Anda di halaman 1dari 91

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM

PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA TERHADAP KEMAMPUAN


PEMAHAMAN KONSEP SISWA SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa
Kelas V di SDN Cibalongsari III Kecamatan Klari Kabupaten Karawang Tahun
Ajaran 2022/2023)

LAPORAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas

Dosen Pengampu : Dr. Dana Suryaatmaja, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
OKI SYAHRIL
857130593

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS TERBUKA
2022
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PERBAIKAN
PEMBELAJARAN IPA

Nama Mahasiswa : Oki Syahril


NIM : 857130593
Program Studi : S1-PGSD Universitas Terbuka
Tempat Mengajar : SDN Cibalongsari III
Jumlah Siklus Pembelajaran : 2 siklus
Hari dan Tanggal Pelaksanaan :
- Pra siklus : Sabtu, 12 November 2022
- Siklus 1 : Jum’at, 18 November 2022
- Siklus 2 : Sabtu, 26 November 2022
Masalah yang merupakan fokus perbaikan :
1. Perbaikan proses pelaksanaan pembelajaran IPA siswa kelas VA SDN
Cibalongsari III Kabupaten Karawang melalui penggunaan model Problem
Based Learning.
2. Peningkatan hasil belajar IPA materi gaya menggunakan model Problem
Based Learning siswa kelas VA di SDN Cibalongsari III Kabupaten
Karawang.

Menyetujui, Karawang, November 2022


Supervisi 1 Mahasiswa

Dr. DANA SURYAATMAJA, S.Pd., M.Pd. OKI SYAHRIL


ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa pada
pembelajaran IPA yang disebabkan karena pembelajaran tidak banyak melibatkan siswa
aktif dan pada pembelajarannya tidak banyak melakukan percobaan serta tidak mengaitkan
konsep IPA yang dipelajari di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA materi
gaya dengan menerapkan model Problem Based Learning. Penelitian yang dilakukan
adalah Penelitian Tindakan Kelas model Spiral Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian ini
dilaksanakan di SDN Cibalongsari III tahun ajaran 2020-2021. Subjek yang dipilih dalam
penelitian ini adalah kelas V A dengan jumlah 24 siswa. Instrumen yang digunakan berupa
tes pilihan ganda serta lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Aktivitas
siswa yang terjadi selama mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Based Learning menunjukkan adanya peningkatan di setiap siklusnya. (2)
Penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran IPA terbukti mampu
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes
yang dilakukan pada siklus 1 dengan rata-rata kelas 68,2 dengan persentase 60% siswa
yang tuntas. Sedangkan pada siklus 2 diperoleh rata-rata 79,72 dengan persentase 80%
siswa yang tuntas. Hal ini membuktikan bahwa dengan menerapakan model Problem
Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran IPA di SD.

Kata Kunci : Model Problem Based Learning, pemahaman konsep, pembelajaran IPA.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa tercurah limpatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah
SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayat-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan selesai tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, para sahabatnya, para tabiin dan umatnya yang senantiasa
menjalankan ajaran-Nya hingga akhir zaman.
Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) Dalam Pembelajaran IPA Materi Gaya Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Dasar” disusun dalam rangka memenuhi
persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Terbuka. PTK ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pelaku pengembang pendidikan, sehingga pendidikan sekolah dasar
dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Terutama bagi guru yang
mengajar pada pembelajaran IPA di sekolah dasar dan bagi pelaku yang akan
melaksanakan penelitian berkaitan dengan model Problem Based Learning dalam
meningkatkan pemahaman konsep.
Kekurangan dan kekeliruan semata-mata hanya keterbatasan penyusun
selaku manusia dan hanya Allah yang maha mengetahui segala sesuatu. Kiranya
diharapkan dapat memakluminya.

Karawang, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PERBAIKAN
PEMBELAJARAN IPA .......................................................................................... 2
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 6
A. Model Problem Based Learning (PBL) ....................................................... 6
1. Pengetian Problem Based Learning (PBL)............................................... 6
2. Karakteristik Problem Based Learning .................................................... 6
3. Sintaks Model Problem Based Learning .................................................. 6
4. Kelebihan dan kelemahan Model Problem Based Learning .................... 7
B. Pemahaman Konsep IPA.............................................................................. 8
1. Pengertian pemahaman konsep IPA ......................................................... 8
2. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman Konsep .................................... 9
3. Indikator Pemahaman Konsep IPA .......................................................... 9
C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar................ 10
1. Pengertian pembelajaran IPA ................................................................. 10
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar....................................................... 11
3. Materi Gaya ............................................................................................ 11
BAB III MELAKSANAKAN PERBAIKAN RENCANA PEMBELAJARAN . 15
A. Subjek Penelitian........................................................................................ 15
B. Desain Penelitian........................................................................................ 17
C. Teknik Analisis Data .................................................................................. 19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 22
A. Deskripsi Temuan ...................................................................................... 22
1. Kegiatan Siklus I .................................................................................... 22
2. Kegiatan Siklus II ................................................................................... 29
B. Pembahasan dari Setiap Siklus................................................................... 37

iii
1. Siklus I .................................................................................................... 37
2. Siklus II .................................................................................................. 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 38
A. Kesimpulan ................................................................................................ 38
B. Saran........................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 42

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
diajarkan di sekolah dasar. Pada prinsipnya, IPA diajarkan untuk membekali
peserta didik agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu
siswa untuk memahami alam sekitarnya yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Mengingat, karena IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang ada
di sekolah dasar, maka pembelajaran IPA pun memiliki tujuan yang harus dicapai.
Menurut Mulyasa (2013, hlm. 5) bahwa “...salah satu tujuan pelajaran IPA adalah
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari”.
Merujuk pada tujuan tersebut, pemahaman konsep harus diterapkan sejak
dini agar terhindar dari miskonsepsi nantinya. Jika pemahaman peserta didik
rendah, maka peserta didik tidak dapat menghubungkan antara apa yang mereka
pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena
pemahaman konsep akademik yang diperoleh peserta didik hanyalah sesuatu yang
abstrak, belum menyentuh kebutuhan dalam kehidupan peserta didik di lingkungan
sekitar. Pembelajaran IPA sejatinya harus diajarkan secara tepat dengan melakukan
berbagai percobaan agar pembelajaran tidak sebatas hapalan saja. Dengan
melakukan percobaan peserta didik dapat melihat dan mengalami sendiri fenomena
yang terjadi serta mengubah pemikiran peserta didik bahwasanya pembelajaran IPA
tidak hanya hafalan semata.
Berdasarkan beberapa studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh Lestari,
2018; dan Sari, 2016 menyatakan bahwa: “pemahaman konsep peserta didik pada
mata pelajaran IPA cenderung rendah. Hal ini terjadi karena peserta didik tidak
terlibat aktif pada saat pembelajaran berlangsung”.
Pembelajaran IPA di kelas V SDN Cibalongsari III masih didominasi oleh
guru. Guru memberikan materi dengan metode ceramah. Pada akhir penyampaian
materi guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang kepahaman siswa,
sebagian besar siswa tidak menjawab. Guru memberikan kesempatan siswa untuk

1
2

bertanya namun siswa diam. Pada akhir pembelajaran guru memberikan soal latihan
kepada siswa dan siswa diminta mengerjakannya.
Berdasarkan hasil fakta di kelas V SDN Cibalongsari III penyebab
kurangnya hasil belajar IPA materi Gaya diantaranya, (1) Guru masih
menggunakan pendekatan lama yaitu ceramah; (2) Guru masih berpatokan
menggunakan textbook dalam menyampaikan materi; (3) Guru tidak
menghubungkan materi dengan dunia nyata siswa; (4) Siswa kurang aktif dalam
pembelajaran ; (5) Guru hanya mengukur keberhasilan pembelajaran dari hasil tes
ulangan siswa.
Menurut Sri Sulistyorini (2013, hal 5), pembelajaran IPA harus melibatkan
keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat
merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik
untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan,
menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan
pengalaman yang dibutuhkan. Menurut De Vito, et al. (Usman Samatowa, 2006,
hal 14), pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,
membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu
yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan
menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk
dipelajari.
Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran IPA, diantaranya adalah Model Pembelajaran Kontekstual, Model
Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Science, Environment, Technology,
Society (SETS), Model Pembelajaran Discovery-Inquiry, Model Pembelajaran
Problem-based learning (PBL), Model Pembelajaran IPA Terpadu, Model
Pembelajaran Direct Instruction (DI), Model Pembelajaran Konstruktivisme.
Masing-masing model pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.
Karena itu guru harus bisa menentukan model pembelajaran yang tepat untuk
digunakan dalam pembelajaran IPA agar mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
Pemilihan model pembelajaran juga terkait dengan materi yang akan disampaikan
3

dan alokasi waktu yang telah ditentukan sehingga pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, tidak terlalu monoton, dan dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal.
Sikap siswa yang selalu ingin tahu dan tertarik untuk mendapatkan sesuatu
yang baru mengharuskan guru untuk lebih kritis dalam menyikapinya.
Pembelajaran IPA yang pembelajarannya ditunjang oleh model pembelajaran yang
sesuai dengan materi akan memunculkan dan memupuk sikap positif siswa untuk
lebih menghargai alam disekitarnya. Dengan melihat permasalahan yang terjadi,
maka guru harus memberikan motivasi sehingga dapat membangkitkan dan
meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran IPA. Dalam hal ini guru hendaknya
mencari dan menggunakan model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
sehingga siswa tetap tertarik dalam pembelajaran IPA.
Dengan demikian maka perlunya penerapan pendekatan pembelajaran yang
tepat sebagai proses pembelajaran IPA. Oleh karenanya, model pembelajaran yang
dipandang selaras dan mampu memberikan kesempatan pada peserta didik dalam
mengembangkan pemahaman konsep secara mendalam dapat diterapkan dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hal ini sejalan
dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa “model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
pada mata pelajaran IPA” (Pratiwi, 2019). Model pembelajaran Problem Based
Learning dianggap mampu meningkatkan dan mengasah kemampuan berpikir kritis
dan pemahaman konsep siswa dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang
diberikan guru, model Problem Based Learning dapat lebih memudahkan siswa
untuk memahami konsep pembelajaran IPA karena pada praktiknya siswa terlibat
secara penuh dalam kegiatan pembelajaran untuk memecahkan permasalahan
dengan pengetahuan dan langkah yang sesuai.
Dari beberapa hasil temuan diatas dapat disimpulkan bahwa masih terdapat
permasalahan pemahaman konsep pada pembelajaran IPA di sekolah dasar.
Pembelajaran sejatinya mengharapkan suatu perubahan terhadap peserta didik baik
dari segi penguasaan konsep, pemahaman konsep, maupun kemampuan berpikir
siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti merasa perlu
4

melakukan Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran IPA melalui model


Problem Based Learning yang diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap
kemampuan pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu judul yang diangkat dalam
penelitian ini adalah “Penerapan Model Problem Based Learning Dalam
Pembelajaran IPA Materi Gaya Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep
Siswa Sekolah Dasar”.

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa
melalui penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran IPA?”
Untuk memperjelas rumusan masalah tersebut, kemudian diuraikan dalam bentuk
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri
Cibalongsari III saat menerapkan model Problem Based Learning?
2. Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa kelas V pada materi gaya?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan yang hendak dicapai oleh penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan penerapan model Problem Based Learning terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas IV dalam pembelajaran
IPA materi gaya. Namun secara khusus berdasarkan rumusan masalah yang telah
disebutkan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa kelas V selama proses pembelajaran
IPA dengan penerapan model Problem Based Learning.
2. Untuk menganalisis peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas
V pada materi gaya setelah penerapan model Problem Based Learning.

D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis manfaat yang akan dicapai dari hasil penelitian ini untuk
membuktikan adanya peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas IV
dalam pembelajaran IPA setelah menerapkan model pembelajaran Problem Based
5

Learning. Adapun manfaat praktis yang akan dicapai dari hasil penelitian ini yakni
diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi pendidik
Dapat memperoleh informasi mengenai penerapan model Problem Based
Learning terhadap pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA dan sebagai
salah satu alternatif untuk mengembangkan pemahaman konsep siswa pada
pembelajaran IPA.
2. Bagi peserta didik
Mengupayakan peserta didik untuk memiliki peningkatan pemahaman
konsep pada pembelajaran IPA.
3. Bagi peneliti
Akan memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan pembelajaran
IPA dengan menggunakan model Problem Based Learning.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Problem Based Learning (PBL)
1. Pengetian Problem Based Learning (PBL)
Dalam pembelajaran IPA terdapat berbagai macam model pembelajaran
yang dapat diterapkan pada saat pembelajaran. Salah satunya yaitu model Problem
Based Learning. Model Problem Based Learning adalah “Model pembelajaran
problem based learning adalah pembelajaran yang memusatkan pada masalah
kehidupan yang bermakna bagi peserta didik” (Hamdayama, 2016, hlm. 116).
Sedangkan menurut Abdullah (2014, hlm. 127) “model pembelajaran problem
based learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan
cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaa-pertanyaan,
memfasilitasi penyeledikan dan membuka dialog”.
Maka Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang paling cocok diterapkan kepada peserta didik sekolah dasar dengan cara
mengaitkan konsep dalam permasalahan yang dijumpai pada kehidupan nyata siswa
bertujuan agar pembelajaran lebih bermakna dan mudah dipahami.
2. Karakteristik Problem Based Learning
Dalam model Problem Based Learning terdapat 5 karakteristik penting
dalam pembelajaran, hal ini seperti yang dijelaskan oleh Trianto (2009, hlm. 93),
yakni: 1) Adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, 2) Berfokus pada keterkaitan
antar disiplin, 3) Penyelidikan autentik, 4) Menghasilkan produk atau karya dan
mempresentasikannya, dan 5) Kerjasama.
Model Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang
mengupayakan peserta didik turut aktif dalam pembelajaran dengan kegiatan
memecahkan permasalahan sehingga peserta didik dapat meningkatkan
keterampilan dan berfikir kritis dalam menyelesaikan suatu masalah.
3. Sintaks Model Problem Based Learning
Masing-masing model pembelajaran memiliki langkah-langkah yang
khusus. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning,
sebagai berikut :

