Anda di halaman 1dari 27

Tugas kelompok

Mata kuliah : Pengantar Pendidikan


Dosen pengampu : Perawati Bte Abustang. S.Pd., M.Pd

FILOSOFI MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKANNYA

KELOMPOK 2

Riswana (C1C121011)
Naimatul Ramadhani (C1C121014)
Nur Fasbir Rusaji (C1C121022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MEGAREZY
2022

i
KATA PENGANTAR

Manusia, siapa dan apakah dia? Sejak manusia ada sampai hari ini,
persoalan tersebut belum terjawab secara tuntas. Banyak hal yang secara parsial
yang berkaitan manusia sudah diketahui secara jelas dan pasti. Tetapi secara
menyeluruh, jauh lebih banyak persoalan yang belum diketahui secara konkret,
jelas dan pasti. Hal-hal yang fisik-kuantitatif pada umumnya sudah jelas, tetapi
hal-hal yang spiritual-kualitatif masih tertinggal sebagai “misteri”.
Manusia adalah sebuah “misteri”, bagaimana cara memahami manusia?
Para filosof telah berupaya untuk merenungkan hakikat manusia. Hasil renungan
mereka kemudian mewujud dalam hasil-hasil pemikiran filsafat tentang manusia,
yang kemudian dikenal dengan filsafat tentang manusia (Ismail Thoib, 2008: 3-4).
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu kala sampai zaman
modern sekarang ini belum pernah berakhir dan tak akan pernah berakhir.
Memikirkan dan membicarakan tentang hakikat manusia inilah yang
menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan mendasar mengenai manusia, yaitu apa, dari
mana dan kemana manusia itu.

Makassar, 19 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul........................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Pandangan ilmiah tentang manusia dan implikasi
pendidikannya……………………………………………………. 3
B. Pandangan filosofi tentang manusia dalam implikasi
pendidikannya…….......................................................................... 16
BAB III PENUTUP.................................................................................... 23
A. Kesimpulan....................................................................................... 23
B. Saran................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Aktivitas pendidikan berkaitan erat dengan proses pemanusiaan manusia
(humanizing of human being) atau upaya untuk membantu subjek (individu)
secara normatif berkembang lebih baik. Upaya membantu manusia berkembang
normatif lebih baik dimulai dari proses merumuskan hakikat manusia. Sebab,

tanpa pemahamn yang benar tentang apa, siapa, mengapa, dan untuk apa manusia,
maka pendidikan akan gagal mewujudkan manusia yang dicita-citakan. Begitu
menariknya membicarakan tentang hakikat manusia dengan potensi
pendidikannya dalam pandangan Filsafat, maka disini akan dibahas tentang
hakikat manusia, pandangan filsafat pendidikan tentang hakikat manusia dan
berbagai pandangan tentang hakikat manusia dan relasinya dengan proses
kependidikan.
Manusia, siapa dan apakah dia? Sejak manusia ada sampai hari ini,
persoalan tersebut belum terjawab secara tuntas. Banyak hal yang secara parsial
yang berkaitan manusia sudah diketahui secara jelas dan pasti. Tetapi secara

menyeluruh, jauh lebih banyak persoalan yang belum diketahui secara konkret,
jelas dan pasti. Hal-hal yang fisik-kuantitatif pada umumnya sudah jelas, tetapi
hal-hal yang spiritual-kualitatif masih tertinggal sebagai “misteri”.
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu kala sampai zaman
modern sekarang ini belum pernah berakhir dan tak akan pernah berakhir.
Memikirkan dan membicarakan tentang hakikat manusia inilah yang
menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang

memuaskan tentang pertanyaan mendasar mengenai manusia, yaitu apa, dari mana
dan kemana manusia itu.
Manusia lahir ke bumi dengan membawa potensi untuk bereksistensi.
Manusia berjalan dalam alam makrokosmos menempuh perjalanan panjang,

1
melangkah melalui fase, mengitari jalur hidup dalam bingkai kosmos, memiliki

tujuan yang jelas, harapan yang besar, energy yang tinggi dan seterusnya. Ihwal

manusia dalam melakukan perjalanan sebagai refleksi pencarian kebenaran, dari


mana asal- muasalnya, apa sebab-musababnya, siapa dirinya, bagaimana
hukum-hukumnya dan kemana akhirnya nanti.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia diartikan sebagai makhluk
yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).1 Dari sudut antropologi

filsafat, hakekat (esensi) manusia diselidiki melalui dua langkah, yaitu: pertama,
pembahasan etimologi manusia yang dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata
dari Antropologi adalah studi tentang asal-usul, perkembangan, karakteristik jenis
(spesies) manusia atau studi tentang ras manusia.
Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakekat
manusia sebagai keseluruhan atau manusia seutuhnya. Pengetahuan filosofis
tentang manusia pada dasarnya adalah refleksi manusia tentang dirinya sendiri
(selbst besing), dan manusia dapat merefleksikan atau mencerminkan tentang
dirinya sendiri, hanya apabila menjadi pribadi yang mengenal dirinya, jadi filsafat
antropologi tujuan utamanya adalah merefleksikan atau mencerminkan dirinya

sebagai seorang pribadi.


