Anda di halaman 1dari 50

Tugas Pribadi Ke-2

Kamis, 17 September 2020

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN


“Landasan, Azaz, Prinsip Pendidikan, Tinjauan Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
Pendidikan (Pandangan Barat, Indonesia dan Islam)”

Oleh :
RAHMI LAILA
NIM. 19175013

Pendidikan Fisika

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Festiyed, M.S.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalahLandasan Ilmu Pendidikan mengenai “Landasan, Azaz, Prinsip
Pendidikan, Tinjauan Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Pendidikan
(Pandangan Barat, Indonesia dan Islam)”.
Dalam penyelesaian tugas ini penulis banyak menemui kendala. Namun
dengan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pengampu mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.

Dalam penyusunan tugasini, penulis menyadari masih banyak terdapat


kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Padang, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................ 2
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................3
A. Landasan Agama.......................................................................................... 3
B. Landasan Filosofis....................................................................................... 4
C. Landasan Psikologis.....................................................................................5
D. Landasan, Azaz dan Prinsip Pendidikan Menurut Islam..............................6
E. Landasan, Azaz dan Prinsip Pendidikan Menurut Pandangan Umum di
Indonesia.................................................................................................... 11
F. Landasan,Azaz dan Prinsip Pendidikan Menurut Pandangan Barat.......... 17
G. Tinjauan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi terhadap Manusia dalam
Pendidikan..................................................................................................24
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................31
A. Matrik Perbandingan Landasan Pendidikan Menurut Islam, Indonesia dan
Barat........................................................................................................... 31
B. Matrik Perbandingan Azaz Pendidikan Menurut Islam, Indonesia dan
Barat........................................................................................................... 34
C. Matrik Perbandingan Prinsip Pendidikan Menurut Islam, Indonesia dan
Barat........................................................................................................... 37
D. Matrik Perbandingan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pendidikan
Menurut Pandangan Barat, Indonesia, dan Islam.......................................38
BAB IV PENUTUP............................................................................................... 43
A. Kesimpulan................................................................................................ 43
B. Saran...........................................................................................................44

ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 45

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan
pelatihan. Jadi dalam hal ini pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik.
Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan
yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Manusia diciptakan oleh Tuhan
dengan berbekal akal dan pikiran maka manusia membutuhkan pendidikan untuk
mengembangkan kehidupannya demi memuaskan rasa keingintahuannya.
Pendidikan merupakan gejala semesta dan berlangsung sepanjang hayat
manusia, di manapun manusia berada. Dimana ada kehidupan manusia, di sana
pasti ada pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan
manusia dan masyarakat, mendasarkan pada landasan pemikiran tertentu. Dengan
kata lain, upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan didasarkan atas
pandangan hidup atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosiokultural tiap-tiap
masyarakat, serta pemikiran-pemikiran psikologis tertentu.
Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai aspek yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pendidikan membantu menumbuh kembangkan potensi-
potensi yang dimiliki manusia. Potensi kemanusiaan merupakan benih
kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan
dengan benar dan tepat dengan tujuan yang diharapkan, jika pendidik memiliki
gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Berdasarkan latar
belakang di atas, penulis akan mengkaji lebih menyeluruh mengenai landasan,
azaz, prinsip pendidikan, tinjauan ontologi, epistimologi, dan aksiologi
pendidikan (pandangan Barat, Indonesia dan Islam).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah landasan, azaz dan prinsip pendidikan menurut pandangan
Barat?
2. Bagaimanakah landasan, azaz dan prinsip pendidikan menurut pandangan
Indonesia?
3. Bagaimanakah landasan, azaz dan prinsip pendidikan menurut pandangan
Islam?
4. Bagaimanakah tinjauan ontologi, epistimologi, dan aksiologi pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami landasan, azaz dan prinsip pendidikan menurut pandangan Barat
2. Memahami landasan, azaz dan prinsip pendidikan menurut pandangan
Indonesia
3. Memahami landasan, azaz dan prinsip pendidikan menurut pandangan Islam
4. Memahami tinjauan ontologi, epistimologi, dan aksiologi pendidikan

D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai modal dasar untuk mengembangkan diri dalam bidang
penulisan, menambah pengetahuan dan pengalaman.
2. Pembaca, sebagai tambahan wawasan mengenai landasan, azaz, prinsip
pendidikan, tinjauan ontologi, epistimologi, dan aksiologi pendidikan.
3. Penulis lain, sebagai sumber ide dan referensi.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Agama
Manusia memiliki bebagai kesempurnaan dan juga memiliki kelemahan.
Manusia diciptakan Tuhan dalam keadaan yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk lain ciptaan-Nya, yang berfungsi menampung serta mendorong
manusia untuk berbuat kebaikan dan keburukan. Manusia dalam kehidupannya
senantiasa menghadapai berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari
luar.Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan
(QS. Yusuf: 5 dan QS. Al-Isra: 53).

Artinya: “Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu
kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk
membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagi manusia"(QS. Yusuf: 5)

Artinya: Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka


mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan
itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isra: 53)

Nilai esensi dalam Al-Qur’an selamanya abadi dan selalu relevan pada
setiap zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Kehujjahan Al-Qur’an dapat
dibenarkan karena ia merupakan sumber segala macam aturan tentang hukum,
sosial, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, moral, dan sebagainya, yang harus
dijadikan pandangan hidup bagi seluruh umat islam dalam memecahkan seluruh
persoalan.Pendidikan yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada pada nilai dasar

3
Al-Qur’an karena Al-Qur’an diantaranya memuat tentang sejarah pendidikan.
Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa perintah
tentang membaca dan hal tersebut sangat jelas kaitannya dengan pendidikan yaitu
surat Al-Alaq ayat 1-5.

B. Landasan Filosofis
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi
itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.Dasar
pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan.organis, harmonis, dinamis.
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam
samapai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta,2001).Landasan filosofi
pendidikan adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam
pendidikan.Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem
gagasan tentang pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem
gagasan filsafat umum yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu.Terdapat
hubungan implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum
tehadap gagasan-agasan pendidikan. Landasan filosofis pendidikan tidak berisi

4
konsep-konsep tentang pendidikan apa adanya, melainkan berisi tentang konsep-
konsep pendidikan yang seharusnya atau yang dicita-citakan.
Dalam landasan filosofis pendidikan juga terdapat berbagai aliran
pemikiran.Hal ini muncul sebagai implikasi dari aliran-aliran yang terdapat dalam
filsafat.Sehingga dalam landasan filosofi pendidikan pun dikenal adanya landasan
filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.

C. Landasan Psikologis
Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang
penting dalam pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam
menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta
didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan
kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi
hingga dewasa.
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti
mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan
usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan.
Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di
dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan
yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya.
Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut
psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari
pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang
sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan
psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian
keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan
psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para
pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya,
sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif.

5
Lumsdaine (dalam Miarso, 2009: 111) berpendapat bahwa ilmu perilaku,
khususnya teori belajar, merupakan ilmu yang utama untuk mengembangkan
teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline (dalam Miarso, 2009: 111) menyatakan
bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu untuk
menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran.
Tujuan perilaku perlu ditetapkan terlebih dahulu sebelum mengembangkan
pembelajaran agar dapat dijadikan bukti bahwa seseorang telah belajar. Tujuan
perilaku ini merupakan ciri yang harus ada dalam setiap model pengembangan
pembelajaran yang merupakan salah satu bentuk konsepsi teknologi pendidikan.
ada akhir abad ke-19 ada dua aliran psikologi belajaryang sangat menonjol,
yakni aliran behavioristik dan aliran kognitif atau teori komprehensif. Kedua
aliran tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap teori pengajaran. Bahkan bias
dikatakan hampir semua pengajaran yang dilaksanakan saat ini dihasilkan dari
kedua aliran psikologi belajar tersebut (Sudjana, 2008: 36).

D. Landasan, Azaz dan Prinsip Pendidikan Menurut Islam


1. Landasan Pendidikan Menurut Islam
Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan peranan akal, sehingga
pentingnya pendidikan dalam pandangan Islam berkaitan erat dengan penggunaan
akal, hati dan panca indera untuk berpikir dan mendekatkan diri kepada Allah.
Alangkah ruginya manusia yang telah banyak menerima karunia dari Allah, tetapi
tidak mau menggunakannya untuk memikirkan ciptaan, kekuasaan, ke-Esaan dan
keagungan sang Maha Pencipta (Allah SWT). Derajat manusia yang tinggi itu
dapat jatuh ke tempat yang lebih rendah dari binatang (QS. Al-A’raf: 179).
Betapa pentingnya pendidikan, karena hanya dengan proses pendidikanlah
manusia dapat mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang mulia,
melalui pemberdayaan potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah.
Apabila semua itu dilupakan dengan mengabaikan pendidikan, manusia akan
kehilangan jati dirinya. Namun perlu digaris bawahi, bahwa pendidikan yang
dimaksud adalah pendidikan berdasarkan konsep Islam sesuai dengan petunjuk
Allah. Secara garis besar, konsepsi pendidikan dalam Islam adalah
mempertemukan pengaruh dasar dengan pengaruh ajar. Pengaruh pembawaan dan

6
pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu kekuatan yang terpadu yang
berproses ke arah pembentukan kepribadian yang sempurna.
Oleh karena itu, pendidikan dalam Islam tidak hanya menekankan kepada
pengajaran yang berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih
menekankan kepada pendidikan yang mengarah kepada pembentukan kepribadian
yang utuh dan bulat. Pendidikan Islam menghendaki kesempurnaan kehidupan
yang tuntas sesuai dengan firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 208, yang
artinya :
”Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara
keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan.Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Bagi manusia, pendidikan penting sebagai upaya menanamkan dan


mengaktualisasikan nilai-nilai Islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-pribadi
muslim yang beriman dan bertakwa, sesuai dengan harkat dan derajat
kemanusiaan sebagai khalifah di atas bumi. Penghargaan Allah terhadap orang-
orang yang berilmu dan berpendidikan dilukiskan pada ayat berikut.

