Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT DAN POTENSI MANUSIA

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu: Muhammad Zainal Abidin,S.Pd.

Oleh:

1. Abdul Nggoni (2220151169)


2. Mohammad Fadhil (2220151227)
3. Zumrotun Latifah (2220151267)

SEMESTER II

PROGRAM STUDI PENDIDAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM KHOZINATUL ULUM BLORA

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kita dapat menyelesaikan makalah
tentang “HAKIKAT DAN POTENSI MANUSIA” ini tepat pada waktunya. Dan juga
kami berterima kasih pada Bapak Muhammad Zainal Abidin,S.Pd. selaku dosen mata
kuliah Ilmu Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai hakikat manusia dan potensinya. Permohonan
maaf dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan karena penulis
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang diharapkan, mengingat karena kesempurnaan sesungguhnya
datangnya hanya dari Allah SWT.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Makalah yang telah disusun ini diharapkan dapat berguna
bagi kami maupun bagi orang yang membacanya.
Akhir kata, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Blora, 30 Maret 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

C. Tujuan ................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 5

A. Pengertian Hakikat Manusia ....................................................................... 6

B. Potensi Dan Pengembangan Manusia ......................................................... 6

C. Dinamika Kehidupan Manusia .................................................................... 9

D. Hubungan Antara Manusia Dan Pendidikan ............................................... 10

E. Manusia Indonesia Seutuhnya ..................................................................... 12

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14

A.Kesimpulan .................................................................................................. 14

B.Saran ............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan subjek dari pendidikan dan merupakan sasaran dari
pendidikan. Manusia dikaruniai potensi-potensi yang perlu dikembangkan agar
terealisasi dalam kehidupan. dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki
maka manusia perlu adanya pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk menumbuh
kembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia agar dapat menuju manusia
yang seutuhnya. Seorang pendidik harus memiliki kejelasan mengenai hakikat
manusia agar dapat menyusun rencana dan pelaksanaan usaha pendidikan. Selain itu
seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan dimensi dari sifat hakikat
manusia.
Manusia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan hewan. Ciri khas
tersebut terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia.
Disebut hakikat karena secara hakiki ciri tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan
tidak terdapat pada hewan. Untuk mencapai pengetahuan mengenai hakikat manusia
tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat
manusia, dimensi hakikat manusia serta potensi, keunikan, dan dinamikanya,
pengembangan dimensi hakikat manusia dan sosok manusia seutuhnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka kami menyimpulkan ada beberapa rumusan
masalah yang terjadi :
1. Apa yang dimaksud hakikat manusia ?
2. Apa yang dimaksud dengan potensi manusia dan pengembangannya ?
3. Bagaimana dinamika kehidupan manusia ?
4. Hubungan antara manusia dan Pendidikan ?
5. Bagaimana sosok manusia Indonesia seutuhnya ?
C. TUJUAN
Dari latar belakang dan rumusan masalah tersebut kami membuat makalah ini
adalah bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa itu hakikat manusia.
2. Mengetahui potensi dan pengembangan manusia.
3. Mengetahui dinamika kehidupan manusia.
4. Mengetahui hubungan manusia dan Pendidikan.
5. Memahami bagaimana sosok manusia seutuhnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat Manusia1


Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk
mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak
hanya bertanya tentang berbagai hal yang ada diluar dirinya, tetapi juga bertanya
tentang dirinya sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu, manusia telah dan
selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melalui
berbagai pendekatan (common sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui
berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).
Dalam kehidupannya yang riil manusia menunjukkan keragaman dalam
berbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya, kebiasaannya, bahkan
sebagaimana dikemukakan di atas, pengetahuan tentang manusiapun bersifat
ragam sesuai pendekatan dan sudut pandang dalam melakukan studinya.
Alasannya bukankah karena mereka semua adalah manusia maka harus diakui
kesamaannya sebagai manusia? (M.I. Soelaiman, 1988). Berbagai kesamaan
yang menjadi karakteristik esensial setiap manusia ini disebut pula sebagai
hakikat manusia,sebab dengan karakteristik esensialnya itulah manusia
mempunyai martabat khusus sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya.
Contoh: manusia adalah animal rasional, animal symbolicum, homo feber, homo
sapiens, homo sicius, dan sebagainya.
Mencari pengertian hakikat manusia merupakan tugas metafisika, lebih
spesifik lagi adalah tugas antropologi (filsafat antropologi). Filsafat antropologi
berupaya mengungkapkan konsep atau gagasan-gagasan yang sifatnya mendasar
tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang sifatnya mendasar
tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang secara prinsipil
(bukan gradual) membedakan manusia dari makhluk lainnya. Antara lain
berkenaan dengan: (1) asal-usul keberadaan manusia, yang mempertanyakan
apakah ber-ada-nya manusia di dunia ini hanya kebetulan saja sebagai hasil
evolusi atau hasil ciptaan Tuhan? (2) struktur metafisika manusia, apakah yang
esensial dari manusia itu badannya atau jiwanya atau badan dan jiwa.
(3) berbagai karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia, antara lain
berkenaan dengan individualitas, sosialitas.

