Anda di halaman 1dari 38

BAB I

DEFINISI

Seiring perkembangan tekhnologi dan tingkat pendidikan


masyarakat dewasa ini yang semakin maju maka Rumah Sakit pun di-
tuntut berkembang selaras dengan perkembangan zaman dan kema-
juan tekhnologi kedokteran serta pelayanan yang prima. Kepuasan
Pasien dan Keluarga menjadi prioritas pelayanan di setiap lini.
Demikian juga Rumah Sakit Daerah Kalabahi memberikan
pelayanan dengan mengedepankan pelayanan kepada kepuasan
pasien dan keluarga pasien harus mengetahui hak-hak apa saja yang
dimiliki serta kepuasan terhadap proses pengobatan maupun
pelayanan di Rumah Sakit, kemudahan mencari informasi tentang
penyakit atau fasilitas yang dimiliki oleh Rumah Sakit serta kewajiban
dokter dan Rumah Sakit harus dilaksanakan dengan benar sehingga
kejadian yang tidak diharapkan atau kesalahan pengobatan tidak ter-
jadi.
Dengan demikian pasien dan keluarga merasa puas dan tidak
dirugikan, Rumah Sakit semakin berkembang dan dapat melakukan
pelayanan yang prima. Tujuan dari Panduan Hak Pasien dan Keluarga
adalah agar Pasien dan keluarga bisa mengetahui dan memahami
tentang Hak-hak mereka selama dalam perawatan atau pelayanan di
Rumah Sakit Daerah Kalabahi.
A. PENGERTIAN

1. Hak :
Kekuasaan / kewenangan yang dimiliki oleh seorang atau su-
atu badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk
berbuat sesuatu.

2. Pasien :

1
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pasien adalah
orang yang sakit. Pasien dalam praktek sehari-hari sering
dikelompokkan menjadi :
a. Pasien rawat inap, yaitu pasien yang memperoleh
pelayanan tinggal atau dirawat khusus dengan cara meng-
inap dan dirawat di Rumah Sakit.
b. Pasien rawat jalan, yaitu pasien yang hanya memperoleh
pelayanan kesehatan, biasanya pasien yang sudah sem-
buh tapi masih dalam pengobatan juga.
3. Keluarga Pasien,terdiri dari :
1. Ayah
2. Ibu
3. Suami
4. Istri
5. Anak
6. Kakak /Adik
7. Saudara
Bila saudara yang tanda tangan persetujuan maka dije-
laskan hubungan dengan pasien.

BAB II

2
RUANG LINGKUP

Pelaksana panduan Tentang Hak Pasien dan Keluarga ini di


Rumah Sakit Daerah Kalabahi terdiri dari :
a. Instalasi Rawat Jalan antara lain :
 Poli Bedah
 Poli Anak
 Poli Gigi
 Poli Penyakit Dalam
 Poli Obsgyn
 Poli Geriatri
 Poli Syaraf
b. Instalasi Gawat Darurat (IGD) Umum dan Triase
c. Instalasi Rawat Inap antara lain :
 RPPD
 Ruang Perawatan Bedah
 Ruang Perawatan Infeksi
 Kelas I
 Ruang Perawatan Utama
 VK Ponek
 NIFAS
 Ruang Perawatan Anak
 Perinatologi
 ICU (Intensive Care Unit)
 Ruang HD ( Hemodialisa )
 RPK (Ruang Penanganan Khusus Covid)
d. Instalasi Kamar Operasi
e. Bagian Pendaftaran dan Rekam Medik
f. Bagian Penunjang :
 Instalasi Farmasi
 Instalasi Laboratorium

3
 Insatalasi Rekam Medis
 Unit Radiologi
 Unit Transfusi Darah
 Unit Gizi
 Unit Fisiotheraphy
 Unit Dots Center
 VCT
 Unit Sanitasi
 Unit Laundry
 Unit Pemulasaraan Jenazah
 Unit IPSRS
 Unit K3RS
 Unit PKRS
 Satuan Pengaman (satpam) / security, dll

4
BAB III
TATA LAKSANA

A. Hak pasien dan keluarga selama berada di Rumah Sakit


Daerah Kalabahi , Menurut UU no 44, pasal 32 Tahun 2009 :
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional;
5. Memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didap-
atkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keingin-
nanya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
Dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di
dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis ter-
hadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengob-
atan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh Tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya;

