Oleh
Kelompok 6 :
1. Sofhi Nur Azizah 222154055
2. Ayu Kartika 222154083
3. Nabilla Indah Dahlia 222154086
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas dari mata
kuliah Landasan Kependidikan. Makalah ini secara garis besar membahas mengenai hakikat
manusia dan pendidikan. Mulai dari pengertian hakikat manusia hingga pembahasan
mengenai pendidikan dan hak asasi manusia.
Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Bapak Prof. Dr. Wahudin, M.Pd sebagai
dosen penganpu yang selalu memberikan petunjuk serta motivasi selama mengikuti mata
kuliah Landasan Kependidikan. Selain itu, kepada semua pihak yang terlibat kami ucapkan
terima kasih.
Dalam makalah ini tentu banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi perbaikan pembuatan makalah di masa
yang akan datang. Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga karya kecil ini dapat
bermanfaat. Amin.
Tasikmalaya, Agustus 2022
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
1.4 Manfaat......................................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Pengertian dan Aspek-aspek Hakikat Manusia......................................................................6
2.1.1 Pengertian Hakikat Manusia.................................................................................................6
2.1.2 Aspek-Aspek Hakikat Manusia............................................................................................6
2.2 Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan...................................................................9
2.2.1 Asas-Asas Keharusan Atau Perlunya Pendidikan Bagi Manusia..........................................9
2.2.2 Asas-Asas Kemungkinan Pendidikan.................................................................................10
2.3 Pendidikan, Martabat, dan Hak Asasi Manusia...................................................................11
2.3.1 Pendidikan sebagai Humanisasi..........................................................................................11
2.3.2 Pendidikan dan Hak Asasi Manusia....................................................................................12
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................................14
3.1 Simpulan...................................................................................................................................14
3.2 Saran.........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
4
BAB 1 PENDAHULUAN
Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah makhluk
yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain. Manusia adalah makhluk sosial yang
selalu melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa yang meiliki derajat paling tinggi diantara ciptaan-Nya yang lain. Hal yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan
akal pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya.
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Jadi dalam hal
ini pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik. pendapat lain mengatakan pendidikan
adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan
anak untuk mencapai kedewasaannya. Dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam
melaksanakan tugas hidupnya di dunia tanpa bantuan orang lain.
Jadi, karena manusia dibekali dengan akal dan pikiran maka manusia membutuhkan
pendidikan untuk mengembangkan kehidupannya dan memuaskan rasa keingintahuannya.
Manusia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu (rasa ingin tahu). Atas dorongan
ini manusia tidak hanya bertanya tentang hal yang ada di luar dirinya tetapi juga bertanya
tentang dirinya sendiri.
Permasalahan manusia merupakan objek studi salah satu cabang metafisika, yaitu
antropologi. Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar
tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Hakikat manusia memiliki implikasi
terhadap pendidikan. Implikasi hakikat terhadap makana pendidikan, yaitu pndidikan sebagai
humanisasi serta pendidikan sebagai hak asasi setiap manusia. Dalam kurun waktu tertentu
manusia telah dan selalu berupaya mengetahui tentang segala sesuatu. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai hakikat manusia dan pendidikan. Meliputi aspek hakikat manusia,
hubungan hakikat manusia dengan pendidikan, martabat, serta hak atas manusia.
Berdasarkan latar bekanag di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam makalah ini
yaitu:
1. Bagaimana aspek-aspek hakikat manusia ?
2. Bagaimana hakikat manusia dan pendidikan?
3. Bagaimana hubungan pendidikan, martabat, dan hak asasi manusia?
5
1.3 Tujuan
Adapun dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui aspek-aspek hakikat manusia,
2. Untuk mengetahui hakikat manusia dan pendidikan:
3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan, martabat, dan hak asasi manusia.
1.4 Manfaat
1. Dapat memahami pengertian dan berbagai aspek hakikat manusia, baik dalam
keadaan aktualitasnya, posibilitasnya dan idealitasnya.
