KELOMPOK 2
Riswana (C1C121011)
Naimatul Ramadhani (C1C121014)
Nur Fasbir Rusaji (C1C121022)
i
KATA PENGANTAR
Manusia, siapa dan apakah dia? Sejak manusia ada sampai hari ini,
persoalan tersebut belum terjawab secara tuntas. Banyak hal yang secara parsial
yang berkaitan manusia sudah diketahui secara jelas dan pasti. Tetapi secara
menyeluruh, jauh lebih banyak persoalan yang belum diketahui secara konkret,
jelas dan pasti. Hal-hal yang fisik-kuantitatif pada umumnya sudah jelas, tetapi
hal-hal yang spiritual-kualitatif masih tertinggal sebagai “misteri”.
Manusia adalah sebuah “misteri”, bagaimana cara memahami manusia?
Para filosof telah berupaya untuk merenungkan hakikat manusia. Hasil renungan
mereka kemudian mewujud dalam hasil-hasil pemikiran filsafat tentang manusia,
yang kemudian dikenal dengan filsafat tentang manusia (Ismail Thoib, 2008: 3-4).
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu kala sampai zaman
modern sekarang ini belum pernah berakhir dan tak akan pernah berakhir.
Memikirkan dan membicarakan tentang hakikat manusia inilah yang
menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan mendasar mengenai manusia, yaitu apa, dari
mana dan kemana manusia itu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul........................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Pandangan ilmiah tentang manusia dan implikasi
pendidikannya……………………………………………………. 3
B. Pandangan filosofi tentang manusia dalam implikasi
pendidikannya…….......................................................................... 16
BAB III PENUTUP.................................................................................... 23
A. Kesimpulan....................................................................................... 23
B. Saran................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
tanpa pemahamn yang benar tentang apa, siapa, mengapa, dan untuk apa manusia,
maka pendidikan akan gagal mewujudkan manusia yang dicita-citakan. Begitu
menariknya membicarakan tentang hakikat manusia dengan potensi
pendidikannya dalam pandangan Filsafat, maka disini akan dibahas tentang
hakikat manusia, pandangan filsafat pendidikan tentang hakikat manusia dan
berbagai pandangan tentang hakikat manusia dan relasinya dengan proses
kependidikan.
Manusia, siapa dan apakah dia? Sejak manusia ada sampai hari ini,
persoalan tersebut belum terjawab secara tuntas. Banyak hal yang secara parsial
yang berkaitan manusia sudah diketahui secara jelas dan pasti. Tetapi secara
menyeluruh, jauh lebih banyak persoalan yang belum diketahui secara konkret,
jelas dan pasti. Hal-hal yang fisik-kuantitatif pada umumnya sudah jelas, tetapi
hal-hal yang spiritual-kualitatif masih tertinggal sebagai “misteri”.
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu kala sampai zaman
modern sekarang ini belum pernah berakhir dan tak akan pernah berakhir.
Memikirkan dan membicarakan tentang hakikat manusia inilah yang
menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan mendasar mengenai manusia, yaitu apa, dari mana
dan kemana manusia itu.
Manusia lahir ke bumi dengan membawa potensi untuk bereksistensi.
Manusia berjalan dalam alam makrokosmos menempuh perjalanan panjang,
1
melangkah melalui fase, mengitari jalur hidup dalam bingkai kosmos, memiliki
tujuan yang jelas, harapan yang besar, energy yang tinggi dan seterusnya. Ihwal
filsafat, hakekat (esensi) manusia diselidiki melalui dua langkah, yaitu: pertama,
pembahasan etimologi manusia yang dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata
dari Antropologi adalah studi tentang asal-usul, perkembangan, karakteristik jenis
(spesies) manusia atau studi tentang ras manusia.
Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakekat
manusia sebagai keseluruhan atau manusia seutuhnya. Pengetahuan filosofis
tentang manusia pada dasarnya adalah refleksi manusia tentang dirinya sendiri
(selbst besing), dan manusia dapat merefleksikan atau mencerminkan tentang
dirinya sendiri, hanya apabila menjadi pribadi yang mengenal dirinya, jadi filsafat
antropologi tujuan utamanya adalah merefleksikan atau mencerminkan dirinya
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan Ilmiah Tentang Manusia dan Implikasi Pendidikannya.
Manusia tidak hanya sebagai makhluk yang berbadan tetapi juga
berjiwa. Maka dari itu, dalam ranah pendidikan kita perlu mengusahakan agar
peserta didik dapat mengembangkan kecakapan-kecakapan emosionalnya:
cipta, rasa, dan karsa; sadar, mengerti, merasa, dan menghendaki, tetapi juga
menjadi mampu mencintai sesama dan berbakti kepada Allah. Bermodal
kecakapan- kecakapan seperti ini, manusia mampu melakukan karya atau
kegiatan-kegitan yang mengatasi makhluk-makhluk yang lainnya, seperti
kegiatan berbahasa baik lisan maupun tertulis, berhitung, berkesenian, berilmu,
bekerja, beriman, dan bertakwa kepada Allah. Kemampuan-kemampuan
tersebut mesti diperhatikan dan ditumbuhkembangkan dalam pendidikan.