5
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang di-
anutnya selama hal tersebut tidak mengganggu pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah
Sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai den-
gan agama dan kepercayaan yang dianut;
17. Mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran termasuk
kerahasiaan rekam medik;
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai stan-
dar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai den-
gan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Kewajiban pasien, Menurut Peraturan MenKes RI No.69 Tahun
2014 :
1. Memberikan infomasi yang akurat dan lengkap tentang keluhan
sakit sekarang, riwayat medis yang lalu, hospitalisasi,
medikasi/pengobatan dan hal- hal- lain yang berkaitan dengan
kesehatan pasien.
2. Mengikuti rencana pengobatan yang diadviskan oleh dokter
temasuk instruksi para perawat dan professional kesehatan
yang lain sesuai perintah dokter.
3. Memperlakukan staf RS dan pasien lain dengan bermartabat
dan hormat serta tidak melakukan tindakan yang akan meng-
ganggu pekerjaan RS.
4. Menghormati privasi orang lain dan barang milik RS.
5. Tidak membawa alkohol,obat- obat yang tidak mendapat perse-
tujuan /senjata ke dalam RS.
6. Menghormati bahwa RS adalah area bebas Rokok.
7. Mematuhi jam kunjungan dari RS.

6
8. Meninggalkan barang di Rumah dan membawa hanya barang -
barang yang penting selama tinggal di RS.
B. Hak Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Kalabahi :
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peratu-
ran yang berlaku di Rumah Sakit.
Tata Tertib dan Jam Besuk Di Rumah Sakit Daerah Kalabahi
Pemberlakuan jam berkunjung pasien dewasa dan Anak Di
Rumah Sakit Daerah Kalabahi ;
Hari Senin – Sabtu :
 Pagi : jam 09.30 – 11.00 WITA
 Sore : jam 16.30 – 18.30 WITA
Waktu kunjungan bayi :
Ruang Bayi / RB
 Pagi : TIDAK ADA WAKTU KUNJUNG
 Sore : Jam 16.30 – 17.00 WITA
PASIEN ICU ( Insentif Care Unit ) TIDAK DIBERLAKUKAN
JAM BERKUNJUNG.
Anak di bawah usia 12 Tahun Tidak diperkenankan masuk
Ruang Perawatan.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban
pasien
Setiap pasien berhak untuk mendapatkan informasi hak
dan kewajibannya,selama berada di Rumah Sakit Daerah Kala-
bahi melalui petugas di bagian pendaftaran,ruang perawatan
dan bisa langsung membaca leaflet dan banner yang tersedia di
unit maupun ruangan.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi,adil,jujur,dan
tanpa diskriminasi
Setiap pasien yang berobat di Rumah Sakit Daerah Kala-
bahi,mendapatkan pelayanan yang sama tanpa melihat dari
status sosial,golongan,suku,ras,agama.

7
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standard profesi dan standard operasional ;
Setiap pasien berhak untuk memperoleh layanan kesehatan yang
bermutu sesuai standar profesi dan standar operasional seperti terbe-
bas dari rasa nyeri.
Rumah Sakit Daerah Kalabahi, sangat peduli dengan setiap pasiennya
sehingga melakukan pengkajian Manajemen Nyeri.Pengkajian mana-
jemen nyeri sesuai dengan panduan yang berlaku di Rumah Sakit
Daerah Kalabahi
5. Memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
Perlindungan Harta dan Barang Berharga Milik Pasien
Perlindungan harta milik pasien di rumah sakit adalah jaminan
yang didapatkan oleh pasien terhadap harta atau barang yang dimi-
likinya tidak akan hilang atau dicuri, baik pasien emergency, bedah
rawat sehari, rawat inap, rawat jalan maupun terhadap pasien yang
tidak mampu membuat keputusan terhadap barang pribadinya se-
lama mendapatkan pelayanan kesehatan.
1. Tata laksana dari perlindungan harta milik pasien adalah sebagai
berikut :
a. Tenaga Perawat dan Dokter mengidentifikasi Barang Berharga
yang di pakai oleh pasien.
b. Tenaga Perawat dan Dokter menghubungi satpam untuk me-
mindahkan barang berharga milik pasien
c. Tenaga Perawat Dan Dokter mengisi formulir penitipan
barang dan ditulis jumlah barang berdasarkan jenis barang
dan kondisi barang yang akan diamankan sekalian bersama
satpam menandatangani formulir.
d. Simpan barang pasien ditempat yang telah disediakan oleh
Rumah Sakit.
e. Masukkan format penitipan barang milik pasien ke dalam al-
mari penitipan.

