Anda di halaman 1dari 31

UPAYA PERBAIKAN PEMBELAJARAN IPS PADA MATERI

KEGIATAN EKONOMI DALAM MEMANFAATKAN


SUMBER DAYA ALAM DENGAN PENDEKATAN
(CTL) CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
SISWA KELAS V SD NEGERI 31/V RANTAU BENAR
T.A 2022/2023

DISUSUN OLEH :

NAMA : TATRA DIAWAN


NIM : 856600681
POKJAR : KOTA JAMBI

LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PDGK 4501

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


(PGSD) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNVERSITAS TERBUKA
2023
UPAYA PERBAIKAN PEMBELAJARAN IPS PADA MATERI KEGIATAN
EKONOMI DALAM MEMANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN
PENDEKATAN (CTL) CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA
KELAS V SD NEGERI 31/V RANTAU BENAR T.A 2022/2023

Nama : TATRA DIAWAN


Nim : 856600681

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya hambatan pada proses belajar
mengajar disekolah khususnya pembelajaran IPS, yang membutuhkan peragaan atau
praktik dalam mengajarkannya sehingga guru harus lebih kreatif dan inovatif untuk
menyampaikan pembelajaran agar tidak ketinggalan dengan kurikulum.
Dikarenakan hal tersebut, agar proses belajar mengajar , dan memilih
menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi. Metode yang digunakan adalah
metode CTL (Contextual Teaching and Learnig) yaitu konsep belajar yang membantu
guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari – hari. Metode CTL juga tidak terlepas
dari penjelasan guru, walaupun pada metode CTL ini siswa hanya memperhatikan saja ,
akan tetapi metode CTL dapat menyajikan bahan pembelajaran yang konkrit.
Berdasarkan data hasil pembelajaran dengan menggunakan CTL (Contextual
Teaching and Learning) pembelajaran IPS dikelas V sangat menyenangkan. Maka
terjadi peningkatan terhadap perbaikan pembelajaran pada bidang studi IPS dengan
menggunakan metode CTL (Contextual Teaching and Learning).

Kata Kunci : Pembelajaran, CTL (Contextual Teaching and Learning), IPS

ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1

1. Identifikasi Masalah .............................................................. 4

2. Analisis Masalah.................................................................... 4

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah......................... 4

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 6

A. Prestasi Belajar ............................................................................... 6

1. Pengertian Belajar.................................................................. 6

2. TujuanBelajar......................................................................... 7

3. Pengertian Pembelajaran ...................................................... 7

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.............. 8

B. Ilmu Pengetahuan Sosial di SD ..................................................... 10

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ..................................... 10

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD .............................. 10

C. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS ................................................ 11

D. Materi Pelajaran IPS Kelas V........................................................ 12

E. Pendekatan CTL ............................................................................ 15

1. Pengertian CTL ..................................................................... 15

2. Komponen-komponen CTL .................................................. 16

iii
3. Langkah-Langkah Pembelajaran CTL .................................. 17

4. Pendekatan CTL dalam Meningkatkan Prestasi IPS ............ 17

F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar................................................ 18

G. Penelitian Tindakan Kelas ............................................................. 19

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN

PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian ............................................................................ 20

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran...................................... 20

1. Siklus 1 ................................................................................. 21

2. Siklus II ................................................................................. 24

C. Kriteria Keberhasilan Tindakan...................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 36

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk
mengubah tingkah laku manusia baik secara indVidu maupun kelompok untuk
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Sugihartono dkk,
2006: 4). Pendidikan merupakan kunci untuk perkembangan sumber daya manusia
yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi
dalam dirinya menjadi baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.
Pada tingkat pendidikan dasar sudah diajarkan berbagai bidang ilmu
pengetahuan, salah satunya yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan
Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari
berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis
serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Melalui mata
pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan
wawasan tentang konsep- konsep ilmu sosial, memiliki kepekaan, dan kesadaran
terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan
memecahkan masalah-masalah sosial tersebut. Mata pelajaran IPS merupakan
pembelajaran yang membutuhkan daya ingat yang tinggi atau hafalan. Semakin
tinggi tingkatan kelas makin luas cakupan materinya, bagi murid yang kurang
menyukai, mata pelajaran IPS merupakan materi yang menjemukan.
Keberhasilan pembelajaran pada umumnya diukur dari hasil prestasi belajar
yang maksimal. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila proses
pembelajaran berlangsung efektif, efisien, dan menyenangkan dengan ditunjang oleh
tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan
kelas dan penguasaan materi yang memadai. Untuk merangsang dan meningkatkan
peran aktif siswa baik secara indVidu maupun kelompok terhadap proses pembelajaran
IPS, maka masalah ini harus diatasi dengan mencari model pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan materi yang diajarkan.

