Anda di halaman 1dari 64

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN
PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN

OLEH
DESI HARIYANTI, SE.SY

SMK ISLAM ALQOMAR


ROWOMARTO-PATIANROWO-NGANJUK

TAHUN 2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian Tindaklan Kelas Oleh:


Nama : Desi Hariyanti, SE.Sy
Peg.ID 20514698192001
Sekolah : SMK Islam Al Qomar

Judul : Penerapan Penerapan model pembelajaran


Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas
XI pada Mapel Produk Kreatif dan
Kewirausahaan
Telah diperiksa dan dilakukan perbaikan sepenuhnya. PTK dengan judul ini
sebagaimana diatas disusun untuk memeriksa proses pembelajaran di SMK
Islam Al Qomar

Patianrowo, 3 September 2019


Kepala SMK Islam Al-Qomar

Muhammad Khaliq Ridha, M.Pd

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami ucapkan kepada Allah SWT yamng telah melimpahkan

rahmad dan petunjuknya, sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul

“Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Produk

Kreatif dan Kewirausahaan SMK Islam Al Qomar” ini dapat terselesaikan

tepat pada waktunya. Rahmat ta’dzim dan salam keselamatan semoga tetap

tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah

menuntun kita dari zaman kegeglapan menuju zaman yang penuh dengan

petunjuk.

Penelitian Tindakan Kelas ini disusun untuk memperbaiki proses

pembelajaran di SMK Islam Al Qomar Patianrowo. Penulis menyadari

bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, PTK ini tidak akan

berjalan dengan lancar. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Muhammad Khali Ridha, M.Pd selaku kepala SMK Islam Al Qomar

Patianrowo yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

2. Teman-teman Guru kami di SMK Islam Al Qomar Patianrowo yang telah

membantupelaksananaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan

lancar

3. Murid-murid kami siswa kelas XI yang telah membantu kelancaran saat

pengambilan data.

iii
4. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan penulis

selama ini.

Kami menyadari adanya kekurangan dalam penulisan PTK ini, namun

demikian harapan kami semoga PTK ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Patianrowo, 3 September 2019


Desi Hariyanti, SE.Sy

iv
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL............................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

E. Definisi Istilah ....................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar .................................................................... 6

B. Model Pembelajaran Problem Based Learning

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning .. 12

2. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning ....... 13

3. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning 14

4. Pengambangan Langkah-langkang Model Pembelajaran PBL 15

5. Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran PBL ....... 16

D. Penelitian Yang Relevan ........................................................ 22

E. Hipotesis Tindakan ................................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN

v
A. Seting Penelitian

1. Tempat Penelitian.............................................................. 24

2. Subjek Penelitian ............................................................... 24

B. Jenis Penelitian ...................................................................... 24

C. Prosedur Penelitian ................................................................ 25

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 27

E. Instrumen Penelitian .............................................................. 28

F. Teknik Analisa Data .............................................................. 30

G. Kriteria Keberhasilan ............................................................. 31

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data ............................................................................. 33

B. Temuan Penelitian ...................................................................... 53

C. Pembahasan ............................................................................... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 58

B. Keterbatasan Peneliti .................................................................. 60

C. Saran .......................................................................................... 60

DAFTAR RUJUKAN ………………………………………………….. 61

vi
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Dokumentasi

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran PKK adalah bentuk model pembelajaran terpadu yang
menggabungkan suatu konsep dalam bebrapa materi, pelajaran atau bidang
studi menjadi satu tema atau topik pembahasan tertentu sehingga terjadi
integrasi antara pengetahuan, ketrampilan dan nilai yang memungkinkan siswa
aktif menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna dan
otentik. Pembelajaran PKK merupakan pembelajaran terpadu yang
menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran ini
melibatkan beberapa kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator dari suatu
mata pelajaran, atau bahkan beberapa mata pelajaran. Melalui pembelajaran
PKK diharapakan siswa dapat belajar dan bermain dengan kreativitas yang
tinggi. Sebab, dalam pembelajaran PKK, belajar tidak semata-mata
mendorong siswa untuk mengetahui (learning to know), tetapi belajar juga
untuk melakukan (learning to do), untuk menjadi (learning to be), dan hidup
bersama (learning to live together).
Dalam pembelajaran PKK guru harus dapat menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan dan penuh antusias bagi siswa. Dalam kegiatan
pembelajaran PKK yang menyenangkan harus didukung oleh alat belajar yang
dapat menarik minat belajar sehingga siswa tidak merasa bosan selama proses
pembelajaran.
Berdasarkan observasi awal peserta didik pada saat proses
pembelajaran PKK tidak terjadi interaksi timbal balik. Siswa cenderung tidak
merespon apa yang guru terangkan, mereka sibuk berbicara sendiri, sehingga
menyebabkan kondisi di kelas sangat ramai. Hal ini mengakibatkan tujuan
pembelajaran tidak akan dicapai seperti yang telah direncanakan.
Permasalahan guru diatas dikarenakan guru dalam proses pembelajaran
hanya menggunakan metode ceramah dan model yang digunakan tidak
bervariasi. Sehingga siswa merasa bosan dan tidak tertarik mengikuti

1
pembelajaran. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut guru perlu
menggunkan model pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa dapat
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dengan diterapkannya penggunaan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PKK. Karena
dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat memotivasi
siswa untuk mengikuti materi yang disampaikan, sehingga apa yang
diterangkan oleh guru dapat dimengerti oleh siswa dan membuat pembelajaran
lebih menarik. Pada penelitian ini, guru menerapkan pengunaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran,
karena model pembelajaran problem based learning (PBL) sesuai dengan
pembelajaran abad-21 yaitu menuntut siswa untuk ktitis, kreatif, bisa
berkolaborasi dan cakap dalam mengkomunikasikan hasil karyanya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Raharjo, Suyatno,
Riska Rahantari dengan judul Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada
Pembelajaran PKK kelas II SMK Darul Hikam, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman hasil penelitian mengalami adanya peningkatan presentasi
belajar. Hal ini dibuktikan dari ketuntasan KKM siswa dri kegiatan pra
tindakan dan setiap siklus, yaitu pada pra tindakan 49%, pada siklus I sebesar
61%, sedangkan pada siklus II sebesar 82%. Hal tersebut diiringi dengan
peningkatan rata-rata prestasibelajar siswa dari pra tindakan sebesar 67, siklus I
sebesar 69, sedangkan siklus II sebesar 77. Begitu juga dengan motivasi siswa
dari siklus I juga mengalami kenaikan pada siklus II. Dari sikulus I rata- rata
indikator motivasi 73% pada siklus II menjadi 87%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dalam pembelajaran PKK dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Untuk menyelidiki hal

2
tersebut peneliti mengadakan penelitian dengan mengambil judul “ Penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa kelas XI pada Mata Pelajaran
Produk Kreatif dan Kewirausahaan SMK Islam Al Qomar”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran model Problem Based
Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI
pada pelajaran PKK di SMK Islam Al Qomar Patianrowo?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran model Problem Based Learning
(PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI pada
pelajaran PKK di SMK Islam Al Qomar Patianrowo?
3. Bagaimana proses evaluasi pembelajaran model Problem Based
Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI
pada pelajaran PKK di SMK Islam Al Qomar Patianrowo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Produk Kreatif dan
Kewirausahaan SMK Islam Al Qomar.
2. Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Produk Kreatif dan
Kewirausahaan SMK Islam Al Qomar.

3
3. Untuk mendeskripsikan evaluasi pembelajaran model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Produk Kreatif dan
Kewirausahaan SMK Islam Al Qomar?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru sebagai peneliti ,
siswa, sekolah, dan pembaca. Adapun uraiannya sebagai berikut:
1. Manfaat bagi guru sebagai peneliti
a. Merupakan suatu pengalaman yang bermanfaat dalam melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada di kelas
b. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai penggunaan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam pelajaran PKK.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan
profesi yang akan dijalaninya nanti.
2. Manfaat bagi siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.
c. Meningkatkan cara berfikikir kritis siswa dalam pembelajaran
d. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran
e. Siswa bisa berkolaborasi dan cakap dalam mengkomunikasikan hasil
karyanya
3. Manfaat bagi sekolah
a. Dapat membantu sekolah untuk memperbaiki mutu pendidikan.
b. Kinerja sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat dievalusi dengan
adanya penelitian.
c. Sekolah menjadi obyek belajar siswa yang menyenangkan.
d. Memotivasi guru lain untuk meningkatkan kinerjanya dalam
memperbaiki media pembelajaran yang digunakan.
4. Manfaat bagi pembaca

4
Pembaca khususnya sebagai guru/calon pendidik dapat menambah
pengetahuan terhadap penggunaan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi siswa. Selain itu, model
pembelajaran ini dapat dijadikan referensi dalam proses pembelajarannya
kelak.
E. Definisi Istilah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang ada, maka untuk
menghindari salah tafsir dari pembaca perlu adanya definisi operasional dalam
penelitian ini, hal-hal yang didefinisikan sebagai berikut:
1. Peningkatan Motivasi Belajar
Meningkatnya motivasi belajar disini berarti meningkatnya
dorongan siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Peningkatan motivasi
belajar dilihat dari hasil lembar observasi dan kuesioner siswa pada pra
penelitian dengan angket pada pertemuan I. Penelitian ini dikatakan berhasil
jika terjadi peningkatan motivasi siswa sebelum tidakan penelitian dan
sesudah tindakan penelitian pada siklus I, siklus II maupun siklus III.
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Inti dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah
siswa dihadapkan pada masalah-masalah yang ada pada materi yang
dipelajari. Dalam proses pemebelajaran dengan menggunkan model PBL
siswa dituntut untuk dapat berfikir kritis dalam menyelesaikan masalah
yang diberikan. Selain itu siswa dapat berkolaborasi dan berkreatifitas
dalam menyelesaikan permasalahan pada materi yang diajarkan.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar
1. Hakikat Motivasi
Menurut Mitchell (dalam Majid, 2013: 307) motivasi mewakili
proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya,
dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang
diarahkan pada tujuan tertentu. Senada dengan pendapat tersebut,
McDonald (dalam Mafid, 2013: 308) menyatakan bahwa motivasi
merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 80) ada tiga komponen
utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan
adalah suatu keadaan dimana individu merasa ada ketidakseimbangan
antara yang ia miliki dan yang ia harapakan. Dorongan merupakan kekuatan
mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan.
Sedangkan, tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu.
Tujuan tersebut mengarahkan perilaku yang dalam hal ini adalah perilaku
belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
energi/tenaga aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan diri
seseorang yang tampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi
sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu
dikarenakan adanya kebutuhan, dorongan, dan tujuan untuk belajar. Dengan
demikian, dengan motivasi belajar yang ada dalam diri seseorang akan
mendorong individu tersebut untuk belajar mengenai ha-hal yang baru
sebab ada kebutuhan dan tujuan yang harus dicapainya.
2. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi
primer dan motivasi sekunder (Mudjiono, 2009: 86). Motivasi primer adalah
motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar

6
tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Sedangkan
motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Motivasi ini berasal dari
faktor-faktor sosial, seperti kebutuhan untuk memperoleh rasa aman, kasih
sayang, memperoleh penghargaan, dan pemenuhan diri atau aktualisasi diri
(Maslow dalam Mudjiono, 2009: 88-89).
Menurut sifatnya motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi
intrinsik dan ekstrinsik (Ormrod, 2008: 60). Motivasi intrinsik merupakan
motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor di dalam diri atau melekat
dalam tugas yang sedang dilakukan (Ormrod, 2008: 60). Faktor-faktor ini
berupa kebutuhan, persepsi individu mengenai diri sendiri, harga diri dan
prestasi, adanya cita-cita dan harapan masa depan, keinginan tentang
kemajuan dirinya, minat, dan kepuasan kinerja (Mafid, 2013: 311-312).
Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor
eksternal individu dan tidak berkaitan dengan tugas yang sedang dilakukan
(Ormrod, 2008: 60). Faktor-faktor eksternal ini berupa pemberian hadiah,
kompetisi, hukuman, pujian, situasi lingkungan, dan sistem imbalan yang
diterima (Mafid, 2013: 313-314).
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam
belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan jenis dan sifatnya.
Berdasarkan jenisnya terdapat motivasi primer dan motivasi sekunder
sedangkan berdasarkan sifatnya yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Keempat jenis motivasi ini mempengaruhi motivasi siswa dalam belajarnya,
dimana antara motivasi yang satu dan lainnya saling berkaitan dalam
membentuk motivasi belajar.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Seperti telah disinggung sebelumnya, bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan
faktor eksternal (Mafid, 2013: 310). Berikut faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa.
a. Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam individu)
Faktor yang berasal dari dalam diri individu terdiri atas beberapa hal,
yaitu:

7
1) Adanya kebutuhan
Menurut Ngalim Purwanto (dalam Mafid, 2013: 311)
tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Dari
pendapat tersebut, ketika keluarga memberikan motivasi kepada
anak haruslah diawali dengan berusaha mengetahui terlebih dahulu
apa kebutuhan-kebutuhan anak yang akan dimotivasi. Hal ini
dilakukan semata-mata untuk memberi peluang pada anak memilih
berbagai alternatif yang tersedia dalam suatu lingkungan yang kaya
stimulasi, sehingga orang tua harus mengetahui kebutuhan anak
2) Presepsi individu mengenai diri sendiri
Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu
banyak bergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi
seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan
perilaku seseorang untuk bertindak (Mafid, 2013: 311).
3) Harga diri dan prestasi
Faktor ini mendorong atau mengarahkan individu
(memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri,
kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu
dalam lingkungan masyarakat (Mafid, 2013: 311). Selain itu, dengan
faktor ini seorang individu dapat mendorong dirinya untuk
berprestasi.
4) Adanya cita-cita harapan masa depan
Cita-cita dan harapan merupakan informasi objektif dari
lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaaan seseorang.
Harapan merupakan tujuan dari perilaku yang selanjutnya menjadi
pendorong. Sedangkan cita-cita merupakan pusat dari bermacam-
macam kebutuhan. Kebutuhan tersebut biasanya direalisasikan pada
cita-cita tersebut sehingga mampu memberikan energi kepada anak
untuk melakukan aktivitas belajar (Mafid, 2013: 312). Jadi, seorang
anak harus mempunyai cita-cita sehingga diharapkan dengan adanya

8
cita-cita tersebut dirinya dapat termotivasi untuk belajar agar dapat
meraih cita-cita yang diinginkannya
5) Keinginan tentang kemajuan dirinya
Menurut Sadirman (dalam Mafid, 2013: 312) melalui
aktualisasi diri pengembangan kompetensi akan meningkatkan
kemajuan diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri inilah yang
mendorong dirinya untuk melakukan belajar, sehingga individu
tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
6) Minat
Motivasi akan muncul karena adanya kebutuhan, begitu pun
dengan minat. Minat akan muncul jika seorang individu mempunyai
kebutuhan yang benar-benar harus dipenuhinya. Oleh karena itu,
proses belajar akan berjalan dengan adanya minat dalam diri
individu (Mafid, 2013: 312)
7) Kepuasan kinerja
Kepuasan kinerja lebih merupakan suatu dorongan afektif
yang muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan
yang diinginkan dari suatu perilaku (Mafid, 2013: 312). Dengan
demikian, kepuasan kinerja akan menumbuhkan motivasi seseorang
untuk belajar dalam mencapai tujuan yang ingin dicapainya
b. Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar negeri)
Dalam menumbuhkan dan membangkitkan motivasi anak agar
melakukan aktivias belajar, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
diantaranya yaitu:
1) Pemberian hadiah
Hadiah merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan
fungsinya sebagai alat pendidik represif positif (Mafid, 2013: 313).
Hadiah juga merupakan alat pendorong untuk belajar lebih aktif,
sehingga motivasi dalam bentuk hadiah dapat membuahkan
semangat belajar dalam mempelajari materi-materi pelajaran.

9
2) Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk
mendorong belajar anak, baik persaingan individu maupun
kelompok dalam rangka meningkatkan prestasi belajar anak (Mafid,
2013: 313). Sehingga, dengan adanya kompetisi yang berada dalam
sisi belajar anak maka akan menumbuhkan motivasi belajar dalam
dirinya untuk lebih baik lagi sehingga tidak kalah dengan orang lain.
3) Hukuman
Ishom Ahmadi (dalam Mafid, 2013: 313) menyebutkan
hukuman adalah alat pendidikan represif yang bertujuan
menyadarkan anak didik agar melakukan hal-hal yang baik dan
sesuai dengan tata aturan yang berlaku. Namun, sebelum hukuman
diberikan ada tahapan-tahapan sebelumnya yaitu pemberitahuan,
teguran, dan peringatan.
Hukuman memang merupakan salah satu alat pendidikan
yang bersifat negatif, namun hukuman dapat menjadi alat motivasi
atau pendorong untuk mempergiat belajar anak, sehingga anak akan
berusaha untuk mendapatkan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya agar terhindar dari hukuman.
4) Pujian
Menurut Sadirman (dalam Mafid, 2013: 313) pujian
merupakan bentuk renforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Apabila anak berhasil dalam
kegiatan belajar, pihak keluarga maupun guru perlu memberikan
pujian pada si anak. Dengan adanya pujian ini, anak akan termotivasi
untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya.
5) Situasi lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mendorong
individu untuk senantiasa belajar, sebab dalam lingkungan inilah
individu melakukan interaksi secara efektif untuk menunjang proses
belajarnya (Mafid, 2013: 314). Oleh karena itu, baik orang tua
maupun guru seyogyanya menciptakan lingkungan yang dapat

10
mendukung anak untuk belajar, sehingga si anak dapat terus
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
6) Sistem imbalan yang diterima
Imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek
pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi
motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke
objek lain yang mempunyai imbalan yang lebih besar (Mafid, 2013:
313). Sistem pemberian imbalan ini akan mendorong individu untuk
berperilaku dalam mencapai tujuan, dimana tujuan disini adalah
tujuan belajar. Sehingga, ketika tujuan tersebut tercapai maka akan
timbul imbalan yang akan diterimanya.
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Fungsi motivasi menurut Sadirman (dalam Mafid, 2013: 309)
adalah sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk berbuat
Artinya motivasi bisa dijadikan sebagai alat penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai
Dengan adanya motivasi dalam diri individu maka ada tujuan
yang hendak dicapainya, yaitu tujuan dalam hal belajar. Sehingga,
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan
Artinya dengan adanya motivasi ini maka seorang individu dapat
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna
mencapai tujuan. Sehingga, individu dapat memilah antara perbuatan-
perbuatan yang bermanfaat atau tidak dalam mencapai tujuan
belajarnya.

11
B. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Barrow (dalam Huda, 2013: 271) mendefinisikan pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based learning) sebagai pembelajaran yang
diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah.
Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran.
PBL merupakan salah satu bentuk peralihan paradigm pengajaran menuju
paradigmapembelajaran. Jadi fokusnya adalah pada pembelajaran siswa
dan bukan pada pengejaran guru.
Pembelajaran berbasis masalah itu merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013, Problem Based
Learning(PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya berpegang pada sebuah masalah yang
nantinya siswa itu sendiri atau bersama dengan lain mencoba memecahkan
masalah yang diberikan untuk menumbuhkan sikap berfikir kritis dan jiwa
sosialnya dalam melakukan diskusi dengan siswa lain.
Menurut Nurhadi dalam Sitiatava (dalam Wulan, 2014:15)
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu
model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuaan
dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Konsep yang dikemukakan di atas menjelaskan bahwa model
pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara
guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode dan
teknik pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajran.belajar
terjadi dari aksi siswa, dan pendidik yang berperan dalam memfasilitasi
terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik
harus memusatkan perhatiannya untuk membantu peserta didik dalam
mencapai keterampilan self directed learning (pembelajaran yang berpusat
pada siswa).

12
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
model Problem Based Learning ( PBL) juga bisa disebut Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu proses belajar dengan
mengeluarkan kemampuan siswa dengan betul-betul dioptimalisasikan
melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa
dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan
kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan yang berorientasi pada
masalah dunia nyata. Karena perkembangan intelektual siswa terjadi pada
saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta
ketika mereka berusaha memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam
model pembelajaran ini siswa dituntut aktif dalam memecahkan suatu
masalah.
2. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning memiliki tujuan secara umum
sebagai berikut yang dikemukakan oleh Sitiatava (dalam Wulan, 2014:
17) yaitu:
a. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, serta kemampuan intelektual.
b. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan siswa
dalam pengalaman nyata dan simulasi.
Sedangkan menurut Tan, Ibrahim, dan Nur dalam Rusman
(dalam Wulan 2012:242) secara lebih rinci yaitu:
a. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan
memecahkan masalah.
b. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka
dalam pengalaman nyata.
c. Menjadi para siswa yang otonom.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Problem Based Learning (PBL) bertujuan untuk Membantu siswa
mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, mengembangkan pemikiran kritik dan
ketrampilan kreatif, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah,

13
meningkatkan motivasi belajar siswa,dan membantu siswa belajar
untuk menstranfer pengetahuan dengan situasi baru.
3. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)
Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda
begitupun dengan Rusman (dalam Wulan, 2014: 18) yang
mengemukakan karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
sebagai berikut :
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;
b. Permasalahan yang digunakan merupakan masalah yang ada di
dunia nyata yang tidak terstruktur;
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective);
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya,
dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial
dalam PBL;
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencapai
solusi dari sebuah permasalahan;
i. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan intergrasi dari
sebuah proses belajar; dan
j. PBL melibatkan evaluasi san review pengalaman siswa dan proses
belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning
(PBL) dimulai oleh adanya masalah yang dapat dimunculkan oleh siswa
ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang
sesuatu yang telah diketahuinya sekaligus yang perlu diketahuinya
untuk memecahkan masalah itu. Siswa juga dapat memilih masalah

14
yang dianggap menarik untuk dipecahkan, sehingga ia terdorong untuk
berperan aktif dalam belajar.
4. Pengembangan Langkah-Langkah Pembelajaran Model Problem
Based Learning (PBL)
PBM melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang
memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan
fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang
fenomena itu.
Menurut Fogarty dalam Wulan (2014: 24) PBM dimulai dengan
masalah yang tidak terstruktur sesuatu yang kacau. Dari kekacauan ini
siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan
penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada.
Langkah-langkah PBL menurut Huda (2013: 272) bisa
mencangkup antara lain sebagai berikut.
a. Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah
b. Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah
kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus
kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka
membrainstroming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada
pengetahuan sebelumnya. Kemudian mereka mengidentifikasi apa
yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang
mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka
mendisain suatu rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.
c. Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah
di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan,
database, website, masyarakat, dan observasi.
d. Siswa kembali pada tutorial PBl, lalu saling sharinginformasi,
melalui peer teaching atau cooperative learning atas masalah
tertentu.
e. Siswa menyajikan solusi atas masalah
f. Siswa merefiew apa yang mereka pelajarai selama proses
pembelajaran. Semua berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat

15
dalam revuew pribadi, review berpasangan, dan review berdasarkan
bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas konstribusinya
terhadap proses tersebut.
Jadi, berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBL adalah
lingkungan belajar yang terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan
menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa
untuk menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada keerampilan
intelektual mereka sendiri
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki
kelebihan dan kekurangan menurut Sitiavata (dalam Wulan, 2014:22)
sebagai berikut.
a. Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki
beberapa kelebihan, sebagai berikut.
1) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia
menemukan konsep tersebut.
2) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan
menuntut keterampilan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi.
3) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh
siswa,sehingga pembelajaran lebih bermakana.
4) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-
masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan
kehidupan nyata.
5) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu member
aspirasi dan menerima pendapat oaring lain, serta menanmkan
sikap sosial yang positif dengan siswa lainnya.
6) Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling
berintegrasi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga
pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

16
7) PBL di yakini pula dapat menumbuhkembangkan kemampuan
kreativita siswa, baik secara individual maupun kelompok,
karena hampir disetiap langkah menuntut adanya keaktifan
siswa.
b. Kekurangan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki
beberapa kekurangan sebagai berikut.
1) Bagi siswa yang malas, tujuan metode tersebut tidak dapat
tercapai.
2) Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3) Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan metode PBL
(Problem Based Learning).
Berdasarakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning memiliki kelebihan seperti
Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan
menuntut keterampilan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi dan
Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, Sedangkan
kekurangan model pembelajaran Problem Based Learning seperti
membutuhkan banyak waktu dan dana.

