Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayahNya Buku Panduan Sasaran Keselamatan Pasien Tentang Komunikasi Efektif
antar professional pemberi asuhan. Buku Panduan ini disusun dengan tujuan agar tenaga
yang bertugas di RSU Lasmi Kartika dapat mengetahui dengan baik pelayanan yang akan
dijalankan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan semua
pihak dalam menyelesaikan Buku Panduan ini.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan akan terus diperbaiki
secara berkesinambungan sesuai dengan tuntutan dalam pengembangan dan kebutuhan
Rumah Sakit.
Halaman
Kata Pengantar....................................................................... ……………………………. i
Daftar Isi .............................................................................. ……………………………. ii
BAB I DEFINISI
A. Latar Belakang ................................................. …………………………….. 1
B. Definisi ............................................................. …………………………….. 1
C. Tujuan .............................................................. …………………………….1
Catatan :
Pada keadaan tertentu dan tempat tertentu seperti kamar operasi, IGD dan ICU
isi pesan tidak di bacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima
pesan.
f. Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya nama obat,
nama orang, dll. Untuk memverifikasi dan mengklarifikasi, maka komunikan
sebaiknya mengeja huruf demi huruf menggunakan alfabeth standart
internasional.
Dalam berkomunikasi adakalanya terdapat informasi misalnya nama obat, nama
orang, dll. Untuk memverifikasi dan mengklarifikasi maka komunikan sebaiknya
menggunakan huruf demi huruf menggunakan alfabeth standar internasional yang sering
disebut dengan Alfabet fonetik NATO adalah huruf fotentik atau huruf ejaan NATO yang
banyak dipakai dalam dunia radio-telefoni secara internasional (seperti
halnya, ORARI diIndonesia). Huruf pengeja ini dipergunakan untuk komunikasi suara baik
lewat radio maupun telepon oleh semua bangsa di dunia untuk menghindari salah ejaan
dalam mendikte suatu suku-kata (terutama jika kata itu bermakna kritis dan sangat penting).
ALFABETH FONETIK NATO
No CHARACTER TELEPHONY
1 A Alfa
2 B Bravo
3 C Charlie
4 D Delta
5 E Echo
6 F Foxtrot
7 G Golf
8 H Hotel
9 I India
10 J Juliet
11 K Kilo
12 L Lima
13 M Mike
14 N November
15 O Oscar
16 P Papa
17 Q Quebec
18 R Romeo
19 S Sierra
20 T Tango
21 U Uniform
22 V Victor
23 W Whiskey
24 X X-ray
25 Y Yankee
26 Z Zulu
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Alfabet_fonetik_NATO
Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam sebuah rumah sakit, dokter dan perawat
merupakan ujung tombak terselenggaranya pelayanan kesehatan. Komunikasi baik verbal
maupun tulisan diantara kedua profesi tersebut sangat penting terutama menyangkut
kondisi kesehatan pasien sehingga dapat mendukung kolaborasi yang baik juga.
faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antara dokter dengan perawat adalah
kesadaran(awareness),pengalaman (experience),interaksi (interaction),profesi (profession)
dan lingkungan (environment). Hal tersebut menyebabkan hambatan dalam melakukan
komunikasi diantara kedua profesi tersebut. Dimana dokter dan perawat senior lebih
menguasai tehnik – tehnik komunikasi yang efektif dibandingkan dokter dan perawat muda
bahkan dokter dan perawat banyak yang belum mengetahui dengan baik komunikasi yang
efektif sehingga kurang terjalinya kerjasama dan komunikasi yang baik.
BAB III
TATA LAKSANA
Masalah komunikasi juga sering berdampak dan menjadi penyebab utama insiden
keselamatan pasien. Masalah komunikasi terjadi baik komunikasi lisan maupun tulisan.
Untuk hal tersebut RSU Lasmi Kartika menyusun sebuah panduan komunikasi untuk para
petugas kesehatan agar dipahami dan mengurangi keselahan dan menghasilkan perbaikan
keselamatan pasien.