B. Rumusan Masalah
1. Pandangan ilmiah tentang manusia dan implikasi pendidikannya.
2. Pandangan filosofis tentang manusia dan implikasi.
3. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan.
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam menyusun makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan ilmiah dan filosofis tentang


manusia dan implikasi pendidikannya.
2. Untuk melatih daya pikir penulis dalam pembuatan makalah

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pandangan Ilmiah Tentang Manusia dan Implikasi Pendidikannya.
Manusia tidak hanya sebagai makhluk yang berbadan tetapi juga
berjiwa. Maka dari itu, dalam ranah pendidikan kita perlu mengusahakan agar
peserta didik dapat mengembangkan kecakapan-kecakapan emosionalnya:

cipta, rasa, dan karsa; sadar, mengerti, merasa, dan menghendaki, tetapi juga
menjadi mampu mencintai sesama dan berbakti kepada Allah. Bermodal
kecakapan- kecakapan seperti ini, manusia mampu melakukan karya atau
kegiatan-kegitan yang mengatasi makhluk-makhluk yang lainnya, seperti
kegiatan berbahasa baik lisan maupun tertulis, berhitung, berkesenian, berilmu,
bekerja, beriman, dan bertakwa kepada Allah. Kemampuan-kemampuan
tersebut mesti diperhatikan dan ditumbuhkembangkan dalam pendidikan.
Sebagai makhluk jasmani, manusia tidak akan lepas dari dorongan-
dorongan naluriah dan nafsu-nafsu. Namun karena manusia adalah sekaligus
juga makhluk ruhaniah, maka dorongan-dorongan tersebut biasa diatur dan

dikuasai oleh daya-daya jiwa. Di sini terletak pentingnya penanaman disiplin


dalam pendidikan yang dilakukan secara teratur dan objektif. Dalam
pendidikan, peserta didik perlu diberi pengertian dan pencerahan agar
keberadaannya ditegakkan di atas bimbingan dan pengaturan akal budinya. Itu
berarti, ia tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh nafsu, perasaan, dan
emosinya yang buta. Dalam kaitannya dengan ini, pendidikan budi pekerti
dalam bentuk pendidikan moral dan agama merupakan bagian penting dalam

suatu kegiatan pendidikan (Ismail Thoib, 2008: 34-35).


Fitrah menurut bahasa berarti ciptaan, sifat pembawaan manusia (yang ada
sejak lahir). Fitrah secara istilah berarti suatu kekuatan atau kemampuan
(potensi yang terpendam) yang menetap dalam diri manusia sejak awal

3
kejadiannya, untuk komitmen terhadap nilai-nilai keimanan kepada-Nya,
cenderung kepada kebenaran (hanif) dan potensi itu merupakan ciptaan Allah.
Hakikat fitrah manusia adalah sebagian sifat-sifat ketuhanan (potensi/ fitrah)
yang harus ditumbuhkembangkan secara terpadu oleh manusia dan
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu

maupun sosialnya, karena kemuliaan seseorang di sisi Allah lebih ditentukan


oleh sejauhmana kualitas yang ada dalam diri manusia dikembangkan sesuai
dengan sifat-sifat ketuhanan tersebut, bukan dilihat dari segi materi, fisik atau
jasadnya (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993: 16-17).
Fitrah merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh peserta didik yang
dapat mengantarkan kepada tumbuhnya daya kreativitas dan produktivitas,
serta komitmen terhadap nilai-nilai Ilahi dan insani. Hal ini dapat dilakukan
melalui program pendidikan yang dilaksanakan di sekolah maupun di luar
sekolah. Seorang pendidik tidak dituntut untuk mencetak peserta didiknya,
menjadi orang seperti ini atau itu, tetapi cukup dengan

menumbuhkembangkan potensi dasarnya serta kecendrungan-kecendrungan


yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan minat dan bakatnya.
Apabila ada peserta didik yang memiliki pembawaan sifat jahat, upaya
pendidikan hendaknya diarahkan dan difokuskan untuk menghilangkan serta
menggantikan atau setidak-tidaknya menguranginya elemen-elemen kejahatan
tersebut. Sebenarnya konsep fitrah pada hakikatnya adalah berikhtiar
menanamkan tingkah laku yang sebaik-baiknya, sebab fitrah itu tidak bisa

berkembang dengan sendirinya.


Konsep fitrah memilki tuntutan agar pendidikan Islam diarahkan pada
landasan al-Tauhid. Apa saja yang dipelajari oleh anak hendaknya tidak
bertentangan dengan konsep al-Tauhid. Sebab al-Tauhid merupakan inti

4
semua ajaran agama yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Oleh karena

itu, kurikulum pendidikan Islam hendaknya berisikan nilai-nilai keislaman

yang pada akhirnya mengarah pada konsep al-Tauhid ini.