 “Allah akanmeninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan


orang-orang yangdiberi pengetahuan derajat (yang banyak)”(QS. Al
Mujadalah: 11).
 Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan jika
kamu tidakmengetahui” (QS. An-Nahl: 43).
 “Katakanlah:”Adakah sama orang-orang yangmengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui” (QS.Az.Zumar:9).

Pentingnya pendidikan telah dicontohkan oleh Allah pada wahyu pertama,


yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 yang banyak mengandung isyarat-isyarat pendidikan
dan pengajaran dengan makna luas dan mendalam. Perilaku Nabi Muhammad
SAW sendiri, selama hayatnya sarat dengan nilai-nilai pendidikan yang tinggi.
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas
dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar
dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam
mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik

7
yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan
pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau
lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup,
atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua
pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam
yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam ajaran Islam
pendidikan menduduki posisi yang sangat penting. Mengingat bahwa keberadaan
manusia di dunia ini mengemban tugas dan tanggung jawab yang berat, baik
sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah di muka bumi. Kedua tugas
tersebut dalam pelaksanaanya merupakan satu kesatuan yang terintegrasi didalam
prilaku seseorang. Dengan demikian, pendidikan memegan peranan penting dalam
membentuk manusia yang bersedia mengabdi kepada Allah, dengan
menyelaraskan aktivitas peribadatan dalam konteks hablum minallah,hablum
minannaas, dan hablum minal ‘alam. Dengan demikian, dalam agama Islam
pendidikan bagi manusia memiliki dasar yang kuat dan sangat penting, agar
manusia dapat memenuhi janjinya kepada Allah, serta dapat melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya.
2. Azaz Pendidikan Menurut Islam
Azaz pendidikan menurut Islam adalah sebuah dasar untuk
menyelenggarakan sistem pendidikan secara syariat Islam. Pendidikan menurut
Islam adalah pendidikan yang berbasis agama yakni agama islam. Islam memiliki
kitab suci yakni Al-Qur’an.SelainAl-Qur’an yang menjadi pedoman dalam
beragama adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW. Maka pendidikan menurut
Islam seharusnya adalah pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi. Selanjutnya dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-maslahah al-mursalah,
istihsan, qiyas dan sebagainya.
Di dunia pendidikan saat ini banyak dikemukakan tentang konsep
pendidikan dari berbagai aliran dan pandangan.Dalam sistem pendidikan di
Indonesia, pembicaraan pendidikan didominasi oleh pendidikan formal dengan
konsep-konsep barat, tak terkecuali pada institusi pendidikan Islam. Asas
pendidikan manusia berdasarkan agama Islam yang berorientasi kepada

8
pembentukan kepribadian muslim secara utuh dan menyeluruh. Tujuannya tidak
sebatas dunia, melainkan menjangkau akhirat kelak. Dengan dilandasi kesadaran
dan keyakinan bahwa manusia berasal dari Allah, dan akan kembali kepada-Nya
untuk mempertanggungjawabkan amalnya selama hidup di dunia.
Selain itu, pentingnya pendidikan tidak semata-mata mementingkan
individu, melainkan erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan.Oleh
karena itu banyak juga ayat-ayat Al Quran yang menjadi dasar pentingnya
pendidikan bagi kemaslahatan umat secara keseluruhan. Berkaitan dengan ikhtiar
yang dapat dilakukan oleh umat manusia untuk memperjuangkan kesejahteraan
suatu kelompok manusia, Allah berfirman dalam surat ar Ra’du ayat 11 yang
artinya:
”Allah tidak akan merubah nasib sesuatu kaum sehingga merekamerubah
dirinya sendiri.”
Dengan demikian dalam mencapai cita-cita, manusia diperintahkan untuk
bekerja keras. Selain itu, seseorang tidak akan memperoleh apa-apa kalau tidak
ada usaha yang dikerjakannya. Setiap orang akan memperoleh hasil dari apa yang
dikerjakannya, sebagaimana firman Allah Surat An-Najm ayat 39:
“Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperolehselain apa yang telah
diusahakannya.”
Implikasinya, setiap orang harus diberi kesempatan untuk berusaha sesuai
dengan potensi yang dimilikinya, apalagi bagi para peserta didik dalam proses
belajar.
Konsep pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan
kepentingan umat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa
dikorelasikan dengan kebutuhan lingkungan, dan lingkungan dijadikan sebagai
sumber belajar. Seorang peserta didik yang diberi kesempatan untuk belajar yang
berwawasan lingkungan akan menumbuhkembangkan potensi manusia sebagai
pemimpin. Firman Allah (QS Al Baqarah 30) menyatakan :”Sesungguhnya
Akujadikan manusia sebagai pemimpin (khalifah) di atas bumi” . Peserta didik
sebagai calon pemimpin perlu dikembangkan sifat kepemimpinannya, sekaligus
diperkenalkan dengan konsekuensi yang akan ia terima, yakni tanggungjawab.

9
Karena setiap orang adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Kaitan dengan pentingnya pendidikan bagi umat, Allah berfirman (QS Ali
Imran ayat 104, yang artinya :”Hendaklah ada di antara kamu suatu ummat
yangmengajak kepada kebajikan dan memerintahkan yang ma’ruf dan melarang
yangmungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Pada Surat At
Taubah 122 Allah menyatakan bahwa :”Tidak sepatutnya bagi orang-orang
mukmin itupergi semua (ke medan perang ). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
merekatentang agama”
Berdasarkan kutipan-kutipan ayat di atas, kiranya dapat ditarik kesimpulan
bahwa asas pendidikan dalam ajaran Islam jangan terjebak dalam konsep
pendidikan hasil pemikiran atau rumusan seseorang, melainkan harus mengacu
kepada Firman Allah dalam Al Quran. Bahwa pendidikan dalam Islam, menitik
beratkan kepada usaha sendiri dalam rangka mengaktualisasikan nilai-nilai
spiritual melalui pemberdayaan potensi pancaindera dan akal, sehingga terbentuk
seorang muslim yang kaafah.

3. Prinsip Pendidikan Menurut Islam


a. Pendidikan Islam sebagai Suatu Proses Pengembangan Diri
Manusia adalah makhluk pedagogik, yaitu makhluk Allah yang dapat
dididik dan dapat mendidik. Potensi itu ada dengan adanya pemberian Allah
berupa akal-pikiran, perasaan, nurani, yang akan dijalani manusia baik sebagai
makhluk individu maupun sebagai makhluk yang bermasyarakat. Potensi yang
besar tidak akan bisa kita manfaatkan jika kita tidak berusaha untuk mengaktifkan,
mengembangkan dan melatihnya. Hal itu membutuhkan sebuah proses yang akan
memakan waktu, tenaga bahkan biaya, tetapi mengingat potensi yang luar biasa
yang kita akan raih hal itu tidak ada artinya apa-apa. Jadi pendidikan adalah
proses untuk mengembangkan potensi diri.
1) Prinsip keseimbangan hidup
Dalam pendidikan Islam prinsip keseimbangan meliputi:
a) Keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat

10
b) Keseimbangan antara kebutuhan jasmanai dan rohani
c) Keseimbangan antara kepentingan individu dan sosial
d) Keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan amal
Prinsip ini telah ditegaskan dalam al-Qur'an (Al-Qashas: 77) :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan kepadamau (kebahagiaan)
negeri akhirat dan jaganlah kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu…”

2) Prinsip Persamaan
Kesempatan belajar dalam Islam sama antara laki-laki dan perempuan, oleh
karena itu kewajiban untuk menuntut ilmu juga sama. Sistem pendidikan tidak
mengenal perbedaan dan tidak membeda-bedakan latar belakang orang itu jika dia
mau menuntut ilmu. Semua punya potensi yang sama untuk di didik dan punya
kesempatan yang sama untuk memproses diri dalam pendidikan.
3) Prinsip Seumur Hidup
Pendidikan yang dianjurkan tidak mengenal batas waktu, tidak mengenal
umur. Seumur hidup manusia harunya terdidik, mulai dari lahir sampai ke liang
lahat. Seluruh kehidupan kita digunakan sebagai proses pendidikan, sebagai
proses untuk menjadi hamba yang baik, menjadi insan kamil.
4) Prinsip Diri
Orang telah kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri.Sebenarnya sudah
mati sebelum mereka hidup, sebab tidak bisa melihat dunia dengan potensi panca
indranya sendiri.Manusia adalah makhluk yang sempurna dengan berbekal akal,
perasaan yang bisa dikembangkan dengan inilah harkat manusia lebih tinggi
dibanding makhluk lainya.Atau bahkan karena akalnyapun manusia bisa unggul
dari manusia satu dengan manusia lainnya.

