Anda di halaman 1dari 27

HAK PASIEN DAN KELUARGA

RUMAH SAKIT BERUSAHA MENGURANGI HAMBATAN


FISIK, BAHASA, BUDAYA DLL
A. Petugas pendaftaran mengenali hambatan yang dimiliki pasien
1. Hambatan bahasa (tidak bisa berbahasa Indonesia)
2. Hambatan fisik (dilihat dari cara berjalan pakai tongkat atau alat bantu yanq lain, dituntun, buta, bisu, tuli, menggunakan kursi roda)
3. Hambatan Kebudayaan (Anak, Lansia)
4. Hambatan Agama dan Kepercayaan
B. Petugas pendaftaran segera menghubungi petugas peneiemah (Instalasi Rawat Jalan) yang sudah dituniuk sebagai penerjemah asing (jika pasien
tidak bisa berbahasa Indonesia) dan melakukan pendafiaran.
C. Jika pasien lansia atau anak, maka petugas pendaftaran mendahulukan pendaftaran pasien lansia atau anak tersebut.
D. Jika hambatan fisik maka petugas pendaftaran akan mendahulukan dan mengantarkan pasien langsung menuju Poliklinik yang dituju dan
mempersilahkan kepada kerabat yang mengantar untuk melakukan pendaftaran, jika pasien orang asing datang sendiri tanpa ada yang
mengantar maka di Polokilinik akan melakukan pendataan langsung diruang periksa dan setelah itu menyerahkan ke baqian pendaftaran.
E. petugas pendaftaran Pasien segera menghubungi kerohaniaan, ketika pasien dating dengan kendala kepercayaan.,
F. Petugas pendaftaran Pasien menghubungi kontrole jaga, apabila pelayanan pasien dengan kebutuhan khusus mengalami hambatan atau masalah,
jika di luar jam kerja atau hari libur
RUMAH SAKIT BERUSAHA MENGURANGI HAMBATAN
FISIK, BAHASA, BUDAYA DLL
1. Rumah Sakit Tk.II Dustira Menyediakan fasilitas jalur khusus disabilitas dan lansia dengan memasangkan penanda
tempat-tempat khusus yang mengutamakan disabilitas dan lansia.

2. Rumah Sakit Tk.II Dustira berkomitmen dalam memberikan fasilitas dan keberpihakan kepada disabilitas dan lansia
mulai dari ruang pendaftaran dan ruang tunggu yang terpisah dari pasien umum.

3. Rumah Sakit Tk.II Dustira berusaha menyediakan fasilitas kursi roda di pintu masuk untuk pasien disabilitas dan
lansia.

4. Rumah Sakit Tk.II Dustira menyediakan toilet khusus untuk pasien disabilitas dan lansia

5. Rumah Sakit Tk.II Dustira berusaha menyediakan sdm yang dilatih mengggunakan bahasa isyarat untuk pasien
disabilitas

6. Rumah Sakit Tk.II Dustira Menyediakan Rambu-rambu disabilitas (Petunjuk arah), jalur evakuasi multi bahasa symbol
internasional
INFORMASI KESEHATAN PASIEN

TEMPAT PELAKSANAAN PEMBERIAN INFORMASI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

1.Di Ruang pendaftaran pasien Hak


dan kewajiban pasien
2. Di kamar periksa dokter,
3. Di Ruang Perawatan
MATERI PEMBERIAN INFORMASI KESEHATAN