Gambar
Tekhnik komunikasi SBAR, tidak hanya digunakan saat terjadi komunikasi antara
perawat dan dokter, melainkan juga dapat dimanfaatkan pada berbagai situasi, seperti:
Tabel 1.1. Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR ( Haig KM,
2006)
Tabel 1.2 Contoh komunikasi SBAR dari petugas penunjang medis kepada dokter /
perawat / bidan.
Situation sebutkan identitas petugas Selamat siang, saya Toni petugas
(Situasi) penunjang dan ruangan/unit RS laboratorium klinik, mau
tempat petugas tersebut memberitahu hasil pemeriksaan
bertugas, dan ceritakan dengan laboratorium atas nama Tn.A.
Jelas kondisi/situasi yang ...umur. . ..No.RM. . ..No. Kamar...,
membuat anda khawatir tadi pagi pasien tsb periksa lab
trombosit
Background Merupakan penemuan/data Hasil laboratorium pagi tadi
(Latar Belakang) obyektif berdasarkan trombosit : 25 ribu
pengamatan anda laporkan
yang penting dan relevan
Assesment Hasil analisa anda terhadap Pasien mengalami penurunan
(Penilaian) situasi tersebut yang trombosit, kemungkinan bila tidak
memerlukan tindak lanjut atau ditangani akan terjadi syok
dianggap memiliki risiko hipovolemik
Recommendation Berikan usul atau saran (bila menelpon perawat/bidan)
(Rekomendasi) Tolong segera laporkan kepada
dokter yang merawat agar segera
ditindaklanjuti, terima kasih
(bila menelpon dokter) apakah saya
bisa langsung menelpon
perawat/bidan untuk memberitahu
hasil ini? Atau dokter sendiri yang
akan menelpon perawat/bidan?
Pada saat penemuan hasil laboratorium yang termasuk dalam nilai kritis, analis wajib
segera melaporkan hasil tersebut kepada DPJP/perawat ruangan. Pelaporan menggunakan
metode SBAR. Setelah melaporkan hasil, analis mendokumentasikan pada buku laporan
nilai kritis sebagai bukti bahwa nilai kritis tersebut sudah ke dokter atau ruang perawatan.
S Situasi
Saya menelepon tentang(nama pasien, umur dan lokasi
Masalah yang ingin disampaikan adalah:----------------------
Tanda-tanda vital:
TD: ..../....., Nadi: ........., Pernapasan: ......., dan suhu : ..........
Saya khawatir tentang:
B Background/ Latar Belakang
Laporkan masalah pasien sebelumnya
A Assesment/ Penilaian
Masalah yang saya pikirkan adalah: (katakan apa masalah
yang anda pikirkan) Masalahnya tampaknya adalah: jantung,
infeksi, neurologis, respirasi.
Saya tidak yakin apa masalahnya tapi pasien memburuk.
Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk.
Kita perlu melakukan sesuatu Dok.
R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan)
Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan;
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan
REPEAT BACK
Repeat Back adalah pengejaan kembali oleh dokter/ perawat/ petugas kesehatan lain
saat menerima perintah lisan berupa obat/ jenis tindakan yang sound alike pada
kondisi tidak gawat darurat. Pada kondisi tidak gawat darurat dokter/ perawat/ petugas
kesehatan lain wajib mencatat, membacakan kembali dan mengejakan kembali
perintah yang diberikan secara lisan. Repeat back dilakukan untuk obat/ jenis
tindakan yang sound alike dengan ejaan phonetic (kode alfabet internasional).
2.4 Cara pelaporan menggunakan SBAR
a. Petunjuk teknis menggunakan SBAR ke Dokter pada saat Visite (tidak
dituliskan namun dikomunikasikan) sebelum melaporkan perawat harus :
1) Mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2) Perawat mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan
kondisi pasien yang akan dilaporkan.
3) Perawat memastikan diagnosa medis pasien.
4) Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
5) Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawatan harian
Situasi :
Ceritakan:
1. Identitas pasien (nama, kamar, umur, hari rawatan)
2. Diagnosa medis
3. Data subjektif dan objektif yang ditemui pada pasien hari ini atau
sebelumnya yang belum dilaporkan (Temuan klinis terbaru)
Background
Ceritakan : Informasi penting latar belakang klinis pasien
1. Riwayat sebelumnya (Boleh data sebelumnya)
2. Riwayat Medis
3. Therapy yang sudah diberikan
4. Ceritakan tentang hasil pemeriksaan diagnostik yang sudah
dilakukansebelumnya (Lab, radiologi, EKG, dll)
Assessment:
1. Sampaikan tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah
yang timbul
2. Apa analisa dan pertimbangan perawat
a) Saya rasa kondisi pasien saat ini bisa memperburuk kondisi pasien
b) Saya tidak yakin apa masalahnya tetapi kondisi pasien memburuk
c) Saya tidak yakin apa masalahnya tetapi pasiein kelihatannya tidak
stabil
3. Ceritakan tentang kesimpulan masalah pasien
Rekomendasi
1. Tanyakan apa saran untuk mengatasi masalah pasien
a) Bagaimana penatalaksanaan selanjutnya untuk pasien ini Dokter?
b) Sepertinya tindakan ini harus ditunda terlebih dahulu.
2. Tanyakan Adakah pemeriksaan lainnya yang diperlukan
a) Apakah ada pemeriksaan lainnya yang harus kita lakukan?
b) Apakah ada pemeriksaan laboratorium lagi yang harus kita lakukan
c) Adakah pemeriksaan radiologi lainnya yang harus kita lakukan
3. Tanyakan apakah ada perubahan therapy
4. Berikan pendapat perawat untuk menangani masalah
a) Apakah pasien perlu di EKG.
b) Apakah hari ini perlu diperiksa darah rutin lagi?
5. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan akan dilakukan.
6. Tanyakan kapan kedatangan dokter.
7. Tanyakan apakah perlu dikonsultasikan ke dokter laninnya
8. Tanyakan apakah pasien perlu dipindahkan ke ruang lainnya yang sesuai
dengan kondisi pasien (Intensive/ruang biasa/pindah ruangan)
a) Apakah pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap biasa
(pasien di ruang intensive)
b) Apakah pasien sudah bisa alih rawat ke bagian penyakit dalam
(pasien bedah rawat bersama dengan penyakit dalam
c) Apakah dokter akan memidahkan pasien ke ruang intensive (pasien
di ruang rawat inap).
CATATAN
Jawaban SBAR yang dilakukan pada saat visite maka Dokter akan menulis
hasil visite nya dalam bentuk SOAP di CPPT.
b. Petunjuk teknis menggunakan SBAR ke Dokter pada saat terjadi perubahan
Kondisi pasien (di tulis di CPPT dan dikomunikasikan) Sebelum melaporkan
Perawat/Dokter jaga ruangan harus :
1) Mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2) Mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan
3) Memastikan diagnosa medis pasien
4) Membaca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya.
5) Menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawatan harian
Situasi :
Ceritakan:
1. Identitas pelapor (Nama, status dan ruang rawat)
2. Identitas pasien (nama, kamar, umur, hari rawatan)
3. Diagnosa medis
4. Data subjektif dan objektif yang ditemui pada pasien hari ini atau
sebelumnya yang belum dilaporkan (Temuan klinis terbaru).
Background
Ceritaka : Informasi penting latar belakang klinis pasien
1. Riwayat sebelumnya (Boleh data sebelumnya)
2. Riwayat Medis
3. Therapy yang sudah diberikan
4. Ceritakan tentang hasil pemeriksaan diagnostik yang sudah dilakukan
sebelumnya (Lab, radiologi, EKG, dll).
Assessment:
1. Sampaikan tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah
yang timbul
2. Apa analisa dan pertimbangan perawat
a) Saya rasa kondisi pasien saat ini bisa memperburuk kondisi pasien
b) Saya tidak yakin apa masalahnya tetapi kondisi pasien memburuk
c) Saya tidak yakin apa masalahnya tetapi pasiein kelihatannya tidak
stabil
d) Ceritakan tentang kesimpulan masalah pasien
Rekomendasi
1. Tanyakan apa saran untuk mengatasi masalah pasien
a) Bagaimana penatalaksanaan selanjutnya untuk pasien ini Dokter?
b) Sepertinya tindakan ini harus ditunda terlebih dahulu.
