PROPOSAL PENELITIAN
RAHMI LAILA
NIM. 19175013/ 2019
DAFTAR TABEL.......................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................V
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................6
B. Perumusan Masalah.........................................................................................11
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................11
E. Pentingnya Penelitian.......................................................................................12
G. Definisi Operasional........................................................................................13
A. Kajian Teori.....................................................................................................15
5. literasi baru................................................................................................27
C. Kerangka Berpikir............................................................................................32
1
A. Model Pengembangan......................................................................................36
B. Prosedur Penelitian..........................................................................................36
1. Tahap Analisis...........................................................................................36
2. Tahap Perancangan....................................................................................38
3. Tahap Pengembangan................................................................................39
4. Tahap Implementasi...................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................56
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
kurang maksimal. Begitu juga dengan pembelajaran daring, dimana dalam proses
pembelajaran daring belum ada sumber belajar yang menunjang .
Mata pelajaran di sekolah sangat beragam, namun mata pelajaran yang
khusus mempelajari tentang alam adalah IPA. Dalam kurikulum 2013 pendidikan
IPA pada dasarnya memiliki tujuan mempersiapkan siswa untuk memiliki
pemahaman tentang IPA dan teknologi melalui pengembangan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan sehingga dapat memahami dan memecahkan permasalahan
lingkungan yang ada dikehidupan nyata. Pemahaman tentang pentingnya mempelajari
alam sangat penting dalam kehidupan manusia agar lebih bermakna dan bermartabat.
Menurut Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses untuk satuan
pendidikan menengah, proses pembelajaran IPA sudah mulai menggunakan
pembelajaran tematik terpadu, itu artinya pembelajaran tematik terpadu dikemas
dalam bentuk tema-tema berdasarkan beberapa mata pelajaran yang dipadukan.
Berbagai upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia, hanya saja hasilnya belum dapat dirasakan dalam jangka panjang, seperti
saat sekarang ini. Pembelajaran IPA di sekolah masih belum terlaksana secara
terpadu. Untuk itu peneliti berharap dengan banyaknya sumber, ide dan informasi
yang didapatkan dari penelitian sebelumnya, peneliti ingin mewujudkan pembelajaran
IPA yang sesuai dengan kurikulum 2013 dan sesuai dengan kebutuhan abad ke 21.
Pembelajaran IPA Terpadu mengacu pada sebuah pembaharuan dari
pembelajaran IPA yang sudah diterapkan sebelumnya. Pembelajaran IPA Terpadu
merupakan pembelajaran yang menggabungkan, memadukan, dan mengintegrasikan
pem-belajaran IPA dalam satu kesatuan yang utuh dimana pembelajaran dilaksanakan
secara terpadu. Pembelajaran IPA terpadu seharusnya memiliki konteks yang berarti
materi pada pelajaran IPA terpadu didekatkan dengan kehidupan sehari hari siswa.
Pengambilan contoh atau fakta dalam proses pembelajaran IPA Terpadu harus
menyentuh langsung kepada kehidupan sehari-hari siswa.
Bahan ajar IPA Terpadu yang dapat diakses dan dipahami dengan mudah
perlu diterapkan untuk memudahkan guru dalam menyampaikan dan mengarahkan
pembelajaran IPA secara terpadu dalam kondisi pandemi saat ini. Pentingnya bahan
7
dalam pembelajaran IPA terpadu bagi siswa adalah sebagai sumber belajar, jika
sumber belajar tidak ada maka proses pembelajaran tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Bahan ajar berbasis ICT dalam pembelajaran IPA seharusnya dapat
menumbuhkan minat baca siswa. Dengan kebiasaan membaca, siswa dapat
meningkatkan kemampuan literasi. Namun, alangkah lebih baik jika kemampuan
literasi siswa tidak hanya membaca namun juga mengolah data, teknologi dan
manusia. Kemampuan mengolah data disebut literasi data. Kemampuan tentang
teknologi disebut literasi teknologi. Dan kemampuan tentang kemanusiaan disebut
literasi manusia. Literasi manusia ini terkait dengan kemampuan berfikir kritis,
kreatif, berkomunikasi dan kolaboratif.
Keterampilan literasi baru hendaknya dimiliki oleh semua siswa pada zaman
sekarang ini. Kemampuan dalam mengolah data, menggunakan komputer dan
kemampuan berfikir kritis, kreatif dan komunikasi yang baik akan membantu siswa
dalam menjawab berbagai tantangan pada abad ke 21 ini. Oleh sebab itu penanaman
keterampilan literasi baru perlu untuk diterapkan dalam pendidikan, jika tidak maka
keterampilan siswa Indonesia akan terus tertinggal dari negara-negara lainnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu masih banyak kesenjangan
antara kondisi nyata dengan kondisi ideal. Kondisi nyata didapatkan berdasarkan
informasi dari studi pendahuluan yang telah dilakukan. Ada empat studi pendahuluan
yang telah dilakukanyaitu: penggunaan bahan ajar berbasis ICT dan penerapan model
pembelajaran kuantum dalam pembelajaran IPA, kendala dalam pembelajaran daring
bagi siswa, keterpaduaan materi dalam buku ajar, analisis kompetensi dasar IPA dan
literasi baru siswa.
