Disusun oleh:
Alfiatni Rukmana (PO714261211007)
Erica Tri Anggraeni (PO714261211012)
Salsabila Restu Ramadani (PO714261211030)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahi banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan judul “KOMUNIKASI TERAUPETIK UNTUK PASIEN RAWAT INAP”.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi kita aamiin.
i
DAFTAR ISI
PRAKATA................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PASIEN RAWAT INAP.........................1
A. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1. Deskripsi Bab.......................................................................................................1
2. Tujuan Pembelajaran............................................................................................2
3. Kompetensi Khusus.............................................................................................2
B. Penyajian.............................................................................................................3
1. Jenis Komunikasi.................................................................................................3
2. Fungsi komunikasi teraupetik............................................................................11
3. Pengaruh komunikasi bagi klien........................................................................13
4. Karakteristik komunikasi teraupetik..................................................................14
5. Stategi menaggapi respon klien dalam berkomunikasi......................................15
6. Sikap perawat dalam berkomunikasi…………………………………...……..16
C. Ringkasan/Rangkuman......................................................................................17
D. Penutup..............................................................................................................17
1. Evaluasi..............................................................................................................17
2. Umpan balik Dan Tindak Lanjut.......................................................................17
Dafrar Pustaka........................................................................................................18
Glosarium...............................................................................................................19
ii
BAB I
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Bab
iii
2. Tujuan Pembelajaran
3. Kompetensi Khusus
iv
B. Penyajian
1. Jenis Komunikasi
(Menurut Cangara Hafied,) jenis komunikasi terbagi dua yaitu jenis komunikasi
verbal dan komunikasi non verbal. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Komunikasi verbal, menggunakan kata yang ditulis atau diucapkan. Bahasa verbal
merupakan kode yang menyampaikan arti spesifik melalui kombinasi kata.
a). Perbendaharaan kata komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim dan
penerima tidak dapat menerjemahkan kata dan frase yang digunakan, b). Makna
denotif (denotatif merupakan makna yang sebenarnya dan yang timbul apa
adanya) dan konotatif (konotatif makna berbeda yang timbul oleh pengaruh
pikiran, perasaan ataupun ide terhadap suatu kata), c). Kecepatan. Percakapan
akan berhasil apabila kecepatan dalam pengucapan kata – kata yang digunakan
sesuai dengan ritme ucapan tersebut, d). Intonasi. Intonasi suara klien akan
menggambarkan informasi tentang keadaan kesehatannya dan tingkat energinya,
e). Kejelasan dan ringkasan. Komunikasi yang efektif bersifat sederhana singkat,
dan langsung. Semakin sedikit kata yang dikandung maka semakin mudah untuk
dimengerti, f). Waktu dan Kesesuaian. Dalam melakukan komunikasi
perhatikanlah situasi dan kondisi yang sedang terjadi di sekeliling kita dan lawan
bicara. Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan
keperawatan dirumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama
pembicaraan dengan alat atau simbol yang dipakai untuk mengekpresikan ide atau
v
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan objek, observasi
dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji
minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi verbal
yang efektif harus jelas dan ringkas.
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung, makin sedikit
kata – kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadi keracunan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami, dengan menggunakan kata – kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana. Misalnya, katakan kepada saya dimana rasa nyeri lebih baik dari pada
anda ingin menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak
Komunikasi non verbal. Komunikasi yang mencakup seluruh indra dan semua hal
yang tidak melibatkan kata tertulis
Menutut Potter dan Perry (2010:98) ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan komunikasi non verbal yaitu;
b). Ekspresi wajah. merupakan bagia tubuh yang paling ekspresif, seorang
perawat harus mampu menghindari ekspresi rasa terkejut, jijik, tidak senang, atau
reaksi bukuk lainnya didepan klien,
vi
Gerakan tubuh yang dikatakan akan dipertegas dengan beberapa gerakan tubuh,
dan gerakan tubuh itu sendiri sudah memiliki makna.
d). Suara. Suara desahan, serangan atau isakan juga mengomunikasikan sebuah
perasaan atau pikiran, dan juga suara akan membantu untuk memperjelas suatu
pesan yang dikirim. Jadi komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa
menggunakan kata – kata merupakan cara yang paling tepat dan meyakinkan
untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien
mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat
non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mempresepsikan
pesan non verbal akan lebih mampu memahami klien mendeteksi sesuatu kondisi
dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non verbal teramati
pada mata komunikasi.
