“PROPOSISI”
Dosen Pengampu :
David Rade Manat Simanjuntak, M.Pd. K
DISUSUN OLEH :
Chendi Lumendang
2019
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………(17)
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Logika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara bernalar, kita tidak
bisa melaksanakannya tanpa memiliki ilmu yang menjadi premisnya. Bila kita
bandingkan dengan sebuah bangunan, premis itu adalah batu, pasir, dan
semennya; sedangkan proses penalaran itu dapat kita samakan dengan bagan
atau arsitekturnya. Dengan semen, batu dan pasir serta arsitekturnya yang baik
akan dihasilkan bangunan yang indah dan kokoh, dengan premis yang dapat
dipertanggungjawabkan dan melalui proses penalaran yang sah akan dihasilakan
kesimpulan yang benar.
B. RUMUSAN MASALAH
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PROPOSISI
B. UNSUR-UNSUR PROPOSISI
3
Ada tiga unsur dalam proposisi, yang pertama unsur subjek atau sesuatu
yang diberi keterangan. Yang kedua, unsur predikat atau sesuatu yang
menerangkan tentang subjek dan yang terakhir kata penghubung atau kopula
yang merupakan pernyataan mengakui atau memungkiri hubungan antara subjek
1
Rakhmat, H. Muhammad. Pengantar Logika Dasar. (Bandung: Logos Publishing, 2013), hlm. 52
2
Mundiri, H. LOGIKA. (Depok: Rajawali Pers, 2019), cetakan 21, hlm. 56
3
______, Hand out V KEPUTUSAN atau PROPOSISI. [pdf]. http://Staffnew.uny.ac.id/pdf. Hlm 2
5
dan predikat. Dari tiga unsur tadi, kata penghubunglah yang paling penting.
Subjek dan predikat merupakan materi dari keputusan, sedangkan kata
penghubung merupakan bentuk atau formnya. Kata ini memberikan corak atau
warna yang harus ada dalam suatu keputusan.
2. Term subjek sering disebut sebagai “Subjek logis”. Subjek logis itu tidak selalu
sama dengan subjek kalimat menurut tata Bahasa.
3. untuk menemukan sebuah term predikat, perlu kita perhatikan apa yang
sesungguhnya hendak diberitahu dalam kalimat itu.
C. JENIS-JENIS PROPOSISI
a. Proposisi kategorik
4
Mundiri, H. LOGIKA. (Depok: Rajawali Pers, 2019), cetakan 21, hlm. 56
5
Ibid: hlm. 57
6
hubungan pengertian anatra subjek dan predikatnya. Mari kita perhatikan
proposisi yang quantifiernya dinyatakan :
6
Kopula adalah kata yang menegaskan hubungan term subjek dan
predikat baik hubungan mengiyakan maupun hubungan mengingkari. Bila ia
berupa adalah berarti mengiyakan dan bila tidak berarti mengingkari. Seperti
contoh : Miranti adalah siswa. Itu termasuk dalam proposisi positif dan jika Agung
bukan seniman itu termasuk dalam proposisi
Dalam menentukan apakah suatu proposisi itu positif atau negatif, kita
tidak boleh semata-mata berdasarkan ada tidaknya indikator negatifnya, yaitu
6
Mundiri, H. LOGIKA. (Depok: Rajawali Pers, 2019), cetakan 21, hlm. 58
7
tak, tidak atau bukan7. Indikator itu menentukan negartifnya suatu proposisi
apabila ia berkedudukan sebagai kopula. Perhatikan proposisi-proposisi berikut.
8
Proposisi A, E, I, O dilihat dari bentuk dan luasnya dapat dibagi:
Bentuk dan luas term dalam proposisi logika adalah cakupan dari suatu
subjek atau predikat dalam suatu proposisi. Term yang berdistribusi merupakan
term yang menunjukan luas cakupan9
Dalam proposisi kategori ada dua jenis proposisi kategorik kuantitas dan
kualitas yang kemudian digabungkan, dari hasil penggabungaan kedua jenis
proposisi kategorik ini menghasilkan empat proposisi kategorik sebagai berikut :
7
Mundiri, H. LOGIKA. (Depok: Rajawali Pers, 2019), cetakan 21, hlm. 61
8
Poespoprodjo, W. Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu. (Bandung: Pustaka
Grafika, 1999), hlm. 52
9
Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 66
8
dengan proposisi T, diambil dari huruf keempat kata Latin Affirmatif yang berarti
meng iakan. Yang keempat proposisi partikular negatif, yakni proposisi yang
kuantitasnya partikular dan kualitasnya negatif. Proposisi ini dilambangkan
dengan proposisi O, diambil dari huruf keempat kata Latin NEGO yang berarti
mengingkari.
Semua S adalah P
Tidak ada S adalah P
Beberapa S adalah P
Beberapa S adalah P
Kata semua, tidak ada, dan beberapa disebut sebagai penentu kuantitas
11
atau luas subjek yang disebut quatifier. Disebut quantifier karena kata-kata
tersebut menentukan berapa banyak kelas subjek yang tercakup atau yang tidak
tercakup dalam kelas predikat. Bentuk pertama diatas menyatakan bahwa
seluruh kelas subjek tercakup dalam kelas predikat, bentuk kedua menyatakan
bahwa seluruh kelas subjek tidak tercakup dalam predikat, bentuk yang ketiga
mneyatakan bahwa sebagian kelas subjek tercakup dalam kelas predikat
sedangkan bentuk yang terakhir menyatakan bahwa sebagian kelas subjek tidak
tercakup dalam kelas predikat.
Huruf S mengacu pada term subjek dan huruf P mengacu pada term
predikat. Sedangkan untuk kata adalah, atau kata tidak disebut sebagai kopula
karena kata-kata tersebut menjadi penghubung untuk term subjek dan term
predikat seperti contoh dibawah ini
10
Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm.66
11
Ibid: hlmn 67
9
Proposisi kategorik tersebut berbentuk standar dengan komponen
sebagai berikut:
Quantifier : semua
Term subjek : anggota ikatan dokter Indonesia
Kopula : adalah
Term predikat : lulusan perguruan tinggi yang terkenal
12
Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm 68
13
Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm 68
14
Ibid: hlm 69
10
Kualitas dan kuantitas merupakan sifat dari proposisi kategorik untuk
melihat bagaimana sifat-sifat itu termaksud kiranya berguna kalua kita
mengungkapkan kembali arti proposisi kategorik dalam terminology kelas.
Proposisi: arti dalam notasi kelas
Semua S adalah P : setiap anggota dari kelas S adalah anggota kelas
P dan kelas S tercakup dalam kelas P
Tidak ada S adalah P : tidak ada anggota dari kelas S yang merupakan
anggota kelas P karena kelas S tidak tercakup dalam kelas P
15
Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm 69
11
serta beberapa S bukan P ditentukan oleh kopula. Akan tetapi, kualitas proposisi
tidak ada S adalah P ditentukan oleh quantifier.
17
Sejak abad pertengahan ada 4 macam proposisi kategorik lazim yang
dirancang dengan nama-nama huruf yang berkaitan dengan vocal dari alpabet
romawi : A, E, I, O. proposisi A merupakan proposisi yang kualitasnya afirmatif
dan kuantitasnya universal, proposisi E adalah proposisi yang kualitasnya negatif
dan kuantitasnya universal, proposisi I merupakan proposisi yang kualitasnya
afirmatif dan kuantitasnya partikular, proposis O adalah proposisi yang
kualitasnya negatif dan kuantitasnya partikular.
18
Tradisi menunjukan bahwa A, E, I, O berasal dari 2 vokal dari kata
latin, yaitu saya mengaffirmasi (affirmo) dan saya mengingkari (nego). Huruf A
berasal dari vocal pertama dalam kata affirmo dan huruf I berasal dari vocal
kedua dalam kata affirmo. Huruf E berasal dari vocal pertama dalam kata nego,
dan huruf O berasal dari vocal kedua dalam kata nego.
16
Jurnal Septian. 2014. Proposisi. http://septianludy.blogspot.com/2014/07/proposisi.html?m=1 24
Oktober 2019
17
Rakhmat, H. Muhammad. Pengantar Logika Dasar. (Bandung: Logos Publishing, 2013), hlm 8
18
Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm 70
12
Tidak sama dengan kualitas dan kuantitas, yang merupakan sifat-sifat
proposisi, distribuisi merupakan suatu sifat term (term subjek dan term predikat)
dalam suatu proposisi. Suatu term disebut distributif jika proposisi itu membuat
penegasan tentang setiap anggota kelas yang ditunjuk oleh term itu. Denagn
kata lain, suatu term adalah distributif jika dan hanya jika pernyataan itu
menentukan (mendistribusikan) suatu sifat pada setiap anggota kelas yang
ditunjuk oleh term itu19. Jadi, jika suatu pernyataan menyatakan sesuatu tentang
setiap anggota dari kelas S, maka S adalah distributif. Jika suatu pernyataan
menyatakan sesuatu tentang setiap anggota dari kelas P, maka P adalah
distributif; jika sebaliknya, maka S dan P tidak distributif.
20
Distibutif adalah sifat atau kualitas yang dimiliki atau tidak dimiliki oleh
term subjek dan term predikat dalam suatu proposisi kategoris. Term subjek
dalam proposisi A adalah distibutif, sedangkan term predikatnya tidak distributif.
