Anda di halaman 1dari 17

LANDASAN PEDAGOGIK

Kajian Empirik Pendidikan Dalam Latar Peristiwa, Kajian Empirik


Pendidikan Pada Masyarakat Tradisional, Kajian Empirik Pendidikan Pada
Masyarakat Modern, Kajian Empirikpendidikan Pada Masyarakat Global

disusun untuk melengkapi tugas matakuliah Landasan Pedagogik


dosen pengampu Dr. Pupun Nuryani, M.Pd.

Disusun Oleh:
Aris jaya
Nim. 1803172

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt, berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis telah menyelesaikan tugas Makalah Kelompok 8 Landasan Pedagogik, yang
diselesaikan untuk melengkapi tugas mata kuliah Landasan Pedagogik. Shalawat serta salam
kepada baginda nabi besar Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat-sahabatnya, dan para
umatnya.Tidak lupa penulis berterima kasih kepada orangtua dan rekan-rekan yang telah
membantu dan memberi dukungan penuh kepada penulis sehingga tugas Makalah Kelompok 8
Landasan Pedagogik ini bisa terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas Kumpulan MakalanPedagogik ini
masih memiliki banyak kekurangan, dengan itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan penyusunan tugas ini. Semoga Allah swt, memberikan balasan
atas kebaikan dan bantuan dari semua pihak yang telah memberikan doa, dukungan, bantuan moril
maupun materi. Diharapkan Kumpulan Makalah Kelompok Pedagogik ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis, dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandung, Maret 2019

Penyusun.
DAFTAR ISI

Contents
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………………………………………………… 1
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………………………………………. 2
Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………………………………………………………. 3
Tujuan …………………………………………………………………………………………………………………………………………………. 4
5. ....................................................................................................................................................... Manfaat
...................................................................................................................................................................... 4
1. .....................................................................................................................................Definisi Operasional
...................................................................................................................................................................... 5
1. Afektifitas..................................................................................................................................... 6
2. Diffuseness ................................................................................................................................... 6
3. Partikularisme ............................................................................................................................. 6
4. Orientasi kolektif ........................................................................................................................ 6
5. Askripsi ........................................................................................................................................ 6
Ciri-Ciri Masyarakat Modern ..................................................................................................................... 7
Pengertian Globalisasi Secara Umum ................................................................................................... 7
Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli Atau Pakar ......................................................................... 7
Faktor-Faktor Penyebab Globalisasi ..................................................................................................... 8
Dampak Globalisasi .............................................................................................................................. 9
BAB III .......................................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 10
BAB IV.......................................................................................................................................................... 16
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 16
BAB I
Latar Belakang, Rumusan masalah, tujuan, manfaat

1. Latar Belakang
Manusia tidak terlepas dari pendidikan dan manusia dalam hidupnya membutuhkan
pendidikan. Pendidikan senantiasa mengiringi setiap langkah manusia dari mulai bangun tidur
sampai menjelang tidur. Oleh karena itu, sepanjang manusia diberikan akal dan umur maka harus
belajar secara terus menerus. Tujuan pendidikan terhadap manusia adalah untuk membimbing dan
mengarahkan manusia supaya tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan, baik oleh
dirinya maupun oleh lingkungan masyarakatnya.
Dalam kehidupannya manusia berinteraksi dan bersosialisasi dengan anggota manusia yang
lainnya. Sehingga tidak bisa dipisahkan dari berinteraksi dengan anggota msayarakat lain yang
memiliki keragaman budaya dan organisasi tertentu. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam
makalah ini yang berjudul “Kajian Empirik Pendidikan Dalam Latar Peristiwa ”

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kajian empirik pendidikan dalam latar Peristiwa ?
2. Bagaimana kajian empirik pendidikan pada masyarakat tradisional ?
3. Bagaimana kajian empirik pendidikan pada masyarakat modern ?
4. Bagaimana Kajian empirikPendidikan pada masyarakat global

3. Tujuan
1. Mengidentifikasi pendidikan dalam latar Peristiwa
2. Mengidentifikasi pendidikan pada masyarakat tradisional
3. Mengidentifikasi pendidikan pada masyarakat modern
4. Menidentifikasi pendidikan pada masyarakat global

