Anda di halaman 1dari 43

Bab I.

Logika Proposisi

Logika Proposisi atau Kalkulus Proposisi dikembangkan oleh ahli filsafat


Yunani Aristotle 2300 tahun lebih.

Definisi 1.
Suatu proposisi (proposition) adalah suatu pernyataan (statement) yang
memiliki nilai kebenaran true (benar, T) atau false (salah, F) tetapi tidak
kedua-duanya pada saat dinyatakannya.

Contoh 1. Pernyataan berikut adalah proposisi:


(a) Jakarta adalah ibu kota Indonesia.
(b) Penang adalah ibu kota Malaysia.
(c) 5 + 6 = 11.
(d) 25 + 2 = 26.
Proposisi (a) dan proposisi (c) bernilai true, sedangkan proposisi (b) dan
proposisi (d) bernilai false.
1
Contoh 2.
Pernyataan berikut bukan proposisi :
(a) Jam berapa sekarang ?
(b) Bacalah dengan teliti.
(c) x + 1 = 2.
(d) x + y = z.
Kalimat (a) dan kalimat (b) masing-masing bukan pernyataan, jadi bukan
proposisi. Kalimat (c) merupakan pernyataan tetapi bukan suatu proposisi,
karena variabel x dalam kalimat tersebut belum ada nilainya, jadi masih dapat
bernilai true (bila x bernilai 1) juga dapat bernilai false (bila x ≠ 1). Begitu pula
dengan kalimat (d).

2
Proposisi yang bernilai tetap pada setiap saat disebut konstanta proposisi.
Dikenal dua buah konstanta proposisi:

• Proposisi true atau T, yang selalu bernilai true


• Proposisi false atau F, yang selalu bernilai false.

Proposisi lainnya, yang nilainya bisa true atau false pada saat yang berbeda
disebut juga sebagai variabel proposisi, dapat dinyatakan oleh sebuah huruf.
Misalnya,
p, q, r, s, ……, p1, p2, ……, q1, q2, ……, r1, r2, ……, s1, s2, ……

3
Operator Logika atau Penghubung Logika (Logical Connectives)

Dari proposisi-proposisi yang ada dapat dibentuk proposisi baru dengan


menggunakan penghubung atau operator logika.

Yang dikenal ada 6 operator logika, yaitu


negasi ¬,
konjungsi ∧,
disjungsi ∨,
exclusive or ⊕,
implikasi →, dan
bi-implikasi (biconditional) ↔,
masing-masing didefinisikan sebagai berikut:

4
1. Operator negasi ¬

Definisi 2.
Jika p adalah sebuah proposisi, maka ¬p (atau p ) adalah sebuah proposisi pula.
¬p disebut negasi (negation) dari p, atau tidak p (not p). Nilai kebenaran dari
¬p adalah true bila p bernilai false, dan bernilai false bila p bernilai true.

Hubungan antara nilai kebenaran dari p dan negasinya ¬p dapat pula dinyatakan
dalam suatu tabel yang disebut Tabel Kebenaran sebagai berikut:

Tabel Kebenaran untuk Negasi dari p


p ¬p
T F
F T

5
Contoh 3.
(a) Negasi proposisi “Jakarta adalah ibu kota Indonesia” adalah
“Jakarta bukan ibu kota Indonesia” atau
“Tidak benar bahwa Jakarta bukan ibu kota Indonesia”.

(b) Jika p mewakili proposisi


“Luas ruang kuliah ini lebih dari 16 m2”,
maka ¬p mewakili proposisi
“Luas ruang kuliah ini kurang dari atau sama dengan 16 m2” atau
“Tak benar bahwa luas ruang kuliah ini lebih dari 16 m2”.

6
2. Operator Konjungsi ∧

Definisi 3.
Jika p dan q adalah proposisi maka “p dan q” atau p ∧ q
adalah sebuah proposisi pula, yang disebut sebagai konjungsi (conjunction) dari
p dan q. Dan nilai kebenaran dari p ∧ q adalah true pada saat p dan q
kedua-duanya bernilai true, dan false bila salah satu atau kedua-duanya dari p
dan q bernilai false. Dan dapat ditunjukkan oleh tabel kebenaran berikut:

Tabel Kebenaran untuk Konjungsi dari p dan q


p q p∧q
T T T
T F F
F T F
F F F

7
Contoh 4.
Jika p : Hari ini adalah hari Selasa.
q: Hari ini hujan.
maka p ∧ q : Hari ini adalah hari Selasa dan hari ini hujan
atau Hari ini adalah hari Selasa dan hujan

p ∧ q bernilai T hanya pada hari Selasa yang hujan, dan bernilai F pada hari
lainnya atau pada hari Selasa yang tidak hujan.