1
Guru harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan dan
menggairahkan. Suasana belajar yang demikian akan membuat siswa termotVasi
untuk lebih semangat dalam belajar agar memperoleh hasil yang maksimal. Oleh
karena itu guru sebaiknya memiliki kemampuan dalam memilih pendekatan, metode,
dan media pembelajaran dengan tepat untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.
Ketidaktepatan dalam penggunaan pendekatan, metode, dan media pembelajaran
akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam menerima materi pelajaran yang
disampaikan guru, akibatnya siswa hanya mampu menghafal fakta, konsep, prinsip,
hukum-hukum, dan teori hanya pada tingkat ingatan tanpa adanya pemahaman.
Berdasarkan observasi di kelas, peneliti melihat bahwa pemahaman siswa kelas
V pada mata pelajaran IPS kurang. Faktor yang menyebabkan siswa sulit memahami
materi pelajaran dengan baik antara lain adalah ; siswa tidak konsentrasi mengikuti
pembelajaran, siswa gaduh pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, kurangnya
media pembelajaran, dan pendekatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi
kurang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga siswa tujuan pembelajaran tidak
tercapai secara maksimal. Guru masih menggunakan metode ceramah sehingga
pembelajaran terpusat pada guru dan siswa masih pasif.
Metode ceramah dalam pembelajaran menjadikan siswa hanya mengerti materi
secara hafalan tanpa pemahaman yang jelas tentang suatu materi, sebab anak usia SD
akan jauh lebih mudah memahami hal yang nyata daripada hanya mendengarkan
sebuah penjelasan. Hal itu sesuai dengan pernyataan Piaget (Conny R. Semiawan,
2002: 127) yang membagi perkembangan kognitif anak kebeberapa tahap sejalan
dengan usianya, yaitu: 0-2 tahun (sensori motor), 2-6 tahun (Praopersional), 7-11
tahun (operasional konkrit), > 11 tahun (operasional formal). Siswa yang duduk di
kelas V (lima) pada umumnya memiliki usia antara 10-11 tahun, sehingga berdasar
klasifikasi Piaget pada tingkat perkembangan akhir operasional konkrit sampai awal
operasional formal. Oleh karena itu, pembelajaran di kelas tinggi sebaiknya sudah
diarahkan pada pelatihan kemampuan berfikir yang lebih komplek.
Selama ini pembelajaran cenderung teacher centered, sedangkan pembelajaran
ideal yang diharapkan adalah student center. Pembelajaran dengan model ini tentu
saja kurang dapat menarik perhatian siswa karena guru kurang mampu

2
mengoptimalkan kondisi kelas dengan baik. Kondisi yang kurang optimal di dalam
kelas meyebabkan kurang interaksi antara guru dengan siswa, sedangkan interaksi
yang baik adalah sumber perhatian terbesar bagi siswa. Untuk itulah perlu
pendekatan pembelajaran yang lebih aktif di dalam kelas. Banyak juga guru-guru
menemukan beberapa ke sulitan-sulitan dalam mengajarkan pelajaran IPS, IPA, dan
bahasa Indonesia. Contohnya ketika dalam mengajarkan IPS, IPA tentang kenampakan
alam dan belajar komponen daun, guru langsung menjelaskan tanpa menunjukan
gambarnya atau media. kemudian ketika mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia
tentang belajar membaca mendeskripsikan benda, guru lebih memperkenalkan
bendanya tidak di barengi ejaannya sehingga murid masih kesulitan tentang penjelasan
tersebut.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk Upaya perbaikan
pembelajaran IPS siswa adalah dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual
Teaching and Learning). Pengimplementasian pendekatan CTL dalam kelas
diharapkan mampu melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam
mengumpulkan data dan memecahkan masalah. Belajar merupakan aktifitas
penerapan. Hal ini sesuai pendapat Sopan Amri (2010:193) bahwa pendekatan CTL
merupakan konsep yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran
dengan dunia kehidupan nyata, sehingga siswa mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil. CTL terdiri dari delapan komponen, membuat
keterkaitan yang bermakna, pembelajaran mandiri, melakukan pekerjaan yang berarti,
bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu indVidu untuk tumbuh
dan berkembang, mencapai standar yang tinggi dan menggunakan penilaian autentik.
CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang
mewujudkan makna. CTL adalah sebuah sistem pengajaran yang cocok dengan otak
yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks
dari kehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Upaya
perbaikan pembelajaran IPS pada materi kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan

3
sumber daya alam dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) siswa
kelas V SD Negeri 31/Rantau Benar T.A 2022/2023”

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi masalah tentang :
a. Ketidaktepatan dalam penggunaan pendekatan, metode, dan media
pembelajaran akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa.
b. Siswa sulit memahami materi pelajaran dengan baik.
c. Kurang interaksi antara guru dengan siswa.
d. pembelajaran terpusat pada guru dan siswa masih pasif.
e. Pembelajaran belum menggunakan contextual teaching and learning.

2. Analisis Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah diatas, adapun analisis masalah adalah
“Rendahnya pembelajaran IPS pada materi kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan
sumber daya alam dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) siswa
kelas V SD Negeri 31/Rantau Benar T.A 2022/2023”

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Adapun alternatif pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan pendekatan
CTL (ContextualTeachingandLearning) untuk meningkatkan perbaikan pembelajaran
IPS pada materi kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana upaya perbaikan pembelajaran IPS pada materi
kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) siswa kelas V SD Negeri Negeri 31/Rantau Benar
T.A 2022/2023”

4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
perbaikan pembelajaran IPS pada materi kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan
sumber daya alam dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) siswa
kelas V SD Negeri Negeri 31/Rantau Benar T.A 2022/2023”

