DISUSUN OLEH :
PENDIDIKAN FISIKA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat dengan waktunya .
Makalah ini disusun dengan tujuan agar dapat digunakan sebagai penunjang
bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan .Dalam
kesempatan ini kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yusra Nasution
S.Pd ,.M.Pd sebagai dosen pengampu matakuliah Filsafat Pendidikan.Yang
terpenting adalah makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa dorongan, bantuan
dan doa dari berbagai pihak yang senantiasa setia mendampingi kami , baik secara
langsung maupun tidak . Kami berharap .
Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik
pada Fisika dasar. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut
pandang baru setelah membaca makalah yang telah kami sajikan ini. Kami juga
sangat menyadari, makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Akhir kata kami ucapkan terimakasih
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
A. Hakekat Manusia....................................................................................... 3
ii
BAB I
PENDAHLUAN
1
2. Apa yang dimaksud hakekat pendidikan
3. Apa hubungan manusia dengan pendidikan
4. Apa tujua pendidikan karakter
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Aspek-aspek hakikat manusia, meliputi asal-usulnya,
strukturmetafisiknya, karakteristik, dan makna eksistensinya di dunia.
Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar keimanan hal
ini jelas kita akui dan kita pahami; dalam filsafat hal ini didukung oleh
argumen kosmologi, sedangkan secara faktual terbukti dengan adanya
fenomena kemakhlukan yang dialami manusia.Manusia adalah kesatuan
badani-rohani, hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan
lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, dan tujuan
hidup. Manusia memiliki berbagai potensi, yaitu potensi untuk mampu
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik,
cipta, rasa, karsa, dan karya.Dalam eksistensinya, manusia memiliki
berbagai aspek kehidupan individualitas, sosialitas, kultural, moralitas,
dan religius. Semua itu, mengimplikasikan interaksi atau komunikasi,
historisitas, dan dinamika.Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki
tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Individu yang memiliki sifat rasional yang
bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. Manusia yang
mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. Makhluk yang
dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya. Individu yang dalam hidupnya selalu
melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri,
membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati.Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudannya
merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas. Makhluk
Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak dapat berkembang sesuai
dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
B. Hakikat Masyarakat
4
Secara langsung dantidak langsung setiap anggota masyarakat tersebut telah
menjalin komunikasi mengadakankerja sama dan saling mempengaruhi dalam
rangka mencapai tujuan.3[3]Oqburn dan Nimkoff menjelaskan istilah
masyarakat sesungguhnya dipergunakandalam pengertian yang amat luas.
Perserikatan bangsa-bangsa meliputi masyarakat antara bangsa-bangsa bahkan
kita kadang-kadang menyebutnya masyarakat dunia. Pengertianmasyarakat
kadang-kadang dipakai untuk menyatakan seluruh wilayah, negara atau
bangsa.Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian masyarakat (relatif)
luaswilayahnya, dan meliputi (relatif) banyak anggota atau warganya oleh
karena jumlahnya juga relatif besar, dan tersebar demikian luas, akan terjadi
pula “masyarakat” didalam Masyarakat tersebut ada bermacam- macam faktor
yang menyebabkan terbentuknya “masyarakat” tersebut terjadinya perbedaan-
perbedaan yang dikenal istilah “masyarakat kota, masyarakatdesa, masyarakat
pedalaman, masyarakat agraris”, dan ada pula “masyarakat bahwa” dan
sebagainya.
1. Teori Atomistik
Masyarakat, kebersamaa sosial adalah hasil kemauan sukarela warga
masyarakatuntuk melakukan antar hubungan dan antraksi untuk tujuan
kesejahteraan. Masyarakat adalah perwujudan cita-cita, persamaan yang
tersimpul dalam hak-hak asasi mereka. Tanpa asas-asas kemerdekaan dan nilai-
nilai hak-hak asasi individu, akan terjadi di sintegrasi-sosial, dis harmonis yang
mengancam eksintensis masyarakat.menyadari prinsip-prinsip itu
tatakehidupan sosial menurut teori otomistik pasti berlandaskan nilai-nilai
demokrasi. Manusiasebagai individu merupakan pusat orientasi, sebab manusia
adalah subjek didalammasyarakat bahkan pada sebagian penganut teori ini
masyarakat adalah tujuan hidup yangutama.
2. Teori Organisme
Pada dasarnya setiap individu dan berkembang didalam masyarakat.
Manusia lahirdalam suatu keluarga bukanlah atas kehendak dan pilihan
bebas melainkan berlangsungsecara kodrati, dengan perkataan lain
manusia lahir tanpa pilihan dimana, dalam masyarakatyang bagaimana, dan
dalam keluarga apa ia harus lahir.Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan
didalam masyarakat menurut teoriorganisme adalah:
a. Bahwa kekayaan dan kehendak masyarakat sebagai lembaga diatas
hak, kepentingan,keinginan, cita-cita dan kekuasaan individu.
5
b. Lembaga masyarakat yang meliputi seluruh bangsa, secara nasional,
bersifat totaliter, pendidikan berfungsi mewujudkan warga negara
yang ideal, dan bukan manusia sebagaiindividu yang ideal.