C. PENERAPAN PBL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Raharjo, Suyatno,
Riska Rahantari dengan judul Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada
Pembelajaran PKK kelas II SMK Darul Hikam, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman hasil penelitian mengalami adanya peningkatan presentasi
belajar. Hal ini dibuktikan dari ketuntasan KKM siswa dri kegiatan pra
tindakan dan setiap siklus, yaitu pada pra tindakan 49%, pada siklus I sebesar
61%, sedangkan pada siklus II sebesar 82%. Hal tersebut diiringi dengan
peningkatan rata-rata prestasibelajar siswa dari pra tindakan sebesar 67, siklus
I sebesar 69, sedangkan siklus II sebesar 77. Begitu juga dengan motivasi
siswa dari siklus I juga mengalami kenaikan pada siklus II. Dari sikulus I
rata-rata indikator motivasi 73% pada siklus II menjadi 87%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem

17
Based Learning (PBL) dalam pembelajaran PKK dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eka, dkk (dalam ppjp.ulm.ac.id)
dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Motivasi Belajar
Siswa, berdasarkan hasil pengolahan data dan temuan yang diperoleh dalam
penelitian ada beberpa kesimpulansebagai berikut.
1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan
Problem Based Learning (PBL) lebih baik dari pada siswa dengan
pembelajaran konvensional.
2. Motivasi belajar maPKKa siswa dengan Problem Based Learning lebih
baik dari pada siswa dengan pembelajaran konvensional.
3. Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi belajar maPKKa dengan
pencapaian kemampuan pemecahan masalah maPKKa siswa yang sangat
kuat.
Berdasarkan uraian dari jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan motivasi siswa. Adapun keterkaitan pada mata pelajaran PKK.
Hal ini menunjukkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat diterapkan untuk mata pelajaran apapun.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada rumusan masalah, landasan teori, penelitian yang
relevan, maka penilitian dapat merumuskan hipotesis. Hipotesis yang telah
peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah Jika model pembelajaran PBL
diterapkan pada pembelajaran PKK maka motivasi belajar siswa dapat
ditingkatkan.

18
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMK Islam Al
Qomar Desa Rowomarto Kec Patianrowo Kab Nganjuk. Lokasi sekolah
berada ditengah permukiman penduduk. Bangunan sekolah terdiri atas
bangunan bertingkat, terdiri atas ruang guru, kamar mandi, perpustakaan,
halaman sekolah, dan ruang kelas X-XII
2. Subjek Penelitian
Adapun subjek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI tahun
pelajaran 2019/2020 dengan jumlah 16 anak, yang terdiri dari 11
perempuan dan 5 laik-laki. Peneliti sengaja memilih kelas ini dengan
alasan kelas ini merupakan kelas yang dianggap motivasi yang dimiliki
siswa dalam belajar sangat kurang, sehingga peneliti ingin membuat kelas
ini tidak kalah dengan kelas yang lain, sehingga kelas ini dapat bersaing
dengan kelas lain.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan
Kelas memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan model
pembelajaran di dalam kelas. Menurut Kunandar (2008: 46) Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan
merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan
parsitipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses
pembelajaran di kelasnya.
Melalui PTK guru dapat mengembangkan model-model mengajar yang
bervariasi, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif, serta penggunaan
media dan sumber belajar yang tepat dan memadai. Sehingga dengan
penerapan hasil-hasil PTK secara berkesinambungan diharapkan PBM di

19
sekolah (kelas) tidak kering dan membosankan serta menyenangkan siswa,
atau dengan istilah lain pembelajaran bersadarkan PAIKEM (Pembelajaran
aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) (Kunandar, 2008: 47).
Peneliti dalam penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) karena merupakan penelitian yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan pada proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran maPKKa khususnya
pada bab hubungan antar sudut. Pada penelitian yang akan dilakukan ini, guru
bertindak sebagai peneliti sekaligus sebagi pengumpul data dan siswa sebagai
observer. Adapun keberhasilan dari penelitian ini dapat diukur melalui
peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan penerapan model
pembelajaran Problem Based learning (PBL) dalam pelajaran PKK kelas XI.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Kemmis dan Mc Taggart (1998) (dalam Kunandar, 2008: 70-71), penelitian
tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis, esensial, dan
komplementari yang terdiri dari empat momentum esensial yaitu penyusunan
rencana (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi
(reflection). Keempat tahap tersebut merupakan unsur pembentuk suatu siklus
(sesuai dengan karakteristik PTK). Adapun jumlah siklus tidak dapat
ditentukan sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan. Peneliti dalam
hal ini melaksanakan tindakan dari siklus I, jika pada siklus I penelitian belum
berhasil sesuai dengan kriteria keberhasilan, maka peneliti akan melanjutkan
pada siklus II dan siklus selanjutnya.
Model penelitian yang digunakan peneliti adalah model siklus
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc
Taggart seperti tampak pada gambar di bawah ini (dalam Wiriatmadja, 2005:
66).

20
Gambar Model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart
Prosedur penelitian dengan model Kemmis dan Mc Taggart di atas
dilaksanakan dengan dua siklus dimana dalam setiap siklus terdapat empat
tindakan yang harus dilakukan yaitu, perencanaan (plan), tindakan (action),
observasi (observation), dan refleksi (reflection). Adapaun penjelasanya
adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan (plan)
Menurut Kunandar (2008: 71) perencanaan adalah mengembangkan
rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah
terjadi. Rencana penelitian tindakan kelas hendakanya tersusun dari segi
definisi harus prospektif pada tindakan, rencana itu harus memandang ke
depan
2. Tindakan (action)
Menurut Kunandar (2008: 72) tindakan yang dimaksud di sini adalah
tindakan yang dilakaukan secara sadar dan terkendali yang merupakan
variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Dalam hal ini berarti peneliti
merealisasikan metode yang sudah direncanakan dalam bentuk RPP.
Peneliti juga harus berkolaborasi dengan teman sejawat dalam menjalankan
tindakan yang telah direncanakan.
3. Observasi (observation)
Menurut Kunandar (2008: 73) observasi dalam PTK adalah kegiatan
pengumpulan yang berupa proses perubahan kinerja PBM. Dalam hal ini
observasi dapat membantu dalam mengamati aktivitas-aktivitas guru

21
maupun siswa yang terjadi pada saat proses pembelajaran sedang
berlangsung.
4. Refleksi (reflection)
Menurut Kunandar (2008: 75) refleksi adalah mengingat dan
merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam
observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan
kendala nyata dalam tindakan strategis. Refleksi memiliki aspek evaluatif-
refleksif meminta peneliti PTK untuk menimbang-nimbang pengalamannya
untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang
diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk
meneruskan pekerjaan
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Widoyoko (2012:33), Pengumpulan data dalam penelitian
dimasukkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-
kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh informasi
yang dapat dipercaya, teknik pengumupulan data dalam penelitian ini
menggunakan non tes, yaitu observasi terhadap proses pembelajaran,
Kuesioner.
1. Non Tes
Istrumen penelitian non tes digunakan untuk mengukur proses
pembelajaran Problem Based Learning. Untuk memperoleh data yang
dimasudkan, dalam penelitian ini digunakan berbagai macam metode,
diantaran Observasi.
a. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati (Sanjaya dalam
penelitian Feni Rahayu, 2012: 52). Hasil observasi dapat dijadikan
instrumen utama dalam mengumpulkan data karena observasi tersebut
dilakukan dengan mengamati secara langsung aktivitas guru dan siswa
serta mengamati langsung motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua pedoman

22
observasi, yaitu observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa
serta observasi motivasi siswa dalam pembelajaran.
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk diberikan
respon sesuai dengan permintaan pengguna (Widyoko, 2012:33).
Dalam penelitian ini jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
yang jumlah item dan alternative jawaban maupun responnya sudah
ditentukan, respon tinggal memilih sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Penggunaan angket atau kuesioner untuk megetahui
tingkat motivasi siswa selama mengikuti pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian (Sanjaya, dalam Feny, 2012: 52). Dalam hal ini peneliti
menggunakan dua instrumen yaitu tes dan observasi. Dari kedua instrumen
tersebut nantinya akan diketahui peningkatan motivasi belajar siswa dengan
model pembelajaran Problem Based Learning ini, dan dapat dijadikan data
penelitian. Berikut penjelasan dari kedua instrumen tersebut:
1. Lembar Observasi
Lembar Observasi merupakan alat pengumpulan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati Lembar observasi
dilakukan saat proses pembelajaran Problem Based Learning berlangsung
di kelas.
2. Lembar Kuesioner
Lembar kuesioner disusun untuk memperoleh gambaran langsung
tentang motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran. Begitu juga
pada akhir siklus I, II, dan III peneliti memberikan lembar kuesioner untuk
mengetahui tingkat motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Pilahn jawaban mengacu pada skala Liket yang terdapat pada arifin (2009:
161). Sakala Liker digunakan untuk mengukur sikap siswa dengan

23
pertanyaan-pertanyaanpositif maupun negative. Ketentuan skor dalam skala
Liker dapat dilihat pada table berikut.
Pilihan Jawaban Item Positive Item Negatif
Sangat Setujua 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat tidak Setuju 1 4

Tabel 3.1 Indikator Lembar Kuesioner Motivasi Belajar Siswa.


No Pernyataan Skor
1 2 3 4
1 Saya bertanya pada guru jika mengalami kesulitan terhadap
materi yang diajarkan
2 Saya bertanya kepada teman tentang materi pelajaran yang belum
dipahami
3 Saya tidak berhenti mengerjakan tugas sebelum tugas tersebut
selesai dikerjakan
4 Saya senang mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan
materi pelajaran
5 Saya merasa senang mengikuti pembelajaran yang menggunakan
video pembelajaran
6 Saya merasa senang mengikuti pembelajaran yang disajikan
menggunakan power point
7 Saya belajar tanpa menunggu perintah dari guru
8 Saya tetap belajar meskipun sudah mendapatkan nilai yang tinggi
Skor yang diperoleh

Keterangan Pilihan Jawaban:


Skor 1 : Sangat tidak setuju
Skor 2 : Tidak setuju
Skor 3 : Setuju
Skor 4 : Sangat setuju
Setelah setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan,
kemudian dapat dilihat kriteria penskoran. Hal ini dilakukan untuk melihat
sajauh mana motivasi belajar siswa yang dapat diukur dari sangat negative
(sangat rendah) sampai dengan sangat positif (sangat tinggi).