E. Landasan, Azaz dan Prinsip Pendidikan Menurut Pandangan Umum di


Indonesia
1. Landasan Pendidikan Menurut Pandangan Umum di Indonesia
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu
landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik

11
tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat
terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan
yang bersifat koseptual identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan
menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.Ada
berbagai jenis landasan pendidikan, berdasarkan sumber perolehannya kita dapat
mengidentifikasi jenis landasan pendidikan menjadi:
a. Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yangbersumber dari religi
atau agama yang menjadi titik tolak dalamrangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan.Landasan agama adalah landasan yang paling mendasar dari
lain landasan-landasan pendidikan, sebab landasan agama merupakan landasan
yang diciptakan oleh Allah SWT, yakni tuhan yang maha kuasa. Landasan
agama itu berupa firman Allah SWT dalam kitab suci Al-qur’an dan Al-Hadis
berupa risalah (turunan) yang dibawakan Rasulullah (utusan Allah) yakni nabi
Muhammad SAW untuk umat manusia, berisi tentang tuntunan-tuntunan atau
peedoman hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia
maupun di akhirat nanti, serta merupakan rahmat bagi seluruh alam.
b. Landasan filosofis pendidikan, yaitu landasan yang berdasarkan atau bersifat
filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa
Yunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif,
atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan
konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan
dunia. Landasan filosofis merupakan landasan yang bersumber pada
pandangan hidup manusia yang paling mendasar dan mengandung nilai-nilai
yang bersumber dari tuhan dan manusia. Menurut Sudarwan (2010) filsafat
pendidikan pada esensinya merupakan filosofi proses pendidikan atau filosofi
ilmu pendidikan. Pemikiran filosofi di bidang pendidikan merujuk pada
dimensi tujuan, bentuk, metode, atau hasil dari proses pendidikan. Didalamnya
juga termasuk dimensi konsep, tujuan, dan metode disiplin ilmu pendidikan.
c. Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari
berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam rangka
praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Tergolong kedalam landasan
ilmiah pendidikan nantara lain: landasan psikologis pendidikan, landasan

12
sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan historis
pendidikan dan sebagainya. Landasan ilmiah pendidikan dikenal pula sebagai
landasan empiris pendidikan atau landasan faktual pendidikan. Indonesia
mempunyai berbagai peraturan perundang-undangan yang bertingkat, mulai
dari undang-undang dasar 1945, undang-undang, peraturan pemerintah,
ketetapan sampai dengan surat keputusan. Semuanya mengandung hukum yang
patut ditaati.Landasan hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.
Landasan hukum seorang guru boleh mengajar misalnya adalah adanya surat
keputusan tentang pengangkatannya sebagai guru. hal yang melandasi atau
mendasari guru menjadi guru adalah surat keputusan itu besera hak-haknya.
Pendidikan menurut UUD 1945 yakni terdapat pada pasal 31 ayat 1 yang
berbunyi, tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Ayat 2
menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Undang-undang no 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peraturan pemerintah nomor 19
tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional.
a. Landasan psikologis pendidikan, harus mempertimbangkan aspek psikologis
peserta didik, peserta didik harus dipandang sebagai subjek pendidikan yang
akan berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
mereka. Pendidikan harus akomodatif terhadap tingkat perkembangan dan
pertumbuhan mereka.Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan
jasmani, jiwa balita berkembang sedikit sekali sejajar dengan tubuhnya yang
juga masih berkemampuan sederhana sekali. Makin besar anak iru makin
berkembang pula jiwanya, dengan melalui tahap-tahap tertentu akhirnya anak
itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
b. Landasan sosial budaya. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang
paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir
tidak pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sosial mengacu kepada hubungan
antarindividu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial
ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak
manusia mulai dilahirkan. Karena itu aspek sosial melekat pada individu yang
perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang.

13
c. Landasan Sosiologi. Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan
ini adalah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan
keselarasan hidup dalam pergaulan manusia. Perwujudan cita-cita pendidikan
sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi
petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana sehrusnya membina para siswa
agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat dan
akrab sesama teman.
d. Landasan IPTEK. Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki
kaitan yang sangat erat Tirtarahardja (2005). Iptek menjadi bagian utama
dalam isi pembelajaran. dengan kata lain bahwa pendidikan berperan sangat
penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Iptek merupakan salah satu
hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan
perkembangan iptek dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks maka
pendidikan dengan segala aspeknya mau tak mau mengakomodasi
perkembangan itu, baik perkembangan iptek maupun perkembangan
masyarakat. Konsekuensi perkembangan pendidikan menyebabkan penataan
kelembagaan, pemantapan struktur organisasi serta mekanisme kerja serta
pemantapan pengelolaan dan lain sebagainya haruslah dilakukan dengan
pemanfaatan iptek. Perkembangan IPTEK sangat dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu sains, salah satunya adalah Fisika. Menurut Festiyed dkk
(2012) Fisika sangat penting untuk dikembangkan sebab ilmu Fisika
memegang peranan utama dalam merancang dan mengembangkan tekanologi.
Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan agar pembelajaran Fisika dapat
berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang memuaskan.

2. Azaz Pendidikan Menurut Pandangan Umum di Indonesia


Azaz-azaz pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpukan berpikir,baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan
dapat mendidik diri sendiri. Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat tiga
asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan, yaitu
sebagai berikut:

14
a. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sistem
semua perguruan.Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini
kemudian dikembangkan oleh Drs.R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan
dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarsa Sung SungTulada dan Ing Madya Mangun
Karsa.Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas
sebagai berikut.
1) Ing Ngarsa Sung Tulada (jika di depan menjadi contoh)
2) Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah memberi dukungandan
membangkitkan semangat)
3) Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan/mengikuti dengan
awas).

b. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (long life learning) merupakan sudut pandang
dari sisi lainterhadap pendidikan seumur hidup (long life education). Kurikulum
yang dapat meracang dandiimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi
yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
1) Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antartingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan
peserta didik di masa depan.
2) Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara
pengalaman belajar disekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
c. Azaz Kemandirian dalam Belajar
Baik azaz tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara
langsung eratkaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar.Asas tut wuri
handayani pada prinsipnyabertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri,
termasuk mandiri dalam belajar.Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya
dapat diwujudkan apa bila didasarkanpada asumsi bahwa peserta didik mau dan
mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidakmungkin seseorang belajar
sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru atau pun orang
lain.Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan mampu menempatkan guru
dalamperan utama sebagai fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain,

15
seperti: informator, organisator dan sebagainya. Sebagai fasilitator guru
diharapkan menyediakan dan mengaturberbagai sumber belajar sedemikian
sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut.
Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta
didik untuk memanfaatkan sumber belajar tersebut.

3. Prinsip Pendidikan Menurut Pandangan Umum di Indonesia


Prinsip merupakan sesuatu yang sangat mendasar yang mesti ada pada
setiap individu atau organisasi, karena prinsip merupakan pondasi atau tempat
berpijak. Tanpa prinsip siapapun atau organisasi manapun tidak dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapakan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
terdapat kosa kata prinsip dengan arti asas, kebenaran yang jadi pokok dasar
orang berpikir, bertindak, dan sebagainya. Dengan demikian, kata prinsip
menggambarkan sebagai landasan operasional. Dalam bahasa Inggris dijumpai
kata principle yang diartikan asas, dasar, prinsip dan pendirian.
Dalam bahasa Arab, kata prinsip merupakan terjemahan dari asas jamaknya
usus, yang berarti foundation (dasar bangunan), fundamental (yang utama),
grounwork (landasan kerja), ground (terowongan), basis (tiang tama), keynote
(kata kunci).Dari beberapa uraian di atas dapat dipahami bahwa prinsip
pendidikan adalah landasan pendidikan, atau boleh juga dikatakan pondasinya
pendidikan, untuk dijadikannya pijakan.
Prinsip penyelenggaraan pendidikan ada 6, sebagaimana diatur dalam UU
No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4, ayat 1 s.d. 6.
a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural dan kemajemukan bangsa.
b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem
terbuka dan multi makna.
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

16
d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
f. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.

F. Landasan,Azaz dan Prinsip Pendidikan Menurut Pandangan Barat


1. Landasan Pendidikan
Terdapat beberapa landasan pendidikan menurut beberapa pandangan
menurut ahli barat, diantaranya :
a. Herbert Spencer dalam S.E. Frost Jr (1957; 83)
Menyatakan bahwa beradanya manusia di alam semesta adalah sebagai
makhluk (ciptaan) Tuhan. Tokoh yang berpandangan demikian adalah
Thomas Aquinas (S.E. Frost, 1957; 64) dan Algazali (Ali Issa Othman, 1987;
185-190). Kaum evolusionisme mempunyai pandangan bahwa alam terjadi
dengan sendirinya termasuk segala apa yang ada di dalamnya, antara lain
manusia. Semua mengalami proses perkembangan dan perubahan menuju
kesempurnaan. Kesempurnaan yang dituju adalah wujud fisik dan
biologisnya.
b. Prof. Herman H. Horn
Pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk
yang telah berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada
Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional
dan kemauan dari manusia.
c. M.J. Langeveld
Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang
terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu
keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

17
d. Prof. Dr. John Dewey
Pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah
pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi
oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase
serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat ditarik beberapa landasan-
landasan dalam pendidikan, yaitu :
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat
pendidikan, menyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan
tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih
baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah
Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan
Progresivisme dan Ekstensialisme.
1) Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran
teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
2) Perenialisme
Perenialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran
konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan
universal.
3) Pragmatisme dan Progresifme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari
nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan
progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
4) Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang
menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan
masyarakat.
b. Landasan Sosiologis
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan
karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah

18
tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem
pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi
empat bidang:
1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2) Hubungan kemanusiaan.
3) Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4) Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.Kebudayaan dan
pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari
generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal
maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang
sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku,
nilai-nilai,dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-
usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial
yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan
adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
c. Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan
perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat
diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama
kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan.
Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang
pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta
tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.

