DOSEN PEMBIMBING
Yunita Puspitasari, M.Pd
Disusun oleh :
ILHAM MA’RUFIN
NIM 837523438
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
rahmat- Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Mata Pelajaran Ipa
Dengan Mengunakan Model Pembelajaran Discovery Learning”.
Tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Yunita
Puspitasari, M.Pd, yang dengan sabar dan ikhlas membimbing dan memberikan
ilmunya kepada penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman, yang telah memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan karya ilmiah.
PENULIS
iii
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Mata Pelajaran Ipa
Dengan Mengunakan Model Pembelajaran
Discovery Learning
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak
perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai
usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan
semakin mengalami kemajuan.Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka
dewasa ini pendidikan di sekolah- sekolah telah menunjukkan
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena
terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun
guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat
memberikan semangat belajar bagi murid-murid. Bahkan secara keseluruhan
dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan yang
mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan
barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang
membangun dan mencapai kualitas pendidikan secara optimal
Kualitas pendidikan meliputi berbagai sektor dan jenjang
pendidikan, termasuk jenjang pendidikan menengah pertama. Keberhasilan
pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru
yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional. Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru
harus berupaya menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam proses belajar
mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini
sesuai dengan pendapat Bruner yang menyatakan bahwa anak harus
berperan aktif dalam belajar di kelas.
1
lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.Hasil tes pra
penelitian untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam pelajaran
IPA yang dilaksanakan pada seluruh siswa kelas IV, V dan VI di SD N 4
Ganungkidul Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk diperoleh hasil
bahwa kelas yang memiliki kemampuan terendah adalah kelas V. Pada
pelaksanaan tes pra penelitian di kelas V, hasil yang diperoleh adalah
dari 16 siswa 9 anak mendapat nilai kurang dari 78 dan hanya 7 siswa yang
mendapatkan nilai lebih dari 78. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang
diperoleh siswa, pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya
41% siswa yang tuntas.
Bedasarkaan observasi diketahui bahwa faktor penyebab
kurangnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA adalah metode
pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak
diarahkan untuk berfikir kreatif dan menguasai konsep berdasarkan
penemuan-penemuan di lapangan.Berdasarkan realita di atas, salah satu
model pembelajaran IPA yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kompetensi siswa adalah model pembelajaran penemuan (Discovery
Learning) yang akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena akan
mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta
mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian di SD Negeri 4 Ganungkidul Kecamatan Nganjuk
Kabupaten Nganjuk dengan judul penelitian, “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas V Mata Pelajaran Ipa Materi Ekosistem Dengan
Mengunakan Model Pembelajaran Discovery Learning.”
B. Rumusan Masalah
2
kelas V di SD Negeri 4 Ganungkidul Kecamatan Nganjuk Kabupaten
Nganjuk?
3. Bagaimana hasil penerapan model discovery pada pembelajaranIPA kelas V
di SD Negeri 4 Ganungkidul Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk?
4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan model
discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 4 Ganungkidul
Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk?
C. Tujuan Penelitian
Terkait dengan rumusan masalah di atas, dalam penelitian ini terdapat
tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan penerapan model discovery pada
pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 4 Ganungkidul Kecamatan Nganjuk
Kabupaten Nganjuk.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan model discovery pada
pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 4 Ganungkidul Kecamatan Nganjuk
Kabupaten Nganjuk.
3. Untuk mengetahui bagaimana hasil penerapan model discovery pada
pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 4 Ganungkidul Kecamatan Nganjuk
Kabupaten Nganjuk.
4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan
model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 4
Ganungkidul Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk.
D. Manfaat penelitian
3
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
c. Bagi sekolah
4
BAB II
A. Kajian Teori
1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetauan Alam
a. Pengertian IPA
Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang
mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam.
IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh
secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler
(Khalimah, 2010).
Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006).
Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta.
IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA
di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang
mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan,
(Agus. S. dalam Khalimah, 2010).
Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu
pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-
kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan
agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep
5
ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk
mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi pendidikan
IPA.
6
Dalam Trianto (2007:102), IPA adalah suatu kumpulan teori yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,
lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan
eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka,
jujur dan sebagainya.
7
sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang
mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan,
(KTSP 2006).Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (Wiji Suwarno
2008 : 58) bahwa anak membangun sendiri skemanya serta membangun
konsep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya. Piaget (Wiji Suwarno
2008) membedakan perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat
taraf, yaitu 1) taraf sensori motor (0-2 th), (2) taraf pra-operasional (2-7 th),
(3) taraf operasional konkrit (7- 11 th), dan (4) taraf operasional formal (11-
15 th). Walaupun ada perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan, tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa
tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda.perkembangan
kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan
aktif berinteraksi dengan lingkungan. Piaget (Wiji Suwarno, 2008 : 58)
menyatakan peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai pemberi
informasi.
Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-
program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan
pengalaman- pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media
belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan
lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai
pengalaman belajar.
Pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan
strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa
atau siswa pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendirilah
yang harus membangun pengetahuan mereka sendiri. Tugas guru bukan lagi
sebagai pentransfer pengetahuan dari otaknya kepada otak siswa. Tugas
guru berubah menjadi lebih sebagai fasilitator yang membantu agar siswa
sendiri belajar dan menekuni bahan yaitu dengan menggunakan ketrampilan
proses. Terdapat Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan yaitu :
1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak,
8
tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa,
guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga
sampai pada jawaban tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar
yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi
kognitif dan hanya jika guru penuh perhatian terhadap metode yang
digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah
dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman
yang dimaksud.
2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget
menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made
knowledge) tidak mendapat tekanan, melainkan anak didorong
menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan
dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain mengajar
mempersiapkan beraneka ragam kegiatan secara langsung dengan
dunia fisik.
3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa
tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda.
9
dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari
hipotesis, prediksi, dan eksperimen (Pusat Kurikulum, 2006).
2. Model Discovery
a. Definisi
10
berperan aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya DiscoveryLearning, di
mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk
akhir (Daljono, 1996:41). Model DiscoveryLearning adalah memahami
konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila
individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui
observasi, klasifikasi, pengukuran , prediksi, penentuan dan inferi. Proses
tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the
mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B.
Sund dalam Malik, 2001:219).
Dengan mengaplikasikan model DiscoveryLearning secara berulang-
ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang
bersangkutan. Penggunaan model discovery Learning, ingin merubah
kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus
Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru
ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
Model discovery merupakan metode yang lebih menekankan pada
pengalaman langsung. Pembelajaran dengan model discovery lebih
mengutamakan proses daripada hasil belajar. Berikut adalah langkah-
langkah yang digunakan dalam model pembelajaran Discovery:
1) Diskusi, Tahap ini bertujuan untuk menggali konsep awal siswa. Guru
memberikan Permasalahan yang kemudian akan diselesaikan oleh
siswa.
2) Proses, Tahap ini merupakan tahap penemuan konsep oleh siswa. Pada
tahap ini meliputi: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mendesain eksperimen, mengumpulkan dan mengolah data, menarik
kesimpulan.
3) Pengembangan Masalah, tahap ini merupakan tahap refleksi yang
meliputi: Pemberian kritik (critizing), nilai sikap (Valuing), penerapan
11
(application). (Moh Amien, 1987: 111)
b. Konsep
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning
merupakan pembentukan kategori kategori atau konsep-konsep, yang
dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner
tentang kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa Discovery
adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-
sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding
dirumuskan demikian dalam arti relasi- relasi (similaritas & difference)
yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian- kejadian (events).
Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki
lima unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila
mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-
contoh baik yang positif maupun yang negatif; 3) Karakteristik, baik yang
pokok maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih,
2005:43). Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua
kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang
berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi
dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa)
ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.
Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses
belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap
12
eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment,
yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-
penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan
yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam
proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus
berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk
memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa
yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui
tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu:
enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan
sekitarnya artinya dalam memahami dunia ekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan
sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek- objek atau
dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya,
dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic,
seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak
yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol
bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol.
Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan
sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase
enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui
perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk
menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive.
Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar
atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan
13
prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 2001:85).
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru
berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan
belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan:
hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi
seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika.
Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam
bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-
kesimpulan.
Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi
diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari
konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan
demikian seorang guru dalam aplikasi metode Discovery Learning harus
dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar
yang lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41).
Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery
Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan
kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist,
historian, atau ahli matematika. Melalui kegiatan tersebut siswa akan
menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat
bagi dirinya.
Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai
14
metode mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan)
mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-
metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan
untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada
pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya
melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar
sendiri.
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Discovery
1) Langkah Persiapan Metode Discovery
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
minat, gaya belajar, dan sebagainya).
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif (daricontoh-contoh generalisasi).
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa
contoh- contoh,ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari
siswa.
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
15
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner
memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu
dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang dapat
menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong
eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-
teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan
mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapattercapai.
b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda- agenda masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah
2004:244), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu
selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau
hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan yang diajukan.
16
pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang
perlu mendapat pembuktian secara logis.
d. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan
agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi
yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu
itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau
tidak.
e. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus
memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip
yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya
proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
17
penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery dapat
menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan
penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa.
d. Keunggulan dan Kelemahan Model Discovery
Sebagai salah satu bentuk metode dalam pembelajaran, model
discovery memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut:
Keunggulan model discovery:
1) Mendorong siswa untuk lebih mengembangkan, memperbanyak
kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses
kognitif/pengenalan siswa.
2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat
pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam
jiwa siswa tersebut.
3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.
4) Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang
dan maju sesuai dengan kemampuannya masing–masing.
5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar giat.
6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan
pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7) Lebih berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru hanya sebagai
teman belajar saja, membantu bila diperlukan.
18
3. Perencanaan Pembelajaran
19
Perencanaan pembelajaran adalah membuat suatu
persiapan pembelajaran itu sendiri. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa
jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang baik maka peluang
untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk
melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas. Pada dasarnya,
rencana pembelajaran menetapkan tujuan yang ingin dihasilkan guru
selama pembelajaran dan bagaimana guru mencapai tujuan tersebut.
Biasanya, rencana pembelajaran dibuat dalam bentuk tertulis, namun hal
ini bukanlah suatu keharusan. Guru-guru baru atau yang kurang
berpengalaman mungkin perlu membuat rencana pembelajaran yang
sangat terperinci – menunjukan dengan jelas apa yang akan terjadi pada
setiap tahap-tahap pembelajaran.
penting adalah karena guru perlu mengindentifikasi tujuan dari
pembelajaran yang mereka sampaikan. Guru perlu mengetahui apa yang
mereka harapkan bisa dilakukan oleh para siswa pada akhir pembelajaran,
yang sebelumnya tidak bisa siswa lakukan. Berikut adalah beberapa alasan
lain pentingnya sebuah perencanaan
a. Memberikan kesempatan pada guru untuk memperkirakan
kemungkinan masalah yang akan muncul dan kemudian
mempertimbangkan solusinya.
b. Memastikan bahwa pelajaran yang disampaikan seimbang dan sesuai
untuk kelas tersebut.
c. Memberikan rasa percaya diri bagi guru.
d. Perencanaan pada umumnya merupakan latihan yang baik dan
menunjukan profesionalisme.
