Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

CRITICAL ANALVIS DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


KESALAHAN ATAU FALLACIES DALAM
PENALARAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

1. SELLY APRILIANI ( P01740323128 )


2. SENTIA ARMAILI ( P01740323129 )
3. SERA DESPA INDAH ( P01740323130 )
4. SERLY NOFITA ( P01740323131 )
5. SRI WINDA NATIK ( P01740323132 )
6. VIA AYU ANJANI ( P01740323133 )
7. YAYAN MELYSARI ( P01740323134 )
8. YORA ASNIA ( P01740323135 )
9. YUSINTA DAMAYANTI ( P01740323136 )

DOSEN PENGAJAR :
Rialike Burhan,M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PRODI DIV KEBIDANAN BENGKULU
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Critical Analvis Dalam
Praktik Kebidanan yang berjudul “Kesalahan atau Fallacies Dalam Penalaran” dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran Critical Analvis
Dalam Praktik Kebidanan.
Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Rialike Burhan,M.Keb. selaku dosen pengajar mata kuliah Critical Analvis Dalam
Praktik Kebidanan
2. Rekan – rekan mahasiswa yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Kami menyadari sepenuhnya dalam menyusun makalah ini mash terdapat banyak
kekurangan, baik dalam sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa. Kami berharap
semoga dengan adanya makalah in dapat menambah ilmu wawasan kita mengenai "
Kesalahan atau Fallacies Dalam Penalaran ". Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Bengkulu, Agustus 2023

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Retorika Dalam Penalaran.............................................................................................2
B. Indikator Kesalahan.............................................................................................5
C. Macam- macam kesalahan Penalaran..................................................................7

BAB III
PENUTUP.................................................................................................................9
Kesimpulan..........................................................................................................................9
Saran....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................10

ii
A. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
Penalaran merupakan proses berpikir yang bertolak belakang dari pengamatan
indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan jumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis dan juga akurat terbentuk proporsi-proporsi
yang sejenis, berdasarka sejumlah proporsi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proporsi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah
yang disebur dengan menalar.
Proses penalaran atau penarika. kesimpulan dalam logika merupakan proses
penting. Namun, yang lebih penting sebelum melakukan penarikan kesimpalan adalah
apakah proposisi yang akan ditarik kesimpalannya merupakan proposisi yang sudah
benar? Kebenaran in tidak semata benar dalam logika, melainkan juga benar dalam
arti sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
Jika proposisi tersebut mengandung kekeliruan, maka dapat dipastikan
kesimpulan yang ditarik dari proposisi yang salah tersebut adalah kesimpulan yang
salah pula. Ini adalah salah satu penyebab terjadinya kesalahan penalaran. Jadi,
meskipun penalaran yang Kita lakukan sudah sesuai dengan kaidah atau hukum-
hukum penalaran yanv berlaku, nanti belum tentu kesimpulan tersebut adalah
kesimpulan yang benar.
Dengan menggunakan logika, kita dapat menyusun sebuah pernyataan atau
konkulsi yang benar meskipun data yang menajdi dasar konkulsi terbatas jumlahnya.
Semakin banyak data dan data itu mendekati Kebenaran sesuai dengan kenyataan
maka konklusi juga semakin mendekati kebenaran. Demikianlah prinsip logika yang
dapat ditcrapkan dalam kehidupan schari-hari, sehingga kita dapat menghindarkan diri
dari kesalahan penarikan kesimpulan
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan retorika dalam penalaran?
2. Apa yang dimaksud dengan indikator kesalahan?
3. Jelaskan macam-macam kesalahan dalam penalaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui retorika dalam penalaran
2. Untuk mengetahui indikator kesalahan
3. Untuk mengetahui macam-macam kesalahan dalam penalaran