8
Pengambilan atau penyerahan barang milik pasien dilakukan
apabila pasien sudah sadar kan diri atau keluarganya dengan
melakukan serah terima barang milik pasien sesuai prosedur
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang di
dapatkan.
Hak pasien untuk menyampaikan Keluhan,Konflik dan Perbedaan
Pendapat,adapun mekanisme yang berlaku di Rumah Sakit Daerah
Kalabahi mengikuti panduan yang berlaku.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktek
(SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit
Meminta Pendapat Lain (Second Opinion) adalah pendapat
medis yang diberikan oleh dokter lain terhadap suatu diagnosa
atau terapi maupun rekomendasi medis lain terhadap penyakit
yang diderita pasien. Mencari pendapat lain bisa dikatakan sebagai
upaya penemuan sudut pandang lain dari dokter kedua setelah
pasien mengunjungi atau berkonsultasi dengan dokter pertama.
Second opinion hanyalah istilah, karena dalam realitanya di lapan-
gan, kadang pasien bisa jadi menemui lebih dari dua dokter untuk
dimintakan pendapat medisnya.
Meminta pendap at lain atau second opinion juga diatur dalam
Undang Undang no. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian
empat pasal 32 poin H tentang hak pasien, disebutkan bahwa
"Setiap pasien memiliki hak meminta konsultasi tentang penyakit
yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit".
Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda
adalah merupakan hak seorang pasien dalam memperoleh jasa
pelayanan kesehatannya.  Hak yang dipunyai pasien ini adalah
hak mendapatkan pendapat lain (second opinion) dari dokter

9
lainnya. Untuk mendapatkan pelayanan yang optimal, pasien tidak
usah ragu untuk mendapatkan “second opinion” tersebut. Memang
biaya yang dikeluarkan akan menjadi banyak, tetapi paling tidak
bermanfaat untuk mengurangi resiko kemungkinan komplikasi
atau biaya lebih besar lagi yang akan dialaminya. Misalnya,
pasien sudah direncanakan operasi caesar atau operasi usus
buntu tidak ada salahnya melakukan permintaan pendapat dokter
lain.
Dalam melakukan “second opinion” tersebut sebaiknya
dilakukan terhadap dokter yang sama kompetensinya. Misalnya,
tindakan operasi caesar harus minta “second opinion” kepada
sesama dokter kandungan bukan ke dokter umum. Bila
pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan dokter sangat banyak
dan mahal, tidak ada salahnya minta pendapat ke dokter lain yang
kompeten. Hak pasien untuk meminta konsultasi tentang penyakit
yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Ijin
Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit Daerah
Kalabahi.
Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah
pasien lebih teredukasi mengenai masalah kesehatan yang
dihadapinya. Terdapat kondisi yang meragukan bagi pasien pada
saat meminta pendapat lain, misalnya ketika dokter pertama
menyarankan operasi, tidak mengherankan jika pendapat dari
dokter lain akan berbeda, oleh karena setiap penyakit memiliki
gejala klinis yang berbeda ketika hadir di ruang periksa sehingga
mempengaruhi keputusan dokter.
Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan
keluarganya menghubungi perawat atau langsung kepada dokter
yang merawatnya kemudian mengemukakan keinginannya untuk
mendapatkan pendapat lain atau second opinion. Dokter yang
merawat berkewajiban menerangkan kepada pasien dan
keluarganya hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendapatkan

10
second opinion terdapat dalam panduan ini. Apabila keputusan
mengambil pendapat lain telah disepakati, maka formulir
Permintaan Pendapat Lain (Second Opinion) diisi oleh pasien atau
walinya dan diketahui oleh Dokter (DPJP) serta saksi.
Saat merasa tidak puas dengan diagnosis seorang dokter, pasien
berhak untuk mencari second opinion atau pendapat kedua dari
dokter lain. Tidak semua pasien memanfaatkannya, antara lain
karena repot dan tentunya butuh biaya ekstra.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data – data medisnya;
Rumah Sakit berkewajiban menyimpan rahasia pasien dan
menghormati kebutuhan privasi pasien,terkait dengan kesehatan
pasien,wawancara klinis, pemeriksaan, prosedur, pengobatan dan
transfer pasien dalam pelayanan di ruang rawat jalan,IGD,Rawat
Inap,Operasi dan tindakan sesuai dengan perundang- undangan yang
berlaku. Perlindungan privasi ini dapat dijumpai dalam formulir General
Consent atau Persetujuan Umum. Pasien atau keluarga pasien dapat
membaca terlebih dahulu sebelum mengisi formulir,apabila ada poin
atau hal yang tidak dimengerti dapat menanyakan langsung pada
petugas.
Perlindungan Privacy yang dilakukan di Rumah Sakit Daerah Kalabahi
antara Lain :
a. Tidak memasang papan nama pasien disetiap instalasi rawat
inap.
b. Perawat rawat inap menyimpan data rekam medis pasien (sta-
tus lyst) di tempat yang aman (meja dalam kantor perawat).
c. Pada saat dokter visite dan melakukan pemeriksaan fisik tetap
menjaga privasi pasien dengan cara:
 Meminta penunggu pasien atau orang yang sedang berkun-
jung untuk keluar sebentar karena dokter akan memeriksa
pasien.
 Menutup korden atau penyekat kamar.

