Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DASAR – DASAR ILMU PENDIDIKAN


PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :
Fitri Maiziani, M.Pd
Nur hazizah, M. Pd

Disusun Oleh :
1. Elsa Muharani ( 21005042 )
2. Mentari Yuni Salsabilla ( 21005100 )

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemikiran Tentang Pendidikan”. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallhu ‘Alaihi Wa Sallam beserta
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari beberapa pihak. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Padang, 9 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................

KATA PENGANTAR. .......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana pemikiran klasik yang menyatakan pendidikan .................................. 6

2.2 Apa saja menurut pemikiran baru tentang pendidikan ........................................... 7

2.3 Apa yang dimaksud dengan pemikiran inklusi ..................................................... ..9

2.4 Bagaimana dengan implementasi pemikiran baru tentang pendidikan .................... 9

2.5 Bagaimana dengan implikasi klasik, dan pemikiran baru dalam pendidikan ......... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 13

3.2 Saran ......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pendidikan menduduki posisi penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan
berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat menentukan nasib
bangsa.
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia
dan masyarakat. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan perkembangan iptek.
Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut aliran-aliran
pendidikan. Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap
kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang
memerlukan pendidikan yang lebih baik dari tuannya. Didalm berbagai kepustakaan tentang
aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman
Yunani kuno sampai kini (seperti : Ulich, 1950)

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pemikiran klasik yang menyatakan tentang pendidikan ?
2. Apa saja menurut pemikiran baru tentang pendidikan ?
3. Apa yang dimaksud dengan pemikiran inklusi ?
4. Bagaimana dengan implementasi pemikiran baru tentang pendidikan ?
5. Bagaimana dengan implikasi pemikiran klasik dan pemikiran baru dalam pendidikan ?

1.3. Tujuan Penilitian


1. Untuk mengetahui beberapa pemikiran tentang pendidikan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran klasik tentang pendidikan tersebut.
3. Untuk mengetahui pemikiran baru tentang pendidikan.

4
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemikiran inklusi.
5. Untuk mengetahui implikasi dari pemikiran klasik dan pemikran baru dalam pendidikan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Beberapa pemikiran tentang pendidikan

1. Pemikiran klasik
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan
pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
a. Empiris
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi
eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan
manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan,
sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam
kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan.
Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam
bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke.
b. Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan
dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh
pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh
terhadap dan pendidikan anak.
c. Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru
dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena
dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak
pembawaan baik anak itu.
d. Konvergensi
6
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak
dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama
mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk
perkembangan anak itu.

2.2. Pemikiran baru tentang pendidikan


1. Pengajaran alam semesta
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan
pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan
heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven.

2. Pengajaran pusat perhatian

Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan
pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global.
Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan
pengajaran, yaitu:Metode Global dan Centre d’interet.

3. Sekolah kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-
pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius
menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H.
Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.

4. Pengajaran proyek

Pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan


memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama
makin penting, utamanya masyarakat maju.

5. Home schooling
7
Homeschooling adalah sebuah system pendidikan alternatif untuk anak selain di
sekolah. Dimana saat ini mulai perkembang di Indonesia , dan keberadaanya sah dan dijamin
undang - undang. Homeschooling mulai menjadi pilihan masyarakat sebagai alternatif
metode pendidikan karena beberapa hal, misalnya karena adanya keinginan masyarakat
untuk lebih fleksibel dalam mendidik anak, menyediakan system pendidikan yang lebih
ramah terhadap perkembangan anak, maupun menjamin bahwa proses belajar mengajar
anak bisa terlaksana secara maksimal.

Hal ini terjadi karena adanya keinginan para orang tua untuk memberikan pendidikan
terhadap anak yang lebih sesuai dengan bakat dan minat sang anak, maupun karena
disebabkan adanya kondisi di system pendidikan konvensional yang tidak bisa memuaskan
kehendak orang tua untuk mendidik anaknya, misalnya terjadi kasus kekerasan terhadap
anak, maupun system pendidikan masal yang mengakibatkan potensi anak kurang tergali
secara maksimal.

6. Pendidikan berasrama (Boarding School)


Sekolah Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua menyekolahkan
anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan
control yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di seklolah-sekolah berasrama. Anak
betul-betul dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak
hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka
mempunyai senjata yang ampuh untuk memasuki dan manaklukan dunia ini. Di sekolah
berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar bagi
kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinya dan keluarganya tapi juga harus
berbuat untuk bangsa dan Negara. Oleh sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar
berkualitas, dan lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita
tersebut.
7. Pesantren modern
Menurut Zamakhsyari Dhofier menjelaskan secara etimologi pesantren berasal dari
pesantrian yang berarti tempat santri. Mastuhu menambahkan, pesantren adalah pendidikan
tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam
8
dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup masyarakat
sehari-hari.

2.3. Pendidikan inklusi

Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi, adanya


perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak penyandang cacat
atau anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan, semua anak
seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang
mungkin ada pada mereka.

Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara bersama-
sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan pendidikan yang layak dan
sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda-bedakan anak yang berasal dari
latar suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik, keluarga, bahasa, geografis
(keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan kondisi fisik atau mental.

Landasan hukum inklusi terhadap pendidikan inklusi telah menjadi perhatian


masyarakat dunia. Beberapa pertemuan internasional mendasari pergerakan menuju pendidikan
yang berkualitas bagi semua anak melalui pendidikan inklusi. Landasan hukum dan landasan
konseptual menjadi landasan bagi gerakan menuju pendidikan inklusif.

