Anda di halaman 1dari 69

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS V PADA PELAJARAN TEMATIK DI
SDN TATAH PEMANGKIH LAUT 2

OLEH
PUTERA RIDHANI, S.Pd

SDN TATAH PEMANGKIH LAUT 2 KECAMATAN

TATAH MAKMUR KABUPATEN BANJAR KAL-SEL


TAHUN 2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian Tindaklan Kelas Oleh:


Nama : Putera Ridhani, S.Pd
Peg.ID : 201500908572
Sekolah : SDN Tatah Pemangkih Laut 2

Judul : Penerapan Penerapan model pembelajaran


Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V
pada pelajaran Tematik SDN Tatah
Pemangkih Laut 2
Telah diperiksa dan dilakukan perbaikan sepenuhnya. PTK dengan judul ini
sebagaimana diatas disusun untuk memeriksa proses pembelajaran di SDN
Tatah Pemangkih Laut 2.

Tatah Pemangkih Laut, 7 Oktober 2022


Mengetahui,
Kepala Sekolah

Maryam, S.Pd

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami ucapkan kepada Allah SWT yamng telah melimpahkan

rahmad dan petunjuknya, sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul

“Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V pada pelajaran Tematik SDN

Tatah Pemangkih Laut 2” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Rahmat ta’dzim dan salam keselamatan semoga tetap tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari

zaman kegeglapan menuju zaman yang penuh dengan petunjuk.

Penelitian Tindakan Kelas ini disusun untuk memperbaiki proses

pembelajaran di SDN Tatah Pemangkih Laut 2. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, PTK ini tidak akan

berjalan dengan lancar. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Maryam,S.Pd selaku kepala sekolah SDN Tatah Pemangkih Laut 2 yang

telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

2. Teman-teman Guru kami di SDN Tatah Pemangkih Laut 2 yang telah

membantupelaksananaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan

lancar

3. Murid-murid kami siswa kela V yang telah membantu kelancaran saat

pengambilan data.

iii
4. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan penulis

selama ini.

Kami menyadari adanya kekurangan dalam penulisan PTK ini, namun

demikian harapan kami semoga PTK ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Tatah Pemangkih Laut, 7 Oktober 2022

Putera Ridhani, S.Pd

iv
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL............................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

E. Definisi Istilah ....................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar .................................................................... 6

B. Model Pembelajaran Problem Based Learning

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning .. 12

2. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning ....... 13

3. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning 14

4. Pengambangan Langkah-langkang Model Pembelajaran PBL 15

5. Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran PBL ....... 16

C. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ...................................... 17

v
2. Jenis-jenis Pembelajaran Tematik ...................................... 18

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik .................................. 20

4. Kelebihan Pembelajaran Tematik ...................................... 21

D. Penelitian Yang Relevan ........................................................ 22

E. Hipotesis Tindakan ................................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

1. Tempat Penelitian.............................................................. 24

2. Subjek Penelitian ............................................................... 24

B. Jenis Penelitian ...................................................................... 24

C. Prosedur Penelitian ................................................................ 25

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 27

E. Instrumen Penelitian .............................................................. 28

F. Teknik Analisa Data .............................................................. 30

G. Kriteria Keberhasilan ............................................................. 31

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data ............................................................................. 33

B. Temuan Penelitian ...................................................................... 53

C. Pembahasan ............................................................................... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 58

B. Keterbatasan Peneliti .................................................................. 60

C. Saran .......................................................................................... 60

DAFTAR RUJUKAN ………………………………………………….. 61

vi
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Dokumentasi

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran tematik adalah bentuk model pembelajaran terpadu yang
menggabungkan suatu konsep dalam bebrapa materi, pelajaran atau bidang
studi menjadi satu tema atau topik pembahasan tertentu sehingga terjadi
integrasi antara pengetahuan, ketrampilan dan nilai yang memungkinkan siswa
aktif menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna dan
otentik. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang
menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran ini
melibatkan beberapa kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator dari suatu
mata pelajaran, atau bahkan beberapa mata pelajaran. Melalui pembelajaran
tematik diharapakan siswa dapat belajar dan bermain dengan kreativitas yang
tinggi. Sebab, dalam pembelajaran tematik, belajar tidak semata-mata
mendorong siswa untuk mengetahui (learning to know), tetapi belajar juga
untuk melakukan (learning to do), untuk menjadi (learning to be), dan hidup
bersama (learning to live together).
Dalam pembelajaran tematik guru harus dapat menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dan penuh antusias bagi siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran tematik yang menyenangkan harus didukung oleh alat
belajar yang dapat menarik minat belajar sehingga siswa tidak merasa bosan
selama proses pembelajaran.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara singkat dengan guru kelas
V SDN Tatah Pemangkih Laut 2, kondisi peserta didik pada saat proses
pembelajaran tematik tidak terjadi interaksi timbal balik. Siswa cenderung tidak
merespon apa yang guru terangkan, mereka sibuk berbicara sendiri, sehingga
menyebabkan kondisi di kelas sangat ramai. Hal ini mengakibatkan tujuan
pembelajaran tidak akan dicapai seperti yang telah direncanakan.
Permasalahan guru diatas dikarenakan guru dalam proses pembelajaran
hanya menggunakan metode ceramah dan model yang digunakan tidak
bervariasi. Sehingga siswa merasa bosan dan tidak tertarik mengikuti

1
pembelajaran. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut guru perlu
menggunkan model pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa dapat
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dengan diterapkannya penggunaan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran tematik. Karena
dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat memotivasi
siswa untuk mengikuti materi yang disampaikan, sehingga apa yang
diterangkan oleh guru dapat dimengerti oleh siswa dan membuat pembelajaran
lebih menarik. Pada penelitian ini, guru menerapkan pengunaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran,
karena model pembelajaran problem based learning (PBL) sesuai dengan
pembelajaran abad-21 yaitu menuntut siswa untuk ktitis, kreatif, bisa
berkolaborasi dan cakap dalam mengkomunikasikan hasil karyanya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Raharjo, Suyatno,
Riska Rahantari dengan judul Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada
Pembelajaran Tematik kelas II Sekolah Dasar Negeri Bokoharjo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman hasil penelitian mengalami adanya peningkatan
presentasi belajar. Hal ini dibuktikan dari ketuntasan KKM siswa dri kegiatan
pra tindakan dan setiap siklus, yaitu pada pra tindakan 49%, pada siklus I
sebesar 61%, sedangkan pada siklus II sebesar 82%. Hal tersebut diiringi
dengan peningkatan rata-rata prestasibelajar siswa dari pra tindakan sebesar 67,
siklus I sebesar 69, sedangkan siklus II sebesar 77. Begitu juga dengan motivasi
siswa dari siklus I juga mengalami kenaikan pada siklus II. Dari sikulus I rata-
rata indikator motivasi 73% pada siklus II menjadi 87%. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Untuk menyelidiki hal

2
tersebut peneliti mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa kelas V Pada Pelajaran Tematik
SDN Tatah Pemangkih Laut 2”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran model Problem Based
Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V
pada pelajaran Tematik di SDN Tatah Pemangkih Laut 2?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran model Problem Based Learning
(PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V pada
pelajaran Tematik SDN Tatah Pemangkih Laut 2?
3. Bagaimana proses evaluasi pembelajaran model Problem Based
Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V
pada pelajaran Tematik di SDN Tatah Pemangkih Laut 2?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas V pada pelajaran SDN Tatah Pemangkih Laut 2.
2. Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas V pada pelajaran Tematik SDN Tatah Pemangkih Laut 2.

3
3. Untuk mendeskripsikan evaluasi pembelajaran model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas V pada pelajaran Tematik SDN Tatah Pemangkih Laut
2?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru sebagai peneliti ,
siswa, sekolah, dan pembaca. Adapun uraiannya sebagai berikut:
1. Manfaat bagi guru sebagai peneliti
a. Merupakan suatu pengalaman yang bermanfaat dalam melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada di kelas
b. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai penggunaan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam pelajaran tematik.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan
profesi yang akan dijalaninya nanti.
2. Manfaat bagi siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.
c. Meningkatkan cara berfikikir kritis siswa dalam pembelajaran
d. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran
e. Siswa bisa berkolaborasi dan cakap dalam mengkomunikasikan hasil
karyanya
3. Manfaat bagi sekolah
a. Dapat membantu sekolah untuk memperbaiki mutu pendidikan.
b. Kinerja sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat dievalusi dengan
adanya penelitian.
c. Sekolah menjadi obyek belajar siswa yang menyenangkan.
d. Memotivasi guru lain untuk meningkatkan kinerjanya dalam
memperbaiki media pembelajaran yang digunakan.
4. Manfaat bagi pembaca

4
Pembaca khususnya sebagai guru/calon pendidik dapat menambah
pengetahuan terhadap penggunaan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi siswa. Selain itu, model
pembelajaran ini dapat dijadikan referensi dalam proses pembelajarannya
kelak.
E. Definisi Istilah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang ada, maka untuk
menghindari salah tafsir dari pembaca perlu adanya definisi operasional dalam
penelitian ini, hal-hal yang didefinisikan sebagai berikut:
1. Peningkatan Motivasi Belajar
Meningkatnya motivasi belajar disini berarti meningkatnya
dorongan siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Peningkatan motivasi
belajar dilihat dari hasil lembar observasi dan kuesioner siswa pada pra
penelitian dengan angket pada pertemuan I. Penelitian ini dikatakan berhasil
jika terjadi peningkatan motivasi siswa sebelum tidakan penelitian dan
sesudah tindakan penelitian pada siklus I, siklus II maupun siklus III.
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Inti dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah
siswa dihadapkan pada masalah-masalah yang ada pada materi yang
dipelajari. Dalam proses pemebelajaran dengan menggunkan model PBL
siswa dituntut untuk dapat berfikir kritis dalam menyelesaikan masalah
yang diberikan. Selain itu siswa dapat berkolaborasi dan berkreatifitas
dalam menyelesaikan permasalahan pada materi yang diajarkan.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar
1. Hakikat Motivasi
Menurut Mitchell (dalam Majid, 2013: 307) motivasi mewakili
proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya,
dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang
diarahkan pada tujuan tertentu. Senada dengan pendapat tersebut,
McDonald (dalam Mafid, 2013: 308) menyatakan bahwa motivasi
merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 80) ada tiga komponen
utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan
adalah suatu keadaan dimana individu merasa ada ketidakseimbangan
antara yang ia miliki dan yang ia harapakan. Dorongan merupakan kekuatan
mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan.
Sedangkan, tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu.
Tujuan tersebut mengarahkan perilaku yang dalam hal ini adalah perilaku
belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
energi/tenaga aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan diri
seseorang yang tampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi
sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu
dikarenakan adanya kebutuhan, dorongan, dan tujuan untuk belajar. Dengan
demikian, dengan motivasi belajar yang ada dalam diri seseorang akan
mendorong individu tersebut untuk belajar mengenai ha-hal yang baru
sebab ada kebutuhan dan tujuan yang harus dicapainya.
2. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi
primer dan motivasi sekunder (Mudjiono, 2009: 86). Motivasi primer adalah
motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar

6
tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Sedangkan
motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Motivasi ini berasal dari
faktor-faktor sosial, seperti kebutuhan untuk memperoleh rasa aman, kasih
sayang, memperoleh penghargaan, dan pemenuhan diri atau aktualisasi diri
(Maslow dalam Mudjiono, 2009: 88-89).
Menurut sifatnya motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi
intrinsik dan ekstrinsik (Ormrod, 2008: 60). Motivasi intrinsik merupakan
motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor di dalam diri atau melekat
dalam tugas yang sedang dilakukan (Ormrod, 2008: 60). Faktor-faktor ini
berupa kebutuhan, persepsi individu mengenai diri sendiri, harga diri dan
prestasi, adanya cita-cita dan harapan masa depan, keinginan tentang
kemajuan dirinya, minat, dan kepuasan kinerja (Mafid, 2013: 311-312).
Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor
eksternal individu dan tidak berkaitan dengan tugas yang sedang dilakukan
(Ormrod, 2008: 60). Faktor-faktor eksternal ini berupa pemberian hadiah,
kompetisi, hukuman, pujian, situasi lingkungan, dan sistem imbalan yang
diterima (Mafid, 2013: 313-314).
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam
belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan jenis dan sifatnya.
Berdasarkan jenisnya terdapat motivasi primer dan motivasi sekunder
sedangkan berdasarkan sifatnya yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Keempat jenis motivasi ini mempengaruhi motivasi siswa dalam belajarnya,
dimana antara motivasi yang satu dan lainnya saling berkaitan dalam
membentuk motivasi belajar.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Seperti telah disinggung sebelumnya, bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan
faktor eksternal (Mafid, 2013: 310). Berikut faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa.
a. Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam individu)
Faktor yang berasal dari dalam diri individu terdiri atas beberapa hal,
yaitu:

7
1) Adanya kebutuhan
Menurut Ngalim Purwanto (dalam Mafid, 2013: 311)
tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Dari
pendapat tersebut, ketika keluarga memberikan motivasi kepada
anak haruslah diawali dengan berusaha mengetahui terlebih dahulu
apa kebutuhan-kebutuhan anak yang akan dimotivasi. Hal ini
dilakukan semata-mata untuk memberi peluang pada anak memilih
berbagai alternatif yang tersedia dalam suatu lingkungan yang kaya
stimulasi, sehingga orang tua harus mengetahui kebutuhan anak
2) Presepsi individu mengenai diri sendiri
Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu
banyak bergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi
seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan
perilaku seseorang untuk bertindak (Mafid, 2013: 311).
3) Harga diri dan prestasi
Faktor ini mendorong atau mengarahkan individu
(memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri,
kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu
dalam lingkungan masyarakat (Mafid, 2013: 311). Selain itu, dengan
faktor ini seorang individu dapat mendorong dirinya untuk
berprestasi.
4) Adanya cita-cita harapan masa depan
Cita-cita dan harapan merupakan informasi objektif dari
lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaaan seseorang.
Harapan merupakan tujuan dari perilaku yang selanjutnya menjadi
pendorong. Sedangkan cita-cita merupakan pusat dari bermacam-
macam kebutuhan. Kebutuhan tersebut biasanya direalisasikan pada
cita-cita tersebut sehingga mampu memberikan energi kepada anak
untuk melakukan aktivitas belajar (Mafid, 2013: 312). Jadi, seorang
anak harus mempunyai cita-cita sehingga diharapkan dengan adanya

8
cita-cita tersebut dirinya dapat termotivasi untuk belajar agar dapat
meraih cita-cita yang diinginkannya
5) Keinginan tentang kemajuan dirinya
Menurut Sadirman (dalam Mafid, 2013: 312) melalui
aktualisasi diri pengembangan kompetensi akan meningkatkan
kemajuan diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri inilah yang
mendorong dirinya untuk melakukan belajar, sehingga individu
tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
6) Minat
Motivasi akan muncul karena adanya kebutuhan, begitu pun
dengan minat. Minat akan muncul jika seorang individu mempunyai
kebutuhan yang benar-benar harus dipenuhinya. Oleh karena itu,
proses belajar akan berjalan dengan adanya minat dalam diri
individu (Mafid, 2013: 312)
7) Kepuasan kinerja
Kepuasan kinerja lebih merupakan suatu dorongan afektif
yang muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan
yang diinginkan dari suatu perilaku (Mafid, 2013: 312). Dengan
demikian, kepuasan kinerja akan menumbuhkan motivasi seseorang
untuk belajar dalam mencapai tujuan yang ingin dicapainya
b. Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar negeri)
Dalam menumbuhkan dan membangkitkan motivasi anak agar
melakukan aktivias belajar, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
diantaranya yaitu:
1) Pemberian hadiah
Hadiah merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan
fungsinya sebagai alat pendidik represif positif (Mafid, 2013: 313).
Hadiah juga merupakan alat pendorong untuk belajar lebih aktif,
sehingga motivasi dalam bentuk hadiah dapat membuahkan
semangat belajar dalam mempelajari materi-materi pelajaran.

9
2) Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk
mendorong belajar anak, baik persaingan individu maupun
kelompok dalam rangka meningkatkan prestasi belajar anak (Mafid,
2013: 313). Sehingga, dengan adanya kompetisi yang berada dalam
sisi belajar anak maka akan menumbuhkan motivasi belajar dalam
dirinya untuk lebih baik lagi sehingga tidak kalah dengan orang lain.
3) Hukuman
Ishom Ahmadi (dalam Mafid, 2013: 313) menyebutkan
hukuman adalah alat pendidikan represif yang bertujuan
menyadarkan anak didik agar melakukan hal-hal yang baik dan
sesuai dengan tata aturan yang berlaku. Namun, sebelum hukuman
diberikan ada tahapan-tahapan sebelumnya yaitu pemberitahuan,
teguran, dan peringatan.
Hukuman memang merupakan salah satu alat pendidikan
yang bersifat negatif, namun hukuman dapat menjadi alat motivasi
atau pendorong untuk mempergiat belajar anak, sehingga anak akan
berusaha untuk mendapatkan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya agar terhindar dari hukuman.
4) Pujian
Menurut Sadirman (dalam Mafid, 2013: 313) pujian
merupakan bentuk renforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Apabila anak berhasil dalam
kegiatan belajar, pihak keluarga maupun guru perlu memberikan
pujian pada si anak. Dengan adanya pujian ini, anak akan termotivasi
untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya.
5) Situasi lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mendorong
individu untuk senantiasa belajar, sebab dalam lingkungan inilah
individu melakukan interaksi secara efektif untuk menunjang proses
belajarnya (Mafid, 2013: 314). Oleh karena itu, baik orang tua
maupun guru seyogyanya menciptakan lingkungan yang dapat

10
mendukung anak untuk belajar, sehingga si anak dapat terus
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
6) Sistem imbalan yang diterima
Imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek
pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi
motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke
objek lain yang mempunyai imbalan yang lebih besar (Mafid, 2013:
313). Sistem pemberian imbalan ini akan mendorong individu untuk
berperilaku dalam mencapai tujuan, dimana tujuan disini adalah
tujuan belajar. Sehingga, ketika tujuan tersebut tercapai maka akan
timbul imbalan yang akan diterimanya.
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Fungsi motivasi menurut Sadirman (dalam Mafid, 2013: 309)
adalah sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk berbuat
Artinya motivasi bisa dijadikan sebagai alat penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai
Dengan adanya motivasi dalam diri individu maka ada tujuan
yang hendak dicapainya, yaitu tujuan dalam hal belajar. Sehingga,
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan
Artinya dengan adanya motivasi ini maka seorang individu dapat
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna
mencapai tujuan. Sehingga, individu dapat memilah antara perbuatan-
perbuatan yang bermanfaat atau tidak dalam mencapai tujuan
belajarnya.

11
B. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Barrow (dalam Huda, 2013: 271) mendefinisikan pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based learning) sebagai pembelajaran yang
diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah.
Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran.
PBL merupakan salah satu bentuk peralihan paradigm pengajaran menuju
paradigmapembelajaran. Jadi fokusnya adalah pada pembelajaran siswa
dan bukan pada pengejaran guru.
Pembelajaran berbasis masalah itu merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013, Problem Based
Learning(PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya berpegang pada sebuah masalah yang
nantinya siswa itu sendiri atau bersama dengan lain mencoba memecahkan
masalah yang diberikan untuk menumbuhkan sikap berfikir kritis dan jiwa
sosialnya dalam melakukan diskusi dengan siswa lain.
Menurut Nurhadi dalam Sitiatava (dalam Wulan, 2014:15)
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu
model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuaan
dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Konsep yang dikemukakan di atas menjelaskan bahwa model
pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara
guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode dan
teknik pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajran.belajar
terjadi dari aksi siswa, dan pendidik yang berperan dalam memfasilitasi
terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik
harus memusatkan perhatiannya untuk membantu peserta didik dalam
mencapai keterampilan self directed learning (pembelajaran yang berpusat
pada siswa).

12
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
model Problem Based Learning ( PBL) juga bisa disebut Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu proses belajar dengan
mengeluarkan kemampuan siswa dengan betul-betul dioptimalisasikan
melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa
dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan
kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan yang berorientasi pada
masalah dunia nyata. Karena perkembangan intelektual siswa terjadi pada
saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta
ketika mereka berusaha memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam
model pembelajaran ini siswa dituntut aktif dalam memecahkan suatu
masalah.
2. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning memiliki tujuan secara umum
sebagai berikut yang dikemukakan oleh Sitiatava (dalam Wulan, 2014:
17) yaitu:
a. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, serta kemampuan intelektual.
b. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan siswa
dalam pengalaman nyata dan simulasi.
Sedangkan menurut Tan, Ibrahim, dan Nur dalam Rusman
(dalam Wulan 2012:242) secara lebih rinci yaitu:
a. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan
memecahkan masalah.
b. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka
dalam pengalaman nyata.
c. Menjadi para siswa yang otonom.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Problem Based Learning (PBL) bertujuan untuk Membantu siswa
mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, mengembangkan pemikiran kritik dan
ketrampilan kreatif, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah,

13
meningkatkan motivasi belajar siswa,dan membantu siswa belajar
untuk menstranfer pengetahuan dengan situasi baru.
3. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)
Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda
begitupun dengan Rusman (dalam Wulan, 2014: 18) yang
mengemukakan karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
sebagai berikut :
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;
b. Permasalahan yang digunakan merupakan masalah yang ada di
dunia nyata yang tidak terstruktur;
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective);
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya,
dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial
dalam PBL;
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencapai
solusi dari sebuah permasalahan;
i. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan intergrasi dari
sebuah proses belajar; dan
j. PBL melibatkan evaluasi san review pengalaman siswa dan proses
belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning
(PBL) dimulai oleh adanya masalah yang dapat dimunculkan oleh siswa
ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang
sesuatu yang telah diketahuinya sekaligus yang perlu diketahuinya
untuk memecahkan masalah itu. Siswa juga dapat memilih masalah

14
yang dianggap menarik untuk dipecahkan, sehingga ia terdorong untuk
berperan aktif dalam belajar.
4. Pengembangan Langkah-Langkah Pembelajaran Model Problem
Based Learning (PBL)
PBM melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang
memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan
fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang
fenomena itu.
Menurut Fogarty dalam Wulan (2014: 24) PBM dimulai dengan
masalah yang tidak terstruktur sesuatu yang kacau. Dari kekacauan ini
siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan
penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada.
Langkah-langkah PBL menurut Huda (2013: 272) bisa
mencangkup antara lain sebagai berikut.
a. Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah
b. Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah
kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus
kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka
membrainstroming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada
pengetahuan sebelumnya. Kemudian mereka mengidentifikasi apa
yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang
mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka
mendisain suatu rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.
c. Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah
di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan,
database, website, masyarakat, dan observasi.
d. Siswa kembali pada tutorial PBl, lalu saling sharinginformasi,
melalui peer teaching atau cooperative learning atas masalah
tertentu.
e. Siswa menyajikan solusi atas masalah
f. Siswa merefiew apa yang mereka pelajarai selama proses
pembelajaran. Semua berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat

15
dalam revuew pribadi, review berpasangan, dan review berdasarkan
bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas konstribusinya
terhadap proses tersebut.
Jadi, berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBL adalah
lingkungan belajar yang terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan
menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa
untuk menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada keerampilan
intelektual mereka sendiri
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki
kelebihan dan kekurangan menurut Sitiavata (dalam Wulan, 2014:22)
sebagai berikut.
a. Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki
beberapa kelebihan, sebagai berikut.
1) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia
menemukan konsep tersebut.
2) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan
menuntut keterampilan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi.
3) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh
siswa,sehingga pembelajaran lebih bermakana.
4) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-
masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan
kehidupan nyata.
5) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu member
aspirasi dan menerima pendapat oaring lain, serta menanmkan
sikap sosial yang positif dengan siswa lainnya.
6) Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling
berintegrasi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga
pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