6
7

Menurut Arends (dalam buku Ngalimun 2016, hlm. 124) berpendapat


bahwa Problem Based Learning memiliki 5 fase/tahapan yaitu: (1)
mengorientasikan peserta didik pada masalah; (2) mengorganisasi peserta didik
untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok; (4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevakuasi
proses pemecahan masalah. Sedangkan menurut John Dewey (dalam buku
Hamdayama 2016, hlm. 144) mengemukakan bahwa sintaks model pembelajaran
tersebut terdapat beberapa fase antara lain: (1) merumuskan masalah; (2)
menganalisis masalah; (3) merumuskan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5)
menguji hipotesis; (6) merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa untuk melakukan


kegiatan Problem Based Learning terdapat 5 tahapan yang harus dilalui guru
maupun siswa yaitu dimulai dengan orientasi peserta didik pada masalah,
mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individu
atau kelompok terhadap masalah yang sedang dihadapi, kemudian
mengembangkan dan menyajikan hasil karya/diskusi, dan yang terakhir
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
4. Kelebihan dan kelemahan Model Problem Based Learning
Setiap pendekatan pembelajaran pastinya memiliki kelebihan dan
kelemahan. Begitu juga dengan model Problem Based Learning memiliki
kelebihan dan kelemahan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Triyadi
(2018, hlm. 52) yaitu:
(1) peserta didik mampu berfikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan
masalah; (2) peserta didik akan terbiasa dalam menghadapi suatu masalah
yang nyata; (3) menciptakan rasa kebersamaan karena peserta didik akan
terbiasa bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi; (4)
mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran; (5) mendapatkan pengetahuan atau pengalaman baru; (6)
menciptakan pembelajaran yang bermakna dan tidak monoton; (7) peserta
didik mampu mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara
simultan serta mengaplikasikannya dalam permasalahan yang ada di dunia
nyata. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran problem based
learning, antara lain: (1) pelaksanaan model pembelajaran problem based
learning membutuhkan pembiasaan, waktu yang cukup lama dan dana yang

7
8

tinggi; (2) pembelajarannya harus dilakukan sampai selesai agar maknanya


tidak terpotong; (3) model pembelajaran ini tidak bisa diterapkan untuk
semua mata pelajaran; (4) jika peserta didik malas maka tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai; (5) guru merasa kesulitan dalam
menerapkan pembelajaran ini karena guru kurang mampu mendorong
peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.
Kelebihan model Problem Based Learning adalah pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student center). Disini guru hanya sebagai fasilitator yang
memberikan fasilitas kepada siswa ketika mengalami kesulitan. Sehingga dengan
diterapkannya model Problem Based Learning maka akan memberikan
pengalaman secara langsung dan pembiasaan dalam pemecahan masalah.
Sedangkan kekurangan dari model Problem Based Learning ini yaitu dalam
penerapannya terkadang guru merasa kesulitan karena persiapan pembelajaran
yang harus benar-benar matang dan pada pelaksanaannya membutuhkan waktu
yang relatif lama.
B. Pemahaman Konsep IPA
1. Pengertian pemahaman konsep IPA
Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai,
yakni meningkatkan hasil belajar peserta didik. Untuk dapat tercapainya tujuan
tersebut, maka salah satu caranya melalui kegiatan pemahaman konsep peserta
didik yang harus dilatih dan diterapkan sejak dini. Menurut Widodo, A (2006, hlm.
6) “memahami adalah mengkontruk makna atau pengertian berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam
skema yang telah ada dalam pemikiran siswa”. Sedangkan konsep menurut Sagala
(2013, hlm. 71) mengungkapkan bahwa “konsep merupakan buah pemikiran
seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga
melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori”.
Maka dapat disimpulkan definisi pemahaman konsep yaitu sebuah bentuk
usaha seseorang untuk mengartikan, menafsirkan, dan menerjemahkan sebuah
pengetahuan atau informasi yang telah dimilikinya ataupun yang baru diperolehnya
berdasarkan pemikiran individu atau kelompok, yang kemudian dinyatakan
menggunakan caranya sendiri sehingga menghasilkan sebuah pengetahuan baru.

8
9

2. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman Konsep


Dalam proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam memahami suatu
konsep mungkin berbeda-beda. Oleh karenanya dalam pemahaman konsep
memiliki tingkatan yang berbeda. Menurut Sudjana (2006, hlm. 24) pemahaman
dapat dibedakan menjadi tiga kategori, diantaranya yaitu:
a) Pemahaman terjemahan. Pemahaman ini menduduki posisi terendah pada
tingkatan pemahaman. Pemahaman terjemahan yaitu menerjemahkan
dalam arti sebenarnya. Misalnya, dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia,
mengartikan gaya gravitasi, menerapkan gaya gesek dalam kehidupan
sehari-hari; b) Pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-
bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan
beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan
yang bukan pokok; c) Pemahaman ekstrapolasi, yaitu diharapkan seseorang
dapat melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi,
kasus ataupun masalahnya.
Selain itu, dalam konsep juga sama halnya dengan pemahaman memiliki
tingkatan. Adapun menurut Klausmeier (dalam Dahar, 2011, hlm. 70-71)
menyebutkan empat tingkat pencapaian konsep, diantaranya:
a) Tingkat konkret, seseorang telah mencapai konsep pada tingkat konkret
apabila orang itu mengenal suatu benda yang telah dihadapinya; b) Tingkat
identitas, seseorang akan mengenal suatu objek. Misalnya: mengenal suatu
bola dengan cara menyentuh bola itu bukan dengan melihatnya; c) Tingkat
klasifikasi, siswa mengenal persamaan (equivalence) dari dua contoh yang
berbeda dari kelas yang sama; dan d) Tingkat formal, siswa harus dapat
menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap siswa
memiliki perbedaan kemampuan berdasarkan tingkatannya. Namun secara
keseluruhan diharapkan siswa dapat memenuhi semua tingkatan pemahaman dan
konsep dengan baik.
3. Indikator Pemahaman Konsep IPA
Pemahaman konsep merupakan salah satu tujuan pembelajaran. Dengan
memahami suatu konsep maka dapat memudahkan peserta didik dalam
menafsirkan, mendefisinikan atau menerjemahkan suatu hal pada pembelajaran
IPA. Setiap kemampuan dan keterampilan dalam berbagai cabang tentunya
memiliki indikator yang berbeda-beda. Begitupun dengan pemahaman konsep

9
10

memiliki 7 indikator yang harus dicapai. Anderson dan Krathwohl (2015, hlm. 106-
115) mengatakan bahwa indikator pemahaman adalah:
1) Menafsirkan (interpreting), yaitu mengubah suatu bentuk gambaran jadi
bentuk lain. Misalnya: dari kata-kata ke grafik atau gambar atau sebaliknya,
maupun dari kata-kata ke kata-kata lain, 2) Mencontohkan (exempliflying),
yaitu menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip yang
bersifat umum dan menggunakan ciri-ciri untuk memilih atau membuat
contoh, 3) Mengklasifikasikan (classifying), yaitu menentukan sesuatu
(benda atau fenomena) dalam satu kategori (berupa prinsip atau konsep).
Mengklasifikasikan berarti melibatkan proses mendeteksi ciri-ciri atau
pola-pola yang sesuai dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut, 4)
Merangkum (summarizing), yaitu mengabstraksikan tema umum atau poin-
poin pokok, 5) Menyimpulkan (inferring), yaitu membuat kesimpulan yang
logis dari informasi yang diterima, 6) Membandingkan (comparing), yaitu
menentukan hubungan antara dua ide, dua objek dan semacamnya., dan 7)
Menjelaskan (explaining), yaitu membuat model sebab-akibat dalam sebuah
sistem.
Dari ke tujuh indikator pemahaman yang telah diuraikan diatas, peneliti
hanya akan menggunakan enam indikator yang akan diberikan saat pretes dan
postes yakni: menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan,
membandingkan dan menjelaskan. Adapun indikator yang tidak digunakan yakni
merangkum. Hal itu disebabkan karena peneliti akan menggunakan pilihan ganda
sebagai tesnya. Maka dari itu, dirasa kurang cocok jika menggunakan indikator
merangkum. Sedangkan merangkum akan lebih cocok jika digunakan pada tes
uraian. Namun dalam pelaksanaannya indikator merangkum tetap digunakan pada
saat pemberian tugas perkelompok.
C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar
1. Pengertian pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. “IPA
adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang
tepat, menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga
mendapatkan kesimpulan” (Susanto, 2016, hlm.167). Sementara Samatowa (2011,
hlm. 3) menyebutkan bahwa “IPA merupakan terjemahan dari kata-kata dalam
bahasa inggris yaitu natural science, ilmu yang berhubungan dengan alam atau

10
11

bersangkut paut dengan alam”. Pembelajaran IPA sejatinya akan selalu membahas
gejala-gejala alam yang pernah terjadi bahkan yang sedang terjadi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan suatu
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk melakukan percobaan atau
eksperimen guna memiliki pengalaman yang bermakna pada pembelajaran.
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Konsep pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang
terpadu. Karena pembelajaran IPA belum terpisah secara tersendiri. Dengan belajar
IPA, diharapkan peserta didik dapat memiliki keterampilan dan memahami gejala
alam serta memiliki rasa kasih sayang dalam menjaga lingkungan sekitar.
Berdasarkan hakikat pembelajaran IPA di sekolah dasar, menurut Susanto (2016,
hlm. 168-169) menyatakan bahwa IPA dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian,
yaitu:
1) IPA sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan
lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan
empiris dan kegiatan analitis, 2) IPA sebagai proses, yaitu untuk menggali
dan memahami pengetahuan tentang alam, dan 3) IPA sebagai sikap, yaitu
dalam pembelajaran peserta didik dituntut untuk dapat bersikap ilmiah.
Karena sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pembelajaran
yang berdasarkan pada proses untuk menumbuhkan sikap ilmiah terhadap peserta
didik. Pembelajaran IPA akan lebih mudah dipahami peserta didik jika pendidik
menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat menghasilkan pemahaman
konsep dan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.

3. Materi Gaya
Berdasarkan KTSP 2006 dalam pembelajaran IPA kelas V semester 2
terdapat pokok bahasan energi dan perubahannya mengenai gaya gravitasi, gaya
gesek dan gaya magnet dengan Standar Kompetensi (SK) 5. memahami hubungan
antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya dan Kompetensi Dasar (KD) 5.1
mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya
gravitasi, gaya gesek, gaya magnet). Adapun untuk uraian materi dapat dilihat pada
Tabel 2.3.

11
12

12
13

Tabel 2. 1
Uraian Materi Gaya

Kompetensi Dasar Uraian


a. Mendeskripsikan A. Pengertian Gaya
hubungan antara Gaya adalah tarikan dan dorongan yang dapat
gaya, gerak dan mempengaruhi keadaan atau kedudukan suatu benda.
energi melalui Gaya dibagi menjadi beberapa macam diantaranya: gaya
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek dan gaya magnet.
gravitasi, gaya 1. Gaya Gravitasi
gesek, gaya a. Pengertian gaya gravitasi
magnet). Gaya gravitasi merupakan gaya tarik bumi yang
menyebabkan benda yang ada di bumi tertarik ke bawah.
b. Contoh gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari
- Buah yang jatuh selalu menuju ke tanah.
- Bola yang melambung tinggi akan kembali ke tanah.
- Mobil yang berjalan tidak melayang-layang.
c. Pengaruh gravitasi terhadap bentuk dan gerak benda
- Kecepatan jatuh suatu benda dipengaruhi oleh gaya
penghambat yang dikenal sebagai gaya gesek.
2. Gaya Gesek
a. Pengertian gaya gesek
Gaya gesek adalah hambatan yang terjadi ketika dua
permukaan benda saling bersentuhan. Gaya gesek bersifat
menghambat gerakan benda.
b. Contoh gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari
diantaranya:
- Gesekan antara ban sepeda dengan aspal.
- Gesekan antara alas kaki dengan lantai.
- Gesekan antara penghapus dengan buku tulis.
c. Pengaruh kasar dan halusnya permukaan terhadap gerak
benda.
- Semakin kasar permukaan benda, semakin besar gaya
geseknya
- Semakin halus permukaan benda, semakin kecil gaya
geseknya.
d. Cara memperbesar dan memperkecil gaya gesekan
- Cara memperkecil gaya gesek diantaranya:
menghaluskan permukaan kedua benda yang
bergesekan, memberi oli atau minyak pelumas, dan
mengampelas permukaan.
- Cara memperbesar gaya gesek diantaranya: permukaan
ban dan telapak sepatu dibuat beralur, memasang karet
pada alas sandal atau sepatu.
e. Manfaat gaya gesek.
- Membantu benda bergerak tanpa tergelincir.
- Menghentikan benda yang sedang bergerak.
- Menahan benda-benda agar tidak bergeser.
f. Kerugian gaya gesek.