1. Pemberian informasi kesehatan tentang Mendukung dan mendorong keterlibatan pasien dan keluarga
dalam proses pelayanan

2. Pemberian informasi kesehatan tentang Informasi medis dan diagnosis penyakit pasien

3. Pemberian informasi kesehatan tentang rencana pengobatan penyakit

4. Pemberian informasi kesehatan tentang KIE

5. Pemberian informasi kesehatan tentang pemberian informasi tentang Informed consent

6. Pemberian informasi kesehatan tentang kapan akan diminta persetujuan untuk tindakan yang diberikan

7. Pemberian informasi kesehatan tentang hasil pelayanan dan pengobatan pasien

8. Pemberian informasi kesehatan tentang Pelayanan kerohanian

9. Pemberian informasi kesehatan tentang hak dan kewajiban pasien


MENGHORMATI DAN MELAKSANAKAN
KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN
1. Petugas atau staf mengidentifikasi dan melaksanakan harapan dan kebutuhan pasien akan
privasinya selama dirawat dirumah sakit meliputi: pada saat wawancara klinis, pemeriksaan,
prosedur/tindakan, pengobatan, dan transportasi.
2. Menempatkan pasien laki-laki terpisah dengan pasien perempuan.
3. Memasang sekat pemisah antar pasien
4. Identitas pasien tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan
5. Rumah sakit menghormati dan melaksanakan apabila pasien menghendaki privasi dari pasien
yang lain, staf lain, pasien lain bahkan keluarganya sendiri.
6. Pasien berhak menerima/menolak untuk di wawancara, difoto, diikut sertakan dalam survey
wawancara untuk kepentingan pendidikan dan penyelidikan.
7. Staf rumah sakit Dustira, pengunjung dan mahasiswa praktek tidak boleh memfoto pasien,
rambu- rambu larangan di pasang di area umum.
8. Kepentingan proses penyelidikan/ hukum dan pelaporan satuan pemberian informasi data
dan foto pasien harus seizin pihak rumah sakit
RUMAH SAKIT MELINDUNGI BARANG MILIK
PASIEN DARI PENCURIAN DAN
KEHILANGAN
1) Pasien/keluarga memperoleh informasi tentang perlindungan barang milik pasien pada saat
pasien masuk rawat inap, one day care dan IGD
2) Rumah sakit memberikan perlindungan barang milik pasien IGD dan pasien rawat inap.
3) Pasien yang dilindungi barangnya adalah : pasien yang tidak mampu mengamankan barang
miliknya (pasien tidak sadar, pasien tidak ditunggu oleh keluarganya) dan membuat keputusan
mengenai barang pribadinya (pasien kriminalitas).
4) Barang yang dilindungi terdiri dari : uang, laptop, perhiasan, dan surat- surat penting.
5) Untuk pasien dengan kasus kriminal dan tahanan yang terkait dengan hukum, Rumah Sakit
Dustira bekerja sama dengan kepolisian dan aparat hukum lainnya.
ALUR PENITIPAN BARANG
RUMAH SAKIT MELINDUNGI PASIEN DARI
KEKERASAN FISIK DAN VERBAL
1. Perlindungan ditujukan kepada pasien-pasien yang beresiko yang tidak di tunggu
/tidak ada keluarganya meliputi : bayi, anak-anak, pasien cacat, manula > 65 thn, pasien koma,
pasien dengan gangguan mental dan emosional, pasien terlantar atau disakiti.
2. Perlindungan pasien dari kekerasan fisik dan verbal dilakukan juga oleh Rumah Sakit kepada
pasien khusus (Pasien Masmil) atas permintaan keluarga atau institusi.
3. Bayi dan pasien dengan gangguan mental atau emosional di identifikasi.
4. Individu yang tidak memiliki identitas harus diperiksa.
5. Pengawasan lokasi terpencil atau lokasi yang terisolasi dengan memasang CCTV dan
pemantauan langsung dilakukan oleh petugas keamanan.
Penggunaan kartu identitas bagi pengunjung, penunggu pasien, dan
6. ketentuan tentang mengisi buku kunjungan diluar jam besuk.
K EBIJ AK AN DNR (DoNotResucitation)

