Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Asuhan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang
terintegrasi dengan para Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dan tingkat pelayanan
yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan.

Skrining merupakan metode untuk mengetahui kebutuhan pelayanan pasien


secara cermat dan tepat. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien selain
meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga, juga akan meningkatkan mutu
pelayanan serta mengoptimalkan efisiensi biaya pelayanan. Untuk itu, dibutuhkan
pengumpulan informasi yang memadai disaat pasien pertama kali mengakses
pelayanan baik pra-hospital maupun intra-hospital. Informasi yang dikumpulkan
saat proses skrining pasien membantu dalam pengambilan keputusan yang
sesuai tentang kriteria pasien, yaitu mana yang dapat dilayani dan mana yang tidak
mampu dilayani dengan mempertimbangkan fasilitas yang dimiliki rumah sakit.

Sebagai dasar ditetapkannya panduan skrining pasien ini adalah peraturan


perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan
kesehatan di rumah sakit, yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;


2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tetanag Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial;
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran;
8. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang jaminan Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Rekam Medis;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan;

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah
Sakit;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 04 Tahun 2018 tentang Kewajiban
Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan; dan

1|Panduan Skrining Pasien


15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit.

B. TUJUAN
Panduan ini bertujuan untuk dijadikan acuan bagi petugas admisi/pendaftaran
IGD, rawat jalan, kasir, dokter atau tenaga kesehatan lain di Rumah Sakit Umum
Daerah Tanjung Batu Kundur Kabupaten Karimun dalam melaksanakan
ketentuan tentang pelayanan skirining pasien di rumah sakit.

2|Panduan Skrining Pasien


BAB II
DEFINISI

Skrining merupakan suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien


melalui serangkaian tes berupa pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara tepat sehingga didapatkan keterangan tentang kondisi dan
kebutuhan pasien saat kontak pertama, apakah benar-benar membutuhkan
pelayanan sesuai diagnosis dan kondisi pasien. Keterangan hasil skrining digunakan
untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat
jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lain dengan menyesuaikan kebutuhan
pasien dengan sumber daya rumah sakit.

Dalam panduan ini yang dimaksud dengan:

Skrining adalah upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien melalui


serangkaian tes berupa pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan
secara tepat sehingga didapatkan keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien
saat kontak pertama.

Skrining pra-hospital adalah skrining yang dilakukan saat pasien belum


mencapai rumah sakit yaitu sebelum dirujuk dari fasilitas kesehatan lain atau saat
akan dilakukan transportasi dengan ambulan dari luar rumah sakit.

Skrining intra-hospital adalah skrining yang dilakukan saat pasien telah


mencapai rumah sakit, baik pada pasien di unit rawat jalan maupun di unit gawat
darurat.

Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan


untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada tenaga kesehatan.

Pasien gawat darurat adalah orang yang berada dalam ancaman kematian dan
kecacatan yang memerlukan tindakan medis segera.

Rawat jalan adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi,


diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal di
ruang rawat inap.

Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi,


diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya dengan tinggal
di ruang rawat inap.

Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan


secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan dan/atau kecacatan.

3|Panduan Skrining Pasien


Gawat darurat adalah keadaan pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
akan menjadi cacat bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.

Gawat tidak darurat adalah keadaan pasien berada dalam keadaan gawat tetapi
tidak memerlukan tindakan darurat.

Tidak gawat, darurat adalah keadaaan pasien yang tidak mencancam nyawa
tetapi memerlukan tindakan darurat.

Tidak gawat tidak darurat adalah keadaan pasien yang tidak mengancam
nyawa dan tidak memerlukan tindakan segera.

Cidera adalah masalah kesehatan yang didapat atau dialami sebagai akibat
kecelakaan.

Kecelakaan/accident adalah suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai


faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cidera
(fisik, mental atau sosial).

Triase adalah tindakan penilaian dan memilah korban atau pasien sesuai
dengan tingkat kegawatdaruratannya untuk memperoleh prioritas tindakan.