2. Dapat memahami aplikasi berbagai aspek hakikat manusia terhadap Pendidikan.
3. Dapat mengembangkan wawasan kependidikan.
6
BAB 2 PEMBAHASAN
menimbulkan sikap positif dan familiaritas akan masa depannya, menimbulkan rasa dekat
dengan PenciptaNya.
b) Manusia sebagai Kesatuan Badan-Roh
Masalah lain yang ditanyakan dan dipikirkan manusia - khususnya oleh para filsuf -
yakni berkenaan dengan struktur metafisik manusia. Terdapat empat paham mengenai
jawaban atas permasalahan tersebut, yaitu Matrealisme. Idealisme, Dualisme, dan paham
yang menyatakan bahwa manusia adalah kesatuam badan-roh.
Matrealisme. Gagasan para penganut Matrealisme, seperti Julien de La Mettrie dan
Ludwig Feuerbach bertolak dari realita sebagaimana dapat diketahui melalui pengalaman diri
atau observasi. Manusia merupakan bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak
berbeda dari alam itu sendiri. Sebagai bagian dari alam semesta, manusia tunduk pada hukum
alam, hukum kualitas, hukum sebab akibat atau stimulus-respons. Yang esensial dari manusia
adalah badannya, bukan jiwa atau rohnya. Manusia adalah apa yang nampak dalam
wujudnya, terdiri atas zat (daging, tulang, urat syaraf). Segala hal yang bersifat kejiwaan,
spiritual atau rohaniah pada manusia dipandang hanya sebagai resonansi saja dari
berfungsinyanbadan atau organ tubuh
Idealisme, Menurut penganut Idealisme bahwa esensi diri manusia adalah jiwanya
atau spiritnya atau rohaninya. Hal ini sebagaimana dianut oleh Plato. Jiwa yang
mempengaruhi badan karena itu badan mempunyai ketergantungan kepada jiwa. Pandangan
tentang hubungan badan dan jiwa seperti itu dikenak sebagai Spiritualisme (Butler, 1968)
Dualisme. Menurut Descartes esensi di diri manusia terdiri atas dua substansi, yaitu
badan dan jiwa. Oleh karena manusia terdiri atas dua substansi yang berbeda (badan dan
jiwa) maka antara keduanya tidak terdapat hubungan saling mempengaruhi (Frost, 1957).
Berbeda dengan ketiga paham di atas (Schumacher, 1980) memandang manusia
sebagai kesatuan dari hal yang bersifat badani dan rohani yang pada hakikatnya berbeda dari
benda material, tumbukan, hewan maupun Tuhan. Sebagai kesatuan badani-rohani, manusia
hidup dalam ruan dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai
kebutuhan, insting, nafsu, serta mempunyai tujuan.
c) Manusia sebagai Makhluk Individu
Manusia sebagai individu atau sebagai pribadi merupakan kenyataan yang paling riil
dalam kesadaran manusia. Sebagai individu, manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat
dibagi, memiliki perbedaan dengan manusia yang lainnya sehingga bersifat unik, dan
merupakan subjek yang otonom. Setiap manusia mempunyai dunianya sendiri, tujuan
hidupnya sendiri. Masing-masing scara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya, ingin
menjadi dirinya sendiri atau bebas bercita-cita untuk menjadi seseorang yang mereka
inginkan.
d) Manusia sebagai Mahluk Sosial
Manusia adalah mahluk individual, namun demikian ia tidak hidup sendirian, tak
mungkin hidup sendirian, dan tak pula hidup hanya untuk dirinya sendiri. Manusia hidup
dalam keterpautan dengan sesamanya. Dalam hidup bersama dengan sesamanya
8
Individu antara lain memiliki kesendirian (subjektivitas), ia berbeda dari yang lainnya
dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya sendiri.