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberi manfaat praktis sebagai berikut
1. Bagi Guru
a. Memberi wawasan tentang penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and
Learning) untuk perbaikan pembelajaran IPS pada materi kegiatan ekonomi dalam
memanfaatkan sumber daya alam.
b. Sebagai alternatif pendekatan atau model yang digunakan dalam mengajar IPS.
2. Bagi Siswa
a. Memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran IPS
b. Meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran IPS.
c. Meningkatkan minat dan motVasi belajar pada mata pelajaran IPS.
d. Meningkatkan prestasi pembelajar siswa.
3. Bagi Sekolah
Meningkatkan kualitas pembelajaran sekolah.
4. Bagi Peneliti
Memberikan penahaman lebih bermakna bahwa penggunaan dan pemilihan suatu
pendekatan yang tepat dalam pembelajaran itu sangat penting.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Prestasi Belajar


2.1.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktVitas dimana terdapat sebuah proses dari tidak tahu
menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai
hasil yang optimal. Dalam proses tersebut melibatkan dua subjek, yaitu guru dan siswa.
Sementara belajar menurut kamus besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai usaha
untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan
yang disebabkan pengalaman.
Oemar Hamalik (2008:36) mengatakan belajar adalah suatu proses suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan pengalaman indVidu akibat interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari hasil
perbuatan belajar seseorang, dapat berupa kebiasaan-kebiasaan, kecakapan, atau
dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tim Penulis Psikologi Pendidikan
UNY (2006:59) mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
indVidu untuk memperolaeh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik
yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai
suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.
Berdasarkan pengertian belajar dari pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian belajar dalam penelitian ini adalah suatu proses
untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman hidup yang diwujudkan
dengan perubahan perilaku pada seorang siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu
karena interaksinya dengan lingkungan selama kegiatan pembelajaran IPS materi
sumber daya alam dan kegiatan ekonomi. Interaksi secara langsung dengan lingkungan
akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan selalu diingat siswa.

6
2. TujuanBelajar
Menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 12) tujuan belajar adalah :
a. Infomasi verbal
Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa yang digunakan indVidu untuk berperan dalam
kehidupan.
b. Keterampilan intelektual
Keterampilan intelektual adalah kecakapan untuk berhubungan
dengan lingkungan hidup.
c. Strategi kognitif
Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
aktVitas kognitifnya sendiri yang meliputi penggunaan konsep dan pemecahan
masalah.
d. Keterampilan motorik
Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani.
e. Sikap
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah
untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
Kemampuan tersebut diharapkan dapat diterapkan tidak hanya di lingkungan sekolah,
tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hal itu didukung karena dalam materi
sumber daya alam dan kegiatan ekonomi menggunakan pendekatan lingkungan alam
sekitar yang dekat dengan siswa, sehingga akan lebih mudah dipahami, di ingat,dan
diterapkan dalam kehidupan siswa.

3. Pengertian Pembelajaran
pembelajaran merupakan aktVitas yang paling utama. Hal ini berarti bahwa
keberhasilan suatu indVidu dalam pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
pada bagaimana pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pembelajaran

7
merupakan suatu proses yang dilakukan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan
kepada peserta didik untuk mencapai hasil belajar. Perubahan sebagai hasil proses
belajar dapat diajukan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya
reaksi, daya penerimaan dan lain lain aspek yang ada pada indVidu yang belajar
(Sudjana,2000).
Pembelajaran pada dasarnya mencangkup dua konsep yang saling terkait, yaitu
belajar dan mengajar. Menurut teori belajar kognitif, belajar adalah perubahan persepsi
dan pemahaman. Kleden berpendapat bahwa belajar pada dasarnya berarti
mempraktekkan sesuatu, sedangkan belajar sesuatu berarti mengetahui sesuatu.
Cronbach memberikan arti belajar: “learning is shown by a change behavior as a result
of experience” Harold Spears memberikan batasan tentang belajar yaitu: “Learning is to
observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”
sedangkan Geoch, mengatakan: “Learning is a change in performace as a result of
practice” (Sadirman, 2011:48).
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motVasi peserta didik dan
kreatVitas pendidik. Peserta didik yang memiliki motVasi tinggi ditunjang dengan
pendidik yang mampu memfasilitasi motVasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan
sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatVitas pendidik akan membuat
peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Prestasi belajar seorang siswa tidak muncul dengan sendirinya, tetapi
dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu potensi siswa, motVasi belajar, minat, kerajinan,
keadaan ekonomi dan sosial, faktor fisik dan mental. Hal itu sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Sugihartono, dkk (2005: 23) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah:

8
a. Faktor internal
Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri indVidu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor
jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor
psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan
kelelahan.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar indVidu, meliputi faktor
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, dan sebagainya.
Faktor sekolah dapat terdiri dari pendekatan mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, disiplin sekolah, dan lain-lain. Faktor masyarakat dapat berupa
kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam
masyarakat, dan media massa.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan faktor internal dan eksternal
sangat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor internal merupakan faktor yang berasal
dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari luar diri siswa. Kedua faktor tersebut saling berkaitan, prestasi belajar tidak
dapat maksimal jika faktor internal saja yang terpenuhi tetapi faktor eksternal tidak
berjalan baik atau sebaliknya. Hal tersebut bisa dilihat ketika anak mengalami
permasalahan keluarga di rumah akan berdampak pula dengan bagaimana anak
memahami materi pembelajaran di sekolah. Tentunya dengan masalah yang dihadapi
oleh anak tersebut berakibat pada sikap dan emosi diri anak yang menyebabkan anak
tidak bisa berkonsentrasi dalam menerima pelajaran di sekolah. Oleh karena itu
hubungan antara kepribadian anak dengan guru, lingkungan, dan sarana prasarana
harus diupayakan dengan baik agar prestasi belajar maksimal. Salah satunya melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa.