Primary survey adalah penilaian keadaan pasien dan prioritas terapi


berdasarkan jenis perlukaan, tanda vital, dan mekanisme trauma. Tanda vital pasien
harus dinilai secara cepat dan efisien

Secondary survey adalah mencari perubahan yang dapat berkembang menjadi


gawat dan mengancam jiwa yang harus segera diatasi dengan pemeriksaan dari
kepala sampai kaki (head to toe).

Pendaftaran rawat jalan adalah proses atau tata cara penerimaan pasien yang
akan mendapatkan pelayanan kesehatan di poliklinik di rumah sakit.

Penerimaan pasien rawat inap adalah proses atau tata cara penerimaan pasien
setelah dinyatakan oleh dokter yang memeriksa, baik yang masuk dari rawat
jalan/poliklinik maupun instalasi gawat darurat untuk diobservasi dan/atau
mendapatkan tindakan medis lebih lanjut sehingga perlu dirawatinapkan.

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP adalah


fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
non spesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan,
dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.

Sistem rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur


pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal.

4|Panduan Skrining Pasien


BAB III
RUANG LINGKUP

Skrining dibagi dalam dua cara atau metode, yaitu pra-hospital dan intra-hospital.
Skrining pra-hospital adalah skrining yang dilakukan saat pasien belum mencapai
rumah sakit yaitu sebelum dirujuk dari fasilitas kesehatan lain atau saat akan
dilakukan transportasi dengan ambulan dari luar rumah sakit. Skrining intra-hospital
adalah skrining yang dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit, baik pada
pasien di unit rawat jalan maupun di unit gawat darurat.

Ruang lingkup dari panduan ini meliputi pasien, petugas admisi/pendaftaran IGD,
kasir, dokter atau tenaga kesehatan lain di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung
Batu Kundur dalam melaksanakan ketentuan tentang pelayanan skrining pasien di
rumah sakit.

Ruang lingkup pelayanan skrining pasien dapat dijabarkan sebagai berikut :

A. Skrining Pra-hospital

Keputusan untuk menerima pasien yang melewati skrining harus dipastikan bahwa
pasien akan mendapatkan pelayanan di rumah sakit dengan identifikasi pelayanan
yang ada di rumah sakit sehingga dapat meminimalisir rujukan berulang ke rumah
sakit lain, menurunkan keterlambatan pelayanan, mengurangi mortalitas dan
morbiditas, mengurangi biaya yang dibebankan kepada pasien serta meningkatkan
kenyamanan pasien.

B. Skrining Intra-hospital

Skrining dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit, baik pada pasien di unit
rawat jalan maupun di unit gawat darurat. Dalam melakukan proses skrining bagi
pasien yang membutuhkan pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan metode
triase yang di dalamnya terdapat pemeriksaan fisik, psikologi, dan diagnostik
penunjang. Dokter melakukan pelayanan medis, identifikasi kebutuhan pelayanan,
menerima konsultasi dan penilaian keputusan pasien apakah dirawatinapkan,
dipulangkan, atau dirujuk

5|Panduan Skrining Pasien


BAB IV
TATA LAKSANA

A. SKRINING PRA-HOSPITAL

Skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun di


unit rawat jalan melalui interaksi telepon. Interaksi via telepon dapat berasal dari
pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan panggilan ke
nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan lain yang berencana merujuk pasien
ke RSUD Tanjung Batu Kundur, yang akan diterima oleh operator, security, petugas
admisi, perawat atau dokter yang ada di ruangan terkait setelah disambungkan oleh
operator.

Tahapan atau mekanisme skrining pra-hospital adalah sebagai berikut :

NO UNIT LAYANAN TAHAPAN YANG DILAKUKAN

1 Operator/ menghubungkan pasien/keluarga pasien ke admisi


secutrity/ rawat jalan atau IGD; atau
penerima telepon
menghubungkan fasilitas kesehatan
perujuk ke admisi IGD; atau

memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat


diakses dan informasi waktu

pelayanan.

2 Admisi menerima telepon dari operator/ security/


penerima telepon;

menghubungkan pasien/keluarga/fasilitas
kesehatan perujuk ke perawat/dokter jaga IGD
atau ke perawat di poliklinik;

memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat


diakses dan informasi waktu pelayanan;

menginformasikan ketersediaan ruang rawat.