11
 Meminta ijin kepada pasien untuk melakukan pemeriksaaan
fisik dan memakaikan selimut.
 Menyediakan tempat atau ruangan untuk konsultasi antara
pasien atau keluarga dengan dokter (misalnya ruangan
kepala ruangan).
d. Rumah sakit menghormati hak pasien atau keluarga untuk tidak
mau dikunjungi karena alasan kesehatan pasien dengan mem-
berikan tulisan dipintu masuk kamar pasien yang berisikan Se-
mentara pasien tidak dapat menerima tamu atau pengunjung.
e. Bila ada yang menanyakan tentang kondisi kesehatan pasien
melalui telepon selain keluarga, petugas ruangan tidak diperke-
nankan memberikan informasi tanpa seijin pasien.
f. Bila pasien menjadi tanggungan asuransi, maka apabila petu-
gas Rumah Sakit mengirim resume medis awal harus mencan-
tumkan nomer register pasien, sehingga memudahkan petugas
rumah sakit untuk melakukan cek ulang bila ada telepon dari
asuransi menanyakan kondisi pasien (untuk memastikan
apakah betul telepon tersebut dari asuransi pasien).
g. Bila dari asuransi menanyakan kondisi pasien, petugas atau
perawat harus menanyakan terlebih dahulu nomer register
pasien untuk memastikan apakah telepon tersebut benar asur-
ansi pasien yang dirawat.
h. Bila pasien tanggungan perusahaan, maka perusahaan yang
boleh mengetahui tentang data kesehatan pasien sesuai yang
tercantum dalam surat perjanjian bersama.
i. Pada saat pasien diantar keluar ruangan atau ke luar unit,
pasien dipakaikan selimut.
j. Bila pasien masih dalam kondisi sadar dan berkompeten untuk
mengambil keputusan, pasien wajib mengisi formulir pelepasan
informasi (hak perwalian mendapatkan informasi kesehatan
pasien selama di rumah sakit) baik rawat jalan maupun rawat
inap.

12
k. Melakukan pembatasan jam berkunjung.
l. Untuk pasien kondisi terminal atau gaduh gelisah, memberitahu
kepada keluarga yang lain untuk menjaga satu atau dua orang
yang ada di dalam kamar.
m. Bila ada telusur kasus seperti ada kepentingan akreditasi atau
penelitian wajib meminta ijin kepada pasien bersedia atau tidak
untuk ditelusur, pihak yang berkepentingan membuat perny-
ataan secara tertulis menjaga kerahasiaan data rekam medis
pasien.
n. Peliputan media cetak atau elektronik harus mengajukan per-
mohonan secara tertulis kepada direktur dan harus mendapat
ijin dari pasien, pasien wajib mengisi format pelepasan infor-
masi kepada media tersebut, dengan demikian rumah sakit
tidak bertanggung jawab terhadap kerahasiaan data rekam
medis pasien.
RS Kalabahi dalam salah satu pelayanannya adalah menyeleng-
garakan pelepasan informasi isi rekam medis pasien yang sesuai
dengan standar yakni berisi informasi lengkap perihal proses
pelayanan kesehatan dimasa lalu, masa kini, dan perkiraan dimasa
mendatang. Berdasarkan PerMenKes RI No.269/MENKES/ PER/
III/ 2008 pasal 1 menyatakan bahwa “Rekam Medis adalah berkas
yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pe-
meriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien”. Rekam Medis memiliki peran dan fungsi
yang sangat penting, yaitu sebagai dasar pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan pasien, bahan pembuktian dalam perkara hukum,
bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan, dasar pemba-
yaran biaya pelayanan kesehatan dan terakhir sebagai bahan un-
tuk membuat statistik kesehatan.Hatta (2012:85).

Pelepasan Informasi medis kepada pihak ketiga yaitu :

13
Prosedur pelepasan informasi kepada pihak ketiga non pen-
gadilan terdiri dari pelepasan informasi guna klaim asuransi dan
permintaan resume medis. Prosedur yang telah ditetapkan untuk
dapat mengambil pemeriksaan penunjang atau resume medis guna
klaim asuransi. Yaitu apabila pihak ketiga merupakan petugas asur-
ansi yang menjadi mitra kerjasama dari pasien harus membuat
surat ijin secara tertulis atau surat hak kuasa (tidak dengan lisan
atau kuitansi pembayaran) yang ditanda tangani oleh pasien yang
bersangkutan, jika bukan pasien tersebut yang mengambil (famili
atau orang lain).
. Dalam formulir General Consent atau Persetujuan Umum,
Rumah Sakit menyediakan pelepasan informasi tentang
diagnosis,hasil pelayanan,dan pengobatan bila diperlukan untuk
memproses klaim asuransi / perusahaan dan / atau lembaga pe-
merintah serta hasil pelayanan dan pengobatan kepada anggota
keluarga lainnya, yang syah secara hukum.
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata
cara tindakan medis,tujuan tindakan medis,alternative tin-
dakan medis,resiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi,dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan;
Informed Consent terdiri dari kata informed yang berarti telah
mendapatkan informasi dan consent berarti persetujuan (ijin). Yang
dimaksud dengan Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah
pernyataan setuju (consent) atau ijin dari seseorang (pasien) yang
diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) terhadap
tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah
mendapatkan informasi yang cukup tentang kedokteran yang
dimaksud.