Pertama, hasil wawancara mengenai penggunaan bahan ajar berbasis ICT
dan penerapan model pembelajaran kuantum dalam pembelajaran IPA dengan
melibatkan tiga orang guru IPA. Dua guru dari SMP N 7 Padang dan satu guru
SMPN 34 Padang. Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapat kesimpulan bahwa
bahan ajar yang digunakan di sekolah adalah buku paket kurikulum 2013 terbitan
Kemendikbud dan power point yang disusun oleh tim MGMP IPA SMP se kota
Padang yang merupakan penunjang pembelajaran daring. Materi pada bahan ajar
8
masih dangkal dan belum terlihat secara jelas keterpaduannya satu sama lain. Dalam
hal ini terlihat masih adanya kelemahan-kelamahan pada bahan ajar yang digunakan
di sekolah. Selanjutnya, model pembelajaran dinilai baik untuk meningkatkan
kompetensi siswa. Pada pelaksanaan pembelajaran sendiri sudah menggunakan model
pembelajaran namun masih kurang bervariasi. Selain itu, adapun kendala yang
dihadapi dalam penggunaan model dalam pembelajaran adalah materi yang cukup
padat, bahan ajar yang masih kurang memadai dan waktu yang relatif singkat.
Berdasarkan hal ini maka sangat diperlukan bahan ajar dan model pembelajaran yang
mendukung terlaksananya pembelajaran yang optimal.
Kedua, hasil wawancara tentang kendala siswa dalam pembelajaran daring.
Siswa sebagai subjek belajar yang akan menerima pelajaran tentu perlu
mempersiapkan alat-alat dan kuota dalam belajar daring. Wawancara ini mengikut
sertakan siswa kelas VIII sebanyak sepuluh orang dari SMP N 7 Padang dan 7 orang
siswa dari SMP N 34 Padang. Berdasarkan hasil wawancara maka ditemukan
masalah yang sama. Dalam proses pembelajaran daring siswa sudah memiliki HP dan
atau komputer dan jaringan internet yang baik untuk mengakses pembelajaran.
Namun, dalam pelaksanaannya pembelajaran daring yang berlangsung dalam waktu
yang singkat dan materi yang padat membuat siswa mengeluh karena tidak paham
dengan materi. Kemudian, siswa sulit membaca kembali materi ketika mengerjakan
tryout dalam pembelajaran daring, karena letak keduanya terpisah.
Selain wawancara, maka dilakukan juga beberapa analisis terkait dengan
penelitian ini. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis kompetensi dasar,
keterpaduan materi pembelajaran dan keterampilan literasi baru siswa. Pertama,
analisis kompetensi dasar yang dilakukan difokuskan pada kompetensi dasar IPA
kelas VIII dengan menggunakan lembar analisis. Analisis kompetensi dasar
dikategorikan kedalam dua bagian yaitu analisis kompetensi dasar pengetahuan
(KD.3) dan analisis kompetensi dasar keterampilan (KD.4). Berdasarkan hasil
analisis kompetensi dasar pengetahuan terlihat bahwa kompetensi dasar pengetahuan
masih berada pada kategori cukup. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis dengan
nilai 58,33. Selain itu untuk hasil analisis kompetensi dasar keterampilan berada pada
9
kategori kurang, dengan nilai 41,67. Dari kedua hasil analisis kompetensi terlihat
bahwa keterpaduan pada kompetensi dasar pengetahuan dan keterampilan sudah ada,
namun masih berada pada kategori cukup dan kurang.
Analisis kedua yang dilakukan adalah analisis keterpaduan materi
pembelajaran. Analisis keterpaduan materi dilakukan pada materi pembelajaran yang
terdapat pada buku teks IPA kelas VIII yang digunakan di sekolah. Analisis ini
dilakukan untuk melihat keterpaduan materi pembelajaran yang disajikan di dalam
buku teks IPA yang digunakan di sekolah. Analisis dilakukan dengan metode
penilaian dokumen dengan bantuan lembar analisis. Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan, keterpaduan materi di dalam buku tersebut masih berada pada kategori
kurang. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata dari hasil analisis untuk semester satu adalah
47,92 dan semester dua adalah 52,50. Dari nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan
bahwa materi yang disajikan masih terpisah-pisah antara materi Biologi, Fisika, dan
Kimia sehingga masih minim mencerminkan keterpaduan di dalamnya. Disisi lain,
pengaplikasian materi pembelajaran untuk setiap BAB baik dalam kehidupan sehari-
hari, lingkungan, dan teknologi masih kurang.
Analisis ketiga yaitu mengenai keterampilan literasi baru siswa. Analisis ini
dilakukan dengan membagikan lembaran-lembaran soal tentang literasi data, literasi
teknologi, dan literasi manusia. Didalam lembaran tersebut terdapat pertanyaan-
pertanyaan yang dapat menggali kemampuan literasi data, literasi teknologi, dan
literasi manusia siswa. Lembaran soal tersebut dibagikan di dua sekolah, yaitu SMP
N 7 Padang dan SMP N 34 Padang dengan mengambil sampel masing-masing dua
kelas dari kelas VIII. Berdasarkan hasil angket tersebut didapat data bahwa
persentase literasi data siswa 26% berada dalam kategori kurang, literasi teknologi
15% dalam kategori kurang. Kemudian, analisis literasi manusia yang terdiri dari
kemampuan berfikir kritis, kreatif, komunikasi masing-masing memiliki persentase
46% ; 43% ; dan 47 %. berfikir kritis, kreatif, dan komunikasi berada dalam kategori
kurang baik. Jadi, dapat dikatakan bahwa kemampuan literasi baru siswa SMP kelas
VIII masih rendah.