3 Perawat/dokter menerima telepon dari admisi atau dapat langsung


dihubungkan ke pasien/keluarga

6|Panduan Skrining Pasien


/fasilitas kesehatan perujuk;

mencatat semua informasi yang dibutuhkan mulai


dari kondisi pasien saat ini sampai dengan riwayat
penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu
serta rencana tindak lanjut yang akan dilakukan;

dalam hal apasien memenuhi kriteria


kegawatdaruratan (emergency), dilanjutkan
dengan penilaian fasilitas yang dimiliki rumah sakit
guna identifikasi kebutuhan pelayanan yang
sesuai;

untuk perawat IGD, melakukan konsultasi ke


dokter jaga IGD;

untuk dokter jaga IGD, melakukan konsultasi ke


DPJP (jika ada).

4 Sopir ambulan peralatan untuk penjemputan pasien;


(bersama tim
pada pasien tidak stabil/pasien kecelakaan/pasien
ambulan)
tidak dikenal cukup ditanyakan jenis kelamin, usia,
kondisi pasien, pelayanan yang dibutuhkan dan
lokasi penjemputan;

melakukan penjemputan ke lokasi pasien/fasilitas


kesehatan rujukan;

melakukan skrining mengacu formulir transfer


pasien ke rumah sakit;

pada kasus emergency dokter tim ambulan


mengidentifikasi kebutuhan pelayanan medis yang
diperlukan, memberikan advis, mempersiapkan
sarana dan obat-obatan selama proses transfer
sampai tiba di rumah sakit;

untuk pasien dengan kegawatan yang


memerlukan bantuan hidup dasar atau resusitasi
jantung paru, lakukan sesuai panduan dan standar
prosedur operasional;

skrining selanjutnya dilakukan setelah sampai di


rumah sakit (skrining intra- hospital).

B. SKRINING INTRA-HOSPITAL

Instalasi Gawat Darurat (IGD)

7|Panduan Skrining Pasien


Setelah pasien tiba di rumah sakit, dokter triase atau dokter jaga IGD melakukan
triase untuk mengidentifikasi kebutuhan dan pelayanan awal untuk selanjutnya
dikonsultasikan ke DPJP (jika ada). Selanjutnya dokter jaga IGD atau DPJP (jika
ada) melakukan pelayanan medis, identifikasi kebutuhan pelayanan apakah pasien
dirawat inap, dipulangkan atau dirujuk.

Triase adalah tindakan penilaian dan memilah korban atau pasien sesuai dengan
tingkat kegawatdaruratannya untuk memperoleh prioritas tindakan. Dalam memilah
korban atau pasien saat triase dilakukan berdasarkan :

a. berat ringannya cidera/luka


b. tingkat kemungkinan untuk hidup; dan
c. fasilitas yang tersedia atau kemungkinan akan keberhasilan tindakan.

Beberapa karakteristik atau jenis pasien yang datang ke triase IGD dapat berupa
sebagai berikut :

a. Gawat darurat yaitu keadaan pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya akan
menjadi cacat bila tidak mendapat pertolongan secepatnya;
b. Gawat tidak darurat yaitu keadaan pasien berada dalam keadaan gawat tetapi
tidak memerlukan tindakan darurat;
c. Gawat tidak darurat yaitu keadaan pasien berada dalam keadaan gawat tetapi
tidak memerlukan tindakan darurat;
d. Tidak gawat tidak darurat adalah keadaan pasien yang tidak mengancam nyawa
dan tidak memerlukan tindakan segera; atau Meninggal saat datang ke IGD
(death on arrival/DOA)
e. Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah START
atau Simple Triase and Rapid Treatment, yaitu :

Segera (immediate) – Warna MERAH

Pasien mengalami cidera yang mengancam jiwa yang kemungkinan dapat hidup
bila ditolong segera. Misalnya tension pneumothoraks, cardiac arrest, distress
pernapasan atau perdarahan hebat.