2. Tanyakan adakah pemeriksaan lainnya yang diperlukan
a) Apakah ada pemeriksaan lainnya yang harus kita lakukan?
b) Apakah ada pemeriksaan laboratorium lagi yang harus kita lakukan
c) Adakah pemeriksaan radiologi lainnya yang harus kita lakukan
3. Tanyakan apakah ada perubahan therapy
4. Berikan pendapat perawat untuk menangani masalah
a) Apakah pasien perlu di EKG.
b) Apakah pasien perlu diperiksa X –Ray
c) Apakah hari ini perlu diperiksa darah rutin lagi?
d) Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan akan dilakukan.
5. Tanyakan kapan kedatangan dokter.
6. Tanyakan apakah perlu dikonsultasikan ke dokter laninnya
7. Tanyakan apakah pasien perlu dipindahkan ke ruang lainnya yang sesuai
dengan kondisi pasien (Intensive/ruang biasa/pindah ruangan)
a) Apakah pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap biasa
(pasien di ruang intensive)
b) Apakah pasien sudah bisa alih rawat ke bagian penyakit dalam
(pasien bedah rawat bersama dengan penyakit dala
c) Apakah dokter akan memidahkan pasien ke ruang intensive (pasien di
ruang rawat inap).
CATATAN
Jawaban SBAR yang dilakukan via telepon maka jawaban dokter ditulis oleh
perawat/dokter jaga di CPPT di kolom instruksi dokter (TULBAKOR)
Tul : Tuliskan instruksi dokter
Ba : Baca kembali dan eja bila ragu atas instruksi dokter
Kor : Konfirmasi pada saat dokter visite dan minta dokter untuk melakukan
stempel Konfirmasi di bawah tulisan perawat/dokter jaga.
c. Petunjuk teknis menggunakan SBAR pada saat operan shift jaga
Keperawatan (tidak ditulis di Catatan Keperawatan namun dilaporkan ke
perawat Shift selanjutnya)
Situasi :
Ceritakan:
1. Identitas pasien (nama, umur, hari rawatan, DPJP)
2. Diagnosa medis pasien
3. Masalah Keperawatan
4. Data subjektif dan objektif yang ditemui pada pasien hari ini atau sebelumnya
yang belum dilaporkan (Temuan klinis terbaru)
Background
1. Ceritakan tentang riwayat sebelumnya (Boleh data sebelumnya)
2. Riwayat Medis
3. Ceritakan tentang therapy yang sudah diberikan
4. Ceritakan tentang hasil pemeriksaan diagnostik yang sudah dilakukan (Lab,
radiologi, EKG, dll)
Assessment:
Ceritakan kesimpulan atau analisa masalah keperawatan
Rekomendasi
1. Intervensi mandiri/kolaborasi yang perlu dikerjakan
2. Hal-hal khusus yang menjadi perhatian
Sebelum melaporkan perawat harus :
1. Mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2. Perawat mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan
kondisi pasien yang akan dilaporkan.
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan
yang harus dilanjutkan.
4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan rencana perawatan harian.
d. Petunjuk teknis SBAR saat Transfer Pasien
Sebelum transfer pasien pastikan formulir transfer sudah diisi.