8
3. Operator Disjungsi ∨

Definisi 4.
Jika p dan q adalah proposisi maka “p atau q” atau p ∨ q
adalah sebuah proposisi pula, yang disebut sebagai disjungsi (disjunction) dari
p dan q. Dan nilai kebenaran dari p ∨ q adalah false pada saat p dan q
kedua-duanya bernilai false, dan true bila salah satu atau kedua-duanya dari p
dan q bernilai true. Dan dapat ditunjukkan oleh tabel kebenaran berikut:

Tabel Kebenaran untuk Disjungsi dari p dan q


p q p∨q
T T T
T F T
F T T
F F F

9
Contoh 5.
Jika p : Hari ini adalah hari Selasa
q: Hari ini hujan
maka p ∨ q : Hari ini adalah hari Selasa atau hari ini hujan

p ∨ q bernilai F apabila harinya bukan hari Selasa dan pada hari itu tidak hujan,
dan bernilai T apabila harinya adalah hari Selasa atau apabila harinya hujan.

10
4. Operator Exclusive Or ⊕

Definisi 5.
Jika p dan q adalah proposisi maka exclusive or dari p dan q atau p ⊕ q
adalah sebuah proposisi pula. Dan nilai kebenaran dari p ⊕ q adalah true pada
saat p dan q memiliki nilai kebenaran yang berbeda, dan false bila p dan q
memiliki nilai kebenaran yang sama. Dan dapat ditunjukkan oleh tabel
kebenaran berikut:

Tabel Kebenaran untuk Exclusive or dari p dan q


p q p⊕q
T T F
T F T
F T T
F F F

11
Contoh 6.
Jika p : Hari ini adalah hari Selasa
q : Hari ini hujan
maka
p ⊕ q : Hari ini adalah hari Selasa yang tidak hujan atau hari ini bukan hari
Selasa tetapi hujan.

p ⊕ q bernilai F pada setiap hari Selasa yang hujan atau pada hari-hari bukan
hari Selasa yang tidak hujan, dan bernilai T pada hari Selasa yang tidak hujan
atau pada hari lainnya yang hujan.

12
5. Operator Implikasi →

Definisi 6.
Jika p dan q adalah proposisi maka Implikasi (Implication) p → q, dibaca “Jika
p maka q“, adalah sebuah proposisi pula. p disebut hipotesa atau antecedent atau
premise, q disebut konklusi (conclusion) atau konsekuensi (consequence).
Dan nilai kebenaran dari p → q adalah false hanya pada saat p bernilai true dan q
bernilai false, selainnya p → q akan bernilai true. Dan dapat ditunjukkan oleh
tabel kebenaran berikut:

Tabel Kebenaran untuk Implikasi dari p ke q


p q p→q
T T T
T F F
F T T
F F T

13
Contoh 7.
Jika p : Hari ini adalah hari Selasa
q : Hari ini hujan
maka
p → q : Jika hari ini adalah hari Selasa maka hari ini hujan.

p → q bernilai F hanya pada hari Selasa yang tidak hujan, dan bernilai T pada
hari Selasa yang hujan atau pada hari yang bukan hari Selasa.

“Jika p maka q“ dapat pula dikatakan sebagai


“p mengakibatkan q”
Atau “p hanya jika q”
atau “p adalah syarat cukup untuk q”
atau “q jika p”
atau “q apabila p”
atau “q adalah syarat perlu untuk p”.

