OLEH :
ZAINUDIN S.Pd
HALAMAN PENGESAHAN
Taluditi, 2020
Kepala Sekolah 0
KATA PENGANTAR
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah
Matematika di SMP Negeri 4 Taluditi Satap Melalui Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas
Semester Genap Tahun Pelajaran 2020-2021". Penyusunan karya ilmiah ini penulis susun untuk
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
sehingga penulisan ini selesai. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari
hasil yang sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
Pohuwato, 2020
Penulis
Zainudin,S.Pd
NIP: 1980028 201101 1 001
4
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ........................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
B. Pembelajaran.................................................................................. 9
........................................................................................................
D. Tahap Refleksi................................................................................ 21
D. Defenisi Operasional...................................................................... 22
A. Hasil Penelitian............................................................................... 26
B. Pembahasan.................................................................................... 23
A. Kesimpulan .................................................................................... 31
B. Saran-saran .................................................................................... 32
BAB I
PENDAHULUAN
2005 tentang Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, me ngajar, membimbing, mengarahkan
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Oleh sebab
itu, kemampuan seorang guru dalam menjalankan profesinya secara professional
menjadi suatu keharusan yang mutlak dibutuhkan untuk terciptanya kemajuan
dalam bidang pendidikan.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional telah disebutkan bahwa, jabatan guru sebagai pendidik merupakan
jabatan profesional. Sehingga guru dituntut agar terus mengembangkan kapasitas
dirinya sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia
yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum
regional, nasional maupun internasional.
Profesionalisme seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
sangatlah mempengaruhi hasil akhir belajar siswa. Rendahnya profesionalisme
seorang guru dalam menjalankan proses pembelajaran akan berdampak pada
rendahnya mutu pendidikan, karena proses pembelajaran tid ak dapat berlangsung
dengan baik. Sebagaimana yang kita ketahui, dalam menjalankan proses
pembelajaran guru akan selalu dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan
yang terkadang tidak terduga, sehingga kesiapan dan kemampuan guru dalam
menangani permasalahan tersebut dengan cepat dan solutif menjadi persyaratan
penting yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia yang juga bercita-cita
untuk memajukan kehidupan pendidikannya dan melaksanakan amanat Undang-
Undang Dasar 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, telah menetapkan
standar kompetensi lulusan yang berbasis pada kompetensi abad XXI untuk
memperkuat kontribusi Indonesia terhadap pembangunan peradaban dunia
(Permendiknas No. 64, 2013 : 2). Standar kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tersebut menuntut kompetensi yang
tinggi dari para lulusan sekolah menengah menuju lulusan yang cerdas dan
komprehensif, sehingga salah satu implikasinya yakni guru harus senantiasa
9
langsung memberikan tugas rumah kepada siswa tanpa ada pemberian tugas-
tugas latihan yang diberikan di dalam kelas sebelumnya.
Jika hal tersebut tidak segera diatasi maka akan berdampak pada rendahnya
kualitas pendidikan, seperti rendahnya kemampuan siswa dalam menyerap mata
pelajaran yang dibelajarkan, serta kurang sempurnanya pembentukan karakter
yang tercermin dalam sikap dan kecakapan hidup yang dimiliki oleh setiap siswa.
O leh sebab itu, penulis merasa penting untuk melakukan penelitian tentang
PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU MATEMATIKA DI SMPN
4 TALUDITI SATAP MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN
MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK), yang bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kedua
sekolah tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pelatihan PTK untuk
merangsang terjadinya peningkatan profesionalisme guru, karena pelatihan PTK dapat
membantu guru untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang mereka miliki dalam
menjalankan pembelajaran-pembelajaran sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengawas
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme
1. Dapat dipercaya, bersikap jujur, terus terang dan juga memiliki loyalitas.
mengelola pembelajaran.
Lebih lanjut, Mulyasa juga menjelaskan kemampuan dan keahlian yang
harus dimiliki oleh seorang guru profesional dalam 4 kategori, yakni:
1. Kompetensi pedagogic, merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang
guru dalam mengelola peserta didiknya, seperti memahami potensi dan
keberagaman peserta didik, mampu menyusun rencana dan strategi
pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
melaksanakan pembelajaran yang mendidik, dan juga kemampuan untuk
mengembangkan bakat dan minat peserta didiknya.
