Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PERNYATAAN (PROPORSI) DAN KESALAHAN (LOGIKA

BERPIKIR SALAH)

DOSEN PEMBIMBING

JUSMAWATI, S.Pd.,M.Pd

NIDN

(09030490010)

Rasianto Tallu Lambang

Rian Mansyur

Fatimah Amania Firman

Nurfadilah Rahmadani

Ivon Marian

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Pujih syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa karna

dengan Rahmatnya, Karunia, serta Taufik dan Hidayah nya Kami dapat

menyelesaikan Makala ini, dan juga kami berterimah kasih kepada Ibu Jusmawati

S.Pd.,M.Pd selaku Dosen Matah Kuliah LOGIKA, yang telah memberikan Tugas

ini ke pada Kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan mengenai pembelajaran Logika.kami juga menyadari

sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dalam kata

sempurnah. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak

ada sesuatu yang sempurnah tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang

membacanya.sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami

sendiri mau pun orang yang membacanya. Sebelumya kami memohon maaf apa

bila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik

dan saran yang membangun dari anda demi memperbaiki makalah ini di waktu

yang akan datang.

Makassar, 15 Oktober 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB 1 PEMBAHASAN.................................................................................1-23

A. PROPERSI ............................................................................................. 1

B. KESALAHA (LOGIKA BERPIKIR SALAH) ..................................... 13

BAB II CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN ...................................24-25

A. CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN PROPERSI ......................... 24

B. CONTIH SOAL DAN PEMBAHASAN KESALAHAN (LOGIKA

BERPIKIR SALAH)...........................................................................25

BAB III INTI SARI DAN SOAL..............................................................26-28

A. INTI SARI ............................................................................................. 26

B. SOAL ..................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 30

iii
BAB I

PEMBAHASAN

A. PERNYATAAN (PROPERSI)

1. Pengertian Propersi

Propersi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat di nilai benar

dan salahnya.

Contoh propersi Nilai

Ibu kota jawa timur adalah surabaya Benar

100 > 90 Benar

Mata uang indonesia adalah dollar Salah

Propersi merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud

sempurna. Jika kita menganalisis suatu pemikiran, taruhlah suatu buku, kita akan

mendapati kesatuan pemikiran dalam buku itu, kemudian lebih khusus lagi dalam

bab-babnya, kemudian pada paragrafnya dan akhirnya pada unit yang tidak bisa

dibagi lagi yakni yang disebut propersi. Propersi itu sendiri masih bisa dianalisis

lagi menjadi kata-kata, tetapi kata- kata hanya menghadirkan pengertian sesuatu,

bukan maksud atau pemikiran sesuatu.

Semua pernyataan pikiran yang mengungkapkan keinginan dan kehendak tidak

dapat dinilai benar dan salahnya bukanlah propersi, contohnya:

1
2

Propersi Bukan propersi

Mata uang indonesia adalah Apakaah mata uang indonesia


rupiah adalah rupiah?

10 - 4 = 6 Apakah 10 – 4 = 6 adalah 6?

2. Jenis-Jenis Propersi

Secara sederhana propersi dapat di bedakan atas dua macam yaitu, macam-

macam propersi menurut sumbernya dan macam-macam propersi menurut

bentuknya

a. Macam-Macam Propersi Menurut Sumbernya

Macam-macam propersi menurut sumbernya terbagi menjadi dua yaitu

- Propersi analitik

- Propersi sintetik

1) Propersi Analitik

Propersi analitik atau biasa yang disebut juga propersi a priori adalah

propersi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah terkandung pada

subjeknya, seperti:
3

Mangga adalah buah

Kuda adalah hewan

Ayah adalah seorang laki-laki

Kata ‘hewan’ pada contoh ‘kuda adalah hewan’ pengertianya sudah terkandung

pada subjek ‘kuda’. Jadi predikat propersi analitik tidak mendatangkan

pengetahuan Ebaru. Untuk menilai benar tidaknya propersi serupa kita lihat ada
tidaknya pertentangan dalam diri pernyataan itu.