1
Muhammad S.Sumantri, “Hakikat Manusia dan Pendidikan”, Universitas Terbuka Repository, Hal 3 - 4.
5
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian
hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang
manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia
berkenaan dengan “prinsip adanya” (principede’etre) manusia. Dengan kata lain,
pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang
olehnya” manusia memiliki karakteristikkhas yang memiliki sesuatu martabat
khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain
berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan),
struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai
makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya,
sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).

B. Potensi Dan Pengembangan Manusia2


Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia adalah ciptaan Allah yang
paling potensial. Potensi yang dibekali oleh Allah untuk manusia sangatlah
lengkap dan sempurna. Hal ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan
dirinya melalui potensi-potensi (innate potentials atau innate tendencies)
tersebut. Secara fisik manusia terus tumbuh, secara mental manusia terus
berkembang, mengalami kematangan dan perubahan. Kesemua itu adalah
bagian dari potensi yang diberikan Allah kepada manusia sebagai ciptaan
pilihan. Potensi yang diberikan kepada manusia itu sejalan dengan sifat-sifat
Tuhan, dan dalam batas kadar dan kemampuannya sebagai manusia. Jika tidak
demikian maka manusia akan mengaku dirinya Tuhan (Langgulung, 2008).
Jalaluddin (2003) dan Khasinah (2013) mengatakan bahwa ada 4 potensi
yang utama yang merupakan fitrah dari Allah kepada manusia, yaitu.
a. Potensi Naluriah (Emosional) atau Hidayat al-Ghariziyyat
Potensi naluriah ini memiliki beberapa dorongan yang berasal dari dalam
diri manusia. Dorongan-dorongan ini merupakan potensi atau fitrah yang
diperoleh manusia tanpa melalui proses belajar. Makanya potensi ini disebut
juga potensi instingtif, dan potensi ini siap pakai sesuai dengan kebutuhan
manusia dan kematangan perkembangannya. Dorongan yang pertama adalah
insting untuk kelangsungan hidup seperti kebutuhan akan makan, minum

