Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMIKIRAN PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DDIP


Dosen Pengampu : Anes Fitria, M.Pd

Disusun oleh :
1. ADE SANDIKA WAHYUDI ( 21329043 )
2. ALDI SETIAWAN ( 21329046 )
3. DIO PRATAMA ZEIN ( 21029077 )
4. AILSYA REGITA ARDININGRUM ( 21329045 )
5. MARSHANDA ( 21058024 )
6. ELVI TIARAHMAH ( 21033149 )
7. FADILLAH HANI ( 21029081 )
8. RAMONA CHANIA ( 21058034 )

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan petunjuk
serta melimpahkan kenikmatan dan rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Adapun judul makalah ini adalah “Pemikiran Pendidikan”.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu saya
ucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Ibu Anes Fitria, M.Pd selaku dosen pengajar mata kuliah Dassar-Dasar Ilmu Pendidikan
yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan kepada kami dalam menulis
dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Teman-teman dari kelompok 2 Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan
Makalah ini tentu memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan wawasan
pengetahuan kami, maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun bagi makalah ini. Harapan kita semua, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Aamin.
Wassalamua’alaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………..……………………………………………................1
1.2 Rumusan Masalah………………………..……………………………………...........1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................1
1.4 Manfaat Hasil.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemikiran Klasik ……………………….………………………................................2
2.1.1 Aliran Empirisme.........................................................................................2
2.1.2 Aliran Nativisme..........................................................................................2
2.1.3 Aliran Naturalisme.......................................................................................2
2.1.4 Aliran Konvergensi......................................................................................2
2.2 Pemikiran Baru Tentang Pendidikan....................................................................2
2.2.1 Pengajaran Alam Sekitar............................................................................2
2.2.2 Pengajaran Pusat Perhatian.......................................................................3
2.2.3 Sekolah Kerja..............................................................................................3
2.2.4 Pengajaran Proyek.....................................................................................3
2.2.5 Sekolah Alam..............................................................................................3
2.2.6 Pendidikan Berasrama................................................................................4
2.2.7 Pendidikan Inklusi.......................................................................................5
2.2.8 Home Schooling..........................................................................................5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupanmanusia4
Pendidikan menduduki posisi penting dalam pembangunan suatu bangsa4Pendidikan
berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat menentukan nasib bangsa.
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia
dan masyarakat sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan iptek. Pemikiran-
pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan. Aliran-
aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia
selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih
baik dari pendahulunya. Di dalam berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan,
pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman yunani kuno sampai kini
(seperti : Ulich 1950)
1.2. Perumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan pemikiran empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan pemikiran baru tentang pendidikan?
1.3. Tujuan Masalah
1.3.1 Untuk mengetahui pemikiran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi.
1.3.2 Untuk mengetahui pemikiran baru tentang pendidikan.
1.4. Manfaat Hasil
Pembahasan ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan terkait
pemikiran klasik yang terdiri dari pemikirian empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi, serta pemikiran baru tentang pendidikan. Dan tentunya dapat menjadi pengalaman
untuk kami serta pemahaman mengenai pembahasan materi pemikiran pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemikiran klasik


2.1.1 Aliran Empirisme

Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal
dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan
bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia
sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun
diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke.

2.1.2 Aliran Nativisme

Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah
diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.

2.1.3 Aliran Naturalisme

Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak
baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak
karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak
pembawaan baik anak itu.

2.1.4 Aliran Konvergensi

Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak
dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai
peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.

2.2 Pemikiran baru tentang pendidikan


2.2.1 Pengajaran Alam Sekitar
Proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu
hidup mandiri sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu
berada. Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan
pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde,
dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven.
2.2.2 Pengajaran Pusat Perhatian

Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan
pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global.
Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran,
yaitu:Metode Global dan Centre d’interet.

2.2.3 Sekolah Kerja

Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-
pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius
menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H.
Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.

2.2.4 Pengajaran Proyek

Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di
Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang
perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang
dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama
makin penting, utamanya masyarakat maju.