2) Propersi Sintetik

Propersi sintetik atau biasa yang di sebut a posteriori adalah propersi yang

predikatnya mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi

subjeknya, contohnya :
4

Pepaya itu manis

Gadis itu gendut

On assis adalah kaya

raya

ata ‘manis’ pada proposisi ‘gadis itu manis’ pengertianya belum terkandung pada

subyeknya, yaitu ‘gadis’ jadi kata manis merupakan pengetahuan baru yang di

dapat melalui pengalaman. Propersi sintetik adalah lukisan dari kenyataan empirik

maka untuk menguji benar salahnya di ukur berasarkan sesuai tidaknya dengan

kenyataan empiriknya.

b. Macam-Macam Propersi Menurut Bentuknya

Macam –macam propersi menurut bentuknya terbagi menjadi tiga macam

yaitu:

1) propersi kategorik

2) propersi hipotetik
5

3) propersi disyungtif

1) Propersi Kategorik

Propersi kategorik adalah propersi yang mengandung pernyataan tanpa adanya

syarat, Contohnya:

Hasni sedang sakit

Anak-anak yang tinggal diasrama

adalah mahasiswa

Orang rajin akan mendapatkan

sesuatu yang lebih dari yang

mereka harapkan

Propersi kategorik yang paling sederhana terdiri dari satu term subyek,

satu term predikat, satu kopula dan satu quantifier Subyek, sebagaimana kita

ketahui, adalah term yang menjadi pokok pembicaraan. Predikat adalah term yang

menerapkan subyek

Kopula adalah kata yang menyatakan hubungan antara term subyek dan

term predikat . quantifier adalah kata yang menunjukkan banyak satuan yang di
6

ikat oleh term subyek. Dalam contoh berikut unsur sebuah propersi kategorik

dapat kita ketahui dengan jelas:

Sebagain Manusia Adalah Pemabuk


1 2 3 4

1 = quantifier 2 = term subyek 3 = kopula 4= term predikat

Quantifier ada kalahnya menunjuk kepada permasalahan universal, seperti kata:

seluruh, semua, segenap, setiap, tidak satu pun; ada kalahnya menunjukkan

permasalahan partikular, seperti: sebagian, kebanyakan, beberapa, tidak semua,

sebagian besar, hampir seluruh, rata-rata, [salah] seorang di antara ...; [salah]

sebuah di antara...; ada kalahnya menunjuk kepada permasalahan singular

biasanya quantifier tidak dinyatakan.

Apabila quantifier suatu propersi menunjuk kepada permasalahan

universal maka propersi ini disebut propersi universal; apabila menunjuk kepada

permasalahan partikular disebut propersi partikular, dan apabila menunjuk kepada

permasalahan singular, disebut propersi singular.

Perlu kita ketahui, meskipun dalam suatu propersi tidak dinyatakan

quantifernya tidak berarti subyek dari propersi tersebut tidak mengandung


pengertian banyaknya satuan yang diikatnya. Dalam keadaan apapun subyek

selalu mengandung jumlah satuan yang diikat. Lalu bagaimana menentukan

kuantitas dari propersi tidak dinyatakan quantifiernya . kita dapat mengetahui

lewat hubungan pengertian antara subyek dan predikatnya. Sekarang perhatikan

dahulu propersi yang quantifiernya dinyatakan:

1. Propersi universal: semua tanaman membutuhkan air.

2. Propersi partikulat: sebagian manusia dapat menerima.


7

3. Propersi singular: seorang yang bernama hasan adalah seorang guru

Propersi tersebut dapat dinyatakan tanpa disebut quantifier nya tanpa mengubah

kuantitas propersinya:

1. Propersi universal: tanaman membutuhkan air .

2. Propersi partikular: manusia dapat menerima pendidikan tinggi.

3. Propersi singular: hasan adalah guru.

Dalam proporsi ‘tanaman membutuhkan air’ meskipun quentifiernya tidak

dinyatakan, yang di maksud adalah semua tanaman, karena tidak satu tanaman pun

tidak membutuhkan air. Pada propersi ‘ manusia dapat menerima pendidikan

tinggi’ , yang di maksud adalah sebagian manusia karena tidak semua manusia

dapat menerima pendidikan tinggi. Sedangkan pada proporsinya ‘hasan adalah

guru’ yang di maksud tentulah seorang, bukan beberapa orang.

Kopula, sebagaimana telah disebut , adalah kata yang menegaskan

hubungan term subyek dan term predikat baik hubungan mengiakan maupun

hubungan mengingkari. Bila ia berupa ‘adalah’ berarti mengiakan dan bila berupa

tidak, bukan atau tak’ berarti mengingkari.

Kopula menentukan kualitas proporsinya. Bila ia mengiakan, proporsinya

disebut proporsi positif dan bila ia mengingkari disebut proporsi negatif

Proporsi positif: hasan adalah guru

Proporsi negatif :budi bukan seniman


8

Kopula dalam propersi positif kadang-kadang tidak (tersembunyi). Kita

sering mendengar ungkapan ‘napeleon adalah seorang panglima yang ulung’

(kopula dinyatakan ); tetapi sering juga mendengar hanya: ‘napeleon panglima

yang ulung’ (kopula tersembunyi).