Tindakan Penolakan resusitasi Jantung Paru (DNR) atas permintaan keluarga atau
alasan medis, yaitu meliputi :
1. Pasien yang sudah tidak ada harapan hidup,
2. pasien terminal dengan penyakit kronis,
3. pasien dengan kontra indikasi CPR,
4. pasien mengalami koma,
5. pasien dengan GCS dibawah 9,
6. pasien dengan kondisi sakit berat seperti trauma kepala berat, sepsis, dan lain-
lain.
Pengobatan tetap dilanjutkan untuk pasien DNR. Keputusan DNR dilakukan oleh
suami/istri/orang tua/anak yang sudah dewasa.
PROSEDUR DNR
1. DPJP (dokter yang merawat) menjelaskan rencana tindakan resusitasi dan tujuan yang akan dilakukan secara lengkap terhadap keluarga
2. Bila keluarga menolak rencana tindakan resusitasi, maka dokter yang merawat pasien akan :
a. Menghormati keputusan keluarga
b. Menjelaskan kepada keluarga tentang konsekuensi dari keputusan tersebut.
c. Menjelaskan kepada keluarga akan tanggung jawab keluarga berkaitan dengan keputusan tersebut
3. DPJP meminta informed consent dari pasien atau keluarga.
4. Pasien atau keluarga mengisi formulir penolakan tindakan resusitasi. Arsipkan pada rekam medis pasien dan salinan serahkan pada pasien
dan keluarga.
5. DPJP menginstruksikan perawat untuk memasangkan gelang DNR (warna ungu ke lengan kanan atau kaki pasien)
6. Tinjau kembali status DNR secara berkala, revisi bila ada perubahan keputusan yang terjadi, dan catat dalam rekam medis.
7. Perintah DNR harus mencakup hal- hal di bawah ini :
a. Diagnosis
b. Alasan DNR
c. Kemampuan pasien untuk membuat keputusan
8. Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter yang merawat, atau oleh keluarga yang sah. Dalam hal ini,
catatan DNR di rekam medis harus pula dibatalkan dan gelang DNR (jika ada) harus dimusnahkan.
MENGHORMATI, M E L A KS A N A KA N DAN
M E N J A G A INFORMASI RAHASIA PASIEN
1. Rekam Medis hanya dibawa, dibaca dan digunakan oleh petugas Rumah Sakit yang
berkepentingan dengan pelayanan pasien.
2. Identitas pasien tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan
3. Menjaga informasi identitas pasien agar tidak didengar, dilihat dan dibaca oleh khalayak umum.
4. Rekam Medis tidak diperbolehkan untuk dibawa pasien/keluarga.
5. Informasi rekam medis hanya boleh di buka untuk kepentingan :
a. Kesehatan
b. Memenuhi permintaan penegak hukum dalam rangka penegakkan hukum atas
perintah pengadilan
c. Permintaan/persetujuan pasien sendiri
d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan
e. Penelitian pendidikan dan audit medis sepanjang tidak menyebutkan identitas
f. Dokumen rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan/Rumah Sakit, isi/hasil rekam
medis pasien milik pasien
MENDUKUNG H A K PASIEN DAN KELUARGA
BERPARTISIPASI DALAM PROSES PELAYANAN
SECOND OPINION
1) Petugas harus dilatih untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasien dan keluarga
2) Rumah Sakit memberikan fasilitas kepada pasien yang tidak berbahasa Indonesia
3) Rumah Sakit memfasilitasi dan mendukung pasien untuk mencari second opinion di dalam maupun di luar rumah sakit, meliputi :
a. Second Opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugiaan biaya atau dampak finansial yang besar
b. Second Opinion ditujukan kepada dokter yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) dan mempunyai kompetensi yang sama dengan dokter yang
merawat.
c. Second opinion dapat diberikan untuk tindakan operasi, pemberian jangka panjang, advis pemberian obat yang sangat mahal, kebiasaan dokter memberikan
terapi antibiotik terlalu sering berlebihan pada kasus yang tidak seharusnya diberikan, advis pemeriksaan penunjang dengan biaya sangat besar, diagnosa
dokter yang meragukan, pemeriksaan dan pengobatan yang belum direkomendasikan oleh institusi nasional dan internasional seperti pengobatan
bioresonansi.

4) Rumah Sakit memberitahukan tentang kondisi medis, diagnosa pasti, cara pelayanan dan pengobatan, dan partisipasi dalam keputusan pelayanan

5) DPJP memberitahu tentang hasil pelayanan dan pengobatan.

6) Rumah Sakit memberitahu tentang hak dan tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan penolakan atau tidak melakukan pengobatan.