14
6. Operator Bi-implikasi (Biconditional) ↔

Definisi 7.
Jika p dan q adalah proposisi maka biconditional p ↔ q juga sebuah proposisi,
dibaca
“p jika dan hanya jika q“, atau “p adalah syarat perlu dan cukup untuk q”.
Dan nilai kebenaran dari p ↔ q adalah true pada saat p dan q memiliki nilai
kebenaran yang sama, dan false bila p dan q memiliki nilai kebenaran yang
berbeda. Dan dapat ditunjukkan oleh tabel kebenaran berikut:

Tabel Kebenaran untuk Bi-implikasi dari p dan q


p q p↔q
T T T
T F F
F T F
F F T

15
Contoh 8.
Jika p : Hari ini adalah hari Selasa
q : Hari ini hujan
maka
p ↔ q : Hari ini adalah hari Selasa jika dan hanya jika hari ini hujan, atau
Hari ini adalah hari Selasa adalah syarat perlu dan cukup agar hari ini
hujan.

p↔ q bernilai F hanya pada hari Selasa yang tidak hujan atau hari lain yang
hujan, dan
bernilai T pada hari Selasa yang hujan atau pada hari lain yang tidak
hujan.

16
Kalimat Logika Proposisi
Definisi 8. Kalimat (Formula) Logika Proposisi dibentuk dari
- konstanta proposisi : T (true), F (false)
- variabel proposisi : p, p1, p2, …, q, q1, q2, …, r, r1, r2, …, s, s1, s2, …
dengan menggunakan penghubung proposisi berikut:
- negasi ¬ ( tidak ) - konjungsi ∧ (dan)
- disjungsi ∨ ( atau ) - exclusive or ⊕ (atau eksklusif )
- implikasi → ( jika … maka …) - biconditional ↔ (jika dan hanya jika)
dan mengikuti aturan-aturan berikut:
(a) Setiap proposisi merupakan sebuah kalimat logika proposisi (KLP)
(b) Jika F dan G merupakan sebuah KLP maka
¬ F, F ∧ G, F ∨ G, F ⊕ G, F → G, dan F ↔ G
masing-masing juga merupakan sebuah KLP.
KLP F dan G yang dipakai untuk membentuk KLP H yang lebih kompleks
dengan aturan (b) tadi disebut komponen dari KLP yang bersangkutan dan
disebut sebagai anak kalimat dari H. H juga merupakan anak kalimat dari H.
Anak kalimat dari H yang bukan H disebut anak kalimat sejati dari H.
17
Contoh 9.
KLP H: ( p ⊕ q ) ∨ ( p ⊕ ¬q ) memiliki anak kalimat :
G: p ⊕ q
K: p ⊕ ¬q
dan H sendiri.
G memiliki anak kalimat p dan q dan G.
K memiliki anak kalimat p dan K1: ¬q dan K.
K1 memiliki anak kalimat q dan K1.

Nilai kebenaran dari sebuah KLP (selanjutnya nilai kebenaran disingkat oleh
nilai saja) ditentukan dari nilai anak kalimatnya berdasarkan Definisi 2 s/d 7. Jadi
nilai KLP H pada Contoh 9 ditentukan oleh nilai KLP G dan K. Nilai KLP G
ditentukan oleh nilai proposisi p dan q. Nilai KLP K ditentukan oleh nilai
proposisi p dan KLP K1. Nilai KLP K1 ditentukan oleh nilai proposisi q. Jadi nilai
KLP H pada Contoh 9 ditentukan oleh nilai variabel proposisi p dan q yang ada
di H.

18
Interpretasi dan Tabel Kebenaran

Definisi 9.
Suatu interpretasi (interpretation) I adalah suatu pemberian nilai T atau F pada
setiap proposisi yang terpakai.

Interpretas I disebut interpretasi kosong (empty interpretation) apabila I tidak


memberi nilai pada proposisi apapun.

Interpretasi I disebut interpretasi untuk sebuah KLP H bila I memberi nilai pada
setiap variabel proposisi yang ada pada H.

19
Contoh 10.
Interpretasi untuk KLP H pada Contoh 9 ada 4 buah, yaitu
1 : p bernilai T, q bernilai T
2 : p bernilai T, q bernilai F
3 : p bernilai F, q bernilai T
4 : p bernilai F, q bernilai F
Jadi nilai H terhadap masing-masing interpretasi dapat ditentukan melalui
sebuah tabel yang disebut
Tabel Kebenaran untuk H seperti berikut:
Interpretasi G1: ¬q F: p ⊕ q G: p ⊕ G1 H: F ∨ G
1: p(T), q(T) F F T T
2: p(T), q(F) T T F T
3: p(F), q(T) F T F T
4: p(F), q(F) T F T T
Jadi KLP H bernilai true terhadap setiap interpretasi untuknya.
20
Contoh 11.
Tentukan semua nilai yang mungkin dari KLP H: (p ∨ q) ∧ (¬p ∧ ¬q).
Interpretasi untuk KLP H adalah
1 : p bernilai T, q bernilai T
2 : p bernilai T, q bernilai F
3 : p bernilai F, q bernilai T
4 : p bernilai F, q bernilai F
Semua nilai yang mungkin dari KLP H diberikan pada tabel kebenaran berikut:
Interpretasi ¬p ¬q p ∨ q ¬p ∧ ¬q H: (p ∨ q) ∧ (¬p ∧ ¬q)
1: p(T), q(T) F F T F F
2: p(T), q(F) F T T F F
3: p(F), q(T) T F T F F
4: p(F), q(F) T T F T F
Jadi KLP H bernilai false terhadap setiap interpretasi untuknya.