Kopula pada proporsi negatif tidak mungkin disembunyikan , karena bila

demikian berarti mengiakan hubungan antara term subyek dan predikatnya.

Dalam proporsi seperti ‘manusia berpikir ‘ kita tidak boleh beranggapan bahwa

kopulanya tidak ada.

Kopula dalam proporsi merupakan keharusan, meskipun bisa dinyatakan

dan bisa pula tidak. Jika proporsi kita umpamakan sebagai makhluk hidup, maka

term subyek, predikat serta quantifier adalah jasmaninya, sedangkan kopula

adalah rohaninya karena ialah yang menegaskan hubungan antara subyek dan

predikatnya, baik dalam arti mengiakan ataupun mengingkari, sebagai hakikat dari

suatu pernyataan yang dapat menilai benar dan salahnya.

Dengan quantifiernya dapat kita ketahui kuantitas proporsi tertentu apakah

universal, partikular ataukah singular, dan dengan kopula bisa kita ketahui

proporsinya itu apakah positif ataukah negatif.

Dari kombinasi antara kuantitas dan kualitas proporsi maka kita kenal enam

macam proporsi, yaitu:

1. universal positif, seperti: semua manusia akan mati

2. partikular positif, seperi: sebagian manusia adalah guru

3. singular positif, seperti: rudi adalah pemain bulu tangkis


9

4. universal negatif, seperti: semua kucing bukan burung

5. partikular negatif, seperti: beberapa mahasiswa tidak lulus

6. singular negatif, seperti: fatimah bukan gadis pemalu

proporsi universal positif, kopulanaya mengakui hubungan subyek dan

predikat secara kesuluruhan, dalam logika dilambangkan dengan huruf A. Proporsi

partikular positif kopula mengakui hubungan subyek dan predikat sebagian saja

dilambangkan dengan huruf I. Proporsi singular positif karena kopulanya

mengakui hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan maka juga

dilambangkan dengan huruf A . huruf A dan I masing-masing sebagai lambang

proporsi universal positif dan partikular positif diambil dari dua huruf hidup

pertama kata latin Affirmo yang berarti mengakui.

Proporsi universal negatif kopulanya mengingkari hubungan subyek dan

predikat secara kesuluruhan. Dalam logika dilambangkan dengan huruf E.

Proporsi patikular negatif kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikat

sebagian saja, di lambangkan dengan huruf O. Proporsi singular negatif karena

kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan, juga

dilambangkan dengan huruf E. Huruf E dan O dipakai sebagai lambang tersebut

diambil dari huruf hidup dalam kata nEgO , bahasa latin yang berarti menolak

atau mengingkari.

Perlu kita sadari meskipun huruf A dipergunakan juga sebagai lambang

proporsi singular positif dan E juga di pakai sebagai lambang proporsi singular

negatif, tetapi bila kita jumpai permasalahan A atau E yang dimaksud adalah

permasalahan universel.
10

Dengan pembahasan di atas maka kita mengenal lambang, permasalahan dan

rumus proporsi sebagai berikut:

Lambang Permasalahan Rumus

A Universal positif Semua S adalah P

I Partikular positif Sebagian S adalah P

E Universal negatif Semua S bukan P

O Partikular negatif Sebagian S bukan P

Dalam menentukan apakah suatu proporsi itu positif atau negatif, kita

tidak boleh semata-mata berdasarkan ada tidaknya indikator itu menentukan

negatifnya suatu proporsi apabila ia berkedudukan sebagai kopula. Bila indikator

tidak berkedudukan sebagai kopula proporsi itu adalah positif.

2) Propersi Hipotetik

Kalau propersi kategorik menyatakan suatu kebenaran tanpa syarat, maka

pada propersi hipotetik kebenaran yang dinyatakan justru digantung pada syarat

tertentu. Antara keduanya mempunyai perbedaan mendasar.

Pada propersi kategorik kopulanya selalu ‘ adalah’ atau ‘bukan’ atau

‘tidak’; sedangkan pada propersi hipotetik kopulanya adalah ‘jika, apabila, atau

manakalah’ yang kemudian dilanjutkan degan ‘maka’, meskipun yang terakhir ini

sering tidak dinyatakan. Pada propersi kategorik kopula menghubungkan dua

buah pernyataan. Sebuah propersi hipotetik, misalnya: ‘jika permintaan bertambah


11

maka harga akan naik’ pada dasarnya terdiri dari dua propersi kategorik

‘permintaan bertambah’ dan ‘harga akan naik’. ‘jika’ dan ‘maka’ pada contoh

diatas adalah kopula, ‘permintaan bertambah’ sebagai pernyataan pertama disebut

sebab atau antecedent dan ‘harga akan naik’ sebagai pernyataan kedua disebut

akibat atau konsekuen.