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini. Sebagai rumusan masalah penelitian
ini adalah “Bagaimana mengembangkan e-modul IPA Terpadu terintegrasi model
pembelajaran kuantum yang valid, praktis dan efektif untuk meningkatkan literasi
baru siswa kelas VIII SMP ?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan dapat dikemukakan
tujuan dari penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan e-
modul IPA Terpadu terintegrasi model pembelajaran kuantum yang valid, praktis dan
efektif untuk meningkatkan literasi baru siswa kelas VIII SMP .
E. Pentingnya Penelitian
Penelitian pengembangan e-modul IPA Terpadu terintegrasi model
pembelajaran kuantum untuk meningkatkan literasi baru siswa kelas VIII SMP
penting dilakukan untuk:
1. peneliti, sebagai bekal ilmu dalam pengembangan dibidang penelitian dan
pengalaman sebagai calon pendidik serta untuk menyelesaikan studi
kependidikan Pasca Sarjana FMIPA UNP.
2. guru, sebagai alternatif bahan ajar IPA terpadu yang mendukung dalam
pendidikan abad ke 21.
3. siswa, sebagai penunjang dalam pembelajaran daring dan untuk meningkatkan
literasi baru siswa.
4. peneliti lain, sebagai sumber ide dan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
5. sekolah, sebagai bahan untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran agar
menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dapat lebih baik.
b. Siswa di SMP Negeri di kota Padang sudah terbiasa dan mampu menggunakan
alat teknologi informasi seperti komputer, laptop, handphone dan media
elektronik lainnya dengan baik.
c. Jaringan internet di kota Padang bagus sehingga tidak menghalangi guru dan
siswa dalam pemakaian jaringan internet untuk mencari informasi serta
penggunaan jaringan internet untuk proses pembelajaran yang dilakukan secara
online.
2. Batasan Penelitian
Untuk menghasilkan penelitian yang lebih optimal dan terarah, maka
penelitian ini dibatasi pada:
a. Bahan ajar IPA berbasis TIK terintegrasi model kuantum dikembangkan pada
tiga KD dalam pembelajaran IPA kelas VIII Semester satu yaitu KD 3.1, KD 3.2
dan KD 3.3.
b. Komponen literasi baru yang digunakan adalah literasi data, literasi komputer
dan literasi manusia (berfikir kritis, kreativitas dan komunikasi).
c. Kemampuan berkomunikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
kemampuan berkomunikasi secara lisan.
G. Definisi Operasional
Definisi istilah variabel-variabel yang ada pada penelitian sebagai berikut:
1. Bahan ajar berbasis TIK adalah bahan ajar yang disusun dan dikembangkan
dengan menggunakan alat bantu TIK untuk mengolah data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara
untuk menghasilkan informasi yang berkualitas.
2. Model pembelajaran kuantum adalah model pembelajaran yang terdiri fase– fase
atau tahap–tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa
dapat senang dan nyaman dalam belajar sehingga siswa dapat menguasai
kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan
berperan aktif dan diakhir pembelajaran akan diberikan hadiah.
13
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Kerangka Teori
1. Bahan Ajar IPA Terpadu
Salah satu sumber belajar menurut depdiknas adalah bahan ajar. Bahan ajar
dalam proses pembelajaran merupakan salah satu perangkat yang penting untuk
mendukung pencapaian kompetensi siswa. Bahan ajar dapat membantu pendidik
dalam menyajikan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Depdiknas
(2008) “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran”. Disisi lain Majid (2012:173)
menjelaskan “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar”. Jadi, bahan ajar
merupakan segala bentuk bahan yang dapat mempermudah guru dalam
menyampaikan pelajaran, dan mempermudah siswa dalam menerima pelajaran,
baik itu dalam bentuk buku ajar, modul, LKS dan lain-lain.
Ada beberapa jenis bahan ajar yang dapat dikembangkan. Bahan ajar yang
dikembangkan tersebut harus sesuai dengan tuntutan kurikulum, sesuai dengan
kondisi lingkungan dan materi pelajaran yang ingin dikembangkan. Bahan ajar
yang telah ada sekarang ini merupakan pembaharuan dari bahan ajar sebelumnya.
Depdiknas (2008 : 12) mengelompokkan bahan ajar menjadi 5 jenis, yaitu:
1) bahan ajar cetak antara lain handout, buku, modul, poster, brosur, lembar kerja
peserta didik, wallchart, photo atau gambar, dan leaflet;
2) bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio;
3) bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti compact disk video, film;
4) bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI
(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran
interaktif, dan bahan ajar berbasis web ( web based learning materials ).