Selain itu, firah manusia juga mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang
bersifat jasmani, seperti makan, minum, seks dan lain sebagainya. Pemenuhan
kebutuhan jasmani ini harus diarahkan dalam rangka mengaktualisasikan
fitrah manusia (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993: 28-29).

Jamak diketahui bahwa manusia merupakan subjek dan sekaligus objek


dari program pendidikan. Namun persoalan yang sering diperdebatkan adalah
aspek-aspek apa saja dari manusia yang menjadi objek dan subjek pendidikan
serta bagaimana proses pendidikan itu seharusnya dilakukan?
Secara sederhana, aspek-aspek dari manusia yang menjadi objek pendidikan
bisa dibagi dua, yaitu dipandang dari objek formal dan objek material. Ilmu
pendidikan dari segi objek materialnya adalah manusia, sedangkan objek
formalnya (sudut pandangannya) adalah kegiatan menusia dalam mem-
bimbing perkembangan kepribadian dan kemampuan manusia lain ke arah
tujuan yang diharapkan. Sementara sebagai subjek pendidikan, manusia

bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan.


Namun demikian, agar lebih mendalam, terkait persoalan aspek-aspek
apa saja dari manusia yang menjadi objek dan subjek pendidikan serta
bagaimana proses pendidikan itu seharusnya dilakukan, jawabannya bisa kita
runut terlebih dahulu dari filsafat ilmu (pengetahuan). Selanjutnya, baru
masuk kepada aspek-aspek apa saja dari manusia yang menjadi objek dan
subjek pendidikan.

5
a. Filsafat Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia

1. Antropologi Biologis/Fisik

a. Batasan
Antropologi adalah studi tentang asal-usul, perkembangan, karakteristik
jenis (spesies) manusia atau studi tentang ras manusia. Antropologi
ilmiah mencakup: antropologi biologis, antropologi sosial budaya,
arkeologi, dan linguistik. Antropologi bio logis sering pula disebut

antropologi fisik, yaitu studi tentang fosil dan kehidupan manusia


sebagai organisme biologis. (Beals, 1977:1).
Melihat manusia berdasarkan teori evolusi yang berpendapat,
manusia muncul dari suatu sel yang sangat sederhana kemudian berproses
secara bertahap menuju taraf yang lebih sempurna dan dalam proses
tersebut terdapat hukum berjuang dan bertahan hidup. Asal usul manusia
berasal dari benda yang tidak bernyawa dengan sel yang sangat sederhana
(anorganisme), kemudian berubah menjadi tumbuh-tumbuhan (vegetatif)
selanjutnya menjadi binatang (sensitifa), makhluk yang mendekati
manusia (homo sapiens), makhluk purbakala primitif, dan menjadi

manusia seperti sekarang.


b. Karakteristik
Manusia adalah Homo Sapiens:
1) Puncak evolusi organik dari makhluk hidup.
2) Kedudukannya dalam klasifikasi makhluk hidup:
a) Dunia: binatang.
b) Phylum: chordata.

c) Kelas: mamalia.
d) Orde: primata.
e) Famili: hominidae.
f) Genus: homo.

6
g) Spesies: sapiens.

3) Ciri-ciri khas:

a) Berjalan tegak (bipedal locomotion).


b) Mempunyai otak yang besar dan kompleks.
c) Hewan yang tergeneralisasi, dapat hidup da lam berbagai
lingkungan.
d) Periode kehamilan yang panjang dan anak lahir tak berdaya.

c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan


Konsep-konsep antropologi biologis menjadi landas-an pendidikan
(Landasan Antropologis Pendidikan).
1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
2) Keragaman praktek pendidikan, baik dalam sejarah manusia
maupun dalam bentuk praktek pendidikan dalam suatu zaman.
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan: Lahir dan
berkembangnya antropologi pendidikan.
2. Antropologi Budaya
a. Batasan

Antropologi sosial budaya mempergunakan teknik-teknik riset historis,


observasi, wawancara dalam studi orang yang hidup sekarang. (Deals,
1977:1)
b. Karakteristik
1) Manusia adalah organisme sosiobudaya.
Budaya = seperangkat cara hidup (berpikir dan berbuat) yang diperoleh
melalui proses belajar, yang memberi ciri pada setiap keputusan

kelompok.
2) Komponen utama budaya.
a) Sebuah kelompok / masyarakat.
b) Sebuah lingkungan dalam kelompok/masyarakat.

7
c) Sebuah budaya material.

d) Sebuah tradisi budaya.

e) Kegiatan-kegiatan dan perilaku manusia.


