Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BERPIKIR KRITIS

“KESALAHAN (FALLACIES) DALAM PENALARAN”


Dosen Pengampu : Suparmi, S.Pd, S.Tr.Keb. M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Alfina Rohmah (P1337424417002)
2. Ferdiana Khusnul Chasanah (P1337424417008)
3. Titik Wahyuni (P1337424417011)
4. Irfailah (P1337424417019)
5. Giti Ari Febriani (P1337424417027)
6. Yensy Vira Santyka (P1337424417031)
7. Eriska Septiana (P1337424417032)
8. Fauzia Rahmadiani Kusuma (P1337424417033)
9. Adelia Rahma A. (P1337424417041)
10. Dhanty Nurul Amalia (P1337424417043)
11. Firda Ramadhani (P1337424417045)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


DAN PROFESI BIDAN SEMARANG JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
TAHUN 2020

i
PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Terimakasih kepada Suparmi, S.Pd, S.Tr.Keb.
M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Berpikir Kritis sekaligus pembimbing
materi dalam pembuatan makalah. Berkat beliau penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “KESALAHAN (FALLACIES) DALAM PENALARAN”
Penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian. Aamiin.
Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Semarang, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................

C. Tujuan .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Salah Penalaran...........................................................................
B. Macam-macam Kesalahan dalam
Penalaran...........................................................................
C. Salah Nalar dalam Komunikasi...........................................................................
D. Penyebab Salah Nalar...........................................................................
E. Konsep Simbol dalam Penalaran.....................................................................
F. Retorika dalam Penalaran...........................................................................
G. Indikator Kesalahan...................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Simpulan ...................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Berpikir adalah obyek material logika. Yang dimaksudkan dengan berpikir di
sini ialah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia mengolah,
mengerjakan pengetahuan yang telah diperoleh. Dengan mengolah dan mengerjakan
ia dapat memperoleh kebenaran. Pengolahan, pengerjaan ini terjadi dengan
mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian
yang satu dengan pengertian lain. Oleh karena itu, obyek material logika bukanlah
bahan-bahan kimia atau salah satu bahasa.
Akan tetapi, bukan sembarangan berpikir yang diselelidiki dalam logika,
melainkan dalam logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan, ketepatan. Oleh
karena itu, berpikir lurus, tepat, merupakan obyek formal logika. Kapan suatu
pemikiran disebut lurus? Suatu pemikiran disebut lurus, tepat, apabila pemikiran itu
sesuai dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan dalam logika. Kalau
peraturan-peraturan itu ditepati, dapatlah berbagai kesalahan atau kesesatan
dihindarkan. Jadi, kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih
aman. Semua ini menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau
pedoman untuk pemikiran.
Salah nalar dapat mengurangi kita dalam mengambil keputusan. Hal ini terjadi
karena ada kesalahan-kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih
dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan dorongan emosi. Atas dasar itu,
gagasan, pikiran, kepercayaan, ataus impulan yang salah, keliru, atau cacat disebut
salah nalar. Salah nalar disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara
pikirannya.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka permasalahan yang
menjadi perhatian dalam pembuatan makalah ini adalah,
1. Bagaimana retorika dalam penalaran?
2. Apa indicator kesalahan?
3. Apa macam-macam kesalahan penalaran?

C. Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah ilmu dan pengetahuan mengenai
masalah yang diangkat dalam makalah, serta menambah wawasan tentang kesalahan
dalam penalaran.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesalahan Penalaran    
Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk menghubung-hubungkan
data atau fakta yang ada sehingga pada satu kesimpulan. Salah nalar dapat menjadi
didalam proses berfikir untuk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan
pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan,
struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
Salah nalar ada 2 macam:
1. Salah nalar induktif,berupa
a. Kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas
b. Kesalahan penilaaian hubungan sebeb-akibat
c. Kesalahan analogi
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
a. Kesalahan karena premisi mayor tidak dibatasi
b. Kesalahan karena adanya term keempat
c. Kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/ tidak dibatasi
d. Kesalahan karena adanya dua premis negative

B. Macam – Macam Salah Nalar


Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya, oleh
karena itu dalam komunikasi perlu diperhatikan kalimat dalam bahasa secara cermat
dan baik.
1. Deduksi yang salah
Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah satu atau tidak
memenuhi criteria
Contoh kalimat deduksi yang salah:
*kalau bantuan dari pemerintah cukup, maka masyarakat akan mengalami gizi buruk
2. Generasi Terlalu Luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi
tidak seimbang dengan besarnya generalisasi tersebut sehingga kesimpulan yang
diambil menjadi salah.
Contoh kalimat generasi terlalu luas