Manfaat pendidikan inklusi adalah akan mampu mendorong terjadinya perubahan


sikap lebih positif dari peserta didik terhadap adanya perbedaan melalui pendidikan yang
dilakukan secara bersama-sama dan pada akhirnya akan mampu membentuk sebuah kelompok
masyarakat yang tidak diskriminatif dan bahkan menjadi akomodatif terhadap semua orang.

2.4. Implementasi pemikiran baru tentang pendidikan

Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya adalah upaya peningkatan


mutu pendidikan hanya dalam satu atau beberapa komponen saja dimana antar komponen saling
9
mempengaruhi. Beberapa dari gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan
dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan, seperti
pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian,sekolah kerja, pengajaran proyek, dan
sebagainya.
a. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan
pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain: Fr. A. Finger (1808-1888) di
Jerman dengan heimatkunde (pengajaran alam sekitar), dan J. Lightart (1859-1916) di
belanda dengan Het Volle Leven (kehidupan senyatanya). Beberapa prinsip pergerakan
hemaitkunde adalah:
1. Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara langsung.
2. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan yang sebanyak-banyaknya agar
anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, atau catat saja.
3. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas.
4. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang
kukuh dan tidak verbalistis. Yang dimaksud dengan apersepsi intelektual adalah
segala sesuatu yang baru masuk di dalam intelek anak.
5. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar
mempunyai ikatan emosional dengan anak.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat (1871-1932) dengan pengajaran
melalui pusat-pusat minat (centres d’interet), disamping pendapatnya tentang pengajaran
global. Pendidikan menurut Decroly berdasar pada semboyan :Ecole pour la vie, par la
vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus didik untuk dapat hidup dalam
masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan kepada
pembentukan individu dan anggota masyarakat. Dari penelitian secara tekun, Decroly
menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran,
yang merupakan dua hal yang khas dari Declory, yaitu:
1. Metode global (keseluruhan). Hal ini berdasar atas prinsip psikologi Gestalt.

10
Methode ini bersifat video visual sebab arti sesuatu kata yang diajarkan itu selalu di
asosiasikan dengan tanda atau tulisan, atau suatu gambar yang dapat dilihat.
2. Centre d’ interet (pusat-pusat minat). Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-
minat spontan masing-masing anak. Anak mempunyai minat-minat spontan
terhadap diri sendiri dan minat tersebut
c. Sekolah Kerja
J.A Comenius menekankan agar pendidiakn mengembangkan fikiran, ingatan,
bahasa, dan tangan,(keterampilan, kerja tangan). Perlu dikemukakan bahwa sekolah
kerja itu bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya kepentingan bagi
individu tetapi juga demi kepentingan masyarakat.
Menurut G. Kerschensteiner tujuan sekolah adalah:
1. Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau orang
lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri.
2. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu
3. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi
negara.
d. Pengajaran Proyek
Dasar filosifis dan pedagogis dari pengajaran-pengajaran proyek diletakkan oleh John
Dewey (1859-1952). Dewey menegaskan bahwa sekolah haruslah sebagai mikrokosmos
dari masyarakat,oleh karena itu pendidikan adalah suatu proses kehidupan itu sendiri
dan bukannya penyiapan untuk kehidupan di masa depan.
Dalam pengajran proyek anak bebas menetukan pilihannya (terhadap pekerjaan),
merancang, serta memimpinnya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan
menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara
komperehensif; dengan kata lain, menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah
secara multi disiplin.

2.5. Implikasi pemikiran klasik dan pemikiran baru dalam pendidikan

11
Pengaruh aliran klasik terhadap pemikiran dan peraktek pendidikan di Indonesia. Meskipun
dalam hal-hal tertentu sangat diutamakan bakat dan potensi lainnya dari anak, namun upaya
penciptaan lingkungan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan itu diusahakan pula
secara optimal. Dengan kata lain, meskipun peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak
sepenuhnya ditolak, tetapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan eksistis fungsional
yakni diterima sesuai dengan kebutuhan, namun di tempatkan dalam latar pandangan yang
konvergensi seperti telah dikemukakan, tumbuh-kembang, manusia dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yakni hereditas, dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan pencerminan
pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut menentukan nasib manusia (Sulo lipu la sulo,
1981: 30-46).

12
BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulaan

Dalam sejarah pendidikan dapat dijumpai berbagai aliran pendidikan yangdidasarkan


pada konsepsi yang berbeda-beda. Konsepsi dan aliran ini digolongkan sebagai
konvensional atau baru serta tradisional atau maju. Di Indonesia menurut sejarahnya, ada
beberapa konsensi pendidikan yang memiliki ciri yang berbeda-beda , dan didasarkan atas
Sistem Pendidikan Nasional Pancasila.

Aliran konvensional dalam pendidikan , antara lain aliran Empirisme, nativisme,


naturalism, konvergensi, telah sejak lama tumbuh di Eropa. Konsepsi aliran ini lebih
menekankan pada factor-faktor yang mendasari perkembangan anak dan factor-faktor
inilah yang dijadikan dasar pertimbangan perlu atau tidak perlunya usaha pendidikan.

1.2.Saran
Semoga pembahasan makalah di atas dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca, dan
berguna dalam kehidupan sehari - hari. Penulis mengakui bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Demikian dari penulis apabila ada
salah dan khilaf, Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Crain, William. 2007. Teori Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka

14

Anda mungkin juga menyukai