2
Husamah dkk. 2015. Pengantar Pendidikan. Malang: Universitas Muhamadiyah. Hal.
19-23.
6
penyesuaian diri dengan lingkungan. Dorongan yang kedua adalah dorongan
untuk mempertahankan diri. Dorongan ini bisa berwujud emosi atau nafsu
marah, dan mempertahankan diri dari berbagai macam ancaman dari luar
dirinya, yang melahirkan kebutuhan akan perlindungan seprti senjata, rumah,
dan sebagainya. Dorongan yang ketiga adalah dorongan untuk berkembang biak
atau meneruskan keturunan, yaitu naluri seksual. Dengan dorongan ini manusia
bisa tetap mengembangkan jenisnya dari generasi ke generasi.
b. Potensi Inderawi (Fisikal) atau Hidayat al-Hasiyyat
Potensi fisik ini bisa dijabarkan atas anggota tubuh atau indra-indra yang
dimiliki manusia seperti indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan
perasa. Potensi ini difungsikan melalui indra-indra yang sudah siap pakai
hidung, telinga, mata, lidah, kulit, otak dan sisten saraf manusia. Pada dasarnya
potensi fisik ini digunakan manusia untuh mengetahui hal- hal yang ada di luar
diri mereka, seperti warna, rasa, suara, bau, bentuk ataupun ukuran sesuatu. Jadi
bisa dikatkan poetensi merupakan alat bantu atau media bagi manusia untuk
mengenal hal-hal di luar dirinya. Potensi fisikal dan emosional ini terdapat juga
pada binatang.
c. Potensi Akal (Intelektual) atau Hidayat al-Aqliyat
Potensi akal atau intelektual hanya diberikan Allah kepada manusia
sehingga potensi inilah yang benar-benar membuat manusia menjadi makhluk
sempurna dan membedakannya dengan binatang. Potensi akal memberi
kemampuan kepada manusia untuk memahami simbolsimbol, hal-hal yang
abstrak, menganalisa, membandingkan, maupun membuat kesimpulan yang
akhirnya memilih dan memisahkan antara yang benar dengan yang salah.
Kebenaran akal mendorong manusia berkreasi dan berinovasi dalam
menciptakan kebudayaan serta peradaban. Manusia dengan kemampuan akalnya
mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengubah serta
merekayasa lingkungannya, menuju situasi kehidupan yang lebih baik, aman,
dan nyaman.
d. Potensi Agama (Spiritual) atau Hidayat al-Diniyyat
Selain potensi akal, sejak awal manusia telah dibekali dengan fitrah
beragama atau kecenderungan pada agama. Fitrah ini akan mendorong manusia
untuk mengakui dan mengabdi kepada sesuatu yang dianggapnya memiliki
kelebihan dan kekuatan yang lebih besar dari manusia itu sendiri. Nantinya,
pengakuan dan pengabdian ini akan melahirkan berbagai macam bentuk ritual
atau upacara-upacara sakral yang merupakan wujud penyembahan manusia
7
kepada Tuhannya. Dalam pandangan Islam kecenderungan kepada agama ini
merupakan dorongan yang bersal dari dalam diri manusia sendiri yang
merupakan anugerah dari Allah.
Keempat potensi dasar manusia seperti yang dijelaskan di atas harus
dikembangkan agar bisa berfungsi secara optimal dan dapat mencapai tujuan
yang sebenarnya. Pengembangan potensi manusia ini harus dilakukan secara
terarah, bertahap dan berkelanjutan serta dapat dilakukan dengan berbagai cara
dan pendekatan. Jalaluddin (2003) dan Khasinah (2013) mengatakan ada
beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam mengembangkan potensi
manusia.
a. Pendekatan Filosofis
Menurut pandangan filosofis manusia diciptakan untuk memberikan
kesetiaan, mengabdi dan menyembah hanya kepada penciptanya. Manusia
memang diciptakan untuk taat dan mengabdi kepada penciptanya. Sesuai dengan
kakikat penciptaannya, maka keberadaan atau eksistensi manusia itu baru akan
berarti, bermakna dan bernilai apabila pola hidup manusia telah sesuai dengan
blue-print yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Pengembangan potensi manusia
harus bisa mengarahkan manusia untuk menjadi abdi Tuhannya dan mengikuti
nilai-nilai yang benar menurut kebenaran ilahiah yang hakiki.
b. Pendekatan Kronologis
Pendekatan kronologis memandang manusia sebagai makhluk evolutif.
Manusia tumbuh dan berkembang secara bertahap dan berangsur. Petumbuhan
fisik dan mental manusia diawali dari proses konsepsi, pada tahap selanjutnya
menjadi janin, kemudian lahir menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga
meninggal. Hal ini terjadi sesuai dengan tahapan-tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang berlaku. Pengembangan potensi manusia juga harus
mengikuti pertumbuhan fisiknya dan perkembangan mentalnya, artinya
pengembangan potensi manusia harus diarahkan dan dibina sesuai tahapan-
tahapan tumbuh kembang manusia.
c. Pendekatan Fungsional
Potensi-potensi yang dimiliki manusia diberikan Tuhan untuk dapat
dipergunakan dan difungsikan dalan kehidupan mereka. Karena tidak mungkin
Tuhan menciptakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Semua ciptaan Tuhan
mempunyai maksud dan tujuan, temasuk potensi-potensi yang diberikan kepada
manusia. Pengembangan potensi manusia harus dilaksanakan sesuai dengan
manfaat dan fungsi potensi itu sendiri. Misalnya, dorongan seksual, harus dibina
8
dan diarahkan untuk menjaga kelestarian jenis manusia, bukan untuk berbuat
maksiat atau mencari kesenangan semata. Dorongan naluri lain lainnya seperti
makan, minum dan mempertahankan diri harus diarahkan untuk kelangsungan
hidup, bukan mengumbar nafsu.
d. Pendekatan Sosial
Pendekatan ini memandang manusia sebagai makhluk sosial. Manusia
dianggap sebagai makhluk yang cenderung untuk hidup bersama dalam
kelompok kecil (keluarga) maupun besar (masyarakat). Sebagai makhluk sosial
manusia harus mampu mengembangkan potensinya untuk bisa berinteraksi di
dalam lingkungannya dan mampu memainkan peran dan fungsinya di tengah
lingkungannya. Dalam upaya mengembangkan potensi-potensinya manusia
membutuhkan dukungan dan bantuan dari pihak lain di luar dirinya untuk
membimbing, mengarahkan, dan menuntunnya agar pengembangan potensi
tersebut berhasil secara maksimal. Upaya pengembangan potensi ini dilihat dari
sudut pandang manapun akan merujuk kepada pendidikan.
Tugas pendidikan dalam pengembangan potensi manusia, adalah dalam
upaya menjaga dan mengerahkan fitrah atau potensi tersebut menuju kebaikan
dan kesempurnaan. Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) ini dapat
dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui institusi-institusi. Belajar yang
dimaksud tidak harus melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga dapat
dilakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga maupun masyarakat ataupun
melalui institusi sosial yang ada. Kesimpulannnya adalah manusia bisa
mengembangkan seluruh potensinya melalui pendidikan, baik itu pendidikan
formal, informal maupun pendidikan nonformal (Khasinah, 2013).

