Anda di halaman 1dari 7

Meta Analisis Pengaruh Discovery Learning Model terhadap Literasi Sains Siswa

Rahmi Laila1)
1)
Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
Universitas Negeri Padang
rahmilaila07@gmail.com

The focus of this research study is a meta-analysis of the effect of discovery learning models on
students' scientific literacy. This paper will reveal the importance of discovery learning models in the
science and physics learning process in junior and senior high schools. The articles analyzed in this
paper are articles obtained from various sources. The things learned start from the abstract, the
contents and conclusions of the research. The method used is meta-analysis. The results of this study
are a summary of the application of the discovery learning model developed.The results showed the
effect size of the Discovery Learning Model at the high school education level was 1.00 while at the
junior high school level the effect size was 0.08. Then, in the subject matter indicator, global warming
material obtained an effect size of 0.18. Meanwhile, the material temperature and heat obtained effect
size of 0.12. then, in the indicators of scientific literacy, Effect Size in context, concepts, skills and
attitudes are 0.48; 0.55; 0.43; and 0.50.

Keywords : meta-analysis,

PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perubahan pesat di abad 21. Perkembangan
ilmu dan teknologi juga berpengaruh terhadap meningkatnya daya saing dan kompetisi individu
didalam masyarakat. Daya saing tersebut diukur dari kemampuan dari individu untuk menemukan,
memecahkan, serta menyelesaikan masalah.
Pendidikan merupakan wadah bagi individu untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Pendidikan dituntut untuk dapat menghasilkan SDM yang berkualitas. Oleh sebab itu,
tuntutan dunia pendidikan saat ini sangat tinggi. Siswa tidak hanya diminta untuk membaca materi
pelajaran tetapi juga melakukan penemuan-penemuan terkait materi tersebut. Sains merupakan ilmu
yang terbiasa dengan penemuan-penemuan baru, Oleh sebab itu, guru pada mata pelajaran Sains
seperti guru Fisika, guru Kimia dan guru Biologi dituntut untuk dapat membentuk siswa memiliki
kemampuan untuk melakukan penemuan.
Pemerintah selalu melakukan upaya dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia dengan
meningkatkan kualitas sumber belajar dan perubahan kurikulum agar pendidikan menjadi lebih baik
lagi (Festiyed, 2004). Upaya pemerintah yang paling berpengaruh terhadap pembelajaran di sekolah
adalah perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Dampak dari perubahan tersebut adalah
pada aktivitas belajar siswa. Pada kurikulum KTSP, siswa hanya menerima informasi dari guru,
artinya guru lebih dominan dalam proses pembelajaran. Sedangkan, pada kurikulum 2013, siswa yang
dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, peran guru hanya sebagai motivator dan
fasilitator.
Dalam kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran terkhusus pada mata pelajaran sains masih
berlangsung secara konvensional. Guru masih menggunakan metode ceramah dan guru masih jarang
menggunakan model pembelajaran dalam proses pembelajaran di sekolah. Guru lebih mementingkan
materi yang disampaikan cepat dipahami oleh siswa, tetapi siswa tidak mengingat lama pembelajaran
yang sudah diterangkan oleh guru tersebut. Guru belum membiasakan siswa untuk aktif dalam belajar
dan melakukan kegiatan-kegiatan seperti melakukan percobaan dan melakukan penemuan baru yang
dapat mengaktifkan siswa. Pembelajaran yang membuat siswa aktif tentu membuat proses
pembelajaran tidak monoton, pembelajaran yang dapat mengembangkan diri siswa inilah yang