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Retorika dalam Penalaran


Retorika berasal dari bahasa latin (Yunani kuno) yaitu Rhetorica yang artinya seni
berbicara dan dari bahasa Inggris Rhetoric yang berarti kepandaian berpidato ata
berbicara., ilmu Retorika dapat didefinisikan sebagai kemampuan menemukan alat-alat
persuasi yang tersedia pada setiap keadaan yang dihadapi. Seni lain mengajarkan atau
memaparkan sesuatu sesuai subjek bahasannya, misalnyakedokteran mengajarkan
tentang sehat dan tidak sehat, geometri tentang sifat-sifat ukuran, aritmetik tentang
angka-angka, demikian halnya dengan cabang seni lain. Sementara retorika dipandang
sebagai kemampuan menemukan alat-alat persuasi pada hampir semua subjek bahasan
yang dihadapi. Dikatakan bahwa berdasarkan karakter teknisnya, retorika tidak terkait
pada golongan subjek ilmu tertentu.
Sebagian alat persuasi merupakan bagian dari seni retorika, sebagian lainnya berada
di luar cakupan seni retorika. Alat persuasi yang berada di luar cakupan seni retorika
adalah segala sesuatu yang tidak berasal dari pembicara dan sudah ada sejak awal, saksi-
saksi, bukti yang diberikan di bawah tekanan, kontrak tertulis, dan lainnya. Alat persuasi
yang merupakan bagian dari seni retorika adalah segala sesuatu yang bisa dibuat oleh
pembicara menggunakan prinsip- prinsip retorika. Yang pertama hanya tinggal
digunakan, sementara yang kedua harus ditemukan. Ada tiga macam alat persuasi yang
dapat dibuat oleh pembicara:
1) Ditentukan oleh karakter personal pembicara
2) Menempatkan audiens ke dalam kerangka berpikir tertentu
3) Ditentukan oleh pembuktian atau pembuktian semu yang berasal dari isi pidato itu
sendiri.
Persuasi berhasil dicapai melalui karakter personal pembicara jika isi pembicaraan
sedemikian, hingga membuat pendengar berpikir bahwa pembicara adalah seorang yang
memiliki kredibilitas. Kita akan dengan cepat memberi kepercayaan lebih kepada orang
yang kita anggap baik. Apapun yang dikatakannya secara umum dianggap benar, dan
ketika kepastian tentang sesuatu tidak dapat diperoleh, sementara pandangan orang
berbeda-beda, maka apa yang dikatakannya dianggap sebagai kebenaran sesungguhnya.
Persuasi yang seperti ini, sebagaimana persuasi lainnya, harus dicapai melalui apa yang
dikatakan oleh pembicara, bukan melalui apa yang orang pikirkan mengenai karakter