9
2.2 Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Udin S. Winataputra dkk (2008:15) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) sebagai disiplin ilmu yang mempelajari manusia dan saling berkaitan dengan
lingungannya yang terorganisasi secara ilmiah. Sedangkan menurut Permendiknas
(Sapriya, 2009:94)IPS merupakan kajian tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata
pelajaran yang mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Lingkungan dapat berupa lingkungan alam sekitar maupun lingkungan masyarakat. IPS
dalam penelitian ini merupakan mata pelajaran yang mengkaitkan manusia dengan
lingkungan sekitar tempat tinggal. Siswa harus benar-benar memahami materi sumber
daya alam dan kegiatan ekonomi, karena berpengaruh dan bermanfaat bagi
kehidupan di masa yang akan datang.

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD


Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Negeri Bandarsedayu
(Depdiknas, 2006: 135), mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mempunyai
kemampuan sebagai berikut :
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.
Pada jenjang Sekolah Dasar, pengorganisasian materi mata pelajaran IPS
menganut pendekatan terpadu (intergrated) artinya materi pelajaran
dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah
tetapi mengacu pada aspek kehidupan nyata siswa sesuai dengan

10
karakteristik usia, tingkat perkembangan berpikir, dan kebiasaan berperilaku.
Pendidikan IPS mempunyai beberapa dimensi. Sapriya (2009: 48)
menyebutkan dalam Program Pendidikan IPS yang komprehensif adalah
program yang mencakup empat dimensi, yaitu: a) dimensi pengetahuan
(knowledge), b) dimensi keterampilan (skills), c) dimensi nilai dan sikap (value
and attitudes), dan d) dimensi tindakan (actions).
Dimensi pengetahuan (knowledge), setiap orang mempunyai wawasan ilmu
pengetahuan yang berbeda. Pengetahuan hendaknya mencakup fakta, konsep, dan
generalisasi yang harus dipahami siswa. Secara umum untuk siswa Sekolah Dasar fakta
hendaknya berupa peristiwa, objek, dan hal yang bersifat konkret.
Dimensi keterampilan (skills), keterampilan dalam IPS antara lain
keterampilan meneliti, berpikir, partisipasi sosial, dan berkomunikasi. Semua
keterampilan dalam pembelajaran IPS sangat diperlukan, karena akan memberi
kontribusi dalam proses inkuiri sebagai pendekatan utama dalam pembelajaran IPS.
Dimensi nilai dan sikap (value and attitudes), yaitu dimensi yang meliputi nilai
subtantif dan prosedural. Nilai subtantif merupakan keyakinan yang telah dipegang
seseorang yang pada umumnya hasil belajar. Nilai prosedural merupakan nilai yang
telah tertera secara eksplisit maupun implisit dalam proses pembelajaran.
Dimensi tindakan (actions), memungkinkan siswa untuk menjadi siswa aktif.
Dimensi ini meliputi percontohan, berkomunikasi, dan pengambilan keputusan. Dalam
pembelajaran IPS hendaknya guru memperhatikan empat dimensi yang disebutkan di
atas. Dengan begitu dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan
alam sekitar, siswa dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap,
serta tindakan yang akan lebih bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan siswa
dalam bermasyarakat di masa yang akan datang.

2.3 Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS


Ruang lingkup mata pelajaran IPS (KTSP, 2011:27) meliputi aspek-aspek
berikut:
1. Manusia, tempat, dan lingkungan.
2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

11
3. Sistem sosial dan budaya.
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

2.4 Materi Pelajaran IPS Kelas V


Dalam silabus kelas V (2009: 64) Standar Kompetensi IPS kelas V SD pada
semester dua adalah mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar tersebut dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi Dasar IPS Kelas V
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mengenal sumber daya alam, kegiatan - Mengenal aktVitas ekonomi yang berkaitan
ekonomi, dan kemajuan teknologi di dengan sumber daya alam dan potensi lain di
lingkungan kabupaten/ kota, dan provinsi. daerahnya.
- Mengenal pentingnya koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya.
- Mengenal permasalahan social didaerahnya.

Materi IPS pokok bahasan Sumber Daya Alam dan Kegiatan Ekonomi
menurut Tantya Hisnu dan Winardi (2008: 24) adalah :
Manusia memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan SDA dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Konsumsi adalah kegiatan memakai atau menggunakan barang dan jasa. Orang
yang melakukan kegiatan konsumsi disebut konsumen. Contoh: membeli baju,
makan bakso, dll.
2. Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Orang yang
melakukan kegiatan produksi disebut produsen. Contohnya : pembuat sepatu, petani
bercocok tanam menghasilkan padi, dll.
3. Distribusi adalah kegiatan menyalurkan barang produksi dari produsen ke
pengguna. Orang yang mendistribusikan barang dan jasa disebut distributor.
Contohnya: menjual tas, menjual beras, dll.
Sumber daya alam (SDA) yang dimanfaatkan manusia dibedakan menjadi dua
macam, yaitu SDA makhluk hidup (biotik) dan SDA bukan makhluk hidup (abiotik).
Contoh SDA biotik adalah hewan dan tumbuh-tumbuhan. Contoh SDA abiotik adalah