3) Karakteristik umum budaya.
a) Tingkah laku kultural dipelajari.
b) Tingkah laku kultural terorganisasi dalam pola-pola
tingkah-laku.

c) Pola-pola budaya diajarkan orang dan berlangsung dan satu


generasi ke generasi lainnya.
d) Budaya mempunyai aspek material dan non material.
c. Implikasi dalam praktek pendidikan
Konsep-konsep antropologi sosio budaya menjadi landasan pendidikan
(Landasan Antropologis Pendidikan).
1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
2) Keragaman kegiatan pendidikan berdasarkansistem budaya,
kesatuan budaya regional, dankelompok subkultur.
3) Pendidikan adalah enkulturasi (proses pemindahan budaya dari

generasi ke generasi).
d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya antropologi pendidikan yang dipelopori
oleh Frans Boa dan Margareth Mead.
2) Adanya kebutuhan Antropologi Filsafat Anak(pandangan tentang
hakekat khuluk atau karakteristik anak).
3. Psikologi

a. Batasan
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu
dalam keseluruhan ruang hidupnya, dari dalam kandungan sampai balita,

8
dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa, serta

masa tua. (Woodward & Marquis, 1955: 3).

b. Karakteristik
Individu yang belajar (Callahan & Clark, him: 191-194):
1) Unik (ada perbedaan individual).
2) Banyak kesamaan daripada perbedaannya.
3) Mempunyai berbagai diri.

4) Sebuah organisme total.


5) Mempunyai kesiapan bertindak.
c. Implikasi dalam praktek pendidikan
1) Konsep-konsep psikologis tentang individu menjadi dasar
pelaksanaan proses kegiatan belajar-mengajar (Landasan Psikologis
Pendidikan).
2) Pendidikan = individualisasi (proses pengembangan individu).
d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya psikologi pendidikan yang dipelopori
oleh Thorndike.

2) Lahir dan berkembangnya aliran pembaharuan pendidikan yang


disebut developmentalisme atau "Psychological Tendency in
Education", yang dipelopori oleh Pestalozzi, Herbart dan Froebel.
4. Sosiologi
a. Batasan
Sosiologi adalah studi tentang struktur sosial. (Read ing, 1977:195).
b. Karakteristik Masyarakat
1) Manusia adalah animal sociale (binatang yang hidup
bermasyarakat).

2) Masyarakat adalah:
a) Pengalaman kita dengan orang lain di
sekitarkita (Berger & Berger).

9
b) Tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan di antara manusia,
dan faktor-faktor yangtermasuk dan terjadi di dalam hubungan-
hubungan manusia (Ginsberg).

c) Interaksi-interaksi dan
interelasi-interelasimanusia (Barlett, dkk).

3) Komponen-komponen masyarakat (Ginsberg):

a) Morfologi sosial.
b) Kontrol sosial.
c) Proses sosial.
d) Patologi sosial.
4) Komponen-komponen masyarakat (Broom & Selznick):
a) Organisasi sosial.
b) Budaya.
c) Sosialisasi.
d) Kelompok-kelompok primer.

c. Iplikasi dalam Praktek Pendidikan


1) Konsep-konsep sosiologi tentang manusia menjadi dasar
penyelenggaraan pendidikan (Landasan Sosiologis Pendidikan).
2) Masyarakat sebagai ekologi pendidikan atau sebagai lingkungan
tempat berlangsungnya pen didikan.
3) Pendidikan = sosialisasi (proses menjadi anggota masyarakat yang
diharapkan).
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan, yang
dipelopori oleh Henry Suzzalo.
2) Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pen didikan
kependudukan.
3) Mendorong lahir dan berkembangnya aliran sosiologisme
pendidikan, atau sosiological ten dency in education, yang lebih
10
menekankan konsep pendidikan pada proses sosialisasi dari pada

individualisasi.

5. Politika (Ilmu Politik)


a. Batasan
Politika adalah studi tentang pemerintahan negara. (Broom & Selznick,
1958: 6).
b. Karakteristik pemerintahan negara

1) Manusia sebagai animal politicon (Aristoteles), binatang yang


hidup berpolitik.
2) Bidang-bidang ilmu politik (Unesco):
a) Teori politik.
b) Lembaga-lembaga politik.
c) Partai-partai politik, keloinpok-kelompok politik, dan
pendapat umum.
d) Hubungan-hubungan internasional.
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep politika menjadi. dasar penyelenggaraan

pengelolaan pendidikan makro nasional (Landasan Politikal


Pendidikan).
2) Terjalinnya kerja sama internasional dalam bidang pendidikan.
3) Pendidikan = civilisasi (proses menjadi warga negara yang
diharapkan).
d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya politika pendidikan/ pendidikan

nasional yang dipelopori oleh Guizot (Perancis), Fischer (Inggris),


Horace Mann dan Henry Benhard (USA), K.H. Dewantara dan Moh.
Syafei (Indonesia).

11
2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan in ternasional

(Auslandpedagogik)

6. Ekonomika (Ilmu Ekonomi)


a. Batasan
Ekonomika adalah studi tentang upaya manusia memperoleh kemakmuran
materiil manusia. (Wi-nardi, 1989: 177).
b. Karakteristik ekonomi

1) Manusia = animal economicus, binatang yang terus berusaha


memperoleh kemakmuran ma teriil.
2) Bidang ekonomi:
a) Konsumsi.
b) Produksi.
c) Distribusi.
d) Perrumbuhan sepanjang waktu.
3) Satuan ekonomi:
a) Ekonomi mikro.
b) Ekonomi makro.

c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan


1) Konsep-konsep ekonomik menjadi dasar atau landasan
pendidikan (Landasan Ekonomikal Pendidikan).
2) Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan & kegiatan
pendidikan.
3) Pendidikan = penanaman modal dalam sumber daya manusia
atau human investment, ditinjau dari ekonomi makro.