Bahan ajar tentunya perlu disesuaikan dengan kriteria serta kebutuhan
dalam pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran IPA terpadu, maka bahan ajar
15
dikuasai siswa dapat meningkat. Dengan dasar itu, pengembangan bahan ajar
bahan ajar berbasis TIK dirasakan sangat penting untuk dilakukan oleh guru.
Penyusunan bahan ajar berbasis TIK memiliki tahapan-tahapan. Tahapan
dalam penyusunan bahan ajar berbasis TIK diawali tahap perencanaan yang
bertujuan dalam menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi. Kedua, tahap
persiapan untuk penentuan materi dan jenis software. Ketiga, tahap penyusunan,
bertujuan untuk menentukan struktur yang terdapat pada bahan ajar. Menurut
Depdiknas (2010) secara umum bahan ajar harus memuat beberapa komponen
yaitu: 1) judul, kelas, semester dan identitas penyusun; 2) kompetensi inti dan
kompetensi dasar; 3) indikator pencapaian; 4) materi bahan ajar; 5) latihan soal; 6)
uji kompetensi dan 7) referensi.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau
sains yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science’. Kata ‘science’ yang
berarti saya tahu. IPA merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang
dapat diuji kebenarannya melalui metode ilmiah (Daryanto, 2014: 190).
Sehubungan dengan ini Wahyana dalam Trianto (2012: 136) juga menjelaskan
“IPA adalah kumpulan pengetahuan yang sistematis, yang perkembangannya
tidak hanya dari fakta-fakta yang ada tetapi dari metode ilmiah dan sikap ilmiah”.
Berdasarkan dua pendapat ahli tersebut dapat dikatakan bahwa IPA adalah ilmu
yang sistematis yang dapat diuji kebenarannya, dapat berupa data maupun hasil
percobaan melalui metode ilmiah.
Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat
langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusun hipotesis, pengujian
hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan
konsep. Hakikat IPA meliputi empat unsur yaitu sikap, proses, produk, dan
aplikasi. Unsur pertama yaitu sikap, sikap mencerminkan rasa ingin tahu tentang
benda, fenomena alam, dan makhluk hidup. Unsur kedua yaitu proses, proses
merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Unsur ketiga
yaitu produk, unsur produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. Unsur terakhir
yaitu aplikasi, unsur aplikasi merupakan penerapan metode ilmiah dan konsep
IPA dalam kehidupan sehari-hari (Daryanto, 2014: 190).
Pendidikan IPA sudah diterapkan disekolah sejak pendidikan dasar.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi sarana bagi siswa untuk mempelajari
19
dirinya dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkan materi IPA dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dewasa ini
berbentuk IPA terpadu, tujuannya yaitu 1) meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran; 2) meningkatkan minat belajar dan motivasi belajar siswa; 3) hasil
belajar yang dapat dicapai (Daryanto, 2014: 192).
IPA Terpadu bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri tetapi terdiri dari
satu kesatuan antar bidang ilmu, sehingga ilmu tersebut dapat teruji secara utuh.
Pembelajaran IPA disekolah disajikan sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan, artinya siswa tidak belajar ilmu Fisika, Biologi, dan Kimia secara
terpisah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan semua digabung
dalam kesatuan”. Pembelajaran IPA Terpadu dalam kurikulum 2013
mengutamakan keterpaduan antara materi Biologi, Fisika dan Kimia.
Pembelajaran IPA Terpadu yaitu pembelajaran yang menggabungkan,
memadukan dan mengintegrasikan pembelajaran IPA dalam satu kesatuan yang
utuh. Pengimplementasian pembela-jaran IPA terpadu ini diharapkan materi IPA
yang terpisah-pisah dalam beberapa bagian diajarkan secara terpadu dan dalam
satu kesatuan yaitu IPA Terpadu.
Pembelajaran IPA terpadu merupakan pembelajaran yang menggabungkan,
memadukan, dan mengintegrasikan pembelajaran IPA dalam satu kesatuan
(Nuroso & Siswanto, 2012). Materi yang disajikan telah dipadukan antara materi
Fisika, Kimia, dan Biologi dalam satu pembahasan materi. Pembelajaran terpadu
memungkinkan siswa untuk belajar secara efektif dan menggunakan kreativitas
mereka melalui integrasi yang didasarkan pada keterkaitan berbagai bidang studi
(Yildiz et al., 2017). Melalui pembelajaran IPA siswa juga diharapkan dapat
mengaplikasikan konsep sains pada kehidupan sehari-hari dan menjelaskan secara
ilmiah fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
melalui interaksi yang ada di sekitar kelas. Pendapat serupa juga dikemukakan
oleh Hamdayana (2014:72) yang menyatakan bahwa model pembelajaran
Quantum merupakan model pembelajaran yang berupaya memadukan
(mengintegrasikan, menyinergikan, mengelaborasikan) faktor potensi-diri
manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks
pembelajaran. Penataan situasi lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik
maupun mental sangat dibutuhkan demi menunjang keberhasilam pembelajaran.
Dengan demikian peserta didik mendapatkan langkah awal yang efektif untuk
mengatur pengalaman belajarnya.
Pembelajaran Quantum merupakan kiat, petunjuk, dan seluruh proses
pembelajaran yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat siswa, yang
paling utama adalah membuat belajar sebagai suatu kegiatan/proses yang
menyenangkan dan bermanfaat. Model pembelajaran Quantum ini merupakan
pembelajaran yang dapat menimbulkan motivasi pada siswa dan dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik (Kosasih dan Sumarna, 2013:91).
Penerapan model pembelajaran Quantum dapat menjadikan suatu proses
pembelajaran yang lebih bermakna sehingga peserta didik dapat memahami
materi yang diajarkan.
Pembelajaran Quantum dapat dipandang sebagai model pembelajaran
yang ideal untuk diterapkan karena memungkinkan peserta didik dapat belajar
secara optimal. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran Quantum dapat meningkatkan motivasi belajar,
meningkatkan skor/nilai, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan harga
diri, dan melanjutkan penggunaan keterampilan (Wena, 2009:167). Hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum adalah salah satu model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dari beberapa
teori yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Quantum (Quantum Teaching) merupakan desain suatu proses pembelajaran yang
menyenangkan, menciptakan interaksi yang edukatif antara guru dengan siswa
serta mengoptimalkan lingkungan belajar yang efektif (fisik dan mental) dalam
pembelajaran.
22
Menurut Huda (2013: 196) pembelajaran quantum tidak berarti lepas dari
beberapa kelemahan, antara lain:
a) Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.
b) Memerlukan proses perancang dan persiapan pembelajaran yang cukup
matang dan terancang dengan cara yang lebih baik.
26
c) Tidak semua kelas memiliki sumber belajar, alat belajar, dan fasilitas yang
dijadikan prasyarat dalam Quantum Learning, selain juga karena
pembelajaran ini juga menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih
banyak.
5. Literasi Baru
Literasi atau dalam bahsa inggris literacy merupakan landasan untuk
kegiatan belajar sepanjang hayat. Hal ini sangat penting untuk pembangunan
sosial dan manusia demi meningkatkan kemampuan agar dapat merubah hidup ke
arah yang lebih baik. Semula literasi hanya diartikan sebagai kemelek-hurufan.
Namun hal ini merupakan persepsi yang salah. Mengartikan literasi sebagai
kemelek-hurufan dapat berakibat pada terjadinya anomali melek huruf. Dimana
yang dimaksudkan melek huruf adalah hanya berkisar pada kemampuan baca tulis
secara harfiah dan teknis. Bukan secara budaya dan mendalam. Oleh karena itu
literasi lebih sesuai diartikan sebagai keberaksaraan. Seperti halnya yang
dikatakan oleh Irkham dalam Gong (2012) bahwa literasi adalah keberaksaraan.
Jadi literasi memiliki makna dan implikasi dari keterampilan membaca dan
menulis dasar ke pemerolehan dan manipulasi pengetahuan melalui teks tertulis,
dari analisis metalinguistik unit gramatikal ke struktur teks lisan dan tertulis, dari
dampak sejarah manusia ke konsekuensi filosofis dan sosial pendidikan barat
(Goody & Watt, 1963). Bahkan perubahan evolusi manusia merupakan dampak
dari pemikiran literasi (Donald, 1991).
Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 atau era disrupsi diperlukan
literasi baru selain literasi lama. Literasi lama yang ada saat ini digunakan sebagai
modal untuk berkiprah di kehidupan masyarakat. Literasi lama mencakup
kompetensi membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Sedangkan literasi baru
(new literacy) yaitu literasi data, teknologi dan SDM (Ibda, 2018). Pernyataan
yang sama oleh Wardana (2018) yang menyatakan bahwa literasi baru mencakup
literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Ketiga komponen literasi ini
digunakan untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0.
27
Baru dan Literasi Bencana Pada Guru IPA Kabupaten Agam.” Hasil yang
diperoleh Nilai rata-rata tertinggi dari aspek literasi baru adalah berkomunikasi,
sedangkan nilai rata-rata terendah adalah berpikir kreatif. Integrasi kerjasama dan
komunikasi dalam LKS sudah berada dalam kategori sangat baik. Integrasi literasi
data dan literasi teknologi dalam LKS IPA tematik berada dalam kategori baik.
Disisi lain, integrasi berpikir kritis dan berpikir kreatif masih berada pada
kategori kurang. Nilai rata-rata integrasi dari kelima aspek literasi baru adalah
70.5. Nilai rata-rata ini dapat diklasifikasikan kedalam kategori baik.
Penelitian relevan keempat berkaitan tentang bahan ajar IPA dengan model
pembelajaran kuantum. Penelitian yang dilakukan oleh Mitra dan Asrizal (2019)
dengan judul “Pengembangan LKS IPA Berorientasi Model Pembelajaran
Kuantum Materi Pesawat Sederhana, Struktur Tumbuhan Dan Sistem Pencernaan
Untuk Siswa Kelas VIII SMP.” Hasil dari Penggunaan LKS IPA berorientasi
model pembelajaran kuantum adalah efektif untuk meningkatkan kompetensi
pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai pemberian ilmu dari yang
tidak tahu menjadi tahu. Dalam proses pembelajaran juga terjadi serangkaian
interaksi. Interaksi ini dapat terjadi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa,
siswa dengan sumber belajar sehingga siswa dapat meningkatkan kompetensi
sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yakni kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Tujuan dari proses pembelajaran akan tercapai dengan menerapkan
strategi ataupun metode dan bahan ajar. Hal ini didukung dengan dibutuhkannya
berbagai keterampilan dalam menghadapi perkembangan zaman seperti saat
sekarang ini. Pada saat sekarang ini kehidupan tidak terlepas dengan alat digital.
