunakan rumus tertentu tanpa mengerti makna dari rumus

tersebut, dan ketika diberikan suatu masalah peserta didik tidak mampu

menganalisis dan memecahkan masalah secara sistematis atau secara ilmiah.

Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa

enggan untuk mencoba. Peserta didik hanya mengandalkan kemampuan

menghafal dari konsep yang telah ada dan merasa telah memahami apa yang telah

dipelajari. Namun setelah dua sampai tiga minggu kemudian diberikan ulangan

mereka kadang tidak ingat apa yang telah mereka pelajari.

Hasil belajar IPA di SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar dapat dikatakan

masih tergolong rendah. Hal ini terbukti dari hasil belajar peserta didik melalui

penilaian ulangan harian masih banyak yang berada di bawah standar KKM yang

ditetapkan. Dari 20 orang peserta didik hanya sekitar 7-8 orang yang bisa

mencapai standar KKM. Berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya hasil

belajar antara lain: (1) peserta didik tidak memperhatikan penjelasan guru ketika
3

proses belajar mengajar berlangsung, (2) peserta didik malas mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru, (3) peserta didik pasif dalam proses pembelajaran dan

siswa malas mencatat materi yang telah disampaikan oleh guru, (4) pemahaman

peserta didik tehadap konsep IPA sangat kurang, (5) model pembelajaran yang

digunakan guru kurang bervariasi, (6) peserta didik kurang dilibatkan dalam

kegiatan belajar mengajar, peserta didik bosan karena hanya berperan sebagai

penerima informasi pasif yaitu cenderung mendengar dan mencatat penjelasan

oleh guru.

Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka perlu adanya suatu

pembelajaran yang mengutamakan proses, berupa penyelidikan yang melibatkan

peserta didik dalam proses pemecahan masalah. Salah satu pembelajaran yang

cocok untuk tujuan pembelajaran tersebut ialah model pembelajaran inkuiri

karena pembelajaran tersebut memiliki tujuan utama yaitu penyelidikan yang

aktif, baik untuk pengetahuan maupun pemahaman untuk memenuhi

keingintahuan peserta didik, penggunaan model pembelajaran inkuiri dalam

proses pembelajaran menghasilkan aspek-aspek yang baik. Pertama,

meningkatkan intelektual siswa, karena mereka mendapat kesempatan untuk

mencari tahu dan menemukan keteraturan dan aspek lainnya melalui observasi

dan eksperimen mereka sendiri. Kedua, siswa memperoleh keputusan intelektual

karena mereka berhasil dalam penyelidikan mereka.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki enam karakteristik yaitu

peserta didik belajar aktif dan terefleksikan pada pengalaman, peserta didik

belajar berdasarkan pada apa yang mereka tahu, peserta didik mengembangkan
4

rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran melalui bimbingan, perkembangan

peserta didik terjadi secara bertahap, peserta didik mempunyai cara yang berbeda

dalam pembelajaran, peserta didik belajar melalui interaksi sosial dengan orang

lain. Inkuiri membekali peserta didik dengan beraneka ragam pengalaman konkrit

dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang

kepada peserta didik untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan

keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian

sehingga memungkinkan peserta didik menjadi pembelajaran sepanjang hayat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh minat belajar

terhadap hasil belajar pada model pembelajaran inkuiri terbimbing. Salah satu

hasil penelitian tersebut, yakni penelitian yang dilakukan oleh Ari (2014) yang

menyebutkan bahwa minat belajar memberikan pengaruh terhadap hasil belajar

IPA pada model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian yang lain juga

dilakukan oleh Sri Riskianti (2019), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

meningkatkan minat dan hasil belajar IPA.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran

inkuiri terbimbing dan minat belajar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

hasil belajar peserta didik. Untuk mendapatkan jawaban tersebut, maka peneliti

melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Peserta Didik

Kelas VIII SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar”.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Secara keseluruhan, apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA Fisika peserta

didik yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri Terbimbing dan

konvesional di SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar?

2. Untuk peserta didik dengan minat belajar IPA Fisika tinggi, apakah terdapat

perbedaan hasil belajar yang diajar melalui model pembelajaran inkuiri

terbimbing dan konvensional di SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar?

3. Untuk peserta didik dengan minat belajar IPA Fisika rendah, apakah terdapat

perbedaan hasil belajar yang diajar melalui model pembelajaran inkuiri

terbimbing dan konvensional di SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan minat belajar IPA terhadap hasil belajar IPA Fisika peserta didik di

SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah:

1. Perbedaan hasil belajar IPA Fisika antara peserta didik yang diajar dengan

model pembelajaran inkuiri terbimbing dan konvensional di SMPN Onto No.

8 Kepulauan Selayar.
6

2. Perbedaan hasil belajar IPA Fisika antara peserta didik dengan minat belajar

IPA Fisika tinggi yang diajar melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing

dan konvensional di SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar.

3. Perbedaan hasil belajar IPA Fisika antara peserta didik dengan minat belajar

IPA Fisika rendah yang diajar melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing

dan konvensional di SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar.

4. Pengaruh interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

minat belajar IPA Fisika terhadap hasil belajar IPA Fisika peserta didik di

SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik, sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran

melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Bagi Guru, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran atau bahan

informasi untuk kedepannya dalam meningkatkan program pengajaran.

3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi

terhadap peningkatan mutu pendidikan dengan proses belajar mengajar

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

4. Bagi Peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman langsung dalam penerapan

model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kedepannya diharapkan dapat

dijadikan sarana informasi dan bahan acuan untuk penelitian lain yang relevan.
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan yang dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus

menunjukkan suatu perubahan tingkah laku yang bersifat menetap, fungsional,

positif dan disadari. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan

kegiatan evaluasi. Untuk itu diperlukan teknik dan prosedur evaluasi belajar yang

dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar. Menurut Sri Anita (2008)

hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berfikir kritis dan ilmiah peserta

didik Sekolah Dasar, dapat dikaji berdasarkan:

a) Kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang dijelaskan

atau diinformasikan.

b) Kemampuan mengidentifikasi atau membuat ssejumlah (sub-sub) pertanyaan

berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau didengar.

c) Kemampuan mengorganisasikan hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari

sudut persamaan dan perbedaan.

d) Kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.

Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi aspek tingkah laku kognitif,

konotatif, afektif atau motorik. Belajar yang hanya menghasilkan perubahan satu
8

atau dua aspek tingkah laku saja disebut belajar sebagian dan bukan belajar

lengkap.

2. Jenis hasil belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan

yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara kelompok

(Djamarah, 1994). Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan

apabila seseorang tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar

adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta didik setelah melakukan

kegiatan belajar. Oleh karena itu prestasi belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur

setelah melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti

program pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar seseorang tersebut.

Menurut Gagne, “prestasi belajar dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori

yaitu:

1) Keterampilan intelektual (intellectual skills).