5. Manfaat
1. Mengetahui pendidikan dalam latar Peristiwa tertentu
2. Mengetahui pendidikan pada masyarakat tradisional
3. Mengetahui pendidikan pada masyarakat modern
4. Mengetahuai pendidikan pada nasyarakat global
BAB II
Kajian Teori

1. Definisi Operasional
Kajian empirik menurut Hilman Hadikusuma (1995) adalah penelitian yang bersifat
menjejalah menjelajah (eksplorator), melukiskan (deskriptif) dan menjelaskan (eksplanator).
Sedangkan menurut Izzatur Rusuli (2015) arti empiris adalah suatu gagasan yang bersifat
rasional yang dibentuk oleh individu melalui pengalamannya. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa kajian empirik adalah kajian yang berusaha untuk menjelaskan suatu
permasalahan

2. Pendidikan Dalam Berbagai Latar Peristiwa

Darsono (2008:51) dalam Asriani (2011) mengatakan


bahwa Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia guna memenuhi kebutuhan rohani
dan daya nalarnya yang setara dengan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya guna memenuhi
kebutuhan fisik dan mental sosialnya.

Menurut Frederick J. Mc Donald Pendidikan ialah suatu proses yang arah tujuannya
adalah merubah tabiat manusia atau peserta didik.

Menurut Ensiklopedi Pendidikan Indonesia Menjelaskan mengenai pendidikan,


yaitu sebagai proses membimbing manusia atau anak didik dari kegelapan, ketidaktahuan,
kebodohan, dan kecerdasan pengetahuan.

3. Pendidikan Dalam Masyarakat Tradisional

Tradisional berasal dari bahasa latin adalah “Traditum” yang meliputi makna Menular
misalnya mewarisi sesuatu dari generasi satu ke generasi berikutnya.
Karakteristik masyarakat tradisional klasik oleh Talcott Parsons.

1. Afektifitas

Afektifitaas adalah sebuah hubungan antar sesama manusia yang dilandasi oleh perasaan
dan sifat kasih sayang, tolong-menolong, rasa cinta, dan kesetiaan.

2. Diffuseness

Diffuseness merupakan gambaran sebuah sikap yang tidak terus terang terutama pada
hubungan antara pribadi. Masyarakat tradisional biasanya masih menggunakan bahasa
yang bertele-tele tidak langsung menuju sasaran permasalahan.

3. Partikularisme

Partikularisme merupakan sebuah hubungan yang berkaitan dengan sesuatu yang khusus
yang berlaku di suatu tempat atau daerah tertentu karena masih terdapat hubungan dengan
perasaan subjektif dan rasa kebersamaan.

4. Orientasi kolektif

Orientasi Kolektif yang merupakan dampak dari rasa afektifitas yaitu meningkatkan kerja
sama, kebersamaan, tidak sombong, congkak, ego, dan berbeda pendapat.

5. Askripsi

Askripsi adalah sifat khusus yang tidak diperoleh melalui usaha yang disengaja, tetapi
semuanya atas dasar kebiasaan dan keharusan.

Ciri – Ciri Lainnya :

1. Masyarakat yang terikat kuat dengan tradisi.


2. Masyarakatnya homogen ( hampir dalam segala aspek).
3. Sifat pelapisan sosialnya “tertutup “
4. Mobilitas sulit terjadi.
5. Perubuhan terjadi secara lambat.
6. Masyarakatnya cenderung tertutup terhadap perubahan.

4. Pendidikan Dalam Masyarakat Modern

Kata Modern berasal dari bahasa latin “ Modo” = cara dan “ Ernus” = masa kini. Menurut
Talcott Parson
Ciri-Ciri Masyarakat Modern

1. Netralitas efektif yaitu bersikap netral.


2. Orientasi diri yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi.
3. Universalisme adalah untuk menerima setiap hal secara objektif.
4. Prestasi masyarakatnya selalu mencarian prestasi.
5. Kekhususan adalah terus terang dalam mengungkap segalanya.

Menurut Alex Inkeles manusia modern memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Menerima isu-isu baru.


2. Menyatakan pendapat baik tentang lingkungannya sendiri maupun luar.
3. Menghargai waktu.
4. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.
5. Percaya diri
6. Perhitungan
7. Menghargai harkat hidup orang lain
8. Lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
9. Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan sesuai dengan prestasi yang diberikan.