3. Teori Integralistik
Menurut teori meskipun masyarakat sebagai suatu lembaga yang
mencerminkankebersamaan sebagai suatu totalitas, namun tak dapat
diingkari realita manusia sebagai pribadi. Sebaiknya manusia sebagai
selalu ada didalam kebersamaan didalam masyarakat.Adanya (eksistensis)
pribadi di dalam masyarakat sama dengan adanya suatu masyarakat.
C. Hakikat Pendidikan
Pada hakikatnya setiap manusia dalam hidupnya, didasari atau tidak telah
melakukan aktivitas berpikir yang merupakan bagian dari berpikir filsafat. Hal
ini disebabkan setiap manusia dengan kadar kemampuan berpikir masing-
masing sepanjang hidupnya selalu berusaha mencari makna kebahagiaan dan
kebajikan hidup, baik untuk lingkup kebutuhan pribadi maupun kehidupan
sosial. Pendidikan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai
apa yang telah dicita-citakan oleh masyarakat, diantaranya adalah kedamaian.
Dengan pendidikan, maka kedamaian akan tumbuh dan berkembang pesat, yang
6
selalu membawa pada etika, estetika, dan ketenangan dalam diri seseorang yang
senantiasa akan patuh terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Menurut
Hamalik (1994) fungsi dan kegunaan penddikan adalah menyiapkan peserta
didik. Menyiapkan peserta didik diartikan bahwa peserta didik pada hakikatnya
belum siap, tetapi perlu disiapkan dan sedang menyiapkan dirinya sendiri.
2. Tujuan Pendidikan
7
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu. Cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.”
2) tujuan institusional,
4) tujuan instruksional.
1. Peserta Didik Peserta didik merupaka subyek didik. Peserta didik bersifat
unik, artinya antara peserta didik satu dengan yang lain memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Pendidik yang baik dapat memahami
karakteristik peserta didik secara mendalam. Seiring perkembangan
zaman, karakteristik peerta didik juga mengalami perubahan. Kondisi
yang demikian membuat pendidik perlu terus memahami perkembangan
peserta didiknya.
2. Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan. Pendidik dapat berupa guru di sekolah ataupun
orangtua di rumah.
8
4. Interaksi Edukasi Interaksi edukasi merupakan komunikasi antara pendidik
dan peserta didik mengarah pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
akan tercapai secara optimal dengan melalui proses komunikasi secara
intensif dengan memanipulasi isi, metode serta sarana dan prasaranan
pendidikan.
5. Tujuan Pendidikan Setiap sekolah memiliki tujuan institusionalnya masing-
masing dan tentunya berbeda-beda. Tujuan institusional sekolah tertuang
dalam visi dan misi sekolah. Terbentuknya visi misi sekolah tersebut tidak
boleh terlepas dari tujuan pendidikan nasional. Selanjtunya dari tujuan
pendidikan nasional dan visi misi sekolah kemudian diturunkan menjadi
tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu tujuan pendidikan tidak akan tercapai
jika sekolah tersebut tidak memiliki visi dan misi.
6. Materi/ Isi Pendidikan Materi pendidikan yang telah disajikan dalam
kurikulum merupakan sarana untuk mengantarkanpencapaian tujuan
pendidikan. Materi pendidikan meliputi materi inti dan amteri muatan local.
Materi inti bersifat nasional, sedangkan amteri local bersifat local.
7. Alat dan metode Dalam penyampaian materi pembelajaran dibutuhkan alat
dan metode agar materi tersebut dapat tersampaikan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
8. Alat yang digunakan ini dapat berupa media yang menarik bagi peserta
didik. Metode pembelajaran juga mempengaruhi keberhasilan dalam
penyampaian materi pembelajaran. Dalam pemilihan metode pembelajaran
harus disesuaikan dengan amteri maupun karakteristik peserta didik.
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang dapat dikatakan
sebagai mahluk yang belum selesi atau biasa disebut “Homo Sapiens” yanga
memiliki arti makhluk yang berilmu pengetahuan. Manusia mempunyai insting
yang selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitarnya
yang belum diketahu sebelumnya. Dari rasa keingintahuannya maka timbullah
9
suatu ilmu pengetahuan yang kemudia dapat dikembangan dengan baik. Konsep
kehidupan manusia digerakan sebagian besar oleh kebutuhannya dalam
mencapai sesuatu, dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosialnya terhadap
masyarakat. Manusia mempunyai kertebatasan dan sifat-sifat yang kurang baik,
disamping mempunyai sikap yang baik dan kemampuan yang baik. Maka dari
itu manusia membutuhkan bimbingan dalam membentuk dan mengembangkan
karakter dan sifat yang sudah ada dalam diri masingmasing dari sejak kecil.
Manusia disebut sebagai mahkluk sosial karena mempunyai sifat
ketergantungan dengan manusia yang lainnya, sifat ketergantungan manusia
misalnya dari contoh seorang bayi yang dilahirkan, ia sangat tergantung kepada
pertolongan orang tuannya. Tanpa ada pertolongan dari kedua orang tuanya,
bayi tersebut akan meninggal. Manusia juga memiliki potensi untuk
menyesuaikan diri, meniru dan beridentifikasi diri, mampu mempelajari tingkah
laku dan mengubah tingkah laku.
