Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

HAKEKAT MANUSIA,HAKEKAT MASYARAKAT DAN HAKEKAT


PENDIDIKAN ( GURU ,PESERTA DIDIK, PEMBELAJARAN )
PENDIDIKAN KARAKTER.

Yusra Nasution, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH :

Cesilia Sondang Uli sitanggang ( 4233121043)

Sophie Hikmatul Fadhila ( 4233121029)

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat dengan waktunya .

Makalah ini disusun dengan tujuan agar dapat digunakan sebagai penunjang
bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan .Dalam
kesempatan ini kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yusra Nasution
S.Pd ,.M.Pd sebagai dosen pengampu matakuliah Filsafat Pendidikan.Yang
terpenting adalah makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa dorongan, bantuan
dan doa dari berbagai pihak yang senantiasa setia mendampingi kami , baik secara
langsung maupun tidak . Kami berharap .

Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik
pada Fisika dasar. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut
pandang baru setelah membaca makalah yang telah kami sajikan ini. Kami juga
sangat menyadari, makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Akhir kata kami ucapkan terimakasih

Medan, 26 oktober 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Hakekat Manusia....................................................................................... 3

B. Hakikat Masyarakat ................................................................................... 4

C. Hakikat Pendidikan ................................................................................... 6

D. Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan ...................................... 9

E. Pendidikan Karakter ................................................................................ 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14

3.1. Simpulan ............................................................................................... 14

3.2 Saran ...................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHLUAN

1.1 Latar belakang

Perlunya pendidikan karakter mendesak untuk dilaksanakan adalah adanya


gejala-gejala yang menandakan tergerusnya karakter bangsa, pada era globalisasi.
Kebebasan berkehendak free will, tanpa aturan yang baku, iklim kebebasan, tidak
jarang diartikan dengan kebebasan bertindak. Tawuran antar pelajar, antar
kampung, main hakim sendiri, dan sebagaimana berlangsung di berbagai tempat,
sekaligus menjauhkan kehidupan masyarakat yang beradab, berkarakter, dan
berakhlak mulia.Tujuan penulisan artikel ini adalah membahas bagaimanakah
model implementasi penguatan pendidikan karakter di sekolah.Walaupun upaya
mewujudkan peradaban bangsa melalui pendidikan karakter bangsa tidak pernah
terlepas dari lingkungan pendidikan baik di dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat.Namun lembaga pendidikan memegang kunci utama penanaman
karakter dan akhlak peserta didik.Hakekat pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilainilai luhur
yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri dalam rangka membina
kepribadian generasi muda. Model Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter
di Sekolah, diantaranya : model otonomi dengan menempatkan pendidikan karakter
sebagai mata pelajaran tersendiri, model integrasi dengan menyatukan nilai-nilai
dan karakter-karakter yang akan dibentuk dalam setiap mata pelajaran, model
ekstrakurikuler melalui sebuah kegiatan tambahan yang berorintasi pembinaan
karakter siswa, dan model kolaborasi dengan menggabungkan ketiga model
tersebut dalam seluruh kegiatan sekolah. Kesimpulan :Upaya mewujudkan
peradaban bangsa melalui pendidikan karakter bangsa tidak pernah terlepas dari
lingkungan pendidikan baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Model
implementasi penguatan pendidikan karakter: model otonomi, integrasi,
ekstrakurikuler, dan kolaborasi. Implementasi penguatan pendidikan karakter,
yaitu: keteladanan, pembelajaran di kelas, pengintegrasian dengan semua materi
pelajaran, pengintegrasian dalam kegiatan Kokurikuler dan Ekstra kurikuler,
pemberdayaan dan pembudayaan, dan penguatan. Guru memiliki tanggung jawab
besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral

1.2 rumusan masalah

Adapun permasalahn yang akan di bahas dalam makalah ini diantaranya

1. Apa yang dimaksud hakekat manusia

1
2. Apa yang dimaksud hakekat pendidikan
3. Apa hubungan manusia dengan pendidikan
4. Apa tujua pendidikan karakter

1.3 tujuan penulisan

Ada pun pembahasan dalam makalah ini diantaranya :