2. Kompetensi kepribadian, menunjukkan kemampuan personal seorang guru
yang mencerminkan kepribadiannya, seperti bersikap arif dan bijaksana,
berwibawa, dan juga bertindak sesuai norma- norma yang berlaku.
3. Kompetensi sosial, terkait dengan kemampuan seorang guru dalam
berinteraksi dengan orang lain sebagai makhluk social, seperti kemampuan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan
sekitarnya.
4. Kompetensi profesional, merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru untuk
membimbing peserta didik dengan memenuhi standar kompetensi yang
telah ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa guru yang
professional adalah guru yang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam
melaksanakan tugas profesinya, khususnya dalam melaksanakan pembelajaran.
Sebagaimana Moh. Fakry Gaffar (2007) menjelaskan bahwa guru merupakan
jabatan profesional yang memiliki tugas pokok yang sangat menentukan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
B. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Oleh sebab itu, guru memiliki peran penting dalam melaksanakan proses
pembelajaran agar pengetahuan yang dibelajarkan dapat dengan mudah dipahami
oleh siswa.
2. Tujuan Pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Evaluasi
4. Model-model Pembelajaran.
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur siste matis dalam
mengorganisasi-kan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi,
sebenarnya model pembela-jaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan atau
strategi pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam
model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan
rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan
dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman A. M. (2004 :
165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-
mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana
seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka
dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi
penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori
belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. Setiap
guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut
perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan
peningkatan prestasi belajar peserta didiknya.
5. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak
rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari
atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma).
Sintaknya adalah: sajian permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa
berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan,
siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi.
21
6. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan
masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi
bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah:
pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan,
cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik
(gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan
kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan
rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran,
perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat
kesimpulan.
8. Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat,
berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa
belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, ertanya,
representasi, hipotesis.
Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan
cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok
mengerjakan LKSD- modul, membaca- merangkum. Jika waktunya
memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam
rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya
adalah sebagai berikut:
22
5. Metode pembelajaran
Menurut Sugihartono, dkk (2007), terdapat banyak sekali metode dalam
pembelajaran, diantaranya:
1. Metode ceramah
Penyampaian materi oleh guru kepada siswa melalui bahasa lisan verbal
23
maupun nonverbal
2. Metode Latihan
1. Pengertian Pelatihan
Karena makna “kelas” dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang
sedang belajar serta guru yang sedang memfasilitasi kegiatan belajar, maka
permasalahan yang dapat dicakup dalam PTK cukup luas. Permasalahan tersebut
di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Masalah belajar siswa di sekolah, seperti permasalahan pembelajaran di kelas,
kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi, dan lain
sebagainya.
2. Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program dan hasil pembelajaran.
3. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifikasi
perilaku, teknik memotivasi, dan teknik pengembangan potensi diri.
4. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan
prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi penggunaan metode
pembelajaran (misalnya penggantian metode mengajar tradisional dengan
metode mengajar baru), interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan strategi
pengajaran yang didasarkan pada pendekatan tertentu).
5. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan
pola berpikir ilmiah dalam diri siswa.
6. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media
perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas.
7. Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti misalnya
masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen
penilaian berbasis kompetensi, atau penggunaan alat, metode evaluasi tertentu
merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, yang bertujuan untuk
meningkatan kualitas pembelajaran dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengatasi persoalan-persoalan dalam melaksanakan pembelajaran.
A. Tahap Perencanaan
B. Tahap Pelaksanaan
D. Tahap Refleksi
BAB III
Subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Matematika SMPN 4
Taluditi Satap.
2. Objek penelitian
D. Defenisi Operasional
F. Prosedur Analisis
- Perencanaan
B. Siklus II
- Perencanaan
Pada siklus yang kedua ini, RPP dirancang berdasarkan hasil evaluasi
pezmbelajaran yang telah direvisi pada siklus I.
- Pelaksanaan
G. Indikator Keberhasilan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
a. Hasil Penelitian Siklus I
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus 1 dilakukan dalam dua
kali pertemuan yang terdiri dari dua jam pelajaran dimana masing-masing jam
pelajaran 40 menit.