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara
pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar
terhadap isi pembicaraab dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan
dibalik kata – kata yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap
pendengar contoh tersenyum ketika sedang marah.
e). Penampilan personal. Penampilan personal seseorang merupakan salah satu hal
pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. (Lalli Ascosi dalam
potter dan perry, 1993:88)
bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekerjaan, agama, budaya dan konsep sendiri. Perawat yang memperhatikan
penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
vii
untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra
klien.
f). Intonasi (nada suara). Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar
terhadap arti sebuah pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara
langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya
ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyampaikan
rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapay terhalangi oleh nada suara perawat,
g). Ekspresi wajah. Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi
utama yang tampak melalui ekspresi wajah : terkejut, takut, marah, jijik, bahagia
dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam
menentukan pendapat interpersonal,
h). Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang
mempertahankan kontak mata selama pembicaraan dipersepsikan sebagai orang
yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik.
Peawat sebaiknya tidak memandang kebawah ketika sedang berbicara dengan
klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak
tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar,
i). Sikap tubuh dan ekspresi wajah. Itu memnggambarkan sikap, emosi, konsep
diri, dan keadaan fisik. Perawat dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat
dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi
oleh fakto fisik seperti rasa sakit, obat atau faktur.
viii
Komunikasi simbiolik merupakan komunikasi yang membutuhkan simbol –
simbol verbal dan non verbal yang digunakan pihak lain untuk menyampaikan
arti, misalnya adalah seni dan musik. Metakomunikasi merupakan istilah luas
yang merujuk pada faktor yang mempengaruhi komunikasi.
a). Mendengar dengan penuh perhatian . Dalam hal ini, perawat berusaha
mengerti klien dengan cara mendengarkan masalah yang disampaikan
klien. Satu-satunya orang yang dapat menceritakan perasaan, pikiran, dan
persepsi klien kepada perawat adalah klien itu sendiri. Sikap yang
dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah pandang klien saat
sedang berbicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari gerakan
yang tidak perlu, anggukan kepala jika klien membicarakan hal yang
penting atau memerlukan umpan balik, condongkan tubuh kea rah lawan
bicara.
ix
Penerimaan juga digunakan untuk membangun rasa peercaya dengan
mengembangkan empati (Christina Lia Uripni, dkk, 2002).
Misalnya:
Klien : “saya telah melakukan beberapa kesalahan”
Perawat : “saya ingin mendengar itu. Tidak apa-apa jika anda ingin
mendiskusikan hal ini dengan saya.”
c). Menyatakan pernyataan yang berkaitan. Tujuan perawat bertanya
adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai masalah
yang disampaikan oleh klien. Oleh karena itu, pertanyaan sebaiknya
dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata yang
sesuai dengan konteks social buadaya.
Misalnya :
“Tadi anda katakan anda memiliki tiga orang anak, siapa yang anda rasa
paling dekat dengan anda?”
d). Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendiri. Melalui
pengulangan Kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik
bahwa ia mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
Misalnya :
Klien: “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga.”
Perawat: “Saudara mengalami kesulitan tidur…”
e). Mengklarifikasi. Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha menjelaskan
dalam kata-kata mengenai ide atau pikiran (implisit ataupun eksplisit)
yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuan dari Teknik ini untuk
menyamakan pengertian.
Misalnya :
Perawat mengatakan, “saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda
katakana” atau “apa yang anda maksud dengan…”
f). Memfokuskan. Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan
pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini adalah
x
usahakan untuk tidak memutuskan pembicaraan ketika klien
menyampaikan masalah yang penting.
Misalnya:
“Hal ini tampaknya penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi” atau
“apa yang sudah kita sepakati untuk dibicarakan?”
g). Menyatakan hasil obsevasi. Perawat harus memberikan umpan balik
kepada klien yang menyatakan hasil pengamatannya sehingga klien dapat
menguraikan apakah pesannya diterima dengan benar atau tidak. Dalam
hal ini, perawat menimbulkan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat
nonverbal klien. Teknik ini seringkali membuat klien berkomunikasi lebih
jelas tanpa perawat harus bertanya, memfokuskan, dan mengklarifikasi
pesan.