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari hakekat manusia


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud hakekat pendidikan
3. Untuk mengetahui hubungan antara masusia dengan pendidikan
4. Untuk mengetahui tujuan dari pendidikan karakter

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian hakekat manusia

Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk


mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia
tidak hanya bertanya tentang berbagai hal yang ada diluar dirinya, tetapi
juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu,
manusia telah dan selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri. Hakikat
manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah,
filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi,
antropobiologi, psikologi, politik). Dalam kehidupannya yang riil manusia
menunjukkan keragaman dalam berbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata
sosialnya, kebiasaannya, bahkan sebagaimana dikemukakan di atas,
pengetahuan tentang manusiapun bersifat ragam sesuai pendekatan dan
sudut pandang dalam melakukan studinya. Berbagai kesamaan yang
menjadi karakteristik esensial setiap manusia ini disebut pula sebagai
hakikat manusia,sebab dengan karakteristik esensialnya itulah manusia
mempunyai martabat khusus sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya.
Contoh: manusia adalah animal rasional, animal symbolicum, homo feber,
homo sapiens, homo sicius, dan sebagainya.
Dapat kita simpulkan bahwa pengertian hakikat manusia adalah
seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan
makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan
dengan “prinsip adanya” (principede’etre) manusia. Dengan kata lain,
pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang
olehnya” manusia memiliki karakteristikkhas yang memiliki sesuatu
martabat khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara
lain berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk
Tuhan), struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-
ruh), serta karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh:
manusia sebagai makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai
makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).

1. Aspek Aspek Hakekat Manusia


a. Manusia sebagai mahkluk tuhan
b. Manusia merupakan kesatuan badan roh
c. Manusia merupakan mahkluk individu
d. Manusia sebagai sosial
e. Manusia meupakan mahkluk yang berbudaya
f. Manusia merupakan makhluk susila
g. Manusia sebagai makhluk beragama

3
Aspek-aspek hakikat manusia, meliputi asal-usulnya,
strukturmetafisiknya, karakteristik, dan makna eksistensinya di dunia.
Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar keimanan hal
ini jelas kita akui dan kita pahami; dalam filsafat hal ini didukung oleh
argumen kosmologi, sedangkan secara faktual terbukti dengan adanya
fenomena kemakhlukan yang dialami manusia.Manusia adalah kesatuan
badani-rohani, hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan
lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, dan tujuan
hidup. Manusia memiliki berbagai potensi, yaitu potensi untuk mampu
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik,
cipta, rasa, karsa, dan karya.Dalam eksistensinya, manusia memiliki
berbagai aspek kehidupan individualitas, sosialitas, kultural, moralitas,
dan religius. Semua itu, mengimplikasikan interaksi atau komunikasi,
historisitas, dan dinamika.Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki
tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Individu yang memiliki sifat rasional yang
bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. Manusia yang
mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. Makhluk yang
dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya. Individu yang dalam hidupnya selalu
melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri,
membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati.Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudannya
merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas. Makhluk
Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak dapat berkembang sesuai
dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

B. Hakikat Masyarakat

Masyarakat yang disamakan dengan istilah (Community Society) secara


teknis ilmiahmempunyai definisi tertentu. Yang kadang-kadang berbeda-beda
menurut para ahli sosiologi. Namun secara Common-Sense, masyarakat
diartikan sebagai suatu kehidupan bersama disuatu wilayah dan waktu tertentu
dengan pola-pola kehidupan yang terbentuk oleh antarhubungan dan antraksi
warga masyarakat itu dengan alam sekitar.2[2]Secara umum masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalamsuatu wilayah dan saling
berinteraksi dengan sesama untuk mencapai tujuan. Anggotamasyarakat terdiri
dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku, bangsa,
agama,maupun lapisan sosial sehingga menjadi masyarakat yang majemuk.