13
14

- Menghambat gesekan.
- Membuat permukaan menjadi aus (mengikis
permukaan yang bergesekan).
- Memboroskan energi.
3. Gaya Magnet
a. Pengertian gaya magnet.
Magnet adalah tarikan atau dorongan yang disebabkan
oleh sifat kemagnetan.
b. Contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-
hari
- Kompas
- Pengunci kotak pensil dan tas
- Lemari es, dan lain-lain.
c. Benda yang bersifat magnetis dan non magnetis.
- Benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet disebut
benda magnetis. Contoh bendanya antara lain: jarum,
klip kertas, paku, gunting, peniti, dan lain-lain.
- Benda-benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet
disebut benda nonmagnetis. Contoh bendanya antara
lain: kayu, gabus, karet, batu, busa, kertas, bambu,
rotan, dan lain-lain.
d. Faktor yang mempengaruhi gaya tembus magnet,
diantaranya:
- Jenis penghalang
- Tebal tipisnya penghalang
- Jarak magnet terhadap benda magnetis dan kekuatan
magnet.
(SCP dkk. 2010, hlm. 99-123)

14
BAB III
MELAKSANAKAN PERBAIKAN RENCANA PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VA SDN
Cibalongsari III tahun pelajaran 2022/2023. Jumlah siswa pada penelitian ini
sebanyak 24 orang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Dengan melihat kondisi kelas yang seperti ini, peneliti berharap proses
pembelajarannya dapat mendukung siswa dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep dengan menerapkan model Problem Based Learning. Untuk
lebih memperjelas mengenai subjek dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
sebagai berikut:

Tabel 3.1
Siswa-Siswi SDN Cibalongsari III
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 IA 10 16 26
2 IB 13 13 26
3 II A 18 14 32
4 II B 15 16 31
5 III 17 21 38
7 IV A 13 9 22
8 IV B 11 10 21
9 V A* 13 11 24
10 VB 17 12 29
11 VI 20 18 38
Total 147 140 287
Keterangan: *) Kelas yang dijadikan subjek penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cibalongsari III


Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang. Waktu penelitian dilaksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2022/2023. Adapun jadwal penelitian kegiatan
sebagai berikut :
16

Tabel 3.2
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Pada Pelajaran IPA

No. Hari / Tanggal Mata Pelajaran jam Siklus


Jum’at
1. 25 November IPA 2 I
2022
Sabtu
2. 26 November IPA 2 II
2022

Adapun informasi yang diperoleh bahwasannya siswa kelas VA jarang


melakukan suatu percobaan disebabkan karena kurangnya media yang ada
disekolah sehingga siswa kurang terlatih dalam melakukan percobaan dan
pengamatan yang dilakukan selama ini hanya mengandalkan pada media gambar
yang terdapat dalam buku. Hal tersebut jelas berdampak pada kemampuan
pemahaman konsep siswa yang dinilai masih rendah. Berikut hasil tes yang
diberikan peneliti kepada siswa kelas VA dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini:
Tabel 3.3
Data Nilai Test Awal Siswa
Frekuensi
No Nilai (X) F.X Persentase Keterangan
(F)
1 40 4 160 16%
2 53 5 265 24%
3 60 4 240 16%
4 67 2 134 8%
5 73 5 365 20% KKM 70
6 80 2 160 8%
7 87 2 174 8%
Jumlah 24 1498 100%
Rata-rata 62
17

PRA SIKLUS
30

25

20
Jumlah Siswa

15

10

0
40 53 60 67 73 80 87 100
Nilai

Dari tabel 3.3 dan grafik di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang
mendapatkan nilai di atas KKM berjumlah 9 orang siswa dengan persentase 36%,
sedangkan siswa yang mendapatkan nilai kurang dari KKM berjumlah 15 orang
siswa dengan persentase 64% dengan nilai rata-rata 62.
B. Desain Penelitian
Adapun desain penelitian yang digunakan peneliti mengacu pada model
yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart yaitu model spiral yang dimulai
dengan perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),
refleksi (reflecting), dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu
ancang-ancang pemecahan permasalahan (Trianto, 2011, hlm. 30). Untuk
memperjelas alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas, dapat dilihat pada gambar
3.1 sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Dst
18

Gambar 3.1
(PTK Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto, 2010, hlm.
16)
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan
kegiatan penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan yang harus dilalui dalam
alur penelitiannya yaitu mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan,
tahap pengamatan dan refleksi. Adapun prosedur pelaksanaan penelitian dapat
dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:
19

Tabel 3.4
Pelaksanaan Prosedur PTK
Tahapan
Siklus Kegiatan
PTK
▪ Menentukan model atau metode yang dapat
mengatasi/memperbaiki masalah
▪ Menentukan materi yang akan digunakan dalam
penelitian
▪ Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang disesuaikan dengan sintaks PBL
▪ Membuat lembar kerja siswa (LKS)
▪ Membuat lembar observasi keterlaksanaan
Perencanaan model PBL dalam pembelajaran IPA yang
terdiri dari lembar observasi guru dan siswa
▪ Menentukan dan mempersiapkan media yang
akan digunakan untuk menunjang proses
pembelajaran
▪ Membuat soal evaluasi terkait dengan indikator

1 pemahaman konsep yang akan digunakan di


akhir siklus
▪ Melaksanakan tindakan yang sesuai dengan
perencanaan pembelajaran yang telah dibuat
Pelaksanaan
dengan menggunakan model PBL.

▪ Melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru


dan siswa selama proses pembelajaran
Pengamatan
berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi
▪ Mengolah, menganalisis, menginterpretasikan
data yang diperoleh untuk mengetahui hasil
tindakan yang dilakukan
Refleksi ▪ Melakukan evaluasi hasil tindakan siklus I
Membuat rencana perbaikan pelaksanaan
tindakan selanjutnya untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan

C. Teknik Analisis Data


Data atau informasi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data
yang berasal dari perangkat tes dan lembar observasi. Data yang diperoleh dari
perangkat tes dan lembar observasi dikumpulkan oleh peneliti secara bertahap pada
setiap pelaksanaan proses pembelajaran untuk selanjutnya akan diolah dan
20

dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis data secara kualitatif diperoleh dari data hasil observasi terhadap
aktivitas guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi. Selanjutnya, data
kualitatif ini akan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Adapun
tahapan yang akan dilakukan untuk menghitung hasil data kualitatif ini adalah
dengan memberikan skor penilaian 1-5 dengan ketentuan skor 1 (sangat kurang), 2
(kurang), 3 (cukup), 4 (baik), dan 5 (sangat baik) untuk setiap aspek yang diamati.
Selanjutnya menghitung jumlah total skor aktivitas yang diperoleh lalu membagi
total skor aktivitas dengan jumlah keseluruhan skor yang diamati (skor maksimum)
dan dikalikan 100%. Untuk menghitung perolehan skor aktivitas guru dan siswa
dapat digunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2013, hlm. 146) sebagai
berikut:

∑ skor yang diperoleh


% Total Nilai Aktivitas = x100%
∑ skor maksimum

Setelah diperoleh persentase mengenai aktivitas guru maupun siswa,


selanjutnya ditafsirkan ke dalam kriteria-kriteria yang terdapat pada tabel 3.3
berikut ini:
Tabel 3.3
Kriteria Skala Likert
Persentase % Kriteria
0% - 25% Sangat kurang
26% - 45% Kurang
46% - 69% Cukup
70% - 85% Baik
86% - 100% Sangat baik
(Arikunto, 2007, hlm. 44)
2. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data secara kuantitatif dilakukan terhadap hasil tes soal
keterampilan proses sains yang dilakukan secara individual dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan proses sains siswa disetiap
siklusnya. Bentuk perhitungan yang akan dilakukan berdasarkan data tes
21

kemampuan pemahaman konsep yaitu dimulai dengan menghitung perolehan nilai


akhir tes KPK siswa, rata-rata kelas, dan persentase ketercapaian peningkatan KPK
siswa. Adapun untuk memperjelas rumus yang akan digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Perhitungan Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa (NA)
Untuk menghitung perolehan ketuntasan belajar siswa (nilai akhir) dari tes
kemampuan pemahaman konsep digunakan rumus menurut Trianto (2011, hlm.
241) sebagai berikut:

Σ skor yang diperoleh siswa


NA = x100%
Σ skor maksimum
(Trianto, 2011, hlm. 241)
b. Perhitungan Rata-Rata Kelas
Dari hasil nilai tes KPK, selanjutnya akan dihitung rata-rata kelas dengan
rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (2006, hlm. 109) sebagai berikut:
Σx
̅
X=
N
(Sudjana, 2006, hlm. 109)
Keterangan:
x̅ = Rata-rata (mean)
Σx = Jumlah seluruh skor siswa
N = Jumlah siswa
c. Perhitungan Persentase Ketercapaian Peningkatan KPK Siswa
Indikator keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti dalam penelitian ini
yaitu 70% jumlah siswa yang tuntas. Sehingga dalam penelitian ini, kemampuan
pemahaman konsep siswa dikatakan meningkat jika 70% dari jumlah siswa kelas V
telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah
atau memperoleh hasil tes keterampilan proses ≥70). Untuk mengetahui
ketercapaian peningkatan KPK siswa dapat digunakan rumus menurut Trianto
(2011, hlm. 241) sebagai berikut:
Jumlah siswa yang mencapai peningkatan KPS ≥ 70
% Ketercapaian = x100%
Jumlah seluruh siswa
(Trianto, 2011, hlm. 241)
22

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Temuan
1. Kegiatan Siklus I
Pembelajaran pada siklus pertama dilaksanakan dengan menggunakan
model Problem Based Learning yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan tatap
muka dengan waktu 3 x 35 menit. Tahapan yang dilalui pada siklus pertama
meliputi, perencanaan, pelaksanaan (tindakan), evaluasi (observasi) dan refleksi.
Berikut penjelasan dari masing-masing tahap:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti dengan teman sejawat mendiskusikan
perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran siklus pertama.
Pembelajaran siklus pertama pada materi gaya meliputi sub pokok bahasan gaya
gravitasi. Hal-hal yang dilakukan pada perencanaan siklus pertama antara lain:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 1 yang sesuai
dengan tahapan model Problem Based Learning. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) ini digunakan untuk 1 kali pertemuan.
2) Membuat lembar observasi keterlaksanaan model Problem Based Learning
dalam pembelajaran IPA yang terdiri dari lembar observasi aktivitas guru dan
siswa yang dapat dilihat pada lampiran.
3) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) yang digunakan sebagai panduan siswa
dalam melakukan percobaan secara berkelompok. LKS siklus 1 dapat dilihat
pada lampiran.
4) Menentukan dan menyiapkan media yang akan digunakan dalam percobaan.
5) Membuat soal evaluasi siklus 1 yang akan digunakan di akhir siklus. Soal
evaluasi siklus 1 dapat dilihat pada lampiran.
6) Membagi kelompok belajar untuk memudahkan siswa saat kegiatan diskusi dan
percobaan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
23

Proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama dilakukan sebanyak


satu kali pertemuan tatap muka dengan masing-masing alokasi waktu 3 x 35 menit.
Berikut penjelasan siklus pertama:
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Mei 2021. Pertemuan
pertama dimulai pada pukul 07.30 WIB. Sub pokok bahasan yang dipelajari adalah
gaya gravitasi. Proses pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
sudah dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya. Adapun proses kegiatan pembelajarannya adalah sebagai
berikut:
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak
siswa berdoa sebelum memulai pelajaran. Untuk kegiatan berdoa, guru menunjuk
ketua kelas untuk memimpin doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
Setelah berdoa, guru mengkondisikan siswa kedalam situasi pembelajaran yang
kondusif. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa serta mengecek kebersihan
kelas. Pada pertemuan pertama seluruh siswa yang berjumlah 24 orang hadir untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran dan kondisi kelas dalam keadaan bersih.
Masuk pada tahap orientasi, guru mulai menyampaikan topik atau materi
yang akan dipelajari mengenai gaya gravitasi. Guru melakukan apersepsi dengan
mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari melalui tanya
jawab seperti: “pernahkah kalian mendorong atau menarik mobil-mobilan?”, “apa
yang terjadi pada mobil-mobilan tersebut pada saat didorong dan ditarik?”, “apa
yang terjadi jika mobilan yang sedang dimainkan diatas meja didorong dan ditarik
dengan kencang?”. Pertanyaan yang diajukan guru ditanggapi dengan beraneka
ragam jawaban dari siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut.
Selanjutnya pada tahap orientasi terhadap masalah, siswa diminta untuk
mengamati gambar conoth gaya gravitasi. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut,
guru mengajukan pertanyaan dan siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan
guru. Adapun cuplikan dari kegiatan mengamati dan tanya jawab sebagai berikut:
Guru : “Gambar apa yang kalian amati?”
24

Siswa : “buah kepala jatuh dari pohonnya bu”.