Pendidikan dilaksanakan untuk membantu manusia dalam rangka mengaktualisasikan atau
mewujudkan dirinya.
d) Asas Sosialitas
Sebagai insan sosial manusia hidup bersama dengan sesamanya, ia butuh bergaul
dengan orang lain. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan
pengaruh timbal balik. Kenyataan ini memberikan kemungkinan bagi manusia untuk dapat
dididik. Sebab, upaya bantuan atau pengaruh pendidikan itu disampaikan justru melalui
interaksi atau komunikasi antar sesama manusia; dan bahwa manusia dapat menerima
bantuan atau pengaruh pendidikan juga melalui interaksi atau komunikasi dengan sesamanya.
e) Asas Moralitas
Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak baik, dan
pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan tanggung
jawabnya (aspek moralitas). Pendidikan bersifat normatif dan manusia memiliki dimensi
moralitas karena itu aspek moralitas memungkinkan manusia untuk dapat dididik.
Atas dasar berbagai asas di atas, pendidikan mutlak harus dilaksanakan. Jika berbagai
asumsi tersebut diingkari, kita harus sampai pada kesimpulan bahwa manusia tidak perlu
dididik, tidak akan dapat dididik karena itu kita tak perlu melaksanakan pendidikan.
Hakikat tugas dan tujuan hidup manusia tidak lain adalah menjadi manusia. Dengan
bersumber dari filsafat, hendaknya kita maklumi bahwa "Manusia menjadi manusia yang
sebenarnya jika dapat merealisasikan hakikatnya secara total" (Henderson, 1959). Manusia
dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan.
Dalam konteks ini, maka pendidikan dapat didefinisikan sebagai humanisasi (upaya
memanusiakan manusia), yaitu suatu upaya dalam rangka membantu manusia (peserta didik)
agar mampu hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya.
Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kesatuan badani-
rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai
berbagai kebutuhan, insting, nafsu serta tujuan hidup: manusia memiliki berbagai potensi,
yaitu potensi untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik, cipta,
rasa, karsa, dan karya, adapun dalam eksistensinya manusia memiliki aspek individualitas,
sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Sosok manusia adalah sosok manusia ideal, sosok
manusia yang dicita-citakan dan menjadi tujuan, sosok manusia yang belum terwujud
melainkan yang mesti diupayakan untuk diwujudkan. Sebagai implikasi dari berbagai aspek
hakikat manusia, maka pendidikan sewajarnya diupayakan dengan tujuan untuk membantu
mengembangkan berbagai potensi yang ada pada manusia. Contohnya adalah
mengembangkan potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
12
Esa, potensi untuk mampu berbuat atau berperilaku baik, potensi untuk mampu hidup sehat,
potensi cipta, rasa, karsa, dan karyanya.
Demi pencapaian tujuan ini pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap
perkembangan saja, melainkan harus dilaksankaan sepanjang hayat. Ada berbagai potensi
yang harus dikembangkan, contohnya SQ (Spiritual Quotient atau Kecerdasan Spiritual) agar
setiap tindaknnya dilandasi keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, EQ
(Emotional Quotient atau Kecerdasan Emosi) agar manusia mampu mengendalikan
emosinya, memahmi perasaan orang lain. IQ (Intelligence Quotient atau Kecerdasan
Inteligensi) agar manusia memiliki kemampuan berhitung, kemampuan verbal, kemampuan
membedakan dan membuat prioritas, Sos Q (Social Quotient atau Kecerdasan sosial) agar
manusia senang berkomunikasi, berteman, menolong, membuat orang lain bahagia, dan
bekerjasama.