4
Secara langsung dantidak langsung setiap anggota masyarakat tersebut telah
menjalin komunikasi mengadakankerja sama dan saling mempengaruhi dalam
rangka mencapai tujuan.3[3]Oqburn dan Nimkoff menjelaskan istilah
masyarakat sesungguhnya dipergunakandalam pengertian yang amat luas.
Perserikatan bangsa-bangsa meliputi masyarakat antara bangsa-bangsa bahkan
kita kadang-kadang menyebutnya masyarakat dunia. Pengertianmasyarakat
kadang-kadang dipakai untuk menyatakan seluruh wilayah, negara atau
bangsa.Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian masyarakat (relatif)
luaswilayahnya, dan meliputi (relatif) banyak anggota atau warganya oleh
karena jumlahnya juga relatif besar, dan tersebar demikian luas, akan terjadi
pula “masyarakat” didalam Masyarakat tersebut ada bermacam- macam faktor
yang menyebabkan terbentuknya “masyarakat” tersebut terjadinya perbedaan-
perbedaan yang dikenal istilah “masyarakat kota, masyarakatdesa, masyarakat
pedalaman, masyarakat agraris”, dan ada pula “masyarakat bahwa” dan
sebagainya.

Sejarah perkembangan masyarakat adalah sejarah adanya manusia dan


peradaban.Karena itu, bagaimana hakikat bentuknya masyarakat hak dapat
dipisahkan dengan usahauntuk mengerti peranan manusia itu didalam
masyarakat. Manusia adalah subjek dalammasyarakat. Jadi uraian tentang
masyarakat pasti dihubungkan dengan fungsi dan kedudukanmanusia didalam
masyarakat.

1. Teori Atomistik
Masyarakat, kebersamaa sosial adalah hasil kemauan sukarela warga
masyarakatuntuk melakukan antar hubungan dan antraksi untuk tujuan
kesejahteraan. Masyarakat adalah perwujudan cita-cita, persamaan yang
tersimpul dalam hak-hak asasi mereka. Tanpa asas-asas kemerdekaan dan nilai-
nilai hak-hak asasi individu, akan terjadi di sintegrasi-sosial, dis harmonis yang
mengancam eksintensis masyarakat.menyadari prinsip-prinsip itu
tatakehidupan sosial menurut teori otomistik pasti berlandaskan nilai-nilai
demokrasi. Manusiasebagai individu merupakan pusat orientasi, sebab manusia
adalah subjek didalammasyarakat bahkan pada sebagian penganut teori ini
masyarakat adalah tujuan hidup yangutama.

2. Teori Organisme
Pada dasarnya setiap individu dan berkembang didalam masyarakat.
Manusia lahirdalam suatu keluarga bukanlah atas kehendak dan pilihan
bebas melainkan berlangsungsecara kodrati, dengan perkataan lain
manusia lahir tanpa pilihan dimana, dalam masyarakatyang bagaimana, dan
dalam keluarga apa ia harus lahir.Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan
didalam masyarakat menurut teoriorganisme adalah:
a. Bahwa kekayaan dan kehendak masyarakat sebagai lembaga diatas
hak, kepentingan,keinginan, cita-cita dan kekuasaan individu.

5
b. Lembaga masyarakat yang meliputi seluruh bangsa, secara nasional,
bersifat totaliter, pendidikan berfungsi mewujudkan warga negara
yang ideal, dan bukan manusia sebagaiindividu yang ideal.

3. Teori Integralistik
Menurut teori meskipun masyarakat sebagai suatu lembaga yang
mencerminkankebersamaan sebagai suatu totalitas, namun tak dapat
diingkari realita manusia sebagai pribadi. Sebaiknya manusia sebagai
selalu ada didalam kebersamaan didalam masyarakat.Adanya (eksistensis)
pribadi di dalam masyarakat sama dengan adanya suatu masyarakat.