Saat transfer pasien komunikasikan :
S: Sebutkan nama pasien, diagnosa medisnya, dan DPJP nya
B: Sebutkan asal ruangan
Terapi yang sedang dan sudah dijalankan
A: Hal-hal yang terpasang pada pasien
R: Hal-hal yang perlu dilakukan oleh petugas selanjutnya
Contoh :
S: Pasien Ny. N dengan diagnosa medis Ca. Mammae
B: Pasien dari Ruang Madinah
A: Pasien terpasang infus hari ke , kateter hari ke , NGT hari ke,
R:
CATATAN
Hasil Foto Lumbosakral AP/Lateral tanggal 20/11/2014 :
Para lumbal muscle spasme
3. Tekhnik TBaK ( Baca “Tebak”)
Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian informas/instruksi
secara lisan atau melalui telepon,maka lakukan mekanisme tulis lengkap, baca ulang,
dan konfirmasi (TBaK):
1. TULIS LENGKAP
Jika perawat/petugas menerima informasi/instruksi melalui telepon maka
perawat/petugas harus mendengarkan dengan baik, sambil mencatat/menuliskan
secara lengkap.
2. BACA ULANG
Perawat/petugas penerima informasi/instruksi setelah mencatat, membacakan
ulang semua instruksi/informasi yang telah dicatat.
3. MENGEJA
Perawat/petugas yang menerima instruksi, menyebutkan sekali lagi hal penting yg
diinstruksikan/ direkomendasikan oleh pemberi informasi/instruksi. Contoh :
Adrenalin I amp IV diulang Adrenalin I amp iv atau obat PLAWX di eja." Papa-Lima-
Alfa-Victor-India-X- ray ".
4. KONFIRMASI
Setelah pemberi instruksi mendengar baca ulang dan mengeja pemberi instruksi :
mengkonfirmasi kebenaran instruksi apabila instruksi telah sesuai dengan yang
dibaca ulang dan/atau dieja.
mengkoreksi, bila instruksi masih ada kesalahan
Setelah instruksi diberikan maka dokter yang memberikan instruksi paling
lambat 1 x 24 jam melakukan pengecekan kembali atas instruksi yang
diberikan dan menandatangani pada catatan perkembangan terintegrasi pasien
yang telah disediakan.
TBaK (Tulis - Baca – Konfirrmasi kembali ), yang digunakan pada saat menerima instruksi
dari dokter, saat menerima hasil pemeriksaan penunjang yang kritikal (critical value) , dan
saat menerima nilai kritis dari laboratorium/ radiologi .
Pasien kritis adalah pasien yang mengalami disfungsi atau gagal pada satu atau lebih
sistem tubuh, dimana pasien memerlukan pemantauan yang canggih dan terapi yang
intensif. Kriteria pasien kritis secara umum, yaitu pasien yang menunjukan tanda:
Penurunan kesadaran, kejang, hiperventilasi, muntah, penurunan pengeluaran urine,
tekanan darah tak stabil, Perubahan suhu tubuh (tidak normal), Nyeri hebat, perdarahan
hebat.
5. Pelaporan dalam komunikasi lisan
a. Saat melakukan pelaporan secara tatap muka teknik yang digunakan adalah dengan
teknik SBAR dan dilakukan pencatatan menggunakan SOAP dan dicatat di CPPT (
catatan perkembangan pasien terintegrasi) dan ditandatangani
b. Saat melakukan pelaporan via telepon menggunakan teknik SBAR dan dilakukan
konfirmasi menggunakan teknik TULBAKOR, dan pengirim pesan akan
menandatangani catatan yang ditulliskan penerima pesan sebagai tanda persetujuan
dalam waktu 1x24 jam pada kolom konfirmasi dan di stempel verifikasi
C. Langkah - Langkah Menyampaikan Informasi
1. Tatalaksana komunikasi efektif pemberian perintah secara lisan dan melalui telpon
antara pemberi pelayanan:
a. Komunikasi efektif antara pemberi pelayanan dilakukan melalui prinsip terima,
catat, verifikasi dan klarifikasi.
b. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, penerima pesan menuliskan
secara lengkap isi pesan tersebut.
c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan bila
menyangkut nama obat LASA/NORUM maka lakukan pengejaan tiap huruf nama
obat, bila dimungkinkan gunakan singkatan alfabetic phonetic secara internasional.
d. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima pesan dan
mengkoreksi bila ada kesalahan.