C. Dinamika Kehidupan Manusia3


Kenyataan hidup manusia menunjukkan bahwa manusia mengalami
kehidupan yang dinamis. Dinamika kehidupan tersebut tercerrnin dari upaya
manusia untuk hidup lebih baik dari waktu ke waktu. Mengapa demikian, tidak
lain karena kemampuan manusia yang dianugerahkan oleh Allah Swt., sebagai
makhluk yang sempurna. Kebudayaan dan peradaban yang berkembang adalah
buah dari dinamika kehidupan manusia serta menjadi bukti bahwa manusia
memiliki keunggulan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Seperti
telah dijelaskan di atas, bahwa pendidikan merupakan anasir penting dalam

3
Munir Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Palopo: IAIN Palopo,2018) Hal.6
9
kehidupan manusia yang secara substansial mempengaruhi seluruh
kehidupannya. Suatu kenyataan yang membuktikan bahwa pendidikan adalah
instrumen utama bagi pembangunan kehidupan umat manusia dengan berbagai
hasil yang telah diraihnya. Adalah sebuah keniscayaan membayangkan bahwa
perdaban umat manusia dapat dibangun tampa pendidikan. Oleh karena itu,
dapat ditegaskan bahwa dinamika kehidupan manusia adalah buah dari proses
pendidikan yang terjadi secara semesta, dan saling berkontribusi di antara
sesama umat manusia

D. Hubungan Antara Manusia Dan Pendidikan4


Manusia dan Pendidikan Pada hakikatnya, sejarah manusia tidak dapat
dilepaskan dari pendidikan. Sejak penciptaan Adam sebagai manusia pertama,
Allah swt. telah menginformasikan bahwa Adam diajarkan berbagai hal
termasuk berbagai nama-nama benda. Setelah diajarkan nama-nama benda,
Allah swt. kemudian menguji kemampuannya dengan meminta Adam
menyebutkan semua namanama benda tersebut.1 Firman Allh swt dalam Q.S.
Al-Baqarah/2: 31.

Terjemahnya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama


(bendabenda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat
lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!”
Ayat di atas, mengindikasikan dua hal pertama : bahwa sejarah
pendidikan lahir bersamaan dengan sejarah kadatangan manusia, dan kedua:
pendidikan inheren dengan kehidupan manusia. Dalam perspektif teori
pendidikan modern, ayat di atas, juga menjelaskan lima unsur pokok dalam
dalam proses pendidikan dan pembelajaran, yaitu: (1) pendidik, yaitu Allah swt,
(2) peserta didik, yaitu Adam a.s., (3) materi pendidikan yaitu pembelajaran
tentang nama-nama benda, (4) metode yaitu bagaimana Allah swt mengajarkan
Adam tentang nama-nama benda tersebut, (5) evaluasi, yaitu Adam diuji

4
Munir Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Palopo: IAIN Palopo,2018) Hal.1 – 5.
10
kemampuannya dengan menyebutkan nama-nama benda yang telah diajarkan
kepadanya.
Informasi al-Qur’an tentang manusia pertama (Adam) yang diajar
langsung oleh Allah swt, menegaskan posisi Islam tentang pendidikan. Islam
telah menempatkan pendidikan sebagai center point kehidupan, dan menjadikan
pendidikan sebagai bagian dari keabadian manusia.Penulis memandang bahwa
teori life long education tidak dapat lagi diartikan sebagai “pendidikan
sepanjang hayat”, yang terbatas pada “hayat” di dunia ini saja, tetapi life long
education memiliki makna filosofis yang jauh, dalam, dan bahkan bermakna
keabadian.
Kedatangan Rasulullah Muhammad saw, dengan membawa al-Qur’an
sebagai pokok ajaran sesungguhnya menegaskan dan menggugah kembali
“ingatan” manusia tentang apa yang terjadi pada manusia pertama (Adam),
bahwa Adam adalah “peserta didik pertama” di kalangan umat manusia.
Dalam perspektif historis pendidikan, Rasulullah saw sebenarnya diberi
amanah untuk mengingatkan umat manusia bahwa sejarah panjang umat
manusia tidak dapat dilepaskan dari pendidikan. Itu berarti pula bahwa sejarah
pendidikan sepanjang dengan sejarah manusia.
Manusia diciptakan oleh Allah swt. sebagai makhluk-Nya yang termulia.
Kemuliaan pencipataan manusia mencakup dua aspek yang sangat menonjol,
yaitu kesempurnaan jasmani dan kesempurnaan rohani.
Dilihat dari bentuk jasmani (fisik), nampak betapa sempurna rupa dan
keindahannya. Keseimbangan bentuknya serasi dengan fungsi organ tubuhnya.
Dari segi psikhis, nampak betapa manusia diberikan banyak kelebihan
dibandingkan dengan makhluk Allah swt. yang lainnya. Dua aspek yang sangat
sempurna menyatu dalam suatu bentuk makhluk Allah swt., yang bernama
manusia. Firman Allah Swt., dalam QS. At-Tiin (95):

Terjemahnya: Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam


bentuk yang sebaik-baiknya. (QS.Al-tiin: 4)
Kenyataan akan kesempurnaan penciptaan manusia sebagaimana yang
dinyatakan di atas, seyogianya menjadikan manusia sebagai makhluk paling
beradab, paling teratur dan paling mudah dikendalikan, sebagai manifestasi dari
kesempurnaan yang disandangnya. Namun kenyataan menunjukkan bahwa tidak

11
semua manusia mampu menunjukkan diri sebagai makhluk yang sempurna.
Kontradiktif dengan kesempurnaan penciptaan yang disandangnya.
Manusia dalam mencapai predikat manusia sempurna (insan kamil)
sebagai puncak tertinggi hakekat kehidupannya, perlu menemukan kembali
formula dan arahnya di dalam sistem dan struktur sosial masyarakat. Formula
yang dimaksud tiada lain adalah Pengantar Ilmu Pendidikan pendidikan yang
sedemikian penting, untuk kembali memperoleh penguatan dan direvitalisasi.
Karena itu, pendidikan menjadi pusat dari semua upaya membangun citra
manusia paripurna, dan menjadikan pendidikan sebagai titik pijak dan strategi
utama di dalam membentuk manusia yang berkualitas, insan paripurna.