Misalnya;
“Anda tampak tegang” atau “anda tampak tidak tenang bila anda…”
h). Menawarkan informasi. Memberi tambahan informasi merupakan
Tindakan penyuluhan Kesehatan untuk klien. Bidak tidak dibenarkan
memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan informasi karena
tujuan tindakan ini adalah memfasilitasi klien untuk mengambil
keputusan.
i). Diam. Diam akan memberikan kesempatan kepada bidan dan klien
untuk mengorganisasi pikirannya. Penggunaan metode ini memerlukan
keterampilan dan ketepatan waktu, jika tidak, akan menimbulkan perasaan
tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomukikasi dengan
dirinya sendiri, mengorganisasi pikiran, dan memproses informasi, diam
terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.
Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena akan
mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga diartiakan
sebagai mengerti atau marah. Diam di disini juga menunjukan kesedihan
seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir.
Meskipun begitu, diam yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain
merasa cemas.
xi
Diam digunakan pada saat klien perlu mengekspresikan ide tapi tidak
tahu cara melakukan/menyampaikan hal tersebut (Christina Lia Uripni,
dkk, 2002).
Misalnya;
Klien: “saya marah!”
Perawat: (Diam)
Klien; “Suami saya tidak lagi memperhatikan saya”
j). Meringkas. Menguras adalah pengulangan ide utama yang telah
dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu,
mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pembicaraan
berikutnya. Disamping itu, meringkas dapat membantu perawat untuk
mengulang aspek penting dalam interaksinya sehingga dapat melanjutkan
ke interaksi berikutnya.
Misalnya:
“selama lima belas menit ini anda dan saya telah membicarakan
k). Memberikan Penghargaan. Penghargaan jangan sampai menjadi beban
untuk klien, dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan
segalanya untuk mendapatkan pujian atau pesetujuan atas pebuatannya.
Selain itu, Teknik ini tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa
yang ini bagus dan sebaliknya buruk.
Misalnya:
‘ibu tampak cocok sekali mengenakan kerudung berwarna cokelat ini.”
l). Menawarkan diri. Menyediakan diri anda tanpa renpon bersyarat atau
respon yang diharapkan (Christina Lia Uripni, dkk, 2002).
Misalnya:
‘aku akan duduk menemanimu selama 15 menit
o). Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan kepada klien untuk inisiatif memilih tipik
pembicaraan. Untuk klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti perannya
dalam interaksi ini, perawat dapat merangsang untuk mengambil inisiatif
dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.
xii
Misalnya:
“adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?” atau “apakah yang sedang
anda pikirkan?”
p). Menganjurkan untuk menruskan pembicaraan. Teknik ini memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hamper seluruh
pembicaraan. Teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti
apa yang sedang dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha
menafsirkan daripada mengarahkan diskusi/pembicaraan.
Misalkan;
“…Teruskan…” atau “…dan kemudian…”
q). menganjurkan klien untuk meguraikan persepsi. Apabila ingin
mengerti klien, bidan harus melihat segala sesuatunya dari perspektif
klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada
perawat. Sementara itu, bidan harus waspada terhadap gejala ansietas yang
mungkin muncul.
Misalnya:
“coba ceritakan kepada saya bagaimana perasaan anda saat akan dioprasi.”
r). Perenungan. Perenungan memberi kesempatan kepada klien untuk
mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. Dengan demikian, perawat mengindikasikan bahwa
pendapat klien berharga dan klien mempunyai hak untuk mengemukakan
pendapatnya, membuat keputusan, dan memikirkan dirinya sendiri.
xiii
sebagai bentuk instruksi kepada seseorang. Selanjutnya komunikasi berfungsi
memengaruhi dan mengubah sikap orang yang menerima pesan (Budhirianto &
Sumiaty, 2022)
xiv
3. Pengaruh komunikasi bagi klien
1. Relasasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan harga diri. Melalui komunikasi
teraupetik diharapkan akan terjadi perubahan pada diri klien. Klien yang
menderita penyakit kronis atau terminal umumnya mengalami perubahan dalam
diri, mengalami gangguan citra diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti
dan akhirnya merasa putus asa, dan depresi.
xv
3. Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memnuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ekspektasi atau
tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuan mereka.