2
pembicara sebelum ia mulai berbicara. Beberapa penulis risalah retorika berasumsi
bahwa karakter baik yang diperlihatkan pembicara tidak memiliki kontribusi terhadap
kekuatan persuasinya, padahal sebaliknya, karakter dapat dikatakan merupakan alat
persuasi paling efektif. Persuasi akan sampai kepada pendengar ketika isi pembicaraan
bisa menggerakkan emosi pendengar. Penilaian orang ketika merasa senang dan dalam
suasana bersahabat berbeda dengan ketika merasa sedih dan dalam suasana tidak
bersahabat. Pengaruh seperti inilah yang ingin dihasilkan oleh para penulis risalah
retorika saat ini, sebagaimana telah saya katakan di muka. Bahasan mengenai hal ini
akan dibicarakan secara detail saat membahas tentang emosi. Persuasi efektif dapat
dicapai melalui isi pembicaraan ketika kita bisa membuktikan kebenaran atau kebenaran
semu dengan menggunakan argumen- argumen persuasif yang sesuai dengan keadaan
yang dihadapi. Terdapat tiga alat persuasi yang efektif. Seseorang yang ingin dapat
melakukan persuasi yang efektif :
1) Mengajukan alasan dengan logis
2) Memahami karakter dan kebaikan manusia dalam berbagai bentuknya
3) Memahami emosi, yaitu mengetahui nama, penjelasan, penyebab, dan cara
memunculkannya.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa retorika adalah bagian dari dialektika dan
juga ilmu etika. Ilmu etika dapat juga disebut ilmu politik. Karena alasan ini retorika
dikatakan juga sebagai ilmu politik, dan ahli retorika disebut ahli politik-baik karena
ketidaktahuan, keinginan untuk membanggakan diri, atau karena kelemahan karakter
manusia sendiri. Faktanya, retorika adalah cabang dari dialektika dan memiliki kesamaan
dengan dialektika, sebagaimana telah dikatakan di muka. Baik retorika maupun
dialektika bukan merupakan kajian dari suatu subjek ilmu tertentu keduanya berkaitan
dengan kemampuan membuat argumen.
Sebuah pernyataan bisa bersifat persuasif dan kredibel dengan sendirinya atau
dengan dibuktikan oleh pernyataan lain. Sebuah pernyataan bersifat persuasif karena ada
seseorang yang dapat diyakinkan. Namun, tidak ada seni yang membuat teori tentang
kasus-kasus yang sifatnya individu. Ilmu kedokteran, misalnya tidak membuat teori
tentang apa yang bisa membantu menyembuhkan melainkan tentang apa yang bisa
membantu menyembuhkan beberapa atau semua golongan pasien. Ini adalah masalah
tersendiri, karena kasus individu jumlahnya tidak terbatas, sehingga tidak ada
pengetahuan sistematis tentangnya. Dengan pola yang sama, teori retorika tidak
berkaitan dengan apa yang sesuai untuk individu tertentu, tetapi berkaitan

3
dengan apa yang sesuai untuk golongan tetapi berkaitan dengan apa yang sesuai
untuk golongan orang

4
tertentu hal yang sama berlaku pada dialektika. Pada dialektika, silogisme tidak dibentuk
dari materi yang bersifat acak seperti imajinasi orang tidak waras, tetapi dibentuk dari
materi yang dapat memicu diskusi.
Retorika juga berbicara tentang subjek-subjek yang biasa menjadi bahan
perdebatan. Fungsi dari retorika berkaitan dengan hal-hal yang kita diskusikan tanpa seni
atau sistem yang memandu kita, dengan pendengar yang tidak bisa dengan cepat
memahami argumen yang kompleks atau mengikuti alasan panjang berantai. Subjek
yang menjadi bahan perdebatan retorika adalah hal-hal yang dapat memberikan berbagai
alternatif kemungkinan: sesuatu yang tidak akan ada orang lain lagi yang akan
membuang waktu untuk memperdebatkannya baik di masa lalu, masa sekarang dan
di masa yang akan datang. Manfaat retorika :
1) Kebenaran dan keadilan memiliki kecenderungan alami untuk menang atas
ketidakbenaran dan ketidakadilan, sehingga ketika hakim memutuskan perkara
tidak sebagaimana mestinya, maka kekalahan pihak yang benar menjadi tanggung
jawab pembicara, dan karenanya merekalah yang harus disalahkan. D
2) ihadapan audiens tertentu, pengetahuan yang kita miliki bukan jaminan untuk
membuat mereka yakin terhadap apa yang kita katakan. Ada golongan audiens
tertentu yang tidak bisa menerima penjelasan mengenai argumen yang dibuat
dengan dasar kerangka keilmuan. Dalam kasus seperti ini, kita harus
menggunakan gagasan-gagasan umum yang diketahui banyak orang sebagai alat
persuasi dan argumen tentang cara menghadapi audiens umum.
3) Kita harus dapat menggunakan persuasi sebagaimana argumen yang tepat
digunakan untuk memperjuangkan dua sisi berlawanan (yaitu sesuatu yang benar
dan sesuatu yang salah), bukan agar kita bisa menggunakannya pada kedua sisi
itu (karena kita tidak boleh memperjuangkan sesuatu yang salah), tetapi agar kita
bisa melihat dengan jelas.
4) Ketika ketidakmampuan mempertahankan diri dengan kekuatan fisik dianggap
memalukan, sementara ketidakmampuan mempertahankan diri dengan pidato dan
argumen tidak dianggap memalukan. Padahal penggunaan pembicaraan rasional
lebih istimewa dibanding penggunaan kekuatan fisik. Tidak dapat disangkal
bahwa penyalahgunaan kemampuan berpidato untuk tujuan yang tidak benar bisa
berbahaya,
Penggunaan semua hal tersebut dengan benar bisa mendatangkan manfaat, dan
penyalahgunaannya bisa menimbulkan kerugian.