Islam dan Barat memiliki pandangan berbeda mengenai pendidikan. Paham


rasionalisme empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme,
atheisme, dan lainnya yang berkembang di Barat dijadikan dasar pijakan bagi

19
konsep-konsep pendidikan Barat. Ini jauh berbeda dengan Islam yang memiliki
al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad para ulama sebagai konsep pendidikannya. Hal
inilah yang membedakan ciri pendidikan yang ada di Barat dengan pendidikan
Islam. Masing-masing peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga out
put yang ‘dihasilkan’ pun berbeda. Tokoh pendidikan Barat, John Dewey
mengatakan bahwa Pendidikan suatu bangsa dapat ditinjau dari dua segi: pertama,
dari sudut pandang masyarakat (community perspective), dan kedua, dari
segipandangan individu (individual perspective). Dari segi pandangan masyarakat,
pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda
agar hidup masyarakat tetap berlanjutan. Sedangkan dari sudut pandang individu,
pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan
tersembunyi.
2. Azas Pendidikan
Seperti yang diketahui bahwa sumber dan metodologi pendidikan barat
bergantung sepenuhnya kepada kaedah empiris dan rasional berdasarkan
pemikiran para filsuf yang melahirkan landasan-landasan pendidikan mereka.
Aliran-aliran filsafat tersebut saling terkaitan dan membutuhkan antara satu
dengan yang lainnya. Pemikiran-pemikiran itu telah mempengaruhi
perkembangan azas-azas pendidikan dunia. Azas-azas tersebut adalah:
a. Azas pendidikan sepanjang hayat atau seumur hidup (life long education).
b. Azas Universal
Artinya pendidikan terbuka bagi seluruh rakyat dan seluruh wilayah Negara,
menyeluruh artinya mencakup semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan
c. Azas Manfaat.
Pendidikan harus mengingat kemanfaatannya bagi masa depan peserta didik,
bagi masyarakat, bangsa, negara dan dunia.
d. Azas demokratis
Artinya bahwa pendidikan harus dilaksanakan dalam suasana dan hubungan
proposional antara pendidik dengan peserta didik, ada keseimbangan antara
hak dan kewajiban pada masing-masing.

20
e. Azas adil dan merata
Maksudnya bahwa semua kepentingan berbagai pihak harus mendapat
perhatian dan perlakuan yang seimbang sehingga tidak ada diskriminasi.Azas
perikehidupan dalam keseimbanganMaksudnya mempertimbangkan segala
segi kehidupan manusia
f. Azas kesadaran hukum
Pendidikan harus sadar dan taat pada aturan yang berlaku serta menegakkan
dan menjamin kepastian hukum.
g. Azas kepercayaan pada diri sendiri
Pendidik dan peserta didik harus memiliki kepercayaan diri sehingga tidak
ragu dan setengah-setengah dalam melaksanakan pendidikan.
h. Azas efisiensi dan efektivitas
Pendidikan dituntut kehematan dan hasil guna yang tinggi.
i. Azas mobilitas
Dalam pendidikan harus ditumbuhkan keaktifan, kreativitas, inisiatif,
keterampilan, kelincahan dan lain-lain.
j. Azas fleksibilitas
Dalam pendidikan harus diciptakan keluwesan (fleksibel) baik dalam materi
maupun caranya, sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat.
k. Azas kemandirian dalam belajar

Perwujudan azas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam


peran utama sebagai fasilitator dan motivator disamping perannya sebagai
informator, organisator dan sebagainya.

3. Prinsip Pendidikan
Beberapa pandangan dan prinsip dalam azas dan prinsip pendidikan
menurut beberapa pandangan barat, diantaranya :
a. Prinsip wajib belajar dan mengajar
Prinsip wajib belajar adalah prinsip yang menekankan agar setiap orang
merasa bahwa meningkatkan kemampuan diri dalam bidang pengembangan
wawasan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, intelektual, spiritual dan
sosial merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan.

21
b. Prinsip pendidikan untuk semua (Education for All)
Prinsip pendidikan untuk semua orang adalah prinsip yang menekankan agar
dalam pendidikan tidak terdapat ketidak adilan perlakukan, atau diskriminasi.
Pendidikan harus diberikan kepada semua orang dengan tidak membeda-
bedakan karena latar belakang suku, agama, kebangsaan, status sosial, jenis
kelamin, tempat tinggal, dan lain sebagainya.
c. Prinsip pendidikan sepanjang hayat (long life education)
Prinsip pendidikan sepanjang hanyat adalah prinsip yang menekankan, agar
setiap orang dapat terus belajar dan meningkatkan dirinya sepanjang hayat.
Mereka terus belajar sekalipun sudah menyandang gelar kesarjanaan.
d. Prinsip pendidikan berwawasan global dan terbuka
Maksud dari prinsip pendidikan berwawasan global adalah ilmu pengetahuan
yang dipelajari bukan hanya yang terdapat di negeri sendiri melainkan di
negeri orang.
e. Prinsip pendidikan integralistik dan seimbang
Prinsip pendidikan seperti ini adalah prinsip yang memadukan antara
pendidikan ilmu agama dan ilmu umum, karena ilmu agama dan ilmu umum,
baik secara ontologis, epistemologis, maupun sosiologis sama-sama berasal
dari Tuhan, dan satu dengan yang lainnya saling melengkapi.
f. Prinsip pendidikan yang sesuai dengan bakat manusia
Prinsip pendidikan yang sesuai dengan bakat manusia adalah prinsip yang
berkaitan dengan merencanakan program atau memberikan pengajaran yang
sesuai dengan bakat, minat, hobi, dan kecendrungan manusia sesuai dengan
tingkat perkembangan usianya.
g. Prinsip pendidikan yang menyengkan dan menggembirakan
Prinsip pendidikan yang menyenangkan ialah prinsip pendidikan yang
berkaitan pemberian pelayanan yang manusiawi, selalu memberikan jalan
keluar dan pemecahan masalah, memuaskan, mencerahkan dan
menggembirakan.

22
h. Prinsip pendidikan yang berbasis pada riset dan recana
Prinsip pendidikan yang berbasis pada riset maksudnya adalah pendidikan
yang dilaksanakan dan dikembangkan berdasarkan hasil penelitian dan kajian
yang mendalam, dan bukan berdasarkan dugaan atau asal-asalan.
i. Prinsip pendidikan yang unggul dan profesional
Prinsippendidikan yang ungul adalah prinsip pendidikan yang menjunjung
tinggi dan mengutamakan lulusan yang unggul dan ditopang oleh berbagai
komponen pendidikan lainnya yang unggul pula. Adapun pendidikan yang
profesional adalah prinsip yang memberikan tugas dan tanggung jawab dalam
mengelola pendidikan kepada orang yang ahli dibidangnya.
j. Prinsip pendidikan pendidikan yang rasional dan objektif
Prinsip pendidikan yang rasional adalah prinsip yang menekankan agar segala
kebijakan yang ditempuh dalam bidang pendidika dapat ijelaskan alasan dan
argumennya, sehingga kebijakan tersebut dapat diterima dengan penuh
kesadaran dan pengertian, dan bukan karena paksaan.
k. Prinsip pendidikan yang berbasis masyarakat
Prinsip pendidikan yang berbasis masyarakat adalah prinsip pendidikan yang
menekankan atau mengidealkan partisipai dan inisiatif yang penuh dan kuat
dari masyarakat.
l. Prinsip pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman
Prinsip pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman adalah
prinsip yang menekankan adanya penyesuaian berbagai kebijakan dan
program pendidikan sesuai dengan kebutuhan zaman, tanpa mengorbankan
yang bersifat ajaran dan prinsip.
m. Prinsip pendidikan sejak usia dini
Prinsip pendidikan sejak usia dini adalah prinsip yang menekankan agar
setiap orang tidak terlambat memberikan pendidikan pada anaknya, dan juga
prinsip yang menekankan, bahwa usia dini merupakan usia keemasan, yakni
paling baik untuk pendidikan.

23
n. Prinsip pendidikan yang terbuka
Prinsip pendidikan yang terbuka adalah prinsip yang menekankan, agar dalam
mengelola pendidikan terbuka kepada masyarakat untuk menyampaikan saran,
masukan, gagasan, dan pemikiran yang diperlukan bagi kemajuan pendidikan.

G. Tinjauan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi terhadap Manusia dalam


Pendidikan
1. Ontologi
Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat
keberadaan segala sesuatu yang ada, menurut tata hubungan sistematis
berdasarkan hukum sebab-akibat, yaitu, ada manusia, ada alam, dan ada causa
prima dalam suatu hubungan menyeluruh, teratur dan tertib dalam keharmonisan.
Jadi, dari aspek ontologi, segala sesuatu yang ada ini berada dalam tatanan
hubungan estetis yang diliputi dengan warna nilai keindahan.
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani.Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret.Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal
seperti Thales, Plato dan Aristoteles.Pada masanya, kebanyakan orang belum
membedaan antara penampakan dengan kenyataan.Thales terkenal sebagai filsuf
yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam
yang merupakan asal mula segala sesuatu.
Thales merupakan orang pertama yang berpendirian sangat berbeda di
tengah-tengah pandangan umum yang berlaku saat itu.Disinilah letak pentingnya
tokoh tersebut.Kecuali dirinya, semua orang waktu itu memandang segala sesuatu
sebagaimana keadaannya yang wajar.Apabila mereka menjumpai kayu, besi, air,
daging, dan sebagainya, hal-hal tersebut dipandang sebagai substansi-substansi
(yang terdiri sendiri-sendiri). Dengan kata lain, bagi kebanyakan orang tidaklah
ada pemilihan antara kenampakan (appearance) dengan kenyataan (reality).

a. Hakikat Manusia Sebagai Subjek Pendidikan (Pendidik dan Peserta Didik)