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi.
f. Penerima instruksi memberikan stempel “Read Back” yang tersedia apabila
proses ini selesai dilakukan. Penerima instruksi menuliskan tanggal, jam, nama
petugas yang melapor, dan nama petugas yang memberikan instruksi serta paraf
pada kolom stempel tersebut
g. Pemberi instruksi menandatangani stempel di daerah “Pemberi Instruksi” pada saat
yang bersangkutan visite atau sesegera mungkin (paling lambat 1 × 24 jam).
2. Tatalaksana komunikasi efektif pemberian informasi hasil laboratorium kritis melalui
lisan dan telepon :
a. Komunikasi efektif petugas laboratorium dilakukan melalui prinsip sampaikan, baca
ulang, terima, catat, verifikasi dan klarifikasi.
b. Petugas laboratorium membacakan hasil laboratorium kepada penerima pesan
(perawat, atau dokter pemberi pelayanan). Apabila hasil tersebut adalah nilai kritis,
baca ulang (read back) jenis dan hasil pemeriksaan.
c. Instruksi/informasi dan hasil tes penting (misalnya hasil tes CITO laboratorium
klinik) di rumah sakit dapat diberikan melalui metode lisan maupun telepon.
Penerima instruksi/informasi bertanggung jawab untuk mencatat dengan benar
instruksi /informasi yang diperoleh, membacakan kembali hasil catatan dari
informasi yang diterima, dan menginformasikan apakah yang telah ditulis dan
dibaca ulang itu sudah tepat. Pada keadaan darurat atau dalam sebuah operasi,
dimana tidak memungkinkan penerima instruksi melakukan pencatatan, maka
instruksi yang diberikan, tetap dibacakan ulang dan konfirmasi tetap dilakukan oleh
pemberi instruksi. Pencatatan dapat dilakukan setelah keadaan gawat darurat atau
operasi telah selesai.
d. Penerima informasi hasil lab menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut dan
hasil lab dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan. Bila
hasil laboratorium adalah nilai kritis read back dilakukan dengan mengeja hasil dan
jenis pemeriksaan, bila dimungkinkan gunakan singkatan alfabetic internasional.
e. Petugas laboratorium memverifikasi hasil lab yang dibaca ulang oleh penerima
informasi.
f. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi.
3. Tatalaksana Komunikasi efektif terkait obat – obat tertentu seperti obat kemoterapi,
narkotika harus dilakukan dengan komunikasi tertulis yaitu :
1) Pada saat melakukan komunikasi secara tertulis, maka petugas kesehatan harus
memperhatikan beberapa aspek antara lain:
2) Menuliskan secara jelas dan lengkap informasi pasien dalam rekam medis
misalnya : formulir pengkajian awal, discharge planning, catatan terintegrasi
resume medis,
3) Penulisan instruksi harus dilakukan secara lengkap, dapat terbaca dengan jelas
agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi.
4) Harus menuliskan nama lengkap , tanda tangan penulis pesan serta tanggal dan
waktu penulisan pesan
5) Menggunakan Singkatan terstandar di RSU Lasmi Kartika dan menuliskan kata
dengan lengkap bila tidak ada dalam daftar singkatan.
6) Dalam penulisan resep tidak boleh menyingkat, penyingkatan harus sesuai dengan
daftar singkatan (lihat pedoman MMU), contoh: ( a. Satuan berat: mg (mil igram), g,
G (gram); b. Sataun volume: ml (mililiter), l (liter); c. Satuan unit: IU/IU (Internasional
Unit), dan Dosis / nilai harus spesifik untuk menghindari salah penapsiran Untuk
penulisan angka, tidak diperbolehkan menghilangkan angka 0 didepan koma mis : .2
0,2, dan menuliskan angka 0 dibelakang koma mis 2,0 2
7) Menuliskan secara jelas pemberian obat dengan menggunakan metoda 7 benar
(benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute, benar pasien, benar informasi,
benar dokumentasi).
a) Benar Obat
- Cocokan semua obat untuk pasien dengan instruksi dokter di Rekam Medik
Pasien
- Bila benar, untuk kewaspadaan tinggi perlu di cek oleh dua orang (double
check), terutama obat parental.
b) Benar Dosis
- Cocokan dosis obat dengan instruksi dokter di Rekam Medik Pasien
c) Benar Cara Pemberian
- Cocokan cara pemberian obat dengan instruksi dokter di Rekam Medik
Pasien.