Jenis- jenis Informed consent antara lain :

14
1. Informed consent tindakan Operasi
2. Informed consent tindakan anesthesi
3. Informed consent tindakan Transfusi darah
4. Informed consent tindakan Tindakan – tindakan beresiko
tinggi.
5. Informed consent tindakan untuk obat – obat antibiotika.
Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
Tindakan Kedokteran, adalah suatu tindakan medis berupa preventif,
diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien,tindakan yang membutuhkan Informed
Consent antara lain :
a. Tindakan invasif, adalah tindakan yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.
b. Tindakan Kedokteran yang mengandung resiko
tinggi adalah tindakan medis yang berdasarkan tingkat
probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau
kecacatan.
c. Pasien, adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
d. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis,
dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
e. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau
ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung
atau pengampunya.
Ayah:
 Ayah Kandung

15
 Ayah Angkat adalah seseorang yang ditetapkan
berdasarkan penetapan pengadilan atau syah berdasarkan
hukum adat.
Ibu:
 Ibu Kandung
 Termasuk “Ibu” adalah Ibu angkat yang ditetapkan
berdasarkan penetapan pengadilan atau berdasarkan
hukum adat
Suami:
 Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan
seorang perempuan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Istri:
 Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan
seorang laki-laki berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu)
istri persetujuan / penolakan dapat dilakukan oleh salah satu
dari mereka.
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) menyampaikan in-
formasi tentang kondisi,diagnosis pasti,rencana asuhan,dan dapat
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan serta diberitahu ten-
tang hasil asuhan termasuk kemungkinan hasil yang tidak terduga
dari proses asuhan dan pengobatan.
Informasi yang diberikan memuat elemen ;
a. Diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding) dan
dasar diagnosis.
b. Kondisi pasien
c. Tindakan yang diusulkan
d. Tata cara dan tujuan tindakan
e. Manfaat dan resiko tindakan
f. Nama orang yang mengerjakan tindakan

16
g. Kemungkinan alternative dari tindakan
h. Prognosis dan tindakan
i. Kemungkinan hasil yang tidak terduga
j. Kemungkinan hasil bila tidak dilakukan tindakan
Setelah pasien atau keluarga pasien mendapatkan informasi yang
jelas dan mengerti,maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
mengisi dan menandatangani formulir Informed Consent atau Persetu-
juan Tindakan Kedokteran.
Yang berhak Menandatangani Informed Consent adalah :

1. Pasien itu sendiri yang kompeten pasien dewasa,yaitu apabila


telah berumur 18 tahun atau telah menikah, bukan anak, tidak
terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara
wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan/retardasi
mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu
membuat keputusan secara bebas) atau keluarga terdekat
(suami/ istri, ayah/ ibu,kakak/adik,keluarga.Penilaian terhadap
kompetensi pasien dilakukan oleh tenaga medis pada saat
diperlukan persetujuan.

2. Bagi pasien dibawah umur 18 tahun, persetujuan (informed


Consent) atau Penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka
menurut urutan hak sebagai berikut :

1. Ayah / Ibu

2. Suami / Isteri

3.Kakak

4. Keluarga

Dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa pasien


dan/atau untuk mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan
tindakan kedokteran, hal ini diputuskan oleh tenaga medis dan harus

17
dicatat dalam rekam medik, penjelasan harus diberikan sesegera
mungkin kepada pasien setelah pasien sadar atau kepada akeluarga
terdekat. Dalam situasi khusus dimana terjadi tindakan
penghentian/penundaan bantuan hidup (withdrawing / withholding life
support) pada pasien, harus mendapat persetujuan keluarga terdekat
pasien secara tertulis, dan hal ini harus didahului dengan penjelasan
dari tim dokter. Situasi lain dimana tindakan kedokteran harus
dilakukan sesuai dengan program pemerintah, dimana tindakan medik
tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak, maka persetujuan
tindakan kedokteran itu tidak diperlukan.

Pasien atau keluarga terdekat berhak menolak tindakan kedok-


teran setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang
akan dilakukan, hal ini harus dilakukan secara tertulis. Segala akibat
dari penolakan ini menjadi tanggung jawab pasien. Perlu diingat
bahwa penolakan tindakan kedokteran ini tidak boleh memutuskan
hubungan dokter pasien.