1
menjadi tujuan dari kurikulum 2013. Pembelajaran pada kurikulum 2013 hendaknya dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa (Asrizal et,al 2018). Salah satu model
pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran penemuan adalah discovery learning model. Jadi,
dengan menerapkan discovery learning model siswa dapat aktif untuk belajar.
Discovery learning model merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh
Jerome Bruner. Konsep dasar pembelajaran ini adalah peserta didik didorong untuk belajar
menemukan sendiri, melalui kegiatan aktif peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-
prinsip yang didukung pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya serta menghubungkan
pengalamannya dengan konsep-konsep baru yang mereka pelajari di bawah bimbingan guru.
Pembelajaran model discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif
dengan menemukan sendiri dan menyelidiki sendiri sehingga hasil yang diperoleh akan melekat dalam
ingatan serta tidak akan mudah dilupakan peserta didik (Hosnan, 2014). Discovery learning yaitu
memahami suatu konsep, hubungan, dan arti, melalui proses intuitif yang selanjutnya sampai pada
tahap kesimpulan (Budiningsih, 2005).
Pembelajaran penemuan atau discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan. Model
discovery learning adalah model pembelajaran yang menyaji-kan suatu pembelajaran tidak dalam
bentuk akhirnya, tetapi siswa diarahkan untuk dapat berperan aktif melalui penemu-an informasi
sehingga siswa memeroleh pengetahuannya sendiri dengan melakukan pengamatan atau diskusi dalam
rangka mendapatkan pem-belajaran yang lebih bermakna.
Penggunaan discovery learning model dalam pembelajaran sains merupakan pilih-an yang tepat
untuk menjawab tantangan pada abad ke 21. Akan tetapi diperlukan juga sebuah literasi sains dalam
proses pem-belajaran sains. Literasi sains didefinisikan sebagai pengetahuan sains, penggunaan
pengetahuan itu, untuk meng-identifikasi pengetahuan baru, menjelaskan fenomena sains dan menarik
kesimpulan tentang sains yang berhubungan dengan isu-isu sehingga timbul ketersediaanya untuk
terlibat dalam masalah yang terkait sains, serta dengan ide-ide pengetahuan tersebut dapat menjadi kan
warga negara yang tanggap (Pisa, 2010).
Literasi sains (scientific literacy) kini menjadi tuntutan untuk dikuasai oleh setiap individu baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia pekerjaan. Individu yang melek sains dapat
menggunakan informasi ilmiah yang dimilikinya untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-
hari serta menghasilkan produk-produk ilmiah yang bermanfaat (Suciati, 2011). Guru IPA harus
mendukung program latihan untuk membentuk literasi sains siswa berdasarkan karakteristik sosial
budaya dan harus cakap untuk mengembangkan kontek pembelajar-an (untuk kehidupan siswa) secara
signifikan agar siswa dapat bersaing di masyarakat secara terintegrasi (Dragon, 2015). Literasi sains
memberikan kontribusi yang konkrit pada pembentukan life skills (Wasis, 2013).
Berdasarkan hasil studi PISA, skor dan peringkat yang dicapai siswa Indonesia dari tahun 2000,
2003, 2006, 2009, dan 2012 berturut-turut adalah sebesar 393, 395, 393, 383, dan 382 dengan rata-rata
skor secara umum untuk keseluruhan negara dalah 500 dan peringkatnya berturut-turut 38 dari 41, 38
dari 40, 53 dari 57, 57 dari 65, dan 64 dari 65 negara (OECD, 2017). Rata-rata kemampuan sains
siswa Indonesia masih pada kemampuan mengenali sejumlah fakta dasar, tetapi mereka belum mampu
untuk mengkomunikasikan dan mengaitkan kemampuan itu dengan berbagai topik sains, apalagi
menerapkan konsep-konsep yang lebih kompleks dan abstrak (Hayat, 2010).
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap jurnal-jurnal pendidikan di berbagai sumber di internet
ditemukan beberapa jurnal internasional dan nasional yang terakreditasi. Jurna-jurnal tersebut
mengkaji pengaruh dari discovery learning model untuk meningkatkan literasi sains siswa. Dari
penelitian tersebut, banyak yang belum diketahui oleh mahasiswa yang ingin melakukan
pengembangan bahan ajar berbasis penemuan (discovery learning model). Dengan demikian,
diperlukan rangkuman hasil-hasil penelitian mengenai pengaruh discovery learning model yang
membahas berbagai masalah penelitian.
Dalam penelitian ini meta analisis pengaruh Discovery Learning Model pada pembelajaran Fisika
di sekolah. Sebagai hasil nantinya akan dilihat dari tingkat pendidikan, materi pelajaran dan literasi

2
sains siswa. Dengan meta analisis ini diharapkan hasil kajian ini lebih baik daripada hasil kajian meta
analisis yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian meta-analisis yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
merangkum, mereview dan menganalisis data penelitian dari beberapa hasil penelitian sebelumnya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelusuri jurnal pendidikan Fisika UNP,
jurnal penelitian pembelajaran fisika, jurnal nasional dan jurnal internasional. Dari penelusuran
dengan menggunakan kata kunci tersebut diperoleh hasil 12 (dua belas) jurnal yang memenuhi kriteria
yaitu tersedianya data sebelum tindakan dan sesudah tindakan dalam bentuk skor yang kemudian
dilakukan analisis terhadap efektivitas penelitiannya.
Dua belas jurnal yang termasuk dalam analisis meta ini memberikan desain penelitian yang
berbeda. Data statistik dari setiap studi dicatat, termasuk skor rata-rata, standar deviasi, chi kuadrat,
nilai-t, dan nilai-p. Nilai-nilai ini dikonversi ke metrik effect size (ES). Rumus yang digunakan untuk
mencari nilai ES yaitu:

1 1 X  X Kontrol
ES  t  ES  EXP
ne nc Atau SDkontrol
Untuk data yang hanya menggunakan satu kelas bisa digunakan rumus,

X Pr etest  X posttest
ES 
SDpretest
Ket: ES : Effect size
ne : jumlah siswa kelas eksperimen
nc : jumlah siswa kelas kontrol
t : hasil uji t
X exp = nilai rata-rata pada kelas experimen
X kontrol = nilai rata-rata pada kelas kontrol
SDkontrol = standar baku pada kelas kontrol
X pretest = nilai rata-rata prestest siswa
X posttest = nilai rata-rata posttest siswa
SDpretest = standar baku dari pretest siswa

Dengan kriteria ukuran efek sebagai berikut:


a. effect size ≤ 0,15 efek yang dapat diabaikan
b. 0,15 < effect size ≤ 0,40 efek kecil
c. 0,40 < effect size≤ 0,75 efek sedang
d. 0,75< effect size≤ 1.10 efek cukup tinggi
e. 1.10 < effect size≤ 1,45 efek yang tinggi
f. 1,45 > effect size pengaruh yang sangat tinggi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam mengkaji pengaruh discovery learning model terhadap literasi sains siswa akan dianalisis
jurnal-jurnal terkait dan akan dibahas beberapa indikator seperti tingkat pendidikan, materi pelajaran
kemampuan literasi sains siswa, materi pelajaran. Jurnal-jurnal yang dianalisis sudah dipilih menjadi
sepuluh jurnal. Berikut ini sepuluh judul jurnal dan identitas dari jurnal yang bersangkutan dapat
dilihat pada tabel 1 berikut:

3
Tabel 1. Judul dan Identitas Jurnal yang Dianalisis
No Judul Jurnal Identitas Jurnal
1 Promoting Science Literacy with Discovery Learning Penulis : Pursitasari, I. D.,
Suhardi, E., & Sunarti, T
Identitas : Conference Series
(Vol. 1233, No. 1, p. 012074).
IOP Publishing (2019, June)
2 The Development of Discovery Learning Model to Penulis : Rosdiana, R., Boleng,
Improve Student’s Science Literacy For XI Grade D. T., & Susilo, S
Students of SMK-SPP Negeri Samarinda Identitas :Unnes Science
Education Journal, 6(3). 2017

3 Pengaruh Model Discovery Learning Pada Mata Penulis : Ulfa, U., Saptaningrum,
Pelajaran IPA Terpadu Terhadap Penguasaan Literasi E., & Kurniawan, A. F
Sains Siswa Identitas : Seminar Nasional
Fisika dan Aplikasinya (Vol. 2,
pp. 257-268)
4 Penerapan Perangkat Model Discovery Learning pada Penulis : Yaumi
Materi Pemanasan Global untuk Melatihkan Identitas : Pensa: Jurnal
Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Kelas VII Pendidikan Sains, 5(1).2017
5 Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan Penulis : Niswatuzzahro, V.,
Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Literasi Fakhriyah, F., & Rahayu, R
Sains Siswa Kelas 5 SD Identitas : Scholaria: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan,
8(3), 273-284. 2018
6 Implementasi Discovery Learning Untuk Penulis : Rizal
Meningkatkan Keterampilan Dasar Proses Sains Siswa Identitas : Journal of Teaching
SMA and Learning Physics, 4(1), 1-10.
2019
7 Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Penulis : Fitri, M.
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Suhu Identitas : INPAFI (Inovasi
dan Kalor Pembelajaran Fisika), 3(2), 89-
96. 2015
8 The Effects of Discovery Learning on Students' Penulis : Balım, A. G
Success and Inquiry Learning Skills Identitas : Eurasian Journal of
Educational Research (EJER),
(35). 2009
9 IMPROVING OF SCIENTIFIC LITERACY ABILITY Penulis : Dewi, S. R.,
USING DISCOVERY LEARNING MODEL AT THE Nurmilawati, M., & Budiretnani,
SEVENTH GRADE STUDENTS OF STATE JHS 3 D. A
NGRONGGOT, NGANJUK-INDONESIA Identitas : Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia, 3(3), 266-271.
10 Penggunaan Discovery Learning Berbantuan Penulis : Sari, P. I., Gunawan, G.,
Laboratorium Virtual pada Penguasaan Konsep Fisika & Harjono, A
Siswa Identitas : Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi, 2(4), 176-
182. 2017