5. Pendidikan Dalam Masyarakat Era Global

Dalam hal ini kata Globalisasi merupakan berasal dari bahasa Inggris “Globalization” yang
berarti gabungan dari “Global” yang berarti mendunia dan “lization” yang berarti proses. Definisi
globalisasi secara umum dan para ahli untuk hal demikian berbeda-beda, nah berikut ini
pemaparan pengertian globalisasi, penyebab dan juga dampak yang ditimbulkan oleh Globalisasi,
simak ulasannya dibawah ini.

Pengertian Globalisasi Secara Umum

Adapun pengertian Globalisasi ialah suatu proses yang menyeluruh atau mendunia dimana setiap
orang tidak terikat oleh negara atau batas-batas wilayah, artinya setiap individu dapat terhubung
dan saling bertukar informasi dimanapun dan kapanpun melalui media elektronik maupun cetak.

Pengertian globalisasi menurut bahasa yaitu suatu proses yang mendunia. Globalisasi dapat
menjadikan suatu negara lebih kecil karena kemudahan komunikasi antar negara dalam berbagai
bidang seperti pertukaran informasi dan perdagangan.

Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli Atau Pakar

Adapun pengertian globalisasi menurut para ahli atau pakar yang diantaranya yaitu:
Menurut Para Pakar Internasional

 Menurut Laurence E. Rothernberg


Yang mengatakan globalisasi ialah percepatan dari intensifikasi interkasi dan integrasi antara
orang-orang, perusahaan dan pemerintah dari negara yang berbeda.
 Menurut Anthony Giddens
Yang mengatakan bahwa globalisasi ialah intensifikasi hubungan sosial secara mendunia
sehingga menghubungkan antara kejadian yang terjadi dilokasi yang satu dengan yang lainnya
serta menyebabkan terjadinya perubahan pada keduanya.
 Menurut Dr. Nayef R.F. Al-Rodhan
Yang mengatakan lobalisasi ialah proses yang meliputi penyebab, kasus dan konsekuensi dari
integrasi transnasional dan transkultural kegiatan manusia dan non-manusia.
 Menurut Emanuel Ritcher
Yang mengatakan globalisasi ialah suatu jaringan kerja global yang mempersatukan masyarakat
secara bersamaan yang sebelumnya tersebar menjadi terisolasi ke dalam saling ketergantungan
dan persatuan dunia.
 Menurut Martin Albrow
Yang mengatakan globalisasi ialah seluruh proses penduduk yang terhubung ke dalam komunitas
dunia tunggal, komunitas global.
 Menurut Malcom Waters
Yang mengatakan globalisasi ialah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan
geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma di dalam kesadaran
orang.

Menurut Para Pakar Indonesia

 Menurut Selo Soemardjan


Yang mengatakan globalisasi merupakan sebuah proses terbentuknya sistem organisasi dan
komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu
yang sama.
 Menurut Achmad Suparman
Yang mengatakan globalisasi merupakan suatu proses yang menjadikan sesuatu benda atau
perilaku sebagai ciri dari setiap individu di dunia tanpa dibatasi oleh wilayah.

Faktor-Faktor Penyebab Globalisasi

Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab globalisasi yang diantaranya yaitu:

 Perkembangan teknologi informasi komunikasi yang berperan untuk kemudahan dalam transaksi
ekonomi antar negara.
 Kerja sama ekonomi Internasional yang memudahkan terjadinya kesepakatan-kesepakatan
antarnegara yang terjalin dengan erat.
 Majunya ilmu pengetahuan pada teknologi transportasi yang mempermudah dalam jasa transport
dan pengiriman barang keluar negeri.
Dampak Globalisasi

Adapun dampak globalisasi positif dan globalisasi negatif, untuk lebih jelasnya berikut ini.

Dampak Positif Globalisasi

 Pembangunan semakin banyak.


 Semakin cepat dan mudahnya komunikasi.
 Peningkatan pada ekonomi menjadi lebih produktif, efektif dan efisien.
 Turisme dan pariwisata meningkat.
 Informasi dan ilmu pemngetahuan mudah didapatkan.
 Taraf hidup dari masyarakat meningkat.
 Memacu meningkatkan kualitas diri.
 Kemudahan dalam transportasi.