16
7) PBL di yakini pula dapat menumbuhkembangkan kemampuan
kreativita siswa, baik secara individual maupun kelompok,
karena hampir disetiap langkah menuntut adanya keaktifan
siswa.
b. Kekurangan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki
beberapa kekurangan sebagai berikut.
1) Bagi siswa yang malas, tujuan metode tersebut tidak dapat
tercapai.
2) Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3) Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan metode PBL
(Problem Based Learning).
Berdasarakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning memiliki kelebihan seperti
Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan
menuntut keterampilan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi dan
Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, Sedangkan
kekurangan model pembelajaran Problem Based Learning seperti
membutuhkan banyak waktu dan dana.
C. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk
salah satu tipe/jenis dari pada model terpadu. Istilah pembelajaran
tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Seperti yang dikemukakan menurut Poerwadarminta dalam Wulan
(2014:43) bahwa Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik adalah penggabungan dari beberapa mata

17
pelajaran yang dihubungkan dengan suatu tema pembelajaran.
Pembelajaran tematik atau Pembelajaran terpadu merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata
pelajaran yang mencerminkan dunia nyata disekeliling serta dalam
rentang kemampuan dan perkembangan anak.
2. Jenis-jenis Pembelajaran Tematik
Jenis-jenis pembelajaran terpadu atau tematik menurut Robin
Fogarti, dalam Wulan (2014: 44), mengelompokan desain kurikulum
dan pembelajaran ini atas 10 macam yaitu sebagai berikut:
a. Desain Terpisah atau Fragmented.
Dalam pembelajaran seperti umumnya digunakan dalam
pembelajaran saat ini, topik atau pokok bahasan berisi bahan ajaran
yang terpisah atau terlepas antara satu dengan yang lainnya.
Demikian juga dalam pelaksanaannya, hanya membahas bahan yang
tercangkup dalam topik tersebut.
b. Desain Terhubung atau Connected.
Pembelajaran dalam satu mata pelajaran atau bidang study sidesain
dengan cara menghubungkan saru topik dengan topik lainnya, satu
konsep dengan konsep lainnya pada semester atau tahun yang sama
ataupun berbeda.
c. Desain Sarang atau Nested.
Masih dalam satu pelajaran atau bidang studi, satu topik bahasan
diarahkan untuk menguasai beberapa kemampuan atau
keterampilan, seperti kemampuan berfiikir (Intelektual),
keterampilan sosial, keterampilan motorik.
d. Desain Pararel atau sequenced.
Antara dua lebih mata pelajaran atau bidang studi pada waktu yang
bersma ada kesamaan atau ada hubungan topik, bahan, konsep
ataupun kemampuan yang dikembangkan.
e. Desain Berbagi atau Shared.
Dari dua atau lebih mata pelajaran atau bidang studi yang
mengajarkan bahan, konsep, kemampuan yang memiliki kesamaan

18
atau keterkaitan, berbagai tugas dan mereka mengajar dalam bentuk
tim.
f. Desain Jaring atau Webbed.
Pembelajaran difokuskan pada satu atau beberapa tema. Tiap tema
mencangkup beberapa topik, konsep, atau masalah dalam sejumlah
mata pelajaran.
g. Desain Jalin atau Threaded.
Pembelajaran diarahkan untuk menjalin keterampilan berfikir,
keterampilan sosial, kecerdasan multiple, teknologi, dan
keterampilan belajar dalam berbagai studi.
h. Desain Terpadu atau Integrated.
Pembelajaran didesain secara terpadu, bahwa ajaran dipadukan dari
berbagai bidang study, atau tema pembelajaran merangkum materi
dari berbagai bidang study. Desai ini disebut juga sebagai
pembelajaran interdisiplin atau pembelajaran lintas bidang study
(croos-disiplinary).
i. Desain Menyatu atau Immersed.
Desain dan pelaksanaan pembelajaran bersatu dengan diri siswa.
Bidang study, tema atau bahan pembelajaran dipilih oleh siswa
sendiri yang paling mereka senangi dan butuhkan. Desain ini juga
desain terpadu, tidak hanya terpadu antar bidang studi juga terpadu
antara ajaran dengan diri siswa.
j. Desain Jaringan atau Networked.
Desain pembelajaran terpadu yang memadukan bahan ajar atau
pengetahuan dari berbagai bidang studi dan berbagai jaringan
sumber belajar. Siswa mencari, menghimoun, dan menyeleksi
pengetahuan yang dibutuhkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
pembelajaran terpadu itu dibedakan menjadi 10 jenis pembelajaran
yang dapat dipilih oleh guru dalam mendesain mana yang cocok
untuk pembelajaran sehari-hari sesuai dengan kebutuhan guru dan

19
sehingga guru dapat mudah memahami pembelajaran tematik sesuai
dengan desain-desain tersebut.
3. Karakteristik Model Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran
tematik memiliki karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan
oleh Rusman dalam Wulan (2014: 46), sebagai berikut:
a. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered).
Banyak hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih
banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru
lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas
belajar.
b. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran
menjadi tidak begitu jelas. Focus pembelajaran diarahkan pada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai
mata pelajaran dalam suatuproses pembelajaran. Dengan demikian,
siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata

20
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan
siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
pembelajaran tematik yang berpusat kepada siswa, Pembelajaran
tematik bersifat luwes di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar
dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di
mana sekolah dan siswa berada, hasil pembelajaran sesuai dengan
minat dan kebutuhan siswa, kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan
kebutuhan siswa.
4. Kelebihan Pembelajaran Tematik
Menurut Rusman dalam Wulan (2014: 48) menyebutkan bahwa
keunggulan pembelajaran tematik adalah :
a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
b. Kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
c. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa,
sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
d. Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa.
e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.
f. Mengembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerjasama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

21
D. PENERAPAN PBL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Raharjo, Suyatno,
Riska Rahantari dengan judul Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada
Pembelajaran Tematik kelas II Sekolah Dasar Negeri Bokoharjo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman hasil penelitian mengalami adanya
peningkatan presentasi belajar. Hal ini dibuktikan dari ketuntasan KKM siswa
dri kegiatan pra tindakan dan setiap siklus, yaitu pada pra tindakan 49%, pada
siklus I sebesar 61%, sedangkan pada siklus II sebesar 82%. Hal tersebut
diiringi dengan peningkatan rata-rata prestasibelajar siswa dari pra tindakan
sebesar 67, siklus I sebesar 69, sedangkan siklus II sebesar 77. Begitu juga
dengan motivasi siswa dari siklus I juga mengalami kenaikan pada siklus II.
Dari sikulus I rata-rata indikator motivasi 73% pada siklus II menjadi 87%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran tematik dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eka, dkk (dalam ppjp.ulm.ac.id)
dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Motivasi Belajar
Siswa, berdasarkan hasil pengolahan data dan temuan yang diperoleh dalam
penelitian ada beberpa kesimpulansebagai berikut.
1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan
Problem Based Learning (PBL) lebih baik dari pada siswa dengan
pembelajaran konvensional.
2. Motivasi belajar matematika siswa dengan Problem Based Learning lebih
baik dari pada siswa dengan pembelajaran konvensional.
3. Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi belajar matematika dengan
pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
sangat kuat.
Berdasarkan uraian dari jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan motivasi siswa. Adapun keterkaitan pada mata pelajaran tematik

22
dan matematika. Hal ini menunjukkan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat diterapkan untuk mata pelajaran apapun.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada rumusan masalah, landasan teori, penelitian yang
relevan, maka penilitian dapat merumuskan hipotesis. Hipotesis yang telah
peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah Jika model pembelajaran PBL
diterapkan pada pembelajaran tematik maka motivasi belajar siswa dapat
ditingkatkan.

23
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SDN Tatah
Pemangkih Laut 2, Desa Tatah Pemangkih Laut, Kecamatan Tatah
Makmur, Kabupaten Banjar. Lokasi sekolah berada ditengah permukiman
penduduk. Bangunan sekolah terdiri atas bangunan tidak bertingkat, terdiri
atas ruang guru, ruang kepala srkolah, kamar mandi, perpustakaan,
halaman sekolah, dan ruang kelas I-VI.
2. Subjek Penelitian
Adapun subjek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V tahun
pelajaran 2019/2020 dengan jumlah 7 anak, yang terdiri dari 5 perempuan
dan 2 laik-laki. Peneliti sengaja memilih kelas ini dengan alasan kelas ini
merupakan kelas yang dianggap motivasi yang dimiliki siswa dalam belajar
sangat kurang, sehingga peneliti ingin membuat kelas ini tidak kalah dengan
kelas yang lain, sehingga kelas ini dapat bersaing dengan kelas lain.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan
Kelas memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan model
pembelajaran di dalam kelas. Menurut Kunandar (2008: 46) Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan
merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan
parsitipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses
pembelajaran di kelasnya.
Melalui PTK guru dapat mengembangkan model-model mengajar yang
bervariasi, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif, serta penggunaan
media dan sumber belajar yang tepat dan memadai. Sehingga dengan
penerapan hasil-hasil PTK secara berkesinambungan diharapkan PBM di

24
sekolah (kelas) tidak kering dan membosankan serta menyenangkan siswa,
atau dengan istilah lain pembelajaran bersadarkan PAIKEM (Pembelajaran
aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) (Kunandar, 2008: 47).
Peneliti dalam penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) karena merupakan penelitian yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan pada proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika khususnya
pada bab hubungan antar sudut. Pada penelitian yang akan dilakukan ini, guru
bertindak sebagai peneliti sekaligus sebagi pengumpul data dibantu dengan
guru bidang studi matematika kelas dan siswa sebagai observer. Adapun
keberhasilan dari penelitian ini dapat diukur melalui peningkatan motivasi
belajar siswa dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Problem
Based learning (PBL) dalam pelajaran tematik kelas V.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Kemmis dan Mc Taggart (1998) (dalam Kunandar, 2008: 70-71), penelitian
tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis, esensial, dan
komplementari yang terdiri dari empat momentum esensial yaitu penyusunan
rencana (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi
(reflection). Keempat tahap tersebut merupakan unsur pembentuk suatu siklus
(sesuai dengan karakteristik PTK). Adapun jumlah siklus tidak dapat
ditentukan sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan. Peneliti dalam
hal ini melaksanakan tindakan dari siklus I, jika pada siklus I penelitian belum
berhasil sesuai dengan kriteria keberhasilan, maka peneliti akan melanjutkan
pada siklus II dan siklus selanjutnya.
Model penelitian yang digunakan peneliti adalah model siklus
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc
Taggart seperti tampak pada gambar di bawah ini (dalam Wiriatmadja, 2005:
66).