Kemudian siswa dan guru membuat kesimpulan secara keseluruhan definisi gaya
gravitasi dan pengaruh gravitasi terhadap gerak jatuh suatu benda.
Dalam tahap mengorganisasikan siswa untuk penyelidikan, guru meberikan
petunjuk dalam melaksanakan kelompok belajar dan meminta setiap kelompok
melakukan percobaan untuk membuktikan kecepatan jatuh dua buah benda yang
berbeda dengan ketinggian yang sama.
Selanjutnya di tahap pelaksanaan penyelidikan, guru membimbing siswa
pada saat diskusi berlangsung, dan siswa mencari informasi dengan membaca buku
paket dan LKS.
Masuk ke dalam tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa
mencatat hasil percobaannya dan menjawab beberapa pertanyaan serta menarik
kesimpulan berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan. Perwakilan setiap
kelompok bergantian mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Tahap terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses yang telah
dikerjakan bersama teman kelompoknya, dan guru meluruskan hasil diskusi yang
telah dilakukan dan didapat oleh siswa.
Di akhir pembelajaran guru memberikan penguatan kepada siswa mengenai
materi yang telah dipelajarinya. Selanjutnya guru melakukan refleksi dengan
mengajukan pertanyaan atau tanggapan siswa dari kegiatan yang telah dilakukan.
Selain itu guru juga menugaskan siswa untuk belajar mengenai materi yang akan
dipelajari selanjutnya yaitu gaya magnet. Lalu mengajak siswa untuk berdoa
bersama.
c. Tahap Pengamatan dan Evaluasi
Sumber data yang digunakan untuk mengevaluasi proses pelaksanaan
pembelajaran diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan
menggunakan lembar observasi. Sedangkan untuk peningkatan kemampuan
pemahaman konsep di evaluasi dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep.
Berikut ini uraian hasil pengamatan observer terhadap aktivitas guru dan siswa serta
hasil tes kemampuan pemahaman konsep siswa:
25

1) Aktivitas Siswa dengan Menerapkan Model Problem Based Learning


Aktivitas siswa diperoleh selama kegiatan pembelajaran siklus pertama
berlangsung berdasarkan hasil observasi. Adapun nilai pengamatan aktivitas siswa
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Siklus I dengan
Menerapkan Model Problem Based Learning
Skor Total
No. Tahapan % Ket.
Maks. Skor
1. Orientasi terhadap masalah 192 160 83% B
2. Mengorganisasikan siswa
96 76 79% B
untuk penyelidikan
3. Pelaksanaan penyelidikan 96 65 68% C
4. Mengembangkan dan
96 62 65% C
menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses 96 60 63% C
pemecahan masalah
Jumlah Per-Siklus
423 73% B
Presentase

Berdasarkan hasil observasi pada tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa aktivitas
siswa selama pembelajaran siklus pertama sudah berlangsung cukup baik. Hal
tersebut terlihat dari dua nilai persentase aktivitas siswa yang telah masuk pada
kategori baik. Namun pada tahap pelaksanaan penyelidikan, mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah masih kurang baik dengan persentase masing-masing 68%, 65% dan 63%.
Hasil observasi yang masih belum maksimal tersebut diperoleh karena siswa baru
pertama kali belajar dengan model Problem Based Learning sehingga siswa belum
terbiasa dengan model yang digunakan. Pada model Problem Based Learning siswa
dituntut untuk memahami konsep materi gaya gravitasi melalui percobaan dan
pemecahan masalah. Sementara pada pembelajaran biasanya, siswa tidak pernah
melakukan percobaan. Sehingga pada 3 tahap model Problem Based Learning
tersebut masih belum berjalan optimal.
26

2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Problem Based Learning dalam


Aktivitas Guru
Selain aktivitas siswa, terdapat pula aktivitas guru yang tidak luput dari
pengamatan yang dilakukan oleh observer selama siklus pertama berlangsung.
Pengamatan terhadap aktivitas guru bertujuan untuk memastikan proses
pembelajaran berlangsung sesuai dengan model Problem Based Learning. Adapun
hasil pengamatan aktivitas guru dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I dengan
Menerapkan Model Problem Based Learning
Skor Total
No. Tahapan % Ket.
Maks. Skor
1. Orientasi terhadap masalah 8 6 75% B
2. Mengorganisasikan siswa
12 10 83% B
untuk penyelidikan
3. Pelaksanaan penyelidikan 8 6 75% B
4. Mengembangkan dan
4 3 75% B
menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses 4 3 75% B
pemecahan masalah
Jumlah Per-Siklus
28 78% B
Presentase
Berdasarkan hasil aktivitas guru pada tabel 4.2 di atas, dapat disimpulkan
bahwa guru telah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tahapan model
Problem Based Learning. Hal tersebut terlihat dari nilai aktivitas yang diperoleh
guru pada tiap tahapnya mencapai 5 kategori baik. Menurut penilaian observer,
peneliti sudah mengajar dengan baik. Namun untuk lebih mengoptimalkan
pelaksanaan kegiatan pembelajarannya, observer memberikan masukan bahwa
peneliti harus lebih dapat mengkondisikan siswa, menggunakan bahasa yang lebih
mudah dipahami, serta memberikan bimbingan yang lebih menyeluruh kepada
siswa.
3) Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Tes kemampuan pemahaman konsep dilakukan di akhir siklus pertama yang
terdiri dari 15 soal berbentuk pilihan ganda yang diikuti oleh 24 siswa kelas VA.
27

Tes pemahaman konsep dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan


pemahaman konsep siswa setelah pembelajaran menggunakan model Problem
Based Learning. Berikut ini hasil tes pemahaman konsep yang diperoleh oleh siswa
pada siklus pertama dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3
Hasil Evaluasi KPK Siklus 1
Frekuensi
No Nilai (N) F.X Persentase Keterangan
(F)
1 27 2 54 8%
2 53 4 212 20%
3 60 1 60 4%
4 67 2 134 8%
5 73 6 438 24%
KKM 70
6 80 5 400 20%
7 87 3 261 12%
8 93 1 93 4%
Jumlah 24 1652 100%
Rata-rata 68,2

Berdasarkan data dari hasil tes akhir pada pelaksanaan siklus pertama dalam
tabel 4.7 dan grafik di atas, menunjukkan bahwa nilai siswa yang telah mencapai
KKM sebanyak 15 orang siswa dengan persentase 60%, sedangkan siswa yang
28

belum mencapai nilai KKM sebanyak 9 orang siswa dengan persentase 40% dengan
nilai rata-rata 68,2. Secara keseluruhan nilai tes kemampuan pemahaman konsep
siswa meningkat jika dibandingkan dengan data awal. Namun dalam penelitian ini
belum dapat dikatakan berhasil karena siswa yang telah tuntas belum mencapai
indikator keberhasilan penelitian sebesar 70% dari jumlah siswa yang tuntas.
Adapun untuk mengetahui ketercapaian dari setiap indikator pemahaman konsep
yang diukur dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Ketercapaian Indikator KPK Pada Evaluasi Siklus 1
Indikator KPK Nilai Rata Kelas Siklus I
Menafsirkan 84
Mencontohkan 72
Mengklasifikasikan 53
Menyimpulkan 63
Membandingkan 55
Menjelaskan 75

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dari enam indikator pemahaman konsep yang
diukur, 3 indikator telah mencapai kriteria keberhasilan sementara indikator
mengklasifikasikan, menyimpulkan, dan membandingkan masih di bawah kriteria
keberhasilan.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan masukan dari observer terhadap aktivitas
atau kinerja guru menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus
1 sudah cukup baik. Menurut observer, ada beberapa hal yang harus diperbaiki pada
tindakan selanjutnya agar pelaksanaan pembelajaran berikutnya lebih optimal.
Perbaikan tersebut diantaranya guru harus lebih menyeluruh dalam memberikan
bimbingan selama proses pembelajaran, memotivasi siswa agar lebih siap
mengikuti kegiatan pembelajaran, menguasai kelas agar lebih kondusif dan
menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami.
Adapun hasil pengamatan peneliti terhadap aktivitas siswa selama
berlangsungnya pembelajaran siklus 1 yang menunjukkan bahwa siswa masih
belum siap dalam pembelajaran sehingga hanya beberapa siswa yang aktif
29

menanggapi pertanyaan guru. Beberapa siswa masih belum memperhatikan


penjelasan guru dan prosedur kerja yang terdapat dalam LKS. Hal ini terlihat ketika
peneliti berkeliling untuk mengamati aktivitas siswa, beberapa siswa masih kurang
sesuai dalam melakukan percobaan dan kurang tepat saat menggunakan alat dan
bahan. Pada proses pembelajaran masih terdapat siswa yang terlihat tidak fokus saat
percobaan serta ragu-ragu dalam menyampaikan kesimpulan atau hasil percobaan.
Selain itu berdasarkan hasil evaluasi siklus 1 menunjukkan bahwa masih terdapat 9
orang siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan atau dapat dikatakan belum
mencapai kemampuan pemahaman konsep. Persentase siswa yang mencapai
kriteria ketuntasan pada siklus 1 hanya 60% atau 15 orang siswa. Hal tersebut
menunjukkan belum tercapainya indikator keberhasilan penelitian sebesar 70%.
Untuk itu akan dilakukan perbaikan untuk meningkatkan aktivitas serta
kemampuan pemahaman konsep siswa. Adapun rencana perbaikan pada siklus
berikutnya antara lain: 1) guru akan memperbaiki penguasaan kelas, sehingga siswa
akan lebih fokus terutama pada tahap mengumpulkan data. 2) guru memberikan
motivasi dan memberitahu materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Sehingga siswa dapat mempersiapkan diri sebelum proses belajar mengajar
dilakukan. 3) guru memberikan penghargaan (reward) kepada setiap siswa atau
kelompok yang aktif dan fokus dalam melakukan pengamatan dan diskusi. 4) guru
membuat lembar kerja siswa pada siklus kedua dengan bahasa yang lebih mudah
dimengerti oleh siswa. 5) guru lebih fokus membimbing siswa yang masih memiliki
keterampilan proses yang rendah. 6) guru memberikan motivasi pada siswa yang
masih kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya. 7) guru menunjuk
siswa yang masih kurang percaya diri secara langsung untuk mengemukakan
pendapatnya dalam tahap merumuskan masalah atau memberikan kesimpulan.
2. Kegiatan Siklus II
Pembelajaran pada siklus kedua dilaksanakan dengan menggunakan model
Problem Based Learning yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan tatap muka
dengan waktu 3 x 35 menit. Tahapan yang dilalui pada siklus kedua meliputi,
perencanaan, pelaksanaan (tindakan), evaluasi (observasi) dan refleksi. Berikut
penjelasan dari masing-masing tahap:
30

a. Tahap Perencanaan
Pembelajaran pada siklus kedua terdiri dari satu pertemuan tatap muka
dengan alokasi waktu untuk tiap pertemuan selama 3 x 35 menit. Berikut ini uraian
langkah-langkah yang dilakukan pada siklus kedua:
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, peneliti berdiskusi dengan teman
sejawat untuk merencanakan kembali langkah pembelajaran pada siklus kedua.
Pada siklus kedua ini sub materi yang dibahas yaitu gaya magnet. Berikut langkah-
langkah yang dilakukan:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
tahapan metode inkuiri terbimbing. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
ini digunakan untuk 1 kali pertemuan.
2) Membuat lembar observasi keterlaksanaan model Problem Based Learning
dalam pembelajaran IPA yang terdiri dari lembar observasi aktivitas guru dan
siswa yang dapat dilihat pada lampiran.
3) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) siklus kedua yang digunakan sebagai
panduan siswa dalam melakukan percobaan secara berkelompok dengan
penjelasan langkah kerja yang lebih mudah dipahami. LKS siklus kedua dapat
dilihat pada lampiran.
4) Menentukan dan menyiapkan media yang akan digunakan dalam percobaan.
5) Membuat soal evaluasi siklus 2 yang akan digunakan di akhir siklus. Soal
evaluasi siklus 2 dapat dilihat pada lampiran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua dilakukan sebanyak
satu kali pertemuan tatap muka dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Berikut
penjelasannya:
Siklus kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Mei 2021 dan dimulai pada
pukul 07.30 WIB. Sub pokok bahasan yang dipelajari adalah gaya magnet.
Kegiatan pembelajaran pada siklus kedua ini disesuaikan dengan RPP yang dibuat.
Adapun proses kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak
siswa berdoa. Setelah berdoa, guru mengkondisikan siswa kedalam situasi
31

pembelajaran yang kondusif. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa serta


mengecek kebersihan kelas. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama di
siklus kedua diikuti oleh seluruh siswa.
Masuk pada tahap orientasi, guru mulai menyampaikan topik atau materi
yang akan dipelajari mengenai gaya magneti. Guru melakukan apersepsi dengan
mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari melalui tanya
jawab seperti: “kemarin kita sudah belajar tentang apa saja?”, “siapa yang di
rumahnya mempunyai kulkas?”, “bagaimana jika kita menutup pintu kulkas? Apa
yang terjadi?”. Pertanyaan yang diajukan guru ditanggapi dengan beraneka ragam
jawaban dari siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut.
Selanjutnya pada tahap orientasi terhadap masalah, siswa diminta untuk
mengamati gambar contoh penggunaan gaya magnet. Berdasarkan hasil
pengamatan tersebut, guru mengajukan pertanyaan dan siswa menanggapi
pertanyaan yang diajukan guru. Adapun cuplikan dari kegiatan mengamati dan
tanya jawab sebagai berikut:
Guru : “Benda apa yang telah kalian amati?”
Siswa : “tempat pensil yang terdapat magnet pada penutupnya.”
Guru : “Apakah dengan mudah tempat pensil tersebut tertutup, meskipun kita
menutupnya perlahan-lahan?”
Siswa : “Iya dapat tertutup dengan mudah.”
Guru : “Apa yang mempengaruhi tempat pensil sehingga dengan mudah
tertutup?”
Siswa : “karena ada magnetnya bu.”
Kemudian siswa dan guru membuat kesimpulan secara keseluruhan definisi gaya
magnet.
Dalam tahap mengorganisasikan siswa untuk penyelidikan, guru meberikan
petunjuk dalam melaksanakan kelompok belajar dan meminta setiap kelompok
melakukan percobaan untuk mengklasifikasikan benda yang bersifat magnetis dan
non magnetis.
32

Selanjutnya di tahap pelaksanaan penyelidikan, guru membimbing siswa


pada saat diskusi berlangsung, dan siswa mencari informasi dengan membaca buku
paket dan LKS.
Masuk ke dalam tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa
mencatat hasil percobaannya dan menjawab beberapa pertanyaan serta menarik
kesimpulan berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan. Perwakilan setiap
kelompok bergantian mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Tahap terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses yang telah
dikerjakan bersama teman kelompoknya, dan guru meluruskan hasil diskusi yang
telah dilakukan dan didapat oleh siswa.
Pada akhir pembelajaran guru meminta setiap siswa untuk duduk kembali
ke tempat masing-masing. Kemudian guru memberikan soal evaluasi siklus kedua
kepada setiap siswa. Siswa dengan tertib mengerjakan soal evaluasi yang diberikan
guru dan tidak diperbolehkan bekerjasama dengan temannya. Setelah siswa selesai
mengerjakan soal evaluasi selanjutnya guru memberikan penguatan kepada siswa
mengenai materi yang telah dipelajari dan mengakhiri pembelajaran dengan
mengajak siswa untuk berdoa bersama.
c. Tahap Pengamatan dan Evaluasi
Sumber data yang digunakan untuk mengevaluasi proses pelaksanaan
pembelajaran diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan
menggunakan lembar observasi. Sedangkan untuk peningkatan kemampuan
pemahaman konsep di evaluasi dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep.
Berikut ini uraian hasil pengamatan observer terhadap aktivitas guru dan siswa serta
hasil tes kemampuan pemahaman konsep siswa:
1) Aktivitas Siswa dengan Menerapkan Model Problem Based Learning
Aktivitas siswa diperoleh selama kegiatan pembelajaran siklus kedua
berlangsung berdasarkan hasil observasi. Adapun nilai pengamatan aktivitas siswa
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
33

Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Siklus II dengan
Menerapkan Model Problem Based Learning
Skor Total
No. Tahapan % Ket.
Maks. Skor
Orientasii. terhadap
1 masalah 192 168 88% A
Mengorganisasikan
ii. siswa untuk
96 82 86% B
penyelidikan
Pelaksanaan
iii. penyelidikan 96 82 85% B
Mengembangkan
iv. dan menyajikan
96 80 83% B
hasil karya
Menganalisis
v. dan mengevaluasi
96 79 82% B
proses pemecahan masalah
Jumlah Per-Siklus
491 85% B
Presentase

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa


siswa telah mengikuti proses pembelajaran model Problem Based Learning dengan
baik dibandingkan dengan siklus pertama. Pada siklus pertama, siswa mengalami
kesulitan pada tahap pelaksanaan penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Siklus kedua ini, tiga tahap tersebut berlangsung dengan baik. Dari hasil
pengamatan, selama kegiatan pembelajaran siklus kedua siswa lebih semangat dan
siap mengikuti pembelajaran. Siswa lebih aktif menanggapi pertanyaan yang
diajukan guru dibandingkan pada saat siklus pertama dan lebih antusias ketika
melakukan percobaan serta lebih mudah memahami dalam memecahkan masalah.
Sementara guru lebih fokus membimbing siswa-siswa yang masih kurang aktif
pada siklus pertama.
2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Problem Based Learning dalam
Aktivitas Guru
Selain aktivitas siswa, terdapat pula aktivitas guru yang tidak luput dari
pengamatan yang dilakukan oleh observer selama siklus pertama berlangsung.
Pengamatan terhadap aktivitas guru bertujuan untuk memastikan proses
pembelajaran berlangsung sesuai dengan model Problem Based Learning. Adapun
hasil pengamatan aktivitas guru dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
34

Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I dengan
Menerapkan Model Problem Based Learning
Skor Total
No. Tahapan % Ket.
Maks. Skor
1. Orientasi terhadap masalah 8 7 88% A
2. Mengorganisasikan siswa
12 11 92% A
untuk penyelidikan
3. Pelaksanaan penyelidikan 8 7 88% A
4. Mengembangkan dan
4 3 75% B
menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses 4 4 100% A
pemecahan masalah
Jumlah Per-Siklus
32 89% A
Presentase
Berdasarkan hasil aktivitas guru pada tabel 4.6 di atas, dapat disimpulkan
bahwa adanya perbaikan kinerja yang telah dilakukan oleh guru pada pelaksanaan
pembelajaran siklus kedua. Pada siklus kedua ini, guru lebih fokus pada siswa yang
memiliki kemampuan pemahaman konsep yang rendah berdasarkan hasil siklus
pertama. Selain itu, guru juga lebih fokus pada penguasaan kelas sehingga proses
pembelajaran berlangsung lebih efektif. Kemudian untuk meningkatkan motivasi
siswa, guru memberikan reward pada siswa atau kelompok siswa yang aktif dalam
proses pembelajaran.
3) Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Tes kemampuan pemahaman konsep dilakukan di akhir siklus kedua yang
terdiri dari 15 soal berbentuk pilihan ganda yang diikuti oleh 24 siswa kelas VA.
Berikut ini hasil tes kemampuan pemahaman konsep yang diperoleh siswa pada
siklus kedua dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil Evaluasi KPK Siklus 2
No Nilai (X) Frekuensi F.X Persentase Keterangan
(F)
1 33 1 33 4%
2 40 1 40 4% KKM 70
3 60 1 60 4%
35

4 67 1 67 8%
5 73 3 219 12%
6 80 4 320 16%
7 87 6 522 24%
8 93 5 465 20%
9 100 2 200 8%
Jumlah 24 1926 100%
Rata-rata 79,72

Berdasarkan data dari hasil tes akhir pada pelaksanaan siklus kedua dalam
tabel 4.7 dan grafik di atas, menunjukkan bahwa adanya peningkatan siswa yang
mencapai KKM pada siklus kedua sebanyak 20 orang siswa dengan persentase
80%, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 4 orang siswa dengan
persentase 20%. Walaupun masih terdapat 4 siswa (20%) yang belum mencapai
KKM atau peningkatan kemampuan pemahaman konsep, namun dari hasil tersebut
telah dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan siswa kelas VA telah memenuhi
indikator keberhasilan penelitian karena lebih dari 70% siswa telah mencapai KKM
yang ditetapkan sekolah sebesar 70. Adapun untuk mengetahui ketercapaian dari
setiap indikator kemampuan pemahaman konsep yang diukur dapat dilihat pada
tabel 4.8 berikut ini:
36

Tabel 4.8
Ketercapaian Indikator KPK Pada Evaluasi Siklus 1 dan 2
Nilai Rata Kelas
Indikator KPK
Siklus I Siklus II
Menafsirkan 84 88
Mencontohkan 72 77
Mengklasifikasikan 53 76
Menyimpulkan 63 83
Membandingkan 55 80
Menjelaskan 75 85

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan


kemampuan pemahaman konsep siswa telah mengalami peningkatan dibandingkan
dengan siklus satu dan awal sebelum menggunakan model Problem Based
Learning. Pada siklus kedua ini, keenam indikator pemahaman konsep yang diukur
telah mencapai kriteria keberhasilan.
a. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus kedua, dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan aktivitas siswa yang jauh lebih baik
dibandingkan aktivitas siswa pada siklus pertama. Pada siklus kedua ini siswa
sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran menggunakan model Problem
Based Learning sehingga siswa lebih siap mengikuti kegiatan pembelajaran
dibandingkan pada saat siklus pertama. Kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran siklus kedua terlihat dengan aktifnya siswa dalam menanggapi
pertanyaan yang diajukan guru. Ketika percobaan dan memecahkan masalah siswa
terlihat lebih antusias dan mampu menggunakan alat dengan baik saat percobaan
sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam lembar kerja siswa, berbeda dengan
kegiatan percobaan yang dilakukan pada siklus pertama dimana masih terdapat
siswa (kelompok) yang tidak tepat dalam melakukan percobaan dan menggunakan
alat. Siswa lebih fokus dalam melakukan pengamatan dan mampu bekerjasama
dengan baik bersama kelompok masing-masing. Selain itu setiap siswa tidak malu
dan ragu lagi ketika diminta menyampaikan kesimpulan atau hasil pengamatan
yang telah dilakukannya.
37

Adanya aktivitas siswa yang jauh lebih baik pada siklus kedua ini
berdampak pula pada hasil yang diperoleh siswa. Dari hasil evaluasi kemampuan
pemahaman konsep siklus kedua menunjukkan adanya peningkatan siswa yang
mencapai kriteria ketuntasan sebesar 80% atau 20 orang siswa. Selain itu jika dilihat
dari skor ketercapaian tiap indikator juga mengalami peningkatan. Melihat
indikator keberhasilan penelitian sebesar 70% maka siswa kelas VA dapat
dikatakan telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian tersebut sehingga
penelitian ini sudah dapat dikatakan berhasil mencapai tujuan yang diharapkan.
B. Pembahasan dari Setiap Siklus
1. Siklus I
Penggunaan model Problem Based Learning pada pembelajaran IPA
tentang gaya sangat tepat. Pada pembelajaran pra siklus guru hanya menggunakan
metode ceramah, banyak siswa yang kurang antusias dan aktif selama proses
pembelajaran. Namun pada proses pembelajaran siklus I dan siklus II siswa
mengalami perubahan kearah yang lebih baik karena guru menggunakan model
Problem Based Learning.
2. Siklus II
Dari hasil observasi aktivitas siswa dari siklus II sudah ada peningkatan
yang signifikan yang dibuktikan dengan keterlibatan siswa dalam pembelajaran,
interaksi guru dan siswa lancar, dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Hal
tersebut terlihat dari keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan hasil evaluasi
yang sangat meningkat. Hasil belajar dan keaktifan siswa selama proses
pembelajaran sangat memuaskan dan mencapai KKM, itu merupakan harapan
peneliti dengan adanya perbaikan pembelajaran ini. Sehingga guru dituntut untuk
senantiasa mengadakan refleksi diri dan mengadakan perbaikan pembelajaran
sesuai dengan tuntutan professional guru.
38

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan
di SDN Cibalongsari III dengan menerapkan model Problem Based Learning dalam
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Aktivitas siswa yang terjadi selama mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based Learning menunjukkan adanya
peningkatan di setiap siklusnya. Pada siklus I hasil observasi aktivitas siswa
masuk dalam kategori cukup. Hal tersebut didasari atas belum siap dan belum
terbiasanya siswa dengan metode pembelajaran yang digunakan sehingga
proses pembelajaran pada siklus satu masih kurang efektif. Pada siklus II
aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu masuk dalam kategori sangat baik.
Hal tersebut didasari atas kesiapan, keaktifan dan keantusiasan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran di siklus kedua. Dengan menggunakan model
Problem Based Learning dalam proses pembelajarannya siswa belajar
merumuskan masalah, menganalisis masalah yang diberikan oleh guru,
kemudian merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dari berbagai sumber,
dan yang terakhir yaitu menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Dengan
demikian siswa tidak hanya memperoleh teori atau konsep dari materi yang
dipelajari melainkan mengalami keterlibatan dan pengalaman secara langsung
dalam suatu proses pembelajaran.
2. Penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran IPA terbukti
mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Hal ini
dibuktikan dengan hasil tes yang dilakukan pada siklus 1 dengan rata-rata kelas
68,2 dengan persentase 60% siswa yang tuntas. Sedangkan pada siklus 2
diperoleh rata-rata 79,72 dengan persentase 80% siswa yang tuntas. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning
mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas VA SDN
Cibalongsari III.
39

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, model Problem Based
Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Walaupun demikian,
kemampuan pemahaman konsep siswa masih perlu ditingkatkan lagi. Oleh karena
itu, berdasarkan proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti
memberikan saran tindak lanjut diantaranya:
1. Saran Kepada Pengguna (Guru)
Penerapan model Problem Based Learning untuk kemampuan pemahaman
konsep siswa secara kontinu. Dalam hal ini guru dapat menjadikan model Problem
Based Learning sebagai pertimbangan dalam upaya melatih dan meningkatkan
pemahaman konsep siswa. Dengan menggunakan model Problem Based Learning
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara langsung dalam
suatu proses untuk menemukan sendiri konsep atau inti dari materi yang dipelajari
sehingga diharapkan dalam proses pembelajarannya siswa tidak hanya menerima
transfer ilmu saja.

2. Saran Untuk Sekolah


Bagi pihak sekolah hendaknya dapat mengadakan atau memberikan
pelatihan kepada para tenaga pendidiknya agar lebih meningkatkan kembali
kualitasnya sebagai tenaga pendidik. Kualitas tenaga pendidik akan berdampak
pada kualitas pembelajaran, sehingga ketika kualitas tenaga pendidiknya lebih baik
maka akan berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran yang juga akan menjadi
lebih baik.

3. Saran Kepada Peneliti Selanjutnya


Bagi para peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melahirkan ide atau
gagasan yang lebih inovatif dengan mengkaji lebih dalam lagi mengenai model
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran khususnya model
Problem Based Learning.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. (2014). Pembelajaran Saintifik Untuk Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Aksara.
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2015). Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2010, hlm. 16). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Hamdayama, J. (2016). Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Lestari, N. (2018). Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam
Pembelajaran IPA terhadap Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Dasar.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Mulyasa, E. (2013). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ngalimun. (2016). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Sagala, S. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta Barat: Indeks.
Sari, G. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia.
Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Rosdakarya.
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana.
Trianto. (2009a). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana.
Trianto. (2011b). Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasi
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara.
Triyadi. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Kompetensi

40
41

Sistem Bahan Bakar Kelas XI TKR SMK Muhamadiyah Prambanan . Universitas


Negeri Yogyakarta.
Widodo, A. (2006). Revisi Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal.
https://www.academia.edu/7497471/Revisi_Taksonomi_Bloom_dan_Peng
embangan_Butir_Soal?auto=download, 6.