C. Hakikat Pendidikan

1. Pengertian Hakikat Pendidikan

Pendidikan adalah bagian terpenting dari kehidupan manusia, pendidikan


inilah yangmembedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Sebenarnya
hewan juga melakukan proses belajar tetapi belajarnya itu lebih ditentukan oleh
insting, berbeda halnya denganmanusia. Manusia belajar berarti melakukan
proses rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan
manusia yang lebih berarti

Pada umumnya pendidikan disebut sebagai pranata atau institusi yang


dapatmenjalankan 3 fungsi sekaligus, yakni : Pertama, pendidikan memiliki
fungsi untukmempersiapkan generasi-generasi muda untuk dapat berperan
dimasa yang akan datang.Kedua, pendidikan memiliki fungsi untuk mentransfer
pengetahuan, yang disesuaikandengan kebutuhannya masing-masing. Dan
fungsi yang ketiga yaitu pendidikan dapatmentransfer nila-nilai dalam rangka
memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakatsebagai syarat untuk
kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Dengan melihat pandangan
klasik tentang pendidikan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa pendidikan
bukan sekedar transfer of knowledge tetapi pendidikan juga sebagai transfer of
value.

Pada hakikatnya setiap manusia dalam hidupnya, didasari atau tidak telah
melakukan aktivitas berpikir yang merupakan bagian dari berpikir filsafat. Hal
ini disebabkan setiap manusia dengan kadar kemampuan berpikir masing-
masing sepanjang hidupnya selalu berusaha mencari makna kebahagiaan dan
kebajikan hidup, baik untuk lingkup kebutuhan pribadi maupun kehidupan
sosial. Pendidikan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai
apa yang telah dicita-citakan oleh masyarakat, diantaranya adalah kedamaian.
Dengan pendidikan, maka kedamaian akan tumbuh dan berkembang pesat, yang

6
selalu membawa pada etika, estetika, dan ketenangan dalam diri seseorang yang
senantiasa akan patuh terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Menurut
Hamalik (1994) fungsi dan kegunaan penddikan adalah menyiapkan peserta
didik. Menyiapkan peserta didik diartikan bahwa peserta didik pada hakikatnya
belum siap, tetapi perlu disiapkan dan sedang menyiapkan dirinya sendiri.

2. Tujuan Pendidikan

Menurut Anshory&Utami (2018) pendidikan dikatakan sebagai wahana


pembangunan negara secara keseluruhan. Dengan pendidikan akan dapat
menyerdiakan tenaga kerja yang terampil sesuai dengan bidangnya. Pendidikan
akan memberikan pembaharuan-pembaharuan melalui pengajaran kepada
generasi baru mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat secara
menyeluruh serta alat-alat pemenuhan mereka. Ahmadi (2014) menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan menurut beberapa tokoh pendidikan aliran
perenialisme adalah:

1. Plato, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu membina pemimpin yang


sadr dengan asas normatif dan melaksanakannya dalam semua aspek
kehidupan.
2. Aristoteles menyatakan bahwa tujuan pendidikan yaitu membentuk
kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran
menurut aturan moral.
3. Thomas Aquinas memaparkan bahwa pendidikan bertujuan menuntun
kemampuankemampuan yang masih pasif menjadi aktif tergantung pada
kesadaran individu. Tujuan pendidikan merupakan komponen pendidikan
yang menduduki posisi sangat penting. Hal ini dikarenakan seluruh
komponen pendidikan dilakukan hanya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan bersifat memaksa yang harus dipatuhi oleh peserta didik.
Meskipun sifatnya yang memaksa, pada kenyataanya tujuan pendidikan
dapat diterima oleh masyarakat dan tidak meyimpang dari perkembangan
peserta didik. Setiap praktisi pendidikan haruslah memahami tujuan
pendidikan. Praktisi pendidikan yang tidak memahami tujuan pendidikan
akan berdampak pada kesalahan dalam menyelenggarakan pendidikan,
sehingga kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat tidak terpenuhi
melalui proses pendidikan ini. Tujuan pendidikan nasional Indonesia
tertuang dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, yaitu:

“ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembannya potensi peserta
didik afar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

7
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu. Cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.”

Agar tidak terjadi kesenjangan dalam menerapkan tujuan pendidikan


nasional yang masih bersifat umum dan abstrak, maka perlu dibentuk hirarki
tujuan pendidikan. Sutirna (2015) menjelaskan bahwa hirarki tujuan pendidikan
di Indonesia yaitu:

1) tujuan Pendidikan Nasional,

2) tujuan institusional,

3) tujuan kurikuler, dan

4) tujuan instruksional.