5
B. Indikator Kesalahan
Kesalahan penarikan kesimpulan dalam logika juga disebut sesat pikir atau
logical fallacy. "fallacy" berasal dari kata "fallacia" atau "fallacy" dalam bahasa yunani
dan latin berarti "sesat pikir". Kesalahan didefinisikan secara akademis sebagai keracuan
pikir yang diakibatkan ketidak disiplinan pelaku penalaran dalam menyusun data dan
konsep, secara sengaja maupun tidak sengaja.
Dalam logika, kesesatan dimaknai sebagai kekeliruan berpikir yang menyebabkan
argumen yang dikembangkan menjadi tidak benar. (budiman, 2007) Contoh: Argumen
atau penyataan dianggap benar jika
1) Proposisi yang menjadi argumen adalah proposisi yang benar
2) Cara menarik konklusinya juga benar.
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu memahami bentuk-bentuk kesalahan penalaran.
Alasan- alasan tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Dengan memahami bentuk penalaran yang salah, kita akan beragumentasi dengan
lebih baik dan tajam, kritis, dan sesuai dengan logika.
2. Karena kita dapat berpikir secara logis, maka kita tidak mudah terkecoh dengan
argumentasi yang belum tentu benar.
3. Kemampuan berpikir kritis memudahkan kita membuka fakta dibalik argumentasi
dibalik lawan bicara yang sering kali memiliki motif tersembunyi yang secara
sekilas tampak benar.
Kesesatan di dalam logika induktif dapat dikemukakan seperti prasangka pribadi,
pengamatan yang tidak lengkap atau kurang teliti, kesalahan klasifikasi atau
penggolongan karena penggolongan tidak lengkap atau tumpang tindih maupun masih
campur aduk. Kesesatan juga bisa terjadi pada hipotesis karena suatu hipotesis bersifat
meragukan yang bertentangan dengan fakta. Kemudian yang berkaitan dengan sebab
adalah anteseden atau faktor penyebab yang tidak cukup, dan analisi yang perbedaannya
tidak cukup meyakinkan.
Tidak cukupnya perbedaan itu menjadikannya suatu kecendrungan homogen,
masih pula terdapat kebersamaan yang sifatnya kebetulan. Kesalahan juga dapat terjadi
karena generalisasi yang terrgesa-gesa, atau analogi yang keliru. Kesalahan juga terjadi
karena suatu argumen ternyata memuat premis-premisnya tidak berhubungan dengan
kesimpulan yang akan dicari.

6
Sebuah argumen yang premis-premisnya tidak berhubungan dengan kesimpulannya
merupakan argumen yang "salah sekalipun semua premisnya mungkin benar (Surajiyo,
2006: Poedjawijatna, 1994; Sumaryono, 1999).
 Indikator Kesalahan menurut Newman :
1. Reading Error (kesalahan membaca soal), Siswa tidak dapat membaca kata-kata,
satuan, atau simbol-simbol dengan benar.
2. Reading Comprehension (kesalahan memahami soal), Siswa tidak menuliskan
apa yang diketahui, Siswa menuliskan apa yang diketahui namun tidak tepat,
Siswa tidak menuliskan apa yang ditanyakan, Siswa menuliskan apa yang
ditanyakan namun tidak tepat.
3. Transform Error (kesalahan transformasi soal), Siswa salah dalam memilih
operasi yang digunakan untuk menyelesaikan soal.
4. Process Skill (kesalahan keterampilan proses). Siswa salah menggunakan kaidah
atau aturan matematika yang benar, Siswa tidak dapat memproses lebih lanjut
solusi dari penyelesaian soal, Kesalahan dalam melakukan perhitungan.
5. Encoding Error (kesalahan penulisan jawaban), Siswa salah dalam menuliskan
satuan dari jawaban akhir, Siswa tidak menuliskan kesimpulan, Siswa
menuliskan kesimpulan tetapi tidak tepat.
 Indikator penalaran proporsional menurut Lamon :
a) Memahami Kovariasi (menyebutkan arah perubahan kuantitas, menyebutkan
kuantitas yang tidak mengalami perubahan dan mengalami perubahan pada
situasi proporsi)
b) Berpikir Relatif (menggunakan strategi berdasarkan konsep multiplikati
dengan memilih dan menentukan konsep sesuai permasalahan)
c) Mengetahui Alasan Penggunaan Konsep Proporsional (memberikan alasan
menggunakan konsep proporsional serta kesimpulan penyelesaiannya.

7
C. Macam-macam Kesalahan dalam Penalaran

Macam – Macam Contoh Penalaran Contoh Penalaran Yang


Kesalahan Penalaran Keliru Lebih Baik

Generalisasi Tergesa Ibu tejo suka Ibu tejo suka


Menarik kesimpulan membicarakan kejelekan membicarakan kejekekan
umum secara tergesa – orang lain karena dia orang lain karena dia
gesa dari satu atau sedikit perempuan. nyinyir.
kasus. Saya tidak akan memilih Saya akan menghindari
pemimpin perempuan ibu tejo.
karena mereka suka
nyiyir.
Memainkan Emosi Mari kita usir orang – Ada orang baik, orang
Massa (Ad Populum) orang dari kelompok itu jahat, dan orang yang
Memenagkan suatu dari desa kita karena sedang dalam proses
kesimpulan dengan mereka orang jahat yang menjadi baik dalam setiap
membangkitkan emosi akan menguasi daerah kelompok.
orang banyak dan tidak kita. Penguasaan suatu daerah
menggunakan fakta. bergantung penatalaksaan
hukum dan peraturan. Di
negara demokrasi, setiap
warga bisa berperan
dalam penatalaksaan ini.

Menyerang Pribadi (Ad Saya tidak setuju dengan Apa faktor – faktor yang
Hominem) pendapat lisa karena dia menjadi pertimbangan
Menyerang karakter atau adalah pribadi yang aneh. dalam pendapat yang
kondinya, bukan Cara berpakaian dan dikemukakan lisa ?
argumennya. berbicarannya juga aneh.
Mengadalkan Otoritas Penyanyi terkenal itu Dokter mengatakan, saya
(Testimonial) merokon merek itu. Dia mesti berhenti merokok.
Menggunakan orang tampak keren. Saya juga Dia sudah mempelajari
terkenal untuk mendukung merokok merek itu. berbagai penelitian

8
suatu posisi atau mengenai keterkaitan
mempromosikan suatu antara rokok dan kanker.
produk.
Meremehkan Argumen Kebijakan zonasi mesti Ada akses siswa pintar
Lawan (Straw Man) dihentikan karena tidak tidak bisa masuk di
Memutarbalikkan argumen adil bagi siswa pintar sekolah di luar zonasinya,
lawan, menjatuhkannya, yang tidak mendapatkan namun kebijakan zonasi
dan mengungulkan jatah di sekolah unggulan. bertujuan meningkatkan
argumen sendiri. pemerataan mutu
pendidikan bagi semua
anak dari berbagai latar
belakang. Tujuan ini akan
terlaksana dalam jangka
panjang bila
pelaksanannya konsiten
dan jujur.

Dilema Palsu (Hitam Mahasiswa yang berasal Mahasiswa yang berasal


Putih) dari luar daerah bisa dari luar daerah
Mengemukakan suatu sangat berhasil atau gagal menghadapi tantangan
posisi hanya dari dua sisi total. yang lebih kompleks.
(baik/buruk, benar/salah). Capaian dalam gradasi
keberhasilan dan
kegagalannya berkaitan
dengan bnyak faktor.

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Ilmu Retorika dapat didefinisikan sebagai kemampuan menemukan alat-alat persuasi
yang tersedia pada setiap keadaan yang dihadapi. Seni lain mengajarkan atau memaparkan
sesuatu sesuai subjek bahasannya, misalnyakedokteran mengajarkan tentang sehat dan tidak
sehat, geometri tentang sifat-sifat ukuran, aritmetik tentang angka-angka, demikian halnya
dengan cabang seni lain. Sementara retorika dipandang sebagai kemampuan menemukan
alat- alat persuasi pada hampir semua subjek bahasan yang dihadapi.
Kesalahan juga dapat terjadi karena generalisasi yang terrgesa-gesa, atau analogi yang
keliru. Kesalahan juga terjadi karena suatu argumen ternyata memuat premis-premisnya tidak
berhubungan dengan kesimpulan yang akan dicari.
Kesalahan secara akademis sebagai keracuan pikir yang diakibatkan ketidak disiplinan
pelaku penalaran dalam menyusun data dan konsep, secara sengaja maupun tidak sengaja.dan
sehingga terjadinya macam- macam kesalahan dalam penalaran.

B. Saran

Dengan selesai dengan penulisan makalah ini, maka penulis mengharap kepada
pembaca sekiranya menentukan kesalahan pada makalah ini untuk memperbaikinya. Sebab
penulis bukanlah orang sempurna dan tidak lepas dari sifat kekeliruan , sehingga penulis
jugabisa melakukan kesalahan . Dan tidak ada sesuatu yang bisa dijadikan bahan kajianoleh
pembaca maka penulis akan merasa termotivasi .Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya
membangun semangat menulis penulis akan selalu ditunggu oleh penulis .

1
DAFTAR PUSTAKA

Anita lie, Siti Minah Tama, Imelda Gozali, dan Katarina Retno Triwidayanti.
Menggembangkan Keterampilan Tingkat Tinggi.PT kanisius 2020.
Aristoteles.2018.Retorika.Yogyakarta:BASABASI
Martono,Nanang, dan Dalhar Shodiq 2018.Dasar-dasar logika.Depok.PT.RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Syafitri, Vita Ria, and Maison. Kamid, „Analisis Kesalahan Penalaran Analogi Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Dengan Menggunakan Prosedur Newman Ditinjau
Dari Gender‟, Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 05 (2021)
<https://media.neliti.com/media/publications/466094-none-97b13dfa.pdf>

1
HASIL DISKUSI KELOMPOK 7

Moderator : Febry Kusuma W


Observer : Iin maulida
Pemateri : Sera Despa Indah
Notulen : Serly Nofita
Anggota
 Selly apriliani
 Sentia Armaili
 Sri winda natik
 Via ayu anjani
 Yayan melysari
 Yora asnia
 Yusinta damayanti

1. Pertanyaan : Safitri Widya Sari


Penjawab : Yora Asnia
 Apa yang harus dilakukan seorang bidan agar dapat meminimalisirkan kesalahan
dalam berbicara kepada pasien?
 Jawab
Kita bisa menggunakan berbagai macam jenis penalaran supaya hasil yang kita
sampaikan dapat dipahami secara benar. Misalnya penalaran deduktif (umum-
khusus), ada ibu hamil datang ke pmb untuk melakukan pemeriksaan dengan keluhan
lemas dan pusing. Dari hasil pemeriksaan konjungtiva pucat dan bibir kering.
Dengan pemeriksaan penunjang HB, hasilnya 9 g/dl. Nah dari hasil analisa dan
pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa ibu mengalami anemia ringan. Kita dapat
menyampaikan mengenai hasil pemeriksaan untuk memperkuat diagnosa ibu. Dari
bukti-bukti pemeriksaan ini, ibu bisa percaya dengan apa yang dialaminya. Jadi,
dapat dilakukan penalaran terlebih dahulu agar dapat meminimalisirkan kesalahan
dalam penyampaian hasil kepada pasien.