24
Berikut kriteria penskoran motivasi belajar yang digunakan
peneliti untuk menilai motivasi belajar siswa.

Rentang Skor Skor


66-100 Tinggi
56-66 Sedang
0-55 Rendah

F. Teknik Analisa Data


Dalam penelitian diperlukan teknik analisa data sebagai acuan dalam
mengetahui tingkat keberhasilan peneliti dalam menerapkan model
pembelajaran tersebut. Berikut teknik analisa data berdasarkan instrumennya:
1. Observasi
Lembar observasi berisi kejadian yang mungkin terjadi saat
pembelajaran berlangsung. Kriteria penilaian menggunakan 5 kategori yaitu
sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang baik
(Arikunto, 2009:45). Sedangkan hasil observasi menurut Arikunto (2008:
236) dapat dituliskan dengan menggunakan rumus:

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉


𝑻𝒂𝒓𝒂𝒇 𝒌𝒆𝒕𝒖𝒏𝒕𝒂𝒔𝒂𝒏 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍

Pada penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi aktivitas


guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Berikut indikator keberhasilan
lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa.
a. Lembar observasi aktivitas guru
Kriteria keberhasilan proses mengajar guru yaitu:
Kriteria Ketuntasan Keterangan
80% ≤ Skor aktivitas guru ≤ 100% Kemampuan mengajar guru sangat baik
60% ≤ Skor aktivitas guru < 80% Kemampuan mengajar guru baik
40% ≤ Skor aktivitas guru < 60% Kemampuan mengajar guru cukup baik
20% ≤ Skor aktivitas guru < 40% Kemampuan mengajar guru kurang
0% ≤ Skor aktivitas guru < 20% Kemampuan mengajar guru sangat
kurang

25
b. Lembar observasi aktivitas siswa
Kriteria aktivitas siswa menurut Arikunto (2008: 45) sebagai berikut:
Kriteria Ketuntasan Keterangan
80% ≤ Skor aktivitas siswa ≤ 100% Aktivitas siswa sangat baik
60% ≤ Skor aktivitas siswa < 80% Aktivitas siswa baik
40% ≤ Skor aktivitas siswa < 60% Aktivitas siswa cukup baik
20% ≤ Skor aktivitas siswa < 40% Aktivitas siswa kurang baik
0% ≤ Skor aktivitas siswa < 20% Aktivitas siswa sangat kurang baik

2. Menghitung motivasi belajar siswa setiap indikator berdasarkan angket


dengan rumusan sebagai berikut.
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑒𝑡 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
G. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (dalam penelitian Muji Rahayu,
2011: 63) yang menjadi penunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar
dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran atau
instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individual
maupun kelompok.
Berdasarkan hal tersebut maka kriteria keberhasilan yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dianggap berhasil jika telah mencapai peningkatan
sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditentukan apabila 70%
siswa dalam pembelajaran PKK dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning mengalami peningkatan
motivasi belajar siswa.
2. Kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dikatakan berhasil jika kemampuan guru baik dengan prosentasi
keberhasilan 60% ≤ Skor aktivitas guru < 80% atau jika kemampuan
guru sangat baik yaitu ≥ 80%.

26
3. Aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memperoleh perhitungan
prosentase keaktivan siswa minimal 60% dengan kategori keaktifan
siswa baik.

27
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data
Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan observasi
sebelum pengambilan data. Observasi dilakukan di kelas XI SMK Islam Al
Qomar pada hari Rabu tanggal 7 Agustus 2019. Melalui observasi dapat
terpantau tingkat motivasi belajar siswa. Dari hasil observasi tingkat motivasi
belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat diketahui dengan bebrapa siswa
masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan baik, dimana pada
waktu guru menjelaskan siswa masih ada yang mengobrol dengan temannya.
Pada saat proses pembelajaran siswa bersifat pasif, hal tersebut sesuai dengan
hasil observasi yang menunjukkan skor motivasi belajar siswa 52,98 yang
termasuk dalam kategori rendah. Berikut adalah hasil motivasi siswa Kelas XI
SMK Islam Al Qomar pada kondisi awal.
Tabel 4.1 Kuesioner motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PKK
dengan penerapan model PBL
No Nama Rata-Rata Kategori
1 Amelia Putri 64, 58 Sedang
2 Aulia Sahara 62,50 Sedang
3 Faricha Shofa 62,50 Sedang
4 Fika Nur Laila 45,83 Rendah
5 Irgi Maulana 37,50 Rendah
6 Khalim Nurbiyah 37,50 Rendah
7 Kurni Cahya Adi 60,42 Sedang
8 M. Anang Ma’ruf 45,83 Rendah
9 M. Fatih Rafsanjani 75,00 Cukup
10 M. Ilham Manshuri 64, 58 Sedang
11 Nur Fika A 62,50 Sedang
12 Siti Fatimatuz A 62,50 Sedang
13 Suyatni 62,50 Sedang
14 Syafaatul Utma 62,50 Sedang
15 Purwaningsih 45,83 Rendah

28
16 Ziadatul Ilmi 37,50 Rendah
Rata-rata 55,78 Rendah
Tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada kondisi
awal sebagian masih rendah. Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
terdapat 6 orang siswa dan 10 siswa dalam kategori sedang. Dalam hasil
kuesioner observasi motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi
75,00 skor terendah 37,50 dan skor rata-rata 55,78. Setelah dihitung rata-rata

data menunjukkan bahwa siswa kelas XI memiliki tingkatan motivasi belajar


yang termasuk dalam kategori rendah.
Berdasarkan hasil pemaparan diatas, peneliti akan melaksanakan
pembelajaran di kelas XI dengan penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) pada pelajaran PKK. Peneliti menyampaikan kepada
guru kelas bahwa Penelitian Tindakan kelas ini akan dilaksanakan selama 3
kali siklus yang mana dalam setiap siklusnya peneliti akan melaksanakan
selama satu kali pertemuan durasi 2 x 45 menit dengan model pembelajaran
Problem Based Learning. Peneliti juga menjelaskan kepada pendidik bahwa
yang bertindak sebagai pelaksana tindakan adalah peneliti, dan yang bertindak
sebagai pengamat adalah pendidik pembelajaran PKK kelas XI. Pengamat
dalam hal ini bertugas untuk mengamati semua aktifitas dari peneliti dan murid
dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Untuk mempermudah
pengamatan tersebut peneliti akan memberikan lembar observasi terhadap
aktivitas guru dan respon siswa yang sebelumya telah dipersiapkan oleh
peneliti.
Pada setiap siklus dilengkapi dengan dengan satu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai perangkat dalam proses belajaran mengajar.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksankan oleh peneliti yang bertindak
sebgai guru pada hari Kamis tanggal 8 Agustus 2019 sedangkan siklus II dan
III pada hari selanjutnya.
Adapun uraian pelaksanaan tiap siklus adalah sebagai berikut.
1. Siklus I
Siklus I dilaksankan dalam satu kali pertemuan pada kelas XI SMK Islam
Al Qomar. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2019.
Satu kali pertemuan dilaksakan 2 x 45 menit. Dalam penelitian ini
berkolaborasi dengan guru yang turut membantu dalam proses
29
pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan meliputi tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Berikut penjelasan pada
masing masing tahapan.
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan yang telah dilakukan peneliti yaitu menyiapkan
kebutuhan pada siklus I dengan menyiapkan pernagkat pembelajaran
seperti RPP, LKPD, soal evaluasi, dan media. Media yang digunakan
adalah video pembelajaran untuk memperjelas materi organ
pernapasan pada manusia. Selain itu peneliti menyiapkan instrument
penelitian yaitu lembar observasi dan kuesioner sebagai pengukur
motivasi belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Agustus
2019 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit yaitu Materi Sikap dan
Perilaku Wirausaha
1) Kegitan awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam,
menanyakan kabar, dan meminta untuk berdoa bersama sebelum
mulai pembelajaran. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
tetang pelajaran PKK Materi Sikap dan perilaku Wirausaha
2) Kegiatan Inti
Pada awal kegitan guru memberikan sebuah video tentang
pengusaha melalui power point untuk dilihat siswa. Selanjutnya
guru menyuruh siswa menceritakan hasil dari pengamatan
tersebut. Selanjutnya guru memberikan penjelasan tentang kata
tanya yang dapat digunkan untuk mendapatkan suatu informasi
dari suatu teks. Selanjutnya Guru menyuruh siswa untuk
mengerjakan tugas secara berkelompok pada LKPD aktivitas 1.
Guru memutarkan video pembelajaran dengan materi Sikap dan
Perilaku Wirausaha. Kemudian guru memberikan tugas pada
siswa yang ada di LKPD aktivitas 2 untuk Mencari contoh
wirausaha yang sukses. Setelah selesai mengerkan siswa diminta
untuk mempersentasikan hasil

30
pekerjaannya dengan kelomponya. Kemuadian guru memberinkan
penguatan tentang materi yang telah dipelajari.
3) Kegiatan Penutup
Pada akhir kegiatan guru dan siswa melakukan refleksi tentang
materi yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan soal
evaluasi. Guru dan siswa berdoa dan mengucapkan slam untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran hari ini.
c. Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dan rekan peneliti.
Peneliti dan rekan peneliti mengobservasi motivasi belajar siswa
dengan mengisi lembar observasi yang telah disipakan oleh peneliti.
1) Berikut adalah hasil observasi motivasi belajar siswa pada siklus I.
Tabel 4.2 Kuesioner motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
PKK dengan penerapan model PBL Siklus I
No Nama Rata-Rata Kategori
1 Amelia Putri 75,00 Cukup
2 Aulia Sahara 80,56 Tinggi
3 Faricha Shofa 90,45 Tinggi
4 Fika Nur Laila 75,00 Cukup
5 Irgi Maulana 78,93 Cukup
6 Khalim Nurbiyah 90,45 Tinggi
7 Kurni Cahya Adi 75,00 Cukup
8 M. Anang Ma’ruf 78,93 Cukup
9 M. Fatih Rafsanjani 75,00 Cukup
10 M. Ilham Manshuri 75,00 Cukup
11 Nur Fika A 78,93 Tinggi
12 Siti Fatimatuz A 86,00 Tinggi
13 Suyatni 92,00 Tinggi
14 Syafaatul Utma 89,65 Tinggi
15 Purwaningsih 89,45 Tinggi
16 Ziadatul Ilmi 92,00 Tinggi
Rata-rata 87.90 Tinggi