11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan


yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya
Penolakan atau tidak melanjutkan pengobatan Hak Pasien atau
keluarga untuk menolak tindakan yang akan dilakukan dokter dise-
but informed refusal. Tidak ada hak dokter yang dapat memaksa
pasien mengikuti anjurannya, walaupun dokter menganggap peno-
lakan bisa berakibat gawat atau kematian pasien. Bila dokter gagal
dalam meyakinkan pasien pada alternatif tindakan yang diperlukan,
maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya dokter atau
rumah sakit meminta pasien atau keluarga menandatangani surat
penolakan terhadap anjuran tindakan medik yang diperlukan.-
Dalam kaitan transaksi terapeutik dokter dengan pasien, perny-
ataan penolakan pasien atau keluarga ini dianggap sebagai pemu-
tusan transaksi terapeutik. Dengan demikian apa yang terjadi di-

18
belakang hari tidak menjadi tanggung jawab dokter atau rumah
sakit lagi. Penolakan tindakan medis diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/
III/2008 Bab V Penolakan Tindakan Kedokteran
9. Persetujuan penolakan pengobatan meliputi dua cara, persetujuan
penolakan langsung dan persetujuan penolakan secara tidak
langsung. Dokter yang menangani pasien harus menjelaskan hal –
hal yang akan dilakukan secara jelas. Serta mendiskusikan dengan
jelas keuntungan dan kerugian dari pengobatan tersebut.
10. Hukum melindungi hak seseorang untuk mengambil keputusan
menerima atau menolak terapi, terlepas dari bijaksana atau
tidaknya keputusan tersebut. Prinsip dasar dalam hukum kita
adalah setiap orang memiliki hak untuk memutuskan hal-hal yang
menyangkut tubuh mereka. Hubungan dokter pasien dikenal
sebagai “fiduciary relationship” yang berarti hubungan yang
berlandaskan kepercayaan. Penolakan pengobatan dapat
dilakukan oleh pasien atau keluarga pasien itu sendiri. Selain itu
pernyataan pulang paksa karna pertimbangan tertentu, ( biaya,
atau pindah Rumah Sakit atau lain – lain). dinyatakan sah apabila
pasien telah menyetujui format penolakan pengobatan dan
pernyataan pulang paksa.
11. Rumah Sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang hak
dan tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan penolakan
atau tidak melanjutkan pengobatan,Dokter Penangunggung Jawab
Pelayanan (DPJP) memberitahukan pasien dan keluarganya ten-
tang konsekuensi dari keputusan mereka,bertanggung jawab
berkaitan dengan keputusan tersebut dan memberitahukan pasien
dan keluarganya tentang tersedianya alternative pelayanan dan
pengobatan.
DNR (Penolakan Resusitasi)
DNR atau do not resuscitate adalah suatu perintah yang memberi-
tahukan tenaga medis untuk tidak melakukan CPR. Hal ini berarti dok-

19
ter, perawat dan tenaga emergency medis tidak akan melakukan us-
aha emergency CPR bila pasien mengalami henti jantung atau henti
nafas. CPR atau cardiopulmonary resuscitate adalah suatu proses
medis yang digunakan untuk mengembalikan fungsi jantung (sirkulasi)
dan pernafasan spontan pasien bila seseorang mengalami gagal jan-
tung dan pernafasan. CPR melibatkan ventilasi paru (mulut ke mulut
atau mulut ke hidung) dan kompresi dinding dada untuk memperta-
hankan perfusi ke jaringan organ vital selama dilakukan upaya-upaya
untuk mengembalikan respirasi dan ritme jantung yang spontan. CPR
lanjut melibatkan DC shock, insersi tube untuk membuka jalan nafas,
injeksi obat-obatan ke jantung, dan untuk kasus-kasus ekstrim pijat
jantung langsung.
I. Menghormati keinginan pasien dan keluarganya
1. Kecuali perintah DNR dituliskan oleh dokter untuk seorang
pasien, maka dalam kasus-kasus henti jantung dan henti
nafas, tenaga emergenci wajib melakukan tindakan resusitasi.
2. Ketika memutuskan untuk menulis perintah DNR, dokter tidak
boleh mengesampingkan keinginan pasien maupun walinya.
3. Perintah DNR dapat dibatalkan (gelang DNR dapat dimus-
nahkan).
II. Kriteria DNR
1. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompe-
ten mengambil keputusan, dan telah mendapat penjelasan dari
dokter atau bagi pasien yang dinyatakan tidak kompeten,
keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat, atau wali yang
sah yang ditunjuk pengadilan.
2. Dengan pertimbangan tertentu, hal-hal dibawah ini dapat digu-
nakan sebagai bahan diskusi perihal DNR dengan pasien atau
walinya :
a. Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengob-
atan rendah atau CPR hanya menunda proses kematian
yang alami.