7) Rumah sakit menghormati keputusan pasien untuk menolak resusitasi (DNR) atas permintaan keluarga atau alasan medis, yaitu meliputi: Pasien yang sudah tidak
ada harapan hidup, pasien terminal dengan penyakit kronis, pasien dengan kontra indikasi CPR, pasien mengalami koma, pasien dengan GCS dibawah 9, pasien
dengan kondisi sakit berat seperti trauma kepala berat, sepsis, dan lain- lain. Pengobatan tetap dilanjutkan untuk pasien DNR. Keputusan DNR dilakukan oleh
suami/istri/orang tua/anak yang sudah dewasa.
ALUR SECON OPINION
RUMAH SAKIT MENDUKUNG DAN M E L A K U K A N TATA
L AKSA NA NYERI

1) Di buat tim manajemen nyeri

2) Dilakukan asessmen, penata laksanaan dan monitoring nyeri

3) Manajemen nyeri dipertimbangkan dari aspek agama,


norma dan budaya masyarakat
PENILAIAN NYERI MENGGUNAKAN
TOOL :
1. NRPS (Numerik ratting pain scale) untuk pasien dewasa dan anak lebih
dari 7 tahun
2. Wong Baker FACES Pain Ratting Scale (WBFPRS) Pada pasien
dewasa dan anak diatas 3 tahun yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka.
3. Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) neonatas (usia 0 – 6 bulan)
4. FLACC Pain Scale Pasien usia Anak yang belum dapat menyampaikan
nyeri secara non-verbal, Pasien usia di atas 2 bulan – 2 tahun.
5. Critical Care Pain Observation (C-CPOT) untuk : Pasien Tidak sadar,
Pasien critical area
RUMAH SAKIT MENGHORMATI DAN MENGHARGAI
PASIEN DI AKHIR KEHIDUPAN

1. Rumah sakit memahami bahwa pasien


yang menghadapi kematian mempunyai kebutuhan yang unik.
2. Pasien ditempatkan di ruang observasi.
3. Rumah sakit menawarkan pelayanan kerohanian.
4. DPJP menginformasikan kondisi pasien.
5. Keluarga mendampingi
6. Dilakukan Asesment Pasien Terminal
INFORMASI TENTANG H A K DAN
KEWAJIBAN PASIEN

Sesuai dengan undang- undang nomor 44 tahun 2009 hak


pasien terdiri dari 18 poin.
1. Informasi hak dan kewajiban pasien diberikan secara tertulis kepada
pasien/keluarga rawat jalan pertama kali berobat dan diberikan kepada setiap
pasien yang di rawat inap
2. Pernyataan tentang hak dan tanggung jawab pasien di tempel di setiap unit
pelayanan.
3. Pasien yang tidak bisa membaca diberikan kepada keluarga yang
mengantar.
4. Pasien yang tidak membawa keluarga maka dibacakan oleh petugas
pendaftaran
GENERAL CONSENT

1. Ketentuan tentang tanggung jawab pasien/ keluarga (PATIENS


RESPONSEBILITIES)
2. Pernyataan pasien/ keluarga tentang pelepasan informasi (RELEASEOF
INFORMASION)
3. Perlindungan Keinginan terhadap privasi (DESIRE PRIVACY )
4. Pemahan tentang barang berharga milik Pribadi (WHORTHY OF
PERSONAL)
5. Pernyataan pasien (STEATMENT OF PATIENT )
6. Persetujuan untuk pengobatan (CONSENT OF TREATMENT)
7. Hak Pasien dan Keluarga
8. Tata tertib Rumah Sakit
PROSEDUR
General Consent diberikan pertama kali kepada pasien berobat di RS Dustira dan kepada
pasien yang akan di rawat inap. General consent berisi :
1. Pelaksanaan pengisian formulir General Consent dilakukan di bagian
pendaftaran.
2. Diisi oleh pasien/keluarga pasien setelah dibaca dan dimengerti.
3. Beri penjelasan oleh petugas pendaftaran bila pasien tidak mengerti dengan isi
formulir
4. Formulir General Consent dibuat rangkap 2 (dua), lembar pertamadisimpan dalam
status rekam medis, lembar kedua diserahkan kepada pasien/keluarga pasien.
5. Petugas ruang poliklinik/rawat inap agar mengecek kelengkapan.
6. formulir General Consent bila belum ada/belum lengkap pengisianya agar
dilengkapi.

Anda mungkin juga menyukai