Oleh:
SEMESTER II
JURUSAN TARBIYAH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kita dapat menyelesaikan makalah
tentang “HAKIKAT DAN POTENSI MANUSIA” ini tepat pada waktunya. Dan juga
kami berterima kasih pada Bapak Muhammad Zainal Abidin,S.Pd. selaku dosen mata
kuliah Ilmu Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai hakikat manusia dan potensinya. Permohonan
maaf dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan karena penulis
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang diharapkan, mengingat karena kesempurnaan sesungguhnya
datangnya hanya dari Allah SWT.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Makalah yang telah disusun ini diharapkan dapat berguna
bagi kami maupun bagi orang yang membacanya.
Akhir kata, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
2
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................................ 4
A.Kesimpulan .................................................................................................. 14
B.Saran ............................................................................................................. 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan subjek dari pendidikan dan merupakan sasaran dari
pendidikan. Manusia dikaruniai potensi-potensi yang perlu dikembangkan agar
terealisasi dalam kehidupan. dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki
maka manusia perlu adanya pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk menumbuh
kembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia agar dapat menuju manusia
yang seutuhnya. Seorang pendidik harus memiliki kejelasan mengenai hakikat
manusia agar dapat menyusun rencana dan pelaksanaan usaha pendidikan. Selain itu
seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan dimensi dari sifat hakikat
manusia.
Manusia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan hewan. Ciri khas
tersebut terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia.
Disebut hakikat karena secara hakiki ciri tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan
tidak terdapat pada hewan. Untuk mencapai pengetahuan mengenai hakikat manusia
tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat
manusia, dimensi hakikat manusia serta potensi, keunikan, dan dinamikanya,
pengembangan dimensi hakikat manusia dan sosok manusia seutuhnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka kami menyimpulkan ada beberapa rumusan
masalah yang terjadi :
1. Apa yang dimaksud hakikat manusia ?
2. Apa yang dimaksud dengan potensi manusia dan pengembangannya ?
3. Bagaimana dinamika kehidupan manusia ?
4. Hubungan antara manusia dan Pendidikan ?
5. Bagaimana sosok manusia Indonesia seutuhnya ?
C. TUJUAN
Dari latar belakang dan rumusan masalah tersebut kami membuat makalah ini
adalah bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa itu hakikat manusia.
2. Mengetahui potensi dan pengembangan manusia.
3. Mengetahui dinamika kehidupan manusia.
4. Mengetahui hubungan manusia dan Pendidikan.
5. Memahami bagaimana sosok manusia seutuhnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammad S.Sumantri, “Hakikat Manusia dan Pendidikan”, Universitas Terbuka Repository, Hal 3 - 4.
5
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian
hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang
manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia
berkenaan dengan “prinsip adanya” (principede’etre) manusia. Dengan kata lain,
pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang
olehnya” manusia memiliki karakteristikkhas yang memiliki sesuatu martabat
khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain
berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan),
struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai
makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya,
sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
2
Husamah dkk. 2015. Pengantar Pendidikan. Malang: Universitas Muhamadiyah. Hal.
19-23.
6
penyesuaian diri dengan lingkungan. Dorongan yang kedua adalah dorongan
untuk mempertahankan diri. Dorongan ini bisa berwujud emosi atau nafsu
marah, dan mempertahankan diri dari berbagai macam ancaman dari luar
dirinya, yang melahirkan kebutuhan akan perlindungan seprti senjata, rumah,
dan sebagainya. Dorongan yang ketiga adalah dorongan untuk berkembang biak
atau meneruskan keturunan, yaitu naluri seksual. Dengan dorongan ini manusia
bisa tetap mengembangkan jenisnya dari generasi ke generasi.
b. Potensi Inderawi (Fisikal) atau Hidayat al-Hasiyyat
Potensi fisik ini bisa dijabarkan atas anggota tubuh atau indra-indra yang
dimiliki manusia seperti indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan
perasa. Potensi ini difungsikan melalui indra-indra yang sudah siap pakai
hidung, telinga, mata, lidah, kulit, otak dan sisten saraf manusia. Pada dasarnya
potensi fisik ini digunakan manusia untuh mengetahui hal- hal yang ada di luar
diri mereka, seperti warna, rasa, suara, bau, bentuk ataupun ukuran sesuatu. Jadi
bisa dikatkan poetensi merupakan alat bantu atau media bagi manusia untuk
mengenal hal-hal di luar dirinya. Potensi fisikal dan emosional ini terdapat juga
pada binatang.