41
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran A: Lembar Observasi Siswa

Lampiran B: Lembar Observasi Guru

Lampiran C: Catatan Guru

Lampiran D: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran E: Dokumentasi Penelitian

42
LEMBAR OBSERVASI GURU PADA MODEL PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) SIKLUS I
Petunjuk :
Berilah tanda centang (√) terhadap aktivitas guru yang terdapat dalam instrument
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
1 = Kurang Baik 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
Skor
No. Tahapan Aktivitas Guru
1 2 3 4
1. Orientasi terhadap Guru meminta siswa untuk
masalah mengamati contoh gaya
gravitasi agar siswa dapat
dengan mudah memahami
pengertian gaya gravitasi.
Guru mengajukan sejumlah
pertanyaan yang berkaitan
dengan gambar yang telah
diamati.
2. Mengorganisasikan Guru membantu siswa dalam
siswa untuk mengorganisasikan tugas
penyelidikan belajar/ penyelidikan untuk
menyelesaikan permasalahan.
Guru membagi siswa menjadi
kelompok kecil yang
heterogen.
Guru meminta setiap
kelompok melakukan
percobaan
3. Pelaksanaan Guru membimbing
penyelidikan pengamatan yang dilakukan
siswa dalam kelompok untuk

43
menemukan pemecahan
masalah
Siswa diarahkan untuk
membaca buku paket tematik
untuk mencari informasi
terkait permasalahan/
penjelasan solusi.
4. Mengembangkan Guru mengarahkan siswa
dan menyajikan berdiskusi untuk
hasil karya menyelesaikan permasalahan
yang terdapat dalam LKS
5. Menganalisis dan Guru meminta siswa untuk
mengevaluasi melakukan refleksi/evaluasi
proses pemecahan terhadap penyelidikan mereka
masalah dan proses-proses yang
mereka lalui.
Jumlah Skor Total
Presentase Skor:
Skor Perolehan
Skor Akhir = × 100% =
36

Karawang,............................
Guru Kelas

44
LEMBAR OBSERVASI GURU PADA MODEL PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) SIKLUS II
Petunjuk :
Berilah tanda centang (√) terhadap aktivitas guru yang terdapat dalam instrument
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
1 = Kurang Baik 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
Skor
No. Tahapan Aktivitas Guru
1 2 3 4
1. Orientasi terhadap Guru meminta siswa untuk
masalah mengamati contoh gaya
gravitasi agar siswa dapat
dengan mudah memahami
pengertian gaya gravitasi.
Guru mengajukan sejumlah
pertanyaan yang berkaitan
dengan gambar yang telah
diamati.
2. Mengorganisasikan Guru membantu siswa dalam
siswa untuk mengorganisasikan tugas
penyelidikan belajar/ penyelidikan untuk
menyelesaikan permasalahan.
Guru membagi siswa menjadi
kelompok kecil yang
heterogen.
Guru meminta setiap
kelompok melakukan
percobaan
3. Pelaksanaan Guru membimbing
penyelidikan pengamatan yang dilakukan
siswa dalam kelompok untuk

45
menemukan pemecahan
masalah
Siswa diarahkan untuk
membaca buku paket tematik
untuk mencari informasi
terkait permasalahan/
penjelasan solusi.
4. Mengembangkan Guru mengarahkan siswa
dan menyajikan berdiskusi untuk
hasil karya menyelesaikan permasalahan
yang terdapat dalam LKS
5. Menganalisis dan Guru meminta siswa untuk
mengevaluasi melakukan refleksi/evaluasi
proses pemecahan terhadap penyelidikan mereka
masalah dan proses-proses yang
mereka lalui.
Jumlah Skor Total
Presentase Skor:
Skor Perolehan
Skor Akhir = × 100% =
36

Karawang,............................
Guru Kelas

46
LEMBAR OBSERVASI SISWA PADA MODEL PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) SIKLUS I
Petunjuk :
Berilah skor 1, 2, 3, 4 terhadap aktivitas siswa yang terdapat dalam instrumen
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
1 = Kurang Baik 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
Kelompok :
Skor
No. Tahapan Aktivitas Siswa
S1.1 SI.2 SI.3 S1.4
1. Orientasi terhadap Siswa mampu mengamati
masalah contoh gaya gravitasi yang
diberikan oleh guru.
Siswa mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan
oleh guru berkaitan dengan
gambar yang telah diamati.
2. Mengorganisasikan Siswa bekerja sama untuk
siswa untuk melakukan percobaan
penyelidikan mengenai materi gaya.
3. Pelaksanaan Siswa mampu melakukan
penyelidikan pengamatan dalam
kelompok untuk
menemukan pemecahan
masalah yang diberikan
oleh guru.
4. Mengembangkan Siswa berdiskusi
dan menyajikan memecahkan masalah yang
hasil karya diberikan guru dalam LKS
5. Menganalisis dan Siswa dapat
mengevaluasi mengungkapkan kembali

47
proses pemecahan materi gaya yang telah
masalah dipelajari
Jumlah Skor Total
Presentase Skor:
Skor Perolehan
Skor Akhir = × 100% =
24

Karawang,............................
Guru Kelas

48
LEMBAR OBSERVASI SISWA PADA MODEL PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) SIKLUS II
Petunjuk :
Berilah skor 1, 2, 3, 4 terhadap aktivitas siswa yang terdapat dalam instrumen
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
1 = Kurang Baik 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
Kelompok :
Skor
No. Tahapan Aktivitas Siswa
S1.1 SI.2 SI.3 S1.4
6. Orientasi terhadap Siswa mampu mengamati
masalah contoh gaya gravitasi yang
diberikan oleh guru.
Siswa mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan
oleh guru berkaitan dengan
gambar yang telah diamati.
7. Mengorganisasikan Siswa bekerja sama untuk
siswa untuk melakukan percobaan
penyelidikan mengenai materi gaya.
8. Pelaksanaan Siswa mampu melakukan
penyelidikan pengamatan dalam
kelompok untuk
menemukan pemecahan
masalah yang diberikan
oleh guru.
9. Mengembangkan Siswa berdiskusi
dan menyajikan memecahkan masalah yang
hasil karya diberikan guru dalam LKS
10. Menganalisis dan Siswa dapat
mengevaluasi mengungkapkan kembali

49
proses pemecahan materi gaya yang telah
masalah dipelajari
Jumlah Skor Total
Presentase Skor:
Skor Perolehan
Skor Akhir = × 100% =
24

Karawang,............................
Guru Kelas

50
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Siklus I
Satuan Pendidikan : SDN Cibalongsari III
Kelas/Semester : IV/II
Tema : 7. Indahnya Keragaman di Negeriku
Subtema : 1. Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku
Pembelajaran ke : 1 (satu)
AlokasiWaktu : 2 x 35 menit (1x pertemuan)

A. KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 :Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya
di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 :Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) & INDIKATOR
IPA
1.3 Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya
magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan .
Indikator :
1.3.1 Menjelaskan pengertian gaya gravitasi.
1.3.2 Menyebutkan 3 contoh gaya gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari.
1.3.3 Menafsirkan pengaruh gaya gravitasi terhadap gerak jatuh suatu benda.

51
1.3.4 Membandingkan kecepatan jatuh dua buah benda berdasarkan berat,
bentuk dan ukuran yang berbeda.
1.3.5 Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak ke
bawah.
C. TUJUAN
1. Melalui pengamatan, siswa dapat menjelaskan definisi gaya gravitasi
dengan benar.
2. Melalui penugasan, siswa dapat menyebutkan 3 contoh gaya gravitasi dalam
kehidupan sehari-hari dengan benar.
3. Melalui pengamatan, siswa dapat menafsirkan pengaruh gaya gravitasi
terhadap gerak jatuh suatu benda dengan benar.
4. Melalui percobaan, siswa dapat membandingkan kecepatan jatuh dua buah
benda berdasarkan berat, bentuk, dan ukuran yang berbeda dengan benar.
5. Melalui percobaan, siswa dapat menyimpulkan bahwa gaya gravitasi
menyebabkan benda bergerak ke bawah dengan benar.
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian Gaya
Setiap hari kita melakukan atau melihat orang lain melakukan bermacam-
macam kegiatan, misalnya mendorong mobil mogok, menarik gerobak pasir,
menendang bola, tarik tambang. Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu mendorong dan
menarik merupakan cara bekerjanya gaya terhadap benda. Saat orang mendorong
mobil mogok atau menendang bola, berarti orang tersebut sedang memberikan gaya
dorong pada mobil atau bola. Saat kita menarik gerobak pasir atau melakukan
permainan tarik tambang, berarti kita sedang memberikan gaya tarik pada gerobak
pasir dan tali tambang. Suatu tarikan atau dorongan yang menyebabkan benda
bergerak disebut gaya. Tarikan dan dorongan selain dapat dilakukan manusia, juga
dapat dikeluarkan oleh hewan maupun benda-benda, misalnya kerbau menarik
pedati, magnet menarik benda-benda yang terbuat dari besi dan baja, pesawat dapat
tinggal landas karena gaya dorong yang dihasilkan mesin, batu terlontar dari katapel
karena dorongan karet katapel yang terenggang. Besar kecilnya gaya dapat diukur

52
oleh sebuah alat, yaitu dinamometer. Satuan gaya adalah Newton (Sulistiyanto dan
Wiyono, 2008: 81-82).
2. Sifat- sifat Gaya
Adapun sifat- sifat gaya sebagai berikut:
a) Gaya Dapat Memengaruhi Gerak Benda
Di antara kamu tentu ada yang pernah bermain bola. Bola tersebut akan
bergerak jika dilempar atau ditendang. Akan tetapi, bola dapat berhenti bergerak
jika bola yang dilemparkan seorang pemain ditangkap oleh pemain lain. Peristiwa
tersebut menunjukkan bola dapat bergerak atau berhenti jika diberi gaya. Gaya juga
dapat memengaruhi arah gerak benda. Gaya ini sering dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya sepeda dapat bergerak karena dikayuh. Perahu
layar memanfaatkan gaya dorong angin agar perahu bergerak. Pergerakan suatu
benda tergantung pada besar kecilnya gaya yang dikenakan pada benda. Semakin
besar gaya yang mengenai benda, semakin cepat benda tersebut bergerak.
Akibatnya, benda berpindah semakin jauh. Sebaliknya, semakin kecil gaya yang
mengenai benda, semakin lambat gerakannya. Jarak perpindahan benda akibat gaya
tersebut juga semakin pendek. Bahkan, gaya yang terlalu kecil tidak dapat
menggerakkan benda.
b) Gaya Dapat Mengubah Bentuk Benda
Pernahkah kamu membantu ibu membuat roti? Bentuk roti bermacam-
macam tergantung cara membentuknya. Adonan tersebut dapat kita bentuk bulat.
Apabila kita tekan, adonan berbentuk bulat tersebut menjadi pipih. Apabila kita
menginginkan bentuk roti yang memanjang, kita dapat menarik adonan roti itu.
Banyak kegiatan sehari-hari yang menunjukkan pengaruh gaya pada bentuk benda.
Misalnya saat membuat batu bata dan genting. Kedua macam benda tersebut terbuat
dari tanah liat. Pada awalnya tanah liat dicampur air agar lunak. Tanah liat itu
kemudian dimasukkan dalam cetakan batu bata atau genting. Hal ini berarti tanah
liat diberi gaya agar bentuknya berubah menjadi batu bata atau genting
(Azmiyawati, dkk, 2009: 105-107).
3. Jenis- jenis Gaya

53
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan gaya dengan jenis
yang berbeda satu dan yang lainnya. Gaya tarik, gaya dorong, dan gaya gesek
merupakan beberapa gaya yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap gaya yang dilakukan memerlukan tenaga. Berdasarkan sumber tenaga yang
diperlukan, gaya dibedakan menjadi beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Gaya Otot
Gaya otot merupakan gaya yang dihasilkan oleh tenaga otot. Contoh gaya
otot adalah pada saat kita menarik atau mendorong meja, membawa belanjaan ibu,
dan menendang bola. Karena terjadi sentuhan maka gaya ini termasuk gaya sentuh.
b) Gaya Gesek antara Dua Benda
Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi karena bersentuhannya dua
permukaan benda. Contoh gaya gesek adalah gaya yang bekerja pada rem sepeda.
Pada saat akan berhenti, karet rem pada sepeda akan bersentuhan dengan pelek
sepeda sehingga terjadi gesekan yang menyebabkan sepeda dapat berhenti ketika
dilakukan pengereman.
c) Gaya Magnet
Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan atau dorongan
dari magnet. Contoh gaya magnet adalah, tertariknya paku ketika didekatkan
dengan magnet. Benda-benda dapat tertarik oleh magnet jika masih berada salam
medan magnet.
d) Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan bumi.
Contoh gaya gravitasi adalah jatuhnya buah dari atas pohon dengan sendirinya.
Semua benda yang dilempar ke atas akan tetap kembali ke bawah karena pengaruh
gravitasi bumi.
e) Gaya Listrik
Gaya listrik merupakan gaya yang terjadi karena aliran muatan listrik.
Aliran muatan listrik ini ditimbulkan oleh sumber energi listrik. Contoh gaya listrik
adalah bergeraknya kipas angin karena dihubungkan dengan sumber energi listrik.
Muatan listrik dari sumber energi listrik mengalir ke kipas angin. Sehingga, kipas
angin dapat bergerak.

54
E. PENDEKATAN & MODEL PEMBELAJARAN
Pendekatan : Scientific
Model Pembelajaran : Problem Based Learning (PBL)
Metode pembelajaran : Demonstrasi, diskusi kelompok, dan penugasan
F. LANGKAH- LANGKAH PEMBELAJARAN
Sintaks Model
Alokasi
Problem Based Kegiatan Guru
Waktu
Learning (PBL)
Kegiatan Awal Orientasi 10 menit
a. Guru menyapa dan mengucapkan
salam kepada peserta didik.
b. Guru mengajak peserta didik
untuk berdoa bersama menurut
kepercayaan masing-masing yang
dipimpin oleh salah satu peserta
didik.
c. Sebelum memulai pembelajaran
guru terlebih dahulu
mengkondisikan peserta didik
untuk tertib dan tenang di dalam
kelas.
d. Guru mengisi lembar kehadiran
dan memeriksa kerapihan
pakaian, posisi, dan tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.
Apersepsi
e. Guru mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai materi gaya,
seperti: “Pernahkah kalian

55
mendorong atau menarik mobil-
mobilan?”
“Apa yang terjadi pada mobil-
mobilan tersebut pada saat
didorong dan ditarik?”
“Apa yang mempengaruhi mobil-
mobilan tersebut dapat bergerak
dan berpindah tempat?”
“Apa yang terjadi jika mobil-
mobilan yang sedang dimainkan
diatas meja didorong atau ditarik
dengan kencang?”.
f. Kemudian guru mengumpulkan
semua jawaban yang diberikan
oleh siswa dan
menghubungkannya dengan
materi yang akan diajarkan yaitu
gaya gravitasi.
Motivasi
g. Guru memberikan motivasi
dengan melakukan tepukan yang
dapat membangkitkan semangat
siswa.
Acuan
h. Guru menyampaikan garis besar
tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai terkait materi yang akan
dipelajari.
i. Guru menyiapkan buku sumber
berupa buku IPA yang relevan,

