MAKALAH
ALIRAN KLASIK DAN GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENGANTAR PROFESI PENDIDIKAN
Dosen Pengampuh :
Ery Rahmawati, M.Pd
KATA PENGANTAR
Saya sebagai penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, sehingga saya
mampu untuk menyelesaikan tugas pembuatan makalah dengan judul “Aliran Klasik dan
Gerakan Baru Dalam Pendidikan.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................I
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Kesimpulan.............................................................................................................7
B. Saran.......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................8
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran-aliran klasik yang meliputi aliran empirisme, nativisme, naturalism dan konvergensi
merupakan benang-benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa
lalu, kini dan mungkin yang akan datang. Aliran-aliran itu mewakili berbagai variasi pendapat
tentang pendidikan, mulai dari yang paling pesimis sampai dengan yang paling optimis. Aliran
yang paling pesimis memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat, bahkan mungkin
merusak bakat yang telah dimiliki anak. Sedang sebaliknya, aliran yang sangat optimis
memandang anak seakan-akan tanah liat yang dapat dibentuk sesuka hati. Banyak pemikiran
yang berada di antara kedua kutub tersebut, yang dapat dipandang sebagai variasi gagasan dan
pemikiran dalam pendidikan.
Manusia merupakan makhluk yang misterius, yang mampu menjelajah angkasa luar, tetapi
angkasa dalam nya masih belum cukup terungkap; minimal para pakar dari ilmu-ilmu perilaku
cenderung berbeda pendapat tentang berbagai hal mengenai perilaku manusia itu. Dalam paparan
tentang landasan psikologi telah dikemukakan perbedaan, bahkan pertentangan psiko-edukatif,
utamanya teori kepribadian. Sehubunga dengan kajian tentang aliran-aliran pendidikan,
perbedaan pandangan itu berpangkal pada perbedaan pandangan tentang perkembangan manusia
itu. Terdapat perbedaan penekanan di dalam sesuatu teori kepribadian tertentu tentang faktor
manakah yang paling berpengaruh dalam perkembangan kepribadian.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Aliran empirisme
Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1632-1704)
yang mengembangkan teori Tabula rasa anak lahir di dunia bagaikan meja lilin atau kertas
putih yang bersih. Pengalaman empiric yang dipoerleh dari lingkungan yang berpengaruh
besar dalam menentukan perkembangan anak. Menurut pandangan empirisme (biasa pula
disebut environtalisme) pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidikan
dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai
pengalaman-pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu dapat membentuk perilaku yang
sesuai dengan tujuan pendidikan.
2. Aliran nativisme
Aliran nativisme bertolak dari Leibnitrian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri
anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah
diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan
perkembangan anak, karena hasil pendidikan tergantung pada pembawaan. Schoompnheaur
(filsuf Jerman 1788-1860) berpendpat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik
dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan
yang sudah dibawah sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan
ditentukan oleh anak akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik. Pendidikan yang
tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk
perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme dari asal kata natives yang artinya adalah
terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka
dia akan menjadi jahat, sebaliknya, kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan
baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah kekuatan dari luar.
3
3. Aliran naturalism
Pandangan yang ada persamaan dengan nativisme adalah aliran naturalism yang dipelopori
oleh seorang filsuf Prancis J.J. Rousseau (1712-1778). Berbeda dengan Schopenhauer,
Rosseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik,
dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Namun pembawaan baik itu akan menjadi rusak
karena dipengaruhi oleh lingkungan. Rosseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang
diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawan anak yang baik itu. Aliran ini
juga disebut negativism, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan
pertumbuhan anak didik dan diserahkan saja pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan
tidak diperlukan. Yang dilaksankan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar
pembawaan yang baik itutidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan
kegiatan pendidikan itu. J.J. Rausseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan
masyarakat yang serba dibuat-buat sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara
alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas. Ia
mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan
pembawaanya, kemampuannya, dan kecenderungannya. Pendidikan harus dijauhkan dalam
perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan anak dari segala hal yang
bersifat berbuat-buat dan dapat membawa anak kembali kea lam untuk mempertahankan
segala yang baik. Seperti diketahui, gagasan naturalism yang menolak campur tangan
pendidikan, sampai saat ini malahan terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin
diperlukan.