c. Potensi Akal (Intelektual) atau Hidayat al-Aqliyat
Potensi akal atau intelektual hanya diberikan Allah kepada manusia
sehingga potensi inilah yang benar-benar membuat manusia menjadi makhluk
sempurna dan membedakannya dengan binatang. Potensi akal memberi
kemampuan kepada manusia untuk memahami simbolsimbol, hal-hal yang
abstrak, menganalisa, membandingkan, maupun membuat kesimpulan yang
akhirnya memilih dan memisahkan antara yang benar dengan yang salah.
Kebenaran akal mendorong manusia berkreasi dan berinovasi dalam
menciptakan kebudayaan serta peradaban. Manusia dengan kemampuan akalnya
mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengubah serta
merekayasa lingkungannya, menuju situasi kehidupan yang lebih baik, aman,
dan nyaman.
d. Potensi Agama (Spiritual) atau Hidayat al-Diniyyat
Selain potensi akal, sejak awal manusia telah dibekali dengan fitrah
beragama atau kecenderungan pada agama. Fitrah ini akan mendorong manusia
untuk mengakui dan mengabdi kepada sesuatu yang dianggapnya memiliki
kelebihan dan kekuatan yang lebih besar dari manusia itu sendiri. Nantinya,
pengakuan dan pengabdian ini akan melahirkan berbagai macam bentuk ritual
atau upacara-upacara sakral yang merupakan wujud penyembahan manusia
7
kepada Tuhannya. Dalam pandangan Islam kecenderungan kepada agama ini
merupakan dorongan yang bersal dari dalam diri manusia sendiri yang
merupakan anugerah dari Allah.
Keempat potensi dasar manusia seperti yang dijelaskan di atas harus
dikembangkan agar bisa berfungsi secara optimal dan dapat mencapai tujuan
yang sebenarnya. Pengembangan potensi manusia ini harus dilakukan secara
terarah, bertahap dan berkelanjutan serta dapat dilakukan dengan berbagai cara
dan pendekatan. Jalaluddin (2003) dan Khasinah (2013) mengatakan ada
beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam mengembangkan potensi
manusia.
a. Pendekatan Filosofis
Menurut pandangan filosofis manusia diciptakan untuk memberikan
kesetiaan, mengabdi dan menyembah hanya kepada penciptanya. Manusia
memang diciptakan untuk taat dan mengabdi kepada penciptanya. Sesuai dengan
kakikat penciptaannya, maka keberadaan atau eksistensi manusia itu baru akan
berarti, bermakna dan bernilai apabila pola hidup manusia telah sesuai dengan
blue-print yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Pengembangan potensi manusia
harus bisa mengarahkan manusia untuk menjadi abdi Tuhannya dan mengikuti
nilai-nilai yang benar menurut kebenaran ilahiah yang hakiki.
b. Pendekatan Kronologis
Pendekatan kronologis memandang manusia sebagai makhluk evolutif.
Manusia tumbuh dan berkembang secara bertahap dan berangsur. Petumbuhan
fisik dan mental manusia diawali dari proses konsepsi, pada tahap selanjutnya
menjadi janin, kemudian lahir menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga
meninggal. Hal ini terjadi sesuai dengan tahapan-tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang berlaku. Pengembangan potensi manusia juga harus
mengikuti pertumbuhan fisiknya dan perkembangan mentalnya, artinya
pengembangan potensi manusia harus diarahkan dan dibina sesuai tahapan-
tahapan tumbuh kembang manusia.