Segala kegiatan dan aktivitas didukung dengan alat-alat digital. Oleh sebab itu
siswa harus memiliki keterampilan yang dapat menjadikan mereka sukses di
dalam pembelajaran dan di dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah dilaksanakan secara terpadu.
Keterpaduan dalam pembelajaran IPA didasari dengan kajian dalam bidang IPA
32
Pembelajaran dalam
Kurikulum 2013
Bahan Ajar
Pembelajaran
menggunakan E-modul
Uji Validitas
IPA Terintegrasi Model
Pembelajaran Kuantum
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Model
pengembangan yang diterapkan yaitu model 4D. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengembangkan e-modul IPA Terpadu bermuatan model pembelajaran kuantum
untuk meningkatkan literasi baru siswa kelas VIII SMP. Hal yang diharapkan dari
penelitian ini yaitu sebuah e-modul IPA terpadu bermuatan model pembelajaran
kuantum untuk meningkatkan literasi baru siswa yang valid, praktis dan efektif.
Adanya e-modul ini diharapkan dapat membantu guru dan siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran daring dalam masa pandemi covid 19 ini.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
penelitian Model pengembangan 4D terdiri dari enam tahapan. Tahapan tersebut
terdiri dari define, design, develop, dan Disseminate. Langkah – langkah
penelitian pengembangan dengan model 4D adalah sebagai berikut.
b. Learner analysis
Pada penelitian ini dilakukan analisis karakteristik peserta didik. Seperti
layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus mengenali karakteristik peserta
didik yang akan menggunakan bahan ajar. Hal ini penting karena semua proses
pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Uno (2010)
menyatakan bahwa karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi
pembelajaran. Setiap siswa memiliki keunikan. Dalam hal ini seorang guru harus
mampu memahami potensi dan keberagaman siswa, sehingga dapat mendesain
strategi belajar yang sesuai dengan keunikan masing-masing siswa. Maka dari itu
seorang guru perlu melakukan analisis karakteristik siswa dalam merencanakan
sebuah proses pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pengembangan bahan ajar, karakteristik peserta
didik perlu diketahui untuk menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan
akademiknya, misalnya: apabila tingkat pendidikan peserta didik masih rendah,
maka penulisan bahan ajar harus menggunakan bahasa dan kata-kata sederhana
yang mudah dipahami. Apabila minat baca peserta didik masih rendah maka
bahan ajar perlu ditambah dengan ilustasi gambar yang menarik supaya peserta
didik termotivasi untuk membacanya.
37
c. Task analysis
Pendidik menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai peserta
didik agar peserta didik dapat mencapai kompetensi minimal. Tugas yang
diberikan untuk menilai kemampuan pengetahuan dan keterampilan siswa.
Keterampilan siswa tersebut berupa literasi baru.
d. Concept analysis
Menganalisis konsep yang akan diajarkan, menyusun langkah-langkah
yang akan dilakukan secara rasional. Analisis konsep dilakukan dengan cara
mengidentifikasi materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih
materi yang relevan, dan menyusunnya kembali secara sistematis. Materi
pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum
yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran.
Sasaran tersebut harus sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
harus dicapai oleh siswa. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan
pembelajaran hendaknya benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi
dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.
Sesuai tuntutan kurikulum 2013 yang menyatakan pembelajaran IPA
harus dilaksanakan secara terpadu, maka dalam mendukung hal tersebut
dibutuhkan penyajian materi yang terpadu pada bahan ajar yang digunakan. Untuk
mendapatkan gambaran mengenai keterpaduan materi pada bahan ajar yang
digunakan maka dilakukanlah analisis keterpaduan materi pembelajaran. Analisis
ini dilakukan menggunakan lembar analisis keterpaduan materi. Analisis ini
bertujuan untuk meninjau keterpaduan materi pembelajaran pada buku teks IPA
kelas VIII dari aspek Fisika, Kimia, Biologi dan penerapan dalam kehidupan.
e. Specifying instructional objectives
Menulis tujuan pembelajaran, perubahan perilaku yang diharapkan
setelah belajar dengan kata kerja operasional.
Tahapan-tahapan define yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari
analisis empat analisis. Analisis tersebut terdiri dari analisis kompetensi dasar,
analisis karakteristik siswa, analisis keterpaduan materi pembelajaran, analisis
literasi baru siswa dengan penjelasan sebagai berikut.
38
2. Design (Perancangan)
Dalam tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan. Thiagarajan
(1974: 7) membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing
40
3. Develop (pengembangan)
Tahap pengembangan dilakukan untuk menilai rancangan produk. Pada
penelitian ini produk yang dirancang adalah produk berupa E-modul IPA terpadu
terintegrasi model pembelajaran kuantum dan instrumen penelitian. Minimal
struktur bahan ajar berbasis TIK menurut Depdiknas (2010) terdiri dari 1) judul,
kelas, semester dan identitas penyusun; 2) kompetensi inti dan kompetensi dasar;
41
4. Disseminate (penyebarluasan)
Dalam tahap disseminate dilakukan implementasi ke lapangan untuk
menguji keefetktifan produk.Thiagarajan (1974: 9) membagi tahap disseminate
dalam tiga kegiatan yaitu: validation testing, packaging, diffusion and adoption.