10
didik agar bersikap dewasa dan bertanggungjawab. Hal ini proses-proses
pendidikan menjadi sangat signifikan dalam mengarahkan peserta didik kepada
pencapaian tujuan yang dimaksud. Proses-proses pendidikan tersebut terjadi
dalam bentuk: 1) Individualisasi atau personalisasi yakni proses yang tertuju
untuk menjadi seorang individu atau diri pribadi. 2) Sosialisasi yaitu proses
yang tertuju untuk menjadi anggota masyarakat yang diidamkan. 3) Enkulturasi
yaitu proses yang tertuju untuk memiliki cara-cara hidup yang diharapkan oleh
suatu masyarakat. 4) Profesionalisasi yaitu proses yang tertuju menjadi tenaga
kerja yang professional. 5) Civilisasi yaitu proses yang tertuju untuk menjadi
warga Negara yang baik; 6) Habituralisasi yaitu proses yang tertuju untuk
memiliki kebiasaan-kebiasaan hidup yang tepat, dan 7) Humanisasi yaitu proses
yang tertuju untuk menjadi manusia seutuhnya.37 Proses pendidikan di atas
menegaskan bahwa bagaimana manusia dapat memahami dirinya sebagai
seorang individu, apa hak dan kewajiban terhadap dirinya, kemudian refleksi
dirinya dalam kehidupan sosial, apa fungsi dan perannya sebagai makhluk
sosial, memahami tata cara hidup bermasyarakat dan etika sosial, dapat hidup
mandiri dan berguna bagi komunitasnya, taat dan patuh kepada norma yang
berlaku, hidup normal dan bertanggungjawab, dan selalu berupaya untuk
memperbaiki hidupnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa antara
manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia maka
pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan manusia semakin menjadi
dirinya sendiri sebagai manusia.38 Dengan pendidikan, manusia dapat
menemukan hidupnya yang lebih baik dan dengan pendidikan, manusia dapat
menunjukkan dirinya sebagai manusia dewasa. Pendidikan berkepentingan
untuk membangun filsafat hidup, untuk dijadikan pedoman dalam menjalani
kehdiupan sehari-hari agar selalu dalam keteraturan. Kemudian filsafat
memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh asal-mula, eksistensi
dan tujuan kehidupan. Tanpa filsafat, pendidikan tidak bisa berbuat apa-apa,
tidak tahu apa yang harus dikerjakan, dan sebaliknya tanpa pendidikan filsafat
tetap berada dalam dunia utopianya. Dengan menguji dan menyelidiki ide-ide
serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran, yang
sumbernya adalah Tuhan sendiri Jadi, pendidikan membutuhkan konsep yang
jelas dan benar, dan tentunya dari filsafat, dan filsafat membutuhkan
pengembangan pencarian kebenaran, yang tentunya bagian dari kerja
pendidikan. Esensi inilah mempertemukan bahwa manusia senantiasa terjalin
hubungan mutual simbiosis dengan filsafat dan pendidikan. Manusia dalam
hidup dan kehidupan selalu ingin mengetahui segala sesuatu, rasa ingin tersebut
terefleksi kepada keinginan untuk bertanya, sikap bertanya tentu ingin
mendapatkan jawaban, dan jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang
benar dan penuh kepastian. Untuk menjawab berbagai pertanyaan dari manusia
11
maka filsafat dapat berperan penting sebagai bentuk kegiatan berpikir rasional,
radikal, universal, tanpa terikat oleh tradisi (budaya, norma atau agama) dalam
mencari kebenaran. Filsafat dapat menunjukkan manusia kerangka pikir yang
logis, dan prosedur berpikir yang sistematis. Kemudian, untuk mempermudah
proses pencarian kebenaran dan penalaran, maka pendidikan dapat
mengarahkan proses bekerja nalar yang sistematis, terarah, teratur, efektif,
efisien dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.
E. Pendidikan Karakter
12
Ini merupakan cara paling baik untuk memastikan para murid memiliki
kepribadian dan karakter yang baik dalam hidupnya. Pendidikan ini dapat
membantu meningkatkan prestasi akademik anak didik. Sebagian besar anak
tidak bisa membentuk karakter yang kuat untuk dirinya di tempat lain. Dapat
membentuk individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan dapat
hidup di dalam masyarakat yang majemuk. Sebagai upaya mengatasi akar
masalah moral-sosial, seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos
kerja rendah, dan lain-lain. Merupakan cara terbaik untuk membentuk perilaku
individu sebelum masuk ke dunia kerja/usaha. Sebagai cara untuk mengajarkan
nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja suatu peradaban..
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Das SWH. Hubungan Filsafat, Manusia dan Pendidikan. Istiqra: 2013; vol 1(1):65-
73.
Sumantri, M. S., & MSM, P. (2015). Hakikat Manusia dan Pendidikan. Yogyakarta:
Universitas Terbuka.
15