Propersi hipotetik mempunyai dua buah bentuk. Pertama, bila A adalah B

maka A adala C, contohnya:

Bila hasan rajin ia akan naik kelas.

Jika tanaman sering diberi pupuk ia akan subur.

Manakalah seseorang dihina, maka ia akan marah.

Kedua, bila A adalah B maka C adalah D sepert:

Bila hujan, saya naik becak

Bila keadilan tidak dihiraukan maka rakyat akan menuntut.

Bila permintaan bertambah , maka harga akan naik.

Antara sebab dan akibat dalam propersi hipotetik adakalanya merupakan

hubungan kebiasaan dan adakalahnya merupakan hubungan keharusan.

Proporsi hipotetik yang mempunyai hubungan kebiasaan contohnya:

Bila hujan, saya naik becak.

Bila keadilan tidak dihiraukan maka rakyat akan menuntut.

Bila permintaan bertambah, maka harga akan naik.


12

Antara sebab dan akibat dalam proporsi hipotetik ada kalahnya merupakan

hubungan keharusan.

Propersi hipotetik yang memounyai hubungan kebiasaan seperti:

Bila peca perang, maka harga akan menghubung.

Jika hujan turun, saya tidak akan pergi.

Manakala ia lulus , ayahnya akan memberi ia hadiah yang menarik.

Adapun beberapa contoh proporsi hipotetik yang mempunyai hubungan keharusan

adalah:

Bila matahari terbit maka waktu salat subuh habis.

Bila nyawa meningalkan badan maka berakhirlah kegiatan jasmani

Bila sesuatu itu hidup maka ia membutuhkan air.

3) Propersi Disyungtif

Tipe propersi kondisional (yang kebenaranya digantung pada syarat

tertentu ) disamping bentuk hipotetik adalah bentuk disyungtif. Seperti juga

propersi hipotetika, propersi disyungtif pada hakikatnya juga terdiri dari dua buah

propersi kategorika. Sebuah propersi disyungtif seperti: propersi jika tidak benar

maka salah; jika di analisis menjadi: ‘propersi itu benar’ dan ‘propersi itu salah’.

Kopula yang berupa ‘jika’ dan ‘maka’ mengubah dua propersi kategorik menjadi

permasalahan disyungtif. Kopula dari propersi disyungtif bervariasi contohnya:

Hidup kalau tidak bahagia adalah susahHasan di rumah atau disekolah.


13

Jika bukan hasan yang mencuri maka budi

Dalam propersi hipotetik kopulanya menghubungkan sebab dan akibat

sedangkan dalam propersi disyungtif kopulanya mrnghubungkan dua buah

alternatif.

Ada dua bentuk properi disyungtif. Propersi disyungtif sempurna dan

propersi disyungtif tidak sempurna. Propersi disyungtif mempunyai alternatif

kontradiktif sedangkan propersi disyungtif tidak sempurna alternatifnya tidak

terbentuk kontradiktif. Rumus untuk bentuk pertama adalah: A mungkin B

mungkin non B, contohnya:

Hasan berbaju putih atau berbaju non putih.

Budi mungkin masi hidup mungkin sudah mati (non-hidup).

Fatimah berbahasa arab atau berbahasa non arab.

Adapun rumus untuk bentuk kedua adalah: A mungkin B mungkin C, contohnya:

Hasan berbaju hitam atau berbaju putih.

Budi di tokoh atau di rumah . PSSI kalah atau menang.

B. Kesalahan (Logika Berpkir Salah)

Jenis-jenis kesalahan (logika berpikir salah) terbagi menjadi tiga yaitu:

Kesalahan formal, kesalahan informal dan kesalahan karena penggunaan bahasa.


14

1. KESALAHAN FORMAL

a. fallacy of four terms (kesalahan karena mengunakan empat term)

Kesalahan berpikir karena menggunakan empat term dalam silogisme. Ini

terjadi karena term penengah diartikan ganda, sedangkan dalam patokan

diharuskan hanya terdiri dari tiga term seperti:

Semua perbuatan menggangangu orang lain di ancam dengan hukuman.

Menjual Barang dibawah harga tetangganya adalah menganggu kepentingan orang

lain. j Jadi menjual harga dibawah tetangganya di ancam dengan hukuman.

b. fallacy of undistributed middle (kesalahan karena kedua term tidak

Penegah Mencakup)

Kesalahan berpikir karena tidak satupun dari kedua term penengah

mencakup, contohnya:

Orang yang terlalu banyak belajar kurus.