12
tanah, air, barang tambang, udara, dan sinar matahari. Kegiatan pemanfaatan
SDA yang dilakukan masyarakat antara lain seperti terdapat dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 2.2. Pemanfaatan Sumber Daya alam
No. Jenis Sumber Daya Alam Pemanfaatan Sumber Daya Alam
1. Tanah Sebagai lahan pertanian atau perkebunan.
Sebagai lahan peternakan. Sebagai lahan perumahan.
Bahan baku pembuatan patung, genteng, batu bata,
barang gerabah, dan sebagainya.
2. Sungai Pengairan sawah.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pemeliharaan ikan
dan keramba. Sarana olahraga air seperti arung jeram. Sarana
transportasi.
3. Laut Pengambilan ikan, kerang, rumput laut, dll.
Sarana transportasi. Pemeliharan ikan di tambak. Pembuatan
garam.
Sarana hiburan/ rekreasi.
Sarana olahraga seperti selancar.
4. Danau Sarana pemeliharaan ikan.
Tempat rekreasi/ hiburan. Sumber air minum.
5. Matahari Sumber energi mobil.
Pembangkit Listrik Tenaga Matahari.
Pengeringan ikan asin, padi, pakaian.
6. Barang tambang Bahan bakar kendaraan. Bahan bakar pabrik. Pembuatan
Minyak bumi Batu bara perhiasan. Bahan bangunan.
Emas Bahan bangunan.
Pasir
Batu
7. Lingkungan alam yang Sebagai objek wisata.
indah dan menarik
8. Hutan Pemanfaatan kayu untuk bahan bangunan.
Kayu untuk perabot rumah tangga.
Tumbuhan Pengambilan kayu kering untuk kayu bakar.
9. Udara Menggerakkan kincir angin.
Menggerakkan perahu layar.
Sarana olahraga terjun payung, terbang layang, dan
sebagainya.
10. Hewan Daging, telur, dan susu sebagai sumber mineral.
Dimanfaatkan tenaganya.
Dimanfaatkan keindahannya seperti burung, ikan hias, dll.

Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) tidak boleh merusak alam. Alam

yang rusak akan merugikan hidup manusia sendiri. Sumber daya alam yang beragam

akan mempengaruhi jenis kegiatan ekonomi masyarakat sekitarnya.

13
Pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Mata pencarian masyarakat daerah pantai


Orang yang tinggal di daerah pantai mata pencariannya adalah nelayan, petani
tambak, petani garam, dan pengrajin.
2. Mata pencarian masyarakat daerah dataran rendah
Mata pencarian penduduk di dataran rendah antara lain petani, buruh tani,
pedagang hasil bumi, pengrajin alat rumah tangga dan pertanian, peternak,
buruh musiman, dll.
3. Mata pencarian masyarakat daerah dataran tinggi
Mata pencarian orang yang tinggal di dataran tinggi adalah peternak,
petani, buruh perkebunan, tukang, pedagang, dll.
4. Mata pencarian masyarakat kota
Mata pencarian penduduk kota antara lain pekerja jasa, karyawan
swasta, wiraswasta, pedagang, buruh pabrik, dll.
Pada penelitian ini peneliti mengambil pokok bahasan sumber daya alam dan
kegiatan ekonomi yang termasuk dalam ruang lingkup pembelajaran IPS yaitu aspek
manusia, tempat, dan lingkungan. Peneliti mengambil pokok bahasan tersebut
karena materi sumber daya alam dan kegiatan ekonomi merupakan salah satu
materi yang dianggap sulit dipahami oleh siswa kelas V karena siswa sendiri juga
belum pernah mengamati sumber daya alam dengan seksama bahkan sebagian besar
siswa belum mengetahui beberapa sumber daya alam yang sebenarnya ada di
lingkungan sekitar mereka, hal itu disebabkan karena tidak didukung media dan sarana
pembelajaran tentang sumber daya alam, dan guru dalam mengajarkan materi
kurang tepat dalam pemilihan metode, tidak mengajak siswa secara langsung
mengamati sumber daya alam.

14
2.5 Pendekatan CTL
2.5.1. Pengertian CTL
Menurut Depdiknas (Hamiddin,dkk. 2008:2) mengemukakan bahwa kontekstual
adalah konsep-konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Johnson (2008:65) mengungkapkan
kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat
makna dalam materi yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi
yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan
sehari-hari. Pornomo (2002 : 5) kontekstual adalah penbelajaran yang dilakukan secara
konteks, baik konteks linguistik maupun konteks non linguistik. Depdiknas (2002 : 5)
kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan
dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Wina
Sanjaya (2009: 132) CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Menurut Mulyasa (2007: 102) CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehati-hari.
Menurut pendapat Sofan Amri ( 2010: 193 ) bahwa pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga siswa
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan
sehari-hari. Pendekatan ini berguna untuk memudahkan siswa dalam mempelajari
materi yang dipelajari, sehingga belajar lebih dari sekedar menghafal dan memupuk
ilmu pengetahuan. Pendekatan CTL merupakan sebuah pendekatan yang membantu
guru mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata, mendorong siswa memahami

15
hakikat, makna dan manfaat, sehingga memungkinkan siswa rajin dan termotVasi
belajar.