20
Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD.
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk
setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan. Berikut ini akan disajikan langkah-langkah dalam
penyususnan RPP :
1) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas,
semester,program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah
pertemuan.
2) Standar kompetensi
Merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu
mata pelajaran.
3) Kompetensi dasar
Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran.
4) Indikator
Adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
21
keterampilan.
5) Tujuan pembelajaran
Menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6) Materi ajar
Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.
7) Alokasi waktu
Ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban
belajar.
8) Metode pembelajaran
Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode
pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta
karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai
pada setiap mata pelajaran.
9) Kegiatan pembelajaran :
a) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan
motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b) Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenang- kan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
22
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman baru dari situasi yang baru. Elaborasi adalah
penggarapan secara tekun dan cermat, dan konfirmasi adalah
pembenaran, penegasan, dan pengesahan.
c) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan
balik, dan tindaklanjut.
23
b. Aspek penilaian afektif terdiri dari:
1) Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk
menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau
rangsangan dari luar
2) Menanggapi (responding): reaksi yang diberikan: ketepatan
reaksi, perasaan kepuasan dll.
3) Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, sistem nilai
dll
4) Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai
dalam organisasi sistem nilai
5) Membentuk watak (Characterization): sistem nilai yang
terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.
2) Menyusun (manipulating)
3) Melakukan dengan prosedur (precision)
4) Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
5) Melakukan tindakan secara alami (naturalization)
11) Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi. Beberapa sumber belajar dalam
pembelajaran IPA yaitu seperti lingkungan sekitar, buku paket IPA KTSP,
dan dari Internet.
4. Evaluasi Pembelajaran
a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Menurut Arikunto (2008:2) berpendapat bahwa evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif
yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Usmar (2003:120)
mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang
untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari
dua hal atau lebih yang merupakan alternatif yang diinginkan. Karena
penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka
24
alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya pemberian nilai
itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi
untuk proses pengambilan keputusan.
Menurut Oemar Hamalik (2008:210), evaluasi merupakan suatu
proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk
menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam rancang suatu sistem
pengajaran. Rumusan ini memiliki tiga implikasi: pertama, evaluasi ialah
suatu proses yang terus- menerus, bukan hanya pada akhir pengajaran
tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai dengan
berakhirnya pengajaran. Kedua, proses evaluasi senantiasa diarahkan ke
tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan jawaban tentang bagaimana
memperbaiki pengajaran. Ketiga, evaluasi menuntut penggunaan alat-alat
ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan guna membuat keputusan.
Menurut Sudijono (2008: 30) evaluasi terhadap hasil belajar
setidaknya mencakup dua hal yaitu: evaluasi pencapaian peserta didik
terhadap tujuan khusus dan evaluasi pencapaian peserta didik terhadap
tujuan umum pengajaran. Evaluasi hasil belajar dapat terlaksana jika
menggunakan tiga prinsip dasar berikut: (1) prinsip keseluruhan, (2)
prinsip kesinambungan, dan (3) prinsip objektivitas. Seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik dalam rangka menilai ketercapaian peserta didik
terhadap indikator atau kriteria yang telah ditentukan disebut evaluasi hasil
belajar.
Menurut pendapat Hamalik (2008: 159), evaluasi hasil belajar
adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan
informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat
keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai
hasil belajar peserta didik yaitu: (1) Penilaian pendidikan ditujukan untuk
menilai hasil belajar peserta didik secara menyeluruh baik kognitif,
25
psikomotor dan afektif. (2) Hasil penilaian pendidikan digunakan untuk
menentukan pencapaian kompetensi peserta didik yang digunakan untuk
memberikan pelayanan pembelajaran individual pribadi peserta didik. (3)
Penilaian yang dilakukan oleh pendidik terutama ditujukan untuk
peningkatan prestasi belajar dan pengembangan pribadi peserta didik. (4)
Penilaian yang dilakukan secara berulang dan kontinyu untuk memperoleh
data yang lebih akurat yang dijadikan dasar pengambilan keputusan secara
umum.
26
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
27
Barat sudah baik. Hal inidibuktikan dengan penggunaan langkah-langkah
model discoverylearning yang telahditerapkan pada pembelajaran Qur’an
Hadits di Kelas VII MTs Huyula menunjukkanrespon yang positif.
Artinya, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek yangbelajar.
Mereka tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasanguru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materipelajaran yang sedang dipelajarinya. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa dalam prosespembelajaran Qur’an Hadits guru sudah
menerapkan model discoverylearning yangmemiliki ciri-ciri menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal dan diarahkanuntuk mencari dan
menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan
sehinggamenumbuhkan rasa percaya sendiri, serta tercapainya tujuan
penggunaan model discoverylearning yaitu untuk mengembangkan
kemampuan berpikir sistematis, logisdan kritis.Berdasarkan penelitian di
atas terdapat persamaan dan perbedaan.Persamaannya adalah bahwa dalam
penerapan pembelajaran dengan model discovery pada setiap pembelajaran
menghasilkan perubahan yang baik pada hasil belajar anak, karena
pembelajaran ini lebih kreatif daripada teacher center seperti
biasanya.Sedangkan Perbedaan penelitian ini adalah digunakan pada
matapelajaran IPA sedangkan Rahmin T. Husain (2000) pembelajaran
yang digunakan adalah pelajaran Qur’an Hadits.
Risqi Rahman, Samsul Maarif (2014), yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Model discovery terhadap kemampuan Analogi
Matematis Siswa SMK Al-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa
Barat.” Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain factorial disign,
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model discovery terhadap
kemampuan analogi dan generalisasi matematis siswa SMK. Setiap
kelompok terdiri dari 36 siswa yang terbagi ke dalam tiga kemampuan
siswa berbeda, yaitu siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan
sedang dan siswa berkemampuan rendah kelasnya. Data penelitian
dikumpulkan melalui tes, angket, observasi dan wawancara. Hasil
penelitian ini adalah Peningkatan kemampuan analogi matematis siswa
28
yang memperoleh pembelajaran dengan model discovery lebih baik
daripada siswa yang memperoleh metode pembelajaran dengan metode
ekspositori.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Risqi
Rahman, Samsul Maarif (2014) adalah sama-sama menggunakan metode
discovery dalam meningkatkan kemampuan menalar siswa serta
analoginya sedangkan perbedaannya penelitian ini lebih memfokuskan
pada setiap perencanaan, pelaksanaan serta hasil dan kendala yang
dihadapi dalam pelanksanaan discovery. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Risqi Rahman, Samsul Maarif (2014) lebih memfokuskan
pada pengukuran besarnya pengaruh metode discovery terhadap
kemampuan analog anak.
Indarti, Agus Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati (2013), yang berjudul
“Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Kemampuan Memecahkan
Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang.” Penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk membuktikan kemampuan memecahkan masalah
siswa yang menggunakan model pembelajarandiscoverylearninglebih baik
daripada siswa yang menggunakan modelpembelajaran konvensional.
Jenis penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian Posttest Only
Control Group Desain. Hasil analisis data dan pembahasan,menyimpulkan
kemampuan memecahkan masalah siswa yang menggunakan model
pembelajaran discovery learning lebih baik daripada model pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan penelitian diatas terdapat persamaan dan perbedaan.
Persamaannya yaitu peningkatan hasil belajar IPA ditempuh dengan
penerapan metode discovery dan hasilnya signifikan. Perbedaannya adalah
metode penelitian pada jurnal ini dengan eksperimen sedangkan ini
deskriptif kualitatif sehingga menjelaskan secara detail tentang evaluasi
dan hasil yang dicapai serta persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum
pembelajaran.
Chusni Mubarok (2014), yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X
29
TAV pada Standar Kompetensi melakukan Instalasi Sound System di
SMK Negeri 2 Surabaya.” Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Mengetahui pengaruh model pembelajaran Discovery Learning
terhadap hasil belajar siswa pada standar kompetensi melakukan instalasi
sound system. (2) Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran
DiscoveryLearning. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Metode Quasi Experimental Design menggunakan desain Posttest
Only Control Group Design di mana terdapat kelas eksperimen dengan
model pembelajaran DiscoveryLearning dan kelas kontrol dengan model
pembelajaran langsung, yang selanjutnya diberikan Posttest untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan yang berbeda.
Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas X AV1 dan X AV2 SMK Negeri
2 Surabaya tahun ajaran 2013/2014. Dari hasil penelitian yang diperoleh,
menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran
DiscoveryLearning lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran langsung dengan perolehan uji-t yakni t hitung 3,291 > t
tabel 1,99, dan dengan rincian nilai rata-rata kelas eksperimen 80,176 dan
nilai rata-rata kelas kontrol 76,083. (2) Hasil angket respon siswa
menunjukkan Hasil Rating sebesar 77,39%. Dari kriteria penentuan
prosentase rating penilaian kualitatif maka respon siswa diketegorikan baik
terhadap penerapan model pembelajaran DiscoveryLearning.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chusni Mubarok (2014)
bahwa penelitian ini membuktikan dengan sebuah eksperimen terhadap
siswa dengan metode pembelajaran discovery sehingga pada prinsipnya
sama dengan penelitian yang dilakukan sekarang,a bedanya hanya pada
jenang pendidikan.
Persamaan penelitian Indarti, Agus Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati,
dan Chusni Mubarok dengan penelitian ini adalah, sama-sama menguakan
model discovery, sedangakan perbedaannya penelitian ini mengarah pada
pada peningkatan hasil belajar siswa yang lebih memfokuskan pada setiap
i perencanaan, pelaksanaan serta hasil dan kendala yang di hadapi dalam
pelanksanaan discovery.
30
Ni Luh Rismayani (2013), yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn
Siswa.” Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn
siswa kelas X
4 SMA Negeri 1 Sukasada melalui penerapan model pembelajaran
discoverylearning. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dengan dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi atau evaluasi dan refleksi yang dilakukan di setiap
siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 1
Sukasada yang berjumlah 24 orang.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
observasi, wawancara, dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh melalui
metode observasi dan wawancara dianalisis dengan teknik deskriptif-
kualitatif sedangkan data yang diperoleh melalui tes hasil belajar
dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan peningkatan rata-rata hasil belajar siklus I ke siklus II
sebesar 9,2%. Peningkatan ketuntasan klasikal siklus I ke siklus II
sebesar 33,4%. Kendala yang dihadapi dalam penerapan model
discoverylearning yaitu siswa belum terbiasa dengan penerapan model
discoverylearning sehingga sangat sulit bagi guru untuk mengeksplorasi
respon-respon siswa. Solusi yang dilakukan adalah memberikan
permasalahan di awal pertemuan supaya siswa membaca dan menemukan
sendiri pemecahan masalah dalam buku atau sumber belajar yang dia
miliki.
