2. Rumah Sakit Tk.II Dustira berkomitmen dalam memberikan fasilitas dan keberpihakan kepada disabilitas dan lansia
mulai dari ruang pendaftaran dan ruang tunggu yang terpisah dari pasien umum.
3. Rumah Sakit Tk.II Dustira berusaha menyediakan fasilitas kursi roda di pintu masuk untuk pasien disabilitas dan
lansia.
4. Rumah Sakit Tk.II Dustira menyediakan toilet khusus untuk pasien disabilitas dan lansia
5. Rumah Sakit Tk.II Dustira berusaha menyediakan sdm yang dilatih mengggunakan bahasa isyarat untuk pasien
disabilitas
6. Rumah Sakit Tk.II Dustira Menyediakan Rambu-rambu disabilitas (Petunjuk arah), jalur evakuasi multi bahasa symbol
internasional
INFORMASI KESEHATAN PASIEN
1. Pemberian informasi kesehatan tentang Mendukung dan mendorong keterlibatan pasien dan keluarga
dalam proses pelayanan
2. Pemberian informasi kesehatan tentang Informasi medis dan diagnosis penyakit pasien
6. Pemberian informasi kesehatan tentang kapan akan diminta persetujuan untuk tindakan yang diberikan
Tindakan Penolakan resusitasi Jantung Paru (DNR) atas permintaan keluarga atau
alasan medis, yaitu meliputi :
1. Pasien yang sudah tidak ada harapan hidup,
2. pasien terminal dengan penyakit kronis,
3. pasien dengan kontra indikasi CPR,
4. pasien mengalami koma,
5. pasien dengan GCS dibawah 9,
6. pasien dengan kondisi sakit berat seperti trauma kepala berat, sepsis, dan lain-
lain.
Pengobatan tetap dilanjutkan untuk pasien DNR. Keputusan DNR dilakukan oleh
suami/istri/orang tua/anak yang sudah dewasa.
PROSEDUR DNR
1. DPJP (dokter yang merawat) menjelaskan rencana tindakan resusitasi dan tujuan yang akan dilakukan secara lengkap terhadap keluarga
2. Bila keluarga menolak rencana tindakan resusitasi, maka dokter yang merawat pasien akan :
a. Menghormati keputusan keluarga
b. Menjelaskan kepada keluarga tentang konsekuensi dari keputusan tersebut.
c. Menjelaskan kepada keluarga akan tanggung jawab keluarga berkaitan dengan keputusan tersebut
3. DPJP meminta informed consent dari pasien atau keluarga.
4. Pasien atau keluarga mengisi formulir penolakan tindakan resusitasi. Arsipkan pada rekam medis pasien dan salinan serahkan pada pasien
dan keluarga.
5. DPJP menginstruksikan perawat untuk memasangkan gelang DNR (warna ungu ke lengan kanan atau kaki pasien)
6. Tinjau kembali status DNR secara berkala, revisi bila ada perubahan keputusan yang terjadi, dan catat dalam rekam medis.
7. Perintah DNR harus mencakup hal- hal di bawah ini :
a. Diagnosis
b. Alasan DNR
c. Kemampuan pasien untuk membuat keputusan
8. Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter yang merawat, atau oleh keluarga yang sah. Dalam hal ini,
catatan DNR di rekam medis harus pula dibatalkan dan gelang DNR (jika ada) harus dimusnahkan.
MENGHORMATI, M E L A KS A N A KA N DAN
M E N J A G A INFORMASI RAHASIA PASIEN
1. Rekam Medis hanya dibawa, dibaca dan digunakan oleh petugas Rumah Sakit yang
berkepentingan dengan pelayanan pasien.
2. Identitas pasien tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan
3. Menjaga informasi identitas pasien agar tidak didengar, dilihat dan dibaca oleh khalayak umum.
4. Rekam Medis tidak diperbolehkan untuk dibawa pasien/keluarga.
5. Informasi rekam medis hanya boleh di buka untuk kepentingan :
a. Kesehatan
b. Memenuhi permintaan penegak hukum dalam rangka penegakkan hukum atas
perintah pengadilan
c. Permintaan/persetujuan pasien sendiri
d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan
e. Penelitian pendidikan dan audit medis sepanjang tidak menyebutkan identitas
f. Dokumen rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan/Rumah Sakit, isi/hasil rekam
medis pasien milik pasien
MENDUKUNG H A K PASIEN DAN KELUARGA
BERPARTISIPASI DALAM PROSES PELAYANAN
SECOND OPINION
1) Petugas harus dilatih untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasien dan keluarga
2) Rumah Sakit memberikan fasilitas kepada pasien yang tidak berbahasa Indonesia
3) Rumah Sakit memfasilitasi dan mendukung pasien untuk mencari second opinion di dalam maupun di luar rumah sakit, meliputi :
a. Second Opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugiaan biaya atau dampak finansial yang besar
b. Second Opinion ditujukan kepada dokter yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) dan mempunyai kompetensi yang sama dengan dokter yang
merawat.
c. Second opinion dapat diberikan untuk tindakan operasi, pemberian jangka panjang, advis pemberian obat yang sangat mahal, kebiasaan dokter memberikan
terapi antibiotik terlalu sering berlebihan pada kasus yang tidak seharusnya diberikan, advis pemeriksaan penunjang dengan biaya sangat besar, diagnosa
dokter yang meragukan, pemeriksaan dan pengobatan yang belum direkomendasikan oleh institusi nasional dan internasional seperti pengobatan
bioresonansi.
4) Rumah Sakit memberitahukan tentang kondisi medis, diagnosa pasti, cara pelayanan dan pengobatan, dan partisipasi dalam keputusan pelayanan
6) Rumah Sakit memberitahu tentang hak dan tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan penolakan atau tidak melakukan pengobatan.
7) Rumah sakit menghormati keputusan pasien untuk menolak resusitasi (DNR) atas permintaan keluarga atau alasan medis, yaitu meliputi: Pasien yang sudah tidak
ada harapan hidup, pasien terminal dengan penyakit kronis, pasien dengan kontra indikasi CPR, pasien mengalami koma, pasien dengan GCS dibawah 9, pasien
dengan kondisi sakit berat seperti trauma kepala berat, sepsis, dan lain- lain. Pengobatan tetap dilanjutkan untuk pasien DNR. Keputusan DNR dilakukan oleh
suami/istri/orang tua/anak yang sudah dewasa.
ALUR SECON OPINION
RUMAH SAKIT MENDUKUNG DAN M E L A K U K A N TATA
L AKSA NA NYERI