Dampak Negatif Globalisasi

 Sikap solidaritas atau kepedulian, gotong royong, kesetiakawanan berkurang.


 Kreativitas menurun karena individu kebanyakan bersikap konsumtif.
 Budaya atau adat bangsa akan terkikis.
 Informasi tidak terkendali dan tidak tersaring.
 Perusahaan dalam negeri akan kalah saing dengan perusahaan luar negeri, hal ini mengakibatkan
perusahaan dalam negeri sulit berkembang.
 Perilaku dan sikap buruk banyak bermuculan.
 Tenaga tani berkurang.
 Sikap ala kebarat-baratan menjadi gaya hidup dan mudah terkontaminasi.
 Munculnya sikap individualisme.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Dalam Berbagai Latar Peristiwa

Darsono (2008:51) dalam Asriani (2011) mengatakan bahwa Pendidikan merupakan


kebutuhan dasar manusia guna memenuhi kebutuhan rohani dan daya nalarnya yang setara dengan
kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya guna memenuhi kebutuhan fisik dan mental sosialnya.
Kebutuhan rohani dan kebutuhan fisik merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi,
sehingga sulit dan mahalnya harga pendidikan harus dipenuhi oleh Negara dalam mencukupi
kebutuhan dasar warganegaranya. Diperkuat dengan pasal 31 Ayat 1 dan 2. Ayat (1) berbunyi
“Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran“ dan Ayat (2) “pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang
diatur dalam undang-undang” Oleh karena itu, bila sekarang ini masih ada masyarakat yang tidak
dapat melanjutkan pendidikannya terutama wajib belajar sembilan tahun, seharusnya negara
selaku pemegang otoritas memfasilitasi kemudahan warganegaranya untuk
memperoleh pendidikan.
Pendidikan menjadi kunci utama keberhasilan suatu bangsa, untuk menghantarkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya (Dario: 2013). Bangsa yang baik adalah bangsa
yang memperhatikan serta membangun sistem pendidikan yang baik pula. Jika suatu Negara belum
mampu mengembangkan sistem pendidikan yang baik maka Negara tersebut belum mampu
mencapai kesejahteraan yang terjadi pada Negara cerdas, makmur serta sejahtera, seperti; Jepang,
Korea Selatan, Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Kanada, Australia dan sebagainya. Menurut
Ballantine dalam kibtiyah (2013), menyatakan beberapa fungsi pendidikan dalam masyarakat,
yaitu; fungsi sosialisasi, seleksi, latihan dan alokasi, inovasi dan perubahan sosial serta fungsi
pengembangan pribadi dan sosial.
Pendidikan sangatlah penting demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Masyarakat
yang hidup dipedalaman tentunya berbeda kualitas pendidikannya jika dibandingkan dengan
masyarakat yang hidup diperkotaan yang sarat dengan sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai. Masyarakat pedalaman bisa juga disebut masyarakat tradisional karena cenderung hidup
jauh dari pusat kota dan sering kali mengalami kendala, apalagi pada bidang pendidikan seperti
sarana dan prasarana yang minim serta terbatasnya tenaga pendidik karena susahnya transportasi
untuk menjangkau lokasi. Pada beberapa daerah, minat bersekolah sangatlah kurang karena dinilai
tidak menghasilkan uang. Tidak mengherankan, pada masyarakat tradisional yang lebih
mengedepankan adat serta budaya leluhur seperti yang terjadi pada masyarakat pedalaman, anak
usia sekolah lebih diajarkan untuk berburu atau membantu orang tua diladang. Kondisi seperti ini
sangatlah menghawatirkan dan harus menjadi perhatian serius sehingga bisa mendapatkan solusi
dalam pemecahan masalah diatas. Untuk memahami serta menindak lanjuti permasalahan
pendidikan dalam berbagai latar peristiwa, kita haruslah memahami karakteristik serta perbedaan
pendidikan masa lalu yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya serta yang kini sedang
berlangsung. Maka, untuk lebih jelas kita haruslah membedakan pendidikan dalam berbagai tipe
masyarakat, seperti pada masyarakat tradisional, modern dan era global sebagai berikut.