Tunda (delayed) – Warna KUNING

Pasien memerlukan tindakan definitif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera.
Pasien masih dapat menunggu giliran pengobatan tanpa bahaya. Misalnya
fraktur tertutup pada ekstremitas (perdarahan terkontrol), trauma tulang
belakang, trauma kepala tanpa gangguan kesadaran.

Minor – Warna HIJAU

Pasien dengan cidera minimal, dapat berjalan dan menolong dirinya sendiri atau
mencari pertolongan. Misalnya laserasi minimal, memar dan lecet.

Morgue – Warna HITAM

8|Panduan Skrining Pasien


Pasien mengalami cidera mematikan dan akan meninggal meskipun mendapat
pertolongan. Misalnya cidera kepala berat, luka bakar derajat III hampir di
seluruh tubuh, atau kerusakan organ vital.

Ada dua jenis keadaan triase yang dapat terjadi, yaitu :

Multiple causalties

Yaitu musibah massal dengan jumlah penderita atau korban dan beratnya
perlukaan tidak melampaui kemampuan rumah sakit. Dalam kondisi ini penderita
dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani terlebih
dahulu.

Mass causalties

Yaitu musibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya luka melampaui
kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu
adalah penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta yang
membutuhkan waktu, perlengkapan, dan tenaga paling sedikit.

Unit Rawat Jalan (Poliklinik)

a. Skrining di pendaftaran

Pelaksanaan skrining di pendaftaran rawat jalan terdiri dari skrining untuk


menilai kebutuhan pelayanan dan skrining untuk menentukan prioritas
pelayanan.

Skrining kebutuhan pelayanan bertujuan untuk mengarahkan pasien


mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan. Sedangkan skiring prioritas
pelayanan dilakukan untuk menentukan apakah pasien membutuhkan penangan
segera atau tidak. Skrining prioritas pelayanan dilakukan melalui evaluasi visual
atau pengamatan oleh petugas admisi/pendaftaran.

Beberapa hal yang perlu diamati pada saat skrining di pendaftaran, adalah
sebagai berikut :

Kesadaran/kondisi umum

Kesadaran pasien dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh


(komposmentis) atau pasien mengalami penurunan kesadaran (gelisah, sangat
mengantuk, atau sampai penurunan kesadaran lebih lanjut).

Batuk

Pasien dapat ditanyakan secara cepat/singkat apakah sedang batuk atau tidak, berapa
lama batuk berlangsung, apakah sedang dalam pengobatan TBC. Untuk semua pasien
dengan batuk diberikan masker wajah, untuk pasien dengan batuk ≥ 2 minggu atau

9|Panduan Skrining Pasien


pasien TBC diarahkan ke jalur cepat ke poliklinik untuk mengurangi risiko penularan
infeksi air borne di area pendaftaran.

Risiko jatuh

Skrining risiko jatuh pada pasien dilakukan dengan melihat cara berjalan pasien dan
saat pasien akan duduk. Cara berjalan pasien dapat dilihat apakah pasien berjalan tidak
seimbang atau sempoyongan atau berjalan menggunakan alat bantu seperti tripod,
kursi roda atau dibantu orang lain. Cara duduk pasien dapat dinilai apakah pasien
menopang tubuhnya saat akan duduk misalnya memegang pinggiran kursi atau meja
atau benda lain di sekitarnya.

Nyeri

Penilaian nyeri pada pasien dapat dilakukan sejak pasien datang ke bagian pendaftaran.
Penilaian dapat menggunakan skala “WONG BAKER FACES PAIN SCALE”, yaitu :

0 - 1 2 - 3 4 - 5 6 - 7 8 - 9 10

SKALA INTERPRETASI

0-1 sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali

2-3 sedikit nyeri

4-5 cukup nyeri

6-7 lumayan nyeri

8-9 sangat nyeri

10 amat sangat nyeri (tak tertahankan)

Pasien dengan skala nyeri ≥ 8 diarahkan untuk mendapatkan pelayanan gawat darurat
(IGD).