4. Aliran konvergensi
William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. Penganut
aliran ini berpendapat bahwa ldama proses perkembangan anak, baik faktor pembawan
maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang
dibawa pada waktu lanir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya lingkungan yang baik
tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak
tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk pengembangan itu. Sebagai contoh pada
hakikatnya kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil
konvergensi. Pada anak manusia ada pembawana untuk berbicara dan melalui situasi
4
yang menyatakan bahwa pendidikan itu merupakan proses budaya untuk mengangkat harkat
dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Apabila demikian, maka pendidikan
memegang peranan exixtensi dan perkembangan manusia, karena pendidikan merupakan
usaha melestarikan dan mengalihkan serta menstransformasikan nilai- nilai kebudayaan
dalam segala aspeknya dan jenisnya kepada generasi penerus, untuk mengangkat harkat dan
martabat manusia.Mengingat pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia,
negara, maupun pemerintah, maka pendidikan harus selalu di tumbuh kembangkan secara
sistematis oleh para pengambil kebijaksanaan yang berwenang di republik ini. Berangkat dari
kerangka ini, maka upaya pendidikan disuatu bangsa selalu memiliki hubungan yang
signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa datang. Sebab pendidikan selalu
dihadapkan pada perubahan baik perubahan zaman maupun perubahan masyarakat. Oleh
karena itu, mau tidak mau pendidikan harus didesain mengikuti irama perubahan tersebut,
kalau tidak pendidikan akan ketinggalan zaman.
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis(tidak tetap) sesuai dengan dinamika
manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perkambangan sosial-budaya dan perkembangan
IPTEK. Dikarenakan perkembangan tersebut,maka dibuatlah gerakan baru dalam dunia
pendidikan yang terdiri dari pengajaran alam sekitar,pengajaran pusat perhatian,sekolah kerja
dan pengajaran proyek dan sebagainya.
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran
alam sekitar. Perintis gerakan ini antara lain : Fr. A.Finger (1808-1888) Jerman dengan
heimatkunde (pengajaran alam sekitar), dan J. Ligthart (1859-1916) di Belanda dengan Het
Volle Leven (kehidupan senyatanya). Beberapa prinsip gerakan heimatkunde adalah:
1. Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara langsung materi yang
sedang di bahas. Betapa pentingnya pengajaran dengan meragakan atau mewujudkan itu
sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-dasar orang pengajaran.
a) Suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pelajaran dan mengarahkan
usahanya untuk mencapai tujuan.
b) Suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala sesuatu di pusatkan atas suatu
bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan dari alam sekitarnya.
4. Pengajaran alam sekitar memberi anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan
tidak verbalistis. Yang di maksud apersepsi intelektual ialah segala sesuatu yang baru dan
masuk di dalam intelek anak,harus dapat luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan
yang sudah di miliki anak. Harus terjadi proses asimilasi antara pengetahuan lama dengan
pengetahuan baru.
Demikianlah alam sekitar sebagai fundamen pendidikan dan pengajaran memberikan dasar
emosional.Sedangkan J. Lingthart mengemukakan pegangan dalam Het Voile leven sebagai
berikut :
1. Anak harus mengetahui barangya terlebih dahulu sebelum mendengar namanya, tidak
kebalikanya sebab kata itu hanya suatu tanda dari pengertian tentang barang itu.
3. Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyata agar murid paham akan
hubungan antara macam-macam lapangan dalam hidupnya (pengajaran alam sekitar).
3. Jika langkah pelaksanaan telah ditangani dengan baik, maka pelaksanaan pengamatan
dapat berjalan dengan lancar
7
4. Langkah pengolahan tidak harus dilakukan di luar proses kegiatan pengamatan itu
sendiri.
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Declory (1871-1932) dari Belgia dengan
pengajaran melalui pusat-pusat minat (centres d’nternet), disamping pendapatnya tentang
pengajaran global. Pendidikan menurut Declory berdasar pada semboyan ecole pour ia vie,
par la vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus dididik untuk dapat hidup dalam
masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan.Oleh karena itu, anak
harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri (tentang hasrat dan cita-citanya) dan
pengetahuan tentang dunianya (lingkungannya, terdapat hidup di hari depannya).
Pengetahuan anak harus bersifat subjektif dan objektif. Dari penelitian secara tekun,Decroly
menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran,yang
merupakan dua hal yang khas Decroly,yaitu:
8
a. Metode global (keseluruhan). Dari hasil yang didapat dari observasi dan tes, dapatlah ia
menciptakan, bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara global (keseluruhan).