21
Contoh 12.
Tentukan semua nilai yang mungkin dari KLP H: (p ∨ q) ∧ ¬r.
Interpretasi untuk KLP H adalah
1 : p bernilai T, q bernilai T, r bernilai T
2 : p bernilai T, q bernilai T, r bernilai F
3 : p bernilai T, q bernilai F, r bernilai T
4 : p bernilai T, q bernilai F, r bernilai F
5 : p bernilai F, q bernilai T, r bernilai T
6 : p bernilai F, q bernilai T, r bernilai F
7 : p bernilai F, q bernilai F, r bernilai T
8 : p bernilai F, q bernilai F, r bernilai F
Semua nilai yang mungkin dari KLP H diberikan pada tabel kebenaran berikut:

22
Interpretasi ¬r p∨q H: ( p ∨ q ) ∧ ¬r
1: p(T), q(T), r(T) F T F
2: p(T), q(T), r(F) T T T
3: p(T), q(F), r(T) F T F
4: p(T), q(F), r(F) T T T
5: p(F), q(T), r(T) F T F
6: p(F), q(T), r(F) T T T
7: p(F), q(F), r(T) F F F
8: p(F), q(F), r(F) T F T

Jadi KLP H tidak bernilai true terhadap setiap interpretasi untuknya. Tetapi
terdapat interpretasi terhadapnya H bernilai true.
Dari Contoh 10, 11 dan 12 terlihat bahwa KLP-KLP dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis.

23
Definisi 10.
Sebuah KLP H disebut absah (valid) bila H bernilai true terhadap setiap
interpretasi I untuk H. H disebut juga suatu tautologi (tautology).

Sebuah KLP H disebut terpenuhi (satisfiable) bila terdapat interpretasi I untuk


H sehingga H bernilai true terhadap I itu.

Sebuah KLP H disebut kontradiksi (contradictory/unsatisfiable) bila H bernilai


false terhadap setiap interpretasi I untuk H.

KLP H pada Contoh 10 adalah suatu KLP yang valid,


KLP pada Contoh 11 adalah suatu KLP yang contradictory, dan
KLP pada Contoh 12 adalah KLP yang satisfiable.

24
Skema Kalimat dan Kesetaraan
Dapat dibuktikan bahwa masing-masing kalimat berikut adalah valid.
(i) p ∨ ¬p
(ii) q ∨ ¬q
(iii) (p ∧ q) ∨ ¬(p ∧ q)
Terlihat bahwa ketiga kalimat di atas memiliki bentuk yang ‘serupa’. Agar tidak
perlu tiga kali membuktikan keabsahan tiga kalimat tersebut, dapat dipakai
Skema Kalimat (Sentence Schema) berikut
(*) H ∨ ¬H
dengan H sebagai kalimat variabel.
Pada (i) diambil p sebagai F,
pada (ii) diambil q sebagai H,
pada (iii) diambil (p ∧ q) sebagai H.
Kalimat (i), (ii) dan (iii), yaitu kalimat yang diperoleh dari (*) dengan mengganti
kalimat variabel H dengan sebuah kalimat tertentu disebut sebagai kalimat
nyata (instance) dari skema kalimat (*). Jika skema kalimat (*) telah terbukti
valid, maka setiap kalimat nyata dari (*) juga valid.
25
Untuk membuktikan keabsahan sebuah skema kalimat dapat dipakai cara yang
sama untuk membuktikan keabsahan sebuah kalimat biasa.

Definisi 11.
Dua kalimat H dan K disebut setara (logically equivalent) jika kalimat
H↔K
valid (tautologi).
Ditulis H ≡ K. atau H ⇔ K.

26
Skema Kalimat Absah berdasarkan Definisi
F ≡ ¬T ( Definisi dari False )
( H ↔ K ) ≡ (H ∧ K ) ∨ (¬H ∧ ¬K ) ( Definisi dari ↔)
( H ¬↔ K ) ≡ ¬(H ↔ K ) ( Definisi dari ¬↔ )
( H → K ) ≡ (¬ H ∨ K ) ( Definisi dari →)
( H → K ) ≡ (H ∧ K ) ↔ H ( Definisi dari →)
( H → K ) ≡ (H ∨ K ) ↔ K ( Definisi dari →)

Skema Kalimat Absah berdasarkan Sifat Identitas


(H ∨ F)≡H ( Identitas dari ∨ adalah F)
(H ∧T )≡H ( Identitas dari ∧ adalah T)
T ≡H ↔H ( Identitas dari ↔ )
T →H ≡H ( Identitas kiri dari → adalah T)

27
Skema Kalimat Absah berdasarkan Sifat Dominasi
H ∨ T ≡ T ( Dominasi dari ∨ )
H ∧ F ≡ F ( Dominasi dari ∧)
H→ T ≡ T ( Dominasi kanan dari → )

Skema Kalimat Absah berdasarkan Sifat Idempoten


H ∨ H ≡H ( Idempoten dari ∨ )
H ∧H ≡H ( Idempoten dari ∧ )

Skema Kalimat Absah berdasarkan Sifat Refleksif


H≡H ( Refleksif dari ↔)
H → H≡ T ( Refleksif dari →)

28
Skema Kalimat Absah berdasarkan Sifat Komutatif / Simetri
(H∧K)≡(K∧H) ( Simetri dari ∧ )
(H∨K)≡(K∨H) ( Simetri dari ∨ )
(H↔K)≡(K↔H) ( Simetri dari ↔ )
( H ¬↔ K ) ≡ ( K ¬↔ H ) ( Simetri dari ¬↔ )

Skema Kalimat Absah berdasarkan Sifat Asosiatif


[(H∧K)∧L]≡[H∧(K∧L)]
[(H∨K)∨L]≡[H∨(K∨L)]
[(H↔K)↔L]≡[H↔(K↔L)]
[ ( H ¬↔ K ) ¬↔ L ] ≡ [ H ¬↔ ( K ¬↔ L ) ]

29
Skema Kalimat Absah berdasarkan Sifat Transitif
[(H→K)∧(K→L)]→(H→L)
[(H ↔K)∧(K↔L)]→(H↔L)
Skema Kalimat Absah berdasarkan Sifat Kontrapositif
(H→K)≡(¬K→¬H)
(¬ H → K ) ≡ ( ¬ K → H )
(H↔K)≡(¬K↔¬H)
Skema Kalimat Absah berdasarkan Sifat Distributif
[H∧(K∧L)]≡[(H∧K)∧(H∧L)] ( Distributif ∧ terhadap ∧ )
[H∨(K∨L)]≡[(H∨K)∨(H∨L)] ( Distributif ∨ terhadap ∨ )
[H∧(K∨L)]≡[(H∧K)∨(H∧L)] ( Distributif ∧ terhadap ∨ )
[H∨(K∧L)]≡[(H∨K)∧(H∨L)] ( Distributif ∨ terhadap ∧ )
[H∨(K↔L)]≡[(H∨K)↔(H∨L)] ( Distributif ∨ terhadap ↔)
[ H → ( K ↔ L ) ] ≡ [ ( H → K ) ↔ ( H → L ) ] (Distributif → terhadap ↔)
¬( H ↔ K ) ≡ ( H ↔ ¬K ) ( Distributif ¬ terhadap ↔)
30
Skema Kalimat Absah berdasarkan De Morgan
¬ ( H ∧ K ) ≡ (¬ H ∨ ¬ K )
¬ ( H ∨ K ) ≡ (¬ H ∧ ¬ K )