2.5.2. Komponen-komponen CTL


Menurut Haedar Alwasilah (2009: 65), CTL adalah sebuah sistem yang
menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian
ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang
diberikan bagian-bagiannya secara terpisah.
Menurut Elaine B. Johnson (2002: 65), pembelajaran CTL mencakup
delapan komponen, yaitu :
a. membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
b. melakukan pekerjaan yang berarti,
c. melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,
d. bekerja sama,
e. berpikir kritis dan kreatif,
f. membantu indVidu untuk tumbuh dan berkembang,
g. mencapai standar yang tinggi, dan
h. menggunakan penilaian autentik.
Pendekatan ini berguna untuk memudahkan siswa dalam mempelajari materi
yang dipelajari, sehingga belajar lebih dari sekedar menghafal dan memupuk ilmu
pengetahuan. Pendekatan CTL merupakan sebuah pendekatan yang membantu guru
mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata, mendorong siswa memahami hakikat,
makna dan manfaat, sehingga memungkinkan siswa rajin dan termotVasi belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan pendekatan
kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dapat belajar
melalui pengalaman langsung sehingga siwa mencari dan menemukan sendiri
pengetahuan yang dipelajari dan pembelajaran lebih bermakna karena mendorong siswa
untuk dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata siswa yang terjadi di lingkungan siswa dan proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami, bukan berupa
pemindahan pengetahuan dari guru kepada peserta didik.

16
2.6 Langkah-Langkah Pembelajaran CTL
Ruhimat, dkk (2009: 188) berpendapat bahwa pada intinya, pengembangan
setiap komponen CTL dalam pembelajaran dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermakna, apakah dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan denngan keterampilan baru yang dimilikinya, (2) melaksanakan
sejauh mungkin inquiry, untuk semua topik yang di ajarkan, (3) mengembangkan sikap
ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan, (4) menciptakan
masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, dan sebagainya, (5)
menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, biasa melalui ilustrasi model,
bahkan media yang sebenarnya, (6) membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari
setiap pembelajaran, (7) melakukan penilaian objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada diri siswa.

4. Pendekatan CTL dalam Meningkatkan Prestasi IPS


Ketika para guru membantu siswa untuk percaya pada diri mereka sendiri dan
untuk menemukan jalan mereka, para guru menginspirasikan mereka untuk mencapai
standar akademik. Guna meningkatkan belajar siswa dalam pelajaran IPS, guru perlu
memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pembelajaran yang hanya
dengan ceramah menjadi pembelajaran yang memberikan pengalaman nyata bagi siswa.
Salah satunya menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).
Pendekatan CTL dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-
hari siswa. Hal ini sesuai untuk mengajarkan IPS, Karena IPS mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang
dimulai dari lingkungan terdekat hingga lingkungan terjauh siswa.
Pendekatan CTL pada pembelajaran IPS sangat tepat untuk diterapkan karena
materi IPS berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar. Dengan metode CTL,
materi yang disampaikan akan bermakna karena siswa berinteraksi langsung dalam
pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL dapat
meningkatkan prestasi belajar.

17
2.7 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Pengertian karakteristik siswa anak sekolah dasar berbeda dari kelas satu sampai
kelas enam, hal tersebut dapat dilihat dari fisik atau psikis. Guru harus mampu
memahami perubahan yang terjadi pada siswa agar guru mampu menguasai keadaan
kelas dan menyesuaikan model dan media pembelajaran yang akan di terapkan.
Menurut Piaget dalam Susanto (2013 : 17) meyatakan dalam setiap tahapan
perkembangan kognitif anak mempunyai karakteristik yang berbeda. Secara garis besar
di kelompokkan mejadi empat tahap yaitu tahap sensor motorik (0-2 tahun), tahap
praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkrit (7-11), dan tahap formal (>11 th).
1. Tahap sensori motorik (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak belum memasuki usia sekolah, intelegensi anak lebih
didasarkan pada tindakan indrai anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba,
menjamah, dan mendengar. Anak belum mempunyai bahasa simbol untuk
mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada di dekatnya.
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Dalam tahap ini kemampuan kognitif terbatas, anak menunjukkan kemampuan
menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya.
Pemikiran anak cenderung egosentris atau memikirkan dirinya sendiri.
3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Anak kelas V Sekolah Dasar berada pada tahap ini, di mana anak mampu
berpikir logis untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret yaitu
dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan
masalah. Dalam memahami konsep, anak sangat terikat kepada proses mengalami
sendiri atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep itu. Oleh karena itu
proses pembelajaran harus dibuat menyenangkan lewat kegiatan bermain yang kreatif
sehingga konsep yang didapat akan lebih bermakna.
4. Tahap formal (> 11 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mulai maju dalam memahami konsep proporsi dengan
baik. Anak mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan
kemudian menyelesaikan masalah tersebut. Pada umumnya, anak mulai masuk Sekolah
Dasar pada usia 6-7 tahun dan rentang waktu belajar di Sekolah Dasar selama 6 tahun,

18
maka usia anak Sekolah Dasar berkisar antara 6-12 tahun. Ini berarti bahwa anak usia
Sekolah Dasar masuk pada tahap akhir praoperasional sampai awal operasional formal.
Pada tahap tersebut umumnya anak memiliki sifat :
a. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat.
b. Senang bermain atau suasana yang menggembirakan.
c. Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka mencoba-coba.
d. Memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi.
e. Akan belajar efektif bila ia merasa senang dengan situasi yang ada.
f. Belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa pada
temannya sesuai dengan Asy’ari (2006: 38).