4
Berdasarkan data pada tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 10 (sepuluh) jurnal yang dianalisis ada
4 (empat) jurnal internasional dan 6 (enam) jurnal nasional. Dari jurnal-jurnal tersebut akan dicari nilai
effect size dari beberapa indikator. Berikut disajikan hasil yang diperoleh dari penghitungan effect
size berdasarkan kajian sepuluh jurnal sebagai berikut:
a. Pengaruh Discovery Learning Model Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Pembelajaran di Indonesia dimulai dari tingkat SD, SMP dan SMA. Berdasarkan sepuluh jurnal
yang dianalisis, maka dapat ditentukan effect size dari pengaruh discovery learning model dari jenjang
SMP, dan SMA. Analisis besar effect size tersebut dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Pengaruh Discovery Learning Model Berdasarkan Jenjang Pendidikan


No Jenjang Effect Size
Pendidikan
SMP 0,08
SMA 1,00

Berdasarkan data pada tabel 2 (dua) diperoleh bahwa effect size dari Discovery Learning Model
pada jenjang pendidikan SMA adalah 1,00 sedangkan pada jenjang pendidikan SMP besar effect size
adalah 0,08. Kategori effect size pada jenjang pendidikan SMA adalah tinggi. Sedangkan, pada jenjang
pendidikan SMP berada pada kategori dapat diabaikan. Dengan demikian, Discovery Learning Model
lebih berpengaruh pada siswa dari jenjang pendidikan SMA. Besarnya pengaruh Discovery Learning
Model pada jenjang pendidikan SMA karena siswa SMA sudah memiliki pola pikir yang lebih
dewasa dari pada siswa SMP. Siswa SMA cenderung memiliki fokus belajar yang lebih baik
dibandingkan siswa SMP yang masih banyak bermain. Kemandirian dan fokus siswa SMA ini
menandakan bahwa siswa SMA lebih siap dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara penemuan.

b. Pengaruh Discovery learning model Berdasarkan Materi Pelajaran


Mata pelajaran Fisika merupakan materi yang jarang disukai oleh siswa. Berdasarkan sepuluh
jurnal yang didapatkan, ada beberapa jurnal yang mencantumkan materi pelajaran yang sudah
diterapkan di sekolah dengan menggunakan Discovery Learning Model . Analisis besar pengaruh
Discovery Learning Model terhadap materi pelajaran Fisika dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil Pengaruh Discovery Learning Model Berdasarkan Materi Pelajaran


No Materi Pelajaran Effect Size
Pemanasan 0,18
Global
Suhu dan Kalor 0,12

Berdasarkan data pada tabel 3 (tiga) diperoleh effect size dari materi pelajaran yang
menggunakan Discovery Learning Model dalam proses pembelajarannya. Pada materi pemanasan
global didapatkan effect size sebesar 0,18 yang berada dalam kategori rendah. Sedangkan, pada materi
suhu dan kalor didapatkan effect size sebesar 0,12 dan berada dalam kategori dapat diabaikan. Dengan
demikian, materi pelajaran pemanasan global lebih berpengaruh daripada materi suhu dan kalor.

c. Pengaruh discovery learning model Berdasarkan Literasi Sains Siswa


Literasi sains adalah salah satu kunci untuk menghadapi berbagai tantangan pada abad ke 21.
Penilaian literasi sains dapat dilakukan melalui konteks, konsep, keterampilan dan sikap sains siswa.
Berdasarkan sepuluh jurnal yang dianalisis didapatkan maka dapat ditentukan effect size dari
pengaruh discovery learning model terhadap literasi sains siswa. Analisis effect size dapat dilihat pada
tabel 4 berikut.

Tabel 4. Hasil Pengaruh Discovery Learning Model Berdasarkan Literasi Sains Siswa

