Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAUPETIK UNTUK PASIEN RAWAT INAP


Mata Kuliah: Komunikasi Dalam Keperawatan Gigi
Dosen Pembimbing: Asriawal, S. SiT. M. Mkes

Disusun oleh:
Alfiatni Rukmana (PO714261211007)
Erica Tri Anggraeni (PO714261211012)
Salsabila Restu Ramadani (PO714261211030)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PRODI DIV TERAPI GIGI
2023/2024
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahi banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan judul “KOMUNIKASI TERAUPETIK UNTUK PASIEN RAWAT INAP”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak


kekurangan dalam penulisan makalah dan masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharap kan kritik dan saran dari
pembaca sekalian untuk menyempurnakan kelengkapan makalah kami.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi kita aamiin.

Makassar, 12 Januari 2023

i
DAFTAR ISI

PRAKATA................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PASIEN RAWAT INAP.........................1
A. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1. Deskripsi Bab.......................................................................................................1
2. Tujuan Pembelajaran............................................................................................2
3. Kompetensi Khusus.............................................................................................2
B. Penyajian.............................................................................................................3
1. Jenis Komunikasi.................................................................................................3
2. Fungsi komunikasi teraupetik............................................................................11
3. Pengaruh komunikasi bagi klien........................................................................13
4. Karakteristik komunikasi teraupetik..................................................................14
5. Stategi menaggapi respon klien dalam berkomunikasi......................................15
6. Sikap perawat dalam berkomunikasi…………………………………...……..16

C. Ringkasan/Rangkuman......................................................................................17
D. Penutup..............................................................................................................17
1. Evaluasi..............................................................................................................17
2. Umpan balik Dan Tindak Lanjut.......................................................................17
Dafrar Pustaka........................................................................................................18
Glosarium...............................................................................................................19

ii
BAB I

KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PASIEN RAWAT INAP

A. PENDAHULUAN

Komunikasi teraupetik merupakan proses belajar seumur hidup


terhadap perawat. Perawat terus berhubungan dengan klien dan
keluarganya sejak kelahiran sampai kematian, oleh karena itu dibutuhkan
pembentukan komunikasi teraupetik. Perawat berkomunikasi dengan
orang lain yang mengalami tekanan yaitu klien, keluarga, dan teman
sejawat.

Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang pernah terjadi


antara sedikitnya dua orang atau lebih dalam kelompok kecil, terutama
dalam bentuk tatap muka dan paling sering digunakan dalam pelayanan
keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan
penyelesaian masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan dan
pertumbuhan personal. (Potter dan Perry, 1993:101)

Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara


teraupetik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan
klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi
keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani, 1999:33)

1. Deskripsi Bab

Bab ini akan memberikan pengetahuan kepada mahasisawa/i


tentang jenis – jenis komunikasi, fungsi komunikasi teraupetik dan
pengaruh komunikasi teraupetik bagi pasien rawat inap.

iii
2. Tujuan Pembelajaran

1. Untuk mengetahui jenis komunikasi

2. Untuk mengetahui fungsi komunikasi teraupetik

3. Pengaruh komunikasi teraupetik bagi pasien rawat inap

4. untuk mengetahui karakteristik komunikasi teraupetik

5. untuk mengetahui strategi pasien dalam berkomunikasi

6. untuk mengetahui sikap perawat dalam berkomunikasi

3. Kompetensi Khusus

Pada akhir perkuliahan, peserta didik diharapkan mampu

1. Memahami apa saja jenis jenis komunikasi

2. Memahami fungsi komunikasi teraupetik

3. Memahami pengaruh komunikasi teraupetik bagi klien

4. Mengetahui karakteristik komunikasi teraupetik

5. Memahami strategi pasien dalam berkomunikasi

6. Memahami sikap perawat dalam komunikasi

iv
B. Penyajian

Pada bagian ini akan disajikan mengenai materi komunikasi teraupetik


yaitu jenis komunikasi, fungsi serta pengaruh komunikasi teraupetik bagi pasien
rawat inap.

1. Jenis Komunikasi

(Menurut Cangara Hafied,) jenis komunikasi terbagi dua yaitu jenis komunikasi
verbal dan komunikasi non verbal. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) . Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal, menggunakan kata yang ditulis atau diucapkan. Bahasa verbal
merupakan kode yang menyampaikan arti spesifik melalui kombinasi kata.

Aspek yang sangat penting dalam komunikasi verbal diantaranya yaitu :

a). Perbendaharaan kata komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim dan
penerima tidak dapat menerjemahkan kata dan frase yang digunakan, b). Makna
denotif (denotatif merupakan makna yang sebenarnya dan yang timbul apa
adanya) dan konotatif (konotatif makna berbeda yang timbul oleh pengaruh
pikiran, perasaan ataupun ide terhadap suatu kata), c). Kecepatan. Percakapan
akan berhasil apabila kecepatan dalam pengucapan kata – kata yang digunakan
sesuai dengan ritme ucapan tersebut, d). Intonasi. Intonasi suara klien akan
menggambarkan informasi tentang keadaan kesehatannya dan tingkat energinya,
e). Kejelasan dan ringkasan. Komunikasi yang efektif bersifat sederhana singkat,
dan langsung. Semakin sedikit kata yang dikandung maka semakin mudah untuk
dimengerti, f). Waktu dan Kesesuaian. Dalam melakukan komunikasi
perhatikanlah situasi dan kondisi yang sedang terjadi di sekeliling kita dan lawan
bicara. Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan
keperawatan dirumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama
pembicaraan dengan alat atau simbol yang dipakai untuk mengekpresikan ide atau

v
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan objek, observasi
dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji
minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi verbal
yang efektif harus jelas dan ringkas.

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung, makin sedikit
kata – kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadi keracunan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami, dengan menggunakan kata – kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana. Misalnya, katakan kepada saya dimana rasa nyeri lebih baik dari pada
anda ingin menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak

(2). Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal. Komunikasi yang mencakup seluruh indra dan semua hal
yang tidak melibatkan kata tertulis

Menutut Potter dan Perry (2010:98) ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan komunikasi non verbal yaitu;

a). Penampilan pribadi. Faktor ini mengkomunikasikan kesejahtraan fisik,


kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya, dan konsep diri. Poster dan
gaya bejalan menunjukkan eksprsi diri. Dan gerakan menunjukkan sikap, emosi,
konsep diri, dan kesehatan,

b). Ekspresi wajah. merupakan bagia tubuh yang paling ekspresif, seorang
perawat harus mampu menghindari ekspresi rasa terkejut, jijik, tidak senang, atau
reaksi bukuk lainnya didepan klien,

c). Kontak mata yang digunakan memudahkan pemahaman menghadapi klien.


Individu dikatakan siap untuk melakukan percakapan, dilihat melalui kontak
matanya, kontak mata merupakan contoh sikap penghargan dan kesediaan untuk
mendengarkan.

vi
Gerakan tubuh yang dikatakan akan dipertegas dengan beberapa gerakan tubuh,
dan gerakan tubuh itu sendiri sudah memiliki makna.

d). Suara. Suara desahan, serangan atau isakan juga mengomunikasikan sebuah
perasaan atau pikiran, dan juga suara akan membantu untuk memperjelas suatu
pesan yang dikirim. Jadi komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa
menggunakan kata – kata merupakan cara yang paling tepat dan meyakinkan
untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.

Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien
mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat
non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mempresepsikan
pesan non verbal akan lebih mampu memahami klien mendeteksi sesuatu kondisi
dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non verbal teramati
pada mata komunikasi.

Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara
pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar
terhadap isi pembicaraab dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan
dibalik kata – kata yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap
pendengar contoh tersenyum ketika sedang marah.

e). Penampilan personal. Penampilan personal seseorang merupakan salah satu hal
pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. (Lalli Ascosi dalam
potter dan perry, 1993:88)

bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekerjaan, agama, budaya dan konsep sendiri. Perawat yang memperhatikan
penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.

Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan atau


asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana
seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya
mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat

vii
untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra
klien.

f). Intonasi (nada suara). Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar
terhadap arti sebuah pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara
langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya
ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyampaikan
rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapay terhalangi oleh nada suara perawat,

g). Ekspresi wajah. Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi
utama yang tampak melalui ekspresi wajah : terkejut, takut, marah, jijik, bahagia
dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam
menentukan pendapat interpersonal,

h). Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang
mempertahankan kontak mata selama pembicaraan dipersepsikan sebagai orang
yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik.
Peawat sebaiknya tidak memandang kebawah ketika sedang berbicara dengan
klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak
tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar,

i). Sikap tubuh dan ekspresi wajah. Itu memnggambarkan sikap, emosi, konsep
diri, dan keadaan fisik. Perawat dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat
dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi
oleh fakto fisik seperti rasa sakit, obat atau faktur.

Sentuhan kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui


sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat –
klien, namun harus memperhatikan norma sosial. Ketika memberikan asuhan
keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan
pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa
kadaan sakit membuat klien bergantung kepada perawar untuk melakukan kontak
interpersonal sehingga sulit untuk menghindari sentuhan.

viii
Komunikasi simbiolik merupakan komunikasi yang membutuhkan simbol –
simbol verbal dan non verbal yang digunakan pihak lain untuk menyampaikan
arti, misalnya adalah seni dan musik. Metakomunikasi merupakan istilah luas
yang merujuk pada faktor yang mempengaruhi komunikasi.

Ada beberapa macam komunikasi teraupetik teraupetik yang ditujukan


untuk klien. Setiap penerapan jenis komunikasi disesuaikan dengan respons klien
sehingga mempunyai arti untuk kesembuhan klien, yaitu:

a). Mendengar dengan penuh perhatian . Dalam hal ini, perawat berusaha
mengerti klien dengan cara mendengarkan masalah yang disampaikan
klien. Satu-satunya orang yang dapat menceritakan perasaan, pikiran, dan
persepsi klien kepada perawat adalah klien itu sendiri. Sikap yang
dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah pandang klien saat
sedang berbicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari gerakan
yang tidak perlu, anggukan kepala jika klien membicarakan hal yang
penting atau memerlukan umpan balik, condongkan tubuh kea rah lawan
bicara.

b). Menunjukkan penerimaan. Arti menerima adalah mendukung dan


menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan
dan tidak menilai. Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti
tersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau
ketidak setujuan. Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah dan
Gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening
atau menggeleng yang menyatakan tidak percaya.

Berikut ini merupakan sikap perawat yang menyatakan penerimaan:


mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik
verbal yang menyatakan pengertian, memastikan bahwa isyarat nonverbal
cocok dengan komunikasi verbal, menghindari perdebatan, ekspresi
keraguan, atau usaha untuk mengubah pikiran klien.

ix
Penerimaan juga digunakan untuk membangun rasa peercaya dengan
mengembangkan empati (Christina Lia Uripni, dkk, 2002).
Misalnya:
Klien : “saya telah melakukan beberapa kesalahan”
Perawat : “saya ingin mendengar itu. Tidak apa-apa jika anda ingin
mendiskusikan hal ini dengan saya.”
c). Menyatakan pernyataan yang berkaitan. Tujuan perawat bertanya
adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai masalah
yang disampaikan oleh klien. Oleh karena itu, pertanyaan sebaiknya
dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata yang
sesuai dengan konteks social buadaya.
Misalnya :
“Tadi anda katakan anda memiliki tiga orang anak, siapa yang anda rasa
paling dekat dengan anda?”
d). Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendiri. Melalui
pengulangan Kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik
bahwa ia mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
Misalnya :
Klien: “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga.”
Perawat: “Saudara mengalami kesulitan tidur…”
e). Mengklarifikasi. Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha menjelaskan
dalam kata-kata mengenai ide atau pikiran (implisit ataupun eksplisit)
yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuan dari Teknik ini untuk
menyamakan pengertian.
Misalnya :
Perawat mengatakan, “saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda
katakana” atau “apa yang anda maksud dengan…”
f). Memfokuskan. Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan
pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini adalah

x
usahakan untuk tidak memutuskan pembicaraan ketika klien
menyampaikan masalah yang penting.
Misalnya:
“Hal ini tampaknya penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi” atau
“apa yang sudah kita sepakati untuk dibicarakan?”
g). Menyatakan hasil obsevasi. Perawat harus memberikan umpan balik
kepada klien yang menyatakan hasil pengamatannya sehingga klien dapat
menguraikan apakah pesannya diterima dengan benar atau tidak. Dalam
hal ini, perawat menimbulkan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat
nonverbal klien. Teknik ini seringkali membuat klien berkomunikasi lebih
jelas tanpa perawat harus bertanya, memfokuskan, dan mengklarifikasi
pesan.
Misalnya;
“Anda tampak tegang” atau “anda tampak tidak tenang bila anda…”
h). Menawarkan informasi. Memberi tambahan informasi merupakan
Tindakan penyuluhan Kesehatan untuk klien. Bidak tidak dibenarkan
memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan informasi karena
tujuan tindakan ini adalah memfasilitasi klien untuk mengambil
keputusan.
i). Diam. Diam akan memberikan kesempatan kepada bidan dan klien
untuk mengorganisasi pikirannya. Penggunaan metode ini memerlukan
keterampilan dan ketepatan waktu, jika tidak, akan menimbulkan perasaan
tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomukikasi dengan
dirinya sendiri, mengorganisasi pikiran, dan memproses informasi, diam
terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.
Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena akan
mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga diartiakan
sebagai mengerti atau marah. Diam di disini juga menunjukan kesedihan
seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir.
Meskipun begitu, diam yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain
merasa cemas.

xi
Diam digunakan pada saat klien perlu mengekspresikan ide tapi tidak
tahu cara melakukan/menyampaikan hal tersebut (Christina Lia Uripni,
dkk, 2002).
Misalnya;
Klien: “saya marah!”
Perawat: (Diam)
Klien; “Suami saya tidak lagi memperhatikan saya”
j). Meringkas. Menguras adalah pengulangan ide utama yang telah
dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu,
mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pembicaraan
berikutnya. Disamping itu, meringkas dapat membantu perawat untuk
mengulang aspek penting dalam interaksinya sehingga dapat melanjutkan
ke interaksi berikutnya.
Misalnya:
“selama lima belas menit ini anda dan saya telah membicarakan
k). Memberikan Penghargaan. Penghargaan jangan sampai menjadi beban
untuk klien, dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan
segalanya untuk mendapatkan pujian atau pesetujuan atas pebuatannya.
Selain itu, Teknik ini tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa
yang ini bagus dan sebaliknya buruk.
Misalnya:
‘ibu tampak cocok sekali mengenakan kerudung berwarna cokelat ini.”
l). Menawarkan diri. Menyediakan diri anda tanpa renpon bersyarat atau
respon yang diharapkan (Christina Lia Uripni, dkk, 2002).
Misalnya:
‘aku akan duduk menemanimu selama 15 menit
o). Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan kepada klien untuk inisiatif memilih tipik
pembicaraan. Untuk klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti perannya
dalam interaksi ini, perawat dapat merangsang untuk mengambil inisiatif
dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.

xii
Misalnya:
“adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?” atau “apakah yang sedang
anda pikirkan?”
p). Menganjurkan untuk menruskan pembicaraan. Teknik ini memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hamper seluruh
pembicaraan. Teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti
apa yang sedang dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha
menafsirkan daripada mengarahkan diskusi/pembicaraan.
Misalkan;
“…Teruskan…” atau “…dan kemudian…”
q). menganjurkan klien untuk meguraikan persepsi. Apabila ingin
mengerti klien, bidan harus melihat segala sesuatunya dari perspektif
klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada
perawat. Sementara itu, bidan harus waspada terhadap gejala ansietas yang
mungkin muncul.
Misalnya:
“coba ceritakan kepada saya bagaimana perasaan anda saat akan dioprasi.”
r). Perenungan. Perenungan memberi kesempatan kepada klien untuk
mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. Dengan demikian, perawat mengindikasikan bahwa
pendapat klien berharga dan klien mempunyai hak untuk mengemukakan
pendapatnya, membuat keputusan, dan memikirkan dirinya sendiri.

2. Fungsi komunikasi teraupetik

Pada dasarnya fungsi komunikasi yang pertama sebagai penyampaian


informasi kepada orang lain, maka harapan komunikator adalah orang yang
menerima pesannya dapat mengetahui hal- hal yang ingin diketahui informasinya.
Kedua, fungsi komunikasi untuk penyebaran informasi yang bersifat mendidik
orang lain sehingga komunikan mendapatkan manfaat ilmu pengetahuan dari
informasi yang didapatnya. Fungsi yang ketiga, komunikasi juga berfungsi

xiii
sebagai bentuk instruksi kepada seseorang. Selanjutnya komunikasi berfungsi
memengaruhi dan mengubah sikap orang yang menerima pesan (Budhirianto &
Sumiaty, 2022)

Fungsi komunikasi teraupetik adalah untuk mendorong dan menganjurkan


kerja sama antar perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.
Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji
masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan. Proses
komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan
membantu pasien untuk dalam rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada
tahap perawatan. Sedangkan pada tahap preventif kegunaannya adalah mencegah
adanya tindakan yang negative terhadap pertahanan diri pasien.

Adapun fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan yaitu


komunikasi dapat membina hubungan saling percaya dengan klien, komunikasi
dapat menetapkan peran dan tanggung jawab antara perawat dengan klien,
selamjutnya komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat data yang tepat
dan akurat dari klien. Dari fungsi yang diuraikan, maka asuhan kepeawatan tidak
dapat dipisahkan dengan komunikasi karna tiap langkah membuat asuhan
keperawatan adalah dengan komunikasi.

Adapun fungsi komunikasi teraupetik menurut Stuart dan Sudden (1995)


adalah sebagai berikut :

1. meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses realisasi diri,


penerimaaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri.

2. indentitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi.

3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim (lebih dalam)


dan saling tergantung dan mencintai.

4. meningkatkan kesejahtraan klien dengan peningkatan fungsi dan kemampuan


memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.

xiv
3. Pengaruh komunikasi bagi klien

Komunikasi teraupetik didefinisikan sebagai komunikasi yang


direncanakan secara sadar dimana kegiatan dan tujuan dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Supriyanto dan Ernawaty, 2010)

Adanya komunikasi teraupetik memgang peran yang sangat penting dalam


membantu klien memcahkan masalah yang sedang dihadapi teraupetik merupakan
kata sifat yang mengacu pada seni penyembuhan sehingga teraupetik juga dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang memenuhi kebutuhan dalam penyembuhan.

Melalui komunkasi teraupetik juga memberi proses dimana perawat secara


sadar mempengaruhi pasien atau membantu pasien memiliki pemahaman yang
lebih baik melalui komunikasi secara verbal maupun non verbal. Jenis komunikasi
tersebut akan mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan gagasan.
Juga, melalui komunikasi teraupetik perawat akan memberikan dukungan secara
emosional dan memberi informasi penting kepada pasien.

Komunikasi teraupetik bertujuan untuk mengembangkan kepribadian klien


serta memberi dampak atau pengaruh positif dan diarahkan pada pertumbuhan
klien, yang meliputi:

1. Relasasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan harga diri. Melalui komunikasi
teraupetik diharapkan akan terjadi perubahan pada diri klien. Klien yang
menderita penyakit kronis atau terminal umumnya mengalami perubahan dalam
diri, mengalami gangguan citra diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti
dan akhirnya merasa putus asa, dan depresi.

2. Kemampuan membangun hubungan interprsonal yang tidak memiliki batasan


dan saling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi teraupetik, klien
belajar bagaimana menerima dan diterima oleh orang lain. Dengan menjalin
komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima, perawat akan dapat meningkatkan
kemampuan klien untuk membangun hubungan saling percaya.

xv
3. Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memnuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ekspektasi atau
tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuan mereka.

4. Rasa identitas pribadi yang jelas dan integritas diri yang ditingkatkan. Klien
yang memiliki gangguan identitas pribadi biasanya kurang percaya diri dan
mengalami harga diri yang rendah. Melalui komunikasi teraupetik diharapkan
perawat dapat membantu klien meningkatkan kualitas diri dan membentuk
identitas diri yang jelas.

4. Karakteristik komunikasi teraupetik

Menurut arwani (2002) ada tiga hal mendasar dari ciri – ciri komunikasi
teraupetik yaitu :

a. Keikhlasan

Dalam hal keiklasan perawat diharapkan untuk tetap bersikap secara baik
sehingga perawat dapat mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki secara tepat
dalam menyikapi segala sikap dan perilaku tanpa menyalahkan atau menghukum
pasien. Dengan demkian hubungan saling menguntungkan akan meningkat secara
bermakna.

b. Empati

Empati merupakan suatu perasaan yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat –
buat (objektif). Dalam proses keperawatn tentu saja ada suka maupun duka, hal
tersebut yang ditekankan kepada perawat agar bisa mengendalikan emosinya
secara baik, sehingga tidak terlihat oleh pasien. Perasaan yang timbul akibat
mengetahui keadaan pasien dalam kondisi yang burukpun di harapkan perawat
bisa mengontrolnya dengan baik. Perawat yang empati dengan orang lain dapat
menghindari perasaan dari kata hati tentang seseorang pada umumnya, dengan
empati perawat akan lebih sensitif dan ikhlas. Setiap empati memperbolehkan
perawat untuk berpartisipasi terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi pasien.

xvi
c. Kebahagiaan

hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien akan membuat rasa
keterbukaan terhadap pasien. Suasana yang hangat dalam komunikasi antara
perawat dengan pasien akan menunjukkan rasa penerimaan perawat terhadap
pasien. Sehingga pasien akan mengeksplor perasaannya secara mendalam. Pada
saat ini perawat lebih mudah mengetahui segala kebutuhan pasien. Kehangatan
juga dapat di komunukasikan secara non verbal. Dengan penampilan yang tenang,
suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang halus menunjukkan rasa kasih
sayang terhadap pasien.

5. Stategi menaggapi respon klien dalam berkomunikasi

Dalam menanggapi respon yang disampaikan klien, perawat dapat


menggunakan berbagai teknik komunikasi teraupetik sebagai berikut :

a. Diam artinya tenang, tidak melakukan pembicaraan atau memulai komunikasi


selama beberapa detik atau menit.

b. Mendengar, yaitu proses aktif penerimaan informasi dan memahami reaksi


seseorang terhadap pasien yang diterima.

c. Menghadirkan topik pembicaraan yang umum, dengan cara menggunakan


pertanyaan yang dapat mendorong klien umtuk berbicara atau memilih topik
pembicaraan

d. Menspesifikkan dengan cara membuat pertanyaan yang lebih mendetail

e. menggunakan pertanyaan terbuka. Menanyakan sesuatu yang bersifat luas yang


memberikan klien kesempatan untuk mengeksplorasi (mengungkapkan,mencari
tahu, menggambarkan, membandingkan atau mengilustrasikan).

f. Sentuhan. Melakukan kontak fisik untuk meningkatkan kepedulian.

g. Mengecek persepsi atau memvalidasi, metode yang sama dengan klarifikasi,


tetapi pengecekan dilakukan terhadap kata – kata khusus yang disampaikan klien.

xvii
h. Menawarkan diri. Meberikan kehadiran, perhatian dan pemahaman tentang
sesuatu.

i. memberikan informasi secara faktual secara spesifik tentang klien walaupun


tidak diminta. Apabila tidak mengetahui informasi yang dimaksud, perawat
menanyakan ketidaktahuannya dan menanyakan kepada orang yang dapat
dihubungi untuk mendapatkan informasi.

j. Menanyakan kembali dan menyimpulkan. Secara aktif mendengarkan pesan


utama yang disampaikan klien dan kemudian menyampaikan kembali pikiran dan
perasaan itu dengan menggunakan kata – kata serupa.

k. mengklarifikasi, metode ini membuat inti seluruh pesan dari pertanyaan klien
lebih dimengerti. Klarifikasi dapat dilakukan bila perawat tidak dapat menyatakan
kembali. Perawat dapat melakukan klarifikasi dengan menyatakan kembali pesan
dan meminta klien mengulang dan menyatakan kembali pesan yang disampaikan,

l. Refleksi. Mengembalikan ide, perasaan,pertanyaan pada klien untuk


memungkinkan eksplorasi ide dan perasaan mereka terhadap situasi.

m. Menyimpulkan dan merencanakan. Menyatakan poin utama dalam diskusi


untuk mengklarifikasi hal – hal relevan yang perlu didiskusikan.

n. Menyatakan realita. Membantu klien membedakan antara yang nyata dan yang
tidak nyata

o. Pengakuan. Memberi komentar dengan teknik menghakimi terhadap perubahan


perilaku seseorang atau usaha yang telah dilakukan.

p. Klarifikasi waktu. Membantu klien mengklarifikasi waktu atau kejadian,


situasi, kejadian dan hubungan anara peristiwa dan waktu

q. Memfokuskan. Membantu klien mengembangkan topik yang penting. Penting


bagi perawat untuk menunggu klien beberapa saat tentang tema apa yang mereka
sampaikan (perhatiakan) sebelum memfokuskan pembicaraan.

xviii
6. Sikap perawat dalam komunikasi

Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologi) pada waktu berkomunikasi
dengan klien. Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi tetapi yang
sangat penting adalah sikap atau penampilan dalam berkomunikasi.

Menurut (1975, dikutip oleh koizer dan Erb. 1983, hl. 372) mengidentifikasi ada 5
sikap atau cara menghadirkan diri secara fisik yaitu;

a. Berhadapan, arti dari posisi ini adalah “saya siap membantu anda”

b. Mempertahankan kontak mata, Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

c. membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk


mengatakan atau mendengar sesuatu.

d. Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat kaki tangan menunjukkan


keterbukaan untuk berkomunikasi.

e. Tahap rileks, tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan


relaksasi dalam memberikan respon pada klien.

C. Ringkasan/Rangkuman

Terdapat 2 jenis komunikasi yaitu :

- Komunikasi Verbal, menggunakan kata yang yang ditulis atau diucapkan.


Bahasa verbal merupakan kode yang menyampaikan arti spesifik melalui
kombinasi kata.
- Komunikasi Non Verbal, Komunikasi yang mencakup seluruh indra dan
semua hal yang tidak melibatkan kata tertulis

Fungsi komunikasi teraupetik adalah mendorong dan mengajarkan kerja sama


antara perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha
mengungkap peraasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevalusi tindakan yang dilakukan dalam perawatan, (Proses komunikasi yang

xix
baik dapat memberikan pengertian tingkah laku klien dan membantu klien dalam
rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan.

Adanya komunikasi teraupetik memgang peran yang sangat penting dalam


membantu klien memcahkan masalah yang sedang dihadapi teraupetik merupakan
kata sifat yang mengacu pada seni penyembuhan sehingga teraupetik juga dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang memenuhi kebutuhan dalam penyembuhan.

Melalui komunkasi teraupetik juga memberi proses dimana perawat secara


sadar mempengaruhi pasien atau membantu pasien memiliki pemahaman yang
lebih baik melalui komunikasi secara verbal maupun non verbal. Jenis komunikasi
tersebut akan mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan gagasan.

- Menurut (1975, dikutip oleh koizer dan Erb. 1983, hl. 372) mengidentifikasi ada
5 sikap atau cara menghadirkan diri secara fisik yaitu;

(1). Berhadapan, (2). mempertahankan kontak mata, (3). membungkuk kearah


klien, (4). mempertahankan sikap terbuka, (5). tahap rileks.

D. Penutup

1. Evaluasi

Buatlah soal khasus dengan pilihan jawaban ganda sampai E sebanyak 5 soal

2. Umpan balik Dan Tindak Lanjut

Membuat metode praktikum

1. memahami jenis komunikasi teraupetik

2. mengetahui dan memahami fungsi komunikasi teraupetik

3. memahami pengaruh komunikasi teraupetik

xx
Daftar Pustaka

Dr. Hj. Indirawaty S.Pd,S.Kep,M.Kes,dkk, 2015, REALITAS SOSIAL INTERAKSI


SOSIAL PERAWAT-KLIEN (Pola Komunikasi Teraupetik Di Rumah Sakit),
diakses tanggal 12 Januari 2023

Riadi, Muchlisin. (2020). Komunikasi teraupetik


(Pengertian,Fungsi,Karakteristik,Prinsip dan Teknik) diakses tanggal 16 januari
2023

https://www.kajianpustaka.com/2020/06/komunikasi teraupetik-pengertian-
fungsi-karakteristik-prinsip-dan-teknik.html

syamridho Rachman, journal unair news, 2021, Efek komunikasi teraupetik


antara perawat dan pasien di instalasi rawat inap RSUD Bangkinang, diakses
tanggal 15 Januari 2023

https://news.unair.ac.id/2021/06/28/efek-komunikasi-teraupetik-antara-perawat-
dan-pasien-untuk-penyembuhan-pasien/?lang=id

Arniati,S.Kep.,M.Kes.,dkk, 2021, KOMUNIKASI TERAUPETIK DALAM


KESEHATAN, diakses tanggal 15 Januari 2023

Aniharyati. Komunikasi Teraupertik Sebagai Sarana Efektif, Politeknik Kesehatan


Kemenkes Mataram, 2010, diakses tanggal 15 Januari 2023

https://poltekkes-mataram.ac.id

Yogi Andhi Lestari, S.Si.T,dkk, 2016, KOMUNIKASI & KONSELING DALAM


PRAKTIK KEBIDANAN, diakses tanggal 25 januari 2023

Dra. Christina Lia Uripni, Sst, dkk, 2002, KOMUNIKASI KEBIDANAN, diakses
tanggal 25 januari 2023

xxi
Glosarium

Teraupetik = Terapi

Verbal = Lisan (kata demi kata)

Non Verbal = Transfer informasi melalui penggunaan bahasa tubuh termasuk

Spesifik = Khusus (Bersifat Khusus)

Konotatif = makna kata yang tidak sebenarnya

Klien = sesorang yang membayar untuk mendapatkan produk atau jasa


profesional

Efektif = menimbulkan akibat, berhasil, manjur

Ekspektasi = tindakan atau keadaan mengharapkan

Personal = pribadi

Positif = pasti, tegas, tentu (mengarah yang baik)

Profesional = dalam dalam bidangnya

Intonasi = nada suara

Dominan = sifat yang kuat dan menutupi sifat yang lain

Relasi = sesatu yang menyatakan hubungan atau keterkaitan

Refleksi = Gerakan

Realita = kenyataan yang benar benar ada dan terjadi

Level = tingkat

Klarivikasi = Penjelasan

xxii

Anda mungkin juga menyukai