Dia kurus sekali, karena itu tentulah iaKarena itu tentulah ia banyak belajar.

Semua anggota PBB adalah negara merdeka.

Negara itu tentu menjadi anggota PBB karena memang negara merdeka.

c. fallacy of lllicit process (kesalahan karena proses tidak)

Kesalahan berpikir karena term premis tidak mencakup (undistributed)

tetapi dalam konklusi mencakup, contohnya:

Kura-kura adalah binatang melata.


15

Ular bukan kura-kura, karena itu bukan Bukan binatang melata.

Kuda adalah binatang, sapi bukan kuda jadi ia bukan binatang.

c. fallacy of two negative premises (kesalahan karena menyimpulkanDari

dua premis yang negatif)

Kesalahan berpikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negatif.

Apabila terjadi demikian sebenarnya tidak bisa ditarik konklusi. Tidak satupun

drama yang baik mudah di pertontonkan dan tidak satupun drama shakespeare

mudah dipertontonkan, maka semua drama shakespeare adalah baik.

d. fallacy of affirming the consequent (kesalahan karena mengakui

Akibat)

Kesalahan berpikir dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat

kemudian membenarkan pula sebabnya, contohnya:

Bila pecah perang harga barang-barang naik. Sekarang

Harga barang naik, jadi perang telah pecah.

e. fallacy of denying antecedent (kesalahan karena menolak sebab)

Kesalahan berpikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab

kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksanakan, seperti:

Bila permintaan bertambah harga naik. Nah, sekarang Permintaan tidak bertambah,

jadi harga tidak naik.


16

f. fallacy of disjunction (kesalahan dalam bentuk disyungtif)

Kesalahan berpikir terjadi dalam silogisme disyungtif karena mengingkari

alternatif pertama, kemudian membenarkan alternatif lain. Padahal menurut

patokan, pengingkari alternatif pertama, bisa juga tidak terlaksananya alternatif

yang lain, contohnya:

Dia menulis cerita atau pergi kesurabaya.

Dia tidak Pergi ke surabaya, jadi ia tentu menulis cerita.

g. fallacy of inconsistency (kesalahan karena tidak konsisten)

Kesalahan berpikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan

pernyataan yang diakui sebelumnya, contohnya:

Tuhan adalah mahakuasa, karena itu ia bisa menciptakan tuhan lain yang lebih

kuasa dari dia.

2. KESALAHAN INFORMAL

a. Fallacy of hasty generalization (kesalahan karena membuatGeneralisasi

yang terburu-buru)

Kesalahan berpikir karena tergesa-gesa membuat generalisasi, yaitu

mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit,

sehingga kesimpulan yang ditarik melampaui batas lingkunganya, contohnya:

Panen di kabupaten itu gagal, kalau begitu tahun ini Indonesia harus

mengimport beras.
17

b. fallacy of forced hypothesis (kesalahan karena memaksakanPraduga)

Kesalahan berpikir karena menetapkan kebenaran suatu dugaan,

contohnya:

Seorang pegawai datang kekantor dengan luka goresan dipipinya. Seseorang

Bahwa isterinyalah yang melukainya dalam suatu percekcokan karena

Diketahuinya selama ini orang itu kurang harmonis hubunganya dengan Isterinya,

padahal sebenarnya karena goresan besi pagar.

c. fallacy of begging the question (kesalahan karena menggundang

Permasalahan )

Kesalahan berpikir karena mengambil konklusi dari premis yang

sebenarnya Harus dibuktikan dahulu kebenarannya, contohnya:

Allah itu mesti ada karena ada dibumi

(di sini orang akan membuktikan bahwa allah itu ada dengan dasar adanya Bumi,

tetapi tidak dibuktikan bahwa bumi adalah ciptaan allah)

d. fallacy of circular argument (kesalahan karena menggunakanArgumen

yang berputar)

Kesalahan berpikir karena menarik konklusi dari satu premis kemudian

Konklusi tersebut dijadikan sebagai premis sedangkan premis semula Dijadikan

konklusi pada argument berikutnya, contohnya:

Ekonomi negara X tidak baik karena banyak pegawai yang korupsi. Mengapa

banyak pegawai yang korupsi? Jawabanya adalah karena Ekonomi negara kurang

baik.
18

e. fallacy of argumentative leap (kesalahan karena bergantiDasar)

Kesalahan berpikir karena mengambil kesimpulan yang tidak diturunkan

Dari premisnya. Jadi mengambil kesimpulan melompat dari dasar Semula,

contohnya:

Ia kelak menjadi mahaguru yang cerdas, sebab orang tuanya kaya.