B. Pendidikan Dalam Masyarakat Tradisional


Masyarakat tradisional sering diartikan sebagai masyarakat yang kehidupannya masih
banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Didalam kehidupan sehari-harinya, masyarakat tradisional
sering melakukan cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek
moyangnya sehingga kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
yang berasal dari luar lingkungan sosialnya.
Di Indonesia, masyarakat pada zaman dahulu atau masyarakat yang tinggal didaerah
terpencil pada saat ini juga sering disebut masyarakat tradisional karena pada zaman itu mereka
masih memegang teguh adat istiadat leluhur. Selain itu, masyarakat tradisional biasanya berada di
pedalaman sehingga kurang mengalami perubahan atau pengaruh dari kehidupan kota.
Pengetahuan yang mereka miliki kurang terspesialisasi dan sedikit keterampilan sehingga
membuat anak-anak memperoleh warisan budaya dengan mengamati dan meniru orang dewasa
dalam berbagai kegiatan seperti upacara, berburu, pertanian dan panen. Kebudayaan masyarakat
tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa
menerima pengaruh luar. Jadi, kebudayaan masyarakat tradisional tidak mengalami perubahan
mendasar. Karena peranan adat-istiadat sangat kuat menguasai kehidupan mereka.
Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 dan 3 yang
isinya ayat (1) “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendididkan
yang bermutu”. Ayat (3) “warga negara daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat
yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus”. Pemerintah wajib memenuhi hak
tersebut seperti yang dicantumkan dalam pasal 11 ayat 1 yaitu pemerintah dan pemerintah daerah
wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang
bermutu bagi setiap warga negaranya. Jadi, walaupun di Indonesia masih terdapat masyarakat
pedalaman yang sulit untuk dijangkau tetapi pemerintah mempunyai kewajiban untuk tetap
memberikan pelayanan pendidikan yang sama seperti masyarakat kota terhadap masyarakat
pedalaman tanpa pengecualian.
Sejarah pendidikan masyarakat tradisional di Indonesia dimulai pada masa kerajaan. Pada
umumnya, pendidikan diselenggarakan untuk mengajar anak-anak keluarga bangsawan, agar
mereka siap meneruskan tugas dan tanggung jawab sebagai penerus tahta kerajaan. Pendidikan
hanya bersifat terbatas dan elitis, itu berarti pendidikan diperuntukkan untuk kalangan kerajaan
serta bangsawan. Sedangkan, pada zaman kolonial belanda, banyak hal yang menjadi penyebab
ketertinggalan bidang pendidikan. Bangsa ini hanya dimanfaatkan sumber daya alamnya yang
melimpah, sedangkan dalam sumber daya manusianya dibodohkan dengan berbagai cara, sehingga
bangsa ini tidak mengalami masa perkembangan yang menakjubkan pada bidang pengetahuan,
pendidikan maupun teknologi. Pendidikan hanya terbatas untuk orang-orang yang memiliki
golongan ekonomi atas, terutama pegawai pemerintahan Belanda, kaum bangsawan (priyayi) dan
diutamakan dari kaum laki-laki. Namun pada zaman Raden Ajeng Kartini muncul, ada dobrakan
adat tradisi yang kuno. Ia berkeinginan bahwa pendidikan harus diberikan kepada setiap orang
tanpa memandang jenis kelamin, suku bangsa, agama, maupun status sosial ekonomi.
Ada beberapa ciri utama pada pendidikan tradisional, yaitu; anak-anak biasanya dikirim ke
sekolah di dalam geografis tertentu kemudian mereka dimasukkan ke dalam kelas yang kemudian
dibedakan berdasarkan umur. Prinsip sekolah yang otoritarian menyebabkan anak harus
menyesuaikan diri dengan tolak ukur perilaku yang ada. Guru memikul tanggung jawab
pengajaran. Pembelajaran berpegang pada kurikulum yang sudah ditetapkan. Bahan ajar yang
paling umum tertera dalam kurikulum adalah buku-buku teks. Di dalam kelas, guru menjadi satu-
satunya pelaku pendidikan. Guru berbicara dan murid hanya menyimak tanpa ikut berperan aktif.
Tatanan bangku berurut dan masih diberlakukannya hukuman fisik bagi murid yang tidak taat
(kibtiyah: 2013).
C. Pendidikan Dalam Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang menempatkan mesin dan teknologi pada posisi
yang sangat penting dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi ritme kehidupan dan norma-