25
Gambar Model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart
Prosedur penelitian dengan model Kemmis dan Mc Taggart di atas
dilaksanakan dengan dua siklus dimana dalam setiap siklus terdapat empat
tindakan yang harus dilakukan yaitu, perencanaan (plan), tindakan (action),
observasi (observation), dan refleksi (reflection). Adapaun penjelasanya
adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan (plan)
Menurut Kunandar (2008: 71) perencanaan adalah mengembangkan
rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah
terjadi. Rencana penelitian tindakan kelas hendakanya tersusun dari segi
definisi harus prospektif pada tindakan, rencana itu harus memandang ke
depan
2. Tindakan (action)
Menurut Kunandar (2008: 72) tindakan yang dimaksud di sini adalah
tindakan yang dilakaukan secara sadar dan terkendali yang merupakan
variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Dalam hal ini berarti peneliti
merealisasikan metode yang sudah direncanakan dalam bentuk RPP.
Peneliti juga harus berkolaborasi dengan teman sejawat dalam menjalankan
tindakan yang telah direncanakan.
3. Observasi (observation)
Menurut Kunandar (2008: 73) observasi dalam PTK adalah kegiatan
pengumpulan yang berupa proses perubahan kinerja PBM. Dalam hal ini
observasi dapat membantu dalam mengamati aktivitas-aktivitas guru

26
maupun siswa yang terjadi pada saat proses pembelajaran sedang
berlangsung.
4. Refleksi (reflection)
Menurut Kunandar (2008: 75) refleksi adalah mengingat dan
merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam
observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan
kendala nyata dalam tindakan strategis. Refleksi memiliki aspek evaluatif-
refleksif meminta peneliti PTK untuk menimbang-nimbang pengalamannya
untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang
diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk
meneruskan pekerjaan
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Widoyoko (2012:33), Pengumpulan data dalam penelitian
dimasukkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-
kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh informasi
yang dapat dipercaya, teknik pengumupulan data dalam penelitian ini
menggunakan non tes, yaitu observasi terhadap proses pembelajaran,
Kuesioner.
1. Non Tes
Istrumen penelitian non tes digunakan untuk mengukur proses
pembelajaran Problem Based Learning. Untuk memperoleh data yang
dimasudkan, dalam penelitian ini digunakan berbagai macam metode,
diantaranObservasi.
a. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati (Sanjaya dalam
penelitian Feni Rahayu, 2012: 52). Hasil observasi dapat dijadikan
instrumen utama dalam mengumpulkan data karena observasi tersebut
dilakukan dengan mengamati secara langsung aktivitas guru dan siswa
serta mengamati langsung motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua pedoman

27
observasi, yaitu observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa
serta observasi motivasi siswa dalam pembelajaran.
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk diberikan
respon sesuai dengan permintaan pengguna (Widyoko, 2012:33).
Dalam penelitian ini jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
yang jumlah item dan alternative jawaban maupun responnya sudah
ditentukan, respon tinggal memilih sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Penggunaan angket atau kuesioner untuk megetahui
tingkat motivasi siswa selama mengikuti pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian (Sanjaya, dalam Feny, 2012: 52). Dalam hal ini peneliti
menggunakan dua instrumen yaitu tes dan observasi. Dari kedua instrumen
tersebut nantinya akan diketahui peningkatan motivasi belajar siswa dengan
model pembelajaran Problem Based Learning ini, dan dapat dijadikan data
penelitian. Berikut penjelasan dari kedua instrumen tersebut:
1. Lembar Observasi
Lembar Observasi merupakan alat pengumpulan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati Lembar observasi
dilakukan saat proses pembelajaran Problem Based Learning berlangsung
di kelas.
2. Lembar Kuesioner
Lembar kuesioner disusun untuk memperoleh gambaran langsung
tentang motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran. Begitu juga
pada akhir siklus I, II, dan III peneliti memberikan lembar kuesioner untuk
mengetahui tingkat motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Pilahn jawaban mengacu pada skala Liket yang terdapat pada arifin (2009:
161). Sakala Liker digunakan untuk mengukur sikap siswa dengan

28
pertanyaan-pertanyaanpositif maupun negative. Ketentuan skor dalam skala
Liker dapat dilihat pada table berikut.
Pilihan Jawaban Item Positive Item Negatif
Sangat Setujua 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat tidak Setuju 1 4

Tabel 3.1 Indikator Lembar Kuesioner Motivasi Belajar Siswa.


No Pernyataan Skor
1 2 3 4
1 Saya bertanya pada guru jika mengalami kesulitan terhadap
materi yang diajarkan
2 Saya bertanya kepada teman tentang materi pelajaran yang belum
Dipahami
3 Saya tidak berhenti mengerjakan tugas sebelum tugas tersebut
selesai dikerjakan
4 Saya senang mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan
materi pelajaran
5 Saya merasa senang mengikuti pembelajaran yang menggunakan
video pembelajaran
6 Saya merasa senang mengikuti pembelajaran yang disajikan
menggunakan power point
7 Saya belajar tanpa menunggu perintah dari guru
8 Saya tetap belajar meskipun sudah mendapatkan nilai yang tinggi
Skor yang diperoleh

Keterangan Pilihan Jawaban:


Skor 1 : Sangat tidak setuju
Skor 2 : Tidak setuju
Skor 3 : Setuju
Skor 4 : Sangat setuju
Setelah setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan,
kemudian dapat dilihat kriteria penskoran. Hal ini dilakukan untuk melihat
sajauh mana motivasi belajar siswa yang dapat diukur dari sangat negative
(sangat rendah) sampai dengan sangat positif (sangat tinggi).

29
Berikut kriteria penskoran motivasi belajar yang digunakan
peneliti untuk menilai motivasi belajar siswa.

Rentang Skor Skor


66-100 Tinggi
56-66 Sedang
0-55 Rendah

F. Teknik Analisa Data


Dalam penelitian diperlukan teknik analisa data sebagai acuan dalam
mengetahui tingkat keberhasilan peneliti dalam menerapkan model
pembelajaran tersebut. Berikut teknik analisa data berdasarkan instrumennya:
1. Observasi
Lembar observasi berisi kejadian yang mungkin terjadi saat
pembelajaran berlangsung. Kriteria penilaian menggunakan 5 kategori yaitu
sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang baik
(Arikunto, 2009:35). Sedangkan hasil observasi menurut Arikunto (2008:
236) dapat dituliskan dengan menggunakan rumus:

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉


𝑻𝒂𝒓𝒂𝒇 𝒌𝒆𝒕𝒖𝒏𝒕𝒂𝒔𝒂𝒏 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍

Pada penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi aktivitas


guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Berikut indikator keberhasilan
lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa.
a. Lembar observasi aktivitas guru
Kriteria keberhasilan proses mengajar guru yaitu:
Kriteria Ketuntasan Keterangan
80% ≤ Skor aktivitas guru ≤ 100% Kemampuan mengajar guru sangat baik
60% ≤ Skor aktivitas guru < 80% Kemampuan mengajar guru baik
40% ≤ Skor aktivitas guru < 60% Kemampuan mengajar guru cukup baik
20% ≤ Skor aktivitas guru < 40% Kemampuan mengajar guru kurang
0% ≤ Skor aktivitas guru < 20% Kemampuan mengajar guru sangat
kurang

30
b. Lembar observasi aktivitas siswa
Kriteria aktivitas siswa menurut Arikunto (2008: 35) sebagai berikut:
Kriteria Ketuntasan Keterangan
80% ≤ Skor aktivitas siswa ≤ 100% Aktivitas siswa sangat baik
60% ≤ Skor aktivitas siswa < 80% Aktivitas siswa baik
40% ≤ Skor aktivitas siswa < 60% Aktivitas siswa cukup baik
20% ≤ Skor aktivitas siswa < 40% Aktivitas siswa kurang baik
0% ≤ Skor aktivitas siswa < 20% Aktivitas siswa sangat kurang baik

2. Menghitung motivasi belajar siswa setiap indikator berdasarkan angket


dengan rumusan sebagai berikut.
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑒𝑡 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
G. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (dalam penelitian Muji Rahayu,
2011: 63) yang menjadi penunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar
dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran atau
instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individual
maupun kelompok.
Berdasarkan hal tersebut maka kriteria keberhasilan yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dianggap berhasil jika telah mencapai peningkatan
sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditentukan apabila 70%
siswa dalam pembelajaran tematik dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning mengalami peningkatan
motivasi belajar siswa.
2. Kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dikatakan berhasil jika kemampuan guru baik dengan prosentasi
keberhasilan 60% ≤ Skor aktivitas guru < 80% atau jika kemampuan
guru sangat baik yaitu ≥ 80%.

31
3. Aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memperoleh perhitungan
prosentase keaktivan siswa minimal 60% dengan kategori keaktifan
siswa baik.

32
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data
Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan observasi
sebelum pengambilan data. Observasi dilakukan di kelas V SDN Tatah
Pemangkih Laut 2 pada hari Rabu tanggal 7 Agustus 2019. Melalui observasi
dapat terpantau tingkat motivasi belajar siswa. Dari hasil observasi tingkat
motivasi belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat diketahui dengan bebrapa
siswa masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan baik, dimana
pada waktu guru menjelaskan siswa masih ada yang mengobrol dengan
temannya. Pada saat proses pembelajaran siswa bersifat pasif, hal tersebut
sesuai dengan hasil observasi yang menunjukkan skor motivasi belajar siswa
52,98 yang termasuk dalam kategori rendah. Berikut adalah hasil motivasi
siswa Kelas V SDN Tatah Pemangkih Laut 2 pada kondisi awal.
Tabel 4.1 Kuesioner motivasi belajar siswa dalam pembelajaran tematik
dengan penerapan model PBL
No Nama Rata-Rata Kategori
1 Alfiana 64, 58 Sedang
2 Desi Khusnul K 62,50 Sedang
3 Farichatul Auliya 62,50 Sedang
4 Karisma A 45,83 Rendah
5 M. Naufal 37,50 Rendah
6 Nabila Aurelia 37,50 Rendah
7 Natasya Ayu 60,42 Sedang
Jumlah 370,83
Rata-rata 52,98 Rendah
Tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada kondisi
awal sebagian masih rendah. Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
terdapat 3 orang siswa dan 4 siswa dalam kategori sedang. Dalam hasil
kuesioner observasi motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi
64,58 skor terendah 37,50 dan skor rata-rata 52,98. Setelah dihitung rata-rata

33
data menunjukkan bahwa siswa kelas V memiliki tingkatan motivasi belajar
yang termasuk dalam kategori rendah.
Berdasarkan hasil pemaparan diatas, peneliti akan melaksanakan
pembelajaran di kelas V dengan penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) pada pelajaran tematik. Peneliti menyampaikan kepada
guru kelas bahwa Penelitian Tindakan kelas ini akan dilaksanakan selama 3
kali siklus yang mana dalam setiap siklusnya peneliti akan melaksanakan
selama satu kali pertemuan durasi 2 x 35 menit dengan model pembelajaran
Problem Based Learning. Peneliti juga menjelaskan kepada pendidik bahwa
yang bertindak sebagai pelaksana tindakan adalah peneliti, dan yang bertindak
sebagai pengamat adalah pendidik pembelajaran tematik kelas V. Pengamat
dalam hal ini bertugas untuk mengamati semua aktifitas dari peneliti dan murid
dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Untuk mempermudah
pengamatan tersebut peneliti akan memberikan lembar observasi terhadap
aktivitas guru dan respon siswa yang sebelumya telah dipersiapkan oleh
peneliti.
Pada setiap siklus dilengkapi dengan dengan satu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai perangkat dalam proses belajaran mengajar.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksankan oleh peneliti yang bertindak
sebgai guru pada hari Kamis tanggal 8 Agustus 2019 sedangkan siklus II dan
III pada hari selanjutnya.
Adapun uraian pelaksanaan tiap siklus adalah sebagai berikut.
1. Siklus I
Siklus I dilaksankan dalam satu kali pertemuan pada kelas V SDN Tatah
Pemangkih Laut 2. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 8 Agustus
2019. Satu kali pertemuan dilaksakan 2 x 35 menit. Dalam penelitian ini
berkolaborasi dengan guru yang turut membantu dalam proses
pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan meliputi tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Berikut penjelasan pada
masing masing tahapan.
a. Perencanaan Tindakan

34
Perencanaan yang telah dilakukan peneliti yaitu menyiapkan
kebutuhan pada siklus I dengan menyiapkan pernagkat pembelajaran
seperti RPP, LKPD, soal evaluasi, dan media. Media yang digunakan
adalah video pembelajaran untuk memperjelas materi organ
pernapasan pada manusia. Selain itu peneliti menyiapkan instrument
penelitian yaitu lembar observasi dan kuesioner sebagai pengukur
motivasi belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Agustus
2019 dengan alokasi waktu 2 x 25 menit yaitu Tema 2 subtema 1
pembelajaran 1 (Organ pernapasan pada hewan dan kata tanya).
1) Kegitan awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam,
menanyakan kabar, dan meminta untuk berdoa bersama sebelum
mulai pembelajaran. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
tetang pelajaran tematik tema 2 subtema 1 pembelajaran 1 (Organ
pernapasan pada hewan dan kata tanya).
2) Kegiatan Inti
Pada awal kegitan guru memberikan sebuah teks bacaan yang
berjudul Dayu dan Ikan Hias melalui power point untuk dibaca
siswa. Selanjutnya guru menyuruh siswa menceritakan hasil dari
membacanya tersebut. Selanjutnya guru memberikan penjelasan
tentang kata tanya yang dapat digunkan untuk mendapatkan suatu
informasi dari suatu teks. Selanjutnya Guru menyuruh siswa untuk
mengerjakan tugas secara berkelompok pada LKPD aktivitas 1.
Guru memutarkan video pembelajaran dengan materi organ
pernapasan pada hewan. Kemudian guru memberikan tugas pada
siswa yang ada di LKPD aktivitas 2 untuk membandingkan organ
pernapasan pada hewan kemudian siswa juga diminta untuk
membuat bagan salah satu organ pernapasan hewan. Setelah selesai
mengerkan siswa diminta untuk mempersentasikan hasil

35
pekerjaannya dengan kelomponya. Kemuadian guru memberinkan
penguatan tentang materi yang telah dipelajari.
3) Kegiatan Penutup
Pada akhir kegiatan guru dan siswa melakukan refleksi tentang
materi yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan soal
evaluasi. Guru dan siswa berdoa dan mengucapkan slam untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran hari ini.
c. Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dan rekan peneliti.
Peneliti dan rekan peneliti mengobservasi motivasi belajar siswa
dengan mengisi lembar observasi yang telah disipakan oleh peneliti.
1) Berikut adalah hasil observasi motivasi belajar siswa pada siklus I.
Tabel 4.2 Kuesioner motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
tematik dengan penerapan model PBL Siklus I
No Nama Skor Kategori
Kuesioner
1 Alfiana 84,37 Tinggi
2 Desi Khusnul K 81,25 Tinggi
3 Farichatul Auliya 81,25 Tinggi
4 Karisma A 75 Tinggi
5 M. Naufal 71,87 Tinggi
6 Nabila Aurelia 71,87 Tinggi
7 Natasya Ayu 75 Tinggi
Jumlah 540,61
Rata-rata 77,23 Tinggi
Berdasarkan tabel diatas hasil motivasi belajar pada siklus I
diperoleh rata-rata 77,23 dengan kategori tinggi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa motivasi belajar pada siklus I mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan saat pra penelitian.
2) Hasil Observasi Aktivitas Guru (Peneliti) siklus I

36
Standart dalam penilain aktivitas guru ada 5 yaitu, skor 1 untuk
indikator muncul dengan sangat kurang baik, skor 2 untuk
indikator muncul dengan kurang baik, skor 3 untuk indikator
muncul dengan cukup baik, skor 4 untuk indikator muncul baik,
dan skor 5 untuk indikator muncul dengan sangat baik. Hasilnya
pada pertemuan pertama dari observer pertama peneliti
mendapatkan nilai total 102 dan dari observer kedua peneliti
mendapatkan nilai total 98 dari jumlah skor maksimal 110. Dari
nilai tersebut didapatkan prosentase aktivitas guru pada pertemuan
pertama adalah 90,85 % dengan kategori sangat baik. Hasil yang
diperoleh peneliti dari observer pertama dan kedua dapat dilihat
pada table di bawah ini.
Tabel 4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelejaran
Tematik dengan Model PBL Siklus I
Problem Based Indikator O1 O2
Learning
Kegiatan a. Guru mengucapkan salam 5 5
Pendahuluan b. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa 5 5
c. Guru mengabsen siswa 5 5
d. Guru mengaitkan materi yang akan dipelajari 4 4
dengan bertanya jawab dengan siswa
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan 5 4
manfaat materi yang akan dipelajari
Kegiatan Inti a. Guru meminta siswa secara berkelompok untuk 4 4
Fase 1: membaca teks yang berjudul “Dayu dan Ikan
Mengorganisasi Hias” yang disajikan melalui power point
Siswa dalam b. Guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil 5 4
Belajar yang diperoleh dari membaca teks tersebut.
Fase 2: Penyajian a. Guru membagikan LKPD pada siswa 5 5
Informasi b. Guru bersama siswa membuat kalimat tanya yang 5 4
tepat berdasarkan teks yang berjudul “Dayu dan
Ikan Hias”
Fase 3: a. Guru meminta siswa untuk mecermati teks bacaan 4 4
Membimbing ”Dayu dan Ikan Hias”. Pada pargraf kedua tertulis
Kegiatan Belajar bahwa mulut ikan-ikan itu terbuka dan menutup,
seolah ikan-ikan itu selalu menelan air
Kelompok
b. Guru bertanya kepada siswa alasan mengapa ikan 5 4
selalu membuka dan menutup muludnya

37
c. Guru meminta siswa secara bergantian 5 5
menyampaikan pendapatnya
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 4 4
menyampaikan materi yang ada di video
e. Guru memberikan penguatan tentang materi yang 4 5
dipelajari
f. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada 4 4
siswa tentang materi yang belum dipahami
g. Guru memberikan hasil penilaian pada hasil karya 5 5
kelompok yang ada di LKPD
Kegitan Penutup a. Guru meminta siswa mengerjakan evaluasi 5 5
b. Guru meminta siswa mengumpulkan soal evaluasi 5 5

c. Guru melakukan refleksi pembelajaran 4 4


d. Guru menyampaikan kompetensi belajar 4 4
berikutnya
e. Guru meminta siswa yang aktif saat pelajaran 5 5
untuk memimpin doa
f. Guru mengucapkan salam 5 5
Jumlah 102 98
Prosentase 92,7 89%
%
Rata-rata prosentase 90,85%
Kategori Sangat baik

3) Hasil Observasi Aktivitas Siswa siklus I


Standart dalam penilain aktivitas siswa ada 5 yaitu, skor 1 untuk
aktivitas siswa sangat kurang, skor 2 untuk aktivitas siswa kurang
baik, skor 3 untuk aktivitas siswa dengan cukup baik, skor 4 untuk
aktivitas siswa muncul baik, dan skor 5 untuk aktivitas siswa
dengan sangat baik. Hasilnya pada pertemuan pertama dari
observer pertama, siswa mendapatkan nilai total 88 dan dari
observer kedua mendapatkan nilai total 74 dari jumlah skor
maksimal adalah 110. Dari nilai tersebut didapatkan prosentase
aktivitas siswa pada pertemuan pertama sebesar 73,5% dengan
kategori aktivitas siswa baik. Hasil aktivitas siswa dari observer
pertama dan kedua dapat dilihat pada table di bawah ini.

38
Tabel 4.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelejaran
Tematik dengan Model PBL Siklus I
Problem Based Kegiatan O1 O2
Learning
Kegiatan a. Siswa menjawab salam 4 4
Pendahuluan b. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang gambar 4 4
yang disajikan
Kegiatan Inti a. Secara berkelompok siswa membaca teks berjudul 4 4
Fase 1: ”Dayu dan Ikan Hias” pada media pembelajaran
Mengorganisasi power point yang disajikan guru
Siswa dalam b. Guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil 3 4
Belajar yang diperoleh dari membaca teks tersebut.
Fase 2: Penyajian a. Siswa menyimak penjelasan guru melalui media 3 4
Informasi pembelajaran tayangan power point tentang kata
tanya
b. Siswa mencatat hal-hal penting tentang kata tanya 4 4
c. Siswa membuat kalimat tanya yang tepat 4 4
berdasarkan teks pada media power point dengan
judul ” Dayu dan Ikan Hias”
d. Siswa menuliskan hasil pertanyaan yang telah 4 3
dibuat pada LKPD aktivitas 1
e. Siswa menuliskan informasi yang di dapat dari 3 3
teks bacaan dengan menggunakan pertanyaan apa,
dimana, kapan, siapa beserta jawabannya
f. Siswa mempresentasikan informasi yang 3 4
diperoleh di depan kelas dan kelompok yang lain
menanggapi
Fase 3: a. Siswa mencermati tekas teks bacaan ”Dayu dan 4 3
Membimbing Ikan Hias”. Pada pargraf kedua tertulis bahwa
Kegiatan Belajar mulut ikan-ikan itu terbuka dan menutup, seolah
ikan-ikan itu selalu menelan air
Kelompok
b. Siswa megutrakan pendapatnya tentang teks 3 3
bacaan ”Dayu dan Ikan Hias”. Pada pargraf kedua
tertulis bahwa mulut ikan-ikan itu terbuka dan
menutup, seolah ikan-ikan itu selalu menelan air
c. Siswa menyimak video pembelajaran tentang 4 4
organ pernapasan hewan yang ditampilkan di
layar
d. Siswa berkelompok berdiskusi untuk 4 3
membandingkan organ pernapasan hewan yang
berbeda yang sudah ada di LKPD aktivitas 2
e. Siswa membuat bagan cara kerja organ 4 4
pernapasan salah satu jenis hewan yang ada di
aktivitas 2 pada LKPD
f. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di 3 3
depan kelas dan kelompok lain ikut menanggapi
g. Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang 3 3
belum dipahami

39
Kegitan Penutup a. Siswa mengerjakan soal evaluasi 3 3
b. Siswa mengumpulkan soal evaluasi 3 3
c. Siswa melakukan refleksi pembelajaran 3 3
d. Siswa yang aktif saat pelajaran untuk memimpin 4 4
doa
e. Siswa menjawab salam 4 4
Jumlah 88 74
Prosentase 80% 67%
Rata-rata prosentase 73,5 %
Kategori Baik
d. Refleksi
Hasil kuesioner motivasi siswa menunjukkan hasil yang dicapai
pada pertemuan pertama dengan rata-rata 77, 23 dengan kategori
tinggi. Sehingga motivasi belajar siswa dapat dikatakan meningkat
jika dibandingkan pada pra penelitian yang rata-rata motivasi belajar
siswa adalah 52, 98 yang berada di kategori rendah.
Hasil pengamatan aktivitas guru menunjukkan hasil yang dicapai
pada pertemuan pertama dengan prosentase 90,85 dengan
kemmapuan mengajar guru sangat baik. Hal tersebut menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas guru kea rah yang lebih baik.
Hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa hasil yang
dicapai pada pertemuan pertama dengan prosentase 73,5% dengan
kategori aktivitas siswa baik.
Berdasarkan uaraian diatas dapat dismpulkan bahwa hasil yang
diperoleh peneliti dalam melakukan telah tercapai dengan baik.
Namun guru masih mengalami kendala seperti siswa kurang aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran, masih ada siswa yang selalu
berbicara sat proses pembelajaran. Olek karena itu, untuk pertemuan
selanjutnya perlu dilakukan perbaikan lagi. Guru sebagai peneliti
bersama dengan kedua pengamat sepakat melanjutkan penelitian
tindakan kelas pada siklus II.
2. Siklus II
Siklus II dilaksankan dalam satu kali pertemuan pada kelas V SDN
Tatah Pemangkih Laut 2. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 19
Agustus 2021. Satu kali pertemuan dilaksakan 2 x 35 menit. Dalam

40
penelitian ini berkolaborasi dengan guru yang turut membantu dalam proses
pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan meliputi tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Berikut penjelasan pada
masing masing tahapan.
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan yang telah dilakukan peneliti yaitu menyiapkan kebutuhan
pada siklus II dengan menyiapkan pernagkat pembelajaran seperti RPP,
LKPD, soal evaluasi, dan media. Media yang digunakan adalah video
pembelajaran untuk memperjelas materi organ pernapasan pada manusia.
Selain itu peneliti menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar
observasi dan kuesioner sebagai pengukur motivasi belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan (Pertemuan I)
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Kamis 15 Agustus
2019 dengan alokasi waktu 2 x 25 menit yaitu Tema 2 subtema 2
pembelajaran 1 (Faktor penyebab gangguan pernapasan dan kata tanya).
1) Kegitan awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam,
menanyakan kabar, dan meminta untuk berdoa bersama sebelum
mulai pembelajaran. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
tetang pelajaran tematik tema 2 subtema 2 pembelajaran 1 (Faktor
penyebab gangguan pernapasan pada manusia dan kata tanya).
2) Kegiatan Inti
Langkah yang diambil dalam kegiatan inti, guru memulai dengan
menyuruh siswa membaca teks bacaan yang di sajikan pada power
point yang ada di layar. Siswa mengemukakan hal yang di dapat diari
membaca teks pada layar. Siswa membaca tek dan melihat video
pembelajaran tentang faktor penyebab gangguan pernapasan pada
manusia. Siswa mengemukakan hasi yang di dapat dari membaca
dan melihat video tersebut. Guru meminta siswa untuk membuat
bagan tentang Faktor penyebab gangguan pernapasan pada manusia
yang sudah ada di LKPD aktivitas 1. Guru menjelaskan kepada
siswa tentang kata tanya yang dapat digunakan dalam memeproleh