Pada tahap validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap
pengembangan kemudian diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya.
Pada saat implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran
ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. Setelah
produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan.
Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak
terulang kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan.
Kegiatan terakhir dari tahap pengembangan adalah melakukan packaging
(pengemasan), diffusion and adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat
dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan model pembelajaran dapat dilakukan
dengan mencetak buku panduan penerapan model pembelajaran. Setelah buku
dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap (difusi) atau dipahami
orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka.
Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap dissemination dilakukan
dengan cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas
kepada pendidik dan peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk
memperoleh respons, umpan balik terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan.
Apabila respon sasaran pengguna bahan ajar sudah baik maka baru dilakukan
pencetakan dalam jumlah banyak dan pemasaran supaya bahan ajar itu digunakan
oleh sasaran yang lebih luas.
Uji praktikalitas produk merupakan proses untuk mengungkap
kepraktisan produk atau tingkat keterpakaian produk yang telah dikembangkan.
Uji praktikalitas dilakukan dengan melaksanakan uji coba pembelajaran
menggunakan e-modul IPA terpadu bermuatan model pembelajaran kuantum
yang telah direvisi berdasarkan penilaian oleh validator. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui dapat digunakan, mudah digunakan, menarik dan efisien dari e-
43
Keterangan:
Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMPN 7
Padang yang terdaftar pada Semester 1 Tahun Ajaran 2020/2021. Sampel yang
dipilih dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling.
Penggunaan teknik pengambilan sampel ini didasarkan pada pertimbangan
tertentu. Pertama, lingkungan sekolah sesuai dengan konteks penelitian. Kedua,
kondisi siswa sesuai dengan kebutuhan penelitian. Ketiga, sekolah telah
menerapkan kurikulum 2013. Keempat, sesuai dengan observasi yang telah
dilakukan mengenai literasi baru siswa.
Prosedur pengembangan model 4D untuk mengembangkan e-modul IPA
terpadu bermuatan model pembelajaran kuantum untuk meningkatkan literasi baru
siswa kelas VIII SMP dilihat pada Gambar 3.
45
Developt
Uji Validitas
Tidak
Valid Valid
Tidak Developt
Uji Praktikalitas Revisi
Tidak
Uji Efektivitas Revisi
Developt
Uji coba di kelas
Indikator penilaian untuk kompetensi sikap pada format penilaian sikap tertera
pada Tabel 4 barikut.
…………………………………….(1)
Instrumen penilaian pengetahuan dari penelitian ini adalah lembar tes tertulis
pengetahuan yang dilaksanakan di akhir penelitian. Agar instrumen merupakan alat
yang baik, hal pertama yang harus dilakukan yaitu membuat kisi-kisi soal uji coba
49
dan menyusun soal uji coba berdasarkan kisi-kisi soal. Kemudian, melakukan uji
validitas, reliabilitas, uji tingkat kesukaran soal, dan uji daya beda soal.
a. Validitas
Validitas merupakan suatu jenis uji untuk menyatakan suatu soal dalam
keadaan sahih atau valid. Suatu soal dikatakan valid apabila dapat mengukur
tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi
(content validity). Validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi tes itu sendiri
sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara
representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya
diujikan. Instrumen tes yang benar-benar valid dapat diperoleh jika instrumen tes
dibuat berdasarkan kurikulum.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliable yang artinya andal atau dapat
dipercaya. Suatu tes dapat dikatakan reliabel apabila tes yang diujikan kepada
objek atau subjek yang sama secara berulang-ulang, hasilnya akan relatif sama,
konsisten, dan tidak menunjukkan perubahan yang berarti (Yusuf, 2017: 74).
Untuk menentukan reliabel ini dipakai rumus Kuder-Richaderson (K-R-21) yang
dikemukakan oleh Arikunto (2015: 117) yaitu:
(2)
(3)
Keterangan:
R11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
N = Jumlah butir soal
M = Rata-rata skor tes
N = Jumlah pengikut tes
S2 = Varians total
50
(4)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya peserta didik yang menjawab benar
Js = Jumlah peserta didik yang mengikuti tes
(5)
Keterangan:
D = Indeks daya beda
BA = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
BB = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
JA = Jumlah peserta tes kelompok atas
JB = Jumlah peserta tes kelompok bawah
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Indeks daya beda soal dapat diklasifikasikan seperti Tabel 7.