Pantas dia cantik karena pendidikanya tingga.

f. fallacy of appealing to authority (kesalahan karenaMendasarkan Pada

otoritas)

Kesalahan berpikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau

Kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan Diluar otoritas

ahli tersebut, contohnya:

Bagunan ini sungguh kokoh, sebab dokter haris mengatakan demikian. (dokter

haris adalah ahli kesehatan, bukan insinyur bangunan).

g. fallacy of appealing to force ( kekeliruan karenaMendasarkan diri pada

kekuasaan)

Kesalahan berpikir karena berargument dengan kekuasaan yang dimiliki,

contohnya:

menolak pendapat/argument seseorang dengan menyatakan: vKau masih juga

membantah pendapatku. Kau baru satu tahun duduk di Bangku perguruan tinggi,

aku sudah lima tahun.


19

h. fallacy of abusing ( kesalahan karena menyerang pribadi)

Kesalahan berpikir karena menolak argument yang dikemukakan

Seseorang dengan menyerang pribadinya, contohnya:

Dia adalah seseorang yang berutal, jangan dengarkan pendapatnya

i. fallacy of ignorance ( kesalahan karena kurang tahu)

Kesalahan berpikir karena menganggap bila lawan bicara tidak bisa

Membuktikan kesalahan argumentasinya, dengan sendirinya Argumentasi yang di

kemukakanya benar, contohnyai:

Kalau kau tidak bisa membuktikan bahwa hantu itu ada maka Teranglah

pendapatku benar, bahwa hantu itu tidak ada.

j. fallacy of complex question ( kesalahan karena pernyataanYang ruwet)

kesalahan berpikir karena mengajukan pertanyaan yang bersifat menjebak,

contohnya:

jam berapa kau pulang semalam?; (yang ditanya sebenarnya tidak pergi. Penanya

hendak memaksa pengakuan bahwa yang ditanya semalam Pergi).

k. fallacy of oversimplication (kesalahan karena alasan terlalusederhana)

kesalahan berpikir karena berargumentasi dengan alasan yang tidak kuat

atau tidak cukup bukti, contohnya:

kendaraan buatan honda adalah terbaik, karena paling banyak peminatnya.


20

l. fallacy of accident (kesalahan karena menetapkan sifat )

Kesalahan berpikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang Ada

pada suatu benda bahwa sifat itu tetap ada selamanya, contohnya:

Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin. Daging yang di beli

kemarin adalah mentah, jadi hari ini Kita makan daging mentah.

m. fallacy of irrelevant argument (kesalahan karena argumentyang Tidak

relevan)

kesalahan berpikir karena mengajukan argument yang tidak ada

hubunganya dengan masalah yang menjadi pokok pembicaraan, contohnya:

pisau silet itu berbahaya daripada peluru, karena tangan kita sering kali teriris oleh

pisau silet dan tidak pernah oleh peluru.

n. fallacy of false analogy (kesalahan karena salah mengambilanologi)

kesalahan berpikir karena menganalogikan dua permasalahan yang

kelihatanya mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar, contohnya:

seniman patung memerlukan bahan untuk menciptakan karya-karya seni, maka

tuhan pun memerlukan bahan dalam menciptakan alam semesta.

o. fallacy of appealing to pity (kesalahan karena mengundangBelas

Kasihan)

Kesalahan berpikir karena menggunakan uraian yang sengaja menarik

Belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang diharapkan. Uraian itu Sendiri

tidak salah tetapi menggunakan uraian-uraian yang menarik Belas kasihan agar

kesimpulan menjadi lain, padahal masalahnya Berhubungan dengan fakta, bukan


21

dengan perasaan inilah letak kesalahan Kesalahan berpikir ini sering digunakan

dalam peradilan oleh pembela Atau terdakwa, agar hakim memberikan keputusan

yang sebaik-baiknya, Seperti pembelaan clarence darrow, seorang penasihat

hukum terhadap Thomas I kidd yang dituduh bersekongkol dalam beberapa

perbuatan Kriminal dengan mengatakan sebagai berikut:

Saya sampaikan pada anda (para yuri), bukan untuk kepentingan thomas

Kidd tetapi menyangkut permasalahan yang panjang, ke belakang kemasa Yang

akan datang, yang menyangkut seluruh manusia dibumi. Saya katakan Pada anda

bukan untuk kidd, tetapi untuk mereka yang bangun pagi Sebelum dunia menjadi

terang dan pulang pada malam hari setelah langit Diterangi bintang-bintang,

mengorbangkan kehidupan dan kesenangannya, Bekerja berat demi

terselenggaranya kemakmuran dan kebesaran, Saya sampaikan pada anda demi

anak-anak yang sekarang hidup maupun Yang akan lahir kekeliruan karena

penggunaan bahasa

3.kekeliruan karena penggunaan bahasa

a.fallacy of composition (kesalahan karena komposisi)

Kesalahan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada bagian Untuk

menyifati keseluruhanya, contohnya:

Setiap kapal perang telah siap tempur, maka keseluruhan angkatan Laut negara itu

sudah siap tempur.