4) Pendidikan = profesionalisasi, ditinjau dari eko nomi mikro.


d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan

12
1) Lahir dan berkembangnya ekonomikapendidikan, yang dipelopori

secara konseptual oleh Adam Smith, Alfred Marshall, J. Alan Thomas,

Gheor Dore Schultz.


2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan dan pembangunan.
b. Manusia Sebagai Objek Pendidikan
Dewasa ini, corak dan ragam ilmu pengetahuan sangatlah
banyak.Corak dan ragam yang berbeda-beda ini timbul karena adanya
perbedaan cara pandang dalam memahami objek ilmu pengetahuan.
Objek ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang merupakan bahan
dari penelitian atau pembentukan pengetahu-an. Inti pembahasan atau
pokok persoa- lan dan sasaran material dalam ilmu pe- ngetahuan
sering disebut sebagai objek material ilmu pengetahuan. Sedangkan
cara pandang atau pendekatan-pendekatan terhadap objek material
ilmu pe- ngetahuan biasa disebut sebagai objek formal. Dari
berbeda-bedanya objek ilmu pengetahuan ini timbullah ragam dan
corak ilmu pengetahuan.
Dengan mengetahui objek material dan objek formal ilmu
pengetahuan, kita dapat mengetahui bidang keilmuan apakah yang
dimungkinkan dapat mem- berikan jawaban atas pertanyaan-per-
tanyaan dan permasalahan yang kita miliki. Namun yang jelas, ilmu
penge- tahuan harus ada objeknya, baik objek material maupun objek
formal. Objekmaterial adalah bahan yang menjadi sasaran suatu ilmu
pengetahuan, se- dangkan objek formal adalah sudut pembahasan
suatu ilmu pengetahuan. Misal, ilmu jiwa dan ilmu manusia yang
kedua macam ilmu pengetahuan itu mempunyai objek material sama
(manu- sia), akan tetapi objek formalnya ber- beda. Oleh karena itu,
objek material ilmu pengetahuan dapat sama, sedang- kan objek
formalnya berbeda.

13
Pendidikan adalah upaya me- ngembangkan potensi-potensi
manusia- wi peserta didik, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa,
maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi
dalam perjalanan hidupnya.
Dasar pendidikan adalah cita-cita ke- manusiaan universal.
Pendidikan ber- tujuan menyiapkan pribadi dalam ke- seimbangan,
kesatuan organis, harmo- nis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan
dalam studi mengenai masalah-masalah pen- didikan. Menurut John
Dewey (1966), pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan
fundamental secara intelek- tual dan emosional ke arah alam dan
semesta manusia. Berdasarkan penda- patnya, maka mendidik ialah
membantu anak dengan sengaja (dengan jalan membimbing) menjadi
menusia dewasa yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, baik
biologis, psikologis, paeda- gogis maupun sosiologis.
Dengan menyelidiki seperti di atas, sebetulnya ada pemahaman
yang perlu dirombak. Umumnya selama ini dikatakan, manusia
adalah objek pen- didikan. Hal itu kurang tepat. Sejatinya, manusia
juga merupakan subjek pen- didikan, selain menjadi objek pendidi-
kan itu sendiri. Sebagai objek pendidi- kan, manusia khususnya
anak-anak menjadi sasaran untuk melaksanakan proses pendidikan.
Sedangkan sebagai subjek pendidikan, manusia bertanggung jawab
menyelenggarakan pendidi- kan.
Mendidik manusia bermaksud mendidik insaniah manusianya.
Insa- niah manusia terdiri dari empat elemen, yaitu akal, roh atau hati,
nafsu, dan fisikal atau jasmani. Keempat-empat elemen inilah
yang perlu dididik dan di- bangunkan. Hasil dari pendidikan insa-
niah, lahirlah kemajuan insaniah atau- pun apa yang kita namakan
pembangu- nan insani. Apabila insan telah terba- ngun, lahirlah