3. Unsur Unsur Pendidikan

Dalam proses pelaksanaan pendidikan melibatkan banyak hal yang


disebut dengan unsur-unsur pendidikan. Unsur-unsur pendidikan menurut
Asnhory&Utami (2018) yaitu:

1. Peserta Didik Peserta didik merupaka subyek didik. Peserta didik bersifat
unik, artinya antara peserta didik satu dengan yang lain memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Pendidik yang baik dapat memahami
karakteristik peserta didik secara mendalam. Seiring perkembangan
zaman, karakteristik peerta didik juga mengalami perubahan. Kondisi
yang demikian membuat pendidik perlu terus memahami perkembangan
peserta didiknya.
2. Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan. Pendidik dapat berupa guru di sekolah ataupun
orangtua di rumah.

Agar seorang guru dapat diaktakan menjadi guru yang professional,


maka terdapat 3 syaratnya, yaitu:

1. Kualifikasi, ijazah min.S1,


2. Kompetensi, yang meliputi kompetensi pedagogic, kepribadian,
professional, dan sosial,
3. karakter, yang meliputi olah piker, olah hati, olah rasa, dan olah raga. Jika
dikaitkan dengan kondisi saat ini yang berada pada era revolusi industry 4.0,
maka kompetensi yang harus dikuasai oleh guru meliputi critical thinking
skill, creative thinking skiil, Communication skill, dan Collaboration skill.

8
4. Interaksi Edukasi Interaksi edukasi merupakan komunikasi antara pendidik
dan peserta didik mengarah pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
akan tercapai secara optimal dengan melalui proses komunikasi secara
intensif dengan memanipulasi isi, metode serta sarana dan prasaranan
pendidikan.
5. Tujuan Pendidikan Setiap sekolah memiliki tujuan institusionalnya masing-
masing dan tentunya berbeda-beda. Tujuan institusional sekolah tertuang
dalam visi dan misi sekolah. Terbentuknya visi misi sekolah tersebut tidak
boleh terlepas dari tujuan pendidikan nasional. Selanjtunya dari tujuan
pendidikan nasional dan visi misi sekolah kemudian diturunkan menjadi
tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu tujuan pendidikan tidak akan tercapai
jika sekolah tersebut tidak memiliki visi dan misi.
6. Materi/ Isi Pendidikan Materi pendidikan yang telah disajikan dalam
kurikulum merupakan sarana untuk mengantarkanpencapaian tujuan
pendidikan. Materi pendidikan meliputi materi inti dan amteri muatan local.
Materi inti bersifat nasional, sedangkan amteri local bersifat local.
7. Alat dan metode Dalam penyampaian materi pembelajaran dibutuhkan alat
dan metode agar materi tersebut dapat tersampaikan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
8. Alat yang digunakan ini dapat berupa media yang menarik bagi peserta
didik. Metode pembelajaran juga mempengaruhi keberhasilan dalam
penyampaian materi pembelajaran. Dalam pemilihan metode pembelajaran
harus disesuaikan dengan amteri maupun karakteristik peserta didik.

Lingkungan Pendidikan Proses pendidikan peserta didik berlangsung di


keluarga, sekolah, dan masyarakat Ketiga unsur ini saling mempengaruhi.
Pendidikan yang pertama bagi peserta didik yaitu dari lingkungan keluarga.
Namun lingkungan keluarga tidak dapat menjadi patokan dalam 7 keberhasilan
pendidikan seorang anak. Sebab bisa jadi pendidikan di lingkungan keluarga
sangat baik, namun lingkungan masyarakat anak tidak mendukung. Oleh sebab
itu. Lingkungan masyarakat ini tentunya juga akan mempengaruhi proses
perkembangan anak.