Kajian tentang manusia sejak zaman dahulu sampai zaman sekarang belum
juga berakhir dan tidak akan berakhir. Manusia merupakan makhluk yang sangat

24
unik dengan segala kesempurnaannya.Manusia dapat dikaji dari berbagai sudut
pandang, baik secara historis, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya. Pada
hakikatnya manusia adalah makhluk yang spesial dari pada makhluk-makhluk
ciptaan Allah yang lain. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-
Baqarah, ayat 30 :

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:


“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”

Manusia dalam kajian kali ini lebih difokuskan kepada subjek pendidikan,
bahwa dalam dunia pendidikan manusialah yang banyak berperan. Karena
dilakukannya pendidikan itu tidak lain diperuntukan bagi manusia, agar tidak
timbul kerusakan di bumi ini. Dalam pendidikan bahwa manusia dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu sebagai pendidik dan peserta didik.
Menurut Al-Aziz, pendidik adalah orang yang bertanggungjawab dalam
menginternalisasikan nilai-nilai religius dan berupaya menciptakan individu yang
memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang sempurna. Masing-masing definisi
tersebut, mengisyaratkan bahwa peran, tugas dan tanggungjawab sebagai seorang
pendidik tidaklah gampang, karena dalam diri anak didik harus terjadi
perkembangan baik secara afektif, kognitif maupun psikomotor.Dalam setiap
individu terdidik harus terdapat perubahan ke arah yang lebih baik. Jika dalam
ajaran Islam anak didik harus mampu menginternalisasikan ajaran-ajaran dalam

25
dirinya, sehingga mampu menjadi pribadi yang bertaqwa dan berakhlakul
karimah yang akan bahagia baik di dunia dan di akhirat.
Sedangkan anak didik (peserta didik) adalah makhluk yang sedang berada
dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing.
Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah
titik optimal kemampuan fitrahnya.Pengertian tersebut berbeda apabila anak didik
(peserta didik) sudah bukan lagi anak-anak, maka usaha untuk
menumbuhkembangkannya sesuai kebutuhan peserta didik, tentu saja hal ini tidak
bisa diperlakukan sebagaimana perlakuan pendidik kepada peserta didik (anak
didik) yang masih anak-anak.Maka dalam hal ini dibutuhkan pendidik yang
benar-benar dewasa dalam sikap maupun kemampuannya.
Dalam pandangan modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek
atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek
pendidikan, dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam
proses belajar mengajar. Dengan demikian, peserta didik adalah orang yang
memerlukan pengetahuan, ilmu, bimbingan dan pengarahan. Islam berpandangan
bahwa hakikat ilmu berasal dari Allah, sedangkan proses memperolehnya
dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu itu berasal dari Allah, maka
membawa konsekuensi perlunya seorang peserta didik mendekatkan diri kepada
Allah atau menghiasi diri dengan akhlak mulia yang disukai Allah dan sedapat
mungkin menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah.
Berdasarkan hal tersebut, muncul suatu aturan normatif tentang perlunya
kesucian jiwa sebagai seorang yang menuntut ilmu, karena ia sedang
mengharapkan ilmu yang merupakan anugerah Allah. Ini menunjukkan
pentingnya akhlak dalam proses pendidikan, di samping pendidikan sendiri adalah
upaya untuk membina manusia agar menjadi manusia yang berakhlakul karimah
dan bermanfaat bagi seluruh alam.
Pada akhirnya, dengan memahami ontologi pendidikan tersebut, maka
diharapkan bisa menumbuhkan kesadaran para pendidik dan peserta didik untuk
menjalankan peran dan fungsinya dalam keberlangsungan pendidikan di tengah-
tengah peradaban manusia yang dari waktu ke waktu semakin berkembang. Tentu
pendidikan tidak akan mengalami perkembangan yang berarti dan signifikan jika

26
tidak dibarengi oleh perkembangan manusianya. Namun, tanpa manusia, maka
sistem dan pola pendidikan tidak akan pernah terwujud. Oleh sebab itu,
pendidikan sebagai produk dan manusia sebagai creator-nya tidak bisa, bahkan
tidak akan pernah bisa dipisahkan. Ibarat dua sisi mata uang, maka jika satu sisi
saja tidak ada, maka sisi yang lain pun jadi tidak berarti. Sehingga kedua unsur ini
(manusia dan pendidikan) harus selaras, sejalan dan seiring dalam gerak dan laju
yang harmonis, sehingga menciptakan sebuah “irama” yang indah sekaligus
menginspirasi.

2. Epistemologi
Istilah epistemologi pertama kali digunakan oleh L.F Ferier pada abad ke-19
di Institut of Metaphisics (1854).Dalam Encyclopedia of Philosophy, epistemologi
didifenisikan sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dari
ruang lingkup pengetahuan praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum
dari tuntutan pengetahuan sebenarnya. Epistemologi ini adalah nama lain dari
logika materil atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yakni
pengetahuan (Dardini, 1986:18). Sementara itu, Brameld mendifinisikan
“epistemologi memberikan kebenaran kepada siswa-siswanya.
Epistemologi diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya
dengan penyusunan dasar kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan pada
anak didik, diajarkan di sekolah dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan
dan cara menyempaikannya seperti apa? Semua itu adalah epistemologinya
pendidikan.Lahirnya Kurikulum 2013 adalah salah satu usaha baik dari
pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, baik dari segi
sikap, pengetahuan dan keterampilan.Dimana pendidikan yang sebelumnya lebih
mengarahkan siswa pada aspek pengetahuan saja. Dilihat dari sudut epistemologi
adalah seharusnya pengetahuan apa yang harus diberikan kepada peserta didik?
Hal ini tentu terkait dengan pengetahuan guruakan kebutuhan yang diperlukan
peserta didik. Guru harus mengetahui dan memahami berbagai kemampuan atau
kelebihan atau kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Tidak bisa semua peserta
didik diberlakukan sama. Sebagai contoh, perlakuan antara peserta yang memiliki
kemampuan intelektualitas tinggi dengan yang biasa saja.

27
Bagi peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata
justru akan memilih keluar atau tidur daripada mendengarkan guru mengajar
karena merasa bosan, ketika guru memberikan materi yang sebenarnya levelnya
disampaikan kepada mereka yang memiliki intelektualitas rata-rata. Mereka harus
difasilitasi dengan sesuatu yang lebih.
Bagaimana cara memperoleh pengetahuan? Pada dunia pendidikan,cara
memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan, yaitu diantaranya
dengan mengembangkan metode active learning untuk memacu kreativitas dan
daya inisiatif peserta didik. Guruhanya sebagai fasiltator saja dan mengarahkan
peserta didik. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui diskusi, problem
based learning (PBL), pergi ke perpustakaan, belajar dengan e-learning (internet),
membaca dan sebagainya. Cara-cara seperti ini akan memacu potensi peserta
didik daripada peserta didik diperlakukan hanya sebagai objek yang pasif saja.
Bagaimana cara menyampaikannya? Pertanyaan ini terkait dengan
kompetensi guru serta metode atau gaya pengajaran yang mereka terapkan.
Sebenarnya jaman sekarang ini model ceramah yang bersifat pasif sudahbukan
jamannya lagi.Akan tetapi dibeberapa sekolah atau bahkan Pergurun Tinggi
sendiri masih memberlakukan sistem pengajaran seperti ini.

3. Aksiologi
Akhlak adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Menurut
Brameld, ada tiga bagian yang membedakan di dalam aksiologi. Pertama, moral
conduct, bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.Kedua, esthetic
expression, yang melahirkan estetika.Ketiga, socio-political life, yang melahirkan
ilmu filsafat sosio-politik (Muhammad Noor Syam, 1986:34-36).
Aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa yunani “axios” yang berarti
bermanfaat dan ‘logos’ berarti ilmu pengetahuan atau ajaran.Secara istilah,
aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau
dari sudut kefilsafatan.Sejalan dengan itu, Sarwan menyatakan bahwa aksiologi
adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas dan arti dari nilai-nilai (kebaikan,
keindahan dan kebenaran).Dengan demikian aksiologi adalah studi tentang
hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika.

28
Definisi lain mengatakan bahwa aksiologi adalah suatu pendidikan yang
menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan
menjaganya serta membinanya di dalam kepribadian peserta didik. Dengan
demikian aksiologi dapat juga diartikan sebagai salah satu cabang filsafat yang
mempelajari tentang nilai-nilai atau norma-norma terhadap sesuatu ilmu.
Berbicara mengenai nilai itu sendiri dapat kia jumpai dalam kehidupan seperti
kata-kata adil dan tidak adil, jujur dan curang. Hal itu semua mengandung
penilaian karena manusia yang dengan perbuatannya berhasrat mencapai atau
merealisasikan nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Secara singkat, dapat dikatakanbahwa “nilai” kiranya mempunyai macam-
macam makna seperti (1) mengandung nilai, artinya berguna; (2) merupakan nilai,
artinya baik atau benar, atau indah; (3) mempunyai nilai artinya merupakan obyek
keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap
menyetujui, atau mempunyai sifat nilai tertentu; (4) memberi nilai artinya,
menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang
menggambarkan nilai tertentu. Nilai ini terkait juga dengan etika dan nilai
estetika.Nilai etika adalah teori perbuatan manusia yang ditimbang menurut baik
atau buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.Sedangkan nilai estika adalah
telaah filsafat tentang keindahan dan tanggapan manusia terhadapnya.Di dalam
etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan karena
menyangkut tanggung jawab, baik tanggung jawab pada diri sendiri, masyarakat,
alam maupun terhadap Tuhan.
Berdasarkan dari apa yang telah diuraikan, dipahami bahwa ilmu
pengetahuan mengandung nilai, dan kebenaran nilai ilmu pengetahuan yang
dikandungnya bukan untuk kebesaran ilmu pengetahuan semata yang berdiri
hanya mengejar kebenaran obyektif yang bebas nilai, melainkan selalu terikat
dengan kemungkinan terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.
Sejak awal kehadirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu
besar kepada ilmu.Wahyu pertama yang diturunkan pada Rasulullah Muhammad
adalah “iqra’” atau perintah untuk membaca. Jibril memerintah Muhammad untuk
membaca dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Jadi, dari kata