Brian J. Foley, Cameron Mc Phee. 2008. “Sudents’ Attitudes Towards
Science in Classes Using Hands-On or Textbook Based Curriculum.”
Pengembangan dan penggunaan tangan atau praktek pada kurikulum sains
di sekolah dasar telah menjadi upaya reformasi utama dari dua dekade
terakhir. Tetapi penelitian pada hasil dari upaya ini telah ambigu. Sebuah
studi terbaru oleh Pine et al (2006) melaporkan hasil penilaian skala besar
pengetahuan ilmu pengetahuan dan keterampilan siswa yang belajar
31
dengan praktek pada ilmu pengetahuan dan siswa yang belajar dengan
buku teks. Hasil penelitian mereka menunjukkan skor umumnya rendah
pada kinerja penilaian untuk kedua jenis siswa dengan hanya keunggulan
kecil untuk praktek siswa (pada salah satu dari empat penilaian). Makalah
ini membahas beberapa data tambahan dari yang studi pada sikap siswa
terhadap ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan topik. Kami menemukan
bahwa praktek siswa pada kelas yang umumnya lebih menguntungkan
untuk ilmu pengetahuan dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang
sifat ilmu daripada siswa yang hanya secara teori. Perbedaan sikap tidak
berkorelasi signifikan dengan nilai tes yang dilakukan.
Mustafa Cakir. 2008. “Contructivist Approaches to Learning in
Science and Their Implications for Science Pedagogy: A Literature
Review.” Tulisan ini menarik perhatian literatur dibidang pembelajaran,
khususnya, konstruktivisme, perubahan konseptual dan perkembangan
kognitif. Ini menekankan kontribusi penelitian tersebut untuk pemahaman
kita tentang proses pembelajaran. Literatur ini memberikan panduan untuk
guru, disemua tingkatan, dalam usaha mereka untuk memiliki siswa
mereka mencapai belajar dengan pemahaman. Penelitian tentang sifat
konstruktif siswa proses belajar, tentang siswa model mental, dan siswa
kesalahpahaman memiliki implikasi penting bagi guru yang ingin model
penalaran ilmiah dalam mode yang efektif bagi siswa mereka. Tulisan ini
bertujuan untuk mengkomunikasikan penelitian ini kepada guru, penulis
buku, dan dosen yang terlibat dalam penyusunan guru sains. Tulisan ini
dibagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama konsentrat pada tinjauan
kritis dari tiga teori belajar yang paling berpengaruh dan konstruktivis
pandangan belajar dan membahas landasan yang di atasnya teori
konstruktivis pembelajaran telah berakar. Ini berusaha jawaban atas
pertanyaan "Apa yang beberapa prinsip-prinsip pemikiran konstruktivis
yang kita harus diingat ketika kita mempertimbangkan peran kita sebagai
guru sains?". Bagian kedua dari tulisan ini bergerak ke arah
menggambarkan sifat konsepsi siswa alternatif, cara mengubah struktur
kognitif, dan aspek kognitif belajar dan mengajar ilmu.
32
Matthew B. Etherington. 2011. “Investigative Primary Science: A
Problem Based Learning Approach.” Penelitian ini melaporkan
keberhasilan menggunakan Pendekatan pembelajaran berbasis masalah
(PBL) sebagai modus pedagogis pembelajaran terbuka ilmu penyelidikan
dalam empat tahun sarjana dasar tradisional Program pendidikan guru.
Pada tahun 2010, pendekatan pembelajaran berbasis masalah untuk
mengajar ilmu utama menggantikan konten tradisional didorong silabus.
Selama 13 minggu semester, kohort 150 guru SD preservice memulai
Desain dan Membuat proyek untuk memecahkan individual memilih
masalah dunia nyata. Selama satu minggu, pra-layanan guru menggunakan
modus berbasis masalah pembelajaran dalam hubungannya dengan
membuka penyelidikan ilmiah untuk menampilkan model kerja individu
(Prototipe) di museum ilmu umum ke sekolah-sekolah, tertarik pemangku
kepentingan dan masyarakat umum. Model pembelajaran PBL baik dan
cocok untuk direkomendasikan New South Wales Sains dan Teknologi K-
6 Silabus Desain dan Membuat proses pembelajaran. PBL Tentu saja
memiliki dampak positif pada motivasi guru sebelum layanan 'untuk
mengajarkan ide-ide ilmu dalam konteks dunia nyata. Artikel ini
melaporkan tentang program ilmu PBL dan menawarkan rekomendasi
untuk masa depan instruktur pendidikan ilmu sarjana yang dapat
mencakup PBL sebagai bagian dari kurikulum ilmu mereka.
Ali Gunay Balim. 2009. “The Effects of Discovery Learning on
Students’ Success and Inquiry Learning Skills”. Pernyataan Masalah: "Jika
bukan karena Tekanan" Dalam penelitian ini, unit dalam program Ilmu dan
Teknologi di kelas 7 Dasar adalah ditangani dalam dua cara yang berbeda.
Cara pertama adalah pembelajaran penemuan Metode bersama dengan
rencana dan kegiatan sehari-hari. Yang kedua adalah Metode pengajaran
tradisional. Penelitian ini terutama bertujuan menjawab Pertanyaan:
"Bagaimana mengajarkan ilmu melalui pembelajaran penemuan
Pendekatan mempengaruhi prestasi akademik siswa, persepsi penyelidikan
keterampilan belajar dan retensi pengetahuan?" Tujuan Studi:
33
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penemuan
Metode pembelajaran pada persepsi siswa tentang keterampilan belajar
penyelidikan, prestasi akademik, dan retensi pengetahuan. Penelitian ini
juga menyelidiki apakah ada perbedaan yang signifikan antara eksperimen
dan kelompok kontrol dalam belajar mata pelajaran unit "Jika itu Bukan
karena Tekanan?" Dari sudut kognitif dan afektif tingkat belajar. Temuan
dan Hasil: Sebuah desain penelitian kuasi- eksperimental dengan pre-test
dan kelompok kontrol pasca-uji yang digunakan dalam penelitian ini. Lima
puluh tujuh ketujuh grader berpartisipasi dalam penelitian ini selama
jangka waktu musim semi 2006-2007 tahun akademik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam mendukung
dari kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol mengenai rata-rata
prestasi akademik, puluhan retensi belajar, dan persepsi skor keterampilan
belajar penyelidikan, baik di tingkat kognitif dan afektif. Kesimpulan dan
Rekomendasi: Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan dalam mendukung kelompok eksperimen atas
kelompok kontrol dalam hal nilai prestasi akademik, persepsi Permintaan
skor belajar, dan retensi skor pembelajaran dikedua kognitif dan tingkat
afektif . Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa kelompok
eksperimen, yang mencetak gol yang tinggi dalam tes pasca- prestasi,
memiliki tinggi persepsi inkuiri skor keterampilan. Menggunakan
pembelajaran penemuan Metode, yang merupakan salah satu dari berbagai
metode pengajaran dimana siswa aktif dan dipandu oleh guru, dianggap
untuk meningkatkan keberhasilan dan belajar penyelidikan kemampuan
siswa lebih dari tradisional metode pengajaran.
Behrooz Sahebzadeh, Alireza Kikha. 2013. “Effect of Envirenmental
Factors for Teaching of Science on Academic Achievement and Interest of
Students and on Their Teachers’ Job Statisfaction.” Bahan-bahan alami
dan benda-benda dari lingkungan dan perangkat untuk menjelajahi mereka
adalah keharusan untuk belajar awal kegiatan di sekolah. Bahan baku yang
dibentuk oleh peran guru dalam bermain dan belajar oleh siswa. Penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan lingkungan
34
sebagai media pendidikan aktif untuk kursus ilmu sekolah dasar. Penelitian
ini telah menjadi penelitian kuasi-eksperimental. Enam kelas, ketiga kelas
dan enam kelas-kelas lain dari kelas lima adalah sampel penelitian.
Instrumen penelitian adalah suatu tes prestasi akademik, ukuran
kepentingan akademik dan persediaan kepuasan kerja. T-Test digunakan
untuk statistik analisis. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan fasilitas
yang ada di lingkungan untuk pengajaran konsep dalam ilmu buku teks
memiliki dampak yang signifikan dan positif terhadap prestasi akademik
siswa dan kepentingan akademis. Kepuasan kerja guru juga ditingkatkan
dalam dua kelas mata pelajaran.
Persamaan penelitian Ni Luh Rismayani, Mustafa Cakir adalah, sama-
sama ingin meningkatkan hasil belajar siswa,sedangkan perbedaannya
dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan model pembelajarannya
dan pada mata pelajaran yang berbeda, jika pada penelitian Ni Luh
Rismayani pada matapelajaran PKn, dalam penelitian ini pada mata
pelajaran IPA. Dan dalam penelitian ini juga lebih memfokuskan pada
setiap perencanaan, pelaksanaan serta hasil dan kendala yang dihadapi
dalam pelanksanaan discovery.
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan. Mata pelajaran IPA merupakan hasil
kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar. Hal ini diperoleh dari pengalaman
melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan
dan pengujian gagasan-gagasan.. Pada pelaksanaan tes pra penelitian di
kelas V, hasil yang diperoleh adalah dari 16 siswa 9 anak mendapat
nilai kurang dari 78 dan hanya 7 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari
78. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa,
pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya 41% siswa yang
tuntas.
35
Berdasarkan observasi diketahui bahwa faktor penyebab kurangnya
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA adalah metode pembelajaran
yang dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk
berfikir kreatif menguasai konsep berdasarkan penemuan-penemuan di
lapangan.Berdasarkan realita di atas, salah satu model pembelajaran IPA
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa adalah
model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) yang akan membuat
pembelajaran lebih bermakna karena akan mengubah kondisi belajar yang
pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang semula
teacher oriented ke student oriented.Dengan upaya-upaya dalam penerapan
model discovery diharapkan prestasi atau hasil belajar IPA di SDN 4
Ganungkidul Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk dapat meningkat.
Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut”
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Desain Penelitian
37
tetapi studi etnografi biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa,
kepercayaan, ritual dan cara- cara hidup (Sukmadinata, 2006: 62).
Penelitian ini hanya mengambil 4 sub fokus mengenai a) perencanaan
model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SDN 4 Ganungkidul
Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk, b) pelaksanaan model discovery
pada pembelajaran IPA kelas V di SDN 4 Ganungkidul Kecamatan
Nganjuk Kabupaten Nganjuk, c) Kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SDN 4
Ganungkidul Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk, d) hasil model
discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SDN 4 Ganungkidul
Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SDN 4 Ganungkidul Kecamatan
Nganjuk Kabupaten Nganjuk. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive
(sengaja), dengan pertimbangan dan alasan adanya keunikan yang dimiliki
di SDN 4 Ganungkidul Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk yang
telah melaksanakan berbagai model pembelajaran kecuali model discovery
khususnya pada mata pelajaran IPA.
C. Kehadiran Peneliti
Menurut Spradley (dalam Harsono, 2008: 158), kedudukan peneliti
adalah sebagai instrumen penelitian dan siswa. Kedudukan peneliti dalam
penelitian ini sebagai instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai alat
pengumpul data. Selain itu peneliti juga menjadi siswa yang mengikuti
proses pembelajaran. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen
mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan,
mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, dan
memanfaatkan kesempatan mencari respons yang tidak lazim atau
idiosinkratik (Moleong, 2006: 168-169).Kedudukan peneliti dalam
penelitian ini sebagai instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai alat
pengumpul data. Selain itu peneliti juga menjadi siswa yang mengikuti
38
proses pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Spradley (dalam Harsono,
2008: 158), kedudukan peneliti adalah sebagai instrumen penelitian dan
siswa.
D. Sumber Data
Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk memperoleh
sebuah data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data
berupa hasil observasi, hasil wawancara, dan dokumentasi. Menurut
Lofland dalam Moleong (2006:57) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain lain
1. Nara Sumber
Dalam penelitian kualitatif, informan tidak disebut sebagai subjek
penelitian, karena sumber data menyangkut orang mempunyai kedudukan
yang sama antara yang diteliti dan peneliti. Dalam penelitian ini
melibatkan orang yang berperan sebagai orang kunci (key person) atau
orang yang berkompeten. Dalam hal ini adalah kepala sekolah, guru,
peserta didik kelas V di SDN 4 Ganungkidul Kecamatan Nganjuk
Kabupaten Nganjuk.
2. Tempat dan aktitivitas
Tempat dijadikan sebagai sumber informasi karena dalam pengamatan
harus ada kesesuaian dengan konteks dan setiap situasi sosial selalu
melibatkan pelaku, tempat dan aktivitas. Tempat dimaksudkan untuk
memperkuat keterangan yang diberikan oleh informan. Tempat yang
menjadi lokasi observasi penelitian ini adalah SDN 4 Ganungkidul
Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk. Data atau informasi juga dapat
diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktifitas yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian. Data aktivitas siswa diperlukan
untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Sumber
data aktivitas ini adalah kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada
mata pelajaran IPA menggunakan model discovery.
39
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang (Sugiyono, 2006: 270). Studi dokumentasi dilaksanakan untuk
melengkapai data yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Data yang
diperoleh berupa tulisan, rekaman seperti buku-buku pedoman, laporan
resmi, catatan harian, notulen rapat. Analisis dokumen dilakukan untuk
mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang
berada di sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada
hubungannya dengan penelitian tersebut. Menurut Arikunto (2006: 132),
teknik dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya”.
40
Kabupaten Nganjuk.
2. Observasi
Menurut Sutopo (dalam Harsono, 2008: 164), observasi merupakan
kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, di mana peneliti
berperan aktif dalam lokasi studi sehingga benar-benar terlihat dalam
kegiatan yang ditelitinya. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Observasi dipakai untuk memahami
persoalan-persoalan yang ada di sekitar pelaku dan nara sumber (Harsono,
2008: 165)
Teknik observasi ini dilakukan untuk mendapat data tentang langkah-
langkah yang dilakukan guru. Observasi dilakukan dengan terjun langsung
ke lapangan secara aktif untuk memperoleh gambaran dan keterangan riil
mengenai sikap dan perilaku informan. Keterangan dan informasi yang
diperoleh kemudian dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan. Untuk
memperoleh data, peneliti berlaku sebagai pengamat sekaligus menjadi
anggota utuh dari kelompok yang diamati, sehingga kesan subjektif dapat
diredam.
3. Content Analysis
Content analysis merupakan metode pengumpulan data penelitian
melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu
dokumen (antara lain berupa: laporan, notulen rapat, surat, jurnal majalah
atau surat kabar). Tujuan content analysis adalah untuk melakukan
identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat
pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang obyektif dan
sistematik.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang (Sugiyono, 2006: 270).Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sidah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2006: 270). Data yang
41
diperoleh dari dokumentasi berupa kutipan, segala macam naskah, catatan
program, korespondensi, laporan dan publikasi resmi sekolah. Metode
dokumentasi merupakan alat pengumpulan data berupa dokumen-dokumen
tertulis seperti Laporan Rencana Pembelajaran, Kurikulum, peraturan-
peraturan, notulen rapat dan profil sekolah.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi dengan metode terdapat dua strategi yaitu:
a) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penel itian berupa
42
teknik pengumpulan data;
b) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama.
3. Triangulasi Peneliti
Moleong (2006:331) mengemukakan bahwa: “teknik triangulasi
ketiga yaitu dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lain untuk
keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data”.
4. Triangulasi Teori
Moleong (2006:332) mengemukakan bahwa: Triangulasi dengan teori
dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lainnya untuk
mengorganisasikan data yang mungkin mengarahkan pada upaya
penemuan penelitian lainnya
43
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–
catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman
catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara
sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta
mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data
diperlukan kembali. Berikut ini adalah contoh reduksi data:
Reduksi data dilakukan dengan pertimbangan bahwa
data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu perlu dipilih dan dipilah sesuai dengan kebutuhan
dalam pemecahan masalah penelitian. Dalam mereduksi data
setiap peneliti dipandu oleh pertanyaan penelitian yang harus
dijawab berdasarkan data. Jawaban pertanyaan tersebut
merupakan wujud nyata temuan penelitian. Ketika peneliti
menemukan sesuatu (data) yang belum jelas dan belum
memiliki pola perlu segera dilakukan pencermatan melalui
proses reduksi untuk memahami makna yang terkandung
dalam data tersebut.
2. Display data
Display data berguna untuk melihat gambaran
keseluruhan hasil penelitian, baik yang berbentuk matrik atau
pengkodean, dari hasil reduksi data dan display data itulah
selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data
memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan
dan tidak lagi berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka
verifikasi dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejalan
dengan memberchek, trianggulasi dan audit trail, sehingga
menjamin signifikansi hasil penelitian.
44
Analisis data ini dilakukan dengan model interaktif.
Proses analisis interaktif dimulai pada waktu pengumpulan
data peneliti selalu membuat reduksi data dan kajian data.
Artinya data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari
bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang
dikumpulkan dan dari situ peneliti membuat ringkasan tentang
pengertian yang ada yang disebut reduksi data. Setelah selesai,
peneliti mulai melakukan usaha menarik kesimpulan dengan
verifikasi yang berdasarkan pada reduksi data dan sajian data.
Bila data yang ada dalam reduksi data dan sajian data
kurang lengkap, maka wajib melakukan pengumpulan data
kembali yang mendukung. Dengan analisis interaktif akan
diperoleh gambaran yang jelas mengenai gambaran rencana
anggaran dan pembelanjaan biaya pendidikan.
Pengumpulan
Data
Penyajian Reduksi
Data Data
Penarikan
Kesimpulan
Gambar 2.
Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006 : 231)
45
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
analisis etnografi. Etnografi menurut Sutopo dalam (Mantja
2007: 6) adalah deskripsi analitik atau rekonstruksi pemain
dengan budaya (cultural scene) dan kelompok secara utuh.
Tujuan utama etnografi adalah untuk memahami pandangan
atau cara hidup seseorang atau sekelompok orang dalam
keadaan sesungguhnya. (Mantja, 2007: 6)
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
47
2. Deskripsi Kondisi Awal
a. Kondisi Awal Siswa
48
siswa atau 58,52% dari 16 siswa kurang aktivitasnya dalam kegiatan
pembelajaran.
49
besar siswa mendapatkan nilai rendah. Dengan demikian pemahaman
konsep kenampakan alam yang dikuasai siswa kelas V SDN 4
Ganungkidul perlu ditingkatkan.
Hasil tes belajar siswa kelas V SDN 4 Ganungkidul Nganjuk
khususnya pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terdapat 5 siswa yang
memperoleh hasil belajar yang baik atau hanya 35,29% dari 16 peserta
didik sedangkan untuk kategoi rendah menempati urutan paling banyak
yaitu sebanyak 10 siswa atau 58,82% sedangkan sisanya atau sebanyak 1
siswa atau 5,88% memperoleh nilai atau hasil belajar cukup.
Dari hasil sebelum tindakan seperti pada tabel di atas dapat kita
simpulkan bahwa pemahaman konsep kenampakan alam dalam pelajaran
IPA pada siswa kelas V SDN 4 Ganungkidul Nganjuk tahun pelajaran
2020/2021 masih rendah. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki
skor jawaban kurang dari yang diharapkan memberikan indikasi bahwa
siswa masih belum paham pada beberapa indikator.
Untuk mengupayakan penyelesaian dari permasalahan-
permaslahan tersebut, maka peneliti berusaha untuk dapat meningkatkan
pemahaman konsep ekosistem pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam,
yaitu dengan cara menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.
3. Deskripsi Tindakan
Pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
pembahasan tindakan siklus I dan diskripsi tindakan pada siklus II.
1. Deskripsi Tindakan Siklus I
Pembahasan data tindakan siklus I terdiri dari paparan data
perencanaan, data tindakan, data observasi dan data refleksi, dimana dalam
siklus I ini dirancang untuk 1 (satu) kali tatap muka atau dua kali
pertemuan (3 x 35 menit ) jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran
siklus I sebanyak 16 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 7 siswa
perempuan.
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan diskripsi data awal sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan dalam pembalajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya
50
tentang rendahnya pemahaman materi ekosistem siswa maka peneliti
membuat perencanaan dengan berpedoman pada Standar Kompetensi mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, tahap perencanaan dilaksanakan
sebagai titik tolak pembelajaran untuk mengondisikan dan membuat
komitmen atas peraturan dan konsekuensi yang akan dilaksanakan pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang ekosistem. Persiapan untuk
Siklus pertama yaitu sebagai berikut : Perencanaan persiapan, membuat
pedoman observasi, selain itu membuat kisi-kisi atau pedoman untuk
lembar pengamatan aktivitas dan lembar observasi kinerja guru.
Kemudian memilih indikator yang sesuai dengan Lingkungan Alam dan
Buatan (pada pertemuan ke-1 siklus I).
Kedua menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sesuai dengan indikator dengan model pembelajaran Discovery.
Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyusun soal-soal evaluasi
individu (dapat dilihat pada lampiran 4 RPP), mempersiapkan instrumen-
instrumen untuk mengetahui tindakan, menyiapkan media gambar ,
membuat lembar skor perkembangan kelompok dan individu. Setiap kali
akan mengadakan pembelajaran guru sekalilgus sebagai peneliti menata,
mempersiapkan dan mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga siswa
nantinya akan tenang untuk belajar Imu Pengetahuan Alam.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan
Dalam tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan dan sesuai dengan RPP yang dibuat dapat dilihat
pada lampiran 5. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu
pada penerapan model pembelajaran discovery selama 3 x 35 menit.
Pertemuan pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Jumat, 16 Oktober
2020, selama 3 jam pelajaran yaitu pukul 08.00-10.30 WIB .Pada
pertemuan ini terdiri beberapa indikator yaitu : Mengidentifikasi hewan
berdasarkan jenis makanannya,menganalisis hubungan antar ekosistem
dan jarring – jarring makanan di lingkungan sekitar.
51
Adapun langkah-langkah siklus I sebagai berikut:
Pada awal pembelajaran guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan
mengajak siswa melakukan tepuk “Semangat” kemudian dilanjutkan
dengan tanya jawab berupa pertanyaan-pertanyaan tentang cara merawat
lingkungan alam dan buatan. Kegiatan pembelajaran selanjutnya:
1) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5
orang.
2) Setiap anggota kelompok berhitung dari 1-5 untuk menentukan nomor
kepala.
3) Setiap kelompok mendapat LKS yang dibagikan oleh guru.
4) Siswa dalam kelompok mendiskusikan LKS tentang hewan
beedasarkan jenis makanan secara benar. Tiap kelompok diberikan
waktu 30 menit untuk memahami dan mendiskusikan atau
menyamakan pendapat mereka, serta dapat menyampaikan informasi
tentang hasil diskusi yang telah didiskusikan.
5) Guru berkeliling sambil memberikan bimbingan kepada individu
maupun kelompok.
6) Setelah kelompok selesai berdiskusi setiap kelompok mengerjakan
lembar kerja kelompok.
7) Setiap kelompok melaporkan hasil dan kelompok lain memberi
tanggapan sehingga terjadi diskusi kelas.
8) Guru menunjuk salah satu nomor kepala untuk menjawab pertanyaan
guru yang telah diberikan sebelumnya untuk kemudia nomor yang
telah ditunjuk tersebut berdiri dan menjawab pertanyaan untuk seluruh
siswa. Tidak lupa guru memberikan hadiah berupa penguatan kepada
siswa yang telah menjawab. ( dilakukan dalam waktu 20 menit).
9) Guru menjembatani adanya pelaksanaan pembelajaran discovery,
dengan mengulas materi yang telah dipelajari bersama. Siswa dengan
arahan guru menyimpulkan jawaban dan materi yang telah dipaparkan
atau dipelajari.(10 menit).
10) Siswa Mengerjakan evaluasi yang telah disiapkan untuk mengetahui
pemahaman materi yang telah disampaikan atau didiskusikan
52
sebelumnya. Setelah selesai jawaban dikumpulkan. Untuk menambah
pemahaman siswa pada materi pembelajaran, guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
11) Kemudian dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa
kurang aktif atau belum berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Di akhir pembelajaran Guru membuat skor perkembangan siswa baik
secara individu maupun kelompok (dapat dilihat pada lampiran 6).
Sebelum pembelajaran ditutup guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan materi yang belum dipahami dan memotivasi siswa
agar semangat belajar.
Seperti halnya pada pelaksanaan tindakan pembelajaran selama
proses pembelajaran peneliti telah memberi kesempatan agar siswa aktif
dalam pembelajaran sehingga pemahaman konsep kenampakan alam siswa
meningkat. Terlihat siswa lebih antusias dari sebelumnya dan lebih aktif
berada dalam tugas, mengambil giliran dan berbagi tugas, memotivasi
teman sekelompok dan menyamakan pendapat dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa juga lebih aktif dan
komunikatif dengan teman sekelompoknya serta bersemangat dan saling
berlomba dengan kelompok lain untuk mengerjakan soal-soal Lembar
Kerja Kelompok serta mendiskusikannya.. Nilai hasil pembelajaran pun
lebih meningkat dibandingkan dengan nilai atau hasil tes sebelumnya.
c. Hasil Pengamatan Akhir Siklus I
Pada tahap ini peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
proses pembelajaran Discovery untuk meningkatkan pemahanan konsep
ekosistem dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas V.
Selama pelaksanaan tindakan pada siklus I, pengamatan pada siswa
dilakukan oleh peneliti serta guru mitra yang lain dengan menggunakan
format pengamatan/lembar observasi siswa yang sebelumnya telah
dipersiapkan peneliti yang bertujuan bukan hanya untuk mengetahui
sejauh mana “ Model Pembelajaran Dicovery Learning” dapat
meningkatkan pemahaman konsep ekosistem dan ketertarikan siswa
53
terhadap pelajaran IPA serta nilai atau hasil belajar IPA siswa, akan tetapi
disini aktifitas guru dalam melaksanakan KBM juga diamati.
1) Hasil Observasi bagi Guru
Untuk lebih lengkapnya, lembar observasi guru pada saat
pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat pada lampiran 7 dari lampiran
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Guru telah mempersiapkan ruangan, sumber belajar serta media
pembelajaran dengan baik.
b) Melaksanakan tugas harian belum secara optimal.
c) Guru telah melaksanakan apersepsi dan menyampaikan materi dan
tujuan pembelajaran dengan baik.
d) Guru mengunakan teknik mengajar yang baru cukup baik, yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran Discovery.
e) Guru belum optimal dalam memberi bimbingan kelompok kecil
f) Guru telah optimal dalam menggunakan media pelajaran.
g) Guru belum optimal dalam melaksanakan pembelajaran dengan urutan
yang logis.
h) Guru kurang jelas dalam memberikan petunjuk dan penjelasan yang
terkait dengan langkah kerja dalam kelompok sehingga siswa masih
banyak yang kurang paham.
i) Guru kurang optimal dalam merespon pertanyaan dan pendapat siswa
sebab . kurang memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
j) Guru belum optimal dalam menggunakan ekspresi lisan, isyarat dan
gerak badan untuk mengatasi siswa yang ramai.
k) Guru belum optimal dalam memicu dal memelihara ketertiban kelas.
l) Guru belum optimal dalam memantapkan penguasaan materi.
m) Guru sudah baik dalam menunjukkan sikap ramah, hangat, luwes,
terbuka, penuh pengertian, dan sabar kepada siswa selama proses
pembelajaran.
n) Guru kurang optimal dalam mengembangkan hubungan pribadi yang
sehat dan serasi.
54
o) Guru cukup baik dalam membantu siswa menyadari kelebihan dan
kekurangan.
p) Guru cukup baik dalam membantu siswa menumbuhkan kepercayaan
diri.
q) Guru telah melaksanakan penilaian proses dan hasil dengan cukup
baik.
Dari hasil observasi terhadap guru diperoleh rata-rata observasi untuk
siklus I sebesar 3,21 dengan skor perolehan sebesar 80,25%. Dan ini
berarti masuk dalam kategori baik.
2) Hasil observasi bagi aktivitas siswa
Dari data observasi pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 7.
Diperoleh data hasil observasi siswa sebagai berikut:
a) Keantusiasan dalam pembelajaran baik.
b) Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran mulai fokus.
c) Sebagian siswa telah tumbuh keinginan bekerjasama dengan teman
sekelompoknya untuk memahami konsep kenampakan alam, siswa
sudah mulai berbagi dalam tugas dan meyamakan pendapat dalam
mengerjakan lembar kerja kelompok yang diberikan oleh guru.
d) Kemampuan untuk menyampaikan pendapat masih kurang optimal.
e) Siswa cukup bersungguh-sungguh mengerjakan tugas individu
maupun tugas kelompok.
d. Analisis dan Refleksi
Dari hasil Penelitian pada siklus I, maka peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa masih ada 2 siswa yang memiliki aktivitas kategori
sangat rendah dan kategori aktivitas rendah 2 siswa, kategori aktivitas
cukup 3 siswa, kategori aktivitas tinggi 5 siswa dan kategori aktivitas
siswa sangat tinggi 4. Sedangkan untuk hasil belajar ada 6 siswa yang
belum mencapai KKM. Dengan demikian dapat direnungkan bahwa
penelitian pada siklus I belum menunjukkan keberhasilan suatu proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep kenampakan
alam siswa yang signifikan sehingga peneliti merencanakan lagi untuk
siklus berikutnya. Beberapa hal yang perlu direfleksikan kedalam tindakan
55
kelas selanjutnya agar pemahaman konsep ekosistem dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam dengan model Discovery tersebut lebih
meningkat. Beberapa hal tersebut antara lain sebagai berikut:
(1) Guru harus memberikan penguatan-penguatan yang lebih menarik,
bila perlu diberi piagam penghargaan kelompok, menyediakan media
yang lebih menarik juga selain gambar yang membuat siswa lebih
senang dan semangat.
(2) Guru harus mampu menciptakan pengalaman yang baru akan tetapi
yang dapat dimengerti semua siswa.
(3) Guru harus memberikan petunjuk yang jelas serta bimbingan pada tiap
kelompok maupun individu agar siswa tidak ramai saat diskusi
kelompok berlangsung.
(4) Guru harus lebih menunjukkan antusias yang lebih besar dan
semangat dalam mengajar agar siswa lebih aktif dan semangat dalam
kegiatan pembelajaran khususnya pelajaran IPA.
(5) Guru harus pandai-pandai menciptakan suasana belajar yang lebih
menyenangkan dan dapat menambah semangat siswa dan mampu
mengaktifkan dan membangkitkan motivasi siswa.
(6) Guru harus membuat nomor pada kertas yang dapat digunakan untuk
nomor dada setiap siswa agar siswa tidak kebingungan ketika guru
menunjuk atau memanggil nomor dada yang akan diberi pertanyaan
sehingga tercipta proses pembelajaran yang lebih efektif.
Dari hasil evaluasi dan refleksi dari siklus I, disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran Discovery belum menunjukkan
peningkatan pemahaman konsep ekosistem yang tinggi dalam pelajaran
IPA pada kelas V SDN 4 Ganungkidul, maka sangat perlu dilanjutkan
pada siklus II.
Nilai rekapitulasi aktivitas siswa dan rekapitulasi hasil belajar Siklus
I dapat dilihat pada lampiran 3 .Adapun hasilnya terlihat pada tabel 4.4 dan
5 yaitu dalam bentuk daftar distribusi hasil observasi aktivitas siswa dan
hasil belajar siswa.
56
4. Deskripsi Tindakan Siklus II
Berdasarkan refleksi tindakan kelas siklus I, maka pada siklus II akan
diadakan 1 kali pertemuan lagi dengan alokasi waktu 3 x 35 menit agar
hasil yang diperoleh lebih optimal, maka pada siklus II ini untuk lebih
memantapkan hasil peningkatan pemahaman konsep ekosistem dan hasil
belajar siswa.membuat bagan tentang penggolongan hewan berdasarkan
jenis makanannya,membuat karya tentang konsep jaring – jaring makanan
dalam suatu ekosistem. Siklus II dilaksanakan hari jumat tanggal 23
Oktober 2020. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran siklus II
sebanyak 16 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 7 siswa
perempuan.
a. Tahap Perencanaan
Dengan berpedoman pada Standar Kompetensi mata pelajaran IPS
peneliti mengadakan persiapan untuk siklus II yaitu sebagai berikut : untuk
siklus II peneliti memilih Kompetensi Dasar pada siklus ini adalah karya
tentang konsep jaring – jaring makanan dalam suatu ekosistem.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP (lampiran 8)
sesuai dengan indikator dan model pembelajaran Discovery. Menyiapkan
piagam penghargaan kelompok, media pembelajaran, peralatan-peralatan
yang berkaitan dengan materi supaya siswa senang dan termotivasi untuk
meningkatkan pemahaman konsep ekosistem. Setiap kali akan
mengadakan pembelajaran guru sekaligus sebagai peneliti harus selalu siap
dan mengatur siswa sebaik mungkin sehingga siswa akan tertib dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
b. Pelaksanaan Tindakan siklus II
Pada pembelajaran siklus II pertemuan ke-1 ini Kompetensi Dasarnya
1.3 Membuat konsep jaring – jaring makanan dalam suatu ekosistem.
Dengan indikator mengidentifikasi jaring jaring makanan dalam
ekosistem. Dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 Oktober 2020 pada
pukul 08.10-10.30 (jam pertama).
Pada pelaksanaan tindakan ini Standar Kompetensinya masih sama
seperti pertemuan sebelumnya yaitu. Mengidentifikasi hewan berdasarkan
57
jenis makanannya,menganalisis hubungan antar ekosistem dan jarring –
jarring makanan di lingkungan sekitar.
Indikatornya adalah menjelaskan hewan berdasaskan jenis makanan
dan menjelaskan hubungan antar ekosistem dan jaring jaring makanan
diligkungan sekitar.
Sebelum pelajaran dimulai, guru memberi pengarahan kepada siswa
serta menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pengamatan di
lingkungan sekolah, siswa menyiapkan buku dan alat tulis untuk
melengkapi denah sekolah. Selain itu guru juga menyiapkan piagam
penghargaan yang nantinya akan diberikan pada siswa dan kelompok
super (super team), kelompok hebat (greatest team) dan kelompok baik
(good team). Kegiatan pembelajaran selanjutnya:
1) Guru menumbuhkan minat belajar anak dengan mengajak siswa
bernyanyi lagu “ Naik kereta api”.
2) Guru memulai kegiatan inti dengan menjalaskan tentang tugas yang
diberikan kepada tiap kelompok yaitu tiap kelompok diberi tugas
untuk membuat jaring jaring makanan dilingkungan sekolah.
3) Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing untuk
menyatukan pendapat dengan waktu yang telah ditentukan.(15 menit)
4) Guru berkeliling untuk membimbing kelompok dalam menyelesaikan
tugas kelompok.
5) kemudian guru mulai menunjuk nomor kepala yang diinginkan untuk
kemudian menjawab pertanyaan dan melengkapi denah sekolah yang
ada di papan tulis kemudian seluruh siswa meneliti jawaban yang
disampaikan dengan hasil kerja kelompok.
6) Sebelum pembelajaran selesai guru memberikan evaluasi dan
dikerjakan siswa secara individu.
7) Setelah itu guru mengumumkan nilai perkembangan kelompok dan
menunjuk kelompok yang terbaik untuk kemudian diberi piagam
penghargaan.
8) Guru memberi pujian kepada seluruh siswa atas kerja keras yang telah
dilakukan.
58
9) Pada akhir kegiatan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum dipahami kemudian pelajaran ditutup
oleh guru.
c. Hasil Pengamatan Akhir Siklus II
Selama pelaksanaan pada siklus II, dilakukan pengamatan terhadap
guru dan siswa yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra dengan
menggunakan format pengamatan atau lembar observasi yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran Discovery leaning dapat
memberikan dan meningkatkan pemahaman konsep ekosistem dalam
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas V SDN 4
Ganungkidul, dan selain itu untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa
selama pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang ada pada guru dan siswa.
1) Hasil Observasi bagi guru pada saat pelaksanaan tindakan siklus II dapat
dilihat pada lampiran 4. Hasilnya dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Guru telah mempersiapkan siswa dan ruangan untuk belajar dengan
sangat baik.
b) Penampilan dan cara penyampaian materi kepada siswa sudah baik.
c) Guru melaksanakan tugas harian dengan baik.
d) Guru telah menerapkan model pembelajaran Discovery dengan baik.
e) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan urutan kegiatan
pembelajaran Discovery.
f) Guru telah membimbing siswa baik dalam kelompok ataupun individu
dengan baik.
g) Guru telah baik dalam mengelola waktu pembelajaran. Guru sudah
baik dalam mengarahkan siswa dalam menemukan konsep materi,
serta telah memberi pujian dan hadiah bagi siswa yang berhasil dalam
pembelajaran.
h) Guru telah memberi respon yang baik ketika siswa bertanya.
i) Guru sudah baik dalam memicu dan memelihara ketertiban siswa
j) Guru menggunakan ekspresi isyarat dan gerak badan dalam
menangani siswa yang ramai
59
k) Guru sudah optimal dalam memantapkan penguasaan materi
l) Guru sangat ramah, hangat , luwes, terbuja, penuh pengertian dan
sabar dalam membimbing dan menjadi fasilitator bagi siswa
m) Guru menunjukkan kegairahan belajar
n) Guru sudah optimal dalam mengembangkan hubungan antar pribadi
yang sehat dan serasi
o) Guru sudah optimal membantu siswa menyadari kelebihan dan
kekurangan
p) Guru sudah optimal menumbuhkan kepercayaan diri dan memberi
kesempatan bertanya kepada siswa, serta sudah baik dalam memberi
bimbingan baik individu maupun kelompok dengan memberikan
penghargaan (reward).
q) Guru sudah baik memberikan tugas yang cukup menantang serta
melakukan penilaian proses dan hasil
Dari hasil observasi terhadap guru pada siklus II diperoleh rata-rata
observasi sebesar 3,70 atau dengan skor perolehan sebesar 92,50%. Yang
berarti masuk dalam kriteria sangat baik.
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Dari data observasi pada siklus akhir siklus II dapat dilihat pada
lampiran 4. Diperoleh data aktivitas siswa sebagai berikut:
a) Keantusiasan dalam pembelajaran baik.
b) Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran fokus.
c) Sebagian besar siswa telah sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman sekelompoknya untuk memahami materi ajar yang diberikan
loeh guru, siswa sudah mampu berbagi dalam tugas dan meyamakan
pendapat dalam mengerjakan lembar kerja kelompok yang diberikan
oleh guru.
d) Kemampuan sebagian besar siswa untuk menyampaikan pendapat
baik.
e) Siswa telah mampu bersungguh-sungguh mengerjakan tugas individu
maupun tugas kelompok.
60
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan rumusan tujuan penelitian,
yaitu untuk meningkatkan pemahaman konsep ekosistem dalam pelajaran
IPA pada siswa kelas V dan untuk mengetahui proses dan hasil
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery maka
dengan pelaksanaan tindakan diharapkan dapat membawa perubahan pada
proses pembelajaran IPA di kelas V SDN 4 Ganungkidul Kecamatan
Nganjuk Kabupaten Nganjuk untuk kegiatan belajar mengajar atau KBM
selanjutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasiaktivitas siswa dan
guru serta hasil tes siswa dapat dilihat adanya peningkatan aktifitas siswa
dalam pembelajaran dan peningkatan nilai IPA di kelas V SDN 4
Ganungkidul, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk tahun pelajaran
2020/2021.
Peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan
observasi diantaranya: (1) siswa lebih aktif dalam
mendengarkan/menyimak penjelasan guru; (2) siswa cukup aktif dalam
mengajukan pertanyaan kepada guru; (3) siswa lebih aktif menjawab
pertanyaan dan mengerjakan LKS dari guru; (4) Siswa lebih aktif dan
bersemangat dalam pembelajaran; (5) siswa lebih bisa menyampaikan
kembali informasi yang diretiam dari guru dengan kalimat yang berbeda;
(6) keinginan siswa untuk berhasil meningkat; (7) siswa lebih kreatif dan
inisiatif dalam pembelajaran; (8) siswa lebih aktif memeriksa ketepatan
jawaban, memastikan bahwa jawaban yang disepakati anggota
kelompoknya benar; (9) keberanian dan kepercayaan diri siswa dalam
pembelajaran meningkat. Adapun deskripsi data sebagai berikut:
1. Data Nilai siswa Kelas V SDN 4 Ganungkidul Nganjuk sebelum
Tindakan berdasarkan Observasi , Studi Dokumen dan Nilai Tes
Dari hasil analisis dan hasil observasi, studi dokumen dan hasil
evaluasi dari sebelum tindakan diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa
kategori rendah sebanyak 7 siswa atau 58,82% dan untuk hasil belajar ada
9 siswa atau 59% yang mendapatkan nilai dibawah KKM dari 16 peserta
61
didik. Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, untuk
meningkatkan pemahaman konsep ekosistem dalam pelajaran IPA pada
siswa kelas V SDN 4 Ganungkidul tahun pelajaran 2020/2021 perlu
dilakukan tindakan lebih lanjut.
2. Data Nilai siswa Kelas V SDN 4 Ganungkidul Nganjuk Siklus I
berdasarkan Observasi dan Nilai Tes
Pada siklus I setelah diadakan tindakan dengan menggunakan model
pembelajaran discovery diperoleh hasil analisa dapat disimpulkan bahwa
Siswa yang memiliki aktivitas kategori sangat rendah sebanyak 2 siswa
atau 11,76%, untuk aktivitas kategori rendah sebanyak 2 siswa atau
11,76%, dan aktivitas kategori cukup sebanyak 3 siswa atau 23,52% ,
aktivitas kategori tinggi sebanyak 5 siswa atau 29,41%, sedangkan
kategori sangat tinggi sebanyak 4 siswa atau 23,52% dari 16 peserta didik.