Berdasarkan skrining yang dilakukan di pendaftaran sebagaimana disebut di atas,


perlakuan yang dapat diberikan kepada pasien adalah :

a. pelayanan di polikinik sesuai antrian;


b. pelayanan poliklinik disegerakan/prioritas; atau
c. pelayanan gawat darurat (IGD).

10 | P a n d u a n S k r i n i n g P a s i e n
Skrining di poliklinik

Setelah pelaksanaan skrining di pendaftaran, selanjutnya berdasarkan hasil skrining


tersebut pasien mendapatkan pelayanan di poliklinik sesuai kebutuhan dan prioritas
pelayanan. Untuk skrining di poliklinik, beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :

Kondisi umum/kesadaran

Kesadaran pasien dinilai kembali apakah pasien dalam kondisi sadar penuh
(komposmentis) atau pasien mengalami penurunan kesadaran (gelisah, sangat
mengantuk, atau sampai penurunan kesadaran lebih lanjut). Jika pasien mengalami
penurunan kesadaran lebih lanjut maka diarahkan ke pelayanan gawat darurat (IGD).

Pernapasan (breathing)

Pernapasan pasien dinilai apakah bernapas secara normal, tampak sesak atau ada risiko
distress pernapasan. Dalam hal pasien jatuh pada kondisi sesak berat atau distress
pernapasan segera diarahkan untuk mendapatkan pelayanan gawat darurat di IGD.

Sistem sirkulasi

Sirkulasi dinilai apakah normal atau terdapat masalah. Pasien dengan kondisi berikut
dapat diarahkan ke palayanan gawat darurat, yaitu :

pasien yang sangat pucat;

pasien dengan keringat dingin, nadi teraba lemah;

akral dingin;

pasien dengan nyeri dada kiri (diduga iskemik jantung);

pasien dengan nyeri ulu hati disertai keringat dingin dan nadi lemah; atau

pasien dengan dugaan perdarahan sedang sampai hebat (pervaginam).

Risiko jatuh

Skrining risiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test.

Pengkajian

NO PENILAIAN YA TIDAK

1 Cara berjalan pasien (salah


satu/lebih)

tidak seimbang/sempoyongan

jalan menggunakan alat bantu

(tripod/kruk/kursi roda atau dengan


bantuan orang lain)

2 Menopang saat hendak duduk,

11 | P a n d u a n S k r i n i n g P a s i e n
memegang pinggiran kursi/meja atau
benda lainnya.

Hasil/Analisa

NO PENILAIAN HASIL TINDAKAN

1 Jika 1 dan 2 TIDAK Risiko rendah Tidak ada


tindakan

2 Jika 1 atau 2 YA Risiko sedang edukasi

3 Jika 1 dan 2 YA Risiko tinggi Edukasi dan


pasang gelang
risiko jatuh

Skala nyeri

Skrining nyeri pada pasien dilakukan kembali saat masuk di ruang periksa/poliklilnik.
Penilaian dapat menggunakan skala “WONG BAKER FACES PAIN SCALE”, yaitu :

0 - 1 2 - 3 4 - 5 6 - 7 8 - 9 10

SKALA INTERPRETASI

0-1 sangat bahagiakarena tidak merasa nyeri


sama sekali

2-3 sedikit nyeri

4-5 cukup nyeri

6-7 lumayan nyeri

8-9 sangat nyeri

10 amat sangat nyeri (tak tertahankan)

Pasien dengan skala nyeri ≥ 8 diarahkan untuk mendapatkan pelayanan gawat darurat
(IGD).

Skrining Kebutuhan Pasien

12 | P a n d u a n S k r i n i n g P a s i e n
Setelah skrining yang dilakukan di IGD dan di unit rawat jalan, termasuk di bagian
pendaftaran, selanjutnya berdasarkan hasil skrining tersebut yang dicatat dalam rekam
medis, maka terdapat proses pemeriksaan penunjang yang diperlukan atau
pemeriksaan spesifik untuk menetapkan apakah pasien diterima, dipulangkan atau
dirujuk.

Ketersediaan alat pemeriksaan penunjang/tindakan

Pasien akan diterima bila rumah sakit dapat memberikan pelayanan baik rawat jalan
maupun rawat inap yang dibutuhkan pasien. Untuk dapat diterima, tentunya rumah
sakit harus menyediakan sumber daya yang dibutuhkan yaitu sumber daya manusia
dan sarana penunjang berupa peralatan kesehatan.