Tabel 7. Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal
No Indeks Daya Beda Klasifikasi
1. 0,71-1,00 Sangat baik
2. 0,41-0,70 Baik
3. 0,21-0,40 Cukup
4. 0,00-0,20 Buruk
Nilai
Skor
No
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
………………………………….(6)
53
No Tahap Instrumen
1 Analisis kompetensi dasar Lembar analisis
2 Analisis keterpaduan materi IPA Lembar Analisis
3 Analisis Kendala pembelajaran daring oleh siswa Lembar wawancara
4 Analisis literasi baru siswa Lembar penilaian keterampilan
abad 21
5 Penilaian desain produk Angket
6 Uji validitas produk Angket
7 Uji praktikalitas produk (respon siswa dan guru) Angket
8 Uji efektivitas produk (observer oleh guru)
a. Uji kompetensi pengetahuan Lembar tes hasil belajar
b. Uji kompetensi sikap Lembar observasi
c. Uji kompetensi keterampilan Lembar penilaian keterampilan abad
21
Tabel 10. Rangkuman Instrumen Penelitian
bentuk nilai untuk dapat menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa dan
kedudukan personal dalam suatu skala. (Arifin, 2012: 232). Untuk menentukan
nilai dari skor mentah yang diperoleh siswa, dapat menggunakan rumus berikut.
……………………………………………….(7)
Keterangan :
Ns = Nilai siswa
= Jumlah skor mentah yang diperoleh siswa
= Jumlah skor maksimum ideal dari tes yang
bersangkutan
………………………………………(8)
Keterangan :
X = Skor yang diperoleh siswa ke-i
= Skor rata-rata
S = Simpangan baku
3) menghitung daftar distribusi untuk setiap bilangan baku, kemudian
menghitung peluang F (Zi) = P ( z ≤ Zi ) dengan menggunakan daftar
distribusi normal baku.
4) menghitung proporsi Z1, Z2 , Z3, …Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi.
jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi), maka:
….…..(9)
5) menghitung selisih F(Zi)-S(Zi) yang kemudian ditentukan harga mutlaknya.
6) mengambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut.
Harga terbesar dapat disebut (Lo).
7) Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, Lo dibandingkan dengan nilai
kritis Lt yang terdapat dalam tabel nilai kritis L. Pada taraf nyata α yang
dipilih, tolak hipotesis nol ketika populasi terdistribusi normal jika Lo lebih
besar dari Lt. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima (Sudjana, 2002 : 467).
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
populasi merupakan varians yang homogen. Dengan adanya varians yang
homogen, kegiatan menaksir dan menguji bisa berlangsung. Statistik yang
digunakan pada uji homogenitas adalah uji F. Berikut ini adalah langkah-langkah
yang dila-kukan dalam melakukan uji F :
56
………………………………………
(10)
2) menghitung harga F. Harga F adalah perbandingan dari varians terbesar
dengan varians terkecil. Harga F dapat dicari dengan menggunakan rumus:
………………………………………….………….……(11)
Keterangan :
F = Varians kelompok total
S12 = Varians terbesar
S22 = Varians terkecil
3) dalam hal ini Ho adalah varians terbesar sama dengan varians terkecil,
sedangkan H1 adalah sebaliknya. Agar terima Ho, kriteria pengujian hipotesis
adalah (10)
Jadi, populasi memiliki varians yang homogen jika nilai F besar dari
…………………………………………………(12)
dimana,
…………………………………………(13)
Keterangan :
= Nilai rata-rata sampel 1
= Nilai rata-rata sampel 2
…………………………………………………(14)
(Sudjana, 2002: 239).
58
DAFTAR PUSTAKA
Linda, R., Zulfarina, Z., & Putra, T. P. (2021). Peningkatan Kemandirian dan Hasil
Belajar Peserta Didik Melalui Implementasi E-Modul Interaktif IPA
Terpadu Tipe Connected Pada Materi Energi SMP/MTs. Jurnal Pendidikan
Sains Indonesia, 9(2), 191-200.
Listyawati, N. W., Suarjana, M., & Sudana, D. N. (2013). Pengaruh model
pembelajaran kuantum berbantuan peta pikiran terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD. Mimbar PGSD
Undiksha, 1(1).
McGriff, S. J. (2000). Instructional System Design (ISD): Using the ADDIE model.
Artikel.
Ngussa, B, M. (2014). Application of ADDIE Model of Instruction in Teaching-
Learning Transaction among Teachers of Mara Conference Adventist
Secondary Schools, Tanzania. Journal of Education and Practice. 5 (25).
Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). Revolusi Industri 4.0 Dan Tantangan Perubahan
Sosial. In Prosiding Semateksos 3 “Strategi Pembangunan Nasional
Menghadapirevolusiindustri 4.0.”
Premana, I, M,Y., Suharsono ,S., Naswan, N., dan Tegeh, I, M. (2013).
Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata
Pelajaran Produksi Gambar 2D Untuk Bidang Keahlian Multimedia Di
Sekolah Menengah Kejuruan. E-Jurnal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol 3.
Pribadi, B, A. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Puspitasari, A, D. 2019. Penerapan Media Pembelajaran Fisika Menggunakan Modul
Cetak Dan Modul Elektronik Pada Siswa Sma. Jurnal Pendidikan Fisika,
7(1), 17-25.
Rezeki, M., & Asrizal, A. (2019). Pengembangan Lks Ipa Berorientasi Model
Pembelajaran Kuantum Materi Pesawat Sederhana, Struktur Tumbuhan Dan
Sistem Pencernaan Untuk Siswa Kelas VIII SMP. Pillar of Physics
Education, 12(1).
61