2.8 Penelitian Tindakan Kelas


Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research), yaitu suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di
kelas (Suharsimi Arikunto, 2009: 2). Penelitian ini digunakan untuk Perbaikan
pembelajaran IPS pada materi kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam
dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) siswa kelas V SD Negeri
31/V Rantau Benar T.A 2022/2023
Menurut Suharsimi Arikunto (2009:3) bahwa penelitian Tindakan Kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama. Tindakan
tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Secara singkat bias dikatakan PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan di
kelas dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Jenis penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
kolaborasi. Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2006:17) dalam penelitian kolaborasi,
pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang diminta
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya tindakan adalah peneliti, bukan guru
yang sedang melakukan tindakan.

19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian
Didalam menentukan rencana kegiatan perbaikan pembelajaran di laksanakan di
kelas V SD Negeri 31/V Rantau Benar , mulai tanggal 9 sampai 12 Mei 2023. Adapun
jadwal tersebut sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Mata jumlah Siklus Siklus
No Subjek Pra siklus Tempat
pelajaran Lk Pr I II
1 IPS Kelas V 15 12 Selasa, 9 rabu, Jumat, SDN 31/V Rantau
Mei 2023 10 Mei 12 Mei Benar
2023 2023

Adapun rencana tersebut yang di jadikan sebagai pertimbangan oleh penulis,


dimana siswa kelas V tentunya akan mampu dan memiliki kemandirian dan bekerja
kelompok mengerjakan tugas, karna siswa kelas V juga telah mampu membaca dan
menulis serta memiliki kemampuan berhitung.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Desain penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
penelitian yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini menggunakan desain dari Kemmis
dan McTaggart (Suharsimi Arikunto, 2006:16) dalam perencanaan penelitian
menggunakan siklus system spiral yang masing-masing terdiri dari empat komponen
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu spiral yang terkait.
Penelitian ini dilakukan dua siklus.

20
Gambar 3.1
Penelitian Tindakan desain Kemmis dan McTaggart
Suharsimi Arikunto (2006 :17 )
Keterangan :
Plan : Perencanaan
Action : Tindakan
Observe : Pengamatan
Reflect : Refleksi
Revised plan : Perencanaan ulang
Berdasarkan gambar diatas desain Kemmis dan McTaggart (Suharsimi Arikunto,
dkk, 2006: 17) memiliki empat tahapan sebagai berikut:
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Tahapan ini berupa menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan peneliti
untuk memperbaiki, meningkatkan proses dan hasil belajar dikelas. Tahapan ini
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan
tersebut akan dilaksanakan.
Pada tahap perencanaan peneliti menentukan titik permasalahan yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat instrument untuk
membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

21
Pembuatan instrumen dilakukan dengan kesepakatan antara pihak peneliti dengan mitra
peneliti.
Berdasarkan penjelasan diatas, kegiatan perencanaan pada penelitian ini meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Mempersiapkan penyusunan RPP dengan pendekatan pembelajaran yang
direncanakan dalam PTK
2) Mempersiapkan materi pelajaran
3) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa.
4) Membuat lembar observasi aktVitas siswa selama proses belajar mengajar.

b. Tindakan
Tahap ini merupakan penerapan dari isi rancangan yang telah dibuat. Guru
(peneliti) melaksanakan pembelajaran (tindakan) dengan menggunakan pendekatan
yang sesuai dengan RPP yang telah disusun saat tahap perencanaan. Selama
pembelajaran berlangsung, guru (peneliti sebagai guru) mengajar siswa berdasarkan
RPP yang telah disusun, sedangkan guru kelas VI sebagai pengamat proses mengajar
guru dalam menerapkan pendekatan CTL dan teman sejawat mengamati kegiatan siswa
selama proses pembelajaran (keaktifan siswa).
Tindakan yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka, artinya dapat berubah
sesuai dengan kenyataan dilapangan serta memerlukan keputusan yang cepat terhadap
sesuatu yang perlu dilakukan. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan
- Mengajak semua siswa berdoa sesuai ajaran agamanya masing-masing
kemudian melakukan absensi.
- Memberikan motVasi kepada siswa
- Guru menjelaskan materi yang diajarkan
- Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang penting.
- Siswa berlatih mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.
- Menilai hasil pekerjaan siswa

22
2) Kegiatan inti
- Guru mengulang kembali materi yang disampaikan sebelumnya.
- Guru menyampaikan materi dengan menunjukkan gambar contoh sumber
daya alam.
- Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi kegiatan ekonomi
memanfaatkan sumber daya alam serta mencatat hal-hal yang penting.
- Siswa berlatih mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi
dengan memperhatikan contoh-contoh gambar.
- Guru menilai hasil pekerjaan siswa
3) Kegiatan akhir
- Dengan bimbingan guru siswa membuat rangkuman tentang materi yang
baru dipelajari

c. Tahap Observasi ( pengamatan )