56
dan beberapa alat untuk
percobaan serta LKS.
Kegiatan Inti a. Siswa diminta untuk mengamati 50 menit
1. Orientasi terhadap gambar contoh gaya gravitasi.
masalah (gambar buah kelapa jatuh dari
pohonnya) (mengamati)
b. Guru mengajukan sejumlah
pertanyaan yang berkaitan dengan
gambar yang telah diamati,
seperti:
“Gambar apa yang telah kalian
amati?”
“Apa yang mempengaruhi buah
kelapa dapat jatuh ke bawah?”
c. Dari hasil pengamatan, siswa
mencoba membuat jawaban
sementara mengenai definisi gaya
gravitasi dan pengaruh gravitasi
terhadap gerak jatuh suatu benda.
d. Siswa mengumpulkan data-data
yang diperlukan dari buku
ataupun lingkungan sekitar
mengenai contoh lain dari gaya
gravitasi.
e. Siswa membuat kesimpulan
secara keseluruhan definisi gaya
gravitasi dan pengaruh gravitasi
terhadap gerak jatuh suatu benda.
f. Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru mengenai
“Jika dua buah benda dijatuhkan

57
pada ketinggian yang sama,
apakah benda tersebut akan jatuh
ke tanah secara bersamaan atau
tidak?”
g. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir
sejenak, mencoba menjawab atau
balik bertanya.
2. Mengorganisasi h. Guru memberikan petunjuk
siswa untuk dalam melaksanakan kelompok
penyelidikan belajar.
i. Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok kecil yang
heterogen, masing-masing
kelompok terdiri atas 4-5 orang.
j. Guru meminta setiap kelompok
melakukan percobaan untuk
membuktikan kecepatan jatuh dua
benda yang berbeda dengan
ketinggian yang sama.
3. Pelaksanaan k. Guru membimbing siswa pada
penyelidikan saat diskusi berlangsung.
l. Secara berkelompok, siswa
mencari informasi dengan
membaca buku paket dan LKS.
(Mengumpulkan informasi)
4. Mengembangkan m. Siswa mencatat hasil
dan menyajikan percobaannya dan menjawab
hasil karya beberapa pertanyaan serta
menarik kesimpulan berdasarkan

58
hasil percobaan yang telah
dilakukan. (Menalar/ mengolah
informasi)
n. Setiap perwakilan kelompok
bergantian mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas,
kelompok lain memberikan
tanggapan.
(mengkomunikasikan)
5. Menganalisis dan o. Siswa melakukan refleksi/
mengevaluasi evaluasi terhadap proses yang
proses pemecahan telah dikerjakan bersama teman
masalah kelompoknya.
p. Siswa menanyakan mengenai hal-
hal yang kurang dimengerti
terkait penyelidikan yang
dilakukan. (Menanya)
q. Guru meluruskan hasil diskusi
yang dilakukan dan didapatkan
siswa.
Kegiatan Penutup Reflection (Refleksi) 10 menit
a. Guru memberikan motivasi dan
penguatan kepada siswa, serta
memberikan kesempatan untuk
bertanya apabila belum
memahami materi yang sudah
dipelajari.
b. Guru bersama siswa mengulas
kembali materi yang sudah
dipelajari mengenai gaya

59
gravitasi dengan mengajukan
beberapa pertanyaan:
“Bagaimana pendapat kalian
mengenai pembelajaran hari ini?”
“Hal-hal baru apa yang kalian
dapatkan melalui kegiatan hari
ini? Catatlah hal-hal penting yang
kalian dapatkan!”
“Mungkinkah keterampilan yang
kalian pelajari hari ini diterapkan
di rumah?”
c. Guru memberikan evaluasi
pembelajaran mengenai gaya
gravitasi.
d. Guru memberikan tindak lanjut
kepada siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yaitu gaya
gesek.
e. Guru mengakhiri pembelajaran
dengan meminta salah satu siswa
untuk memimpin doa.

G. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Media : Pulpen, kelereng, kerikil, dan kertas HVS, gambar
buah kelapa jatuh dari pohonnya, dan tissue.
2. Alat : Papan tulis, spidol, pulpen, pensil, buku tulis,
penghapus, penggaris.
3. Sumber Pembelajaran : Buku Pedoman Guru Tema 7 Kelas 4
Buku Siswa Tema 7 Kelas 4 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).

60
H. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
1. Penilaian proses
a. Prosedur penilaian : Non tes
b. Bentuk penilaian : Perbuatan
c. Instrumen penilaian : Lembar observasi (terlampir)
2. Penilaian pengetahuan
a. Prosedur penilaian : Tes
b. Bentuk tes : Uraian dan Pilihan ganda
c. Instrumen penilaian : Lembar soal (terlampir)
Karawang, 25 November 2022
Guru Kelas VA Mahasiswa

Nursilah, S.Pd Oki Syahril


NIP. 198412252014072002 NIM. 857130593
Mengetahui,
Kepala Sekolah SDN Cibalongsari III

Hj.LELA NURLAELA, S.Pd. M.Pd


NIP. 197105202003122003

61
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Siklus II
Satuan Pendidikan : SDN Cibalongsari III
Kelas/Semester : IV/II
Tema : 7. Indahnya Keragaman di Negeriku
Subtema : 1. Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku
Pembelajaran ke : 1 (satu)
AlokasiWaktu : 2 x 35 menit (1x pertemuan)

A. KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 :Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya
di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 :Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) & INDIKATOR
IPA
1.4 Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya
magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan .
Indikator :
1.4.1 Menjelaskan definisi tentang gaya magnet.
1.4.2 Menyebutkan 3 contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan
sehari-hari.

62
1.4.3 Mengklasifikasikan benda yang bersifat magnetis dan yang tidak
magnetis.
1.4.4 Menjelaskan faktor yang mempengaruhi gaya tembus magnet.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui pengamatan, siswa dapat menjelaskan definisi gaya magnet dengan
benar.
2. Melalui penugasan, siswa dapat menyebutkan 3 contoh penggunaan gaya
magnet dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
3. Melalui percobaan dan diskusi, siswa dapat mengklasifikasikan benda yang
bersifat magnetis dan tidak magnetis dengan benar.
4. Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi
gaya tembus magnet dengan benar.
D. MATERI POKOK
Gaya Magnet
2. Pengertian Gaya Magnet
Magnet berasal dari batuan yang mengandung logam besi, batuan logam
tersebut diolah menjadi besi berani atau disebut juga magnet. Tarikan atau
dorongan yang disebabkan oleh sifat kemagnetan disebut gaya magnet.
3. Contoh Penggunaan Gaya Magnet dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Pengunci kotak pensil dan tas
b. Kompas
c. Dinamo
d. Alat pengangkut benda dari besi
e. Pintu lemari es / kulkas
f. Gunting jahit
4. Benda Yang Bersifat Magnetis dan Non Magnetis
a. Benda magnetis yaitu benda yang dapat ditarik oleh magnet, contoh
bendanya antara lain: jarum, klip kertas, paku, gunting, peniti, dan lain-lain.
b. Benda nonmagnetis yaitu benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet, contoh
bendanya antara lain: kayu, gabus, karet, batu, busa, kertas, bambu, rotan,
dan lain-lain.

63
5. Faktor yang mempengaruhi gaya tembus magnet
c. Jenis penghalang
d. Tebal tipisnya penghalang
e. Jarak magnet terhadap benda magnetis
E. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Scientific
Model Pembelajaran : Problem Based Learning (PBL)
Metode pembelajaran : Demonstrasi, diskusi kelompok, dan penugasan
F. LANGKAH- LANGKAH PEMBELAJARAN
Sintaks Model
Alokasi
Problem Based Kegiatan Guru
Waktu
Learning (PBL)
Kegiatan Awal Orientasi 10 menit
a. Guru menyapa dan mengucapkan
salam kepada peserta didik.
b. Guru mengajak peserta didik untuk
berdoa bersama menurut
kepercayaan masing-masing yang
dipimpin oleh salah satu peserta
didik.
c. Sebelum memulai pembelajaran
guru terlebih dahulu
mengkondisikan peserta didik
untuk tertib dan tenang di dalam
kelas.
d. Guru mengisi lembar kehadiran
dan memeriksa kerapihan pakaian,
posisi, dan tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.
Apersepsi

64
a. Guru mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai materi
sebelumnya:
“Minggu kemarin kita sudah
belajar tentang apa saja?”
“Siapa yang bisa menjelaskan
tentang gaya gravitasi, dan gaya
gesek?”
“Siapa yang di rumahnya
mempunyai kulkas?”
“Bagaimana jika kita menutup
pintu kulkas? Apa yang terjadi?”.
e. Kemudian guru mengumpulkan
semua jawaban yang diberikan oleh
siswa dan menghubungkannya
dengan materi yang akan diajarkan
yaitu gaya gravitasi.
Motivasi
f. Guru memberikan motivasi dengan
melakukan tepukan yang dapat
membangkitkan semangat siswa.
Acuan
g. Guru menyampaikan garis besar
tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai terkait materi yang akan
dipelajari.
h. Guru menyiapkan buku sumber
berupa buku IPA yang relevan, dan
beberapa alat untuk percobaan
serta LKS.

65
Kegiatan Inti a. Siswa diminta untuk mengamati 51 e
1. Orientasi contoh penggunaan gaya magnet. n
terhadap (tempat pensil yang terdapat i
masalah magnet pada penutupnya) t
(mengamati)
b. Guru mengajukan sejumlah
pertanyaan yang berkaitan dengan
gambar yang telah diamati, seperti:
“Benda apa yang telah kalian
amati?”
“Apakah dengan mudah tempat
pensil tersebut tertutup, meskipun
kita menutupnya perlahan-lahan?”
“Apa yang mempengaruhi tempat
pensil sehingga dengan mudah
tertutup?”
c. Dari hasil pengamatan, siswa
mencoba membuat jawaban
sementara mengenai definisi gaya
magnet.
d. Siswa mengumpulkan data-data
yang diperlukan dari buku ataupun
lingkungan sekitar mengenai
contoh lain dari penggunaan gaya
magnet.
e. Siswa membuat kesimpulan secara
keseluruhan definisi gaya magnet.
f. Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru mengenai
“Apakah semua benda dapat ditarik
oleh magnet?”

66
“Benda yang terbuat dari bahan apa
saja yang dapat ditarik oleh
magnet?”
“Apakah semua logam dapat
ditarik oleh magnet?”
g. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir
sejenak, mencoba menjawab atau
balik bertanya.
2. Mengorganisasi h. Guru memberikan petunjuk dalam
siswa untuk melaksanakan kelompok belajar.
penyelidikan i. Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok kecil yang
heterogen, masing-masing
kelompok terdiri atas 4-5 orang.
j. Guru meminta setiap kelompok
melakukan percobaan untuk
mengklasifikasikan benda yang
bersifat magnetis dan non
magnetis.
3. Pelaksanaan k. Guru membimbing siswa pada saat
penyelidikan diskusi berlangsung.
l. Secara berkelompok, siswa
mencari informasi dengan
membaca buku paket dan LKS.
(Mengumpulkan informasi)
4. Mengembangkan m. Siswa mencatat hasil percobaannya
dan menyajikan dan menjawab beberapa
hasil karya pertanyaan serta menarik
kesimpulan berdasarkan hasil

67
percobaan yang telah dilakukan.
(Menalar/ mengolah informasi)
n. Setiap perwakilan kelompok
bergantian mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas,
kelompok lain memberikan
tanggapan. (mengkomunikasikan)
5. Menganalisis dan m. Siswa melakukan refleksi/ evaluasi
mengevaluasi terhadap proses yang telah
proses dikerjakan bersama teman
pemecahan kelompoknya.
masalah n. Siswa menanyakan mengenai hal-
hal yang kurang dimengerti terkait
penyelidikan yang dilakukan.
(Menanya)
o. Guru meluruskan hasil diskusi
yang dilakukan dan didapatkan
siswa.
Kegiatan Penutup Reflection (Refleksi) 1
p. Guru memberikan motivasi dan
penguatan kepada siswa, serta
memberikan kesempatan untuk
bertanya apabila belum memahami
materi yang sudah dipelajari.
q. Guru bersama siswa mengulas
kembali materi yang sudah
dipelajari mengenai gaya gravitasi
dengan mengajukan beberapa
pertanyaan:

68
“Bagaimana pendapat kalian
mengenai pembelajaran hari ini?”
“Hal-hal baru apa yang kalian
dapatkan melalui kegiatan hari ini?
Catatlah hal-hal penting yang
kalian dapatkan!”
“Mungkinkah keterampilan yang
kalian pelajari hari ini diterapkan di
rumah?”
r. Guru memberikan evaluasi
pembelajaran mengenai gaya
magnet.
s. Guru mengakhiri pembelajaran
dengan meminta salah satu siswa
untuk memimpin doa.

G. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Media : Magnet, klip kertas, paku, peniti, jarum, uang
logam, garpu, sendok, kertas, karet penghapus,
pensil, seng, kaca, penggaris plastik,
kunci/tembaga, selembar karton, plastik mika,
kardus, tripleks, beberapa buku, dan benang.
2. Alat : Papan tulis, spidol, pulpen, buku tulis.
3. Sumber Pembelajaran : Buku Pedoman Guru Tema 7 Kelas 4
Buku Siswa Tema 7 Kelas 4 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
H. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
1. Penilaian proses
a. Prosedur penilaian : Non tes
b. Bentuk penilaian : Perbuatan

69
c. Instrumen penilaian : Lembar observasi (terlampir)
2. Penilaian pengetahuan
d. Prosedur penilaian : Tes
e. Bentuk tes : Uraian dan Pilihan ganda
f. Instrumen penilaian : Lembar soal (terlampir)

70
Karawang, 26 November 2022
Guru Kelas VA Mahasiswa

Nursilah, S.Pd Oki Syahril


NIP. 198412252014072002 NIM. 857130593
Mengetahui,
Kepala Sekolah SDN Cibalongsari III

Hj. LELA NURLAELA, S.Pd.M.Pd


NIP. 197105202003122003

71
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Siklus I
Membandingkan Kecepatan Jatuh Dua Buah Benda yang Berbeda
Kelompok :
Nama Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
A. Tujuan : Untuk membuktikan pengaruh gravitasi pada dua buah
benda yang jatuh dari ketinggian sama.
B. Alat dan bahan :
• Pulpen • Kelereng
• Kerikil • Kertas HVS

C. Cara kerja :
1. Berdirilah. Pegang Pulpen pada tangan kanan dan tutup pulpen pada tangan
kiri. Julurkan kedua tanganmu ke depan sama tinggi. Lalu jatuhkanlah
kedua benda tersebut secara bersamaan. Amati mana yang lebih dahulu
jatuh ke tanah.
2. Berdirilah. Pegang kerikil pada tangan sebelah kanan dan kelereng pada
tangan sebelah kiri. Julurkan kedua tanganmu ke depan sama tinggi. Lalu
jatuhkanlah kedua benda tersebut secara bersamaan. Amati mana yang
lebih dahulu jatuh ke tanah.
3. Berdirilah. Pegang selembar kertas HVS pada tangan sebelah kanan dan
kertas HVS yang sudah diremas sehingga menjadi sebuah bulatan pada
tangan sebelah kiri. Julurkan kedua tanganmu ke depan sama tinggi. Lalu
jatuhkanlah kedua benda tersebut secara bersamaan. Amati mana yang
lebih dahulu jatuh ke tanah.
4. Catat hasil pengamatan yang kalian lakukan pada tabel berikut ini.