norma (kibtiyah: 2013). Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sebagian besar
warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia
masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat-istiadat lama. Karena mengalami
perubahan dalam perkembangan zaman dewasa ini. Berlawanan dengan masyarakat tradisional,
perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang
membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Parson
dalam Pambudi (2011), masyarakat modern bisa dilihat dari ciri-ciri berikut ini; masyarakat
modern cenderung bersikap netral bahkan menuju sikap tidak memperhatikan atau tidak peduli
dan juga lebih mementingkan diri sendiri. Masyarakat modern pula suka mengejar prestasi, serta
cenderung berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu.
Dalam mencapai kemajuan itu masyarakat modern berusaha agar mereka mempunyai
pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang
dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya. Bagi negara-
negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Pada umumnya masyarakat modern ini
disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota. Pengertian kota secara sosiologi terletak
pada sifat dan ciri kehidupannya dan bukan ditentukan oleh menetapnya sejumlah penduduk di
suatu wilayah perkotaan. Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa tidak semua warga
masyarakat kota dapat disebut masyarakat modern, sebab banyak orang kota yang tidak
mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan peradaban dunia masa kini, misalnya
gelandangan atau orang yang tidak jelas pekerjaan dan tempat tinggal.
Dalam masyarakat modern, pendidikan memegang peranan sangat penting dalam hal
meningkatkan kecerdasan dan keterampilan. Pendidikan pada masyarakat modern umumnya
diarahkan untuk mempersiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan. Pada zaman ini,
teknologi informasi sudah mulai memegang peran penting untuk dikembangkan dan dikuasai.
Dengan pengetahuan yang cukup, masyarakat akan mempunyai pandangan yang cukup luas untuk
mampu mengantisipasi kehidupan masa mendatang dan melakukan perbaikan kehidupan dengan
memperkenalkan norma sosial yang baru, yang dapat menjawab tantangan masa mendatang. Jadi
pengetahuanlah yang menjadi modal utama bagi masyarakat modern untuk tetap bertahan dalam
situasi dan kondisi peradaban modern.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka untuk memperoleh pengetahuan, mereka
menyediakan fasilitas pendidikan formal mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi
disamping pendidikan keterampilan khusus lainnya. Kelangsungan pendidikan ini diatur oleh
pranata sosial baik pendidikan yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh swasta. Karena
peranan pendidikan ini sangat vital dalam menentukan kehidupan masa mendatang, maka
penyelenggaraannya sangat terpelihara dan mendapat dukungan masyarakat. Warga masyarakat
modern umumnya menikmati pendidikan sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah maupun
tinggi. Peranan pendidikan keluarga tetap terpelihara dengan baik khususnya dalam membentuk
kepribadian seseorang sedangkan pengembangan pengetahuan dan keterampilannya, peranan
pendidikan sekolahlah yang makin berperan.
Pendidikan pada masyarakat modern ini bertolak belakang dengan pendidikan tradisional.
Pada pendidikan modern, guru bertindak sebagai fasilitator dan peserta didik mengambil dalam
proses pembelajaran sehingga sehingga peserta didik dituntun untuk lebih aktif di kelas. Proses
pembelajaran tidak hanya menggunakan buku teks, melainkan memanfaatkan media pembelajaran
yang sekarang sudah berkembang pesat. Proses pembelajaran pun tidak terbatas di kelas saja
melainkan bisa dilakukan di luar kelas sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, kebanyakan guru
(pendidik) dalam mayarakat modern cenderung mengajarkan sesuatu yang jauh dari realita yang
ada kepada peserta didik. Anak- anak dalam masyarakat modern cenderung dibawah tekanan yang
besar dari orang tua dan gurunya untuk menguasai pelajaran yang telah ditentukan dan dalam
waktu yang telah ditentukkan sehingga berpotensi menimbulkan kelainan mental jika hasil yang
akan dicapai terlalu berat dibandingkan dengan kemampuan anak (kibtiyah: 2013).