Observasi dilakukan selama proses belajar meliputi inplementasi dan monitoring
secara langsung dikelas dimana observer memantau dan mengamati aktVitas guru dan
siswa dalam pembelajaran. Baik berupa pendekatan yang digunakan guru dalam
mengajar, kegiatan yang dilakukan siswa dan hasil test yang disediakan dalam proses
belajar mengajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui sejauh mana pelaksanaan
tindakan dapat mencapai perubahan yang di inginkan.
Setelah melakukan observasi dan penilaian terhadap pembelajaran, kriteria
keberhasilan tindakan para siswa mampu memahami materi kegiatan ekonomi dengan
memanfaatkan sumber daya alam dengan tingkat ketuntasan 60% dari seluruh siswa.

d. Tahapan Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan diskusi antara guru (peneliti) dan mitra peneliti.
Tujuan refleksi yaitu untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi selama
pembelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan setelah guru melaksanakan pembelajaran
kemudian berhadapan dengan observer untuk mendiskusikan penerapan rancangan
perlakuan.
Berdasarkan hasil refleksi, peneliti dan mitra peneliti melakukan modifikasi
terhadap rencana tindakan berikutnya. Berdasarkan data yang terkumpul, kemudian

23
dilakukan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya. Apabila
telah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang telah dilaksanakan
pada siklus 1, dapat ditentukan rencana yang dilakukan pada siklus berikutnya sampai
diperoleh keberhasilan yang diharapkan.

2. SIKLUS II
a) Perencanaan
1) Menentukan Kompetensi Dasar dan materi pokok sistem pemerintahan
pusat.
2) Mempersiapkan penyusunan RPP berdasarkan hasil refleksi siklus kesatu
3) Menyiapkan sumber belajar dengan menggunakan metode diskusi
4) Merancang media pembelajaran berupa gambar kegiatan ekonomi
5) Menentukan upaya-upaya perbaikan yang mungkin dapat dilakukan pada
Siklus Kedua
6) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa.
7) Membuat lembar observasi aktVitas siswa selama proses belajar mengajar.
b) Tindakan
Langkah-langkah pembelajaran
1) Kegiatan Pendahuluan ( kegiatan awal )
- Berdoa bersama lalu mengabsensi siswa
- Memberikan motivasi kepada siswa lalu guru mengulang kembali
materi yang disampaikan sebelumnya.
2) Kegiatan inti
- Guru melakukan apersepsi dengan bertanya (umpanbalik) yang
berkaitan dengan sumber daya alam.
- Guru menyampaikan materi dengan menunjukkan gambar contoh
sumber daya alam.
- Guru mengajak siswa keluar kelas (lingkungan sekitar sekolah).
- Guru membimbing siswa pada saat mengamati lingkungan alam
sekitar sekolah.
- Guru bersama siswa mendiskusikan LKS yang telah diisi oleh siswa.

24
- Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi dipelajari.
- Guru mengevaluasi tentang materi yang telah dipelajari secara
individu.
3) Kegiatan akhir
- Dengan bimbingan guru siswa membuat rangkuman tentang materi
yang baru dipelajari
- Memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat siswa dalam
menerima setiap pembelajaran.
c) Tahap Observasi
Observasi dilakukan selama proses belajar meliputi inplementasi dan
monitoring secara langsung dikelas dimana observer memantau aktVitas guru dan
siswa dalam pembelajaran. Baik berupa metode dan media yang digunakan guru
dalam mengajar, kegiatan yang dilakukan siswa dan hasil test yang disediakan
dalam proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui sejauh
mana pelaksanaan tindakan dapat mencapai perubahan yang di inginkan.
d) Tahapan Refleksi
Dengan mengingat dan mengkaji kembali proses pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus II dan melihat hasil observasi yang dilkukan oleh peneliti serta
evaluasi yang dilkukan kepada siswa ternyatan lebih baik dibandingkan
pelaksanaan yang dilkukan pada siklus I. Dengan demikian, kemampuan siswa
akan meningkat dalam belajar dengan menggunakan pendekatan CTL..

C. Kriteria Keberhasilan Tindakan


Penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika terjadi adanya perubahan proses yang
telah ditetapkan bersama dengan guru adalah ditunjukkan dengan peningkatan hasil
belajar. Peningkatan belajar IPS tersebut dapat diketahui dengan perbedaan sebelum
tindakan dan setelah diberikan bentuk-bentuk tindakan yang dilakukan.
Adapun kriteria standar keberhasilan yang digunakan dalam menentukan
keberhasilan tindakan pada setiap siklus kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan proses yang ditunjukkan dengan adanya
peningkatan hasil belajar IPS siswa. Penelitian ini dikatakan berhasil jika skor tes hasil

25
belajar siswa mengalami kenaikan dan sebanyak 75% siswa kelas V SD Negeri 31/V
Rantau Benar NB mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 75.

26
DAFTAR
PUSTAKA

Conny R. Semiawan. (2002). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan


SekolahDasar. Jakarta: PT Indeks.

Depdiknas. (2006). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2003 tentang Sisdiknas. Bandung: Citra Umbara.

Dimyati dan Mudjiono. (2002).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Elaine B. Johnson, (2002). Contextual Teaching & Learning. Bandung : MLC

Hasan Alwi, dkk.(2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Mardjuki. (2004). Pelangi Pendidikan. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Keguruan


dan Ilmu Pendidikan CaturSakti.
Mulyasa E. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

27

Anda mungkin juga menyukai