Dalam hal sumber daya manusia dan peralatan yang dibutuhkan tidak tersedia maka
pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang memiliki sumber daya manusia dan
sarana peralatan kesehatan yang dibutuhkan pasien.

Hasil pemeriksaan penunjang

Untuk dapat menetapkan apakah pasien dapat diterima di rumah sakit (dilayani rawat
jalan maupun dirawatinapkan), dipulangkan atau dirujuk, perlu dilakukan skrining
pemeriksaan penunjang yaitu radiologi, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain
(EKG).

Pemeriksaan radiologi

Skirining kebutuhan pelayanan pasien melalui pemeriksaan radiologi (x-ray) yang dapat
dilakukan di rumah sakit, adalah :

foto polos cranium;

foto polos dada;

foto polos abdomen;

foto polos lumbal; dan

foto polos ekstremitas.

Pemeriksaan laboratorium

Skrining kebutuhan pelayanan pasien melalui pemeriksaan laboratorium yang dapat


dilakukan di rumah sakit, adalah :

Hemoglobin

Hitung jenis leukosit

Hematokrit

Trombosit
13 | P a n d u a n S k r i n i n g P a s i e n
Laju endap darah

Eritrosit

Golongan darah

Protein total

Glukosa

Cholesterol total

Cholesterol HDL

Cholesterol LDL

Trigliserida

Asam urat

Ureum

Kreatinin

Albumin

AST/GOT

ALT/GPT

Bilirubin direct

Bilirubin total

Ion ferrozine

Protein urin

Lactate dehydrogenase LDH

g-Glutamyitransferase (g-GT)

Phosporus

ALP-AMP

AKP-DEA

Unsaturated Iron Bindng Capacity (UIBC)

Magnesium

a-Amylase direct

Creatin kinase (CK)

Creatin kinase-MB (CK-MB)

Adenosine Deaminase
14 | P a n d u a n S k r i n i n g P a s i e n
Lipase

BAB V
DOKUMENTASI

Semua hal-hal penting dalam proses pelayanan skrining baik di luar rumah sakit (pra-
hospital) maupun intra hospital harus dicatat dalam rekam medis;

Seluruh dokumen mengenai pelayanan skrining disimpan menjadi satu kesatuan


bersama rekam medis;

Formulir-formulir terkait pelayanan skrining menggunakan ketentuan sebagai berikut :

formulir diisi lengkap dan ditandatangani oleh petugas admisi, dokter atau tenaga
kesehatan lain atau keluarga pasien sesuai jenis formulir;

formulir disimpan dalam berkas rekam medis pasien;

sebagai pengganti tanda tangan, pasien atau keluarga terdekat yang buta huruf atau
tidak dapat membubuhkan tanda tangan pernyataan persetujuan/penolakan, dapat
mengganti tanda tangan dengan membubuhkan cap ibu jari tangan;

15 | P a n d u a n S k r i n i n g P a s i e n
BAB VI
PENUTUP

Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan adanya


masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan
menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan
secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar- benar
sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan ataupun gangguan kesehatan.

Panduan ini bertujuan untuk dijadikan acuan bagi petugas admisi/pendaftaran di


IGD, rawat jalan, kasir, dokter atau tenaga kesehatan lain di Rumah Sakit Umum
Daerah Tanjung Batu Kundur Kabupaten Karimun dalam melaksanakan ketentuan
tentang pelayanan skrining pasien di rumah.

Semoga panduan ini bermanfaat dan mempunyai daya ungkit dalam meningkatkan
kualitas atau mutu layanan kesehatan di rumah sakit.

Plt. Direktur RSUD Muhammad Sani


Kabupaten Karimun,

dr. ROSDIANA, Sp. S, M. Kes


NIP. 19710905 200803 2 001

16 | P a n d u a n S k r i n i n g P a s i e n
17 | P a n d u a n S k r i n i n g P a s i e n

Anda mungkin juga menyukai