Term subjek dan term predikat dalam proposisi E adalah distributif. Term subjek
dan term predikat dalam proposisi I tidak distributif. Term subjek dalam proposisi
O tidak distributif. Sedangkan term predikatnya adalah distributif. Jika suatu term
tertentu adalah distributif dalam suatu proposisi, ini hanya berarti bahwa
proposisi itu mengatakan sesuatu tentang setiap anggota kelas yang dicakup
oleh term itu. Jika suatu term tertentu tidak distributif, proposisi itu tidak
mengatakan sesuatu tentang setiap anggota kelas yang dicakup oleh term itu.
21
Distribusi term dalam proposisi logika adalah penunujukan luas
cakupan atau sebaran term dari suatu subjek atau predikat dalam suatu
19
Ibid: hlm 71
20
Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika.( Jakarta: Grasindo, 2007), hlm 71
21
Mundiri, H. LOGIKA. (Depok: Rajawali Pers, 2019), hlm 64
13
proposisi. Term yang berdistribusi adalah term yang menunjukan luas cakupan
atau sebarannya meliputi keseluruhan ekstensi term tersebut.
14
4. proposisi O, term subjek tidak berdistribusi, dan term predikat
berdistribusi.
Term cerdik meliputi semua ekstensi dari yang cerdik itu karena ia tidak
membatasi dan dibatasi oleh term subjek. Jadi, term predikat
b. Proposisi hipotetik
22
Proposisi hipotetik adalah kebenaran yang dinyatakan justru
digantungkan pada syarat tertentu. Proposisi hipotetik kopulanya adalah jika,
apabila atau manakala yang kemudian dilanjutkan dengan maka. Pada propsisi
hipotetik kopula menghubungkan 2 buah pernyataan. Jika dan maka pada
contoh diatas adalah kopula, permintaan bertambah sebagai pernyataan pertama
disebut sebab atau antecendent dan harag akan naik sebagai pernyataan kedua
disebut akibat atau konsekuen.
1. Proposisi Kondisional.
22
Mundiri, H. LOGIKA. (Depok: Rajawali Pers, 2019), hlm 56
23
Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm 73
15
adanya suatu kondisi tertentu. Proposisi kondisional akan ditandai dengan kata
jika dan maka. Seperti contoh : “Jika hujan turun, maka jalan akan basah”.
2. Proposisi disyungtif
Proposisi disyungtif ini dibedakan menjadi proposisi disyungtif dalam artian yang
sempit dan proposisi disyungtif dalam artian yang luas. Proposisi dalam arti
sempit hanya mengandung dua kemungkinan, yakni tidak lebih dan tidak kurang.
Kedua kemungkinan ini tidak dapat sama-sama dibenarkan, karena dari
kemungkinan ini hanya ada satu saja yang benar. Jika kemungkinan yang satu
benar maka yang satu sudah pasti salah. Proposisi disyungtif dalam arti luas
mengandung pilihan antara dua kemungkinan. Namun, kedua kemungkinan itu
dapat sama-sama benar, karena ada kemungkinan ketiga. Jika satu
kemungkinan benar, kemungkinan yang lain dapat benar juga, karena keduanya
24
Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm 74
25
Ibid
16
dapat dikombinasikan. Dengan contoh “Dia yang pergi atau saya yang pergi”.
Jika dikatakan bahwa “dia yang pergi” kita tidak dapat memastikan bahwa “saya
tidak pergi”. Karena ada kemungkinan bahwa dia dan saya pergi bersama-sama.
3. Proposisi Kongjungtif.
c. Proposisi modalitas.
27
Ada empat macam proposisi modalitas, yaitu proposisi modalitas
mutlak, proposisi modalitas kontingen, proposisi modalitas yang mungkin, dan
proposisi modalitas yang tidak mungkin. Proposisi modalitas mutlak adalah
proposisi yang di dalam predikat tidak dapat berfungsi lain, kecuali menjadi
bagian dari subjek itu. Proposisi modalitas kontingen adalah proposisi yang
mengekspresikan suatu kebenaran yang bersifat sementara (kontingen).
Proposisi ini menyatakan bahwa predikatnya secara aktual merupakan bagian
dari subjek, tetapi tidak perlu demikian. Dengan kata lain, predikatnya bisa
sebaliknya. Proposisi modalitas yang mungkin adalah proposisi yang
mengekspresikan suatu kemungkinan, yaitu suatu identitas yang mungkin antara
subjek dan predikat. Relasi yang di ekspresikan itu merupakan relasi yang dapat
26
Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm 75
27
Ibid: hlm 76
17
terjadi. Di dalam proposisi ini predikat tidak secara actual ditemukan dalam
subjek, tetapi mungkin terjadi. Proposisi modalitas yang tidak mungkin.
Merupakan proposisi yang menyatakan sesuatu yang tidak dapat terjadi. Di
dalam proposisi ini predikatnya tidak secara aktual di temukan di dalam subjek
dan predikatnya itu tidak pernah dapat ditemukan di dalamnya.
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo, Sugeng Astanto, dan Sri Andiani. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi
Aksara, 2017
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/matematika/article/view/1386/1150. diakses
tanggal 22 Oktober 2019
20