31
Berdasarkan tabel diatas hasil motivasi belajar pada siklus I
diperoleh rata-rata 87,90 dengan kategori tinggi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa motivasi belajar pada siklus I mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan saat pra penelitian.
2) Hasil Observasi Aktivitas Guru (Peneliti) siklus I
Standart dalam penilain aktivitas guru ada 5 yaitu, skor 1 untuk
indikator muncul dengan sangat kurang baik, skor 2 untuk
indikator muncul dengan kurang baik, skor 3 untuk indikator
muncul dengan cukup baik, skor 4 untuk indikator muncul baik,
dan skor 5 untuk indikator muncul dengan sangat baik. Hasilnya
pada pertemuan pertama dari observer pertama peneliti
mendapatkan nilai total 102 dan dari observer kedua peneliti
mendapatkan nilai total 98 dari jumlah skor maksimal 110. Dari
nilai tersebut didapatkan prosentase aktivitas guru pada pertemuan
pertama adalah 90,85 % dengan kategori sangat baik. Hasil yang
diperoleh peneliti dari observer pertama dan kedua dapat dilihat
pada table di bawah ini.
Tabel 4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelejaran PKK
dengan Model PBL Siklus I
Problem Based Indikator O1 O2
Learning
Kegiatan a. Guru mengucapkan salam 5 5
Pendahuluan b. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa 5 5
c. Guru mengabsen siswa 5 5
d. Guru mengaitkan materi yang akan dipelajari 4 4
dengan bertanya jawab dengan siswa
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan 5 4
manfaat materi yang akan dipelajari
Kegiatan Inti a. Guru meminta siswa secara berkelompok untuk 4 4
Fase 1: membaca teks materi sikap dan perilaku
Mengorganisasi wirausaha
Siswa dalam b. Guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil 5 4
Belajar yang diperoleh dari mengamati video
Fase 2: Penyajian a. Guru membagikan LKPD pada siswa 5 5
Informasi b. Guru bersama siswa membuat kalimat tanya yang 5 4
tepat berdasarkan materi yang berjudul Sikap dan
Perilaku wirausaha

32
Fase 3: a. Guru meminta siswa untuk mecermati teks bacaan 4 4
Membimbing yang ada di LKS
Kegiatan Belajar
Kelompok
b. Guru bertanya kepada siswa sika[ dan perilaku 5 4
wirausaha yang sukses itu yang bagaimana?

c. Guru meminta siswa secara bergantian 5 5


menyampaikan pendapatnya
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 4 4
menyampaikan materi yang ada di video
e. Guru memberikan penguatan tentang materi yang 4 5
dipelajari
f. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada 4 4
siswa tentang materi yang belum dipahami
g. Guru memberikan hasil penilaian pada hasil karya 5 5
kelompok yang ada di LKPD
Kegitan Penutup a. Guru meminta siswa mengerjakan evaluasi 5 5
b. Guru meminta siswa mengumpulkan soal evaluasi 5 5

c. Guru melakukan refleksi pembelajaran 4 4


d. Guru menyampaikan kompetensi belajar 4 4
berikutnya
e. Guru meminta siswa yang aktif saat pelajaran 5 5
untuk memimpin doa
f. Guru mengucapkan salam 5 5
Jumlah 102 98
Prosentase 92,7 89%
%
Rata-rata prosentase 90,85%
Kategori Sangat baik

3) Hasil Observasi Aktivitas Siswa siklus I


Standart dalam penilain aktivitas siswa ada 5 yaitu, skor 1 untuk
aktivitas siswa sangat kurang, skor 2 untuk aktivitas siswa kurang
baik, skor 3 untuk aktivitas siswa dengan cukup baik, skor 4 untuk
aktivitas siswa muncul baik, dan skor 5 untuk aktivitas siswa
dengan sangat baik. Hasilnya pada pertemuan pertama dari
observer pertama, siswa mendapatkan nilai total 88 dan dari
observer kedua mendapatkan nilai total 74 dari jumlah skor
maksimal adalah 110. Dari nilai tersebut didapatkan prosentase
aktivitas siswa pada pertemuan pertama sebesar 73,5% dengan
kategori aktivitas siswa baik. Hasil aktivitas siswa dari observer
pertama dan kedua dapat dilihat pada table di bawah ini.
33
Tabel 4.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelejaran
PKK dengan Model PBL Siklus I
Problem Based Kegiatan O1 O2
Learning
Kegiatan a. Siswa menjawab salam 4 4
Pendahuluan b. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang gambar 4 4
yang disajikan
Kegiatan Inti a. Secara berkelompok siswa membaca teks materi 4 4
Fase 1: sikap dan perilau wirausaha pada media
Mengorganisasi pembelajaran power point yang disajikan guru
Siswa dalam b. Guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil 3 4
Belajar yang diperoleh dari membaca teks tersebut.
Fase 2: Penyajian a. Siswa menyimak penjelasan guru melalui media 3 4
Informasi pembelajaran tayangan power point tentang kata
tanya
b. Siswa mencatat hal-hal penting tentang kata tanya 4 4
c. Siswa membuat kalimat tanya yang tepat 4 4
berdasarkan teks pada media power point dengan
sikap dan perilaku yang bagaimana yang bisa
membuat wirausaha sukses?
d. Siswa menuliskan hasil pertanyaan yang telah 4 3
dibuat pada LKPD aktivitas 1
e. Siswa menuliskan informasi yang di dapat dari 3 3
teks bacaan dengan menggunakan pertanyaan apa,
dimana, kapan, siapa beserta jawabannya
f. Siswa mempresentasikan informasi yang 3 4
diperoleh di depan kelas dan kelompok yang lain
menanggapi
Fase 3: a. Siswa mencermati tteks bacaan sikap dan perilaku 4 3
Membimbing wirausaha
Kegiatan Belajar
Kelompok
b. Siswa megutrakan pendapatnya tentang teks sikap 3 3
dan perilaku wirausaha

c. Siswa menyimak video pembelajaran tentang 4 4


organ pernapasan hewan yang ditampilkan di
layar
d. Siswa berkelompok berdiskusi untuk 4 3
membandingkan sikap dan perialku wirausaha
sukses dan gagal
e. Siswa membuat bagan klasifikasi perialaku 4 4
wirausaha yang sukses dan gagal

f. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di 3 3


depan kelas dan kelompok lain ikut menanggapi
g. Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang 3 3
belum dipahami

34
Kegitan Penutup a. Siswa mengerjakan soal evaluasi 3 3
b. Siswa mengumpulkan soal evaluasi 3 3
c. Siswa melakukan refleksi pembelajaran 3 3
d. Siswa yang aktif saat pelajaran untuk memimpin 4 4
doa
e. Siswa menjawab salam 4 4
Jumlah 88 74
Prosentase 80% 67%
Rata-rata prosentase 73,5 %
Kategori Baik
d. Refleksi
Hasil kuesioner motivasi siswa menunjukkan hasil yang dicapai
pada pertemuan pertama dengan rata-rata 82,64 dengan kategori
tinggi. Sehingga motivasi belajar siswa dapat dikatakan meningkat
jika dibandingkan pada pra penelitian yang rata-rata motivasi belajar
siswa adalah 55,78 yang berada di kategori rendah.
Hasil pengamatan aktivitas guru menunjukkan hasil yang dicapai
pada pertemuan pertama dengan prosentase 90,85 dengan
kemmapuan mengajar guru sangat baik. Hal tersebut menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas guru kea rah yang lebih baik.
Hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa hasil yang
dicapai pada pertemuan pertama dengan prosentase 73,5% dengan
kategori aktivitas siswa baik.
Berdasarkan uaraian diatas dapat dismpulkan bahwa hasil yang
diperoleh peneliti dalam melakukan telah tercapai dengan baik.
Namun guru masih mengalami kendala seperti siswa kurang aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran, masih ada siswa yang selalu
berbicara sat proses pembelajaran. Olek karena itu, untuk pertemuan
selanjutnya perlu dilakukan perbaikan lagi. Guru sebagai peneliti
bersama dengan kedua pengamat sepakat melanjutkan penelitian
tindakan kelas pada siklus II.
2. Siklus II
Siklus II dilaksankan dalam satu kali pertemuan pada kelas XI
SMK Islam AlQomar. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 19
Agustus 2021. Satu kali pertemuan dilaksakan 2 x 45 menit. Dalam

35
penelitian ini berkolaborasi dengan guru yang turut membantu dalam proses
pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan meliputi tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Berikut penjelasan pada
masing masing tahapan.
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan yang telah dilakukan peneliti yaitu menyiapkan kebutuhan
pada siklus II dengan menyiapkan pernagkat pembelajaran seperti RPP,
LKPD, soal evaluasi, dan media. Media yang digunakan adalah video
pembelajaran untuk memperjelas materi organ pernapasan pada manusia.
Selain itu peneliti menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar
observasi dan kuesioner sebagai pengukur motivasi belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan (Pertemuan I)
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Kamis 15 Agustus
2019 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit yaitu materi peluang usaha
1) Kegitan awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam,
menanyakan kabar, dan meminta untuk berdoa bersama sebelum
mulai pembelajaran. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
tetang pelajaran PKK materi peluang usaha
2) Kegiatan Inti
Langkah yang diambil dalam kegiatan inti, guru memulai dengan
menyuruh siswa melihat tayangan yang di sajikan pada power point
yang ada di layar. Siswa mengemukakan hal yang di dapat dari
mengamati pada layar. Siswa membaca tek dan melihat video
pembelajaran tentang peluang usaha online. Siswa mengemukakan
hasil yang di dapat dari membaca dan melihat video tersebut. Guru
meminta siswa untuk membuat bagan tentang analisispeluang
usaha di LKPD aktivitas 1. Guru menjelaskan kepada siswa tentang
kata tanya yang dapat digunakan dalam memeproleh informasi
pada teks. Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKPD aktitas 2,
sebelumnya disuruh membaca teks kemudian diminta untuk
membuat pertanyaan dan jawaban yang sesuai dengan teks bacaan.
Pertanyaan dan jawaban disajikan dalam bentuk tabel. Setiap
kelompok mepresentasikan hasil diskusi. Guru memberikan soal
36
evaluasi untuk mengukur pemhaman siswa tentang materi yang
dipelajari.
3) Kegiatan Penutup
Pada akhir kegiatan guru dan siswa melakukan refleksi tentang
materi yang telah dipelajari. Kemudian guru menyampaikan
kompetensi pelajaran untuk hari berikutnya. Guru dan siswa berdoa
dan mengucapkan slam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran
hari ini.
c. Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dan rekan peneliti.
Peneliti dan rekan peneliti mengobservasi motivasi belajar siswa dengan
mengisi lembar observasi yang telah disipakan oleh peneliti.
1) Berikut adalah hasil observasi motivasi belajar siswa pada siklus II
Tabel 4.5 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa dalam Penerapan
Pembelejaran PKK dengan Model PBL Siklus II
No Nama Rata-Rata Kategori
1 Amelia Putri 75,00 Cukup
2 Aulia Sahara 80,56 Tinggi
3 Faricha Shofa 90,45 Tinggi
4 Fika Nur Laila 90,45 Tinggi
5 Irgi Maulana 78,93 Cukup
6 Khalim Nurbiyah 90,45 Tinggi
7 Kurni Cahya Adi 80,56 Tinggi
8 M. Anang Ma’ruf 90,45 Tinggi
9 M. Fatih Rafsanjani 90,45 Tinggi
10 M. Ilham Manshuri 90,45 Tinggi
11 Nur Fika A 78,93 Tinggi
12 Siti Fatimatuz A 86,00 Tinggi
13 Suyatni 92,00 Tinggi
14 Syafaatul Utma 89,65 Tinggi
15 Purwaningsih 89,45 Tinggi
16 Ziadatul Ilmi 92,00 Tinggi
Rata-rata 92,60 Tinggi