72
Berat Kecepatan
No. Nama Benda
Berat Ringan Sama Cepat Lambat Sama
1. Pulpen
Tutup pulpen
2. Kerikil
Kelereng
3. Selembar kertas
HVS
Kertas HVS yang
diremas
Catatan: Berikan tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai.
D. Pertanyaan
1. Manakah yang jatuh terlebih dahulu antara pulpen dan tutup pulpen?
Mengapa demikian?
2. Manakah yang jatuh terlebih dahulu antara kerikil dan kelereng? Mengapa
demikian?
3. Manakah yang jatuh terlebih dahulu antara selembar kertas HVS dan kertas
HVS yang diremas? Mengapa demikian?
4. Apa yang menyebabkan benda-benda tersebut jatuh menuju ke bawah?

E. Kesimpulan
1. Semua benda bila dijatuhkan akan menuju....
2. Yang menyebabkan benda-benda jatuh ke bawah adalah....
3. Gaya gravitasi tidak dipengaruhi oleh....
4. Gaya gravitasi dipengaruhi oleh ... yang dikenal sebagai gaya gesek.

73
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Siklus II (Percobaan 1)
Mengelompokkan Benda yang Bersifat Magnetis dan Non Magnetis
Kelompok :
Nama Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
A. Tujuan : Untuk membedakan dan mengelompokkan benda yang
bersifat magnetis dan tidak bersifat magnetis.
B. Alat dan bahan :
• Magnet batang • Jarum • Pensil • Garpu
• Klip kertas • Uang logam • Kertas • Peniti
• Paku • Karet penghapus • Sendok • Seng
• Kaca • Penggaris plastik • Kunci/tembaga
C. Langkah kegiatan :
1. Letakkan masing-masing benda di atas meja. Usahakan jarak antarbenda
cukup jauh (misalnya selebar satu jengkal).
2. Dekatkan magnet ke tiap benda (satu per satu).
3. Amati dan catatlak pengamatanmu dalam tabel berikut!
Bahan Tidak
Tertarik
No. Jenis Benda Logam Non Tertarik
Magnet
Logam Magnet
1. Klip kertas
2. Paku
3. Peniti
4. Jarum
5. Uang logam 500

74
6. Uang logam 1000
7. Sendok
8. Garpu
9. Kertas
10. Karet penghapus
11. Pensil
12. Seng
13. Kaca
14. Penggaris plastik
15. Kunci/tembaga
Catatan : Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai!
D. Pertanyaan
1. Benda apa sajakah yang dapat ditarik oleh magnet?
2. Benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet disebut benda apa?
3. Benda apa sajakah yang tidak dapat ditarik oleh magnet?
4. Benda-benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut benda apa?
E. Kesimpulan
1. Salah satu sifat magnet yang kamu dapat dari percobaan ini adalah....
2. Namun tidak semua benda logam dapat ditarik oleh magnet, contohnya
adalah....

75
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Siklus II (Percobaan ke 2)
mengidentifikasi Faktor yang Mempengaruhi Gaya Tembus Magnet
Kelompok :
Nama Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
A. Tujuan : Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi gaya tembus magnet.
B. Alat dan bahan :
• Magnet batang • Selembar tripleks
• Klip kertas • Beberapa buku tulis
• Selembar karton • Penggaris
• Selembar plastik mika • Benang yang tipis
• Selembar kardus

C. Kegiatan 1
Langkah kegiatan :
1. Peganglah selembar karton dengan tangan kirimu. Letakkan klip kertas di
atasnya.
2. Peganglah magnet dengan tangan kananmu. Tempel dan geser-geserlah
magnet di bawah karton. Amati apa yang terjadi pada klip kertas tersebut.
3. Dengan cara yang sama gantilah selembar karton dengan benda lain seperti
selembar plastik mika, kardus, triplek tebal dan beberapa buku tulis.
4. Catatlah hasil percobaanmu pada tabel berikut ini!

76
Keadaan Klip Kertas
No. Klip Kertas diletakan di Atas
Bergerak Tidak Bergerak
1. Selembar kertas karton.
2. Selembar plastik mika.
3. Selembar kardus.
4. Buku tulis.
5. Triplek
Catatan : Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai.
D. Kegiatan 2
Langkah kegiatan :
1. Ikatlah klip kertas dengan benang.
2. Letakkan penggaris diatas meja.
3. Letakkan magnet diatas penggaris, kira-kira di atas skala 7 cm.
4. Letakkan ujung klip dengan menghadap magnet tepat di atas skala 0 cm
pada penggaris. Rentangkan benang dan tahanlah dengan tanganmu.

5. Geser magnet dengan perlahan dan hati-hati dengan jarak per 1 cm menuju
klip kertas.
6. Begitu klip kertas mendapat pengaruh gaya tarik magnet, tahan magnet dan
catat pada skala berapa cm magnet tersebut berada.
7. Sekarang gantilah posisi magnet di skala 0 cm.
8. Tempelkan ujung klip kertas pada magnet.

9. Tariklah perlahan-lahan dengan jarak /1 cm benang klip kertas itu menjauhi


magnet dari skala 0 cm.

77
10. Catatlah skala cm penggaris pada saat klip tersebut kehilangan pengaruh
gaya tarik magnet.
11. Catatlah hasil pengamatanmu dalam bentuk tabel pada buku tugasmu!
Kehilangan Gaya
No. Skala Tertarik Magnet
Tarik Magnet
1. 7 cm
2. 6 cm
3. 5 cm
4. 4 cm
5. 3 cm
6. 2 cm
7. 1 cm
8. 0 cm
Catatan : Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai.
E. Pertanyaan
1. Benda penghalang apakah yang dapat ditembus gaya magnet?
2. Benda penghalang apakah yang tidak dapat ditembus oleh gaya magnet?
3. Berapa buku tuliskah yang menjadi penghalang sehingga pengaruh magnet
hilang atau klip kertas diam?
4. Pada skala berapa cm klip kertas dapat ditarik oleh magnet?
5. Pada skala berapa cm klip kertas kehilangan gaya tarik magnet?
F. Kesimpulan
1. Gaya magnet hanya mampu menembus penghalang yang....
2. Jarak magnet dengan benda magnetis mempengaruhi....
3. Semakin dekat jarak antara benda ke magnet, maka semakin....
4. Faktor yang mempengaruhi gaya tembus magnet diantaranya adalah....

78
Evaluasi Siklus I
Nama :
Kelas :
Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang
benar!
1. Pada saat kita menarik dan mendorong mobil-
mobilan di atas meja dengan kencang. Maka mobil-
mobilan tersebut akan jatuh ke bawah. Apa yang
menyebabkan mobilan tersebut jatuh ke bawah....
a. Karena adanya tarikan dari gaya magnet
b. Karena adanya dorongan dari tangan kita
c. Karena adanya gaya tarik bumi atau gaya gravitasi
d. Karena adanya gesekan yang dipengaruhi oleh gaya gesek
2. Contoh peristiwa yang terjadi akibat gaya gravitasi bumi yaitu....
a. Matahari terbit dan terbenam
b. Bumi berputar mengelilingi matahari
c. Air sungai meluap
d. Buah mangga jatuh dari pohonnya
3. Gravitasi bumi menyebabkan benda....
a. Berubah warna c. Jatuh kepermukaan bumi
b. Berubah bentuk d. Terbang tertiup angin
4. Adanya gaya gravitasi bumi memungkinkan kita....
a. Melayang di udara c. Menapak di tanah
b. Berenang di air d. Menghirup napas
5. Andi melemparkan sebuah koin ke atas dan ke depan. Hasilnya koin tersebut
tetap jatuh ke bawah. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh Andi, dapat
ditarik kesimpulan bahwa...
a. Andi melempar koin dengan kencang sehingga koin terlempar jauh
b. Gaya gravitasi menarik benda-benda untuk jatuh ke bawah
c. Gaya gravitasi terdapat di tanah
d. Gaya gravitasi tidak berpengaruh pada bola

79
Gaya tarik bumi disebut....
a. Gaya gesek bumi c. Gaya gesekan
b. Gaya elektromagnetik d. Gravitasi bumi
6. Yang bukan merupakan contoh gaya gravitasi adalah....
a. Berjalan tetap menapak di tanah
b. Buah yang jatuh selalu menuju ke tanah
c. Mobil yang berjalan tidak melayang-layang
d. Bola yang menggelinding
7. Yang merupakan contoh gaya gravitasi adalah....
a. Astronot yang melayang-layang di bulan
b. Bola yang di lempar akan jatuh ke tanah
c. Mengayuh sepeda sekuat tenaga
d. Memukul batu hingga pecah dengan martil
8. Buah kelapa yang sudah matang akan jatuh ke tanah, karena adanya gaya....
a. Gravitasi b. Gesek c. Pegas d. Magnet
9. Kertas yang diremas lebih cepat jatuh dibandingkan dengan kertas yang tidak
diremas. Hal ini disebabkan oleh....
a. Kertas yang diremas lebih berat dibanding kertas yang tidak diremas
b. Kertas yang tidak diremas lebih ringan dibanding kertas yang diremas
c. Kertas yang tidak diremas jatuh lebih lambat karena dipengaruhi gaya
gesek
d. Kertas yang diremas jatuh lebih cepat karena tidak dipengaruhi gaya gesek

80
B. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Apa yang dimaksud dengan gaya gravitasi?
2. Sebutkan 3 contoh gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari!
3. Apa yang dapat mempengaruhi kecepatan jatuh suatu benda?
4. Sebutkan 2 manfaat adanya gaya gravitasi!
5. Bagaimana jika seandainya tidak ada gravitasi di bumi? Apa yang akan
terjadi?

A. Essay
1. Gaya tarik bumi yang menyebabkan benda yang ada di bumi tertarik ke
bawah.
2. Berjalan tetap menapak di tanah, buah yang jatuh selalu menuju ke tanah,
dan bola yang melambung tinggi akan kembali ke tanah.
3. Dipengaruhi oleh gaya gravitasi dengan memperhatikan berat, bentuk dan
ukuran sebuah benda.
4. Benda-benda di bumi tidak terlempar ke luar angkasa, dapat berjalan diatas
tanah, dan benda-benda di bumi mempunyai berat sehingga tidak
melayang.
5. Seandainya jika tidak ada gaya gravitasi di bumi, segala benda di bumi
menjadi kacau, setiap benda tidak lagi memiliki berat, dan benda akan
bertubrukan dan terlempar dari permukaan bumi.

81
Kunci Jawaban Pertemuan I
1. C
2. D
3. C
4. D
5. C
6. D
7. B
8. A
9. C
10. B

82
Evaluasi Siklus II
Gaya Magnet
Nama :
Kelas :
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang
benar!
1. Sebuah benda jika didekatkan dengan paku payung. Maka paku payung tertarik
oleh benda tersebut. Hal ini dipengaruhi karena adanya gaya . . .
a. Gravitasi c. Magnet
b. Gesek d. Pegas
2. Dibawah ini yang bukan merupakan contoh penggunaan gaya magnet dalam
kehidupan sehari-hari adalah . . .
a. Kompas c. Perekat tas
b. Tempelan di kulkas d. pensil
3. Kelompok bahan berikut yang termasuk bahan magnetik adalah . . .
a. Besi dan baja c. Kayu dan baja
b. Kertas dan besi d. Kayu dan kertas
4. Yang dimaksud dengan benda non magnetis adalah . . .
a. Benda yang dapat ditarik oleh magnet dengan kuat
b. Benda yang dapat ditarik oleh magnet, tetapi tidak kuat
c. Benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet
d. Benda yang dapat dan tidak dapat ditarik magnet
5. Bagian magnet yang mempunyai gaya tarik terbesar adalah . . .
a. Kutub-kutubnya c. Sisi-sisinya
b. Tengahnya d. Pinggirnya

83
B. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Apa yang dimaksud dengan gaya magnet?
2. Sebutkan 3 contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari!
3. Apa yang dimaksud dengan benda yang bersifat magnetis dan non
magnetis?
4. Sebutkan 3 benda yang bersifat magnetis dan non magnetis!
5. Apabila kutub senama dua magnet didekatkan. Apa yang terjadi pada kedua
magnet tersebut?

84
Kunci Jawabab Siklus II
Gaya Magnet
A. Pilihan Ganda (PG)
1. C
2. B
3. A
4. C
5. A
B. Essay
1. Tarikan atau dorongan yang disebabkan oleh sifat kemagnetan.
2. Kompas, tempelan di kulkas, dan perekat tas.
3. Benda magnetis yaitu benda yang dapat ditarik oleh magnet, sedangkan
benda non magnetis yaitu benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet.
4. Benda magnetis yaitu: besi, baja, paku dan peniti. Sedangkan benda non
magnetis yaitu: karet, plastik, dan kardus.
5. Kedua magnet tersebut akan tolak menolak.

85

Anda mungkin juga menyukai