E. Manusia indonesia seutuhnya5


Manusia adalah ciptaan tuhan yang paling mulia dan paling tinggi
derajatnya. Manusia utuh berarti adalah sosok manusia yang tidak parsial,
fragmental, apalagi split personality. Utuh artinya adalah lengkap, meliputi
semua hal yang ada pada diri manusia. Manusia menuntut terpenuhinya
kebutuhan jasmani, rohani, akal, fisik dan psikisnya. Berdasarkan pikiran
dimikian dapat diuraikan konsepsi manusia seutuhnya ini secara mendasar yakni
mencakup pengertian sebagai berikut:
1. Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang.
2. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai yang
menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya.
Selain hal tersebut, manusia juga memerlukan pemenuhan kebutuhan
spiritual, berkomunikasi atau berdialog dengan Dzat Yang Maha Kuasa. Lebih
dari itu, manusia juga memerlukan keindahan dan estetika. Manusia juga
memerlukan penguasaan ketrampilan tertentu agar mereka bisa berkarya, baik
untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri maupun orang lain. Semua
kebutuhan itu harus dapat dipenuhi secara seimbang. Tidak boleh sebagian saja
dipenuhi dengan meninggalkan kebutuhan yang lain. Orang tidak cukup hanya
sekedar cerdas dan terampil, tetapi dangkal spiritualitasnya. Begitu pula
sebaliknya, tidak cukup seseorang memiliki kedalaman spiritual, tetapi tidak
memiliki kecerdasan dan ketrampilan. Tegasnya, istilah manusia utuh adalah
manusia yang dapat mengembangkan berbagai potensi posisitf yang ada pada
dirinya itu.

5
Rahmat Hidayat,Abdillah,Ilmu Pendidikan, (Medan: LPPPI,2019) Hal.14 – 15.
12
Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan dalam
GBHN/SPPN mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa
pembangunan nasional dilaksanakan didalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan
lahiriah, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, ataupun kepuasan
batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang
bertanggung jawab, atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan anara keduanya sekaligus batiniah.
Maka dari keseluruhan perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh
dalam semua sisinya, sisi individu dan sosialnya, sisi dorongan yang harus
dipenuhi dan estetika pemenuhannya, sisi dunia dan akhiratnya, serta sisi
hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan Tuhan. Dengan
dimensi keempat itu pula kehidupan manusia ditinggikan derajatnya, sesuai
dengan ketinggian derajat manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk
lainnya.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang
mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian
hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” manusia. Dengan kata lain,
pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang
olehnya” manusia memiliki karakteristikkhas yang memiliki sesuatu martabat
khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain
berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan),
struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai
makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai
makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
2. A) Jalaluddin (2003) dan Khasinah (2013) mengatakan bahwa ada 4 potensi yang
utama yang merupakan fitrah dari Allah kepada manusia, yaitu.
a. Potensi Naluriah (Emosional) atau Hidayat al-Ghariziyyat
b. Potensi Inderawi (Fisikal) atau Hidayat al-Hasiyyat
c. Potensi Akal (Intelektual) atau Hidayat al-Aqliyat
d. Potensi Agama (Spiritual) atau Hidayat al-Diniyyat
B) Jalaluddin (2003) dan Khasinah (2013) mengatakan ada beberapa pendekatan
yang bisa digunakan dalam mengembangkan potensi manusia.
a. Pendekatan Filosofis
b. Pendekatan Kronologis
c. Pendekatan Fungsional
d. Pendekatan Sosial
3. Dapat ditegaskan bahwa dinamika kehidupan manusia adalah buah dari proses
pendidikan yang terjadi secara semesta, dan saling berkontribusi di antara sesama
umat manusia.
4. Pengantar Ilmu Pendidikan pendidikan yang sedemikian penting, untuk kembali
memperoleh penguatan dan direvitalisasi. Karena itu, pendidikan menjadi pusat
dari semua upaya membangun citra manusia paripurna, dan menjadikan
pendidikan sebagai titik pijak dan strategi utama di dalam membentuk manusia
yang berkualitas, insan paripurna.

14
5. Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan dalam GBHN/SPPN
mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan
nasional dilaksanakan didalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti
sandang, pangan, perumahan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti
pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab,
atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan anara
keduanya sekaligus batiniah.

B. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap pengetahuan
mengenai sifat hakiki manusia dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Penulis menyadari akan kemampuan yang penulis miliki masih kurang. Oleh
karena itu, penulis mengharap saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah,Rahmat Hidayat. Ilmu Pendidikan, Medan: LPPPI,2019


Husamah.Pengantar Pendidikan. Malang: Universitas Muhamadiyah,2015.
Sumantri Muhammad S.,“Hakikat Manusia dan Pendidikan”, Universitas Terbuka
Repository, no 01 (2015):3
Yusuf,Munir. Pengantar Ilmu Pendidikan. Palopo: IAIN Palopo,2018.

16

Anda mungkin juga menyukai