29
iqra’ inilah, umat Islam diperintah untuk membaca yang kemudian lahir makna
untuk memahami, mendalami, menelaah, menyampaikan, maupun mengetahui
dengan dilandasi “bismi rabbik”, dalam arti, hasil-hasil bacaan dan pemahaman
itu nantinya dapat bermanfaat untuk kemanusiaan (Shihab, 2001:433).
Al Qur’an dan hadits kemudian dijadikan sebagai sumber ilmu yang
dikembangkan oleh umat Islam dalam spectrum yang seluas-luasnya (Achmadi,
2005:33).Ilmu pengetahuan dalam sejarah tradisi Islam tidaklah berkembang pada
arah yang tak terkendali, melainkan pada arah maknawi dan umat berkuasa untuk
mengendalikannya.Kekuasaan manusia atas ilmu pengetahuan harus mendapat
tempat yang utuh.
Eksistensi ilmu pengetahuan bukan saja untuk mendesak pengetahuan,
melainkan kemanusiaanlah yang menggenggam ilmu pengetahuan untuk
kepentingan dirinya dalam rangka penghambaan diri kepada Yang Maha
Pencipta.Ilmu pengetahuan harus terbuka pada konteknya dan agama yang
menjadi konteksnya. Agama mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan
hakikinya, yaitu memahami realitas alam dan memahami eksistensi Allah, agar
manusia menjadi sadar akan hakikat penciptaan dirinya, dan tidak mengarahkan
ilmu pengetahuan hanya pada praktisnya atau kemudahan-kemudahan pada
material duniawi. Solusi yang diberikan Al Qur’an terhadap ilmu pengetahuan
yang terikat dengan nilai adalah dengan cara mengembalikan ilmu pengetahuan
pada jalur semestinya, sehingga ia menjadi berkah dan rahmat bagi manusia dan
alam, bukan sebaliknya membawa mudharat atau penderitaan (Tafsir, 1997:173).
Nilai dan implikasi aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan menguji
dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia dan
membinanya di dalam kepribadian peserta didik.Karena untuk mengatakan
sesuatu bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah.Apalagi menilai secara
mendalam dalam arti untuk membina kepribadian ideal.

30
BAB III
PEMBAHASAN

A. Matrik Perbandingan Landasan Pendidikan Menurut Islam, Indonesia dan Barat

Kajian Pandangan Islam Pandangan Indonesia Pandangan Barat


Secara Pendidikan menurut Islam adalah pendidikan yang Pancasila diakui dan terima sebagai Landasan pendidikan
Umum berdasarkan konsep Islam sesuai dengan petunjuk Allah, filsafat dan pandangan hidup bangsa Barat adalah teori yang
yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Oleh karena itu yang menjadi kita, yang dijadikan pedoman dalam dibentuk dari acuan
landasan pendidikan dalam Islam adalah: kehidupan sehari-hari, dijadikan pula pemikiran falsafah
a. Al-Qur’an landasan utama pendidikan mereka yang dituangkan
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan Indonesia. dalam pemikiran yang
kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril Adapun dasar pendidikan di melahirkan aliran-aliran
sebagai pedoman hidup manusia. negara Indonesia secara yuridis filsafat pendidikan.
Hal ini diisyaratkan dalam firman-Nya QS. An-Nahl ayat formal telah dirumuskan antara lain Adapun aliran-aliran
89: sebagai berikut: tersebut:
XLm a Xa Lm X Lmā 耀 O a O m O ༂O ≕ O mOLLm X Lmā ˱≕ ༂ Ϣ˶OϬ a. UU tentang Pendidikan dan a. Aliran Progresivisme
˱a O Ϣ˶O Ϭ
༂LaLO aLO ϯa ˴ήO X ϯX X O ā ༂ X LOϬ ⒛ O 耀OLLm O Pengajaran No. 4 tahun b. Aliran Esensialisme
Artinya: “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami 1950,Nomor 2 tahun 1945, Bab c. Aliran
bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi (rasul) III Pasal 4 Yang Berbunyi: Rekonstruksionisme
atas (perbuatan) mereka, dari (kalangan) mereka sendiri, Pendidikan dan pengajaran Rekonstruksionisme
dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi berdasarkan atas asas-asas yang merupakan suatu
atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan termaktub dalam Pancasila, yang akan datang,
kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan Undang-Undang Dasar RI dan sehingga terbentuk
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat, bagi orang- kebudayaan bangsa Indonesia. dunia baru dalam
orang yang berserah diri”. b. Ketetapan MPRS No. XXVII/ pengawasan umat

31
Kajian Pandangan Islam Pandangan Indonesia Pandangan Barat
Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang manusia.
pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al- berbunyi: Dasar pendidikan
Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam disamping adalah falsafah negara
Sunnah beliau sendiri. Kedudukan Islam sebagai sumber Pancasila.
pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al- c. GBHN tahun 1973, GBHN 1978,
Qur’an itu sendiri dalam firman Allah: GBHN 1983 dan GBHN 1988
Bab IV bagian pendidikan
berbunyi: Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila.
d. Tap MPR Nomor II/MPR/1993
tentang GBHN dalam Bab IV
bagian Pendidikan yang
Artinya: “Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al- berbunyi: Pendidikan Nasional
Qur’an melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada (yang berakar pada kebudayaan
mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bangsa Indonesia dan
bagi kaum yang beriman”(QS An-Nahl:64) berdasarkan Pancasila dan
Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan yang Undang-Undang Dasar 1945.
lengkap berupa pendidikan sosial akidah, akhlak, ibadah, e. UU RI No 2 Tahun 1989,
dan muamalah. tentang Sistem Pendidikan
b. Sunnah (Hadist) Nasional berdasarkan Pancasila
Dasar yang kedua selain Al-Qur’an adalah Sunnah dan Undang-Undang Dasar
Rasulullah. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah Saw 1945.
dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi faktor f. UU RI No 20 Tahun 2003
utama pendidikan Islam karena Allah Swt menjadikan tentang Sistem Pendidikan
Muhammad sebagai teladan bagi umatnya. Nasional berdasarkan Pancasila
Firman Allah Swt: dan Undang-Undang Dasar
˴gkO Ϣ˶O LO ˶a˴O Ϭ 耀 ༂O a ˱ D˶OK Ϧ˶K O 耀 O˴ 1945.

32
Kajian Pandangan Islam Pandangan Indonesia Pandangan Barat
X L
˴L ˴L
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”. (QS Al-Ahzab:21).
Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan
Rasulullah dimaksud dengan pengakuan itu ialah
kejadian atau perbuatan yang diketahui Rasulullah dan
beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu
berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua setelah
Al-Qur’an. Sunnah juga berisi aqidan dan syari’at serta
petunjuk untuk kemasalahatan menjadi manusia
seutuhnya atau muslim yang bertaqwa untuk itu
Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama bagi seluruh
umat.
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqawah, yaitu berfikir
dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh
ilmuan syari’ah islam untuk menetapkan atau
menentukan sesuatu hukum atau syari’at islam dalam hal-
hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oeh Al-
qur’an dan As-sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja
meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek
pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan
sunnah. Namun demikian ijtihad harus mengikuti kaidah-
kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh

33
Kajian Pandangan Islam Pandangan Indonesia Pandangan Barat
bertentangan dengan isi Al-qur’an dan sunnah tersebut.
Kesimpulan:
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar
pijakan. Landasan pendidikan merupakan dasar yang mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan
pendidikan. Dari ketiga pandangan di atas, terlihat bahwa landasan-landasan yang akan menjadi dasar pendidikan dikaji dari segi religius,
filosofi, sosiologis, yuridis, kultural, psikologis, dan histori.