37
Dari hasil motivasi belajar pada siklus II diperoleh rata-rata dengan
kategori tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi belajar
pada siklus II mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan saat
siklus I.
2) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Standart dalam penilain aktivitas guru ada 5 yaitu, skor 1 untuk
indikator muncul dengan sangat kurang baik, skor 2 untuk indikator
muncul dengan kurang baik, skor 3 untuk indikator muncul dengan
cukup baik, skor 4 untuk indikator muncul baik, dan skor 5 untuk
indikator muncul dengan sangat baik. Berikut tabel hasil observasi
aktivitas guru.
Tabel 4.6 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Penerapan
Pembelejaran PKK dengan Model PBL Siklus II
Problem Based Kegiatan O1 O2
Learning
Kegiatan a. Guru mengucapkan salam 5 5
Pendahuluan b. Guru mengajak peserta didik untuk 5 5
berdoa
c. Guru mengabsen siswa 5 5
d. Guru mengaitkan materi yang akan 4 4
dipelajari dengan bertanya jawab
dengan siswa
e. Guru menyampaikan tujuan 5 5
pembelajaran dan manfaat materi yang
akan dipelajari
Kegiatan Inti c. Guru memberikan kesempatan kepada 4 4
Fase 1: siswa untuk menceritakan isi teks
Mengorganisasi bacaan
Siswa dalam d. Guru memberikan dua pertanyaan 5 5
Belajar kepada siswa tentang bacaan
Fase 2: c. Guru membagikan LKPD pada siswa 5 5
Mengorganisasian d. Guru memberikan tugas siswa untuk 5 5
Siswa Dalam membuat bagan tentang faktor
Belajar penyebab gangguan pernapasan
manusia yang ada di LKPD aktivitas 1
Fase 3: h. Guru menampilkan contoh bagan yang 5 5
dibuatnya
i. Guru memutar video tentang faktor- 5 5
faktor penyebab gangguan pernapasan

38
Membimbing j. Guru memberikan penguatan tentang 4 4
Kegiatan Belajar peluang usaha
Kelompok
k. Guru menyajikan materi melalui power 5 5
point tentang kalimat tanya apa,
siapa, dimana, bagaimana, dan
mengapa
l. Guru meminta siswa untuk 5 5
mengerjakan LKPD aktivitas 2
Fase 4 a. Guru meminta setiap kelompok untuk 4 4
Mengembangkan mempresentasikan hasil pekerjaannya
dan Menyajikan
Hasil Karya
Fase 5 a. Guru memberikan penguatan tentang 4 4
Menganalisis kalimat tanya apa, siapa, dimana,
dan bagaimana, dan mengapa
mengevaluasi b. Guru memberikan soal evaluasi 5 5
proses
pemecahan
masalah
Kegitan Penutup g. Guru melakukan refleksi pembelajaran 4 4
h. Guru menyampaikan kompetensi 4 4
belajar berikutnya
i. Guru menutup pembelajaran dengan 5 5
membaca doa
j. Guru mengucapkan salam 5 5
Jumlah 98 98
Prosentase 93% 93%
Rata-rata prosentase 93%
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan tabel diatas hasilnya pada siklus II dari observer pertama
peneliti mendapatkan nilai total 98 dari skor maksimal 105 dengan
prosentase 93% dan dari observer kedua peneliti mendapatkan nilai
total 98 dari skor maksimal 105 dengan prosentase 93%. Dari nilai
tersebut didapatkan prosentase rata-rata aktivitas guru pada pertemuan
pertama adalah 93 % dengan kategori sangat baik.
3) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Standart dalam penilain aktivitas siswa ada 5 yaitu, skor 1 untuk
aktivitas siswa sangat kurang, skor 2 untuk aktivitas siswa kurang
baik, skor 3 untuk aktivitas siswa dengan cukup baik, skor 4 untuk
aktivitas siswa muncul baik, dan skor 5 untuk aktivitas siswa dengan
sangat baik. Berikut tabel penelitian aktivitas siswa yang diperoleh
peneliti.

39
Tabel 4.7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Penerapan
Pembelejaran PKK dengan Model PBL Siklus II
Problem Based Kegiatan O1 O2
Learning
Kegiatan a. Siswa Menjawab salam 4 4
Pendahuluan b. Siswa berdoa sebelum kegiatan 4 4
pembelajaran
c. Siswa menjawab presensi dari guru 4 4
Kegiatan Inti a. Siswa membaca dan mengamati gambar 3 4
Fase 1: melalui power point
Mengorganisasi b. Siswa menjawab pertanyaan yang 4 4
Siswa dalam diberikan oleh guru
Belajar
Fase 2: a. Siswa secara berkelompok membaca teks 4 4
Mengorganisasian tentang peluang usaha
Siswa Dalam
Belajar b. Siswa secara berkelompok membuat bagan 4 4
tentang peluang usaha

Fase 3: a. Siswa melihat video pembelajaran tentang 4 4


Membimbing faktor penyebab terjadinya organ
Kegiatan Belajar pernapasan
b. Perwakilan kelompok mempresentasikan 3 4
Kelompok
hasil pembuatan bagan
c. Setiap kelompok membaca hasil analisis 4 4
peluang usaha

Fase 4 a. Secara kelompok siswa melengkapi tabel 4 4


Mengembangkan pertanyaan beserta jawaban menggunakan
dan Menyajikan kata apa, siapa, dimana, bagaimana, dan
Hasil Karya mengapa beserta jawaban dari teks bacaan
yang ada di LKPD
Fase 5 a. Siswa mengerjakan soal evaluasi yang 4 4
Menganalisis diberikan guru
dan
mengevaluasi
proses
pemecahan
masalah
Kegitan Penutup a. Siswa melakukan refleksi pembelajaran 4 4
yang telah dipelajari
b. Siswa berdoa 4 4
c. Siswa menjawab salam dari guru 4 4
Jumlah Skor 58 60
Prosentase 77% 80%

40
Rata-rata prosentase 78,5%
Kategori Baik
Berdasarkan tabel diatas hasilnya pada siklus II dari observer pertama
peneliti mendapatkan nilai total 58 dari skor maksimal 75 dengan
prosentase 77% dan dari observer kedua peneliti mendapatkan nilai
total 60 dari skor maksimal 75 dengan prosentase 80%. Dari nilai
tersebut didapatkan prosentase rata-rata aktivitas guru pada siklus II
adalah 78,5 % dengan kategori baik.
d. Refleksi
Hasil kuesioner motivasi siswa menunjukkan hasil yang dicapai
pada pertemuan pertama dengan rata-rata 80,45 dengan kategori tinggi.
Sehingga motivasi belajar siswa dapat dikatakan meningkat jika
dibandingkan pada penelitian siklus I yang rata-rata motivasi belajar
siswa adalah 77,23 yang berada di kategori tinggi.
Hasil pengamatan aktivitas guru menunjukkan hasil yang dicapai
pada siklus II dengan prosentase 93 % dengan kemamapuan mengajar
guru sangat baik. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas guru jika dibandingkan dengan penelitian siklus I dengan
prosentase 90,85% dengan kemampuan guru sangat baik.
Hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa hasil yang
dicapai pada siklus II dengan prosentase 78,5% dengan aktivitas siswa
dalam kategori baik. Hal tersebu menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas siswa jika dibandingkan dengan penelitian siklus I dengan
prosentase 73,5% dengan kategori aktivitas siswa baik.
Berdasarkan uaraian diatas dapat dismpulkan bahwa hasil yang
diperoleh peneliti dalam melakukan telah tercapai dengan baik. Namun
guru masih mengalami kendala seperti siswa kurang aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran, masih ada siswa yang selalu berbicara
sat proses pembelajaran. Olek karena itu, untuk pertemuan selanjutnya
perlu dilakukan perbaikan lagi. Guru sebagai peneliti bersama dengan
kedua pengamat sepakat melanjutkan penelitian tindakan kelas pada
siklus III.

41
3. Siklus III
Siklus III dilaksankan dalam satu kali pertemuan pada kelas V MI
Nurul Ulum Gadungan. Siklus III dilakukan pada hari Kamis tanggal 22
Agustus 2019. Satu kali pertemuan dilaksakan 2 x 45 menit. Dalam
penelitian ini berkolaborasi dengan guru yang turut membantu dalam proses
pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan meliputi tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Berikut penjelasan pada
masing masing tahapan.
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan yang telah dilakukan peneliti yaitu menyiapkan kebutuhan
pada siklus III dengan menyiapkan pernagkat pembelajaran seperti RPP,
LKPD, soal evaluasi, dan media. Media yang digunakan adalah video
pembelajaran untuk memperjelas materi organ pernapasan pada manusia.
Selain itu peneliti menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar
observasi dan kuesioner sebagai pengukur motivasi belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama siklus III dilaksanakan pada hari Kamis 22 Agustus
2019 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit yaitu ha katas kekayaan
intelektual.
1) Kegitan awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam,
menanyakan kabar, dan meminta untuk berdoa bersama sebelum
mulai pembelajaran. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
tetang pelajaran PKK materi hak atas kekayaan intelektual.
2) Kegiatan Inti
Langkah yang diambil dalam kegiatan inti, guru memulai dengan
menyuruh siswa membaca teks bacaan yang ada di buku siswa
tentang hak atas kekayaan intelektual Siswa mengemukakan hal
yang di dapat dimati membaca teks. Kemudian siswa diminta
untuk melengkapi tabel yang ada di LKPD aktivitas

42
1. Guru mengingatkan siswa tentang kata tanya apa saja yang dapat
digunakan dalam menyebutkan informasi dalam teks bacaan. Salah
satu siswa mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru
memutar video tentang “masalah pelanggaran HAKI” . Guru
meminta siswa untuk mengerjakan LKPD aktitas 2, sebelumnya
disuruh membaca teks kemudian diminta untuk membuat bagan
tentang klasifikasi HAKI. Setiap kelompok mepresentasikan hasil
diskusi. Guru memberikan soal evaluasi untuk mengukur
pemhaman siswa tentang materi yang dipelajari.
3) Kegiatan Penutup
Pada akhir kegiatan guru dan siswa melakukan refleksi tentang
materi yang telah dipelajari. Kemudian guru menyampaikan
kompetensi pelajaran untuk hari berikutnya. Guru dan siswa berdoa
dan mengucapkan slam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran
hari ini.
c. Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dan rekan peneliti.
Peneliti dan rekan peneliti mengobservasi motivasi belajar siswa dengan
mengisi lembar observasi yang telah disipakan oleh peneliti.
1) Berikut adalah hasil observasi motivasi belajar siswa pada siklus III
Tabel 4.8 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa dalam Penerapan
Pembelejaran PKK dengan Model PBL Siklus III
No Nama Rata-Rata Kategori
1 Amelia Putri 85,76 Cukup
2 Aulia Sahara 80,56 Tinggi
3 Faricha Shofa 90,45 Tinggi
4 Fika Nur Laila 90,45 Tinggi
5 Irgi Maulana 88,92 Tinggi
6 Khalim Nurbiyah 90,45 Tinggi
7 Kurni Cahya Adi 80,56 Tinggi
8 M. Anang Ma’ruf 90,45 Tinggi
9 M. Fatih Rafsanjani 90,45 Tinggi
10 M. Ilham Manshuri 90,45 Tinggi
11 Nur Fika A 90,54 Tinggi