1
2. Pertanyaan : Atika Oktariani
Penjawab : Serly Nofita
 Apa yang dimaksud berpikir relatif dan bagaimana cara berpikir relatif?
 Jawab
Berpikir Relatif (menggunakan strategi berdasarkan konsep multiplikati dengan
memilih dan menentukan konsep sesuai permasalahan).
Adapun cara berpikir relatif yaitu sesuatu yang membutuhkan pembanding atau
acuan untuk dapat menentukan nilainya. Jadi relatif tidak dapat berdiri sendiri karena
membutuhkan pembanding lain yang sesuai.
Contohnya : bertambahan berat badan bayi dengan perkembangan tubuh bayi apakah
berkaitan .
3. Pertanyaan : Gemi Nurcahyani
Penjawab : Via ayu anjani
 Penalaran yang efektif yang digunakan dalam lingkup kebidanan?
 Jawab
Penalaran yang efektif dalam kebidanan melibatkan evaluasi berdasarkan bukti
ilmiah, data klinis, dan informasi terkini. Seorang profesional kebidanan yang
menggunakan penalaran yang baik akan:
1. Mengumpulkan dan menganalisis data: Berdasarkan data pasien, hasil tes,
dan informasi medis lainnya, dokter dapat membuat keputusan yang lebih
informasional dan tepat.
2. Berdasarkan bukti: Menggunakan panduan klinis dan penelitian ilmiah untuk
mendukung keputusan medis dan praktik terbaik.
3. Pertimbangkan konteks: Mengambil kira kondisi individu pasien, riwayat
medis, preferensi pasien, dan faktor lain yang dapat memengaruhi keputusan
medis.
4. Gunakan metode ilmiah: Melakukan observasi, eksperimen, dan analisis
untuk mencari jawaban atas pertanyaan medis dan mengidentifikasi solusi
terbaik.
5. Pertimbangkan pandangan multidisiplin: Berkolaborasi dengan tim kesehatan
yang berbeda untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas dalam membuat
keputusan medis.

1
6. Menggunakan pemikiran kritis: Mengajukan pertanyaan kritis tentang
informasi yang ada, mengidentifikasi potensi bias, dan mempertimbangkan
berbagai kemungkinan.
7. Terus belajar: Tetap mengikuti perkembangan terbaru dalam penelitian dan
praktik kebidanan untuk memastikan keputusan medis berdasarkan informasi
terkini.
Dengan menggabungkan bukti ilmiah, data klinis, dan pertimbangan
kontekstual, penalaran yang efektif dalam kebidanan dapat membantu
mencapai keputusan medis yang terinformasi dan terbaik bagi pasien.

4. Pertanyaan : Lia Gustarini


Penjawab : Selly apriliani
 Contoh kesalahan penalaran otoritas dalam kebidanan
 Jawab
Salah satu contoh kesalahan penalaran yang mengandalkan otoritas dalam kebidanan
adalah menganggap bahwa semua pendapat atau tindakan dari seorang dokter
spesialis kebidanan adalah benar tanpa melakukan evaluasi kritis. Ini merupakan
contoh dari kesalahan "Argument from Authority," di mana seseorang menerima
suatu pernyataan sebagai benar hanya karena diutarakan oleh seseorang yang
dianggap memiliki otoritas atau keahlian dalam bidang tersebut. Sebagai contoh,
mengikuti rekomendasi atau prosedur medis hanya karena "dokter bilang begitu"
tanpa mencari informasi lebih lanjut atau mempertimbangkan variasi dalam
penanganan medis.
Contohny : ibu ibu kan sering sesak nafas di diagnosa asma, namun setelah di
lakukan perawatan lanjut keluhan ibu tidak berkurang setelah di periksa lebih lanjut
ternyata ibu sakit jantung

Anda mungkin juga menyukai