Dari data observasi aktivitas siswa tersebut, aktivias siswa setelah
dilaksanakan siklus 1 rata-rata aktivitas siswa adalah 69,91. Setelah
dilakukan siklus 1 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa mengalami
peningkatan sebesar 11,92% yaitu dari rata-rata aktivitas siswa 60,08
meningkat menjadi 69,91. Namun kenaikan tersebut belum signifikan atau
belum menunjukkan aktivitas siswa yang tinggi. Sedangkan untuk tes
belajar siswa kategori sedang sebanyak 3 siswa atau 17,64%, kategori baik
atau tinggi sebanyak 5 siswa atau 47,06%, untuk kategori nilai sangat
rendah mengalami penurunan menjadi 3 siswa dari sebelumnya 4 siswa,
kategori nilai rendah juga mengalami penurunan dari 6 siswa menjadi 3
siswa. Sedangkan untuk kategori sangat baik atau sangat tinggi mengalami
peningkatan menjadi 3 siswa yang sebelumnya hanya 1 siswa.
3. Data Nilai siswa Kelas V SDN 4 Ganungkidul Nganjuk Siklus II
berdasarkan Observasi dan Nilai Tes
Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk
menetapkan dan mencapai tujuan penelitian. Dari data observasi dan hasil
tes dalam siklus II selama 2 kali pertemuan diperoleh data sebagai berikut:
bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus
II,diperoleh rata-rata aktivitas siswa sebanyak 83,33. Kemudian untuk nilai
62
belajar IPA kategori sangat rendah sebanyak 2 siswa atau 11,76%, nilai
belajar kategori rendah 3 siswa atau 23,52%, kategori sedang sebanyak 7
siswa atau 41,17%, untuk nilai belajar kategori baik sebanyak 2 siswa atau
11,76%, sedangkan untuk kategori nilai sangat baik mengalami
peningkatan menjadi 2 siswa atau 11,76%. Ini berarti untuk hasil atau nilai
belajar IPA kelas V SDN 4 Ganungkidul juga mengalami peningkatan.
Dilihat dari rata-rata observasi aktivitas siswa serta didukung dengan
nilai hasil belajar siswa kelas V SDN 4 Ganungkidul Nganjuk selama
pelaksanaan tindakan kelas dari pra tindakan, siklus I maupun siklus II
terjadi peningkatan aktivitas siswa yang signifikan. Peningkatan tersebut
bisa dijabarkan sebagai berikut : (1) untuk rata-rata aktivitas siswa juga
mengalami peningkatan, rata-rata aktivitas siswa pra tindakan adalah
sebesar 60,08 pada siklus I rata-rata aktivitas siswa menjadi meningkat
69,91 atau sekitar 70, pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi
83,33 dari 17 peserta didik. (2) Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar
IPS siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan, adapun rata-rata
peningkatan nilai belajar IPA siswa sebagai berikut: rata-rata nilai IPA
siswa sebelum tindakan sebesar 59 menjadi 69,23 pada siklus I meningkat
sebesar 9,53, kemudian meningkat lagi menjadi 78,29 pada siklus II atau
mengalami peningkatan sebesar 17,14%. Dari uraian tersebut dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan yang signifikan aktivitas siswa serta
nilai belajar IPA siswa selama tahap pra tindakan menuju siklus I dan
siklus II. Dan peningkatan tersebut tergolong dalam kategori yang tinggi.
Dari hasil penelitian, siswa yang memiliki aktivitas tinggi aktif dalam
kegiatan pembelajaran terutama pada saat kelompok, selain itu nilai
evaluasinya juga tinggi, akan tetapi beberapa siswa yang hasil observasi
aktivitas tinggi tetapi hasil belajarnya masih sedang, hal ini karena daya
tangkap siswa tersebut memang rendah.
Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan dapat
ditarik kesimpulan bahwa adanya keterkaitan antara keaktifan siswa
dengan pemahaman konsep siswa, dengan penggunaan model
pembelajaran Discovery learning siswa menjadi lebih antusias, lebih aktif,
63
percaya diri meningkat dan lebih tertarik dengan pembelajaran yang
dilakukan guru sehingga siswa yang semula tidak aktif dapat meningkat
keaktifan dan pemahamannya terhadap konsep kenampakan alam, karena
disini siswa yang aktif baik dalam kelompok maupun individu. Siswa juga
merasa senang dengan pembelajaran yang dilakukan selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Dan hal ini berpengaruh pada nilai belajar
siswa pula karena dengan aktivitas siswa yang tinggi dalam pembelajaran
setiap siswa dalam kelompok saling membantu dalam memahami dan
penguasaan materi sehingga pemahaman konsep ekosistem setiap siswa
juga lebih baik dan dapat meningkat.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
dua siklus dengan menggunakan model pembelajaran Discovery learning
sebagai upaya peningkatan pemahaman konsep ekosistem dalam pelajaran
IPA pada siswa kelas V SDN 4 Ganungkidul, Kecamatan Nganjuk,
Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2020/2021, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan model
Discovery learning yang dilaksanakan dapat meningkatkan pemahaman
konsep ekosistem dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa
kelas V SDN 4 Ganungkidul Kabupaten Nganjuk tahun pelajaran
2020/2021 dilihat dari rata-rata aktivitas siswa terjadi peningkatan yaitu
(1) Hasil rata-rata aktivitas sisea pada pra tindakan 60,08 terjadi
peningkatan pada siklus I sebesar 69,91, karena belum sesuai dengan
indikator kinerja yang telah ditetapkan maka dilakukan tindakan pada
siklus II. Untuk siklus II terjadi peningkatan rata-rata aktivitas siswa yang
signifikan dari 69,91 menjadi 83,33. Maka penelitian pada siklus II ini
telah mencapai target capaian.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa penggunaan model
discovery learning dapat meningkatkan pemahaman konsep ekosistem
siswa. Sehubungan dengan penelitian ini maka dikemukakan implikasi
hasil penelitian sebagai berikut :
1. Penggunaan model pembelajaran discovery dalam pembelajaran dapat
meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep ekosistem serta siswa
telah mampu membuat kesimpulan pembelajaran.
2. Penggunaan model discovery learning dalam pembelajaran
menyebabkan proses pembelajaran menjadi menyenangkan yang berakibat
antusiasme siswa menjadi meningkat.
65
3. Penggunaan model discovery learning memudahkan siswa dalam
memahami konsep, materi dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
4. Pentingnya guru dalam menggunakan model pembelajaran dalam
upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep ekosistem dalam pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam .
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan
pemahaman konsep ekosistem dalam pelajaran IPA melalui model
pembelajaran discovery pada siswa kelas V SDN 4 Ganungkidul
Kabupaten Nganjuk tahun pelajaran 2020/2021, maka dapat disampaikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya dalam hal ini kepala sekolah senantiasa menyarankan
kepada guru untuk menggunakan berbagai macam model pembelajaran
yang tepat sesuai materi yang diajarkan. Sehingga dapat menunjang
penanaman konsep-konsep dari abstrak menjadi nyata. Hal ini untuk
memudahkan pemahaman siswa dan peningkatan aktivitas belajar siswa
dalam proses pembelajaran IPA.
2. Bagi Guru
Dalam melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam guru tidak
hanya menggunakan model pembelajaran yang monoton tetapi dapat
menggunakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, selain
itu disarankan juga untuk meningkatkan proses pembelajaran menjadi
aktif, efektif diharapkan menggunakan model pembelajaran discovery
learning untuk meningkatkan pemahaman siswa dan aktivitas belajar siswa
dalam proses pembelajaran IPA.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam menyampaikan materi yang
telah dipelajari pada teman kelompoknya secara bergantian, serta
menyampaikan ide atau pikiran pada saat proses pembelajaran, selain itu
siswa hendaknya memanfaatkan media pembelajaran yang telah disiapkan,
aktif mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok yang diberikan
66
guru, lebih meningkatkan pemahaman konsep ekosistem dengan siswa
yang lain. Dalam belajar, janganlah hanya menghafalkan tetapi cobalah
untuk memahami maksudnya serta cara pengerjaan suatu hal. Siswa dapat
mengaplikasikan hasil belajar dan pemahaman konsep ekosistemnya ke
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh
hasil belajar yang optimal.
67
DAFTAR PUSTAKA
Buku Referensi
Amin, M., (1987), Mengajar Ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan menggunakan
metode discovery dan inkuiri, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan dan Tinggi, Yogyakarta.
AnasSudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI.
Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Penerbit: Bumi aksara,
Jakarta. Budimansyah, Dasim. 2005. Model Pembelajaran Portofolio Sosiologi.
Bandung :
PT. Genesindo.
Dalyono. 1996.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pengkajian 13 Indikator Pendidikan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Jakarta.
Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi aksara
Harsono. 2008. Pengantar Problem Based Learning.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.
Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia. Cet. Ke-2
Husein Umar, 2003, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka.
Mantja, W. 2007.Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan
dan Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Mas
Miftahul Huda. 2013.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Moh. Amien.1987. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum
Pendidikan IPA Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja
68
Rosdakarya. Offset, Bandung.
Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Roestiyah, N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. 2010. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan
ProfesionalismeGuru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Siswanto. 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
Sutopo.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Usman Samatowa. 2003. Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta :
Depdiknas. Wiji Suwarno. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : Ar-
Ruzz Media
Jurnal
Balım, A., G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and
Inquiry Learning Skills.Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of Educational
Research, 35, 1-20.
Behrooz Sahebzadeh, et al. 2013. Effect of Envirenmental Factors for Teaching of
Science on Academic Achievement and Interest of Students and on Their Teachers’
Job Statisfaction.International Journal on New Trends in Education and Their
Implications April 2013 Volume: 4 Issue: 2 Article: 08 ISSN 1309-
624.
Brian J. Foley. 2008. Students’ Attitudes towards Science in Classes Using Hands-
On or Textbook Based Curriculum. Contract grant sponsor: National Science
Foundation, EHR, REC9980494. Correspondence to: Brian Foley
brian.foley@csun.edu. AERA 2008, Foley & McPhee.
Etherington, Matthew B. (2011) "Investigative Primary Science: A Problem-based
69
Learning Approach," Australian Journal of Teacher Education: Vol. 36: Iss. 9,
Article 4. Available at: http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol36/iss9/4
Mustafa Cakir. 2008. Constructivist Approaches to Learning in Science and Their
Implications for Science Pedagogy: A Literature Review. International Journal of
Environmental & Science Education Vol. 3, No. 4, October 2008, 193-206
Internet
AriniArtikel pembelajaran IPA, Ruangcolimnmgkitupto puesmerbelajaran IPA,
Tujuan dan ruang lingkup pendidikan, Tujuan pembelajaran IPA Leave a
comment. (http://arini.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-
pelajaran- ilmu-pengetahuan-alam-sdm) Di Unduh Tgl. 20 januari 2014.
Khalimah.2010. Ilmu Pengetahuan Alam
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/08/Ilmu- Pengetahuan-Alam
Witoyo Bowo 2009. Manajemen pelatihan dan Sumber Daya Manusia (On Line).
http://www.scribd.com/doc/7792360/Training-Process-Manajemen-Sumber-Daya
Manusia, 10 September 2009
70
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran
LEMBAR EVALUASI I
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf di depan jawaban yang paling benar !