D. Hubungan Hakikat Manusia Dengan Pendidikan

Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang dapat dikatakan
sebagai mahluk yang belum selesi atau biasa disebut “Homo Sapiens” yanga
memiliki arti makhluk yang berilmu pengetahuan. Manusia mempunyai insting
yang selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitarnya
yang belum diketahu sebelumnya. Dari rasa keingintahuannya maka timbullah

9
suatu ilmu pengetahuan yang kemudia dapat dikembangan dengan baik. Konsep
kehidupan manusia digerakan sebagian besar oleh kebutuhannya dalam
mencapai sesuatu, dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosialnya terhadap
masyarakat. Manusia mempunyai kertebatasan dan sifat-sifat yang kurang baik,
disamping mempunyai sikap yang baik dan kemampuan yang baik. Maka dari
itu manusia membutuhkan bimbingan dalam membentuk dan mengembangkan
karakter dan sifat yang sudah ada dalam diri masingmasing dari sejak kecil.
Manusia disebut sebagai mahkluk sosial karena mempunyai sifat
ketergantungan dengan manusia yang lainnya, sifat ketergantungan manusia
misalnya dari contoh seorang bayi yang dilahirkan, ia sangat tergantung kepada
pertolongan orang tuannya. Tanpa ada pertolongan dari kedua orang tuanya,
bayi tersebut akan meninggal. Manusia juga memiliki potensi untuk
menyesuaikan diri, meniru dan beridentifikasi diri, mampu mempelajari tingkah
laku dan mengubah tingkah laku.

Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia akan tetap melanjutkan


kegiatan pendidikan dalam rangka pematangan diri. Kematangan diri adalah
kemampuan menolong diri sendiri, orang lain dan terutama menolong
kelestarian alam agar berlangsung dalam ekosistemnya. Antara manusia dan
pendidikan telah terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan
mutlak ada, dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri
sebagai manusia yang manusiawi. Pendidikan akan menjadi sarana yang tepat
untuk mengembangkan dan membangun karakter manusia menjadi lebih baik
lagi.

Filsafat merupakan wacana teoritis dalam mengkaji setiap permasalahan


dengan tujuan mencari kebenaran rasional. Filsafat sebagai fondasi berbagai
ilmu pengetahuan, akan membentuk nilai-nilai dasar setiap bangunan ilmu
pengetahuan. Filsafat membentuk kerangka pikir yang orisinil dan terarah,
mencari sumber secara radikal dan menelaah objek kajian secara universal dan
komprehensif, sehingga tampak kebenaran sejati walaupun bersifat relatif.
Olehnya itu, tujuan umum mempelajari filsafat menurut Gabriel Marcell adalah:
1) Dengan berfilsafat kita semakin memanusiakan diri, lebih mendidik dan
membangun diri sendiri. 2) Dapat mempertahankan sikap yang objektif dan
mendasarkan pendapat atas pengetahuan yang objektif. 3) Mengajar dan
melatih kita memandang yang luas. 4) Dengan pelajaran filsafat, kita
diharapkan menjadi orang yang dapat berpikir sendiri.36 Tujuan berfilsafat
menunjukkan suatu sikap membenahi potensi diri manusia agar dapat aktual
dan optimal. Proses pembenahan tersebut perlu didesain dalam proses interaksi
antara yang membenahi dengan yang dibenahi, dan disinilah dibutuhkan
pendidikan. Pendidikan secara filosopis merupakan upaya penyiapan peserta