Mengingat keseluruhan lebih dulu daripada bagian-bagian. Jadi ini berdasar atas prinsip
psikologi Gestalt. Dalam mengajarkan membaca dan menulis, ternyata dengan mengajarkan
kalimat lebih mudah diajarkan daripada mengajarkan huruf-huruf secara tersendiri. Metode
ini bersifat video visual sebab arti sesuatu kata yang diajarkan itu selalu diasosiasikan dengan
tanda (tulisan) atau suatu gambar yang dapat dilihat.
a. Pengajaran ini didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan perkembangannya.
c. Anak didorong dan dirangsang untuk selalu aktif dan di didik untuk menjadi anggota
masyarakat yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
d. Harus ada hubungan kerjasama yag erat antara rumah dan keluarga.
9
Gerakan pengajaran pusat perhatian telah mendorong berbagai upaya agar dalam kegiatan
belajar mengajar diadakan berbagai variasi(cara mengajar dan lain-lain) agar perhatian siswa
tetap terpusat pada bahan ajaran. Dengan kemajuan teknologi pengajaran,peluang
mengadakan variasi tersebut menjadi terbuka lebar,dan dengan demikian upaya menarik
minat menjadi lebih besar. Pemusatan perhatian dalam pengajaran biasanya dilakukan bukan
hanya pada pembukaan pengajaran,tetapi juga pada setiap kali akan membahas sub topik
yang baru.
c. Sekolah kerja
1. Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang dididapat dari buku atau orang
lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri.
3. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara
10
3. Sekolah-sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan
akan menghasilkan warga negara yang baik.
2. Sekolah dagang,
5. Sekolah rumah tangga desa. Kedua yang terakhir ini khusus untuk para gadis, dan dapat
berhasil baik. Sedangkan sekolah-sekolah yang lain bersifat intelektualistik.
3. Sekolah kerja mendidik anak menjadi pribadi yang berani berdiri sendiri dan
bertanggungjawab sebagai anggota masyarakat yang baik
4. Bahan pelajaran disusun dalam suatu keseluruhan yang berpusat pada masalah
kehidupan
5. Sekolah kerja tidak mementingkan pegetahuan yang bersifat hafalan atau hasil
peniruan, melainkan pengetahuan fungsional dan dapat dipergunakan untuk berprakarsa,
mencipta dan berbuat
7. Sekolah kerja merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang didalamnya anak-anak
mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting artinya bagi pendidikan moral dan
kecerdasan
d. Pengajaran proyek
Dasar filosofis dan pedagogis dari pengajaran-pengajaran proyek diletakkan oleh John
Dewey (1859-1952) namun pelaksanaannya dilakukan oleh pengikut utamanya
W.H.kilpartrick. Dalam pengajaran proyek anak bebas menentukan pilihannya,merancang
serta memimpinya.Proyek yang ditentukan oleh anak mendorongnya mencari jalan
pemecahan bila dia menemui kesukaran. Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai
dengan apa yang diinginkannya. Dalam pengajaran proyek,pekerjaan dikerjakan secara
berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong-royong. Pengajaran proyek digunakan
sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajaran
proyek,pengajaran unit,dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek
akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara
komprehensif dengan kata lain, menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah secara
multidisiplin.
1. Persiapan
2. Kegiatan belajar
3. Penilaian
12
Telah dikemukakan bahwa gerakan baru dalam pendidikan terutama berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar di sekolah, namun dasar – dasar pikirannya tentulah menjangkau
semua segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional. Sebab itu, mungkin
saja gerakan - gerakan itu tidak diadopsi seutuhnya di suatu masyarakat atau negara tertentu,
namun asas pokoknya menjiwai kebijakan – kebijakan pendidikan dalam masyarakat atau
negara itu. Sebagai contoh yang telah dikemukakan pada setiap paparan tentang gerakan
itu,untuk indonesia, seperti muatan lokal dalam kurikulum untuk mendekatkan peserta didik
dengan lingkungannya, berkembangnya sekolah kejuruan,pemupukan semangat kerja sama
multidisiplin dalam menghadapi masalah, dan sebagainya.