c. Pendekatan Fungsional
Potensi-potensi yang dimiliki manusia diberikan Tuhan untuk dapat
dipergunakan dan difungsikan dalan kehidupan mereka. Karena tidak mungkin
Tuhan menciptakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Semua ciptaan Tuhan
mempunyai maksud dan tujuan, temasuk potensi-potensi yang diberikan kepada
manusia. Pengembangan potensi manusia harus dilaksanakan sesuai dengan
manfaat dan fungsi potensi itu sendiri. Misalnya, dorongan seksual, harus dibina
8
dan diarahkan untuk menjaga kelestarian jenis manusia, bukan untuk berbuat
maksiat atau mencari kesenangan semata. Dorongan naluri lain lainnya seperti
makan, minum dan mempertahankan diri harus diarahkan untuk kelangsungan
hidup, bukan mengumbar nafsu.
d. Pendekatan Sosial
Pendekatan ini memandang manusia sebagai makhluk sosial. Manusia
dianggap sebagai makhluk yang cenderung untuk hidup bersama dalam
kelompok kecil (keluarga) maupun besar (masyarakat). Sebagai makhluk sosial
manusia harus mampu mengembangkan potensinya untuk bisa berinteraksi di
dalam lingkungannya dan mampu memainkan peran dan fungsinya di tengah
lingkungannya. Dalam upaya mengembangkan potensi-potensinya manusia
membutuhkan dukungan dan bantuan dari pihak lain di luar dirinya untuk
membimbing, mengarahkan, dan menuntunnya agar pengembangan potensi
tersebut berhasil secara maksimal. Upaya pengembangan potensi ini dilihat dari
sudut pandang manapun akan merujuk kepada pendidikan.
Tugas pendidikan dalam pengembangan potensi manusia, adalah dalam
upaya menjaga dan mengerahkan fitrah atau potensi tersebut menuju kebaikan
dan kesempurnaan. Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) ini dapat
dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui institusi-institusi. Belajar yang
dimaksud tidak harus melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga dapat
dilakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga maupun masyarakat ataupun
melalui institusi sosial yang ada. Kesimpulannnya adalah manusia bisa
mengembangkan seluruh potensinya melalui pendidikan, baik itu pendidikan
formal, informal maupun pendidikan nonformal (Khasinah, 2013).
3
Munir Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Palopo: IAIN Palopo,2018) Hal.6
9
kehidupan manusia yang secara substansial mempengaruhi seluruh
kehidupannya. Suatu kenyataan yang membuktikan bahwa pendidikan adalah
instrumen utama bagi pembangunan kehidupan umat manusia dengan berbagai
hasil yang telah diraihnya. Adalah sebuah keniscayaan membayangkan bahwa
perdaban umat manusia dapat dibangun tampa pendidikan. Oleh karena itu,
dapat ditegaskan bahwa dinamika kehidupan manusia adalah buah dari proses
pendidikan yang terjadi secara semesta, dan saling berkontribusi di antara
sesama umat manusia
4
Munir Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Palopo: IAIN Palopo,2018) Hal.1 – 5.
10
kemampuannya dengan menyebutkan nama-nama benda yang telah diajarkan
kepadanya.
Informasi al-Qur’an tentang manusia pertama (Adam) yang diajar
langsung oleh Allah swt, menegaskan posisi Islam tentang pendidikan. Islam
telah menempatkan pendidikan sebagai center point kehidupan, dan menjadikan
pendidikan sebagai bagian dari keabadian manusia.Penulis memandang bahwa
teori life long education tidak dapat lagi diartikan sebagai “pendidikan
sepanjang hayat”, yang terbatas pada “hayat” di dunia ini saja, tetapi life long
education memiliki makna filosofis yang jauh, dalam, dan bahkan bermakna
keabadian.
Kedatangan Rasulullah Muhammad saw, dengan membawa al-Qur’an
sebagai pokok ajaran sesungguhnya menegaskan dan menggugah kembali
“ingatan” manusia tentang apa yang terjadi pada manusia pertama (Adam),
bahwa Adam adalah “peserta didik pertama” di kalangan umat manusia.
Dalam perspektif historis pendidikan, Rasulullah saw sebenarnya diberi
amanah untuk mengingatkan umat manusia bahwa sejarah panjang umat
manusia tidak dapat dilepaskan dari pendidikan. Itu berarti pula bahwa sejarah
pendidikan sepanjang dengan sejarah manusia.
Manusia diciptakan oleh Allah swt. sebagai makhluk-Nya yang termulia.
Kemuliaan pencipataan manusia mencakup dua aspek yang sangat menonjol,
yaitu kesempurnaan jasmani dan kesempurnaan rohani.