10
didik agar bersikap dewasa dan bertanggungjawab. Hal ini proses-proses
pendidikan menjadi sangat signifikan dalam mengarahkan peserta didik kepada
pencapaian tujuan yang dimaksud. Proses-proses pendidikan tersebut terjadi
dalam bentuk: 1) Individualisasi atau personalisasi yakni proses yang tertuju
untuk menjadi seorang individu atau diri pribadi. 2) Sosialisasi yaitu proses
yang tertuju untuk menjadi anggota masyarakat yang diidamkan. 3) Enkulturasi
yaitu proses yang tertuju untuk memiliki cara-cara hidup yang diharapkan oleh
suatu masyarakat. 4) Profesionalisasi yaitu proses yang tertuju menjadi tenaga
kerja yang professional. 5) Civilisasi yaitu proses yang tertuju untuk menjadi
warga Negara yang baik; 6) Habituralisasi yaitu proses yang tertuju untuk
memiliki kebiasaan-kebiasaan hidup yang tepat, dan 7) Humanisasi yaitu proses
yang tertuju untuk menjadi manusia seutuhnya.37 Proses pendidikan di atas
menegaskan bahwa bagaimana manusia dapat memahami dirinya sebagai
seorang individu, apa hak dan kewajiban terhadap dirinya, kemudian refleksi
dirinya dalam kehidupan sosial, apa fungsi dan perannya sebagai makhluk
sosial, memahami tata cara hidup bermasyarakat dan etika sosial, dapat hidup
mandiri dan berguna bagi komunitasnya, taat dan patuh kepada norma yang
berlaku, hidup normal dan bertanggungjawab, dan selalu berupaya untuk
memperbaiki hidupnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa antara
manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia maka
pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan manusia semakin menjadi
dirinya sendiri sebagai manusia.38 Dengan pendidikan, manusia dapat
menemukan hidupnya yang lebih baik dan dengan pendidikan, manusia dapat
menunjukkan dirinya sebagai manusia dewasa. Pendidikan berkepentingan
untuk membangun filsafat hidup, untuk dijadikan pedoman dalam menjalani
kehdiupan sehari-hari agar selalu dalam keteraturan. Kemudian filsafat
memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh asal-mula, eksistensi
dan tujuan kehidupan. Tanpa filsafat, pendidikan tidak bisa berbuat apa-apa,
tidak tahu apa yang harus dikerjakan, dan sebaliknya tanpa pendidikan filsafat
tetap berada dalam dunia utopianya. Dengan menguji dan menyelidiki ide-ide
serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran, yang
sumbernya adalah Tuhan sendiri Jadi, pendidikan membutuhkan konsep yang
jelas dan benar, dan tentunya dari filsafat, dan filsafat membutuhkan
pengembangan pencarian kebenaran, yang tentunya bagian dari kerja
pendidikan. Esensi inilah mempertemukan bahwa manusia senantiasa terjalin
hubungan mutual simbiosis dengan filsafat dan pendidikan. Manusia dalam
hidup dan kehidupan selalu ingin mengetahui segala sesuatu, rasa ingin tersebut
terefleksi kepada keinginan untuk bertanya, sikap bertanya tentu ingin
mendapatkan jawaban, dan jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang
benar dan penuh kepastian. Untuk menjawab berbagai pertanyaan dari manusia

11
maka filsafat dapat berperan penting sebagai bentuk kegiatan berpikir rasional,
radikal, universal, tanpa terikat oleh tradisi (budaya, norma atau agama) dalam
mencari kebenaran. Filsafat dapat menunjukkan manusia kerangka pikir yang
logis, dan prosedur berpikir yang sistematis. Kemudian, untuk mempermudah
proses pencarian kebenaran dan penalaran, maka pendidikan dapat
mengarahkan proses bekerja nalar yang sistematis, terarah, teratur, efektif,
efisien dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.

E. Pendidikan Karakter

Pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar


dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna
membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Pendidikan karakter adalah
suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter
tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter (character education) sangat erat kaitannya dengan
pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih
kemampuan individu secara terus menerus guna penyempurnaan diri kearah
hidup yang lebih baik.

Pada dasarnya tujuan utama pendidikan karakter adalah untuk membangun


bangsa yang tangguh, dimana masyarakatnya berakhlak mulia, bermoral,
bertoleransi, dan bergotong-royong. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
dalam diri peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter yang
bersumber dari Agama, Pancasila , dan Budaya.

Seperti kita ketahui bahwa proses globalisasi secara terus-menerus akan


berdampak pada perubahan karakter masyarakat Indonesia. Kurangnya karakter
pendidikan akan menimbulkan krisis moral yang berdampak pada perilaku
negatif di masyarakat, misalnya pergaulan bebas, tuduhan obat-obat terlarang,
pencurian, kekerasan terhadap anak, dan lain sebagainya.