41
informasi pada teks. Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKPD
aktitas 2, sebelumnya disuruh membaca teks kemudian diminta
untuk membuat pertanyaan dan jawaban yang sesuai dengan teks
bacaan. Pertanyaan dan jawaban disajikan dalam bentuk tabel.
Setiap kelompok mepresentasikan hasil diskusi. Guru memberikan
soal evaluasi untuk mengukur pemhaman siswa tentang materi yang
dipelajari.
3) Kegiatan Penutup
Pada akhir kegiatan guru dan siswa melakukan refleksi tentang
materi yang telah dipelajari. Kemudian guru menyampaikan
kompetensi pelajaran untuk hari berikutnya. Guru dan siswa berdoa
dan mengucapkan slam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran
hari ini.
c. Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dan rekan peneliti.
Peneliti dan rekan peneliti mengobservasi motivasi belajar siswa dengan
mengisi lembar observasi yang telah disipakan oleh peneliti.
1) Berikut adalah hasil observasi motivasi belajar siswa pada siklus II
Tabel 4.5 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa dalam Penerapan
Pembelejaran Tematik dengan Model PBL Siklus II
No Nama Skor Kuesioner Kategori
1 Alfiana 87,5 Tinggi
2 Desi Khusnul K 84,37 Tinggi
3 Farichatul Auliya 84,37 Tinggi
4 Karisma A 81,25 Tinggi
5 M. Naufal 75 Tinggi
6 Nabila Aurelia 75 Tinggi
7 Natasya Ayu 75 Tinggi
Jumlah 562,49
Rata-rata 80,35 Tinggi

42
Dari hasil motivasi belajar pada siklus II diperoleh rata-rata dengan
kategori tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi belajar
pada siklus II mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan saat
siklus I.
2) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Standart dalam penilain aktivitas guru ada 5 yaitu, skor 1 untuk
indikator muncul dengan sangat kurang baik, skor 2 untuk indikator
muncul dengan kurang baik, skor 3 untuk indikator muncul dengan
cukup baik, skor 4 untuk indikator muncul baik, dan skor 5 untuk
indikator muncul dengan sangat baik. Berikut tabel hasil observasi
aktivitas guru.
Tabel 4.6 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Penerapan
Pembelejaran Tematik dengan Model PBL Siklus II
Problem Based Kegiatan O1 O2
Learning
Kegiatan a. Guru mengucapkan salam 5 5
Pendahuluan b. Guru mengajak peserta didik untuk 5 5
berdoa
c. Guru mengabsen siswa 5 5
d. Guru mengaitkan materi yang akan 4 4
dipelajari dengan bertanya jawab
dengan siswa
e. Guru menyampaikan tujuan 5 5
pembelajaran dan manfaat materi yang
akan dipelajari
Kegiatan Inti c. Guru memberikan kesempatan kepada 4 4
Fase 1: siswa untuk menceritakan isi teks
Mengorganisasi bacaan
Siswa dalam d. Guru memberikan dua pertanyaan 5 5
Belajar kepada siswa tentang bacaan
Fase 2: c. Guru membagikan LKPD pada siswa 5 5
Mengorganisasian d. Guru memberikan tugas siswa untuk 5 5
Siswa Dalam membuat bagan tentang faktor
Belajar penyebab gangguan pernapasan
manusia yang ada di LKPD aktivitas 1
Fase 3: h. Guru menampilkan contoh bagan yang 5 5
dibuatnya
i. Guru memutar video tentang faktor- 5 5
faktor penyebab gangguan pernapasan

43
Membimbing j. Guru memberikan penguatan tentang 4 4
Kegiatan Belajar faktor penyebab gangguan pernapasan
Kelompok manusia
k. Guru menyajikan materi melalui power 5 5
point tentang kalimat tanya apa,
siapa, dimana, bagaimana, dan
mengapa
l. Guru meminta siswa untuk 5 5
mengerjakan LKPD aktivitas 2
Fase 4 a. Guru meminta setiap kelompok untuk 4 4
Mengembangkan mempresentasikan hasil pekerjaannya
dan Menyajikan
Hasil Karya
Fase 5 a. Guru memberikan penguatan tentang 4 4
Menganalisis kalimat tanya apa, siapa, dimana,
dan bagaimana, dan mengapa
mengevaluasi b. Guru memberikan soal evaluasi 5 5
proses
pemecahan
masalah
Kegitan Penutup g. Guru melakukan refleksi pembelajaran 4 4
h. Guru menyampaikan kompetensi 4 4
belajar berikutnya
i. Guru menutup pembelajaran dengan 5 5
membaca doa
j. Guru mengucapkan salam 5 5
Jumlah 98 98
Prosentase 93% 93%
Rata-rata prosentase 93%
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan tabel diatas hasilnya pada siklus II dari observer pertama
peneliti mendapatkan nilai total 98 dari skor maksimal 105 dengan
prosentase 93% dan dari observer kedua peneliti mendapatkan nilai
total 98 dari skor maksimal 105 dengan prosentase 93%. Dari nilai
tersebut didapatkan prosentase rata-rata aktivitas guru pada pertemuan
pertama adalah 93 % dengan kategori sangat baik.
3) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Standart dalam penilain aktivitas siswa ada 5 yaitu, skor 1 untuk
aktivitas siswa sangat kurang, skor 2 untuk aktivitas siswa kurang
baik, skor 3 untuk aktivitas siswa dengan cukup baik, skor 4 untuk
aktivitas siswa muncul baik, dan skor 5 untuk aktivitas siswa dengan
sangat baik. Berikut tabel penelitian aktivitas siswa yang diperoleh
peneliti.

44
Tabel 4.7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Penerapan
Pembelejaran Tematik dengan Model PBL Siklus II
Problem Based Kegiatan O1 O2
Learning
Kegiatan a. Siswa Menjawab salam 4 4
Pendahuluan b. Siswa berdoa sebelum kegiatan 4 4
pembelajaran
c. Siswa menjawab presensi dari guru 4 4
Kegiatan Inti a. Siswa membaca dan mengamati gambar 3 4
Fase 1: melalui power point
Mengorganisasi b. Siswa menjawab pertanyaan yang 4 4
Siswa dalam diberikan oleh guru
Belajar
Fase 2: a. Siswa secara berkelompok membaca teks 4 4
Mengorganisasian tentang penyebab terjadinya organ
Siswa Dalam pernapasan
Belajar b. Siswa secara berkelompok membuat bagan 4 4
tentang faktor penyebab terjadinya organ
pernapasan
Fase 3: a. Siswa melihat video pembelajaran tentang 4 4
Membimbing faktor penyebab terjadinya organ
Kegiatan Belajar pernapasan
Kelompok b. Perwakilan kelompok mempresentasikan 3 4
hasil pembuatan bagan
c. Setiap kelompok membaca salah satu teks 4 4
bacaan yang berjudul ”Kuldesak Lantaran
Jerebu” yang ada di LKPD pada aktivitas
2
Fase 4 a. Secara kelompok siswa melengkapi tabel 4 4
Mengembangkan pertanyaan beserta jawaban menggunakan
dan Menyajikan kata apa, siapa, dimana, bagaimana, dan
Hasil Karya mengapa beserta jawaban dari teks bacaan
yang ada di LKPD
Fase 5 a. Siswa mengerjakan soal evaluasi yang 4 4
Menganalisis diberikan guru
dan
mengevaluasi
proses
pemecahan
masalah
Kegitan Penutup a. Siswa melakukan refleksi pembelajaran 4 4
yang telah dipelajari
b. Siswa berdoa 4 4
c. Siswa menjawab salam dari guru 4 4
Jumlah Skor 58 60
Prosentase 77% 80%

45
Rata-rata prosentase 78,5%
Kategori Baik
Berdasarkan tabel diatas hasilnya pada siklus II dari observer pertama
peneliti mendapatkan nilai total 58 dari skor maksimal 75 dengan
prosentase 77% dan dari observer kedua peneliti mendapatkan nilai
total 60 dari skor maksimal 75 dengan prosentase 80%. Dari nilai
tersebut didapatkan prosentase rata-rata aktivitas guru pada siklus II
adalah 78,5 % dengan kategori baik.
d. Refleksi
Hasil kuesioner motivasi siswa menunjukkan hasil yang dicapai
pada pertemuan pertama dengan rata-rata 80,35 dengan kategori tinggi.
Sehingga motivasi belajar siswa dapat dikatakan meningkat jika
dibandingkan pada penelitian siklus I yang rata-rata motivasi belajar
siswa adalah 77,23 yang berada di kategori tinggi.
Hasil pengamatan aktivitas guru menunjukkan hasil yang dicapai
pada siklus II dengan prosentase 93 % dengan kemamapuan mengajar
guru sangat baik. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas guru jika dibandingkan dengan penelitian siklus I dengan
prosentase 90,85% dengan kemampuan guru sangat baik.
Hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa hasil yang
dicapai pada siklus II dengan prosentase 78,5% dengan aktivitas siswa
dalam kategori baik. Hal tersebu menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas siswa jika dibandingkan dengan penelitian siklus I dengan
prosentase 73,5% dengan kategori aktivitas siswa baik.
Berdasarkan uaraian diatas dapat dismpulkan bahwa hasil yang
diperoleh peneliti dalam melakukan telah tercapai dengan baik. Namun
guru masih mengalami kendala seperti siswa kurang aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran, masih ada siswa yang selalu berbicara
sat proses pembelajaran. Olek karena itu, untuk pertemuan selanjutnya
perlu dilakukan perbaikan lagi. Guru sebagai peneliti bersama dengan
kedua pengamat sepakat melanjutkan penelitian tindakan kelas pada
siklus III.

46
3. Siklus III
Siklus III dilaksankan dalam satu kali pertemuan pada kelas V
SDN Tatah Pemangkih Laut 2. Siklus III dilakukan pada hari Kamis
tanggal 22 Agustus 2019. Satu kali pertemuan dilaksakan 2 x 35 menit.
Dalam penelitian ini berkolaborasi dengan guru yang turut membantu
dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan meliputi tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.
Berikut penjelasan pada masing masing tahapan.
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan yang telah dilakukan peneliti yaitu menyiapkan kebutuhan
pada siklus III dengan menyiapkan pernagkat pembelajaran seperti RPP,
LKPD, soal evaluasi, dan media. Media yang digunakan adalah video
pembelajaran untuk memperjelas materi organ pernapasan pada manusia.
Selain itu peneliti menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar
observasi dan kuesioner sebagai pengukur motivasi belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama siklus III dilaksanakan pada hari Kamis 22 Agustus
2019 dengan alokasi waktu 2 x 25 menit yaitu Tema 2 subtema 3
pembelajaran 1 (Bahaya Kabut Asap dan Cara Mengatasinya dan Kata
Tanya).
1) Kegitan awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam,
menanyakan kabar, dan meminta untuk berdoa bersama sebelum
mulai pembelajaran. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
tetang pelajaran tematik tema 2 subtema 2 pembelajaran 1 (Bahaya
Kabut Asap dan Cara Mengatasinya dan Kata Tanya).
2) Kegiatan Inti
Langkah yang diambil dalam kegiatan inti, guru memulai dengan
menyuruh siswa membaca teks bacaan yang ada di buku siswa
tentang “Bahaya Kabut Asap dan Cara Mengatasinya” Siswa
mengemukakan hal yang di dapat dimati membaca teks. Kemudian
siswa diminta untuk melengkapi tabel yang ada di LKPD aktivitas