43
12 Siti Fatimatuz A 86,00 Tinggi
13 Suyatni 92,00 Tinggi
14 Syafaatul Utma 89,65 Tinggi
15 Purwaningsih 89,45 Tinggi
16 Ziadatul Ilmi 92,00 Tinggi
Rata-rata 97.45 Tinggi
Berdasarkan tabel diatas hasil motivasi belajar pada siklus III
diperoleh rata-rata 97,45 dengan kategori tinggi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa motivasi belajar pada siklus III mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan saat siklus I diperoleh rata-rata
82,64 dengan kategori tinggi dan pada siklus II diperoleh rata-rata
87.92 Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa
dengan menggunkan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) mengalami peningkatan.
2) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Standart dalam penilain aktivitas guru ada 5 yaitu, skor 1 untuk
indikator muncul dengan sangat kurang baik, skor 2 untuk indikator
muncul dengan kurang baik, skor 3 untuk indikator muncul dengan
cukup baik, skor 4 untuk indikator muncul baik, dan skor 5 untuk
indikator muncul dengan sangat baik. Berikut tabel hasil observasi
aktivitas guru.
Tabel 4.9 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Penerapan
Pembelejaran PKK dengan Model PBL Siklus III
Problem Based Kegiatan O1 O2
Learning
Kegiatan a. Guru mengucapkan salam 5 5
Pendahuluan b. Guru mengajak peserta didik untuk 5 5
berdoa
c. Guru mengabsen siswa 5 5
d. Guru mengaitkan materi yang akan 4 4
dipelajari dengan bertanya jawab
dengan siswa
e. Guru menyampaikan tujuan 4 4
pembelajaran dan manfaat materi yang
akan dipelajari
Kegiatan Inti a. Guru memberikan kesempatan kepada 5 4
Fase 1: siswa untuk menceritakan isi teks
bacaan

44
Mengorganisasi b. Guru memberikan dua pertanyaan 4 5
Siswa dalam kepada siswa tentang bacaan
Belajar
a. Guru membagikan LKPD pada siswa
Fase 2: b. Guru memberikan tugas secara 5 5
Mengorganisasian berkelompok untuk melengkapi tabel
Siswa Dalam pertanyaan menggunakan katra apa,
siapa, di mana, bagaimana, dan
Belajar
mengapa beserta jawabannya pada
LKPD aktivitas 1
Fase 3: a. Guru memutar video tentang cara 5 5
Membimbing memelihara organ pernapasan
Kegiatan Belajar
Kelompok b. Guru memberikan kesempatan kepada 5 4
siswa untuk menyampaikan materi
yang ada di video
Fase 4 a. Guru meminta setiap kelompok untuk 4 5
Mengembangkan mempresentasikan hasil pekerjaannya
dan Menyajikan b. Guru memberi penguatan tentang ha 4 4
Hasil Karya katas kekayaan intelektual
Fase 5 a. Guru memberikan soal evaluasi 5 5
Menganalisis
dan
mengevaluasi
proses
pemecahan
masalah
Kegitan Penutup a. Guru melakukan refleksi pembelajaran 5 5
b. Guru menyampaikan kompetensi 5 5
belajar berikutnya
c. Guru menutup pembelajaran dengan 5 5
membaca doa
d. Guru mengucapkan salam 5 5
Jumlah Skor 85
Prosentase 94 94
% %
Rata-rata prosentase 94%
Kategori Sangat
baik
Berdasarkan tabel diatas hasilnya pada siklus III dari observer pertama
peneliti mendapatkan nilai total 85 dari skor maksimal 90 dengan
prosentase 94% dan dari observer kedua peneliti mendapatkan nilai
total 85 dari skor maksimal 90 dengan prosentase 94%. Dari nilai
tersebut didapatkan prosentase rata-rata aktivitas guru pada pertemuan
pertama adalah 94 % dengan kategori sangat baik.
3) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Standart dalam penilain aktivitas siswa ada 5 yaitu, skor 1 untuk
45
aktivitas siswa sangat kurang, skor 2 untuk aktivitas siswa kurang

baik, skor 3 untuk aktivitas siswa dengan cukup baik, skor 4 untuk
aktivitas siswa muncul baik, dan skor 5 untuk aktivitas siswa dengan
sangat baik. Berikut tabel penelitian aktivitas siswa yang diperoleh
peneliti.
Tabel 4.10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Penerapan
Pembelejaran PKK dengan Model PBL Siklus III
Problem Based Kegiatan O1 O2
Learning
Kegiatan d. Siswa menjawab salam 5 5
Pendahuluan e. Siswa berdoa sebelum kegiatan 5 5
pembelajaran
f. Siswa menjawab presensi dari guru 4 4
Kegiatan Inti c. Siswa membaca dan mengamati gambar 3 3
Fase 1: yang ada di buku siswa hal 91
Mengorganisasi d. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan 4 4
Siswa dalam oleh guru
Belajar
Fase 2: c. Siswa secara berkelompok membaca teks 3 4
Mengorganisasian tentang bahaya kabut asap dan cara
Siswa Dalam mengatasinya
Belajar d. Siswa secara berkelompok dapat melengkapi 4 4
tabel pada LKPD aktivitas 1

Fase 3: d. Siswa melihat video pembelajaran tentang 4 4


Membimbing pelanggaran HAKI
Kegiatan Belajar e. Siswa menyampaikan materi yang ada di 3 4
Kelompok video pembelajaran tentang Ha katas
Kekayaan Intelektual
Fase 4 b. Secara kelompok siswa mengerjakan LKPD 4 4
Mengembangkan aktivitas 2
dan Menyajikan c. Siswa mempresentasikan hasil diskusi 4 4
Hasil Karya kelompoknya
Fase 5 b. Siswa mengerjakan soal evaluasi yang 4 4
Menganalisis diberikan guru
dan
mengevaluasi
proses
pemecahan
masalah
Kegitan Penutup d. Siswa melakukan refleksi pembelajaran 4 3
yang telah dipelajari
e. Siswa berdoa 5 5
f. Siswa menjawab salam dari guru 5 5
Jumlah Skor 61 62

46
Prosentase 81,3% 82,7%
Rata-rata Prosentase 82%
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan tabel diatas hasilnya pada siklus III dari observer pertama
peneliti mendapatkan nilai total 61 dari skor maksimal 75 dengan
prosentase 81,3% dan dari observer kedua peneliti mendapatkan nilai
total 62 dari skor maksimal 75 dengan prosentase 82,7%. Dari nilai
tersebut didapatkan prosentase rata-rata aktivitas guru pada siklus III
adalah 82 % dengan kategoriaktivitas siswa sangat baik.
d. Refleksi
Hasil kuesioner motivasi siswa menunjukkan hasil yang dicapai
pada siklus III dengan rata-rata 83,48 dengan kategori tinggi. Sehingga
motivasi belajar siswa dapat dikatakan meningkat jika dibandingkan
pada penelitian siklus I yang rata-rata motivasi belajar siswa adalah 77,23
yang berada di kategori tinggi dan siklus II yang rata-rata motivasi
belajar siswa adalah 80,45. Pada siklus III motivasi belajar siswa
memperoleh skro 83,48 menunjukkan tingkat tinggi.
Hasil pengamatan aktivitas guru menunjukkan hasil yang dicapai
pada siklus III dengan prosentase 94 % dengan kemamapuan mengajar
guru sangat baik. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas guru jika dibandingkan dengan penelitian siklus I dengan
prosentase 90,85% dengan kemampuan guru sangat baik dan pada siklus
II dengan porsentase 93% dengan kemmapuan guru sangat baik
Hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa hasil yang
dicapai pada siklus III dengan prosentase 82% dengan aktivitas siswa
dalam kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas siswa jika dibandingkan dengan penelitian siklus I
dengan prosentase 73,5% dengan kategori aktivitas siswa baik. Dan pada
siklus II dengan prosentase 78,5% dengan kategori aktivitas siswa baik.
Berdasarkan uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil yang
diperoleh peneliti dalam melakukan penelitian telah tercapai dengan
baik. Hal tersebut terlihat pada motivasi belajar siswa mengalami
peningkatan pada siklus I, II, dan III. Selain itu peningkatan kemmapuan

47
guru pada siklus I, II,dan III mengalami peningkatan sehingga berada
pada kategori sangat baik. Dan aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) mengalami
peningkatan dengan kategori sangat baik. Dengan memperhatikan hal
tesebut maka peneliti sudah berhasi dalam melakukan penelitian karena
sudah seusai dengan kriteria keberhasilan yuang diharapkan, sehingga
tidak perlu melakukan siklus selanjutnya.
B. Temuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian dengan jumlah satu pertemuan, peneliti dan
observer menemukan bebrapa hal saat proses pembelajaran sedang
berlangsung.
1. Perencanaan
Kondisi pembelajaran yang terjadi di SMK Islam Al Qomar
kurang kondusif dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini
dikarenakan guru dalam mengajar hanya menggunakan metode ceramah.
Beberapa cenderung melakukan aktivitas lain seperti bermain sendiri,
berbicara dengan temannya saat guru menjelaskan materi PKK. Dari
kondisi inilah guru menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning agar siswa dapat lebih aktif dan berfikir kritis dalam mengikuti
pelajaran PKK. Sehingga motivasi siswa dapat meningkat saat mengikuti
pembelajaran PKK.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti membuat perangkat
pernagkat pembelajaran seperti RPP, LKPD, soal evaluasi, dan media.
Media yang digunakan adalah video pembelajaran. Selain itu peneliti
menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi dan kuesioner
sebagai pengukur motivasi belajar siswa.
2. Pelaksanaan
Pada saat pelaksanaan pembelajaran anak-anak terlihat antusias
dalam mengikuti pelajaran. Siswa juga terlibat aktif dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan guru. Saat mengerjakan tugas dengan kelompok
semua anggota kelompok terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas secara

48
kelompok. Selain itu siswa juga berani menyampiakan hasil diskusi
kelompok mereka di depan kelas.
3. Penilaian
Hasil penelitian dari observasi guru dan siswa yang diperoleh peneliti
dalam siklus I mendapatkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari
pengamatan aktivitas guru pada siklus I didapatkan prosentase aktivitas guru
pada pertemuan pertama adalah 90,85 % dengan kategori sangat baik. Aktivitas
guru pada siklus II didapatkan prosentase aktivitas guru adalah 93 % dengan
kategori sangat baik. Sedangkan aktivitas guru pada siklus III didapatkan
prosentase 94% dengan kategori sangat baik.
Sedangkan pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa hasil yang
dicapai pada siklus I didapatkan prosentase aktivitas siswa pada pertemuan
pertama sebesar 73,5% dengan kategori aktivitas siswa baik. Sedangkan pada
siklus II kemampuan aktivitas siswa dengan prosentase 78,5% dengan kategori
aktivitas siswa baik. Pada siklus III kemampuan aktivitas siswa dengan
prosentase 82% dengan kategori aktivitas siswa sangat baik.
Peneliti dalam mengetahui peningkatan motivasi siswa dilihat dari
kondisi awal bahwa rata-rata motivasi siswa sebesar 52,98 menunjukkan
tingkat motivasi siswa rendah. Setelah dilakukan tindakan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus I perolehan
skor menjadi 77,23 menunjukkan tingkat tinggi. Motivasi belajar siswa
mengalami peningkatan sebesar 24,25. Sedangkan pada siklus II motivasi
belajar siswa memperoleh skro 80,45 menunjukkan tingkat tinggi. Pada siklus
III motivasi belajar siswa memperoleh skro 83,48 menunjukkan tingkat tinggi.
C. Pembahasan
Penelitian untuk melihat motivasi belajar siswa dilaksanakan dengan
tiga siklus. Siklus I dilakukan pada hari Kamis tanggal 8 Agustus 2019. Siklus
ke II dilaksanakan pada hari Kamis 15 Agustus 2019. Penelitian dilakukan di
kelas XI SMK Islam Al Qomar. Siklus ke III dilaksanakan pada hari Kamis
22 Agustus 2019. Motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Instrumen

49
yang digunakan untuk melihat peningkatan motivasi belajar siswa adalah
lembar observasi dan kuesioner.
1. Aktivitas kemampuan guru dalam mengajar dengan menggunakan model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Hasil penelitian dari observasi kemampuan guru dalam mengajar
yang diperoleh peneliti dalam siklus I mendapatkan hasil yang baik. Hal
ini dapat dilihat dari pengamatan aktivitas guru pada siklus I didapatkan
prosentase aktivitas guru pada pertemuan pertama adalah 90,85 % dengan
kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan kemampuan mengajar
guru sangat baik.
Sedangkan hasil peneliti dari observasi kemampuan guru dalam
mengajar yang diperoleh peneliti dalam siklus II mendapatkan hasil yang
sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan aktivitas guru pada
siklus II didapatkan prosentase aktivitas guru pada pertemuan pertama
adalah 93 % dengan kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan
kemampuan mengajar guru sangat baik.
Hasil peneliti dari observasi kemampuan guru dalam mengajar
yang diperoleh peneliti dalam siklus III mendapatkan hasil yang sangat
baik. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan aktivitas guru pada siklus II
didapatkan prosentase aktivitas guru pada pertemuan pertama adalah 94%
dengan kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan kemampuan
mengajar guru sangat baik
Berdasarkan paparan diatas dapat dismpulkan bahwa kemampuan
guru dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) sudah dilakukan dengan sangat baik dan sudah
sesuai dengan kriteria keberhasilan.
2. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pengamatan peneliti pada aktivitas siswa menunjukkan bahwa
hasil yang dicapai pada siklus I didapatkan prosentase aktivitas siswa pada
pertemuan pertama sebesar 73,5% dengan kategori aktivitas siswa baik.

50
Hal tersebut menunjukkan meningkatnya aktivitas siswa kearah yang lebih
baik.
Sedangkan pengamatan peneliti pada aktivitas siswa menunjukkan
bahwa hasil yang dicapai pada siklus II didapatkan prosentase aktivitas
siswa pada pertemuan pertama sebesar 78,5% dengan kategori aktivitas
siswa baik. Hal tersebut menunjukkan meningkatnya aktivitas siswa
kearah yang lebih baik.
Sedangkan pengamatan peneliti pada aktivitas siswa menunjukkan
bahwa hasil yang dicapai pada siklus III didapatkan prosentase aktivitas
siswa pada pertemuan pertama sebesar 82% dengan kategori aktivitas
siswa sangat baik. Hal tersebut menunjukkan meningkatnya aktivitas
siswa kearah yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan aktivitas siswa
dalazm mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) mengalami peningkatan. Sehingga peneliti tidak
perlu melakukan penelitian pada tahap berikutnya karena hasil yang
diperoleh oleh peneliti sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditentukan..
3. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
Hasli peningkatan belajar siswa dengan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan
kuesioner yang disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.8 Analisis Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa pada
Pembelajaran PKK dengan Penerapan Model PBL
No Nama Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Skor Katego Skor Katego Skor Kategor Skor Kategori
i
ri ri
1 Amelia Putri 64, 58 Sedang 75,00 Cukup 75,00 Cukup 85,76 Cukup
2 Aulia Sahara 62,50 Sedang 80,56 Tinggi 80,56 Tinggi 80,56 Tinggi
3 Faricha 62,50 Sedang 90,45 Tinggi 90,45 Tinggi 90,45 Tinggi
Shofa
4 Fika Nur 45,83 Rendah 75,00 Cukup 90,45 Tinggi 90,45 Tinggi
Laila
5 Irgi Maulana 37,50 Rendah 78,93 Cukup 78,93 Cukup 88,92 Tinggi
6 Khalim 37,50 Rendah 90,45 Tinggi 90,45 Tinggi 90,45 Tinggi
Nurbiyah
51
7 Kurni Cahya 60,42 Sedang 75,00 Cukup 80,56 Tinggi 80,56 Tinggi
Adi
8 M. Anang 45,83 Rendah 78,93 Cukup 90,45 Tinggi 90,45 Tinggi
Ma’ruf
9 M. Fatih 75,00 Cukup 75,00 Cukup 90,45 Tinggi 90,45 Tinggi
Rafsanjani
10 M. Ilham 64, 58 Sedang 75,00 Cukup 90,45 Tinggi 90,45 Tinggi
Manshuri
11 Nur Fika A 62,50 Sedang 78,93 Tinggi 78,93 Tinggi 90,54 Tinggi
12 Siti 62,50 Sedang 86,00 Tinggi 86,00 Tinggi 86,00 Tinggi
Fatimatuz A
13 Suyatni 62,50 Sedang 92,00 Tinggi 92,00 Tinggi 92,00 Tinggi
14 Syafaatul 62,50 Sedang 89,65 Tinggi 89,65 Tinggi 89,65 Tinggi
Utma
15 Purwaningsi 45,83 Rendah 89,45 Tinggi 89,45 Tinggi 89,45 Tinggi
h
16 Ziadatul Ilmi 37,50 Rendah 92,00 Tinggi 92,00 Tinggi 92,00 Tinggi

Berdasarkan tabel diatas peningkatan motivasi siswa dilihat dari kondisi


awal bahwa rata-rata motivasi siswa sebesar 52,98 menunjukkan tingkat
motivasi siswa rendah. Setelah dilakukan tindakan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus I perolehan
skor menjadi 77,23 menunjukkan tingkat tinggi. Motivasi belajar siswa
mengalami peningkatan sebesar 24,25. Sedangkan pada siklus II
memperoleh rata-rata motivasi belajar siswa menjadi 80,45 yang
menunjukkan tingkat motivasi siswa mengalami peningkatan 3,12. Pada
siklus III memperoleh rata-rata motivasi belajar siswa 83,48 yang
menunjukkan tingkat motivasi siswa mengalami peningkatan 4,13.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di atas peneliti
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan
motivasi belajar siswa terlihat ketika siswa aktif untuk mencari informasi
baru, mengemukakan pendapat, bertanya kepada guru.
Menurut Nurhadi dalam Sitiatava (dalam Wulan, 2014:15)
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu
model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuaan
dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
52
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab I samapai dengan bab
IV sebagai langkah akhir penelitian ini akan disampaikan kesimpulan, keterbatasan
peneliti, dan saran. Kesimpulan dituliskan utnuk memudahkan menangkap isi
laporan. Sedangkan keterbatasan peneliti disampaiakan untuk memberikan
pengalaman pada pembaca agar hal-hal yang terjadi yang dialami oleh penleiti tidak
terulang kembali. Sedangkan saran ditulis dengan maksud agar dapat dimanfaatkan
oleh pihak lain dalam meningkatkan upaya penelitian.
A. Kesimpulan
Dari hasil yang diperoleh peneliti dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran PKK XI SMK
Islam Al Qomar dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Perencanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pelajaran PKK dengan
langkah-langkah berikut. a) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti
RPP dengan metode Problem Based Learning (PBL). b) Menyiapkan
LKPD, soal evaluasi, dan media. Media yang digunakan adalah video
pembelajaran untuk memperjelas materi organ pernapasan pada manusia. c)
Selain itu peneliti menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi
dan kuesioner sebagai pengukur motivasi belajar siswa
2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam
pembelajaran PKK dengan langkah-langkah sebagai berikut. a) Orientasi
siswa terhadap masalah b) Mengorganisisasi siswa dalam belajar yaitu
dengan meminta siswa untuk membaca teks bacaan. c) Penyajian Informasi
yiatu siswa dapat menyajikan informasi dan mempersentasikan hasil diskusi
secara berkelompok. d) Membimbing kegiatan Belajar Kelompok yaitu
guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. e)
Mengevaluasi hasil belajar yaitu guru memberikan soal evaluasi untuk
mengetahui pemahaman siswa dalam materi pelajaran yang telah dipelajari
pada hari tersebut.

53
3. Hasil Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI
Hasil yang diperoleh dari observasi guru dan siswa yang diperoleh
peneliti dalam siklus I mendapatkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat
dari pengamatan aktivitas guru pada siklus I didapatkan prosentase aktivitas
guru pada pertemuan pertama adalah 90,85 % dengan kategori kemampuan
guru dalam mengajar sangat baik. Sedangkan aktivitas guru pada siklus II
didapatkan prosentase aktivitas guru adalah 93 % dengan kategori
kemampuan guru dalam mengajar sangat baik. Sedangkan pada siklus III
didapatkan prosentase aktivitas guru adalah 94% dengan kategori
kemmapuan guru dalam mengajar sangat baik. Maka dari hasil pemaparan
tersebut diperoleh hasil bahwa kemampuan mengajar guru dari siklus I, II,
dan III mengalami peningkatan.
Pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa hasil yang dicapai
pada siklus I didapatkan prosentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama
sebesar 73,5% dengan kategori aktivitas siswa baik. Pada siklus II
kemampuan aktivitas siswa dengan prosentase 78,5% dengan kategori
aktivitas siswa baik. Sedangkan pada III kemampuan aktivitas siswa dengan
prosentase 82% dengan kategori aktivitas siswa sangat baik. Maka dari hasil
pemaparan tersebut diperoleh hasil bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran
PKK pada siklus I, II, dan III mengalami peningkatan.
Peneliti dalam mengetahui peningkatan motivasi siswa dilihat dari
kondisi awal bahwa rata-rata motivasi siswa sebesar 52,98 menunjukkan
tingkat motivasi siswa rendah. Setelah dilakukan tindakan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus I perolehan
skor menjadi 77,23 menunjukkan tingkat tinggi. Motivasi belajar siswa
mengalami peningkatan sebesar 24,25. Sedangkan pada siklus II motivasi
belajar siswa memperoleh skor 80,45 menunjukkan tingkat tinggi. Pada
siklus ke III motivasi belajar siswa memperoleh skor 83,48 menunjukkan
tingka tinggi. Dari pememparan tersebut jika dilihat dari siklus I, II, dan III

54
motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) mengalami peningkatan.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di atas peneliti
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan
motivasi belajar siswa terlihat ketika siswa aktif untuk mencari informasi
baru, mengemukakan pendapat, bertanya kepada guru dan mengerjakan soal
yang telah diberikan guru sampai dengan selesai.
B. Keterbatasan Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari adanya keterbatasan peneliti
sebagai berikut.
1. Peneliti mengalami keterbatasan dalam mencari sumber model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
2. Peneliti membutuhkan waktu yang lebih pada pengejaan soal evaluasi
karena ada siswa sangat lamban dalam mengerjakan soal evaluasi, sehingga
membutuhkan pendampingan guru.
C. Saran
Melihat hasil yang diperoleh oleh siswa selama penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) peneliti memberikan saran
sebagai berikut.
1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti sebaiknya mencari suber tentang
Problem Based Learning (PBL) secara mendalam
2. Sebelum melakukan penelitian, peneliti sebaiknya melakukan manjemen
waktu dengan baik, sehingga waktu proses pembelajaran dapat berjalan
dengan lancer seuai dengan tujuan penelitian.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya mengenal karakteristik siswa lebih
menyeluruh agar dalam proses penelitian dapat berjalan dengan lancar.
4. Guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan pada siswa yang pasif dan
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pendapatn

55
DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi, Prof. Suhardjono, dan Prof. Supardi. 2010. Penelitian


Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan pembelajaran.
Yogyakarta:Pustaka Belajar
Maulani, Wulan. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Cisaranten
Kidul Bandung Pada Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku. Bandung.
(Online) http://repository.unpas.ac.id/6265/
Raharjo, Dwi dkk. 2020. Peningkatan Motivasi dan Persentasi Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Problem Based Lerning (PBL) pada
Pembelajaran PKK Kelas II Sekolah dasar negeri Bokaharjo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman. (Online)
http://eprints.uad.ac.id/21482/1/25.%20Dwi%20Raharjo%20%281361-
1373%29.pdf
Widyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Wiriaatmadja, Prof. Dr. Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas
Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

56
DOKUMENTASI PTK

57

Anda mungkin juga menyukai