20
b. Pasien tidak sadar secara permanen.
c. Pasien berada dalam kondisi terminal.
d. Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak
kerugian dibanding keuntungan jika resusitasi dilakukan.
Penolakan resisutasi atau DNR diberikan, dengan pertimbangan-per-
timbangan tertentu seperti:
a. Pasien yang menderita penyakit kronis dan terminal.
b. Pasien yang dengan kontraindikasi CPR ataupun pasien yang
di cap euthanasia (dibiarkan mati ataupun suntik mati karena
kehidupan yang sudah tidak terjamin).
c. Jelas trauma kepala atau tubuh yang masif yang tidak memu-
ngkinkan untuk hidup (pastikan pasien tidak memiliki tanda –
tanda vital).
Di berkas rekam medis pasien harus tercantum data – data :
1. Tulisan ‘Pasien ini tidak dilakukan resusitasi’
2. Tulis tanggal dan waktu pengambilan keputusan
3. Indikasi / alasan tindakan DNR
4. Batas waktu berlakunya instruksi DNR.
5. Nama dokter penanggungjawab pasien
6. Ditandatangani oleh dokter penanggungjawab pasien
dan atau pasien / keluarga (yang mengambil keputusan).
Diskusi antara dokter dengan keluarga pasien mengenai keputu-
san ini harus seijin pasien.Jika pasien tidak kompeten secara mental,
diskusi dapat dilakukan dengan keluarga atau wali syah pasien den-
gan mempertimbangkan kondisi dan keinginan pasien. Jika tidak ter-
dapat keluarga pasien atau wali yang syah, keputusan dapat diambil
oleh dokter penanggung jawab pasien.
Jika terdapat situasi dimana pasien kehilangan kompetensinya untuk
mengambil keputusan, tetapi telah membuat “keputusan dini Do Not
Resusitation (DNR) sebelumnya yang valid, maka keputusan ini harus-
lah dihargai.

21
Alternatif Pelayanan Pengobatan
Rumah Sakit Daerah Kalabahi melakukan kerjasama dengan
Rumah Sakit SILOAM dan Rumah Sakit Daerah Prof. Yohanes Ku-
pang dengan pertimbangan mempunyai fasilitas lebih lengkap se-
hingga pasien mendapatkan pelayanan yang maksimal dan dengan
jarak tempuh kurang lebih dari 8 jam dengan kendaraan laut (kapal)
dan kurang lebih 45 menit dengan menggunakan Pesawat,sehingga
jika pasien dirujuk atau memilih pelayanan alternatif ke Rumah Sakit
tersebut pasien dapat cepat terlayani.

12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis


Tiap manusia berhak mendapatkan perlakuan yang unik dan
dengan penuh kasih sayang dalam akhir akhir hayat atau dalam tahap
terminal.Kondisi terminal merupakan suatu kondisi dimana sesorang
mengalami sakit atau penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk
sembuh dan menuju pada proses kematian dalam 6 (enam) bulan atau
kurang.
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut
akal sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh.
Kematian adalah suatu keadaan terputusnya hubungan tubuh dengan
dunia luar yang ditandai dengan tidak adanya denyut nadi, tidak
bernafas selama beberapa menit dan ketiadaan segala reflex, serta
ketiadaan kegiatan otak dan sudah dinyatakan oleh dokter yang
berwenang.
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa
disembuhkan lagi. Sedangkan pasien terminal adalah : Pasien –pasien
yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka akan meninggal atau
keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M. Stevens,
dkk ,hal 282, 1999). Proses terjadinya kematian diawali dengan
munculnya tanda-tanda yaitu sakaratul maut atau dalam istilah disebut
dying. Oleh karena itu perlunya pendampingan pada seseorang yang
menghadapi sakaratul maut (Dying).

22
Sangat penting untuk diketahui oleh kita, sebagai tenaga
kesehatan tentang bagaimana cara mengenai pasien yang
menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang
menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan perawatan
yang tepat, seperti memberikan perhatian yang lebih kepada pasien
sehingga pasien mersa lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi
sakaratul maut.
Untuk meningkatkan pelayanan akan kebutuhan yang penting. ini
di Rumah Sakit diperlukan suatu panduan. Buku ini diharapkan dapat
menjadi pegangan atau acuan bagi Ruamah Sakit Panti Nirmala
Malanguntuk melaksanakan kegiatan Pelayanan pada Tahap Terminal
secara komperhensif dan juga pada juga pada pasien dalam kondisi
sakaratul maut.
Proses menghadapi kematian merupakan bagian dari kehidupan
normal yang baru dijalani. Meski demikian, pasien yang berada pada
tingkat akhir hidupnya, dan keluarganya tetap memerlukan pelayanan
yang terfokus akan kebutuhannya yang unik.
Pada tahap pelayanan kepada pasien dalam kondisi terminal juga
bisa dikondisiskan pasien dalam kondisi sakratul maut sehingga
seluruh aspek pelayanan dan perawatan pada pasien berada dalam
kondisi seperti ini dapat disamakan.
Tidak dapat dipungkiri kematian itu tak dapat dihindari dari
kehidupan sehari-hari kita. Kematian tidak pandang bulu, anak-anak,
remaja maupun orang dewasa sekalipun dapat mengalamai hal ini.
Kita tak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Kematian seakan
menjadi ketakuatan yang sangat besar di hati kita.
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang men-
galami penyakit / sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh
sehingga sangat dekat dengan proses kematian.Respon pasien
dalam kondisi terminal sangat individual tergantung  kondisi fisik,
psikologis, sosial yang dialami. Hal ini mempengaruhi tingkat kebu-
tuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.Perawat harus