6
*anak-anak dilarang memegang barang porselen karna mudah pecah
3. Pemilihan terbatas pada dua alternative
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan
jawaban yang ada.
Contoh: orang yang mencuri itu melarikan diri sebelum polisi menangkapnya
4. Penyebab yang salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan
terjadi pergeseran maksud.
Contoh: seorang yang telah hamil tua dianjurkan membawa alat seperti sapu lidi atau
pun jarum agar makhlus halus tidak mengikuti.
5. Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan orang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan
pada segi yang lain.
Contoh : seorang guru menjadi panutan bagi para muridnya ketika disekolah
,melainkan seperti ibu yang menjadi panutan anaknya ketika dirumah.
6. Argumentasi bidik orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan
tugas yang di embannya.
Contoh : Kusdi kesulitan membaca Al-Quran karena ia tidak pernah mempelajarinya.
7. Meniru-niru yang sudah ada
Salah nalar jenis ini berhubungan dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita
lakukan kalau orang lain melakukan hal itu.
Contoh: ketika dewasa Andi menjadi orang yang berandalan, karena Bapak nya pun
melakukan hal yang sama ketika muda dulu
8. Penyamarataan para ahli
Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang berbangi ilmu dengan
pandangan yang sama. Hal ini akan mengakibatkan kekeliruan mengambil
kesimpulan.
Contoh : Diska terampil dikantornya bagian administrasi karena ia lulusan Sarjana
Ekonomi

7
C. Salah Nalar dalam Komunikasi
Salah satu penyampaian komunikasi adalah berita,baik itu dari media
elektronik,ataupun media masa. Penyampaian berita yang disampingkan sering terjadi
kesalahan dalam berfikir sehingga dapat mengakibakan kesalahan dalam penalaran
/nalar bagi penerima berita. Kekurang cermatan seseorang atau jurnalis dalam melihat
hubungan logis antara satu fakta delam konteks hubungan sebab-akibat dan kekurang
cermatan itu kemudian dituangkan dalam teks berita, biasa menyesatkan logika
pembaca atau pemirsa. Ketika pembaca atau pemirsa mengganggap teks yang
dihasilkan jurnalis itu sebagai sebuah kebenaran , maka kesesatan logika pun diangap
benar.
Sebagai contoh pernyataan salah nalar muncul di dua media cetak
*pada koran Tempo salah nalar muncul pada bagian tentang kalangan pupuk. Persoalan
salah nalar mulai di judul hingga di isi berita

D. Penyebab Salah Nalar


1. Memberitakan peristiwa
Berita merupakan rekonstruksi tertulis dari peristiwa yang terjadi. Peristiwa perlu
diberitakan paling tidak karena dua alasan, yaitu untuk memenuhi tujuan politik
keredaksian suatu media masa atau memenuhi kebutuhan bagi pembaca.
2. Menganalisi Realitas
Peristiwa sebagai suatu realitas sesunguhnya dibangun oleh sejumlah fakta. Fakta
dari suatu realitas bisa berserakan tanpa memperlihatkan hubungan satu sama lain, baik
hubungan dalam pengerian tempat, waktu, atau hubungan logis.
3. Mengumpulkan fakta
Suatu peristiwa terjadi tidak dengan sendirinya. Terdapat faktor-faktor yang
menyebabkan peristiwa itu terjadi. Fakta yang membangun suatu realitas tidak dengan
sendirinya terjadi. Pencarian dan pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan observasi,
wawancara, atau melakukan reiset dokumentasi.
4. Mengidentifikasi Fakta
Banyak fakta yang dikumpulkan melalui kejadian, namun belum tentu fakta tersebut
dapat dijadikan mater dasar menulis berita. Ciri berita yang menarik:
a. Faktual
b. Aktual
c. Akurat

8
d. Unik
e. Langka
f. Dramatis
g. Kontroversi
5. Kritis terhadap Fakta
Tugas dari wartawan adalah merekonstruksi suatu peristiwa.oleh karnanya perlu
sikap kritis. Tanpa sikap kritis ketika mengumpulkan fakta, besar kemungkinan fakta
yang diperoleh hanya fakta mentah tanpa makna.

E. Konsep dan simbol dalam penalaran


Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya
diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk
bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen. Kesimpulannya adalah
pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk
proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran
menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran
konklusi dari premis. Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran
manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa
pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi.
Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula
proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat
juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil
dari rangkaian pengertian.

F. Retorika Dalam Logika


oleh: Alfonsius JP Siringoringo
Retorika (dari bahasa Yunani ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik
pembujuk rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter
pembicara, emosional atau argumen (logo).
Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata dalam
bentuk kalimat kepada seseorang atau kelompok orang untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu
pembicara itu setua umur bangsa manusia. Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik
(Kunst), yang dicapai berdasarkan bakat alam/talenta, dan keterampilan teknis. Retorika

9
juga sering diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam
proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berartu berbicara
lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk
berbicara dan berpidato secara singkat, pada, dan mengesankan. Retorika modern
mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan
yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah
gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara.
Awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog dengan judul 'Grullos' atau
Plato menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi
politik yang bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi
pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja
sama dalam merumuskan nilai, keprcayaan dan pengharapan mereka. Ini yang dikatakan
Kenneth Burke (1969) sebagai konsubstansialitas dengan penggunaan media oral atau
tertulis, bagaimanapun, definisi dari retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik
sebagai bahan studi di universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik
(dengan definisi yang sudah disebutkan diatas) dan praktek kontemporer dari retorika yang
termasuk analisa atas teks tertulis dan visual.
Dalam doktrin retorika Aristoteles terdapat tiga teknis alat persuasi politik yaitu
deliberatif, forensik dan demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa
yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika
forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada
masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran.
Retorika demonstartif memfokuskan pada epideiktik, wacana memuji atau penistaan
dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan.
Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat,
pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat,
benar dan mengesankan. Ini berarti orang harus berbicara jelas, singkat, dan efektif.