Skema Kalimat Absah berdasarkan Dobel Negasi


¬(¬H ) ≡ H

Skema Kalimat Absah berdasarkan Excluded Middle


H ∨ ¬H ≡ T

Skema Kalimat Absah berdasarkan Golden Rule


H∧K ↔H ≡ K↔H∨K

Skema Kalimat Absah berdasarkan Kontradiksi


( H ∧ ¬H ) ≡ F

31
Skema Kalimat Absah berdasarkan Modus Ponens
H∧(H→K)→H

Skema Kalimat Absah berdasarkan Absorption


H∧(H∨K) ≡H
H∨ (H∧K)≡H
H ∧ (¬H ∨ K ) ≡ H ∧ K
H ∨ (¬H ∧ K ) ≡ H ∨ K

Skema Kalimat Absah berdasarkan Weakening / Strengthening


H ∧ K →H
H ∧ K →H ∨ K
H→(H ∨ K)
H ∧ K →H ∧(K∨L)
H ∨ (K ∧L)→H ∨ K
Untuk membuktikan bahwa dua kalimat adalah setara dapat menggunakan
kesetaraan kalimat-kalimat yang telah dibuktikan kesetaraannya.
32
Contoh 19.
Buktikan bahwa H : ¬( p ∨ (¬p ∧ q)) setara dengan K : (¬p ∧ ¬q).
Bukti: ¬( p ∨ (¬ p ∧ q ))
≡ ¬p ∧ ¬(¬p ∧ q )
≡ ¬p ∧ (¬(¬p) ∨ ¬q )
≡ ¬p ∧ ( p ∨ ¬q )
≡ (¬p ∧ p ) ∨ (¬p ∧ ¬q )
≡ F ∨ (¬p ∧ ¬q )
≡ (¬p ∧ ¬q )

33
Contoh 20.
Buktikan bahwa H : ( p ∧ q ) → ( p ∨ q ) adalah valid
Bukti. (p∧q)→(p∨q)
≡ ¬( p ∧ q ) ∨ ( p ∨ q )
≡ ( ¬p ∨ ¬q ) ∨ ( p ∨ q )
≡ ( ¬p ∨ p) ∨ (¬q ∨ q )
≡ T∨T
≡ T

34
Logic Puzzles

I. Two opposite kinds of inhabitants of an island

An island that has two kinds of inhabitants:


knights (satria), who always tell the truth
knaves (bangsat, penipu), who always lie.
You encounter two people A and B. If A says “B is a knight” and B says “The
two of us are opposite type”, then can you tell what type are A and B?
Solusi:
Misalkan p := A adalah seorang satria yang selalu jujur
q := B adalah seorang satria yang selalu jujur
berarti ¬p := A adalah seorang penipu yang selalu berbohong
¬q := B adalah seorang penipu yang selalu berbohong

35
Kasus I: A adalah seorang satria yang selalu jujur, atau p bernilai true
Kasus II: A adalah seorang penipu yang selalu berbohong, atau p bernilai false

Untuk kasus I:
(I.1) p bernilai true
berarti pernyataan A benar, yaitu B adalah seorang satria yang selalu jujur.
Berarti
(I.2) q bernilai true,
hal ini mengakibatkan pernyataan B benar, yaitu salah satu dari A dan B adalah
satria, sedangkan yang satu lagi adalah penipu. Kenyataan ini dapat dinyatakan
sebagai
(p ∧ ¬q) ∨ (¬p ∧ q)
yang harus bernilai true.
Sedangkan dalam keadaan (I.1) dan (I.2),
(p ∧ ¬q) ∨ (¬p ∧ q) ≡ (true ∧ ¬true) ∨ (¬true ∧ true) ≡ false.
Terjadi kontradiksi, berarti kasus I tidak mungkin terjadi.
36
Untuk kasus II:
(II.1) p bernilai false
berarti pernyataan A tidak benar, yaitu B adalah seorang satria yang selalu jujur
adalah tidak benar. Jadi haruslah
(II.2) q bernilai false,
hal ini mengakibatkan pernyataan B juga tidak benar, yaitu salah satu dari A dan
B adalah satria, sedangkan yang satu lagi adalah penipu tidak benar. Berarti
pernyataan
(p ∧ ¬q) ∨ (¬p ∧ q)
yang harus bernilai false.
Dan dalam keadaan (II.1) dan (II.2),
(p ∧ ¬q) ∨ (¬p ∧ q) ≡ (false ∧ ¬false) ∨ (¬false ∧ false) ≡ false.
Tidak terjadi kontradiksi, berarti kasus II yang terjadi.
Kesimpulannya: A dan B kedua-duanya adalah penipu.