2.2.5 sekolah alam


Hampir seluruh sekolah alam yang ada memiliki konsep utama yaitu upaya
memaksimalkan potensi anak untuk tumbuh menjadi manusia yang berkarakter, berakhlak mulia,
berwawasan ilmu pengetahuan dan siap menjadi pemimpin. Metode pengajaran sekolah alam
juga membuat bersekolah lebih menyenangkan dan anak tidak merasa terpenjara.
Sekolah alam juga mendorong anak untuk aktif dan kreatif dan bukan semata-mata
mendapatkan materi yang diberikan oleh guru. Di Sekolah Alam Indonesia, Ciganjur, misalnya,
proses belajar lebih banyak dilakukan melalui diskusi dan permainan.
Ilmu tidak hanya dijejali oleh guru, tetapi anak juga aktif bereksplorasi. Ini melatih
keberanian mengungkapkan pendapat, jelas Novi. Konsep Tematik Hal serupa juga dilakukan
oleh Sekolah Alam Depok di Sawangan, Depok, Jawa Barat. Sekolah yang memiliki jenjang
pendidikan Pre-School, TK, dan SD itu juga mendorong siswanya untuk aktif menemukan
sendiri jawaban atas berbagai hal melalui buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber lain.
Sekolah alam pada umumnya menggunakan konsep tematik. Setiap tema dibahas dari
berbagai sisi akhlak, seni, bahasa, kepemimpinan, dan ilmu pengetahuan. Tiap tingkatan
memiliki sejumlah tema pembahasan yang berbeda-beda.
Selain memiliki metode dan visi yang berbeda dari sekolah pada umumnya, sesuai
dengan namanya, suasana yang disuguhkan pun membuat siswa dekat dengan alam. Rimbunnya
pepohonan, lahan untuk berkebun, bahkan sejumlah hewan ternak seperti angsa dan bebek
menjadi bagian dari suasana alami yang ada di sekolah alam. Ruang kelas berupa bangunan
semen dan bersekat-sekat tidak ada di sekolah alam, yang ada hanyalah saung-saung belajar yang
terbuat dari kayu berukuran 5 x 5 meter dan beratap rumbia.

2.2.6 pendidikan berasrama (boarding school)


Sekolah Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua menyekolahkan anak
mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan control yang
total dari pengelola, guru, dan pengasuh di seklolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul
dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak hanya
kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata
yang ampuh untuk memasuki dan manaklukan dunia ini. Di sekolah berasrama anak dituntut
untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya
hidup untuk dirinya dan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara. Oleh
sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan lingkungan yang kondusif
harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut. Boarding school merupakan sekolah
berasrama dimana peserta didik, guru, wali asrama, dan karyawan tinggal disana untuk
melaksanakan proses pendidikan.Dapat diartikan bahwa boarding school merupakan lembaga
pendidikan yang memadukan antara sistem pesantren dengan sistem pendidikan umum.
Keunggulan Boarding School :

1. Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari fasilitas sekolah
yaitu kelas belajar yang baik(AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera), laboratorium,
clinic, sarana olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau.
Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar(telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat
handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi, gantungan pakaian
dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari es, detector kebakaran, jam dinding, lampu meja,
cermin besar, rak-rak yang luas, pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan
fasilitas dapur terdiri dari: meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang
lengkap, microwape, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat
sampah, perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman.

2. Guru yang Berkualitas


Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih
jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intellectual, social, spiritual, dan
kemampuan paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di sekolah
berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahsa asing: Inggris, Arab, Mandarin, dll. Sampai saat ini
dalam penilaian saya sekolah-sekolah berasrama(boarding school) belum mampu
mengintegrasikan guru sekolah dengan guru asrama. Masih terdapat dua kutub yang sangat
ekstrim antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh
guru sekolah dan pengasuhan dilakukan oleh guru asrama.

3. Lingkungan yang Kondusif


Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek sekolah terlibat dalam
proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata
pelajaran, tapi semua orang dewasa yang ada di boarding school adalah guru. Siswa tidak bisa
lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam
berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya.
Sehingga ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai
tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu juga dalam membangun religius socity,
maka semua elemen yang terlibat mengimplementasikan agama secara baik.

4. Siswa yang heterogen


Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat
heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang
social, budaya, tingkat kecerdasan, kempuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat
kondusif untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-
temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom anak dan
menghargai pluralitas.

5. Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya.
Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga
keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi
pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat.
Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan(tidak terkena
penyakit menular), tidak NARKOBA, terhindar isa terlaksana secara maksimal.
Hal ini terjadi karena adanya keinginan para orang tua untuk memberikan pendidikan
terhadap anak yang lebih sesuai dengan bakat dan minat sang anak, maupun karena disebabkan
adanya kondisi di system pendidikan konvensional yang tidak bisa memuaskan kehendak orang
tua untuk mendidik anaknya, misalnya terjadi kasus kekerasan terhadap anak, maupun system
pendidikan masal yang mengakibatkan potensi anak kurang tergali secara maksimal.
2.2.7 Pendidikan Inklusi
Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mengatur agar siswa dapat
dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Tanpa harus
dikhususkan kelasnya, siswa dapat belajar bersama dengan aksesibilitas yang mendukung untuk
semua siswa tanpa terkecuali difabel.[1] Inklusif dapat berarti bahwa tujuan pendidikan bagi
peserta lembaga pendidikan baik itu dari sekolah dasar sampai tingkat universitas yang memiliki
hambatan adalah keterlibatan yang sebenarnya dari setiap siswa dalam kehidupan sekolah yang
menyeluruh. Pendidikan inklusif dapat berarti penerimaan siswa atau mahasiswa yang memiliki
hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial dan konsep diri (visi-misi) sekolah
atau universitas.
Secara umum, tujuan pendidikan inklusi masih berpatokan pada UU No. 20 tahun 2003
mengenai Sisdiknas, pasal 1 ayat 1, yakni pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi pribadinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan inklusif bertujuan untuk menyatukan atau menggabungkan pendidikan
reguler dengan pendidikan khusus ke dalam satu sistem lembaga pendidikan yang dipersatukan
untuk mempersatukan kebutuhan semua. Pendidikan inklusif bukan sekadar metode atau
pendekatan pendidikan melainkan suatu bentuk implementasi filosofi yang mengakui
kebhinekaan antar manusia yang mengemban misi tunggal untuk membangun kehidupan
bersama yang lebih baik. Tujuan pendidikan inklusif adalah untuk menyatukan hak semua orang
tanpa terkecuali dalam memperoleh pendidikan.
Menurut Syamsul (2010) Anak berkebutuhan khusus atau ABK dapat diklasifikasikan
menjadi :

 Memiliki kelainan sensori, seperti cacat penglihatan atau pendengaran,


 deviasi mental, termasuk gifted dan retardasi mental,
 kelainan komunikasi, termasuk problem bahasa dan ucapan,
 ketidakmampuan belajar, termasuk masalah belajar serius karena kelainan fisik,
 perilaku menyimpang atau gangguan emosional,
 cacat fisik dan kesehatan.
beberapa kelompok ketunaan yang meliputi:
 tunanetra,
 tunarungu/dan atau tunawicara,
 tunagrahita,
 tunadaksa,
 tunalaras,
 anak gangguan belajar spesifik,
 anak lamban belajar (slow learner),
 seorang anak cerdas istimewa dan bakat istimewa (CIBI), dan
 anak autis (Autisme).
Tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar dalam
inklusif antara lain adalah sebagai berikut.

 Berkembangnya kepercayaan pada diri anak, merasa bangga pada diri sendiri atas
prestasi yang diperolehnya.
 Siswa dapat belajar secara mandiri, dengan mencoba memahami dan menerapkan
pelajaran yang diperolehnya di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari.
 Peserta didik mampu berinteraksi secara aktif bersama teman-temannya, guru, sekolah
dan masyarakat.
 Peserta didik dapat belajar untuk menerima adanya perbedaan, dan mampu beradaptasi
dalam mengatasi perbedaan tersebut
Tujuan yang ingin dicapai oleh guru atau pendidik dalam pelaksanaan pendidikan
inklusif di antaranya adalah sebagai berikut.
 Guru akan memperoleh kesempatan belajar dari cara mengajar dengan setting inklusi.
 Terampil dalam melakukan pembelajaran kepada peserta didik yang memiliki latar
belakang beragam.
 Mampu mengatasi berbagai tantangan dalam memberikan layanan kepada semua
anak.
 Bersikap positif terhadap orang tua, masyarakat, dan anak dalam situasi beragam.
 Mempunyai peluang untuk menggali dan mengembangkan serta mengaplikasikan
berbagai gagasan baru melalui komunikasi dengan anak di lingkungan sekolah dan
masyarakat.
Tujuan yang akan dicapai oleh orang tua pada pendidikan inklusif antara lain adalah
sebagai berikut.
 Para orang tua dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana cara mendidik dan
membimbing anaknya lebih baik di rumah, dengan menggunakan teknik yang
digunakan guru di sekolah.
 Secara pribadi orang tua akan terlibat, dan akan merasakan keberadaannya menjadi
lebih penting dalam membantu anak untuk belajar.
 Orang tua akan merasa dihargai, merasa dirinya sebagai mitra sejajar dalam
memberikan kesempatan belajar yang berkualitas kepada anaknya.
 Orang tua mengetahui bahwa anaknya dan semua anak yang di sekolah, menerima
pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kemampuan masing-masing individu
anak.
Prinsip Umum Pendidikan Inklusif
Beberapa prinsip umum yang diterapkan pada pembelajaran inklusif adalah sebagai berikut:

1. prinsip motivasi, guru hendaknya selalu memotivasi siswa agar selalu bergairah dalam
belajar;
2. prinsip latar/konteks, guru menjelaskan materi dengan menggunakan contoh di
lingkungan sekitar siswa;
3. keterarahan, guru harus menentukan tujuan pembelajaran secara tepat dan
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat pula;
4. prinsip hubungan sosial, guru harus mengupayakan pembelajaran yang interaktif untuk
menggalakkan interaksi siswa dengan guru maupun sesama siswa;
5. prinsip belajar sambil bekerja, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan percobaan dan menemukan hal baru selama pembelajaran;
6. individualisasi, guru mengupayakan agar peserta didk mampu mandiri setelah
pembelajaran;
7. prinsip menemukan, guru mendorong siswa untuk terlibat aktif baik dari segi fisik,
mental, sosial maupun emosional;
8. prinsip pemecahan masalah, guru hendaknya sering memberikan persoalan untuk
melatih siswa memecahkan masalah (Garnida, 2015, hlm. 115).
Prinsip Khusus Pendidikan Inklusif
Sementara itu, Johnsen & Skjorten (2003) mengemukakan prinsip-prinsip pelaksanaan
pembelajaran khusus dari pendidikan inklusif antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tunanetra,
prinsip yang harus diperhatikan meliputi prinsip kekonkretan, prinsip pengalaman yang
menyatu, dan prinsip belajar sambil melakukan;
2. Tunarungu/Tunawicara,
meliputi prinsisp keterarahan wajah, prinsip keterarahan suara, dan prinsip
keperagaan;CIBI,meliputi prinsip percepatan belajar/akselerasi, dan prinsip pengayaan,
3. Tunagrahita,
meliputi prinsip kasih sayang, prinsip keperagaan, dan prinsip habilitasi dan rehabilitasi,
4. Tunadaksa,
prinsip yang harus diperhatikan yaitu pelayanan medis, meliputi menentukan bentuk
terapi dan frekuensi latihan, serta menjalin kerjasama dengan GPK jika diperlukan;
pelayanan pendidikan, meliputi mendorong siswa untuk memperoleh rekomendasi dari
psikolog dan pembuatan program pendidikan yang disesuaikan kebutuhan; dan pelayanan
social untuk berinteraksi di lingkungannya,

5. Tunalaras,
meliputi prinsip kebutuhan dan keaktifan, prinsisp kebebasan yang terarah, prinsip
penggunaan waktu luang, prinsip kekeluargaan dan kepatuhan, prinsip setia kawan dan
idola serta perlindungan, prinsip minat dan kemampuan, prinsip emosional, sosial, dan
perilaku, prinsisp disiplin, serta prinsisp kasih sayang

2.2.8 home schooling


Homeschooling adalah sebuah system pendidikan alternatif untuk anak selain di sekolah.
Dimana saat ini mulai perkembang di Indonesia , dan keberadaanya sah dan dijamin undang -
undang. Homeschooling mulai menjadi pilihan masyarakat sebagai alternatif metode pendidikan
karena beberapa hal, misalnya karena adanya keinginan masyarakat untuk lebih fleksibel dalam
mendidik anak, menyediakan system pendidikan yang lebih ramah terhadap perkembangan anak,
maupun menjamin bahwa proses belajar mengajar anak bisa terlaksana secara maksimal.
Hal ini terjadi karena adanya keinginan para orang tua untuk memberikan pendidikan
terhadap anak yang lebih sesuai dengan bakat dan minat sang anak, maupun karena disebabkan
adanya kondisi di system pendidikan konvensional yang tidak bisa memuaskan kehendak orang
tua untuk mendidik anaknya, misalnya terjadi kasus kekerasan terhadap anak, maupun system
pendidikan masal yang mengakibatkan potensi anak kurang tergali secara maksimal.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupanmanusia. Pendidikan menduduki posisi penting dalam pembangunan suatu
bangsa4Pendidikan berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat
menentukan nasib bangsa. Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan
dinamika manusia dan masyarakat sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan iptek.
Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok
manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan
yang lebih baik dari pendahulunya. Di dalam berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran
pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman yunani kuno
sampai kini.

Anda mungkin juga menyukai