14
akhlak yang baik, manu- sia yang jujur, berkasih sayang, pemu- rah,
takut akan Tuhan, bertakwa, meng- utamakan orang lain, yang bisa
berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat padanya, dan berbagai
sifat mulia lain- nya. Sementara dari pendidikan material atau
kebendaan maka terhasilkanlah ke- majuan lahiriah dan kemajuan
fisikal.
Ilmu pengetahuan memiliki ciri- ciri yang salah satu di
antaranya adalah mempunyai objek atau lapangan pem- bahasan yang
jelas sehingga dapat di- pisahkan dengan objek ilmu lain. Pada
dasarnya, tulis Hendrizal (2017:47-58), setiap ilmu pengetahuan
memiliki objek yang dapat dibedakan kepada objek ma- terial dan
objek formal. Objek material merupakan objek yang dilihat dari wu-
jud bendanya, sedangkan objek formal adalah objek yang dilihat dari
apa yang dibahas dalam ilmu itu sendiri. Objek material ilmu
pengetahuan adalah hal atau bahan yang menjadi sasaran suatu ilmu
pengetahuan, sedangkan objek formal ilmu pengetahuan adalah sudut
pembahasan suatu ilmu pengetahuan. Objek material merupakan
sasaran yang dipelajari dalam ilmu pengetahuan, se- dangkan objek
formalnya merupakan sudut pembahasan berkaitan dengan ilmu
pengetahuan. Atas dasar itu dapat dipahami bahwa lapangan ilmu
penge- tahuan sangat luas sehingga untuk dapat membedakan antara
satu bidang ilmu pengetahuan dengan lainnya adalah de ngan melihat
objek material dan objek formal ilmu pengetahuan tersebut.
Adapun implikasi dari objek ma- terial dan objek formal yang
ditemukan dalam bidang ilmu pengetahuan antara lain: (1) Sejauh
mana batas-batas atau ruang lingkup yang menjadi wewenang
masing-masing ilmu khusus itu, dari mana ilmu khusus itu dimulai,
dan sampai di mana harus berhenti. (2) Di manakah sesungguhnya
tempat-tempat ilmu khusus dalam realitas yang me- lingkupinya. (3)

15
Metode-metode yang dipakai ilmu tersebut berlakunya sam- pai di
mana. (4) Apakah persoalan kau- salitas (hubungan sebab-akibat)
yang berlaku dalam ilmu kealaman juga ber- laku bagi ilmu-ilmu
sosial maupun hu- maniora.

B. Pandangan Filosofis tentang Manusia dan Implikasi Pendidikan


Hal ini proses-proses pendidikan menjadi sangat signifikan dalam

mengarahkan peserta didik kepada pencapaian tujuan yang dimaksud.


Proses-proses pendidikan tersebut terjadi dalam bentuk: 1) Individualisasi atau
personalisasi yakni proses yang tertuju untuk menjadi seorang individu atau
diri pribadi. 2) Sosialisasi yaitu proses yang tertuju untuk menjadi anggota
masyarakat yang diidamkan. 3) Enkulturasi yaitu proses yang tertuju untuk
memiliki cara-cara hidup yang diharapkan oleh suatu masyarakat. 4)
Profesionalisasi yaitu proses yang tertuju menjadi tenaga kerja yang
professional. 5) Civilisasi yaitu proses yang tertuju untuk menjadi warga
Negara yang baik; 6) Habituralisasi yaitu proses yang tertuju untuk memiliki
kebiasaan-kebiasaan hidup yang tepat, dan 7) Humanisasi yaitu proses yang
tertuju untuk menjadi manusia seutuhnya.37
Proses pendidikan di atas menegaskan bahwa bagaimana manusia dapat
memahami dirinya sebagai seorang individu, apa hak dan kewajiban terhadap
dirinya, kemudian refleksi dirinya dalam kehidupan sosial, apa fungsi dan
perannya sebagai makhluk sosial, memahami tata cara hidup bermasyarakat
dan etika sosial, dapat hidup mandiri dan berguna bagi komunitasnya, taat dan
patuh kepada norma yang berlaku, hidup normal dan bertanggungjawab, dan

selalu berupaya untuk memperbaiki hidupnya.

16
Berikut ini akan dijelaskan implikasi potensi dasar manusia dalam Proses

pendidikan.

1. Implikasi Potensi Jasmani (fisik) dalam Proses Pendidikan Aspek


jasmani (fisik) merupakan sesuatu yang hakiki untuk manusia.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam pendidikan Islam jasmani
adalah bagian penting dalam proses pendidikan manusia untuk
menjadi pribadi yang utuh.

Perhatian pendidikan Islam pada aspek jasmani ini membawa


dampak bahwa dalam proses belajar mengajar dan mencari
pengetahuan, pancaindra perlu dilatih untuk peka, teliti dan
terintegrasi dengan kegiatan akal budi. Penghargaan terhadap
pentingnya jasmani mengakibatkan penghargaan terhadap pekerjaan
tangan sebagai bagian integral dari pendidikan.
Aspek jasmani harus dikembangkan menjadi manusia yang
memiliki jasmani yang sehat dan kuat serta berketerampilan melalui
pendidikan Islam. Jasmani yang sehat dan kuat akan berkaitan dengan
pola manusia mencari rizki dan keterampilannya mencari rizki dengan

jalan yang halal dalam kehidupan ini. Fisik jasmani ini berkaitan
dengan jasad-jasad indrawi manusia yang bisa melihat, mendengar,
serta mampu berbuat secara lahiriah (Abdurrahman Abdullah, 2002:
132).
2. Implikasi Potensi Ruhani Manusia dalam Proses Pendidika
Ruhani adalah aspek manusia yang bersifat spiritual dan
trasendental.