- Pemberian diberikan jarak waktu, bila: dua obat/lebih, obat dan nutrisi, ada
interaksi obat saling melemahkan, jadwal pemberian.
d) Benar waktu pemberian
- Cocokan kapan saat pemberian obat sesuai instruksi dokter di rekam
medic pasien. (missal: sebelum makan, setelah makan, saat makan).
- Liat jam saat itu, perhatian dan cocokan dengan waktu pemberian di
Rekam Medik pasien: ( 3 x sehari berarti interval pemberian setiap 8 jam, 2
x sehari berarti interval pemberian setiap 12 jam, sehari sekali berarti
interval pemberian setiap 24 jam)
e) Benar pasien
- Tanyakan nama lengkap pasien dan tanggal lahir, sambil cocokan dengan
nama dan tanggal lahir yang tertulis pada gelang identitas pasien. Baca
kembali catatan/Instruksi terapi di rekam medis pasien, cocokan dengan
identitas pasien.
- Tanyakan adakah riwayat alergi
f) Benar dokumentasi
- Dokumentasi dengan menulis jam pemberian dan inisial perawat/pemberi
pelayanan dalam kolom waktu.
- Setiap perubahan jenis/dosis/jadwal/cara pemberian obat harus diberi nama
dan paraf yang mengubahnya.
- Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu garis dan diparaf
diujungnya
- Bila terjadi reaksi alergi pada pasien setelah mendapat obat. Buat
dokumentasi dalam Rekam medic, isi laporan efek samping obat dan
formulir pelaporan insiden ke tim keselamatan pasien
- Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) terkait pengobatan.
Formulir pelaporan insiden ke tim keselamatan pasien.
- Dokumentasikan kejadian tidak diharapkan (KTD)/ Kejadian sentinel .
Formulir pelaporan insiden ke tim keselamatan pasien.
4. Tatalaksana komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya
berkaitan dengan kondisi kesehatannya.
a. Petugas penerima pasien melakukan assesmen pasien, untuk menilai dan
mendapatkan informasi kebutuhan edukasi pasien dan keluarga, assesmen
tersebut meliputi :
Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
Hambatan emosional dan motivasi.(emosional: depresi, senang dan
marah).
Keterbatasan fisik dan kognitif.
Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
b. Hasil assesmen dicatat dalam lembar rekam medis pasien. Berdasarkan catatan
tersebut lakukan komunikasi efektif edukasi pasien, sesuai dengan kondisi pasien
Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
Jika pada tahap assesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu
dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet
kepada pasien dan keluarga kandung (istri,anak,ayah,ibu dan saudara
kandung) dan menjelaskan kepada mereka.
Jika pada tahap assesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien
(pasien marah atau depresi),maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan materi edukasi yang menyarankan pasien membaca leaflet.
Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi
bagian informasi.
c. Lakukan verifikasi untuk memastikan bahwa pasien dan keluarga menerima dan
memahami edukasi yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien sebagai berikut :
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah :
menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan. Pertanyaannya
adalah:” Dari materi edukasi yang telah diberikan, kira-kira apa yang
bpk/ibu bisa pelajari?”. Jangan memberikan pertanyaan tertutup dengan
jawaban ya dan tidak.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasi adalah dengan pihak
keluarganya dengan pertanyaan yang sama: ”Dari materi edukasi yang
telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari?”.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (Pasien marah dan depresi), maka verifikasi adalah
dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi
edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon
atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
Petugas pemberi informasi dan edukasi pasien, mengisi formulir edukasi
dan informasi menandatanganinya serta mintalah tanda tangan pasien dan
keluarga pasien sebagai bukti bahwa sudah diberikan edukasi dan
informasi yang benar.
Simpan form edukasi yang sudah ditandatangani dalam berkas rekam
medis (file pasien).