B. Matrik Perbandingan Azaz Pendidikan Menurut Islam, Indonesia dan Barat

Pandangan Islam Pandangan Indonesia Pandangan Barat


Asas pendidikan adalah aqidah Islam. a. Asas Tut Wuri Handayani Sumber dan metodologi pendidikan
Aqidah Islam berkonsekuensi ketaatan Asas yang dikumandangkan oleh Ki barat bergantung sepenuhnya kepada
pada syari’at Islam. Ini berarti tujuan, Hajar Dwantara ini kemudian kaedah empiris dan rasional berdasarkan
pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan dikembangkan oleh Drs. R.M.P. pemikiran para filsuf yang melahirkan
pendidikan harus terkait dengan ketaatan Sostrokartono dengan menambahkan dua landasan-landasan pendidikan mereka.
pada syari’at Islam. Maksud adalah aqidah semboyan lagi, yaitu Ing Ngarsa Sung Aliran-aliran filsafat tersebut saling
Islam harus dijadikan standar penilaian. Sung Tulada dan Ing Madya Mangun terkaitan dan membutuhkan antara satu
Ilmu pengetahuan yang bertentangan Karsa. Kini ketiga semboyan tersebut dengan yang lainnya. Pemikiran-pemikiran
dengan aqidah Islam tidak boleh telah menyatu menjadi satu kesatuan asas itu telah mempengaruhi perkembangan
dikembangkan dan diajarkan, kecuali untuk yaitu: asas-asas pendidikan dunia. Asas-asas
dijelaskan kesalahannya. 1) Ing Ngarsa Sung Tulada (jika di depan tersebut adalah:
Setidaknya ada enam asas pendidikan menjadi contoh). a. Asas pendidikan sepanjang hayat atau
tersebut, yaitu : 2) Ing Madya Mangun Karsa (jika seumur hidup (life long education).
a. Asas Universalitas ditengah-tengah memberi dukungan b. Asas Universal
Pendidikan bersifat universal dan membangkitkan semangat). c. Asas Manfaat
(menyeluruh) dalam pandangan 3) Tut Wuri Handayani (jika di belakang d. Asas Demokratis

34
penumpuan, dan tafsirannya terhadap memberi dorongan/mengikuti dengan e. Asas Adil dan Merata
alam semesta. Ia menekankan awas). f. Asas Kesadaran Hukum
pandangan yang universal antara b. Asas Belajar Sepanjang Hayat g. Asas Kepercayaan pada Diri Sendiri
jasmani dan rohani, antara jiwa dan Asas belajar sepanjang hayat (life h. Asas Efisiensi dan Efektivitas
raga, antara individu dan masyarakat, long learning) merupakan sudut pandang i. Asas Mobilitas
dan antara dunia dan akhirat. dari sisi lain terhadap pendidikan seumur j. Asas Fleksibilitas
b. Asas Keseimbangan hidup (life long education). Kurikulum Asas Kemandirian dalam Belajar
Pendidikan menurut Islam yang dapat meracang dan
mewujudkan keseimbangan antara diimplementasikan dengan
menjaga kebudayaan masa silam, memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
tuntutan masa kini dan kebutuhan masa vertikal dan horisontal.
silam, tanpa mengutamakan salah satu 1) Dimensi vertikal dari kurikulum
diantaranya. sekolah meliputi keterkaitan dan
c. Asas Kejelasan kesinambungan antar tingkatan
Pendidikan sebagai mana persekolahan dan keterkaitan dengan
layaknya ajaran Islam yang jelas, juga kehidupan peserta didik di masa depan.
memiliki konsep-konsep yang jelas, 2) Dimensi horisontal dari kurikulum
baik sari segi metode, kurikulum, sekolah yaitu katerkaitan antara
sistem, dan aspek-aspek lain dalam pengalaman belajar di sekolah dengan
pendidikan. Kejelasan akan pengalaman di luar sekolah
berpengharuh pada operasional c. Asas Kemandirian dalam Belajar
Pendidikan, sehingga tujuan Pendidikan Perwujudan asas kemandirian dalam belajar
dapat tercapai. akan mampu menempatkan guru dalam
d. Asas Keselarasan peran utama sebagai fasilitator dan
Pendidikan harus berjalan dengan motivator, disamping peran-peran lain:
ketetapan-ketetapan Allah. Berbeda informator, organisator dan sebagainya.
dengan sistem pendidikan lain yang Sebagai fasilitator guru diharapkan
terkadang pencapaian tujuan menjadi menyediakan dan mengatur berbagai sumber

35
prioritas dari tujuan pendidikan belajar sedemikian sehingga memudahkan
tersebut, tanpa memperdulikan cara peserta didik berinteraksi dengan sumber-
pencapaiannya. Dalam Pendidikan sumber tersebut.Sedangkan sebagai
Islam, tujuan harus dicapai dengan cara motivator, guru mengupayakan timbulnya
yang sesuai dengan syariat-syariat prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan
Islam. sumber belajar itu.
e. Asas Realisme
Pendidikan berjalan dalam
bingkai yang jelas dan realistis terhadap
kenyataan dalam masyarakat.
Pendidikan yang berjalan seiring
dengan perkembangan yang ada dalam
masyarakat dan tetap menjaga nilai-
nilai keislaman sebagai landasan
berpijaknya.
f. Asas Dinamis dan reponsif terhadap
perubahan
Kesimpulan:
Asas Pendidikan menurut pandangan Islam, adalah sesuai dengan aqidah Islam. Aqidah harus dijadikan standar penilaian. Ilmu
pengetahuan yang bertentangan dengan aqidah Islam tidak boleh dikembangkan dan diajarkan, kecuali untuk dijelaskan kesalahannya.
Pandangan umum di Indonesia, Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan dalam perancangan
maupun pelaksanaan pendidikan. Asas pendidikan barat benar-benar dipengaruhi asas-asas dari para filsuf. Asas-asas tersebut mengacu
pada filsafat pendidikan dari berbagai aliran. Seperti asas pendidikan sepanjang hayat. Maka, Asas-asas pendidikan merupakan suatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Asas pendidikan
menurut islam memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu sendiri. Hal ini terlihat dari ungkapan dalam islam
“tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahad’. Ungkapan ini diterapkan dalam pandangan di Indonesia maupun di barat.

36
C. Matrik Perbandingan Prinsip Pendidikan Menurut Islam, Indonesia dan Barat

Pandangan Islam Pandangan Umum di Indonesia Pandangan Barat


Mengacu kepada sumber pendidikan a. Prinsip wajib belajar dan mengajar René Descartes, tokoh filsafat Barat
Islam, baik Al-Qur’an, Al-Hadis, sejarah dan b. Prinsip pendidikan untuk semua asal Perancis ini menjadikan rasio sebagai
pendapat para sahabat, dapat dijumpai c. Prinsip pendidikan sepanjang hayat kriteria satu-satunya dalam mengukur
beberapa prinsip pendidikan sebagai berikut. d. Prinsip pendidikan berwawasan global kebenaran. Selain itu para filosof lainnya
a. Prinsip Wajib Belajar dan Mengajar dan terbuka seperti John Locke, Immanuel Kant, Martin
b. Prinsip Pendidikan Untuk Semua e. Prinsip pendidikan integralistik dan Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg
c. Prinsip Pendidikan Sepanjang Hayat seimbang Gadammer, dan lainnya juga menekankan
d. Prinsip Pendidikan Berwawasan Global f. Prinsip pendidikan yang sesuai dengan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu
dan Terbuka bakat manusia mereka, sehingga melahirkan berbagai
e. Prinsip Pendidikan Integralistik Dan g. Prinsip pendidikan yang menyengkan dan macam faham dan pemikiran seperti
Seimbang menggembirakan empirisme, humanisme, kapitalisme,
f. Prinsip Pendidikan yang Sesuai dengan h. Prinsip pendidikan yang berbasis pada eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan
Bakat Manusia riset dan recana lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai
g. Prinsip pendidikan yang menyenangkan i. Prinsip pendidikan yang unggul dan disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat,
h. Prinsip Pendidikan yang Berbasis pada profesional sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi,
Riset dan Rencana j. Prinsip pendidikan pendidikan yang dan lainnya
i. Prinsip Pendidikan yang Unggul dan rasional dan objektif
Profesional k. Prinsip pendidika yang berbasis Menurut John Dewey, prinsip pendidikan:
j. Prinsip Pendidikan yang Rasional dan masyarakat a. Prinsip bebas untuk berkembang
Objektif. l. Prinsip pendidikan yang sesuai dengan b. Prinsip minat
k. Prinsip Pendidikan yang Berbasis perkembangan zaman c. Prinsip guru sebagai pembimbing
Masyarakat. m. Prinsip pendidikan sejak usia dini d. Prinsip kerja sama
l. Prinsip Pendidikan yang Sesuai dengan n. Prinsip pendidikan yang terbuka e. Prinsip sekolah progresif
Perkembangan Zaman. Undang-Undang 20 tahun 2003
m. Prinsip Pendidikan Sejak Usia Dini. tentang Sisdiknas, prinsip pendidikan

37
Pandangan Islam Pandangan Umum di Indonesia Pandangan Barat
n. Prinsip Pendidikan yang Terbuka. diselenggarakan secara demokrtis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak assi manusia, nilai
kegamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
Kesimpulan :
Prinsip pendidikan adalah pondasinya pendidikan yang dijadikan pijakan dalam melaksanakan pendidikan, nilai-nilai pokok tersebut
dipegang teguh dan digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan, sehingga terjadi keterkaitan antara semua prinsip
tersebut. Prinsip pendidikan dalam islam menjunjung demokratis dan berkeadilan serta menjunjung tinggi nilai keagamaan yang sesuai
dengan prinsip pendidikan dalam islam bersumber dari Al-Qur’an yang merupakan wahyu dari Allah SWT yang Maha benar. Pandangan
umum di Indonesia, prinsip pendidikan diselenggarakan secara demokrtis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak assi manusia, nilai kegamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pandangan barat, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika
dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, sehingga terus menerus berubah karena manusia tidak luput dari salah. Lebih dari itu, ilmu
pengetahuan harus dilihat secara teologis, etis, dan moral untuk membangun hubungan yang lebih dekat antara manusia dengan Allah.

D. Matrik Perbandingan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pendidikan Menurut Pandangan Barat, Indonesia, dan Islam
1. Ontologi Menurut Pandangan Barat, Indonesia dan Islam
Pandangan Barat Pandangan Indonesia Pandangan Islam
Menurut Freire hakekat pendidikan adalah Hakikat pendidikan adalah:  Pendidikan berfungsi mernanusiakan
membebaskan. Freire mendobrak bahwa  Pendidikan merupakan interaksi manusia yang manusia yang sebenar nya. Pendidikan
ditandai oleh keseimbangan antara kedaulan
pendidikan haruslah mencermati realitas seyogyanya berusaha untuk
subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
sosial mengembangkan potensi manusia
 Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek
secara baik dan benar, yaitu sesuai
didik menghadapi lingkungan hidup yang

38
mengalami perubhn yang semakin pesat. dengan fitrah-nya. Fitrah manusia
 Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan sebagai makhluk beragama sudah
pribadi dan masyarakat.
diisyaratkan oleh Allah Swt melalui
 Pendidikan berlangsung seumur hidup.
firmanNya dalam Al Quran surah al-
 Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan
A’raf ayat 172.
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi
bagi pembentukan manusia seutuhnya.  lslam mewajibkan kepada umatnya
untuk melaksanakan pendidikan karena
dalam perspektif Islam, pendidikan
juga merupakan kebutuhan hidup
manusia yang mutlak harus dipenuhi
demi mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat dalam
Al-Qur’an surat Yasin Ayat 36.