22

b.fallacy of division (kesalahan dalam pembagian)

Kesalahan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada Keseluruhanya,

maka demikian juga setiap bagiannya, contohnya:

Kompleks ini dibangun diatas tanah yang luas, tentulah Kamar-kamar tidurnya juga

luas.

c.fallacy of accent (kesalahan karena tekanan)

Kesalahan berpikir karena kesalahan memberikan tekanan dalam Kita

tidak boleh membicarakan kejelekan, kawan. (yang dimaksud, Kita dilarang

membicarakan kejelekan kawan kita. Tetapi dengan Memberikan tekanan pada

kejelekan, maknanya menjadi lain).

d.fallacy of amphiboly (kesalahan karena amfiboli)

Kesalahan berpikir karena menggunakan susunan kalimat yang dapat di

Tafsirkan berbeda-beda, seperti dalam contoh:

Seorang anak muda datang kepada seorang peramal apakah judi Yang pertama

kali ia ikuti nanti malam akan menang atau kalah, ia Mendapat jawaban: anda

akan mendapat pengalaman yang bagus. Atas jawaban ini ia sangat puas dan

menyimpulkan ia akan menang Dalam perjudian. Ternyata ia kalah. Waktu ia

kembali ketempat Tukang ramal dan menanyakan mengapa ramalanya meleset,

tukang Ramal itu menjawab: saya benar, sebab dengan kekalahan itu anda

Mendapatkan pengalaman yang bagus, bahwa judi itu membawa Penderitaan.


23

e.fallacy of equivocation (kesalahan karena menggunakanKata dalam

beberapa arti)

Kesalahan berpikir karena menggunakan kata yang sama dengan Arti lebih

dari satu, contohnya:

Gajah adalah binatang, jadi gajah kecil adalah binatang yang kecil. (kecil dalam

‘gajah kecil’ berbeda pengertiannya dengan kecil Dalam ‘binatang

kecil’Menunggu ¼ jam adalah lama, maka menggarap soal ujian ¼ jam Adalah

lama
24
BAB II

PEMBAHASAN

A. CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN PROPERSI

1. misalnya ilham membeli 3 lusin buku dengan harga Rp 36.000,00

kemudian di toko yang sama yohan membeli 5 lusin buku seharga Rp 60.000,00.

Apakah permasalahan ini merupakan proporsi., untuk mengetahui apakah masalah

di atas merupakan proporsi atau bukan, kita harus mencari rasio antara ilham

dengan yohan.kita harus mencari rasio dari jumlah buku yang di belli oleh ilham

dengan yohan, maka:=>ilham:yohan=3:5 Sekarang kita cari rasio harga yang di

bayarkan oleh ilham dan yohan maka:=>ilham:yohan=36000:60000=>putu:ahmad=3:5

karna rasio jumlah buku yang di beli dengan harga yang di bayarkan sama maka masalah

di atas merupakan proporsi.

2. Contoh-Nya., eko membuat keranjang kecil sebanyak 12 buah selama 2

jam.berapa waktuyang eko perlukan untuk membuat 18 buah keranjang kecil

Penyelesain

Keranjang Waktu

12 2

18 X

25
26

 2/18 =2/x dengan menggunakan perkalian silang maka: => 12 .x = .18 =>

12x =36 => x = 36/12 => x = 3

 Jadi waktu yang eko perlukan untuk membuat 18 buah keranjang kecil

adalah 3.

B. CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN ( LOGIKA BERPIKIR SALAH)

1. Sebutkan contoh lain dari fallacy of ignorance? Jawaban :

Sudah beberapa kali kau kemukaan alasanmu tetapi tidak terbukti

gagasanku salah. Inilah bukti pendapatku benar.


BAB III

INTISARI DAN SOAL

A. INTISARI

1. Propersi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat di nilai benar dan
salahnya.Secara sederhana propersi dapat di bedakan atas dua macam yaitu,

macam- macam propersi menurut sumbernya (propersi analiti,dan propersi

sintetik ) dan macam-macam propersi menurut bentuknya(propersi kategorik,

propersi hipotetik,proporsi disyungtif)..