Potensi ruhani yang dimiliki manusia memiliki


kecenderungan-kecenderungan tertentu. Oleh karena itu, tugas
pendidikan adalah melestarikan, serta menyempurnakan
kecenderungan-kecenderungan yang baik dan menggantikan atau

17
mengendalikan kecenderungan-kecenderungan jahat menuju

kecenderungan-kecenderungan positif.

1. Filsafat Umum/Murni
a. Batasan
1) Filsafat adalah studi tentang kebenaran alam semesta dan isinya.
(Beck, 1979: 2) Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan.
Sehingga dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan pada mulanya

hanya ada satu yaitu filsafat. Akan tetapi, karena filsafat


mempersoalkan kebenaran pengetahuan yang bersifat umum, abstrak,
dan universal maka wajarlah jika filsafat tidak mampu menjawab
persoalan-persoalan hidup yang bersifat konkret, praktis, dan
pragmatis. Oleh sebab itu muncullah berbagai macam ilmu
pengetahuan khusus dengan objek studi yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, dari kajian filsafat yang membicarakan tentang hukum-hukum
islam muncullah ilmu pengetahuan yang kita sebut ilmu fiqih dan yang
lainnya.
2) Karakteristik telaah filosofis:

a) Kritis, yaitu berpikir mengungkapkan dan memecahkan


masalah secara menyeluruh (komprehensif) dan mendalam.
b) Spekulatif (kontemplatif), yaitu berpikir menerobos
melampaui fakta atau data-data yang tersedia dalam rangka
menemukan hal yang hakiki.
c) Fenomenologis, yaitu berpikir berawal dari gejala (fenomena)
dan kemudian mencoba terus menguliti, mengurangi atau

mereduksi
hal-hal yang tak penting, untuk sampai pada hal yang menjadi
hakekat (eidos) dari gejala.

18
d) Normatif, yaitu berpikir yang tertuju untuk mencari hal-hal

yang seharusnya.

b. Obyek
1) Obyek filsafat adalah pertanyaan umum yang terbuka/abadi, yaitu
pertanyaan yang tidak pernah selesai dijawab sepanjang hidup
manusia.
2) Obyek yang menjadi lingkup pertanyaan filsafat adalah segala

sesuatu dalam alam semesta dengan segala isinya.


c. Cabang
1) Metafisika = hakikat kenyataan :
a) Ontologi = hakikat kenyataan alam semesta
b) Teologi = hakikat Tuhan.
c) Kosmologi = hakikat alam.
d) Humanologi = hakikat manusia.
2) Epistemologi = hakikat mengetahui dan
pe ngetahuan; logika = hakikat menyimpulkan untuk memperoleh
pengetahuan.

3) Aksiologi = hakikat nilai-nilai:


a) Etika = hakikat baik dan jahat.
b) Estetika = hakikat indah dan jelek.
d. Aliran-aliran Filsafat Umum
1) Idealisme:
a) Metafisika: Kenyataan = sebuah dunia pikiran/rohaniah.
b) Humanologi: Binatang yang berpikir.

c) Epistemologi: Pengetahuan yang benar melalui mata


batin/pikiran/intuisi.
d) Aksiologi: Manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral
yang bersumber dari Tuhan/ kekuatan rohaniah dari alam.

19
2) Realisme

a) Metafisika: Kenyataan = sebuah dunia benda-benda.

b) Humanologi: Binataag yang berbuat.


c) Epistemologi: Pengetahuan yang benar di peroleh melalui
pengalaman pendriaan.
d) Aksiologi: Manusia diatur oleh hukum alam.
3) Neo-Thomisme:

a. Metafisika: Kenyataan = sebuah dunia rasiodan Tuhan.


b. Humanologi: Makhluk yang berpikir dan beriman/percaya.
c. Epistemologi: Pengetahuan diperoleh melalui rasio dan
percaya.
d. Aksiologi: Pengetahuan tentang kebaikandiperlukan agar
dapat berbuat baik. Kebaik an tertinggi adalah kebaikan yang
bersum ber pada pengetahuan dan Tuhan.
4) Eksperimentalisme/Instrumentalisme:
a) Metafisika: Kenyataan = sebuah dunia pengalaman.
b) Humanologi :Binatang yang berevolusi fisik, psikis, dan sosial.

c) Epistemologi: Pengetahuan diperoleh me lalui pengalaman


pendriaan.
d) Aksiologi: Yang baik adalah yang ternyata berguna dalam
masyarakat.
5) Eksperimentalisme
a) Metafisika: Kenyataan = sebuah duniakeberadaan
(eksistensi) manusia di dunia.

b) Humanologi: Binatang yang bebas mewujudkan dirinya.


c) Epistemologi: Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman.
d) Aksiologi: Nilai ditentukan oleh kebebasan memilih dari
seseorang pribadi.

20
e. Implikasi dalam Praktek Pendidikan

1) Konsep-konsep filsafat umum (metafisika, epistemologi. dan

aksiologi) menjadi dasar/lan-dasan penyelenggaraan pendidikan


(Landasan Filosofis Pendidikan).
2) Munculnya sekolah-sekolah percobaan (Kinder garten dari Froebel
merupakan penerapan ga-gasan pendidikan idealistik; Casa De
Bambini merupakan sekolah dari Montessori yang me rupakan

penerapan gagasan pendidikan natura-listik; Laboratory School dari J.