5
No Komponen Effect Size
Literasi Sains
Konteks 0,48
Konsep 0,55
Keterampilan 0,43
Sikap 0,50

Berdasarkan data pada tabel 4 (empat) didapatkan data effect size dari konteks, konsep,
keterampilan dan sikap sains siswa setelah belajar menggunakan Discovery Learning Model . Pertama,
besar Effect Size pada konteks sains adalah 0,48 dan termasuk dalam kategori sedang. Kedua, besar
Effect Size pada konsep sains adalah 0,55 dan termasuk dalam kategori sedang. Ketiga, besar Effect
Size pada keterampilan sains adalah 0,43 dan termasuk dalam kategori sedang. Terakhir, besar besar
Effect Size pada sikap sains adalah 0,50 dan termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian,
literasi sains siswa rata-rata masih dalam kategori sedang. Dalam hal ini sesuai dengan pendapat
Hayati (2010) yang menyatakan rata-rata kemampuan sains siswa Indonesia masih pada kemampuan
mengenali sejumlah fakta dasar, tetapi mereka belum mampu untuk mengkomunikasikan dan
mengaitkan kemampuan itu dengan berbagai topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang
lebih kompleks dan abstrak. Oleh sebab itu, kemampuan literasi sains siswa harus lebih diperhatikan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai Pengaruh pengaruh discovery learning model
terhadap literasi sains siswa didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan tingkat pendidikan, pengaruh discovery learning model pada siswa SMA lebih besar
dari pada pada siswa SMP.
2. Berdasarkan materi pelajaran, pengaruh discovery learning model pada materi Pemanasan Global
lebih besar dari pada materi suhu dan kalor.
3. Berdasarkan literasi sains siswa, pengaruh discovery learning model masih dalam kategori sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Asrizal, A., Amran, A., Ananda, A., & Festiyed, F. (2018). “Effectiveness of Adaptive Contextual
Learning Model of Integrated Science by Integrating Digital Age Literacy on Grade VIII
students”. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering. Doi:10.1088/1757-
899X/335/1/012067.
Balım, A. G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students' Success and Inquiry
Learning Skills. Eurasian Journal of Educational Research (EJER), (35).
Budiningsih, A. 2005. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewi, S. R., Nurmilawati, M., & Budiretnani, D. A. (2017). Improving of scientific literacy ability
using discovery learning model at the seventh grade students of state JHS 3 Ngronggot,
Nganjuk-Indonesia. JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia), 3(3), 266-271.
Dragos dan Mih. 2015. Scientific Literacy in School. Procedia-Social and Behavioral
Sciences Vol (209): hal 167 – 172.
Festiyed. (2014). Pengembangan Generic Life Skill Siswa Menengah Pertama Pada Pembelajaran
Fisika. Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA. Bogor: IPB.
Fitri, M. (2015). Pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar siswa
pada materi pokok suhu dan kalor. INPAFI (Inovasi Pembelajaran Fisika), 3(2), 89-
96.
Hayat, B & Suhendra, Y. 2010. Benchmark International Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

6
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Niswatuzzahro, V., Fakhriyah, F., & Rahayu, R. (2018). Penerapan Model Discovery Learning
Berbantuan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas 5
SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 8(3), 273-284.

OECD. 2007. PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World. Volume 1 Paris:
OECD.
PISA. 2010. Assesment Framework Key Competencies In Reading, Mathematics and Science.
Paris: OECD
Pursitasari, I. D., Suhardi, E., & Sunarti, T. (2019, June). Promoting Science Literacy with
Discovery Learning. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1233, No. 1, p.
012074). IOP Publishing.
Rizal, R. (2019). Implementasi Discovery Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar
Proses Sains Siswa SMA. Journal of Teaching and Learning Physics, 4(1), 1-10.
Rosdiana, R., Boleng, D. T., & Susilo, S. (2017). THE DEVELOPMENT OF DISCOVERY
LEARNING MODEL TO IMPROVE STUDENTS’ SCIENCE LITERACY FOR XI
GRADE STUDENTS OF SMK-SPP NEGERI SAMARINDA. Unnes Science
Education Journal, 6(3).
Sari, P. I., Gunawan, G., & Harjono, A. (2017). Penggunaan Discovery Learning Berbantuan
Laboratorium Virtual pada Penguasaan Konsep Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi, 2(4), 176-182.
Suciati, S. 2011. Identifikasi Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau dari
Aspek-aspek literasi sains, (Online), fkip.uns.ac.id, diakses 20 April 2020.
Ulfa, U., Saptaningrum, E., & Kurniawan, A. F. Pengaruh Model Discovery Learning Pada
Mata Pelajaran IPA Terpadu Terhadap Penguasaan Literasi Sains Siswa. In Prosiding
SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) (Vol. 2, pp. 257-268).
Wasis,W. 2013. Merenungkan Kembali Hasil Pembelajaran Sains. Makalah disajikan pada
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013.
YAUMI, Y. (2017). Penerapan Perangkat Model Discovery Learning pada Materi Pemanasan
Global untuk Melatihkan Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Kelas VII. Pensa:
Jurnal Pendidikan Sains, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai