PEMIKIRAN PENDIDIKAN
Disusun oleh :
1. ADE SANDIKA WAHYUDI ( 21329043 )
2. ALDI SETIAWAN ( 21329046 )
3. DIO PRATAMA ZEIN ( 21029077 )
4. AILSYA REGITA ARDININGRUM ( 21329045 )
5. MARSHANDA ( 21058024 )
6. ELVI TIARAHMAH ( 21033149 )
7. FADILLAH HANI ( 21029081 )
8. RAMONA CHANIA ( 21058034 )
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan petunjuk
serta melimpahkan kenikmatan dan rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Adapun judul makalah ini adalah “Pemikiran Pendidikan”.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu saya
ucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Anes Fitria, M.Pd selaku dosen pengajar mata kuliah Dassar-Dasar Ilmu Pendidikan
yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan kepada kami dalam menulis
dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Teman-teman dari kelompok 2 Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan
Makalah ini tentu memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan wawasan
pengetahuan kami, maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun bagi makalah ini. Harapan kita semua, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Aamin.
Wassalamua’alaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………..……………………………………………................1
1.2 Rumusan Masalah………………………..……………………………………...........1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................1
1.4 Manfaat Hasil.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemikiran Klasik ……………………….………………………................................2
2.1.1 Aliran Empirisme.........................................................................................2
2.1.2 Aliran Nativisme..........................................................................................2
2.1.3 Aliran Naturalisme.......................................................................................2
2.1.4 Aliran Konvergensi......................................................................................2
2.2 Pemikiran Baru Tentang Pendidikan....................................................................2
2.2.1 Pengajaran Alam Sekitar............................................................................2
2.2.2 Pengajaran Pusat Perhatian.......................................................................3
2.2.3 Sekolah Kerja..............................................................................................3
2.2.4 Pengajaran Proyek.....................................................................................3
2.2.5 Sekolah Alam..............................................................................................3
2.2.6 Pendidikan Berasrama................................................................................4
2.2.7 Pendidikan Inklusi.......................................................................................5
2.2.8 Home Schooling..........................................................................................5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupanmanusia4
Pendidikan menduduki posisi penting dalam pembangunan suatu bangsa4Pendidikan
berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat menentukan nasib bangsa.
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia
dan masyarakat sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan iptek. Pemikiran-
pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan. Aliran-
aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia
selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih
baik dari pendahulunya. Di dalam berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan,
pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman yunani kuno sampai kini
(seperti : Ulich 1950)
1.2. Perumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan pemikiran empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan pemikiran baru tentang pendidikan?
1.3. Tujuan Masalah
1.3.1 Untuk mengetahui pemikiran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi.
1.3.2 Untuk mengetahui pemikiran baru tentang pendidikan.
1.4. Manfaat Hasil
Pembahasan ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan terkait
pemikiran klasik yang terdiri dari pemikirian empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi, serta pemikiran baru tentang pendidikan. Dan tentunya dapat menjadi pengalaman
untuk kami serta pemahaman mengenai pembahasan materi pemikiran pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal
dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan
bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia
sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun
diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke.
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah
diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak
baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak
karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak
pembawaan baik anak itu.
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak
dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai
peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan
pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global.
Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran,
yaitu:Metode Global dan Centre d’interet.
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-
pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius
menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H.
Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di
Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang
perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang
dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama
makin penting, utamanya masyarakat maju.
1. Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari fasilitas sekolah
yaitu kelas belajar yang baik(AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera), laboratorium,
clinic, sarana olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau.
Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar(telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat
handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi, gantungan pakaian
dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari es, detector kebakaran, jam dinding, lampu meja,
cermin besar, rak-rak yang luas, pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan
fasilitas dapur terdiri dari: meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang
lengkap, microwape, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat
sampah, perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman.
5. Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya.
Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga
keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi
pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat.
Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan(tidak terkena
penyakit menular), tidak NARKOBA, terhindar isa terlaksana secara maksimal.
Hal ini terjadi karena adanya keinginan para orang tua untuk memberikan pendidikan
terhadap anak yang lebih sesuai dengan bakat dan minat sang anak, maupun karena disebabkan
adanya kondisi di system pendidikan konvensional yang tidak bisa memuaskan kehendak orang
tua untuk mendidik anaknya, misalnya terjadi kasus kekerasan terhadap anak, maupun system
pendidikan masal yang mengakibatkan potensi anak kurang tergali secara maksimal.
2.2.7 Pendidikan Inklusi
Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mengatur agar siswa dapat
dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Tanpa harus
dikhususkan kelasnya, siswa dapat belajar bersama dengan aksesibilitas yang mendukung untuk
semua siswa tanpa terkecuali difabel.[1] Inklusif dapat berarti bahwa tujuan pendidikan bagi
peserta lembaga pendidikan baik itu dari sekolah dasar sampai tingkat universitas yang memiliki
hambatan adalah keterlibatan yang sebenarnya dari setiap siswa dalam kehidupan sekolah yang
menyeluruh. Pendidikan inklusif dapat berarti penerimaan siswa atau mahasiswa yang memiliki
hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial dan konsep diri (visi-misi) sekolah
atau universitas.