2. kesalahan (logika berfikir salah) jenis-jenis kesalahan (logika berfikir salah)


terbagi menjadi tiga yaitu: kesalahan formal (kesalahan karena meenggunakan

empat term, kesalahan karen kedua term tidak penegah, kesalahan karena

proses tidak mencakup undistributed tetapi dalam konslusi mencakup,

kesalahan karena menyimpulkan dari dua premis yang negatif, kesalahan

karena mengakui akibat, kesalahan karena menolak sebab, kesalahan dalam

bentuk disyungtif, kesalahan karena tidak konsisten), kesalahan informal

(keselahan karena membuat generasi yang terburu-buru, kesalahan karena

memaksa praduga, kesalahan karena menggundang permasalahan, kesalahan

karena menggunakan argumen yang berputar, kesalahan karena berganti dasar,

kesalahan karena mendasarkan pada otoritas, kekeliruan karena mendasarkan

diri pada kekuasaan, kesalahan karena menyerang pribadi, kesalahan karena

kurang tahu, kesalahan karena pernyataan yang ruwet, kesalahaan karena

alasan terlalu sederhana, kesalahan karena menetapkan sifat, kesalahan karena

argument yang tidak releven, kesalahan karena salah mengambil anologi,

kesalahan karena mengundang belas kasihan), dan kekeliruan karena

27
28

penggunaan bahasa (kesalahan karena komposisi, kesalahan dalam pembagian,

kesalahan karena tekanan, kesalahan karena amfiboli, kesalahan karena

menggunakan kata dalam beberapa arti).

3. Contoh-Nya., eko membuat keranjang kecil sebanyak 12 buah selama 2


jam.berapa waktu yang eko perlukan untuk membuat 18 buah keranjang kecil

Penyelesain

Keranjang Waktu

12 2

18 X

 2/18 =2/x dengan menggunakan perkalian silang maka: => 12 .x = .18 => 12x

=36 => x = 36/12 => x = 3

 Jadi waktu yang eko perlukan untuk membuat 18 buah keranjang kecil

adalah 3.

B. Soal

1) Jelaskan pengertian proporsi...?

2) berikan contoh pernyataan pikiran dalam bentuk logika?

3) jelaskan bagaimana mengukurur benar atau salahnya suatu proporsi?

4) sebutkan 3 macam proporsi kategorik menurut bentuknya?

5) jelaskan beberapa pernyataan permasalahan proporsi?


29

6) apa yang menyenebabkan kesalahan dalam berfikir dalam fallacy of four

terms?

7) tuliskan minimal 3 kekeliruan formal?

8) tuliskan minimal 4 kekeliruan informal?

9) tuliskan dan jelaskan beberapa kekeliruan karna menggunakan bahasa?

10) apa yang di maksud dengan probilitas a priori?


30

DAFTAR PUSTAKA

Al-Akhdlori. 1975. Iztul Mubhan Min Ma’anis Sulam. Syirkah Al- Ma’arif lit

Thab’i Wan Nasyri, 1975.

Angel, Richard. 1969.Reasoning and Logic. Appleton Century Craft, New York.

Anwar, Wadjiz, 1969, Logikal II, Yayasan Al-Djami’ah, Yokyakarta.

Astrid S.Susanto.1975. Pendapat Umum. Binacipta, Bandung. Beardesly,

Keraf, Gorys, 1982, argumentasi dan narasi komposisi lanjutan III, Gramedia

jakarta.

Monroe C.,1965.Thinking Sraight. Prentice-Hall, 1965. Copi, Irving M. 1978.

Introduction to Logic, Macmilang publishing, new york.

Poejawawijatna, I. R. 1980. Logika seri A, B,C, Rake press yogyakarta

Riasman.Eduksi.1981.Fakultas Da,wah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Thahir, Abd. Muin, Taib. Ilmu Mantiq. Jakarta : Widjaya Abu, 1966.

30
31

Riwayat Hidup
Nama : Rudianto Tallu Lembang

Nim : C1c121019

Tempat Tanggal Lahir: Tallu 03 September 2001

Agama : Kristen Prosestan

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status : Mahasiswa

Nama : Rian Mansyur

Nim : C1c121044

Tempat Tanggal Lahir: Malakaji, 23 Maret 2003

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status : Mahasiswa

Nama : Fatihah Amania Firman


Nim : C1c121040
Tempat Tanggal Lahir:Makassar, 3 Oktober
2003
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Mahasiswa

31
32

Nama : Nurfadilah Ramadani

Nim : C1c121026

Tempat Tanggal Lahir: Cikoro, 6 Juni 2003

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Mahasiswa

Nama : Ivon Marian

Nim : C1c121003

Tempat Tanggal Lahir: Latdalam, 23 Juni 2003

Agama : Kristen

Status : Mahasiswa

32

Anda mungkin juga menyukai