Pendidikan juga berarti personalisasi atau individualisasi, yaitu agar manusia menjadi
pribadi atau individu yang mantap. Contohnya, mampu hidup bebas dan bertanggung jawab,
berperan sebagai subjek. Selain itu, sebagai humanisasi pendidikan juga berarti sosialisasi
(sudut pandang sosiologi), sifilisasi (sudut pandang politik), enkulturasi (sudut pandang
antropologi), pembinaan manusia beriman dan bertakwa (sudut pandang religi), pembinaan
manusia bermoral (sudut pandang etika). Pendidikan meliputi berbagai kegiatan, contohnya
pengajaran, bimbingan, latihan, dan berbagai kegiatan lainnya yang bersifat positif dalam
rangka mengembangkan berbagai aspek hakikat manusia sehingga manusia mampu hidup
sesuai martabat kemanusiaannya.
Hak asasi manusia merupakan hak-hak alamiah yang tidak dapat dicabut karena ini
adalah karunia Tuhan. Semua orang diciptakan sama, setiap orang dikaruniai Tuhan dengan
hak-hak tertentu yang tidak dapat dicabut. Hak-hak tersebut antara lain, hak hidup,
kebebasan, dan pengejaran kebahagiaan. Di samping in, hak asasi meliputi kebebasan
berbicara, kebebasan beragama, kebebasan berkumpul dan berserikat, perlindungan yang
sama di depan hukum dan hak atas proses sewajarnya dan pengadilan yang jujur sebagai
prinsip, perlindungan hak-hak asasi manusia diterima secara luas, ini tertuang dalam
konstitusi tertulis di seluruh dunia serta dalam Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa Akhir-
akhir ini ada kecenderungan, terutama di kalangan organisasi internasional untuk memperluas
daftar hak asasi manusia. Kelompok-kelompok ini, antara lain menyebut hak atas pendidikan.
Kesempatan pendidikan yang memadai harus menjadi hak bawaan setiap anak (United States
Information Agency, 1991).
Menurut sejarah, di negara-negara Eropa mula-mula muncul masalah mengenai hak-
hak manusia yang telah diinjak-injak oleh pemerintahan monarki atau absolutisme. Karena
itu, pula tugas negara adalah menjamin berkembangnya hak-hak individu tersebut. Dengan
diperolehnya kesempatan tersebut maka warga negara itu mempunyai kesamaan yang aktual
dan oleh sebab itu dia dapat memberikan kemampuannya kepada negara. Hak untuk
mendapatkan pendidikan bagi setiap warga negara tertuang dalam Pasal 31 UUD RI 1945,
yaitu sebagai berikut.
13
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan
Hakikat manusia adalah seperangkat gagsan atau konsep yang mendasar tentang
manusia dan makna eksistensi manusia di dunia.
Aspek-aspek hakikat manusia meliputi asal-usulnya, struktur metafisiknya, serta
karakteristik dan makna eksistensinya di dunia.
Terdapat 5 asas antropologis ynag mengimplikasikan kemungkinan manusia untuk
dapat dididik, yaitu asas potensialitas, asas sosialitas, asas individualitas, asas
moralitas, dan asas dinamika.
Pendidikan sebagai humanisasi atau upaya memanusiakan manusia yaitu suatu upaya
membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan martabatnya sebagai
manusia. Hak hidup bagi manusia mengimplikasikan hak untuk mendapatkan
pendidikan.
3.2 Saran
Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dalam kekurangan penyusunan
makalah ini.
Makalah ini bisa dijadikan sebagai referensi dalam penyusunan laporan yang sejenis.
15
DAFTAR PUSTAKA
Butler, J. (1968). Four Philosophies and Their Practice in Education and Religion. Lincoln,
Lincolnshire, UK: Anybook Ltd.
Cassirer, E. (1987). Manusia dan Kebudayaan. Samarinda: Gramedia.
Frost, S. E. (1957). Basic Teaching of the Great Philosophers. New York: Barnes & Nobles.
Schumacher, E. (1980). Kecil Itu Indah. Jakarta : LP3ES.
Soelaeman, M. (1988). Suatu Telaah Tentang Manusia Religi Pendidikan. Jakarta: Literasi
Lintas Media.
Wahyudin, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.