Sebagai makhluk jasmani, manusia tidak akan lepas dari dorongan-
dorongan naluriah dan nafsu-nafsu. Namun karena manusia adalah sekaligus
juga makhluk ruhaniah, maka dorongan-dorongan tersebut biasa diatur dan
3
kejadiannya, untuk komitmen terhadap nilai-nilai keimanan kepada-Nya,
cenderung kepada kebenaran (hanif) dan potensi itu merupakan ciptaan Allah.
Hakikat fitrah manusia adalah sebagian sifat-sifat ketuhanan (potensi/ fitrah)
yang harus ditumbuhkembangkan secara terpadu oleh manusia dan
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu
4
semua ajaran agama yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Oleh karena
5
a. Filsafat Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia
1. Antropologi Biologis/Fisik
a. Batasan
Antropologi adalah studi tentang asal-usul, perkembangan, karakteristik
jenis (spesies) manusia atau studi tentang ras manusia. Antropologi
ilmiah mencakup: antropologi biologis, antropologi sosial budaya,
arkeologi, dan linguistik. Antropologi bio logis sering pula disebut
c) Kelas: mamalia.
d) Orde: primata.
e) Famili: hominidae.
f) Genus: homo.
6
g) Spesies: sapiens.
3) Ciri-ciri khas:
kelompok.
2) Komponen utama budaya.
a) Sebuah kelompok / masyarakat.
b) Sebuah lingkungan dalam kelompok/masyarakat.
7
c) Sebuah budaya material.
generasi ke generasi).
d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya antropologi pendidikan yang dipelopori
oleh Frans Boa dan Margareth Mead.
2) Adanya kebutuhan Antropologi Filsafat Anak(pandangan tentang
hakekat khuluk atau karakteristik anak).
3. Psikologi
a. Batasan
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu
dalam keseluruhan ruang hidupnya, dari dalam kandungan sampai balita,
8
dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa, serta
b. Karakteristik
Individu yang belajar (Callahan & Clark, him: 191-194):
1) Unik (ada perbedaan individual).
2) Banyak kesamaan daripada perbedaannya.
3) Mempunyai berbagai diri.
2) Masyarakat adalah:
a) Pengalaman kita dengan orang lain di
sekitarkita (Berger & Berger).
9
b) Tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan di antara manusia,
dan faktor-faktor yangtermasuk dan terjadi di dalam hubungan-
hubungan manusia (Ginsberg).
c) Interaksi-interaksi dan
interelasi-interelasimanusia (Barlett, dkk).
a) Morfologi sosial.
b) Kontrol sosial.
c) Proses sosial.
d) Patologi sosial.
4) Komponen-komponen masyarakat (Broom & Selznick):
a) Organisasi sosial.
b) Budaya.
c) Sosialisasi.
d) Kelompok-kelompok primer.
individualisasi.
11
2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan in ternasional
(Auslandpedagogik)
12
1) Lahir dan berkembangnya ekonomikapendidikan, yang dipelopori
13
Pendidikan adalah upaya me- ngembangkan potensi-potensi
manusia- wi peserta didik, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa,
maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi
dalam perjalanan hidupnya.
Dasar pendidikan adalah cita-cita ke- manusiaan universal.
Pendidikan ber- tujuan menyiapkan pribadi dalam ke- seimbangan,
kesatuan organis, harmo- nis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan
dalam studi mengenai masalah-masalah pen- didikan. Menurut John
Dewey (1966), pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan
fundamental secara intelek- tual dan emosional ke arah alam dan
semesta manusia. Berdasarkan penda- patnya, maka mendidik ialah
membantu anak dengan sengaja (dengan jalan membimbing) menjadi
menusia dewasa yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, baik
biologis, psikologis, paeda- gogis maupun sosiologis.
Dengan menyelidiki seperti di atas, sebetulnya ada pemahaman
yang perlu dirombak. Umumnya selama ini dikatakan, manusia
adalah objek pen- didikan. Hal itu kurang tepat. Sejatinya, manusia
juga merupakan subjek pen- didikan, selain menjadi objek pendidi-
kan itu sendiri. Sebagai objek pendidi- kan, manusia khususnya
anak-anak menjadi sasaran untuk melaksanakan proses pendidikan.
Sedangkan sebagai subjek pendidikan, manusia bertanggung jawab
menyelenggarakan pendidi- kan.
Mendidik manusia bermaksud mendidik insaniah manusianya.
Insa- niah manusia terdiri dari empat elemen, yaitu akal, roh atau hati,
nafsu, dan fisikal atau jasmani. Keempat-empat elemen inilah
yang perlu dididik dan di- bangunkan. Hasil dari pendidikan insa-
niah, lahirlah kemajuan insaniah atau- pun apa yang kita namakan
pembangu- nan insani. Apabila insan telah terba- ngun, lahirlah
14
akhlak yang baik, manu- sia yang jujur, berkasih sayang, pemu- rah,
takut akan Tuhan, bertakwa, meng- utamakan orang lain, yang bisa
berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat padanya, dan berbagai
sifat mulia lain- nya. Sementara dari pendidikan material atau
kebendaan maka terhasilkanlah ke- majuan lahiriah dan kemajuan
fisikal.