Dilihat dari bentuk jasmani (fisik), nampak betapa sempurna rupa dan
keindahannya. Keseimbangan bentuknya serasi dengan fungsi organ tubuhnya.
Dari segi psikhis, nampak betapa manusia diberikan banyak kelebihan
dibandingkan dengan makhluk Allah swt. yang lainnya. Dua aspek yang sangat
sempurna menyatu dalam suatu bentuk makhluk Allah swt., yang bernama
manusia. Firman Allah Swt., dalam QS. At-Tiin (95):
11
semua manusia mampu menunjukkan diri sebagai makhluk yang sempurna.
Kontradiktif dengan kesempurnaan penciptaan yang disandangnya.
Manusia dalam mencapai predikat manusia sempurna (insan kamil)
sebagai puncak tertinggi hakekat kehidupannya, perlu menemukan kembali
formula dan arahnya di dalam sistem dan struktur sosial masyarakat. Formula
yang dimaksud tiada lain adalah Pengantar Ilmu Pendidikan pendidikan yang
sedemikian penting, untuk kembali memperoleh penguatan dan direvitalisasi.
Karena itu, pendidikan menjadi pusat dari semua upaya membangun citra
manusia paripurna, dan menjadikan pendidikan sebagai titik pijak dan strategi
utama di dalam membentuk manusia yang berkualitas, insan paripurna.
5
Rahmat Hidayat,Abdillah,Ilmu Pendidikan, (Medan: LPPPI,2019) Hal.14 – 15.
12
Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan dalam
GBHN/SPPN mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa
pembangunan nasional dilaksanakan didalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan
lahiriah, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, ataupun kepuasan
batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang
bertanggung jawab, atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan anara keduanya sekaligus batiniah.
Maka dari keseluruhan perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh
dalam semua sisinya, sisi individu dan sosialnya, sisi dorongan yang harus
dipenuhi dan estetika pemenuhannya, sisi dunia dan akhiratnya, serta sisi
hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan Tuhan. Dengan
dimensi keempat itu pula kehidupan manusia ditinggikan derajatnya, sesuai
dengan ketinggian derajat manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk
lainnya.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang
mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian
hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” manusia. Dengan kata lain,
pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang
olehnya” manusia memiliki karakteristikkhas yang memiliki sesuatu martabat
khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain
berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan),
struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai
makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai
makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
2. A) Jalaluddin (2003) dan Khasinah (2013) mengatakan bahwa ada 4 potensi yang
utama yang merupakan fitrah dari Allah kepada manusia, yaitu.
a. Potensi Naluriah (Emosional) atau Hidayat al-Ghariziyyat
b. Potensi Inderawi (Fisikal) atau Hidayat al-Hasiyyat
c. Potensi Akal (Intelektual) atau Hidayat al-Aqliyat
d. Potensi Agama (Spiritual) atau Hidayat al-Diniyyat
B) Jalaluddin (2003) dan Khasinah (2013) mengatakan ada beberapa pendekatan
yang bisa digunakan dalam mengembangkan potensi manusia.
a. Pendekatan Filosofis
b. Pendekatan Kronologis
c. Pendekatan Fungsional
d. Pendekatan Sosial
3. Dapat ditegaskan bahwa dinamika kehidupan manusia adalah buah dari proses
pendidikan yang terjadi secara semesta, dan saling berkontribusi di antara sesama
umat manusia.
4. Pengantar Ilmu Pendidikan pendidikan yang sedemikian penting, untuk kembali
memperoleh penguatan dan direvitalisasi. Karena itu, pendidikan menjadi pusat
dari semua upaya membangun citra manusia paripurna, dan menjadikan
pendidikan sebagai titik pijak dan strategi utama di dalam membentuk manusia
yang berkualitas, insan paripurna.
14
5. Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan dalam GBHN/SPPN
mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan
nasional dilaksanakan didalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti
sandang, pangan, perumahan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti
pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab,
atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan anara
keduanya sekaligus batiniah.
B. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap pengetahuan
mengenai sifat hakiki manusia dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Penulis menyadari akan kemampuan yang penulis miliki masih kurang. Oleh
karena itu, penulis mengharap saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
16