2. Estimologi Menurut Pandangan Barat, Indonesia dan Islam


Pandangan Barat Pandangan Indonesia Pandangan Islam
Prof. Lodge dalam buku “Philosophy of Darmaningtyas mengatakan tentang difinisi Asal usul pendidikan didasari suatu
Education” menyatakan “Perkataan pendidikan yaitu pendidikan sebagai usaha pemikiran bahwa ilmu adalah milik Allah,
pendidikan kadang-kadang dipakai dalam dasar dan sistematis untuk mencapai taraf maka pendidikan juga berasal dari Allah.

39
pengertian yang luas dan pengertian sempit. hidup dan kemajuan yang lebih baik. Allah sebagai pendidik yang pertama dan
Dalam pengertian luas pendidikan adalah utama. Sebagaimana dalam QS. Al-Fatihah
semua pengalaman, dapat dikatakan juga ayat 2 dan al-Baqarah Ayat 3
bahwa hidup adalah pendidikan atau
pendidikan adalah hidup.

3. Aksiologi Menurut Pandangan Barat, Indonesia dan Islam


Pandangan Barat Pandangan Indonesia Pandangan Islam
 Nilai Nilai Pendidikan didasari  Nilai Nilai dalam pendidikan didasari  Nilai Nilai Pendidikan Didasari kepada
paham/aliran yang berkembang di kepada Pancasila dan UUD 1945 Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad para
kalangan tokoh filsuf barat.  Tujuan pendidikan untuk ulama
 Pendidikan diarahkan untuk melahirkan mengembangkan kemampuan dan  Tujuan pendidikanadalah
individu- yang untuk meraih kesuksesan membentuk watak serta peradaban mengupayakan tumbuhnya seluruh
materi dan profesi sosial yang akan bangsa yang bermartabat dalam rangka potensi manusia, baik yang bersifat
memakmuran diri, perusahaan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, spiritual, intlektual, daya khayal,
Negara.Pendidikan harus mampu bertujuan untuk berkembangnya potensi pisik,ilmu pengetahuan, maupun
mempersiapkan manusia agar memiliki peserta didik agar menjadi manusia yang bahasa, baik secara perseorangan
peran dan beradaptasi dengan baik dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan maupun kelompok, dan mendorong

40
lingkungannya. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menacapai kebaikan dan
menjadi warga negara yang demokratis kesempurnaan. Tujuan akhir
serta bertanggung jawab.Pada intinya pendidikan terletak pada terlaksananya
pendidikan itu bertujuan untuk pengabdian yang penuh kepada Allah,
membentuk karakter seseorang yang baik pada tingkat perorangan,
beriman dan bertakwa kepada Tuhan kelompok maupun kemanusiaan.
Yang Maha Esa

4. Hubungan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pendidikan

Perbedaan Ontology Epistemology Aksiologi


Pendidik Bagaimana cara seorang pendidik Bagaimana cara seorang Bagaimana cara pendidik memahamkan
memahamkan peserta didik tentang pendidik memberikan ilmu nilai-nilai yang terkandung pendidikan
hakekat pendidikan Islam kepada peserta didik tentang Islam kepada peserta didik
pendidikan Islam
Peserta Didik Bagaimana cara peserta didik Bagaimana cara seorang peserta Bagaimana peserta didik
memahami hakekat pendidikan Islam didik memperoleh ilmu dalam mengaktualisasikan nilai-nilai yang
pendidikan Islam terkandung pendidikan Islam

41
5. Pengetahuan Manusia
Pengetahuan Objek Paradigma Metode Kriteria
Sain Empiris Sain Metode Ilmiah Rasional-Empiris
Filsafat Abstrak-Rasional Rasional Metode Rasional Rasional
Mistik Abstrak-Supra-Rasional Mistik Latihan-Percaya Rasa, Iman, Logis,
Kadang Empiris

42
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Landasan Pendidikan
a. Pandangan Islam
Landasan pendidikan berdasarkan pandangan Islam, diantaranya Al-qur’an,
sunnah (hadist), dan Ijtihad.
b. Pandangan Umum di Indonesia
Landasan pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945,
landasan pendidikan Indonesia bersumber dari agama, filsafat dan
perundang-undangan yang menjadi titik tolaknya.
c. Pandangan Barat
Sumber dan metodologi pendidikan barat bergantung sepenuhnya kepada
kaedah empiris, rasional dan cenderung materialistik.
2. Asas Pendidikan
a. Pandangan Islam
Asas pendidikan menurut pandangan Islam adalah aqidah Islam. Aqidah
Islam memiliki konsekuensi ketaatan terhadap syari’at Islam.
b. Pandangan Umum di Indonesia
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan dalam perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Ketiga asas
pendidikan di Indonesia tersebut memberi arah dalam merancang dan
melaksanakan pendidikan Indonesia.
c. Pandangan Barat
Asas pendidikan barat benar-benar dipengaruhi asas-asas dari para filsuf.
Asas-asas tersebut mengacu pada filsafat pendidikan dari berbagai aliran.
Seperti asas pendidikan sepanjang hayat.
3. Prinsip Pendidikan
a. Pandangan Islam
Mengacu kepada sumber pendidikan Islam, baik Al-Qur’an, Al-Hadis,
sejarah dan pendapat para sahabat.

43
b. Pandangan Umum di Indonesia
Prinsip Pendidikan di Indonesia, adalah sebagai berikut : (1) Wajib belajar
dan mengajar, (2) Pendidikan untuk semua, (3) Pendidikan sepanjang hayat,
(4) Pendidikan berwawasan global dan terbuka, (5) Pendidikan integralistik
dan seimbang, (6) Pendidikan yang sesuai dengan bakat manusia, (7)
Pendidikan yang menyenangkan dan menggembirakan, (8) Pendidikan yang
berbasis pada riset dan rencana, (9) Pendidikan yang unggul dan profesional,
(10) Pendidikan yang rasional dan objektif, (11) Pendidikan berbasis
masyarakat, (12) Pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman, (13)
Pendidikan sejak usia dini, (14) Pendidikan yang terbuka, (15) Pendidikan
diselenggarakan secara demokrtis dan berkeadilan.
c. Pandangan Barat
Menurut John Dewey, prinsip pendidikan: (1) Bebas untuk berkembang, (2)
Minat, (3) Guru sebagai pembimbing, (4) Kerja sama, dan (5) sekolah
progresif.
B. Saran
Makalah ini masih belum sempurna, penulis menyarankan pada pembaca
agar membaca referensi lain tentang landasan, azaz, prinsip pendidikan, tinjauan
ontologi, epistimologi, dan aksiologi pendidikan (pandangan Barat, Indonesia dan
Islam).

44
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, dkk. 2011. Metodologi Studi Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Alim, Muhammad. 2010. Asas-asas Negara Hukum Modern dalam Islam; Kajian
Komprehensif Islam dalam ketatanegaraan. Yogyakarta: LKIS.

Festiyed, dkk. 2012. “Pengaruh Pemberian Assessment Essay terhadap


Pencapaian Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran Fisika Menggunakan
Pendekatan Ekspositori dan Inkuiri di Kelas XI IA SMA N 1 Kecamatan
Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota”. Jurnal Penelitian Pembelajaran
Fisika. Vo. 1, No. 1, Hal: 1-14

Khasinah, Siti. 2013. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat.
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, Hlm. 296-317.

Muhammmad Munir Mursyi, Al-Tarbiyat al-Islamiyyat: Ushuluha wa


Tathawwuruha fil bilad al-‘Arab, Kahirat: ‘Alam al-Kitab, 1986, Hlm. 16

Mumtahanah, Nurotun. 2017. Wahyu dan Fungsinya dalam Manajemen


Pendidikan Islam. Al-Hikmah Jurnal Studi Keislaman, Vol. 7, No. 1, Maret
2017.

Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Prayitno.2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Padang: Grasindo.

Pu’ad, Dede. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Garut:Defiya print.

Rahmat, Ali. 2017. Konsep Manusia dalam Perspektif Filsafat Pendidikan


Islam.Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Karimiyah Sumenep, Volume 1,
Nomor 1, Maret 2017. Hlm. 28-33.

Sastrapratedja, M. 1982. Manusia Multi Dimensional: Sebuah Renungan Filsafat.


Jakarta: Penerbit PT Gramedia.

Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta.

45
Pertanyaan

1. Bagaimana kedudukan pendidikan berdasarkan pandangan islam, indonesia dan


barat?

Jawab

Dalam ajaran Islam pendidikan menduduki posisi yang sangat penting. Mengingat
bahwa keberadaan manusia di dunia ini mengemban tugas dan tanggung jawab
yang berat, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah di muka bumi.

Pendidikan menurut UUD 1945 yakni terdapat pada pasal 31 ayat 1 yang berbunyi,
tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Ayat 2 menyatakan
bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan undang-undang.

Pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang
telah berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan
seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan
dari manusia.

46

Anda mungkin juga menyukai