47
1. Guru mengingatkan siswa tentang kata tanya apa saja yang dapat
digunakan dalam menyebutkan informasi dalam teks bacaan. Salah
satu siswa mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru
memutar video tentang “Cara Memelihara Organ Pernapasan” .
Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKPD aktitas 2,
sebelumnya disuruh membaca teks kemudian diminta untuk
membuat bagan tentang Cara Memelihara Organ Pernapasan. Setiap
kelompok mepresentasikan hasil diskusi. Guru memberikan soal
evaluasi untuk mengukur pemhaman siswa tentang materi yang
dipelajari.
3) Kegiatan Penutup
Pada akhir kegiatan guru dan siswa melakukan refleksi tentang
materi yang telah dipelajari. Kemudian guru menyampaikan
kompetensi pelajaran untuk hari berikutnya. Guru dan siswa berdoa
dan mengucapkan slam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran
hari ini.
c. Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dan rekan peneliti.
Peneliti dan rekan peneliti mengobservasi motivasi belajar siswa dengan
mengisi lembar observasi yang telah disipakan oleh peneliti.
1) Berikut adalah hasil observasi motivasi belajar siswa pada siklus III
Tabel 4.8 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa dalam Penerapan
Pembelejaran Tematik dengan Model PBL Siklus III
No Nama Skor Kuesioner Kategori
1 Alfiana 87,5 Tinggi
2 Desi Khusnul K 87,5 Tinggi
3 Farichatul Auliya 87,5 Tinggi
4 Karisma A 84,37 Tinggi
5 M. Naufal 75 Tinggi
6 Nabila Aurelia 81, 25 Tinggi
7 Natasya Ayu 81,25 Tinggi

48
Jumlah 584,37
Rata-rata 83,48 Tinggi
Berdasarkan tabel diatas hasil motivasi belajar pada siklus III
diperoleh rata-rata 84,48 dengan kategori tinggi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa motivasi belajar pada siklus III mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan saat siklus I diperoleh rata-rata
77, 23 dengan kategori tinggi dan pada siklus II diperoleh rata-rata 80,
35. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa dengan
menggunkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
mengalami peningkatan.
2) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Standart dalam penilain aktivitas guru ada 5 yaitu, skor 1 untuk
indikator muncul dengan sangat kurang baik, skor 2 untuk indikator
muncul dengan kurang baik, skor 3 untuk indikator muncul dengan
cukup baik, skor 4 untuk indikator muncul baik, dan skor 5 untuk
indikator muncul dengan sangat baik. Berikut tabel hasil observasi
aktivitas guru.
Tabel 4.9 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Penerapan
Pembelejaran Tematik dengan Model PBL Siklus III
Problem Based Kegiatan O1 O2
Learning
Kegiatan a. Guru mengucapkan salam 5 5
Pendahuluan b. Guru mengajak peserta didik untuk 5 5
berdoa
c. Guru mengabsen siswa 5 5
d. Guru mengaitkan materi yang akan 4 4
dipelajari dengan bertanya jawab
dengan siswa
e. Guru menyampaikan tujuan 4 4
pembelajaran dan manfaat materi yang
akan dipelajari
Kegiatan Inti a. Guru memberikan kesempatan kepada 5 4
Fase 1: siswa untuk menceritakan isi teks
Mengorganisasi bacaan
Siswa dalam b. Guru memberikan dua pertanyaan 4 5
Belajar kepada siswa tentang bacaan
a. Guru membagikan LKPD pada siswa

49
Fase 2: b. Guru memberikan tugas secara 5 5
Mengorganisasian berkelompok untuk melengkapi tabel
Siswa Dalam pertanyaan menggunakan katra apa,
siapa, di mana, bagaimana, dan
Belajar
mengapa beserta jawabannya pada
LKPD aktivitas 1
Fase 3: a. Guru memutar video tentang cara 5 5
Membimbing memelihara organ pernapasan
Kegiatan Belajar
Kelompok b. Guru memberikan kesempatan kepada 5 4
siswa untuk menyampaikan materi
yang ada di video
Fase 4 a. Guru meminta setiap kelompok untuk 4 5
Mengembangkan mempresentasikan hasil pekerjaannya
dan Menyajikan b. Guru memberi penguatan tentang cara 4 4
Hasil Karya memelihara organ pernapasam
Fase 5 a. Guru memberikan soal evaluasi 5 5
Menganalisis
dan
mengevaluasi
proses
pemecahan
masalah
Kegitan Penutup a. Guru melakukan refleksi pembelajaran 5 5
b. Guru menyampaikan kompetensi 5 5
belajar berikutnya
c. Guru menutup pembelajaran dengan 5 5
membaca doa
d. Guru mengucapkan salam 5 5
Jumlah Skor 85
Prosentase 94 94
% %
Rata-rata prosentase 94%
Kategori Sangat
baik
Berdasarkan tabel diatas hasilnya pada siklus III dari observer pertama
peneliti mendapatkan nilai total 85 dari skor maksimal 90 dengan
prosentase 94% dan dari observer kedua peneliti mendapatkan nilai
total 85 dari skor maksimal 90 dengan prosentase 94%. Dari nilai
tersebut didapatkan prosentase rata-rata aktivitas guru pada pertemuan
pertama adalah 94 % dengan kategori sangat baik.
3) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Standart dalam penilain aktivitas siswa ada 5 yaitu, skor 1 untuk
aktivitas siswa sangat kurang, skor 2 untuk aktivitas siswa kurang

50
baik, skor 3 untuk aktivitas siswa dengan cukup baik, skor 4 untuk
aktivitas siswa muncul baik, dan skor 5 untuk aktivitas siswa dengan
sangat baik. Berikut tabel penelitian aktivitas siswa yang diperoleh
peneliti.
Tabel 4.10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Penerapan
Pembelejaran Tematik dengan Model PBL Siklus III
Problem Based Kegiatan O1 O2
Learning
Kegiatan d. Siswa menjawab salam 5 5
Pendahuluan e. Siswa berdoa sebelum kegiatan 5 5
pembelajaran
f. Siswa menjawab presensi dari guru 4 4
Kegiatan Inti c. Siswa membaca dan mengamati gambar 3 3
Fase 1: yang ada di buku siswa hal 91
Mengorganisasi d. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan 4 4
Siswa dalam oleh guru
Belajar
Fase 2: c. Siswa secara berkelompok membaca teks 3 4
Mengorganisasian tentang bahaya kabut asap dan cara
Siswa Dalam mengatasinya
Belajar d. Siswa secara berkelompok dapat melengkapi 4 4
tabel pada LKPD aktivitas 1

Fase 3: d. Siswa melihat video pembelajaran tentang 4 4


Membimbing Cara memelihara organ pernapasan
Kegiatan Belajar e. Siswa menyampaikan materi yang ada di 3 4
Kelompok video pembelajaran tentang Cara
memelihara organ pernapasan
Fase 4 b. Secara kelompok siswa mengerjakan LKPD 4 4
Mengembangkan aktivitas 2
dan Menyajikan c. Siswa mempresentasikan hasil diskusi 4 4
Hasil Karya kelompoknya
Fase 5 b. Siswa mengerjakan soal evaluasi yang 4 4
Menganalisis diberikan guru
dan
mengevaluasi
proses
pemecahan
masalah
Kegitan Penutup d. Siswa melakukan refleksi pembelajaran 4 3
yang telah dipelajari
e. Siswa berdoa 5 5
f. Siswa menjawab salam dari guru 5 5
Jumlah Skor 61 62

51
Prosentase 81,3% 82,7%
Rata-rata Prosentase 82%
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan tabel diatas hasilnya pada siklus III dari observer pertama
peneliti mendapatkan nilai total 61 dari skor maksimal 75 dengan
prosentase 81,3% dan dari observer kedua peneliti mendapatkan nilai
total 62 dari skor maksimal 75 dengan prosentase 82,7%. Dari nilai
tersebut didapatkan prosentase rata-rata aktivitas guru pada siklus III
adalah 82 % dengan kategoriaktivitas siswa sangat baik.
d. Refleksi
Hasil kuesioner motivasi siswa menunjukkan hasil yang dicapai
pada siklus III dengan rata-rata 83,48 dengan kategori tinggi. Sehingga
motivasi belajar siswa dapat dikatakan meningkat jika dibandingkan
pada penelitian siklus I yang rata-rata motivasi belajar siswa adalah 77,23
yang berada di kategori tinggi dan siklus II yang rata-rata motivasi
belajar siswa adalah 80,35. Pada siklus III motivasi belajar siswa
memperoleh skro 83,48 menunjukkan tingkat tinggi.
Hasil pengamatan aktivitas guru menunjukkan hasil yang dicapai
pada siklus III dengan prosentase 94 % dengan kemamapuan mengajar
guru sangat baik. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas guru jika dibandingkan dengan penelitian siklus I dengan
prosentase 90,85% dengan kemampuan guru sangat baik dan pada siklus
II dengan porsentase 93% dengan kemmapuan guru sangat baik
Hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa hasil yang
dicapai pada siklus III dengan prosentase 82% dengan aktivitas siswa
dalam kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas siswa jika dibandingkan dengan penelitian siklus I
dengan prosentase 73,5% dengan kategori aktivitas siswa baik. Dan pada
siklus II dengan prosentase 78,5% dengan kategori aktivitas siswa baik.
Berdasarkan uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil yang
diperoleh peneliti dalam melakukan penelitian telah tercapai dengan
baik. Hal tersebut terlihat pada motivasi belajar siswa mengalami
peningkatan pada siklus I, II, dan III. Selain itu peningkatan kemmapuan

52
guru pada siklus I, II,dan III mengalami peningkatan sehingga berada
pada kategori sangat baik. Dan aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) mengalami
peningkatan dengan kategori sangat baik. Dengan memperhatikan hal
tesebut maka peneliti sudah berhasi dalam melakukan penelitian karena
sudah seusai dengan kriteria keberhasilan yuang diharapkan, sehingga
tidak perlu melakukan siklus selanjutnya.
B. Temuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian dengan jumlah satu pertemuan, peneliti dan
observer menemukan bebrapa hal saat proses pembelajaran sedang
berlangsung.
1. Perencanaan
Kondisi pembelajaran yang terjadi di SDN Tatah Pemangkih Laut 2
kurang kondusif dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini
dikarenakan guru dalam mengajar hanya menggunakan metode ceramah.
Beberapa cenderung melakukan aktivitas lain seperti bermain sendiri,
berbicara dengan temannya saat guru menjelaskan materi tematik. Dari
kondisi inilah guru menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning agar siswa dapat lebih aktif dan berfikir kritis dalam mengikuti
pelajaran tematik. Sehingga motivasi siswa dapat meningkat saat mengikuti
pembelajaran tematik.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti membuat perangkat
pernagkat pembelajaran seperti RPP, LKPD, soal evaluasi, dan media.
Media yang digunakan adalah video pembelajaran. Selain itu peneliti
menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi dan kuesioner
sebagai pengukur motivasi belajar siswa.
2. Pelaksanaan
Pada saat pelaksanaan pembelajaran anak-anak terlihat antusias
dalam mengikuti pelajaran. Siswa juga terlibat aktif dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan guru. Saat mengerjakan tugas dengan kelompok
semua anggota kelompok terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas secara

53
kelompok. Selain itu siswa juga berani menyampiakan hasil diskusi
kelompok mereka di depan kelas.
3. Penilaian
Hasil penelitian dari observasi guru dan siswa yang diperoleh peneliti
dalam siklus I mendapatkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari
pengamatan aktivitas guru pada siklus I didapatkan prosentase aktivitas guru
pada pertemuan pertama adalah 90,85 % dengan kategori sangat baik. Aktivitas
guru pada siklus II didapatkan prosentase aktivitas guru adalah 93 % dengan
kategori sangat baik. Sedangkan aktivitas guru pada siklus III didapatkan
prosentase 94% dengan kategori sangat baik.
Sedangkan pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa hasil yang
dicapai pada siklus I didapatkan prosentase aktivitas siswa pada pertemuan
pertama sebesar 73,5% dengan kategori aktivitas siswa baik. Sedangkan pada
siklus II kemampuan aktivitas siswa dengan prosentase 78,5% dengan kategori
aktivitas siswa baik. Pada siklus III kemampuan aktivitas siswa dengan
prosentase 82% dengan kategori aktivitas siswa sangat baik.
Peneliti dalam mengetahui peningkatan motivasi siswa dilihat dari
kondisi awal bahwa rata-rata motivasi siswa sebesar 52,98 menunjukkan
tingkat motivasi siswa rendah. Setelah dilakukan tindakan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus I perolehan
skor menjadi 77,23 menunjukkan tingkat tinggi. Motivasi belajar siswa
mengalami peningkatan sebesar 24,25. Sedangkan pada siklus II motivasi
belajar siswa memperoleh skro 80,35 menunjukkan tingkat tinggi. Pada siklus
III motivasi belajar siswa memperoleh skro 83,48 menunjukkan tingkat tinggi.
C. Pembahasan
Penelitian untuk melihat motivasi belajar siswa dilaksanakan dengan
tiga siklus. Siklus I dilakukan pada hari Kamis tanggal 8 Agustus 2019. Siklus
ke II dilaksanakan pada hari Kamis 15 Agustus 2019. Penelitian dilakukan di
kelas V MI Nurul Ulum gadungan. Siklus ke III dilaksanakan pada hari Kamis
22 Agustus 2019. Motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Instrumen

54
yang digunakan untuk melihat peningkatan motivasi belajar siswa adalah
lembar observasi dan kuesioner.
1. Aktivitas kemampuan guru dalam mengajar dengan menggunakan model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Hasil penelitian dari observasi kemampuan guru dalam mengajar
yang diperoleh peneliti dalam siklus I mendapatkan hasil yang baik. Hal
ini dapat dilihat dari pengamatan aktivitas guru pada siklus I didapatkan
prosentase aktivitas guru pada pertemuan pertama adalah 90,85 % dengan
kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan kemampuan mengajar
guru sangat baik.
Sedangkan hasil peneliti dari observasi kemampuan guru dalam
mengajar yang diperoleh peneliti dalam siklus II mendapatkan hasil yang
sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan aktivitas guru pada
siklus II didapatkan prosentase aktivitas guru pada pertemuan pertama
adalah 93 % dengan kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan
kemampuan mengajar guru sangat baik.
Hasil peneliti dari observasi kemampuan guru dalam mengajar
yang diperoleh peneliti dalam siklus III mendapatkan hasil yang sangat
baik. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan aktivitas guru pada siklus II
didapatkan prosentase aktivitas guru pada pertemuan pertama adalah 94%
dengan kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan kemampuan
mengajar guru sangat baik
Berdasarkan paparan diatas dapat dismpulkan bahwa kemampuan
guru dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) sudah dilakukan dengan sangat baik dan sudah
sesuai dengan kriteria keberhasilan.
2. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pengamatan peneliti pada aktivitas siswa menunjukkan bahwa
hasil yang dicapai pada siklus I didapatkan prosentase aktivitas siswa pada
pertemuan pertama sebesar 73,5% dengan kategori aktivitas siswa baik.

55
Hal tersebut menunjukkan meningkatnya aktivitas siswa kearah yang lebih
baik.
Sedangkan pengamatan peneliti pada aktivitas siswa menunjukkan
bahwa hasil yang dicapai pada siklus II didapatkan prosentase aktivitas
siswa pada pertemuan pertama sebesar 78,5% dengan kategori aktivitas
siswa baik. Hal tersebut menunjukkan meningkatnya aktivitas siswa
kearah yang lebih baik.
Sedangkan pengamatan peneliti pada aktivitas siswa menunjukkan
bahwa hasil yang dicapai pada siklus III didapatkan prosentase aktivitas
siswa pada pertemuan pertama sebesar 82% dengan kategori aktivitas
siswa sangat baik. Hal tersebut menunjukkan meningkatnya aktivitas
siswa kearah yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan aktivitas siswa
dalazm mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) mengalami peningkatan. Sehingga peneliti tidak
perlu melakukan penelitian pada tahap berikutnya karena hasil yang
diperoleh oleh peneliti sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditentukan..
3. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
Hasli peningkatan belajar siswa dengan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan
kuesioner yang disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.8 Analisis Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa pada
Pembelajaran Tematik dengan Penerapan Model PBL
No Nama Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Skor Katego Skor Katego Skor Kategori Skor Kategori
ri ri
1 Alfiana 64, 5 Sedang 84,3 Tinggi 87,5 Tinggi 87,5 Tinggi
2 Desi K 62,5 Sedang 81,2 Tinggi 84,3 Tinggi 87,5 Tinggi
3 Farichatul 62,5 Sedang 81,2 Tinggi 84,3 Tinggi 87,5 Tinggi
4 Karisma 45,8 Rendah 75 Tinggi 81,2 Tinggi 84,37 Tinggi
5 M. Naufal 37,5 Rendah 71,8 Tinggi 75 Tinggi 75 Tinggi

56
6 Nabila A 37,5 Rendah 71,8 Tinggi 75 Tinggi 81, 2 Tinggi
7 Natasya 60,4 Sedang 75 Tinggi 75 Tinggi 81,2 Tinggi
Jumlah 370,8 540,6 569,4 584,3
Rata-rata 52,98 Rendah 77,2 Tinggi 80,35 Tinggi 83,48 Tinggi
Berdasarkan tabel diatas peningkatan motivasi siswa dilihat dari
kondisi awal bahwa rata-rata motivasi siswa sebesar 52,98 menunjukkan
tingkat motivasi siswa rendah. Setelah dilakukan tindakan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus I
perolehan skor menjadi 77,23 menunjukkan tingkat tinggi. Motivasi
belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 24,25. Sedangkan pada
siklus II memperoleh rata-rata motivasi belajar siswa menjadi 80,35 yang
menunjukkan tingkat motivasi siswa mengalami peningkatan 3,12. Pada
siklus III memperoleh rata-rata motivasi belajar siswa 83,48 yang
menunjukkan tingkat motivasi siswa mengalami peningkatan 4,13.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di atas peneliti
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan
motivasi belajar siswa terlihat ketika siswa aktif untuk mencari informasi
baru, mengemukakan pendapat, bertanya kepada guru.
Menurut Nurhadi dalam Sitiatava (dalam Wulan, 2014:15)
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu
model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuaan
dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

57
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab I samapai dengan bab
IV sebagai langkah akhir penelitian ini akan disampaikan kesimpulan, keterbatasan
peneliti, dan saran. Kesimpulan dituliskan utnuk memudahkan menangkap isi
laporan. Sedangkan keterbatasan peneliti disampaiakan untuk memberikan
pengalaman pada pembaca agar hal-hal yang terjadi yang dialami oleh penleiti tidak
terulang kembali. Sedangkan saran ditulis dengan maksud agar dapat dimanfaatkan
oleh pihak lain dalam meningkatkan upaya penelitian.
A. Kesimpulan
Dari hasil yang diperoleh peneliti dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran tematik di kelas
V SDN Tatah Pemangkih Laut 2 dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Perencanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pelajaran tematik dengan
langkah-langkah berikut. a) Menyiapkan pernagkat pembelajaran seperti
RPP dengan metode Problem Based Learning (PBL). b) Menyiapkan
LKPD, soal evaluasi, dan media. Media yang digunakan adalah video
pembelajaran untuk memperjelas materi organ pernapasan pada manusia. c)
Selain itu peneliti menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi
dan kuesioner sebagai pengukur motivasi belajar siswa
2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam
pembelajaran tematik dengan langkah-langkah sebagai berikut. a) Orientasi
siswa terhadap masalah b) Mengorganisisasi siswa dalam belajar yaitu
dengan meminta siswa untuk membaca teks bacaan. c) Penyajian Informasi
yiatu siswa dapat menyajikan informasi dan mempersentasikan hasil diskusi
secara berkelompok. d) Membimbing kegiatan Belajar Kelompok yaitu
guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. e)
Mengevaluasi hasil belajar yaitu guru memberikan soal evaluasi untuk
mengetahui pemahaman siswa dalam materi pelajaran yang telah dipelajari
pada hari tersebut.

58
3. Hasil Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V.
Hasil yang diperoleh dari observasi guru dan siswa yang diperoleh
peneliti dalam siklus I mendapatkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat
dari pengamatan aktivitas guru pada siklus I didapatkan prosentase aktivitas
guru pada pertemuan pertama adalah 90,85 % dengan kategori kemampuan
guru dalam mengajar sangat baik. Sedangkan aktivitas guru pada siklus II
didapatkan prosentase aktivitas guru adalah 93 % dengan kategori
kemampuan guru dalam mengajar sangat baik. Sedangkan pada siklus III
didapatkan prosentase aktivitas guru adalah 94% dengan kategori
kemmapuan guru dalam mengajar sangat baik. Maka dari hasil pemaparan
tersebut diperoleh hasil bahwa kemampuan mengajar guru dari siklus I, II,
dan III mengalami peningkatan.
Pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa hasil yang dicapai
pada siklus I didapatkan prosentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama
sebesar 73,5% dengan kategori aktivitas siswa baik. Pada siklus II
kemampuan aktivitas siswa dengan prosentase 78,5% dengan kategori
aktivitas siswa baik. Sedangkan pada III kemampuan aktivitas siswa dengan
prosentase 82% dengan kategori aktivitas siswa sangat baik. Maka dari hasil
pemaparan tersebut diperoleh hasil bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran
tematik pada siklus I, II, dan III mengalami peningkatan.
Peneliti dalam mengetahui peningkatan motivasi siswa dilihat dari
kondisi awal bahwa rata-rata motivasi siswa sebesar 52,98 menunjukkan
tingkat motivasi siswa rendah. Setelah dilakukan tindakan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus I perolehan
skor menjadi 77,23 menunjukkan tingkat tinggi. Motivasi belajar siswa
mengalami peningkatan sebesar 24,25. Sedangkan pada siklus II motivasi
belajar siswa memperoleh skor 80,35 menunjukkan tingkat tinggi. Pada
siklus ke III motivasi belajar siswa memperoleh skor 83,48 menunjukkan
tingka tinggi. Dari pememparan tersebut jika dilihat dari siklus I, II, dan III

59
motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) mengalami peningkatan.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di atas peneliti
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan
motivasi belajar siswa terlihat ketika siswa aktif untuk mencari informasi
baru, mengemukakan pendapat, bertanya kepada guru dan mengerjakan soal
yang telah diberikan guru sampai dengan selesai.
B. Keterbatasan Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari adanya keterbatasan peneliti
sebagai berikut.
1. Peneliti mengalami keterbatasan dalam mencari sumber model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
2. Peneliti membutuhkan waktu yang lebih pada pengejaan soal evaluasi
karena ada siswa sangat lamban dalam mengerjakan soal evaluasi, sehingga
membutuhkan pendampingan guru.
C. Saran
Melihat hasil yang diperoleh oleh siswa selama penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) peneliti memberikan saran
sebagai berikut.
1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti sebaiknya mencari suber tentang
Problem Based Learning (PBL) secara mendalam.
2. Sebelum melakukan penelitian, peneliti sebaiknya melakukan manjemen
waktu dengan baik, sehingga waktu proses pembelajaran dapat berjalan
dengan lancer seuai dengan tujuan penelitian.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya mengenal karakteristik siswa lebih
menyeluruh agar dalam proses penelitian dapat berjalan dengan lancar.
4. Guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan pada siswa yang pasif dan
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pendapatnya.

60
DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi, Prof. Suhardjono, dan Prof. Supardi. 2010. Penelitian


Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan pembelajaran.
Yogyakarta:Pustaka Belajar
Maulani, Wulan. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Cisaranten
Kidul Bandung Pada Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku. Bandung.
Raharjo, Dwi dkk. 2020. Peningkatan Motivasi dan Persentasi Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Problem Based Lerning (PBL) pada
Pembelajaran Tematik Kelas II Sekolah dasar negeri Bokaharjo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman.
Widyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Wiriaatmadja, Prof. Dr. Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas
Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

61
DOKUMENTASI PTK

62

Anda mungkin juga menyukai