D. Pendidikan Dalam Masyarakat Era Global


Secara etimologi, menurut kamus besar bahasa Indonesia, Era adalah kurun waktu dalam
sejarah atau sering juga disebut zaman atau masa. Sedangkan global artinya adalah menyeluruh.
Jika digabungkan, menurut terminologi, era globalisasi adalah sebuah perubahan sosial, berupa
bertambahnya keterkaitan diantara masyarakat dan elemen-elemen yang terjadi akibat
transkulturasi perkembangan teknologi dibidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi
pertukaran budaya dan ekonomi internasional (maesaroh: 2012).
Manusia global adalah manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa
(bermoral), mampu bersaing, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki jati diri.
Salah satu wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
unggul adalah melalui pendidikan (Sujarwo: 2013). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa masyarakat pada era global dituntut untuk menguasai dan mempunyai kemampuan yang
mumpuni dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Masyarakat pada era global biasa juga disebut dengan masyarakat di abad ke-21. Pada abad
ini, masyarakat menjadi lebih kritis terhadap berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari apalagi yang menyangkut masalah pendidikan. Ada beberapa tuntutan perbaikan dalam
bidang pendidikan. Adapun tuntutannya adalah sebagai berikut; merespon kepada masyarakat
yang berbasis pengetahuan, merespon terhadap masyarakat multibudaya dan masyarakat bersatu,
merespon terhadap masyarakat madani yang matang.
Pendidikan pada era global, diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat tanpa kecuali,
tanpa membedakan agama, suku bangsa, jenis kelamin, budaya, maupun sosial-ekonomi. Tugas
para pendidik dalam hal ini adalah membantu mengkondisikan peserta didik pada sikap, perilaku
atau kepribadian yang benar, agar mampu menjadi agents of modernization bagi dirinya sendiri,
lingkungannya, masyarakat dan siapa saja yang dijumpai tanpa harus membedakan suku, agama,
ras dan golongan. Pada era ini pula, pendidikan diarahkan pada upaya memanusiakan manusia
yang dimaksutkan untuk membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi
dan bernilai tinggi (bermoral, berwatak, bertanggung jawab dan bersosialitas) (Sujarwo: 2006).
Jadi dengan kata lain pendidikan budi pekerti sangatlah diperlukan dalam kehidupan peserta didik
di era globalisasi ini.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan tidak berdiri sendiri, melainkan terbentuk dari suatu kesatuan, yaitu dari keluarga
dan masyarakat/organisasi. Manusia sejak lahir sudah mendapatkan pendidikan, yaitu yang
pertama adalah keluarga. Dimana keluarga membentuk karakter dan kepribadian seseorang
sebelum terjun ke dalam masyarakat.
Selain itu dalam filsafat pendidikan terdapat beberapa aliran pemikiran/mahzab yang memiliki
corak pemikiran tertentu. Hasil dari pemikiran tersebut akan berbicara mengenai sejarah ataupun
peristiwa pada saat pemikiran tersebut lahir. Perkembangan zaman akan melahirkan pemikiran
yang baru yang sifatnya merubah atau menyempurnakan pemikiran sebelumnya.
Pendidikan seutuhnya adalah proses pencarian nilai kehidupan. Dimana seseorang dibentuk
oleh berbagai factor, baik dari dimana dia berasal/keluarga ataupun lingkungan sosial dimana
mereka berinteraksi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M.Imron. (2003). Pendidikan keluarga bagi anak. Cirebon: Lektur.


Anwar, Muhammad. (2015). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group As’adi.
Barnabid, Imam. (1997). Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset
Dewantara, Ki Hajar. (1961). Ilmu pendidikan. Yogyakarta: Taman Siswa.
Gutek. Gerad Lee. (1974). Philosofical Alternatives in Education. Loyala University of Chicago.
Langgalung, Hasan. (1989).Pendidikan Islam Indonesia, Mencari Kepastian Histori, Jakarta:
P3M,
Latif, Abdul. (2007). Pendidikan berbasis nilai kemasyarakatan. Bandung : Refika Aditama
Muhmidayeli. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Sadullah, Uyoh. (2003). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sadulloh, Uyoh. dkk. (2010). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.
Saidah A.H. (2015)Pemikiran Essensialisme, Eksistensialisme, Perenialisme, Dan Pragmatisme
Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal al-Asas, Vol. III, No. 1, April

Anda mungkin juga menyukai