Secara umum, tujuan pendidikan inklusi masih berpatokan pada UU No. 20 tahun 2003
mengenai Sisdiknas, pasal 1 ayat 1, yakni pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi pribadinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan inklusif bertujuan untuk menyatukan atau menggabungkan pendidikan
reguler dengan pendidikan khusus ke dalam satu sistem lembaga pendidikan yang dipersatukan
untuk mempersatukan kebutuhan semua. Pendidikan inklusif bukan sekadar metode atau
pendekatan pendidikan melainkan suatu bentuk implementasi filosofi yang mengakui
kebhinekaan antar manusia yang mengemban misi tunggal untuk membangun kehidupan
bersama yang lebih baik. Tujuan pendidikan inklusif adalah untuk menyatukan hak semua orang
tanpa terkecuali dalam memperoleh pendidikan.
Menurut Syamsul (2010) Anak berkebutuhan khusus atau ABK dapat diklasifikasikan
menjadi :
Berkembangnya kepercayaan pada diri anak, merasa bangga pada diri sendiri atas
prestasi yang diperolehnya.
Siswa dapat belajar secara mandiri, dengan mencoba memahami dan menerapkan
pelajaran yang diperolehnya di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik mampu berinteraksi secara aktif bersama teman-temannya, guru, sekolah
dan masyarakat.
Peserta didik dapat belajar untuk menerima adanya perbedaan, dan mampu beradaptasi
dalam mengatasi perbedaan tersebut
Tujuan yang ingin dicapai oleh guru atau pendidik dalam pelaksanaan pendidikan
inklusif di antaranya adalah sebagai berikut.
Guru akan memperoleh kesempatan belajar dari cara mengajar dengan setting inklusi.
Terampil dalam melakukan pembelajaran kepada peserta didik yang memiliki latar
belakang beragam.
Mampu mengatasi berbagai tantangan dalam memberikan layanan kepada semua
anak.
Bersikap positif terhadap orang tua, masyarakat, dan anak dalam situasi beragam.
Mempunyai peluang untuk menggali dan mengembangkan serta mengaplikasikan
berbagai gagasan baru melalui komunikasi dengan anak di lingkungan sekolah dan
masyarakat.
Tujuan yang akan dicapai oleh orang tua pada pendidikan inklusif antara lain adalah
sebagai berikut.
Para orang tua dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana cara mendidik dan
membimbing anaknya lebih baik di rumah, dengan menggunakan teknik yang
digunakan guru di sekolah.
Secara pribadi orang tua akan terlibat, dan akan merasakan keberadaannya menjadi
lebih penting dalam membantu anak untuk belajar.
Orang tua akan merasa dihargai, merasa dirinya sebagai mitra sejajar dalam
memberikan kesempatan belajar yang berkualitas kepada anaknya.
Orang tua mengetahui bahwa anaknya dan semua anak yang di sekolah, menerima
pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kemampuan masing-masing individu
anak.
Prinsip Umum Pendidikan Inklusif
Beberapa prinsip umum yang diterapkan pada pembelajaran inklusif adalah sebagai berikut:
1. prinsip motivasi, guru hendaknya selalu memotivasi siswa agar selalu bergairah dalam
belajar;
2. prinsip latar/konteks, guru menjelaskan materi dengan menggunakan contoh di
lingkungan sekitar siswa;
3. keterarahan, guru harus menentukan tujuan pembelajaran secara tepat dan
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat pula;
4. prinsip hubungan sosial, guru harus mengupayakan pembelajaran yang interaktif untuk
menggalakkan interaksi siswa dengan guru maupun sesama siswa;
5. prinsip belajar sambil bekerja, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan percobaan dan menemukan hal baru selama pembelajaran;
6. individualisasi, guru mengupayakan agar peserta didk mampu mandiri setelah
pembelajaran;
7. prinsip menemukan, guru mendorong siswa untuk terlibat aktif baik dari segi fisik,
mental, sosial maupun emosional;
8. prinsip pemecahan masalah, guru hendaknya sering memberikan persoalan untuk
melatih siswa memecahkan masalah (Garnida, 2015, hlm. 115).
Prinsip Khusus Pendidikan Inklusif
Sementara itu, Johnsen & Skjorten (2003) mengemukakan prinsip-prinsip pelaksanaan
pembelajaran khusus dari pendidikan inklusif antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tunanetra,
prinsip yang harus diperhatikan meliputi prinsip kekonkretan, prinsip pengalaman yang
menyatu, dan prinsip belajar sambil melakukan;
2. Tunarungu/Tunawicara,
meliputi prinsisp keterarahan wajah, prinsip keterarahan suara, dan prinsip
keperagaan;CIBI,meliputi prinsip percepatan belajar/akselerasi, dan prinsip pengayaan,
3. Tunagrahita,
meliputi prinsip kasih sayang, prinsip keperagaan, dan prinsip habilitasi dan rehabilitasi,
4. Tunadaksa,
prinsip yang harus diperhatikan yaitu pelayanan medis, meliputi menentukan bentuk
terapi dan frekuensi latihan, serta menjalin kerjasama dengan GPK jika diperlukan;
pelayanan pendidikan, meliputi mendorong siswa untuk memperoleh rekomendasi dari
psikolog dan pembuatan program pendidikan yang disesuaikan kebutuhan; dan pelayanan
social untuk berinteraksi di lingkungannya,
5. Tunalaras,
meliputi prinsip kebutuhan dan keaktifan, prinsisp kebebasan yang terarah, prinsip
penggunaan waktu luang, prinsip kekeluargaan dan kepatuhan, prinsip setia kawan dan
idola serta perlindungan, prinsip minat dan kemampuan, prinsip emosional, sosial, dan
perilaku, prinsisp disiplin, serta prinsisp kasih sayang