Menurut Thomas Lickona, setidaknya ada tujuh alasan mengapa


pendidikan karakter harus diberikan kepada warga negara sejak dini, yaitu;

12
Ini merupakan cara paling baik untuk memastikan para murid memiliki
kepribadian dan karakter yang baik dalam hidupnya. Pendidikan ini dapat
membantu meningkatkan prestasi akademik anak didik. Sebagian besar anak
tidak bisa membentuk karakter yang kuat untuk dirinya di tempat lain. Dapat
membentuk individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan dapat
hidup di dalam masyarakat yang majemuk. Sebagai upaya mengatasi akar
masalah moral-sosial, seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos
kerja rendah, dan lain-lain. Merupakan cara terbaik untuk membentuk perilaku
individu sebelum masuk ke dunia kerja/usaha. Sebagai cara untuk mengajarkan
nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja suatu peradaban..

Dari penjelasan tersebut kita menyadari bahwa pendidikan karakter sangat


penting bagi setiap orang. Dengan begitu, maka para guru, dosen, dan orang tua,
sudah seharusnya selalu menanamkan nilai-nilai karakter yang baik kepada anak
didiknya.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat merupakan prses berpikir yang dilakukan secara rasional,


radikal sistematis, universal, dan bebas dari ikatan tradisi, budaya, norma,
agama, untuk menemukan kebenaran. Filsafat membahas metafisika, etika,
teologi dan antropologi Manusia adalah sosok makhluk yang unik dan
kompleks, yang memiliki potensi atau daya fisik, psikis, akal dan kalbu
sehingga bereksistensi, transformasi, refleksi, proyeksi, menuju kepada
kebaikan dan kebenaran. Manusia merupakan makhluk berketuhanan, makhluk
sosial, makhluk kreatif, makhluk berbudaya, dan makhluk edukatif. Pendidikan
merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk mengadakan bimbingan dan
penyuluhan agar dapat menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab.
Pelaksanakan pendidikan dilakukan sejak lahir sampai dewasa, dan pendidikan
selalu merubah kepada sikap positif dan berjangka panjang. Filsafat mengkaji
segala esensi yang ada dan mungkin ada, dengan landasan berpikir yang
rasional, sistematis, universal, radikal dan bebas dari ikatan tradisi, norma,
agama, dan sebagainya, dalam mencari kebenaran. Objek dan subjek filsafat
adalah manusia sehingga saling terkait mutual simbiosis. Manusia
membutuhkan pandangan hidup, pegangan hidup yang rasional, bebas,
universal, dan memahami persoalan secara radikal, sehingga dibutuhkan
filsafat. Filsafat merupakan konsep tentang hidup dan kehidupan yang perlu
diketahui oleh manusia sebagai bangunan paradigma pikir dan sikap, maka
diperlukan pendidikan untuk merancang dan melaksanakan visi filsafat dan
manusia. Pendidikan menawarkan jalan keluar bagi problem kehidupan.
Dengan demikian, filsafat, manusia dan pendidikan menjadi bagian yang saling
membutuhkan dalam menata dan membenahi kehidupan yang lebih baik dan
raisonal.

B. Saran

Penulis mengharapkan kedepannya kita semua dapat memberikan lebih


banyak perhatian kepada filsafat manusia dan filsafat pendidikan serta
hubungan filsafat manusia dengan pendidikan dimana proses inimerupakan
suatu hal yang sangat penting dalam era terkembangan jaman .Proses ini pula
yang jikaberjalan dengan baik, nanti akan mengantarkan seseorangmenuju
masa depan baik pula.

14
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W. U. R. I. (2017). Hakikat Pendidikan. Over The Rim, 191-199.

Dalyono, B., & Lestariningsih, E. D. (2016). Implementasi penguatan pendidikan


karakter di sekolah. Bangun Rekaprima: Majalah Ilmiah Pengembangan
Rekayasa, Sosial Dan Humaniora, 3(2, Oktober), 33-42

Das SWH. Hubungan Filsafat, Manusia dan Pendidikan. Istiqra: 2013; vol 1(1):65-
73.

Sumantri, M. S., & MSM, P. (2015). Hakikat Manusia dan Pendidikan. Yogyakarta:
Universitas Terbuka.

15

Anda mungkin juga menyukai