Hasil pelaksanaan siklus 1 adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus 1 pertemuan1, menunjukkan
hasil belajar siswa dengan rata-rata 64,3 , nilai tertinggi 80 sedangkan nilai
terendah 50, serta jumlah siswa tuntas belajar 16 siswa atau 42,1%.
2. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus 1 pertemuan 2, menunjukkan
hasil belajar siswa dengan rata-rata 73,9 ,nilai tertinggi 85 sedangkan nilai
terendah 50, serta jumlah siswa tuntas belajar 25 siswa atau 65,8%.
Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus 1 diatas, dari pertemuan 1 ke pertemuan
2 terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa meskipun belum memenuhi
ketentuan ketuntasan klasikal 85%.
Berpijak pada hasil belajar siswa dan hasil pengamatan tentang siswa dan
guru dalam proses pembelajaran, kemudian peneliti, guru serta siswa bersama-
sama melakukan refleksi. Beberapa hal yang perlu diperbaiki adalah sebagai
berikut :
1) Pada saat guru menginformasikan materi kepada siswa, guru hendaknya
menjelaskan materi secara singkat dan memberikan beberapa contoh soal yang
berkaitan dengan materi tersebut.
2) Pada saat siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru, hendaknya guru
memonitoring sehingga siswa yang mengalami kesulitan dapat diidentifikasi
penyebabnya.
3) Saat penyampaian materi oleh siswa kepada pihak lain, diberikan waktu yang
lebih banyak sehingga siswa yang lain benar-benar paham agar mampu
menjelaskan kembali kepada siswa lainnya.
4) Masih ada beberapa siswa yang kurang serius dalam pembelajaran, seperti :
bermain, mengantuk. Diharapkan pada pembelajaran berikutnya tidak terulang
lagi.
34
Setelah melakukan refleksi, guru memberikan reward pada siswa yang mampu
melakukan presentasi dengan baik, meskipun hasil belajar pada siklus 1 belum
memenuhi kriteria ketuntasan klasikal 85%.
b. Hasil penelitian siklus 2 Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus 2,
langkah-langkah yang dilakukan merupakan upaya perbaikan dari siklus 1.
Pada siklus 2 dilaksanakan 2 pertemuan dengan waktu 45 menit.
B. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian tindakan kelas berdasarkan atas hasil
penelitian, observasi, pengamatan yang dilanjutkan dengan refleksi pada setiap
siklus. Pada kegiatan pembelajaran disetiap siklus secara umum berjalan sesuai
dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran ( RPP ). Semua tahapan pembelajaran
dengan pendekatan reciprocal teaching telah dilakukan guru dengan baik.
Upaya peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari aktifitas siswa
35
dalam proses pembelajaran karena dengan aktifitas siswa pelajaran akan menjadi
berkesan dan diingat lebih lama. Berikut ini hasil pengamatan aktifitas siswa selama
kegiatan pembelajaran :
1.Aspek pengamatan memperhatikan penjelasan guru, pada siklus 1 pertemuan 1
skor cukup 23 siswa, baik 5 siswa, sangat baik 10 siswa. Pada pertemuan 2 skor
cukup 10 siswa, baik 7 siswa, sangat baik 21 siswa. Pada siklus 2 pertemuan 1 skor
cukup 3 siswa, baik 8 siswa, sangat baik 27 siswa. Pada pertemuan 2 skor cukup 2
siswa, baik 3 siswa, sangat baik 33 siswa. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
setiap pergantian siklus mengalami peningkatan terhadap aspek perhatian penjelasan
guru.
2.Aspek mengerjakan tugas individu, pada siklus 1 pertemuan 1 skor cukup 25 siswa,
baik 4 siswa, sangat baik 9 siswa. Pada pertemuan 2 skor cukup 18 siswa, baik 7
siswa, sangat baik 13 siswa. Pada siklus 2 pertemuan 1 skor cukup 6 siswa, baik 10
siswa, sangat baik 22 siswa. Pada pertemuan 2 skor cukup 2 siswa, baik 8 siswa,
sangat baik 28 siswa. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap pergantian siklus
mengalami peningkatan terhadap aspek tugas individu.