Akhirnya,perlu ditekankan lagi bahwa kajian tentang pemikiran – pemikiran pendidikan pada
masa lalu akan sangat bermanfaat untuk memperluaas pemahaman tentang seluk beluk
pendidikan, serta memupuk wawasan historis dari setiap tenaga kependidikan. Kedua hal itu
sangan penting karena setiap keputusan dan tindakan di bidang pendidikan,termasuk dibidang
pembelajaran,akan membawa dampak bukan hanya pada masa kini tetapi juga masa depan.
Oleh karena itu,setiap keputusan dan tindakan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
profesional. Sebagai contoh, beberapa tahun terakhir ini telah terjadi polimik tentang peran
pokok pendidikan (utmanya jalur sekolah) yakni tentang masalah relevansi tentang duni kerja
(siap pakai); apakah tekanan pada pembudayaan manusia yang menyadari harkat dan
martabatnya,ataukah memberi bekal keterampilan untuk memasuki dunia kerja. Kedua hal itu
tentulah sama pentingnya dalam membangun sumber daya manusia di Indonesia yang
bermutu.
perkembangan kodrati yang kemudian lahirlah “Sistem Among” yaitu guru sebagai
“Pamong”. Disini guru merupakan pemimpin yang berdiri di belakang dengan semboyan “tut
wuri handayani” yang berarti tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan pada anak
didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus-menerus dicampuri, diperintah ataupun dipaksa.
Kedua, bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti
lahir dan batin dapat memerdekakan diri. Pada asas ini siswa hendaknya dibiasakan untuk
menemukan atau mencari sendiri berbagai nilai pengetahuan dan keterampilan dengan
menggunakan pikiran dan kemampuannya sendiri. Ketiga, bahwa pengajaran harus
berdasarkan pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. Asas ini bermaksud agar dalam
pengajaranya dapat mencegah terjadinya pola hidup kebarat-baratan yang dapat melunturkan
kebudayaan bangsa Indonesia sendiri. Keempat, bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai
dapat menjangkau seluruh rakyat. Kelima, bahwa untuk mengajar kemerdekaan hidup
sepenuhnya diusahakan dengan kekuatan sendiri dan menolak bantuan apa pun yang
mengikat. Keenam, bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak
harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan. Dari asa ini tersirat keharusan untuk
hidup sederhana dan hemat. Ketujuh, bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya
keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamata
dan kebahagiaan anak-anak.
Dari asas-asas tersebutlah kemudian dapat dilihat tujuan dari Perguruan Taman Siswa
sendiri yang dapat dibagi menjadi dua jenis yakni tujuan yayasan atau keseluruhan dan tujuan
pendidikan. Tujuan yang pertama yaitu sebagai badan perjuangan kebudayaan dan
pembangunan masyarakat tertib dan damai. Sedangkan tujuan pendidiannya ialah
membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, berbudi luhur, serta sehat
jasmaninya untuk menjadi masyarakat yang berguna dan bertanggungjawab atas keserasian
bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
Kayu Tanam, didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu
Tanam (Sumatera Barat). Pada awal didirikan Ruang Pendidik INS mempunyai beberapa asas
yaitu Berpikir logis dan rasional, keaktifan atau kegiatan, pendidikan masyarakat,
memperhatikan pembawaan anak, dan menentang intelektualisme. Setelah kemerdekaan
Indonesia, Moh. Sjafei kemudian mengembangkan asas-asas tersebut menjadi dasar-dasar
pendidikan Republik Indonesia. Dasar-dasar tersebut dikembangkan dengan
mengintegrasikan asas-asas Ruang Pendidik INS, sila-sila dari Pancasila, dan hasil analisis
alam dan masyarakat Indonesia serta pengalaman guru sekolah kartini. Ini mencakup
berbagai hal seperti syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai dan
sebagainya. Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam sendiri yaitu mendidik rakyat ke arah
kemerdekaan, memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mendidik para
pemuda agar berguna untuk masyarakat, menenamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan
berani bertanggungjawab, serta mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan dengan berbagai model dan corak metode harus berupaya membangun
pendidikan yang relevan dan bermutu sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia,
menyelenggarakan pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat,
pendidikan yang demokratis dan profesional, berusaha mengurangi peran pemerintah dalam
implementasi pendidikan dan merampingkan birokrasi pendidikan sehingga lebih fleksibel
dalam pelaksanaan pendidikan.Konsep pendidikan senantiasa terus berkembang dan
menghendaki pembaruan yang disesuaikan dengan irama perkembangan dan kemajuan
peradapan serta persoalan-persoalan yang dihadapai umat manusia.
15
DAFTAR PUSTAKA