2) Strategi-strategi kognitif (cognitive strategies).
3) Informasi verbal (verbal information).
4) Keterampilan motor (motor skills).
5) Sikap (attitudes)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Sudjana hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang dimiliki

peserta didik setelah mengalami proses belajar. Penguasaan peserta didik antara

lain berupa penguasaan kognitif yang dapat diketahui melalui hasil belajar. Usaha

untuk mencapai aspek tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar. (Sudjana, 1989). Faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar antara lain:


9

1)Faktor eksternal, yaitu suatu kondisi yang ada disekitar peserta didik

contoh suhu, udara, cuaca, juga termasuk keadaan sosial yang ada disekitar

peserta didik.

2)Faktor instrumental, yaitu faktor yang adanya dan penggunaannya

dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Contoh: kurikulum,

metode, sarana, media, dan sebagainya.

3)Faktor internal, yaitu faktor yang mempengaruhi peserta didik diantaranya

adalah kondisi psikologi dan fisiologi peserta didik.

4. Teori hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga

macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi

dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Adapun Gagne membagi

lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan

intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam

sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler,

tujuan institusional maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga

ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Model berpikir

ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak,

dengan kemampuan menarik kesimpulan, mengembangkan dan menafsirkan

hipotesa (Budiningsih, 2008).


10

Hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat

digolongkan menjadi tiga macam (Soemanto, 1990) yaitu:

1) Faktor-faktor stimulasi belajar, yaitu segala sesuatu di luar individu yang

merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar, yang

dikelompokkan dalam faktor stimuli belajar antara lain; banyaknya bahan

pelajaran, tingkat kesulitan bahan pelajaran, kebermaknaan bahan pelajaran,

berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.

2) Faktor-faktor metode belajar, metode belajar yang dipakai guru sangat

mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh pembelajar. Adapun faktor-

faktor metode belajar menyangkut kegiatan berlatih atau praktek, over learning

dan drill, resitasi belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan

keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indera,

bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif.

3) Faktor-faktor individual, meliputi kematangan, faktor usia kronologis,

perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi

kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

hasil dari suatu proses belajar mengajar yang memberikan informasi tentang

sejauh mana ia menguasai materi pelajaran, bukan suatu penguasaan hasil latihan,

melainkan perubahan kelakuan yang mencakup aspek kognitif (pengetahuan),

afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) baik itu berupa informasi verbal

maupun non-verbal.
11

B. Model Pembelajaran Inkuiri

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara atau teknik penyajian materi yang

digunakan oleh guru atau tenaga pengajar lainnya untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Joyce dan Weil berpendapat bahwa model

pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran dalam jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lainnya (Rusman, 2011: 133).

Model pembelajaran menurut Soekamto adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur atau sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktifitas belajar mengajar (Trianto, 2007: 5). Setiap model pembelajaran selalu

mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan

guru. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan

dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru dan siswa.

Sintaks (pola urutan) dari bermacam- macam model memiliki komponen-

komponen yang sama. Contoh setiap model pembelajaran diawali dengan upaya

menarik perhatian siswa (Trianto, 2007: 5).

Dari beberapa pendapat di atas, model pembelajaran adalah suatu prosedur

atau pola yang disusun secara sitematis yang dapat digunakan sebagai pedoman
12

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam setiap model pembelajaran selalu

memiliki pola urutan atau sintaks yang dilakukan oleh guru dan siswa agar model

tersebut dapat dilakukan sesuai rencana.

2. Pengertian Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu inquiry yang berarti pertanyaan

atau penyelidikan. Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Trianto, 2007:

135). Inkuiri adalah model pembelajaran yang merangsang siswa secara mandiri

untuk melatih proses berpikir dalam rangka menemukan jawaban permasalahan

yang diutarakan. Siswa dituntut untuk aktif menyelidiki dan mencari tahu melalui

proses berpikir dengan tanya jawab pada model pembelajaran inkuiri. Guru

berperan sebagai fasilitator yang mengantarkan siswa pada permasalahan melalui

pertanyaan (Sanjaya, 2011: 151).

Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dapat mendorong siswa

merasa senang ketika belajar, termotivasi untuk mengerjakan tugas, mudah

memahami pelajaran sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Penentuan model pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam lingkungan dan mengontrol aktifitas siswa, mencermati

perbedaan antar siswa dan karakter tiap siswa (Aunurrahman, 2009: 11).

Menurut National Research council (2000) pembelajaran berbasis inkuiri

mengacu pada cara ilmuwan bekerja ketika mempelajari alam, yaitu mencari
13

penjelasan melalui bukti yang dikumpulkan dari dunia di sekitar mereka.

Pembelajaran berbasis inkuiri meliputi kegiatan mengajukan pertanyaan,

menyelidiki masalah atau topik, dan menggunakan berbagai sumber daya untuk

menemukan solusinya. Para peserta didik akan menarik kesimpulan dan biasanya

peserta didik meninjau kembali kesimpula tersebut untuk direvisi sebagai

eksplorasi sehingga memunculkan pertanyaan baru. Melalui proses ini, peserta

didik akan mengintegrasikan pengetahuan baru mereka dengan pengetahuan

sebelumnya, yang pada gilirannya akan membantu mereka dalam membangun

konsep mereka saat ini.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran inkuiri adalah suatu model yang mendorong siswa untuk berpikir

secara mendalam, mencari, menyelidiki secara sistematis, aktif terlibat dalam

kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih

maksimal.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri

Proses belajar mengajar dengan model inkuiri menurut Kuslan dan Stone

ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Menggunakan keterampilan proses.

2) Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu.

3) Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah.

4) Suatu masalah ditemukan dengan pemecahan siswa sendiri.

5) Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau

eksperimen.
14

6) Para siswa mengumpulkan cara-cara pengumpulan data dengan pengamatan,

membaca, atau menggunakan sumber lain.

7) Siswa melakukan penelitian secara individu atau kelompok untuk

mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut.

8) Siswa mengolah data sehingga mereka sampai pada kesimpulan

Berdasarkan ciri-ciri model pembelajaran inkuiri di atas, guru berusaha

membimbing melatih dan membiasakan siswa terampil berpikir, karena siswa

mengalami sendiri keterlibatan secara mental maupun secara fisik seperti

terampil menggunakan alat, terampil untuk merangkai peralatan percobaan dan

sebagainya. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berpikir dan terampil

secara fisik tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya keterampilan proses ilmiah

sekaligus terbentuknya sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip,

hukum dan teori (Amri, 2010: 104-105).

4. Tujuan Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi

seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan pengembangan

keterampilan. Pembelajaran inkuiri pada hakikatnya merupakan suatu proses yang

bermula dengan merumuskan suatu masalah, mengembangkan hipotesis,

mengumpulkan bukti, menguji kesimpulan sementara agar sampai kepada

kesimpulan taraf tertentu yang diyakini oleh siswa yang bersangkutan

(Syafaruddin, 2005: 171). Joice dan Weil menyatakan bahwa tujuan umum dari

pendekatan inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan


15

keterampilan intelektual yang diperlukan untuk memunculkan masalah dan

mencari tahu jawabannya sendiri melalui rasa keingintahuannya itu (Ngalimun,

2012: 63).

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran inkuiri memiliki tujuan yang mengarah kepada peningkatan

kemampuan baik dalam bentuk kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hal ini

tentu sejalan dengan perencanaan pembelajaran (kurikulum), sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan pemilihan metode yang dilakukan.

5. Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach).

Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini yaitu siswa memegang peran yang

sangat dominan dalam proses pembelajaran.

Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif apabila:

1) Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu

permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian, siswa yang mampu

memahami materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan

tetapi yang lebih di pentingkan adalah proses belajarnya.

2) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep

yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap

sesuatu.

4) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
16

kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil

diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.

5) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa

dikendalikan oleh guru.

6) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang

berpusat pada siswa (Sanjaya, 2009: 197-198).

6. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Inkuiri (Trianto, 2010:172)

Fase Perilaku Guru


Fase 1  Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan
Menyajikan masalah dituliskan di papan tulis.
pertanyaan  Guru membagi siswa dalam kelompok
atau masalah
Fase2  Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah
Membuat pendapat dalam membentuk hipotesis.
Hipotesis  Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis
yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
Fase3  Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
Merancang menentukan langkah – langkah yang sesuai dengan
Percobaan hipotesis yang akan dilakukan.
 Guru membimbing siswa mengurutkan langkah- langkah
percobaan.

Fase4  Guru membimbing siswa mendapatkan informasi


Melakukan melalui percobaan.
percobaan
untuk
memperoleh
informasi
Fase5  Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk
Mengumpulkan menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
dan
menganalisis
Data
Fase 6  Guru membimbing siswa dalam membuat
Membuat kesimpulan.
Kesimpulan
17

7. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri

Adapun kelebihan dari pembelajaran inkuiri diantaranya sebagai berikut:

1) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang

menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini

dianggap lebih bermakna.

2) Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk

belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai

dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar

adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani

kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya,

siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus akan semakin mengasah

kemampuannya (Sanjaya, 2012: 208).

Adapun kelemahan dari pembelajaran inkuiri diantaranya sebagai berikut:

1) Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang

pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang sedikit dibawah rata-

rata kemampuannya akan sedikit kesulitan.

2) Dalam pelajaran tertentu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide

mungkin terbatas.
18

3) Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian,

sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.

4) Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif apabila

pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru,

begitu pula proses-proses dibawah pembinaannya (Abimanyu, 2009:8).

C. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Guru pada model inkuiri terbimbing tidak lagi berperan sebagai pemberi

informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Akan tetapi guru membuat

rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan

percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah

ditetapkan guru. Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana

guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta

pelajar membuat generalisasi (Sanjaya, 2012: 200).

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri

yang dalam pelaksanaannya menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup

luas kepada siswa. Guru membuat dari sebagian perencanaan yang

dilaksanakan dalam pebelajaran. Guru pada pembelajaran inkuiri terbimbing tidak

melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-

kegiatan. Sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai
19

intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang

dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli

kegiatan. Oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang

bagus (Sanjaya, 2012: 201).

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Fase Indikator Kegiatan Guru
1 Perumusan masalah  Guru membimbing siswa mengidentifikasi
masalah dan dituliskan di papan tulis.
 Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok.
2 Membuat hipotesis  Guru meminta siswa untuk mengajukan
jawaban sementara tentang masalah itu.
 Guru membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis.
3 Merancang  Guru memberikan kesempatan kepada siswa
percobaan untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai
dengan hipotesis yang dilakukan
 Guru membimbing siswa dalam menentukan
lankah-langkah percobaan.
4 Melakukan  Guru membimbing siswa untuk mendapatkan
percobaan untuk data melalui percobaan dan pengamatan
memperoleh data langsung.
5 Mengumpulkan data  Guru memberikan kesempatan kepada tiap
dan kelompok untuk menuliskan percobaan ke
menganalisis data dalam sebuah media pembelajaran dan
menyampaikan hasil pengelolaan data yang
terkumpul.
6 Membuat  Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.
(Sumber : Tangkas, 2012:13)

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang diawali

dengan pengajuan pertanyaan atau masalah yang akan diselidiki oleh guru dan

menunjukkan materi atau bahan yang akan digunakan. Selanjutnya peserta didik

merancang dan melaksanakan prosedur penyelidikan. Peserta didik kemudian

menarik kesimpulan dan menyusun penjelasan dari data yang dikumpulkan.


20

D. Model Pembelajaran Langsung

1. Pengertian pembelajaran langsung

Menurut Nurindah (dalam Trianto, 2007:31) Pembelajaran langsung

merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk

menunjang proses belajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan

deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat

diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Pembelajaran langsung berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan, dan kerja

kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang

ditransformasikan langsung oleh guru kepada peserta didik.

Setelah melihat beberapa pendapat sebelumnya maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang lebih

menekankan akan pentingnya dalam membantu peserta didik untuk memahami

keseluruhan dari komponen suatu disiplin ilmu. Pada dasarnya model

pembelajaran menekankan pembelajaran yang didominasi oleh pendidik sehingga

pendidik sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar.

2. Sintak model pembelajaran langsung

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang

berpusat pada pendidik yang memiliki sintak yang terdiri dari beberapa fase

yaitu (1) mempersiapkan peserta didik, (2) menjelaskan dan/atau

mendemonstrasikan, (3) menuntun berlatih, (4) memberikan umpan balik (5)

memperluas latihan. Adapun sintak pembelajaran model langsung dapat dilihat

sebagai berikut:
21

Tabel 2.3 Sintak Model Pembelajaran Langsung


Fase 1: Guru menjelaskan kompetensi dan tujuan
Menyampaikan kompetensi dan pembelajaran, informasi latar belakang
tujuan pembelajaran serta pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan peserta didik mempersiapkan peserta didik untuk
belajar
Fase 2: Guru mendemonstrasikan pengetahuan
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang benar atau
atau keterampilan menyampaikan informasi tahap demi
tahap
Fase 3: Guru merencanakan dan memberikan
Membimbing pelatihan bimbingan pelatihan awal
Fase 4: Mengecek apakah peserta didik telah
Mengecek pemahaman dan memberi berhasil melakukan tugas dengan baik,
umpan balik memberikan umpan balik.
Fase 5: Guru mempersiapkan kesempatan
Memberikan kesempatan untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan
pelatihan lanjutan dan penerapan pelatihan khusus pada penerapan kepada
situasi lebih komplek dalam kehidupan
sehari-hari.
(Sumber : Trianto, 2007:31)

Model Pembelajaran Langsung adalah model pembelajaran yang umum

dilakukan dalam proses pembelajaran di keseharian, yakni dilakukan dengan cara

pengajar atau pendidik menjelaskan dan murid mendengarkan.

E. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Beberapa ahli mengemukakan definisi minat, antara lain dapat diuraikan

sebagai berikut : (a) Kamisa (1997) menyatakan : “Minat diartikan sebagai

kehendak, keinginan, atau kesukaan”, (b) Gunarso (1995) menyatakan : “Minat

adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap”, (c) John Holand

mendefinisikan : “Minat sebagai aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan


22

perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan”

(Khairani, 2017: 186-187). Hurlock (1978:421) menyatakan minat merupakan

sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka

inginkan bila mereka bebas memilih. Hal tersebut senada dengan pendapat

Slameto (2015: 180) yang menyatakan minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Susanto (2013:

58) menyatakan minat sebagai dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang

menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan

dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan

lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Minat dapat

diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa peserta didik

lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui

partisipasi dalam suatu aktivitas. Peserta didik yang memiliki minat terhadap subjek

tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek

tersebut.

Khairani (2017: 187) menyatakan minat adalah gejala psikologis yang

menunjukkan adanya pengertian subjek terhadap objek yang menjadi sasaran

karena objek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang

sehingga cenderung kepada objek tersebut. Minat dapat menjadi suatu kegiatan

dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Hal ini menunjukkan

bahwa minat belajar berkaitan dengan keterlibatan peserta didik dalam proses

pembelajaran.

Bernard (Sardiman, 1994: 76) menyatakan minat timbul tidak secara tiba-
23

tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan

pada waktu belajar atau bekerja. Minat merupakan suatu kondisi yang terjadi

apabila seseorang melihat ciri- ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan

dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi, minat

akan selalu berkait dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, yang

penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar peserta didik itu selalu

butuh dan ingin terus belajar. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai

dengan minat. Pendapat Sardiman (1994), minat dapat dibangkitkan dengan cara-

cara sebagai berikut:

1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan


2. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
3. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
4. Menggunakan berbagai macam bentuk belajar.

Kesimpulan dari beberapa pendapat ahli yang telah dipaparkan, bahwa minat

belajar fisika sangat berperan penting dalam proses belajar fisika. Minat muncul

karena adanya ketertarikan peserta didik terhadap sesuatu. Peserta didik akan

merasa minat dalam belajar fisika apabila pendidik mengemas pembelajaran

sedemikian rupa sehingga peserta didik merasa tertarik dan senang. Minat belajar

fisika sangat berpengaruh terhadap hasil belajar fisika, sehingga apabila bahan

pelajaran yang sedang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik, peserta

didik kesulitan untuk memperoleh hasil belajar fisika yang maksimal.

2. Aspek Minat Belajar

Hurlock (1978: 422) menyatakan minat merupakan sumber motivasi yang

mengerakkan orang untuk melakukan apa yang mereka ingin lakukan saat bebas

memilih. Minat dibagi menjadi 2 aspek yakni:


24

1) Aspek kognitif

Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang

mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek

kognitif didasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari di rumah, di sekolah,

maupun media massa.

2) Aspek afektif

Aspek afektif adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan

dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat.

Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasi tindakan seseorang.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa

minat belajar bukan bawaan sejak lahir tetapi dipelajari melalui proses penilaian

kognitif dan afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap.

3. Indikator Minat Belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan indikator adalah sesuatu

yang memberikan petunjuk atau keterangan. Indikator minat belajar fisika adalah

sesuatu yang menjadi petunjuk kearah minat belajar fisika. Ada beberapa

indikator minat belajar fisika yakni:

a) Perasaan senang

Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai

dengan rasa senang (Slameto, 2015: 57). Perasaan senang dalam proses

pembelajaran menimbulkan suasana senang sehingga apa yang tengah dipelajari

akan dengan mudah diterima oleh otak. Hal tersebut sesuai apa yang dikatakan

oleh Khairani (2017: 188) bahwa minat belajar diketahui dengan adanya
25

perasaan senang terhadap objek yang menjadi sasaran. Selain itu, perasaan senang

juga menyebabkan tidak adanya rasa terpaksa untuk belajar.

b) Keterlibatan Peserta Didik

Minat diketahui dengan adanya reaksi yang merangsang kegiatan- kegiatan

dalam lingkungannya (Khairani, 2015: 191). Ketertarikan seseorang akan objek

yang mengakibatkan orang tersebut senang mau terlibat untuk melakukan atau

mengerjakan kegiatan dari objek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi, aktif

bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan.

c) Ketertarikan

Minat merupakan suatu gejala psikologis karena adanya pemusatan

perhatian, perasaan, dan pikiran dari subjek karena tertarik. Salah satu indikator

adanya minat adalah adanya ketertarikan. Ketertarikan berhubungan dengan daya

dorong peserta didik terhadap suatu benda, orang, kegiatan, atau bisa berupa

pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias

dalam mengikuti pelajaran.

d) Perhatian peserta didik

Khairani (2015: 191) menyatakan minat merupakan sebab dan akibat dari

perhatian. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu biasanya

cenderung memperhatikan mata pelajaran tersebut. Perhatian peserta didik

merupakan konsentrasi peserta didik terhadap pengamatan dan pengertian, dan

mengesampingkan kegiatan yang lain. Jika seorang peserta didik mempunyai

minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Contoh: mendengarkan

penjelasan guru saat pembelajaran.


26

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Crow and Crow (Khairani, 2015: 190) minat pada hakikatnya merupakan

sebab akibat dari pengalaman. Minat berkembang sebagai hasil daripada suatu

kegiatan dan akan menjadi sebab akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama.

Faktor-faktor tersebut adalah:

1) The factor inner urge

Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai

dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat.

Misalnya kecenderungan terhadap belajar dalam hal seseorang memiliki hasrat

ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.

2) The factor of social motive

Minat seseorang terhadap objek atau sesuatu hal dipengaruhi oleh faktor

dari dalam diri manusia dan motif sosial. Contoh: seorang berminat pada prestasi

tinggi agar dapat status sosial yang tingi pula.

3) Emosional factor

Faktor perasaan dan emosi mempunyai pengaruh terhadap objek misalnya

perjalanan sukses dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat pula

membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya

minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya, kegagalan yang dialami akan

menyebabkan minat seseorang berkembang.

Minat belajar adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan dan kepuasan

terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran, dan minat belajar
27

dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam belajar maka siswa akan

senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan akan memberikan prestasi

yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran yang berlangsung di kelas (sekolah formal) tidak lagi

berlangsung satu arah yaitu penyampaian informasi dari guru kepada siswa,

melainkan berlangsung dua arah, siswa juga terlibat aktif dalam mengkonstruksi

pemahamannya sendiri tentang materi secara mendalam. Hakikat fisika adalah

ilmu yang menguraikan dan menganalisa struktur peristiwa-peristiwa dalam alam,

teknik, dan dunia sekelilingnya. Proses pembelajaran fisika menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa

memahami kejadian disekitarnya secara ilmiah, sehingga siswa sangat

membutuhkan pemahaman konsep yang berhubungan dengan aktivitas

penyelesaian masalah dikehidupan nyata.

Model pembelajaran merupakan cara atau teknik penyajian materi yang

digunakan oleh guru atau tenaga pengajar lainnya untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Suatu pembelajaran dapat lebih efektif apabila

diselenggarakan oleh pembelajaran pemprosesan informasi. Sehingga dengan

pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dirasakan sangat penting

agar proses dan tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu model yang


28

mendorong siswa untuk berpikir secara mendalam, mencari, menyelidiki secara

sistematis, aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Siswa memegang peran

yang sangat dominan pada model inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran.

Sehingga guru hanya sebagai fasilitator dan memberikan arahan kepada siswa.

Dengan model ini diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan kognitif dan

minat belajarnya.

Minat belajar sebagai dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang

menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan

dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan

lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat di susun sebuah bagan kerangka

pikir seperti Gambar 2.1.


Model Pembelajan
Konvensional Minat
Belajar
Menyampaikan tujuan
Kelas Tinggi
Kontrol Menyampaikan informasi atau
materi

Mengecek pemahaman / Minat


umpan balik
Belajar
Memberikan soal-soal latihan Rendah
Hasil
Guru Belajar
Model Pembelajan Inkuiri IP
Minat
Terbimbing
Belajar
Menyajikan Masalah Tinggi
Membuat Hipotesis
Merancang Percobaan
Kelas Melakukan Percobaan untuk Minat
Eksperimen memperoleh data Belajar
Mengumpulkan Data dan Rendah
Menganalisis Data
Menarik
Gambarkesimpulan
2.1 Bagan Kerangka Pikir
29

G. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir di atas, maka dapat

diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1) Secara keseluruhan, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar peserta

didik yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran secara

konvensional di SMPN Onto No.8 Kepulauan Selayar

2) Bagi peserta didik dengan minat tinggi, terdapat perbedaan hasil belajar antara

peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan peserta didik yang di ajar menggunakan model pembelajaran secara

konvensional di SMPN Onto No.8 Kepulauan Selayar

3) Bagi peserta didik dengan minat rendah, terdapat perbedaan hasil belajar antara

peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran secara

konvensional di SMPN Onto No.8 Kepulauan Selayar

4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan minat

belajar fisika terhadap hasil belajar fisika peserta didik di SMPN Onto No.8

Kepulauan Selayar.

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain


30

factorial 2x2 yang dimana melibatkan dua kelas penelitian yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing. Sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Lokasi penelitian
ini adalah di SMPN Onto No. 8 Kepulauan Selayar.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober 2021 pada semester ganjil

tahun ajaran 2021/2022 dikelas VIIIA dan VIIIB yang bertempat di SMPN Onto

No. 8 Kepulauan Selayar yang berlokasi di Kecamatan Bontomatene Kabupaten

Kepulauan Selayar.

C. Desain dan Rancangan Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah treatment by level design

(Sugiyono, 2014: 341) seperti berikut :

R X Y1 O1
R - Y1 O2
R X Y2 O3
R - Y2 O4

Keterangan :
R : Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol di lakukan secara acak untuk
penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol
X : Merupakan perlakuan yaitu berupa pembelajaran IPA Terpadu dengan model
inkuiri terbimbing
- : Merupakan perlakuan yaitu berupa pembelajaran IPA Terpadu dengan model
pembelajaran konvensional
Y1 : Kelompok peserta didik dengan minat belajar tinggi
Y2 : Kelompok peserta didik dengan minat belajar rendah
O1, O2, O3, O4, adalah tes hasil belajar peserta didik
31

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2 yang merupakan

modifikasi dari desain true experiment. Rancangan penelitian digambarkan

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Faktorial 2x2

Inkuiri Terbimbing Model Pembelajaran


Minat Belajar Model pembelajaran Model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing konvensional

Minat belajar tinggi

Minat belajar rendah

Keterangan:
Y : Hasil Belajar IPA
A : Perlakuan (model pembelajaran)
: Model pembelajaran inkuiri terbimbing
: Model pembelajaran konvensional
B : Variabel moderator (minat belajar)
: Minat belajar tinggi
: Minat belajar randah
: Kelompok minat belajar tinggi yang diajar dengan model
pembelajaran
inkuiri terbimbing
: Kelompok minat belajar rendah yang diajar dengan model
pembelajaran
inkuiri terbimbing
: Kelompok minat belajar tinggi yang diajar dengan model
pembelajaran
konvensional
: Kelompok minat belajar rendah yang diajar dengan model
pembelajaran
32

konvensional.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel pada penelitian terdiri dari variabel bebas, variabel moderator,

dan variabel terikat, sebagai berikut:

1. Variabel bebas

a) Model pembelajaran inkuiri terbimbing

Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan sebuah rangkaian

kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga

mereka dapat menentukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai

wujud adanya perubahan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing mengikuti

sintaks: (1)menyajikan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) merancang percobaan,

(4) Melakukan percobaan untuk memperoleh data, (5) Mengumpulkan data dan

menganalisis data, dan (6) membuat kesimpulan.

b) Model pembelajaran langsung

Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang menekankan

pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan menekankan

pembelajaran yang didominasi oleh pendidik sehingga pendidik sangat berperan

penting dalam proses belajar mengajar. Beberapa fasenya yakni (1)

mempersiapkan peserta didik (2) menjelaskan atau mendemonstrasikan (3)

menuntun berlatih (4) memberikan umpan balik (5) memperluas latihan.

2. Variabel moderator
33

Minat belajar adalah dorongan dan keinginan yang berasal dalam diri

peserta didik untuk aktif dan terlibat dalam pembelajaran utnuk mencapai tujuan

belajar. Minat belajar dalam hal ini adalah skor total yang dicapai peserta didik

setelah diberikan tes angket sebelum dan sesudah perlakuan. Indikator minat

belajar yang digunakan pada penelitian ini yaitu perasaan senang, perhatian

terhadap materi pelajaran, ketertarikan peserta didik saat belajar dan keterlibatan

peserta didik.

3. Variabel terikat

Hasil belajar adalah suatu pencapaian atau penguasaan peserta didik

terhadap materi pembelajaran IPA yang telah diajarkan dalam kurun waktu

tertentu, hasil belajar dalam penelitian ini merupakan nilai yang diperoleh dari

pemberian tes soal IPA yang diberikan kepada peserta didik setelah diberi

perlakuan yang mencakup ranah kognitif saja yaitu meliputi empat aspek yang

terdiri dari aspek pengetahuan, pemahaman, dan analisis.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII di SMPN Onto No.

8 Kepulauan Selayar yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik

simple random sampling (Rambang). Pada teknik simple random sampling ini
34

sebenarnya menggunakan rambang peserta didik, akan tetapi dengan

pertimbangan hal ini dapat mengganggu proses pembelajaran di sekolah tersebut.

Maka dari itu hanya dilakukan rambang kelas. Rambang kelas dilakukan dengan

cara mengundi kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.

F. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu: (1) tahap

persiapan, (2) tahap pelaksanaan dan (3) tahap akhir. Kegiatan yang dilakukan

pada ketiga tahap tersebut, dapat diuraikan:

1) Tahap persiapan

Tahapan ini merupakan tahap persiapan yang meliputi observasi terlebih

dahulu ke lokasi penelitian untuk mendapatkan sampel penelitian. Ada beberapa

persiapan yang perlu dilakukan sebelum mengadakan penelitian yakni sebagai

berikut:

a. Studi literatur dilakukan untuk memperoleh teori-teori yang akurat mengenai

permasalahan yang akan dikaji;

b. Survei ke lokasi penelitian untuk memperoleh teori gambaran tentang kegiatan

pembelajaran yang biasa dilaksanakan;

c. Mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran);

d. Mempersiapkan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) dan mengecek

ketersediaan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol;


35

e. Mempersiapkan materi ajar yang akan diberikan ke peserta didik;

f. Mempersiapkan instrumen berupa kuisioner minat belajar fisika dan instrumen

tes hasil belajar berdasarkan beberapa indikator;

g. Memvalidasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian;

Sebelum dilakukan penyusunan instrumen, selanjutnya dilakukan validasi

instrumen melalui pakar hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa instrumen

yang disusun benar-benar mewakili aspek yang akan diukur. Instrumen ini

digunakan untuk mengetahui minat belajar fisika peserta didik dengan

menggunakan kuisioner dan instrumen hasil belajar. Hal yang perlu

diperhatikan yakni uji instrumen menggunakan analisis Aiken’s V. Kriteria

pemberian skor yaitu 1-5. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada

proses analisis Aiken’s V yakni sebagai berikut :

Tabel 3.2 Analisis Validasi Isi


Penilai Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5
Skor S Skor s Skor S Skor s Skor S
1
2
3

Menganalisis validasi isi instrumen bisa menggunakan analisis Aiken’s V,

untuk menghitung content-validity coefficient atau koefisien validitas yang

didasarkan pada hasil penilaian dari ahli sebanyak (n) orang terhadap suatu
36

item dari segi sejauh mana item tersebut mewakili konstrak yang diukur.

Menggunakan rumus sebagai berikut : (Azwar S, 2014)

(3.1)

Keterangan:
s : r-
r : Angka yang diberikan penilai
: Angka penilaian validitas terendah
n : Jumlah penilai
c : Angka penlaian validitas tertinggi

h. Uji validasi hasil belajar

Uji validitas hasil belajar merupakan pengujian yang dilakukan untuk

menguji validitas butir soal kemampuan pemecahan masalah. Analisis statistik

yang dapat dilakukan adalah analisis product moment sebagai berikut :

(3.2)

Keterangan:
r : Indeks validitas untuk butir ke i
n : Jumlah responden
X : Skor variabel (jawaban responden)
Y : Skor total dari variabel untuk responden ke-n

Kriteria pengujian:

Jika maka butir item dikatakan valid


37

Jika maka butir item dikatakan tidak valid,

dengan taraf signifikansi 5%. Dimana ditentukan oleh banyaknya

jumlah responden (n).

i. Uji validitas kuisioner

Uji validitas kuisioner dapat dilakukan dengan analisis statistik dengan

menghitung korelasi product moment.

(3.3)

Keterangan:
r : Indeks validitas untuk butir ke i
n : Jumlah responden
X : Skor variabel (jawaban responden)
Y : Skor total dari variabel untuk responden ke-n

Kriteria pengujian: (1) jika maka butir item

dikatakan valid, (2) jika maka butir item

dikatakan tidak valid, dengan taraf signifikansi 5%. Pernyataan kuisioner berdasar

dari beberapa indikator seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3 Indikator Minat Belajar


No. Indikator No. Item
(+) (-) Total
1 Perasaan senang
2 Perhatian siswa
3 Ketertarikan
4 Keterlibatan siswa
38

j. Uji Reliabilitas Kuisioner

Teknik alpha cronbach dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu

instrumen penelitian reliabel atau tidak, apabila jawaban yang diberikan

responden berbentuk skala 1-5 atau jawaban responden yang menginterpretasikan

penilaian sikap. Misalkan responden memberikan jawaban sebagai berikut:

a. Sangat memuaskan (SM) :5


b. Memuaskan :4
c. Netral :3
d. Tidak memuaskan (TM) :2
e. Sangat tidak memuaskan (STM) :1
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik

ini, apabila koefisien reliabilitas . Rumus alpha cronbach

dapat digunakan dengan persamaan berikut: (Siregar Sofian, 2017).

(3.4)

Keterangan:
r : Koefisien reliabilitas tes
K : Jumlah butir pernyataan
: Jumlah varian butir
: Jumlah varian total
: Koefisien reliabilitas instrument
: Proporsi jawaban benar untuk butir soal i
Q : Proporsi jawaban salah satu untuk soal 1

k. Tingkat kesukaran tes hasil belajar

Tingkat kesukaran suatu butir soal atau tes dinyatakan indeks kesukaran.

Bilangan tersebut merupakan bilangan real pada interval 0-1 yang menandakan

semakin besar indeks kesukaran, berarti semakin mudah soal tersebut. Suatu soal

dengan indeks kesukaran p=1,00 artinya semua peserta didik menjawab benar
39

sedangkan indeks kesukaran p=0,00 artinya tidak ada peserta didik yang

menjawab benar butir soal. Indeks kesukaran ditentukan dengan menggunakan

persamaan:

(3.5)

(3.6)
(Ali & Khaeruddin, 2012).

Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran/Kemudahan Butir Soal


Indeks Kesukaran Kategori

p 30 Sukar

0,31 p 0,70 Sedang

0,71 p Sangat mudah

l. Daya pembeda tes hasil belajar

Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan

butir soal mampu membedakan antara kelompok peserta didik yang pandai dan

kelompok peserta didik yang lemah. Semakin tinggi daya pembeda soal berarti

soal tersebut semakin mampu membedakan peserta didik yang telah memahami

materi dengan peserta didik yang belum memahami materi. Daya pembeda dapat

ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

(3.7)

(Ali & Khaeruddin, 2012).


40

Keterangan:
D : Daya pembeda
NH : Jumlah skor yang dipakai kelompok atas
NL : Jumlah skor yang dipakai kelompok bawah
NT : Jumlah skor maksimum yang disediakan untuk kelompok atas/kelompok bawah

2) Tahap pelaksanaan

Tahapan ini merupakan pelaksanaan penelitian, sebelum memberikan

perlakuan kepada kelas yang terpilih jadi sampel terlebih dahulu di berikan

pretest kemudian pelaksanaan penelitian (kegiatan belajar) disesuaikan dengan

jadwal kelas yang terpilih sebagai sampel, sehingga tidak mengganggu mata

pelajaran lainnya.

3) Tahap akhir

Tahap akhir dari penelitian ini adalah berupa pemberian tes akhir (posttest)

berupa soal yang sudah dinyatakan valid.

G. Teknik pengumpulan data

1. Untuk data minat belajar, dilakukan dengan teknik angket minat belajar

peserta didik. Dari hasil angket ini maka peserta didik dapat dikolompokkan

menjadi peserta didik pada kategori minat belajar tinggi dan rendah.

2. Untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik, dilakukan teknik tes

pilihan ganda. Tes ini dilakukan setelah seluruh proses pembelajaran

berlangsung.

H. Instrumen penelitian
41

Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen

yang digunakan angket minat belajar, dan tes hasil belajar.

1. Angket Minat Belajar

Dalam angket minat belajar ini terdiri atas pertanyaan atau pernyataan

tentang topik tertentu yang diberikan kepada peserta didik baik secara individual

maupun secara kelompok sebelum pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan

informasi tingkat minat peserta didik. Angket ini disusun dalam bentuk daftar

pernyataan tertulis berdsarkan indikator minat belajar yang pilihan jawabannya

telah disediakan sehingga peserta didik memberikan tanda centang (√) pada salah

satu pilihan jawaban tersebut. Angket ini menggunakan format pilihan jawaban

berdasarkan pada skala model Likert yang terdiri atas 4 (empat) pilihan jawaban,

sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS).

Idikator motivasi belajar ini meliputi, (1) perasaan senang, (2) perhatian siswa, (3)

ketertarikan siswa, (4) keterlibatan siswa.

2. Tes hasil belajar

Tes yang digunakan yaitu tes pilihan ganda. Item pilihan jawaban

berjumlah 4 (empat) pilihan jawaban, A, B, C, D. Setiap butir soal hanya memiliki

satu pilihan jawaban yang benar. Jika peserta didik menjawab benar mendapatkan

skor 1 (satu) dan jika menjawab salah mendapatkan skor 0 (nol). Hal ini dilakukan

setelah peserta didik di ajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada

kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

I. Teknik Analisis Data


42

1) Analisis deskriptif

Analisis deskriptif ini digunakan untuk analisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang sudah dikumpulkan sesuai

adanya tanpa bermaksud menyimpulkan terlebih dahulu. Inti dari kumpulan data

yang ada yakni nilai rata-rata, standar deviasi serta nilai varians. Analisis ini

dimaksudkan mendeskripsikan karakteristik distribusi skor kemampuan

pemecahan masalah dan motivasi belajar fisika.

a. Skor rata-rata

Dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

(3.8)
Keterangan:
: Skor rata-rata
: Tanda kelas interval
: Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas

b. Varians

Dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

(3.9)
Keterangan:
: Varians
N : Ukuran sampel

c. Standar deviasi

Dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

(3.10)
Keterangan:
S : Nilai standar deviasi
43

: Tanda kelas interval


: Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas
N : Ukuran sampel

d. Taksiran rata-rata

Penaksiran rata-rata untuk memberikan gambaran skor rata-rata.

(3.11)

Keterangan:
: Rerata skor total responden
S : Standar deviasi
N : Ukuran sampel
: Nilai t yang diperoleh dari daftar distribusi siswa dengan

dengan adalah koefisien kepercayaan =(1-a) untuk pengkategorian hasil


belajar dan minat belajar (Sudjana, 2005).

2) Uji Persyaratan Analisis Data

Sebelum menggunakan analisis variansi (Anava) ini maka terlebih dahulu

harus dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang

diteliti berasal dari data distribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan

rumus chi-square. Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:

Carilah nilai chi-square dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2005).

(3.12)
Keterangan:
X2 = Nilai Chi-kuadrat hitung
44

Oi = Frekuensi observasi
Ei = Frekuensi harapan
b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini digunakan untuk membuktikan data dasar yang akan

diolah varians kedua populasi dimana sampel yang diambil sama (homogen) atau

tidak. Pengujian homogenitas menggunakan uji fisher (F) adapun pengujiannya

meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan hipotesis

2. Cari dengan rumus:

3. Tetapkan taraf signifikansi

4. Hitung dengan rumus:

Kriteria pengujian yaitu apabila , maka

dapat dikategorikan bersifat homogen. Sebaliknya jika

maka data dikategorikan tidak homogen pada taraf signifikansi

1. Untuk sampel yang homogen


45

(3.13)
dengan

(3.14)

(3.15)

Sedangkan

(3.16)

Setelah harga didapatkan, maka langkah selanjutnya iyalah

melakukan uji kebenaran kedua hipotesis dengan membandingkan besarnya

dengan dengan terlebih dahulu menetapkan derajat

kebebasan, maka dapat menggunakan rumus

. Dengan demikian maka dapat dicari harga pada

taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujiannya adalah

seperti berikut ini:

Jika maka diterima

Jika maka ditolak

2. Untuk sampel yang tidak homogen (heterogen)

a. Mencari nilai dengan rumus sebagai berikut:

(3.17)
Menentukan derajat kebebasan dengan rumus sebagai berikut:
46

(3.18)

b. Mencari dengan taraf signifikansi 5%.

3) Pengujian hipotesis penelitian

Setelah uji prasyarat, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.

Pengujian hipotesis pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

hipotesis yang diajukan telah diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis

menggunakan analisis parametrik yaitu varians (anava) dua jalan sesuai dengan

rancangan faktorial 2x2 dengan asumsi bahwa populasi berdistribusi normal

dengan variasi sama dan homogen. Pengujian hipotesis penelitian juga

dicocokkan dengan menggunakan program IBM SPSS versi 22 for windows.

Pengujian hipotesis melalui uji Tukey apabila sampel penelitian yang digunakan

memiliki sel yang sama sedangkan uji Scheffe untuk sampel yang memiliki sel

berbeda dengan taraf signifikansi .

4) Uji analisis varians (Anava) dua jalan

Adapun langkah-langkah ANAVA dua jalur yaitu sebagai berikut:

1. Mengelompokkan skor variabel kriteria terikat berdasarkan kategori

faktorial. Faktorial 2x2 seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.6 Design


Inkuiri Faktorial 2x2
Terbimbing
Model Pembelajaran
Minat Belajar Model pembelajaran Model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing konvensional
47

Minat belajar IPA


tinggi
Minat belajar IPA
rendah

2. Membuat tabel statistik deskriptif untuk setiap kelompok data. Tabel

deskriptif ini berisi harga-harga untuk setiap unsur yang diperlukan dalam

ANAVA yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.7 Statistik deskriptif ANAVA Dua Jalan


A-1 A-2

B-1

B-2

Keterangan:
:
:
:
:
:
:
:
48

:
:
:
:
:
:

N :

3. Membuat format tabel rangkuman ANAVA dua jalan. Berdasarkan data

dalam tabel statistik deskriptif di atas, kemudian diolah untuk mendapatkan

rangkuman seperti pada tabel di bawah:

Tabel 3.8 Rangkuman ANAVA

Sumber varians JK DK RJK


0,05
Antar kelompok (A)

Dalam kelompok (D)

Antar kolom (AK)

Antar baris (Ab)

Interaksi (I)

Total di Reduksi (TR)


49

Rerata/koreksi (R)

Total

Keterangan:
JK : Jumlah kuadrat
db : Derajat bebas
RJK : Rerata jumlah
: Harga
:
4. Kemudian untuk cara menentukan harga-harga pada tabel 7 di atas maka

dapat diperoleh sebagai berikut:

a) Menentukan jumlah kuadrat (JK):

Total

Antar kelompok:

Dalam kelompok

Antar kolom

Antar baris
50

Interaksi

Total direduksi

Rerata / Koreksi

b) Menentukan derajat kebebasan:

Total

Antar kelompok

Dalam kelompok

Interaksi

Antar kolom

Antar baris

c) Menemukan varians atau rerata jumlah kuadrat (RJK)

Antar kelompok

Dalam kelompok

Antar kolom
51

Antar baris

Interaksi

d) Menentukan nilai

Antar kelompok

Antar kolom

Antar baris

Interaksi

e) Menentukan

Antar kelompok

Antar kolom

Antar baris

Interaksi

5. Hipotesis yang diuji

Beberapa hipotesis yang diuji yaitu sebagai berikut:

a. Hipotesis pertama

:
52

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika , maka diterima

Jika , maka ditolak

: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara peserta didik yang
diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan
konvensional di SMPN Onto No.8 Kepulauan Selayar

: Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara peserta didik yang


diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan
konvensional di SMPN Onto No.8 Kepulauan Selayar
b. Hipotesis ke dua

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika , maka diterima

Jika , maka ditolak

: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara peserta didik


dengan minat belajar IPA tinggi yang diajar melalui model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan konvensional di SMPN Onto No.
8 Kepulauan Selayar.

: Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara peserta didik dengan


minat belajar IPA tinggi yang diajar melalui model pembelajaran
inkuiri terbimbing dan konvensional di SMPN Onto No. 8 Kepulauan
Selayar.
c. Hipotesis ke tiga
53

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika , maka diterima

Jika , maka ditolak

: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara peserta didik


dengan minat belajar IPA rendah yang diajar melalui model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan konvensional di SMPN Onto No.
8 Kepulauan Selayar.

: Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara peserta didik dengan


minat belajar IPA rendah yang diajar melalui model pembelajaran
inkuiri terbimbing dan konvensional di SMPN Onto No. 8 Kepulauan
Selayar.
d. Hipotesis ke empat

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika , maka diterima

Jika , maka ditolak

: Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri


terbimbing dengan minat belajar IPA terhadap hasil belajar IPA peserta
didik di SMPN Onto No. 8 Kepulauaan Selayar.

: Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing


dengan minat belajar IPA terhadap hasil belajar IPA peserta didik di
SMPN Onto No. 8 Kepulauaan Selayar.
54

Setelah dilakukan serangkaian uji anava dua jalan dan hasil hipotesis yang

diperoleh yang menyatakan ditolak atau diterima, maka dilakukan uji

lanjut anava sebagai tindak lanjut dari analisis varians sebelumnya. Tujuan dari uji

lanjut anava ini yaitu untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap

pasangan kolom, pasangan baris, maupun pasangan sel sehingga memudahkan

mengetahui bagian mana sajakah yang terdapat rerata signifikan maupun tidak

signifikan. Apabila sampel setiap kelompok memiliki jumlah yang sama maka

dapat menggunakan uji Tukey. Akan tetapi apabila jumlah sampelnya berbeda

maka menggunakan uji Scheffe. Adapun persamaan untuk uji lanjut anava tukey

yaitu sebagai berikut:

(3.19)

Keterangan:
Q : Angka Tukey
n : Banyak data tiap kelompok
: Rata-rata data kelompok ke i
: Rata-rata data kelompok ke j

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S dan Khaeruddin. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit


UNM.
Abimanyu, Soli. (2009). Strategi Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.
Amien, Mohammad. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, Jakarta:
P2LPTK.
55

Amri, Sofan. (2010). Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas,
Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.
Anita, S. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aunurrahman. (2009). Belajar dan pembelajaran, Bandung: alfabeta.
Budiningsih, A. (2008). Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetesi Guru. Jakarta: Rineka
Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hurlock, E.(1978).Child Developtment.London:McGraw-Hill.
Khairani, M.(2015).Psikologi Pendidikan.Yogyakarta:Aswaja Pressindo.
National Research Council, Inquiry and the National Science Education
Standard: A Guide for Teaching and Learning. Washington D. C:
National Academy Press. 2000
National Science Foundation, Science as Inquiry (BSCS Center for Professional
Development, 2010), p. 23, diakses dari http://science.education.nih.gov
pada tanggal 29 November 2013
Ngalimun. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran, Banjarmasin: Aswaja
Pressindo.
Nur Asiah, 2019. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
keterampilan berpikir kritis, dan hasil belajar peserta didik MTs
Miftahul Muin. Jurnal Pendidikan, (Online), jilid 1, No 1,
(http://eprints.unm.ac.id, Diakses 20 Januari 2020)
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. (2009). Strategi pembelajaran Beroentasi standar proses
pendidikan, Jakarta: Kencana.
Sardiman.(1994).Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Slameto. (2015). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta:
Rineka Cipta.
Soemanto, W. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, N.
(1989). Dasar-Dasar PBM. Bandung: CV. Sinar Baru.
56

Rizkianti, S. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap


Minat dan Hasil Belajar IPA Terpadu (Biologi) Studi pada Materi
Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Maros. PROSIDING Seminar
Nasional FKIP Universitas Muslim Maros, 1, 212-218. Retrieved from
https://ejournals.umma.ac.id/index.php/prosiding/article/view/381
Sudjana, Nana. (2012). Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta.
Suparno, Paul. (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika, Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Susanto, H., & Akmal, H. (2019). Media Pembelajaran Sejarah Era Teknologi
Informasi. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP ULM.
Syafaruddin dan Irwan Nasution. (2005). Manajemen Pembelajaran, Jakarta:
Quantum Teaching.
Tangkas, I. M. (2012). Pengaruh implementasi model pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan
proses sains Peserta didik kelas X SMAN 3 Amlapura. Dipublikasikan
pada Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha. Tersedia pada
http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index. php/jirnal_ipa/ article/ view/
410. Diakses tanggal 25 April 2016
Tiro, M. A., 2008. Dasar-dasar Statistika, 3nd ed. Makassar: Andira Publisher
Makassar.
Trianto. (2007). Model Pembelajaran Inovtif Berorientasi Konstruksivitis Konsep,
Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, Jakarta: Tim Prestasi
Pustaka.
Universitas Negeri Makassar, 2019. Pedoman penulisan tugas akhir Mahasiswa.
Makassar : UNM

Anda mungkin juga menyukai