3.Aspek kemampuan membuat soal dan jawabannya, pada siklus 1 pertemuan 1 skor
cukup 22 siswa, baik 10 siswa, sangat baik 6 siswa. Pada pertemuan 2 skor cukup 20
siswa, baik 8 siswa, sangat baik 10 siswa. Pada siklus 2 pertemuan 1 skor cukup 10
siswa, baik 20 siswa, sangat baik 8 siswa. Pada pertemuan 2 skor cukup 5 siswa, baik
18 siswa, sangat baik 15 siswa. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap
pergantian siklus mengalami peningkatan terhadap aspek kemampuan membuat soal
dan jawabannya.
4.Aspek kemampuan menjelaskan hasil kerjanya didepan kelas, pada siklus 1
pertemuan 1 skor cukup 13 siswa, baik 18 siswa, sangat baik 7 siswa. Pada
pertemuan 2 skor cukup 10 siswa, baik 19 siswa, sangat baik 9 siswa. Pada siklus 2
pertemuan 1 skor cukup 8 siswa, baik 15 siswa, sangat baik 15 siswa. Pada
pertemuan 2 skor cukup 5 siswa, baik 12 siswa, sangat baik 21 siswa. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa setiap pergantian siklus mengalami peningkatan
terhadap aspek kemampuan menjelaskan hasil kerjanya didepan kelas.
5.Aspek kemampuan merespon pertanyaan guru, pada siklus 1 pertemuan 1 skor
cukup 23 siswa, baik 10 siswa, sangat baik 5 siswa. Pada pertemuan 2 skor cukup 18
siswa, baik 12 siswa, sangat baik 8 siswa. Pada siklus 2 pertemuan 1 skor cukup 13
siswa, baik 15 siswa, sangat baik 10 siswa. Pada pertemuan 2 skor cukup 12 siswa,
baik 13 siswa, sangat baik 13 siswa. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap
36
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data pada bab IV dapat ditarik beberapa kesimpulan
dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Setelah pelaksanaan siklus I dengan menerapkan model pembinaan penelitian
tindakan kelas, nilai rata-rata guru matematika di SMPN 4 Taluditi satap pada
penyusunan rancangan pelaksanaan pembelajaran adalah 80,10 kualifikasi
cukup.
2. Setelah melaksanakan siklus II dengan menerapkan model pembinaan
penelitian tindakan kelas nilai rata-rata penyusunan rancangan pelaksanaan
pembelajaran guru matematika di SMPN 4 Taluditi Satap adalah 87,11 dengan
kualifikasi baik.
3. Setelah pelaksanaan siklus I dengan menerapkan model pembinaan penelitian
tindakan kelas, nilai rata-rata guru matematika di SMPN 4 Taluditi Satap pada
pelaksanaan pembelajaran adalah 79,05 kualifikasi cukup (C).
4. Setelah melaksanakan siklus II dengan menerapkan model pembinaan
penelitian tindakan kelas nilai rata-rata pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran
guru matematika di SMPN 4 Taluditi Satap adalah 87,11 dengan kualifikasi
baik.
B. SARAN
Pelaksanaan pelatihan ini telah berjalan sangat baik. Partisipasi dan motivasi
peserta juga sangat baik. Namun demikian, masih ada kekurangan-kekurangan,
Oleh karena itu penulis menyarankan hal- hal sebagai berikut.
1. Perlu ada pelatihan dan kerjasama yang berkesinambungan antara pihak sekolah
dengan steak holder dalam menge mbangkan penelitian tindakan kelas di
sekolah.
2. Memberikan dana bantuan seperlunya bagi penerapan penelitian t indakan
kelas di sekolah-sekolah, sehingga pelatihan ini dapat memberikan manfaat
yang lebih besar bagi profesionalisme guru matematika.
40
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ambar Teguh Sulistiyani. 2003. Manajemen dan Sumber Daya Manusia: Konsep
Teori dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta:
Penerbit PT Rineka Cipta.
Bafadal, Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan
Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara.
Carr. W.& Kemmis,S. 1986. Becoming Critical: Education, Knowledge and
Action Research. Brighton,Sussex: Falmer Press.
Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga.
Yogyakarta: Alfabeta
Jakarta: Depdiknas.
Wangmuba. 2009. Konsep Diri yang Positif. Akses di
http://wangmuba.com/2009/03/07/konsep-diri/, pada 21 Desember 2015.