G. Indikator kesalahan Newman


Salah satu prosedur yang dapat digunakan untuk menganalisis kesalahan adalah
prosedur analisis kesalahan Newton (NEA). NEA memiliki kredibiltas tinggi dalam
menganalisis kesalahan.
1. Kesalahan dalam membaca soal (Reading error)

10
Suatu kesalahan diklasifikasikan ke dalam kesalahan membaca jika tidak bisa
membaca suatu kata dan symbol dalam teks soal sehingga menghalangi dari rangkaian
kegiatan lebih lanjut dalam menyelesaikan masalah.
Indikator :
a. Mahasiswa salah dalam membaca istilah, symbol, kata-kata atau informasi penting
dalam soal.
2. Kesalahan dalam memahami soal (Comprehension error)
Seseorang dapat membaca semua kata dalam pertanyaan, namun tidak dapat
memahami frasa atau kalimat tertentu sehingga tidak dapat melanjutkan pada tahap
selanjutnya dalam menyelesaikan masalah.
Indikator :
a. Mahasiswa tidak mengetahui apa yang sebenarnya ditanyakan pada soal.
b. Kesalahan menangkap informasi yang ada di soal sehingga tidak dapat menyelesaikan
ke proses selanjutnya.
3. Kesalahan dalam transformasi proses (Transformation error)
Seseorang dapat memahami pertanyaan tetapi tidak dapat mengidentifikasi operasi
atau rangkaian operasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah. Kesalahan tahap
transformasi juga terjadi ketika seseorang tidak mengubah soal kedalam kalimat
matematisnya.
Indikator :
a. Mahasiswa gagal dalam mengubah ke bentuk model matematika yang benar.
b. Mahasiswa salah dalam menggunakan tanda operasi hitung untuk menyelesaikan
soal.
4. Kesalahan dalam keterampilan Proses (Process Skill error)
Seseorang mampu mengidentifikasi operasi atau barisan operasi yang cocok tetapi
tidak mengetahui prosedur yang dibutuhkan untuk menyelesaikan operasi tersebut secara
akurat. Kesalahan pada tahap ini juga terjadi ketika seseorang melakukan kesalahan
dalam hal perhitungan sehingga menghasilkan jawaban akhir yang salah.
Indikator :
a. Mahasiswa salah dalam perhitungan atau komputasi.
b. Mahasiswa tidak melanjutkan prosedur penyelesaian.
5. Kesalahan dalam menuliskan jawabanakhir (Encoding error)
Seseorang sudah bekerja dengan benar untuk menyelesaikan masalah, tetapi tidak
dapat menuliskan solusi secara tertulis.

11
Indikator :
a. Mahasiswa tidak dapat menuliskan jawaban akhir yang diminta soal.
b. Mahasiswa tidak dapat menyimpulkan jawaban sesuai kalimat matematika.
c. Kesalahan karena kecerobohan atau kurang cermat

12
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk menghubung-hubungkan
data atau fakta yang ada sehingga pada satu kesimpulan. Salah nalar dapat menjadi
didalam proses berfikir untuk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada
kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena
gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya, oleh
karena itu dalam komunikasi perlu diperhatikan kalimat dalam bahasa secara cermat
dan baik.
Salah satu penyampaian komunikasi adalah berita,baik itu dari media
elektronik,ataupun media masa. Penyampaian berita yang disampingkan sering terjadi
kesalahan dalam berfikir sehingga dapat mengakibakan kesalahan dalam penalaran
bagi penerima berita. Kekurang cermatan seseorang atau jurnalis dalam melihat
hubungan logis antara satu fakta delam konteks itu kemudian dituangkan dalam teks
berita, biasa menyesatkan logika pembaca atau pemirsa.

B. SARAN
Untuk tenaga bidan dan mahasiswa bidan agar lebih memahami tentang
penalaran suatu proses berrpikir dalam kebidanan dan menerapkannya ketika
memberikan asuhan sehingga menghasilkan asuhan yang tepat dan bermutu.

13
DAFTAR PUSTAKA

EduSains: Jurnal Pendidikan Sains & Matematika, Vol.5 No.2; 2017


ANALISIS TIPE KESALAHAN BERDASARKAN TEORI NEWMAN DALAM
MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DISKRIT
Dwi Oktaviana
IKIP PGRI Pontianak
Singh, Parmjit, dkk. 2010. “The Newman Procedure For Analyzing Primary Four Pupils
Errors On Written Mathematical Tasks: A Malaysian Perspective”. International
Conference On Mathematics Education Research, 264-271.

14

Anda mungkin juga menyukai