5. Tatalaksana komunikasi efektif saat memberikan informasi pelayanan Rumah Sakit.
a. Petugas administrasi memastikan kelengkapan data informasi rumah sakit tersedia
ditempat. Informasi tersebut meliputi :
1) Jam Pelayanan
2) Pelayanan yang tersedia
3) Cara mendapatkan pelayanan
4) Sumber alternatif pelayanan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi
kemampuan rumah sakit.
b. Lakukan pengamatan singkat untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal berikut:
1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2) Kemampuan membaca,tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3) Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi,marah dan senang)
4) Keterbatasan fisik dan kognitif.
5) Ketersediaan pasien untuk menerima informasi
c. Berdasarkan pengamatan tersebut, berikan informasi yang diperlukan pasien
dengan media : pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka
sampaikan informasi secara langsung atau secara lisan.
d. Jika pasiennya mengalami gangguan fisik (tuna rungu dan tuna wicara), maka
berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga dengan menggunakan leaflet.
e. Lakukan verifikasi untuk memastikan bahwa pasien sudah menerima dan
memahami informasi yang diberikan.
f. Dari hasil verifikasi, lakukan klarifikasi apabila esensi informasi yang diberikan
belum sesuai dengan informasi yang diberikan.
g. Catat dalam dokumen pemberi informasi.
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi, adalah sesuatu yang tertulis , tercetak atau terekam yang dapat dipakai
sebagai bukti atau keterangan, dan mempunyai nilai hukum yang kuat, sehingga dapat
digunakan sebagai sumber keterangan, sumber penyelidikan/ penelitian ilmiah, dan sebagai
alat bukti keabsahan suatu keterangan.
Dokumentasi komunikasi efektif adalah suatu kegiatan pemberian atau pengumpulan bukti-
bukti dan keterangan pengelolaan kegiatan komunikasi efektif, sebagai suatu bahan untuk
refleksi kegiatan yang berfungsi sebagai alat evaluasi atau refleksi dari perencanaan sampai
implementasi suatu model komunikasi efektif. Informasi teknik komunikasi efektif, strategi
komunikasi efektif yang diterapkan, dan interaksi antar pemberi pelayanan professional
terekam dalam proses dokumentasi.
Kegiatan komunikasi efektif dokumentasikan:
a. Serah terima pasien mengunakan teknik SBAR pendokumentasian dilakukan pada
formulir rencana perawatan pasien terintegrasi.
b. Pelaporan kondisi pasien ke dokter DPJP mengunakan teknik SBAR ,
pendokumentasian di formulir rencana perawatan pasien terintegrasi
c. Konsultasi pasien antar dokter, pendokumentasian di formulir konsultasi
d. Penerima laporan pertelpon mengunakan teknik TBaK pendokumentasian di formulir
rencana perawatan pasien terintegrasi
e. Penerimaan hasil konsul pertelpon mengunakan teknik TBaK pendokumentasian di
formulir konsultasi.
f. Pelaporan nilai kritis/ hasil kritis dan tes kritis laboratorium, pendokumentasian di buku
pelaporan nilai kritis pemeriksaan laboratorium
g. Pelaporan nilai kritis/ hasil kritis dan tes kritis radiologi, pendokumentasian di buku
pelaporan nilai kritis pemeriksaan radiologi.
h. Pendokumentasian 7 benar dalam pemberian obat mengunakan formulir catatan
pemberian dan pemantauan obat pasien.
Didalam Panduan ini terdapat beberapa SPO yang berkaitan dengan Komunikasi Efektif,
yaitu:
1. SPO Komunikasi Efektif Dengan Teknik SBAR
2. SPO Komunikasi Via Telfon Antar Pemberi Pelayanan (Dokter Dan Perawat)
3. SPO Komunikasi Efektif dengan Tulis Baca Konfirmasi (TBaK)
4. SPO Komunikasi Lisan /Lisan Via Telepon anatar pemberi Layanan ( Perawat dan
Petugas Lab )
5. SPO Komunikasi Lisan/ Lisan Via Telepon
BAB V
PENUTUP