1. Ekosistem adalah interaksi yang terjadi di sebuah lingkungan tertentu yang terjadi
antara ….
a. Karnivora dan herbivore c. Pemangsa dan tumbuhan
b. Makhluk hidup dan benda mati d. Makhluk hidup dan pepohonan
2. Kumpulan dari beberapa individu sejenis yang menempati suatu lingkungan tertentu
dinamakan ….
a. Habitat c. Populasi
b. Ekosistem d. Komunitas
3. Semua makhluk hidup memerlukan lingkungan tertentu untuk bisa bertahan dan
memenuhi kebutuhannya. Lingkungan yang berupa benda mati dinamakan lingkungan
….
a. Abiotik c. Atmosfer
b. Biotik d. Biosfer
4. Berikut ini yang merupakan contoh hewan yang memakan tumbuhan adalah ….
a. Tikus, ayam dan kucing c. Kambing, rusa dan buaya
b. Kelinci, marmut dan anjing d. Kuda, sapi dan kerbau
71
5. Hewan yang memakan daging dinamakan ….
a. Herbivora c. Omnivora
b. Karnivora d. Insektivora
7. Burung merpati termasuk hewan yang memakan tumbuhan, hal itu karena burung
merpati memakan ….
a. Buah-buahan c. Biji-bijian
b. Daging d. Nektar bunga
II. Isilah titik – titik pada soal dibawah ini dengan jawaban yang tepat !
III. Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan lengkap!
72
1. Sebutkan contoh bagian dari lingkungan biotik dan abiotik!
2. Sebutkan contoh ekosistem alam dan ekosistem buatan!
3. Sebutkan contoh hewan herbivora, karnivora dan omnivora! Masing-masing 3!
4. Sebutkan komponen-komponen pada peta!
5. Tuliskan isi sumpah pemuda!
SELAMAT MENGERJAKAN !
73
LEMBAR KUNCI JAWABAN DAN PERNSKORAN
KUNCI JAWABAN
I. Pilihan Ganda
1. Biotik
2. Habitat
3. Buatan
4. Padang pasir
5. Samudra Hindia dan Samudra Pasifik
III. Urian
74
– Contoh ekosistem buatan = Ekosistem kebun, ekosistem aquarium, ekosistem sawah,
ekosistem tambak, ekosistem bendungan.
PENSKORAN:
I. Romawi I skor maksimal =10
II. Romawi II skor maksimal =10
III. Romawi III skor maksimal=15
Jumlah skor maksimal =35
N= x100
75
Lampiran
DAFTAR PEMBAGIAN KELOMPOK SIKLUS I
Nama Rata-rata Nilai Peringkat Nama Kategori
Siswa Tes Awal Kelompok
Muh. Bakhrul 71 1 I Siswa
Muna R. A 71 2 IV Berprestasi
Siska Meida S 71 3 II Tinggi
Riky Ahmad 71 4 IV
Trendy Yoga 69 5 II
Andre S. 66 6 III Siswa
Randy Putra 63 7 I Berprestasi
Dwi R.W 57 8 III Sedang
Bagus S. 57 9 IV
Ryo F. 57 10 III
Dewi P. 54 11 II
Femi M. 54 12 I
Nanda M. 54 13 I
Ditto P. 51 14 II Siswa
Moh. Alfian 51 15 I Berprestasi
Yuda 49 16 IV Rendah
Achmad A. 49 17 III
Keterangan:
Anggota tiap-tiap kelompok
Kelompok I (Gajah) : Bakhrul, Femi, Nanda, Randy, Alfian
Kelompok II (Singa) : Siska, Ditto, Ryo, Dewi
Kelompok III (Kura-kura) : Trendy, Achmad A., Dwi R.W, Andre S.
Kelompok IV (Serigala) : Riky, Yuda, Muna, Bagus S.
76
DAFTAR NILAI HASIL TES IPA SIKLUS I
Siklus I
No Nama siswa
Nilai
Pertemuan I Pertemuan II
Siklus I
1 Achamad Afdillah 54 57 59
2 Dewi Porpitasari 63 66 65
3 Ditto Putra Pratama 63 60 63
4 Yuda 54 60 57
5 Andre Santoso 69 83 76
6 Bagus Setyawan 66 74 70
7 Femi Maulina 66 69 68
8 Moh. Alfian S. 57 57 57
9 Muh. Bakhrul Ulum 74 86 80
10 Muna Ra'isatul A. 69 80 75
11 Randy Putra Wijaya 74 63 69
12 Ryo Febrianto 66 77 72
13 Siska Meida Sari 74 83 79
14 Trendy Yoga E.W. 74 80 77
15 Nanda Mustofa 60 66 63
16 Duwi Rahma Wati 74 71 73
17 Riky Ahmad S. 71 77 74
Jumlah 1128 1209 1177
Rata-Rata 66,35 71,11 69,23
Nilai Terendah 54 57 57
Nilai Tertinggi 74 86 80
Jumlah Tuntas Belajar
8 10 11
(
Jumlah Tidak Tuntas
9 7 6
Belajar (
Presentase Ketuntasan 47,06% 58,82% 64,69%
77
Lampiran
DAFTAR SKOR PERKEMBANGAN KELOMPOK SIKLUS I
Nama Tanggal : 27 April 2017
Skor Skor Poin
Awal Tes Kemajuan
A 49 54 20
B 54 63 20
C 51 63 30
D 49 54 20
E 66 69 20
F 57 66 20
G 54 66 30
H 51 57 20
I 71 74 20
J 71 69 10
K 63 74 30
L 57 66 20
M 71 74 20
N 69 74 10
O 54 60 20
P 57 74 30
Q 71 71 20
Keterangan:
Nilai Tes Skor perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal…………… 0 poin
78
Lampiran
LEMBAR EVALUASI
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf di depan jawaban yang paling benar !
1. Interaksi antara makhluk hidup dengan benda-benda tak hidup di sebuah lingkungan
disebut …
a. habitat c. ekosistem
b. simbiosis d. komunitas
a. hunian c. populasi
b. komunitas d. habitat
a. abiotik c. biotik
b.habitat d. Siklus
4. Berikut ini kelompok hewan pemakan tumbuh-tumbuhan atau tanaman antara lain:.
…
79
5. Teks yang berisikan atau memuat hasil pengamatan dinamakan teks …
a. kunjungan c. survei
b. fiksi d. nonfiksi
6. Pada dasarnya, ekosistem yang ada di dunia terbagi menjadi dua, yaitu ekosistem …
a. sawah c. hutan
a. herbivore c. omnivora
b. karnivora d. herbisida
9. Kelompok hewan yang memakan hewan lain untuk mendapatkan energi disebut
hewan ….
a. herbivora c. omnivora
b. karnivora d. insektivora
10. Kelompok hewan yang sumber makanannya berasal baik dari tumbuhan maupun
hewan lain dinamakan …
a. herbivora c. omnivora
b. karnivora d. herbisida
80
II. Isilah titik – titik pada soal dibawah ini dengan jawaban yang tepat !
1. Interaksi antara makhluk hidup dan benda- benda tak hidup di sebuah lingkungan
dinamakan …
4. Secara umum ekosistem yang ada di alam semesta dibagi menjadi dua macam, yaitu
… dan …...
III. Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan lengkap !
SELAMAT MENGERJAKAN !
81
LEMBAR KUNCI JAWABAN DAN PERSKORAN
KUNCI JAWABAN:
I. Pilihan Ganda
1. c 6. b
2. b 7. a
3. a 8. a
4. c 9. b
5. d 10. c
II. Isian Singkat
1. Ekosistem
2. Individu,populasi,dan komunitas
3. Sapi, kambing, dan rusa
4. Alami dan buatan
5. Buatan
III. Urian
1. Ekosistem adalah interaksi antara makhluk hidup dengan benda-benda tak
hidup di sebuah lingkungan
2. Contoh ekosistem darat antara lain: sawah, ladang, hutan dan dan kebun.
3. Contoh hewan herbivora antara lain: gajah, kambing, sapi, kerbau dan
kelinci.
4. Malaysia, Papua Nugini dan juga Timor Leste.
5. Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 28 Oktober.
PENSKORAN:
I. Romawi I skor maksimal =10
II. Romawi II skor maksimal =10
III. Romawi III skor maksimal=15
Jumlah skor maksimal =35
N= x100
82
Lampiran
LEMBAR PENGHARGAAN KELOMPOK SIKLUS II
a) Kelompok I (Gajah)
Anggota Kelompok 29 April 2017
Muh. Bakhrul U. 30
Riky Ahmad S. 20
Achmad Afdilah 20
Total 70
Rata-rata 23
Penghargaan Kelompok Hebat (Great Team)
b) Kelompok II (Singa)
Anggota Kelompok 29 April 2017
Siska Meida S. 30
Dwi Rahma W. 10
Nanda M. 20
Moh. Alfian S. 20
Total 80
Rata-rata 20
Penghargaan Kelompok Hebat (Good Team)
c) Kelompok III (Kura-kura)
Anggota Kelompok 29 April 2017
Trendy Yoga E.W 20
Ryo Febrianto 20
Dewi Porpitasari 20
Yuda 30
Total 90
Rata-rata 23
Penghargaan Kelompok Hebat (Good Team)
83
d) Kelompok IV (Serigala)
Anggota Kelompok 29 April 2017
Andre Santoso 30
Bagus Setyawan 20
Femi Maulina 30
Total 80
Rata-rata 27
Penghargaan Kelompok Super (Super Team)
e) Kelompok V (Harimau)
Anggota Kelompok 29 April 2017
Muna Ro,isatul A. 30
Randy Putra W. 10
Ditto Putra P. 20
Total 60
Rata-rata 20
Penghargaan Kelompok Hebat (Great Team)
84
Lampiran
REKAPITULASI RATA-RATA HASIL BELAJAR IPA
Pra
No Nama siswa Siklus I Siklus II
Tindakan
1 Achmad Afdillah 49 59 69
2 Dewi Porpitasari 54 65 77
3 Ditto Putra Pratama 51 63 70
4 Yuda 49 57 63
5 Andre Santoso 66 76 86
6 Bagus Setyawan 57 70 79
7 Femi Maulina 54 68 76
8 Moh. Alfian S. 51 57 62
9 Muh. Bakhrul Ulum 71 80 95
10 Muna Ra'isatul A. 71 75 88
11 Randy Putra Wijaya 63 69 76
12 Ryo Febrianto 57 72 80
13 Siska Meida Sari 71 79 93
14 Trendy Yoga E.W. 69 77 77
15 Nanda Mustofa 54 63 74
16 Duwi Rahma Wati 57 73 79
17 Riky Ahmad S. 71 74 80
Jumlah 1015 1177 1331
85
Lampiran
86
87