Ilmu pengetahuan memiliki ciri- ciri yang salah satu di
antaranya adalah mempunyai objek atau lapangan pem- bahasan yang
jelas sehingga dapat di- pisahkan dengan objek ilmu lain. Pada
dasarnya, tulis Hendrizal (2017:47-58), setiap ilmu pengetahuan
memiliki objek yang dapat dibedakan kepada objek ma- terial dan
objek formal. Objek material merupakan objek yang dilihat dari wu-
jud bendanya, sedangkan objek formal adalah objek yang dilihat dari
apa yang dibahas dalam ilmu itu sendiri. Objek material ilmu
pengetahuan adalah hal atau bahan yang menjadi sasaran suatu ilmu
pengetahuan, sedangkan objek formal ilmu pengetahuan adalah sudut
pembahasan suatu ilmu pengetahuan. Objek material merupakan
sasaran yang dipelajari dalam ilmu pengetahuan, se- dangkan objek
formalnya merupakan sudut pembahasan berkaitan dengan ilmu
pengetahuan. Atas dasar itu dapat dipahami bahwa lapangan ilmu
penge- tahuan sangat luas sehingga untuk dapat membedakan antara
satu bidang ilmu pengetahuan dengan lainnya adalah de ngan melihat
objek material dan objek formal ilmu pengetahuan tersebut.
Adapun implikasi dari objek ma- terial dan objek formal yang
ditemukan dalam bidang ilmu pengetahuan antara lain: (1) Sejauh
mana batas-batas atau ruang lingkup yang menjadi wewenang
masing-masing ilmu khusus itu, dari mana ilmu khusus itu dimulai,
dan sampai di mana harus berhenti. (2) Di manakah sesungguhnya
tempat-tempat ilmu khusus dalam realitas yang me- lingkupinya. (3)
15
Metode-metode yang dipakai ilmu tersebut berlakunya sam- pai di
mana. (4) Apakah persoalan kau- salitas (hubungan sebab-akibat)
yang berlaku dalam ilmu kealaman juga ber- laku bagi ilmu-ilmu
sosial maupun hu- maniora.
16
Berikut ini akan dijelaskan implikasi potensi dasar manusia dalam Proses
pendidikan.
jalan yang halal dalam kehidupan ini. Fisik jasmani ini berkaitan
dengan jasad-jasad indrawi manusia yang bisa melihat, mendengar,
serta mampu berbuat secara lahiriah (Abdurrahman Abdullah, 2002:
132).
2. Implikasi Potensi Ruhani Manusia dalam Proses Pendidika
Ruhani adalah aspek manusia yang bersifat spiritual dan
trasendental.
17
mengendalikan kecenderungan-kecenderungan jahat menuju
kecenderungan-kecenderungan positif.
1. Filsafat Umum/Murni
a. Batasan
1) Filsafat adalah studi tentang kebenaran alam semesta dan isinya.
(Beck, 1979: 2) Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan.
Sehingga dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan pada mulanya
mereduksi
hal-hal yang tak penting, untuk sampai pada hal yang menjadi
hakekat (eidos) dari gejala.
18
d) Normatif, yaitu berpikir yang tertuju untuk mencari hal-hal
yang seharusnya.
b. Obyek
1) Obyek filsafat adalah pertanyaan umum yang terbuka/abadi, yaitu
pertanyaan yang tidak pernah selesai dijawab sepanjang hidup
manusia.
2) Obyek yang menjadi lingkup pertanyaan filsafat adalah segala
19
2) Realisme
20
e. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
21
b. Obyek
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antropologi adalah studi tentang asal usul, perkembangan, karakteristik
jenis (spesies) manusia atau studi tentang ras manusia. Antropologi social budaya
mempergunakan teknik-teknik riset histories, observasi, wawancara dalam studio
orang yang hidup sekarang. Budaya = seperangkat cara hidup (berpikir dan
berbuat) yang diperoleh melalui proses belajar, yang memberi ciri pada setiap
keputusan kelompok.
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu
dalam keseluruhan ruang hidupnya, dari dalam kandungan sampai balita, dari
masa kanak-kanak sampai masa dewasa, serta masa tua.
B. Saran
Kami sangat mengharapkan bimbingan, serta kritikan tentang makalah ini, karena
tanpa kritikan dosen pengajar kami tidak dapat memperbaikinya.
23
DAFTAR PUSTAKA
.
Abdul Khobir. 2010. Hakikat Manusia Dan Implikasinya Dalam Proses Pendidikan.
Forum Tarbiyah,(STAIN) Pekalongan.
Ichsan Anshori, Ima Wahyu Putri Utami. 2018. Pengantar Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Mudyahar, Redjo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafika Persaja.
Rausyan Fikr. 2017. Memahami Fitrah Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan
Islam. Universitas Muhammadiyah Tangerang.
24