4. Rasa identitas pribadi yang jelas dan integritas diri yang ditingkatkan. Klien
yang memiliki gangguan identitas pribadi biasanya kurang percaya diri dan
mengalami harga diri yang rendah. Melalui komunikasi teraupetik diharapkan
perawat dapat membantu klien meningkatkan kualitas diri dan membentuk
identitas diri yang jelas.
Menurut arwani (2002) ada tiga hal mendasar dari ciri – ciri komunikasi
teraupetik yaitu :
a. Keikhlasan
Dalam hal keiklasan perawat diharapkan untuk tetap bersikap secara baik
sehingga perawat dapat mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki secara tepat
dalam menyikapi segala sikap dan perilaku tanpa menyalahkan atau menghukum
pasien. Dengan demkian hubungan saling menguntungkan akan meningkat secara
bermakna.
b. Empati
Empati merupakan suatu perasaan yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat –
buat (objektif). Dalam proses keperawatn tentu saja ada suka maupun duka, hal
tersebut yang ditekankan kepada perawat agar bisa mengendalikan emosinya
secara baik, sehingga tidak terlihat oleh pasien. Perasaan yang timbul akibat
mengetahui keadaan pasien dalam kondisi yang burukpun di harapkan perawat
bisa mengontrolnya dengan baik. Perawat yang empati dengan orang lain dapat
menghindari perasaan dari kata hati tentang seseorang pada umumnya, dengan
empati perawat akan lebih sensitif dan ikhlas. Setiap empati memperbolehkan
perawat untuk berpartisipasi terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi pasien.
xvi
c. Kebahagiaan
hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien akan membuat rasa
keterbukaan terhadap pasien. Suasana yang hangat dalam komunikasi antara
perawat dengan pasien akan menunjukkan rasa penerimaan perawat terhadap
pasien. Sehingga pasien akan mengeksplor perasaannya secara mendalam. Pada
saat ini perawat lebih mudah mengetahui segala kebutuhan pasien. Kehangatan
juga dapat di komunukasikan secara non verbal. Dengan penampilan yang tenang,
suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang halus menunjukkan rasa kasih
sayang terhadap pasien.
xvii
h. Menawarkan diri. Meberikan kehadiran, perhatian dan pemahaman tentang
sesuatu.
k. mengklarifikasi, metode ini membuat inti seluruh pesan dari pertanyaan klien
lebih dimengerti. Klarifikasi dapat dilakukan bila perawat tidak dapat menyatakan
kembali. Perawat dapat melakukan klarifikasi dengan menyatakan kembali pesan
dan meminta klien mengulang dan menyatakan kembali pesan yang disampaikan,
n. Menyatakan realita. Membantu klien membedakan antara yang nyata dan yang
tidak nyata
xviii
6. Sikap perawat dalam komunikasi
Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologi) pada waktu berkomunikasi
dengan klien. Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi tetapi yang
sangat penting adalah sikap atau penampilan dalam berkomunikasi.
Menurut (1975, dikutip oleh koizer dan Erb. 1983, hl. 372) mengidentifikasi ada 5
sikap atau cara menghadirkan diri secara fisik yaitu;
a. Berhadapan, arti dari posisi ini adalah “saya siap membantu anda”
b. Mempertahankan kontak mata, Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
C. Ringkasan/Rangkuman
xix
baik dapat memberikan pengertian tingkah laku klien dan membantu klien dalam
rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan.
- Menurut (1975, dikutip oleh koizer dan Erb. 1983, hl. 372) mengidentifikasi ada
5 sikap atau cara menghadirkan diri secara fisik yaitu;
D. Penutup
1. Evaluasi
Buatlah soal khasus dengan pilihan jawaban ganda sampai E sebanyak 5 soal
xx
Daftar Pustaka
https://www.kajianpustaka.com/2020/06/komunikasi teraupetik-pengertian-
fungsi-karakteristik-prinsip-dan-teknik.html
https://news.unair.ac.id/2021/06/28/efek-komunikasi-teraupetik-antara-perawat-
dan-pasien-untuk-penyembuhan-pasien/?lang=id
https://poltekkes-mataram.ac.id
Dra. Christina Lia Uripni, Sst, dkk, 2002, KOMUNIKASI KEBIDANAN, diakses
tanggal 25 januari 2023
xxi
Glosarium
Teraupetik = Terapi
Personal = pribadi
Refleksi = Gerakan
Level = tingkat
Klarivikasi = Penjelasan
xxii