37
Masalah ini dapat juga diselesaikan dengan meninjau kasus untuk si B:
Kasus IB: B adalah seorang satria yang selalu jujur, atau q bernilai true
Kasus IIB: B adalah seorang penipu yang selalu berbohong, atau q bernilai false

Untuk kasus IB:


(IB.1) q bernilai true
berarti pernyataan B benar, yaitu salah satu dari A dan B adalah satria, sedangkan
yang satu lagi adalah penipu. Kenyataan ini dapat dinyatakan sebagai
(IB.2) (p ∧ ¬q) ∨ (¬p ∧ q)
dan (IB.2) harus bernilai true. Perhatikan nilai kebenaran dari (IB.2) dalam
keadaan (IB.1):
(p ∧ ¬q) ∨ (¬p ∧ q) ≡ (p ∧ ¬true) ∨ (¬p ∧ true)
≡ false ∨ (¬p ∧ true)

38
Karena (IB.2) harus bernilai true, jadi ¬p harus bernilai true. Dengan demikian p
harus bernilai false.
p bernilai false, memberi arti bahwa A adalah penipu, jadi pernyataan A, yaitu B
adalah seorang satria adalah tidak benar, atau q bernilai false. Hal ini
bertentangan dengan (IB.1).
Jadi kasus IB tidak mungkin terjadi.

Untuk kasus IIB:


(IIB.1) q bernilai false
berarti pernyataan B, yaitu salah satu dari A dan B adalah satria, sedangkan yang
satu lagi adalah penipu adalah false. Hal ini berarti
(IIB.2) (p ∧ ¬q) ∨ (¬p ∧ q)
harus bernilai false. Dalam keadaan (IIB.1), nilai kebenaran (IIB.2) adalah
(p ∧ ¬q) ∨ (¬p ∧ q) ≡ (p ∧ ¬false) ∨ (¬p ∧ false)
≡ (p ∧ true) ∨ false.
39
Karena (IIB.2) harus bernilai false, jadi p harus bernilai false, atau A adalah
penipu.
Karena A adalah penipu, maka pernyataan A, yaitu B adalah seorang satria adalah
tidak benar, hal ini tidak bertentangan dengan (IIB.1), yaitu q bernilai false, atau
B adalah penipu.
Kesimpulannya: A dan B kedua-duanya adalah penipu.

II. Muddy children puzzle


A father tells his two children, a boy and a girl, to play in their backyard without
getting dirty. However, while playing, both children get mud on their foreheads.
When the children stop playing, the father says
“At least one of you has a muddy forehead”,
and then asks the children to answer “yes” or “no” to the question:
“Do you know whether you have a muddy forehead?”
Assume that both children are honest and that each child can see whether his or
her sibling has a muddy forehead, but cannot see his or her own forehead.

40
If the father asks the above question twice and the children should answer each
question simultaneously, then what will the children answer each time the
question asked?
Solusi:
Misalkan s := dahi si putra kotor
d := dahi si putri kotor
Diketahui faktanya adalah s bernilai true, dan d juga bernilai true.
Pernyataan si ayah kepada putra dan putrinya adalah
“At least one of you has a muddy forehead”,
yang berarti bahwa proposisi
p := s ∨ d
bernilai true.
Dipertanyakan jawaban serentak apa yang diberikan oleh putra dan putrinya
terhadap pertanyaan yang sama:
“Do you know whether you have a muddy forehead?”
41
untuk yang pertama kali dan yang kedua kali.

42
Jawaban serentak si putra dan si putri untuk pertanyaan pertama kali:
Si putra melihat dahi si putri kotor, berarti
d bernilai true, yang mengakibatkan p juga bernilai true.
Jadi, si putra tidak dapat memastikan dahinya kotor atau tidak, maka ia akan
menjawab ‘no’.
Begitu pula dengan si putri, ia melihat dahi si putra kotor berarti
s bernilai true, yang mengakibatkan p juga bernilai true.
Jadi, si putri tidak dapat memastikan dahinya kotor atau tidak, maka ia akan
menjawab ‘no’.
Jawaban serentak si putra dan si putri untuk pertanyaan kedua kali:
Setelah si putra mengetahui jawaban ‘no’ dari si putri, berarti si putri mengetahui
bahwa s bernilai true, maka si putra akan menjawab ‘yes’ untuk pertanyaan yang
sama untuk yang kedua-kalinya. Begitu juga dengan si putri, ia akan menjawab
‘yes’ pula.

43

Anda mungkin juga menyukai