Dewey merupa kan penerapan gagasan pendidikan
pragmatik/ eksperimentalistik; dan sebagainya).
f. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Munculnya filsafat pendidikan, yang dipelopori oleh Plato.
2) Lahir dan berkembangnya mazhab-mazhab/aliran-aliran Jilsafat
pendidikan, antara lain:
a) Filsafat pendidikan idealisme: pendidikan = pemekaran
kemampuan berpikir.

b) Filsafat pendidikan realisme: pendidikan = pemekaran


kemampuan berbuat dan berpe-ngalaman.

c) Filsafat pendidikan eksperimentalisme


/instrumentalisme: rekonstruksi pengalaman yang terus
berlangsung sepanjang hidup.

d) Filsafat pendidikan eksistensialisme: pen didikan =


perwujudan kebebasan diri sendiri.

2. Filsafat Antropologi atau Antropologi Filosofis


a. Batasan
Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakekat
manusia sebagai keseluruhan, atau manusia seutuhnya. Pengetahuan
filosofis tentang manusia pada dasarnya adalah refleksi manusia tentang
dirinya sendiri (Selbstbesing).

21
b. Obyek

1) Masalah hubungan manusia dengan alam.

2) Masalah hubungan manusia dengan manusia.


3) Masalah hubungan manusia dengan Tuhan.
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep manusia seutuhnya sebagai dasar tujuan
pendidikan.

2) Pendidikan = humanisasi (proses mewujudkan kemanusiaan, atau


proses menuju tercapainya manusia seutuhnya).
3) Tujuan utama dalam hidup mencapai perwujudan diri sendiri
secara kooperatif.
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Timbul kebutuhan studi filsafat antropologi anak yang tertuju
membahas khuluk atau ha-kikat anak (anak dilahirkan membawa dosa
asal dari adam dan hawa di surga; anak di lahirkan sebagai tabula rasa
atau tanpa pembawaan, anak dilahirkan baik; anak dilahirkan tidak
berdaya tapi penuh potensi, dan sebagainya).

2) Mendorong lahir dan berkembangnya pedagogik atau ilmu


mendidik yang memadukan aspek faktual dengan aspek normatif yang
dipelopori oleh Herbart (perpaduan antara aspek filosofis yang
menentukan tujuan-tujuan pendidikan dengan aspek psikologis yang
menentukan cara-cara atau metode-metode pendidikan).

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Antropologi adalah studi tentang asal usul, perkembangan, karakteristik
jenis (spesies) manusia atau studi tentang ras manusia. Antropologi social budaya
mempergunakan teknik-teknik riset histories, observasi, wawancara dalam studio
orang yang hidup sekarang. Budaya = seperangkat cara hidup (berpikir dan

berbuat) yang diperoleh melalui proses belajar, yang memberi ciri pada setiap
keputusan kelompok.
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu
dalam keseluruhan ruang hidupnya, dari dalam kandungan sampai balita, dari
masa kanak-kanak sampai masa dewasa, serta masa tua.
B. Saran
Kami sangat mengharapkan bimbingan, serta kritikan tentang makalah ini, karena
tanpa kritikan dosen pengajar kami tidak dapat memperbaikinya.

23
DAFTAR PUSTAKA
.
Abdul Khobir. 2010. Hakikat Manusia Dan Implikasinya Dalam Proses Pendidikan.
Forum Tarbiyah,(STAIN) Pekalongan.

Al-Irfan. 2020. Filsafat Manusia Dan Implikasinya Terhadap Rumusan Pendidikan


Islam. STIBA Darul Ulum Banyuanyar.

Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd. 2014. Hakikat Manusia dalam Pendidikan.


Yogyakarta:SUKA-Press.
Dr. Muhammad S. Sumantri, M.Pd. Hakikat Manusia dan Pendidikan.
Dr. Rahmat Hidayat, MA; Dr. Abullah, S.Ag, M.Pd. 2019. Ilmu Pendidikan. Medan:
Buku Umum dan Perguruan Tinggi.

Ichsan Anshori, Ima Wahyu Putri Utami. 2018. Pengantar Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Mudyahar, Redjo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafika Persaja.
Rausyan Fikr. 2017. Memahami Fitrah Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan
Islam. Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Satya Widya. 2012. Pragtisme,Humanisme, dan Implikasinya Bagi Dunia Pendidikan.


Universitas Kristen Satya Wacana.

St.Wardah Hanafie Das. 2013. Hubungan Filsafat,Manusia dan Pendidikan.


Universitas Muhammadiyah Parepare.

Ta`dir. 2013. Manusia Dan Potensi Pendidikannya; Perspektif Filsafat Pendidikan


Islam. IAIN Raden Fatah Palembang.

Yunita. 2018. Mengupas Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Pendidikan Dan


Implikasinya. Pelita Bangsa Pelestari Pancasila.

24

Anda mungkin juga menyukai