23
memahami apa yang dialami pasien dengan kondisi terminal, tujuan-
nya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien se-
hingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Penyakit yang
bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/ mengancam
hidup, antara lain:
1. Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal,
Sirosis Hepatis, Penyakit Ginjal Kronis, Gagal Jantung, dan
Hipertensi.
2. Kondisi Keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca
Pankreas, Ca Liver, Leukemia.
3. Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke, Hydrocephalus,
dan lain-lain.
4. Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia.
5. Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ
Vital (Paru-Paru atau jantung) ginjal, dan lain-lain.

Dalam tahap terminal atau tanda-tanda akhir kehidupan rumah


sakit menggunakan EWS ( Early Wraning System ) yaitu :

1. Dokter penanggung jawab memberikan informasi kepada


pasien dan atau keluarga yang diberi wewenang mengenai
penyakit pasien berada pada kondisi tahap terminal.
2. Parameter menentukan penanganganan terhadap pasien
dalam metode Early Warning Sistem (EWS) yakni tingkat
kesadaran, respirasi, atau pernafasan, saturasi oksigen,
oksigen tambahan,suhu,denyut nadi, dan tekanan darah atau
sistolik.
3. Jika, nilai EWS Nol ( 0) maka dianjurkan monitoring TTV dan
pantau kondisi pasien minimal 1 kali, kemudian catat pada
lembar observasi pasien dan ikuti petunjuk respon klinis
rendah atau hijau.

24
4. Selanjutnya, skor 1-4 atau rendah ( Hijau) dilakukan langkah-
langkah sepertinlaporkan hasil EWS pada dokter, verifikasi
maksimal 1 jam, menentukan frekuensi monitoring perlu
ditambah atau eskalasi DPJP, lalu pantau setiap 4 jam dan
dicatat. Jika, kedepannya ditemukan skor di bawah 1
penanganan ke klinis akor 0 tapi jika diatas 4 lanjutkan regulasi
tahap berikutnya.
a. Kuning atau skor EWS 5-6 medium, pertama laporkan hasil
kepada dokter atau pihak terkait,lakukan verifikasi 30 menit
sebelum pantau setiap 1 jam sampai kondisi membaik,dan
catat.
b. Jika, kondisinya menunjukkan skor di bawah 5 maka tangani
ke klinis skor rendah atau hijau tapi kalau menunnjukkan di
ats 6 tingkatkan observasi setiap 30 menit dan ikuti petunjuk
skor tinggi atau merah.
c. Tingkatan tertinggi EWS diatas 7 (merah) prosedur
penanganan pasien, yakni laporkan hasil ke dokter, lakukan
verifikasi , pemeriksaan, da penanganan 15 menit sejak
aktivasi EWS,laporkan ke DPJP, informasikan kondisi
pasien kepada keluarga. Jika, memburuk maka dengan ijin
DPJP konsultasikan ke intensivist buat rekomendasi rawat
insentif.
Pokok-pokok perawatan pasien terminal terdiri dari:

A. Peningkatan Kenyamanan
Kenyamanan bagi pasien menjelang ajal termasuk pengenalan
dan peredaan distress psikobiologis.Perawat harus memberikan
bimbingan kepada keluarga tentang tindakan penenangan bagi
pasien sakit terminal.Kontrol nyeri penting karena mengganggu tidur,
nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.Pemberian kenya-
manan bagi pasien terminal juga mencakup pengendalian gejala
penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung
pada  perawat dan keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan

25
dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan bimbingan dan kon-
seling bagi keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenya-
manan pada klien.
a. Pemeliharan Kemandirian
Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah per-
awatan intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice yang memu-
ngkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus mem-
berikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dan
pasien.Sebagian besar pasien terminal ingin mandiri dalam
melakukan aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tu-
gas sederhana seperti mandi, makan, membaca, akan
meningkatkan martabat pasien. Perawat tidak boleh memaksakan
partisipasi pasien terutama jika ketidakmampuan secara fisik mem-
buat partisipasi tersebut menjadi sulit.Perawat bisa memberikan
dorongan kepada keluarga untuk membiarkan pasien membuat
keputusan.
b. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk
merespon secara efektif terhadap pasien menjelang ajal.Untuk
mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat
meningkatkan kualitas lingkungan.Lingkungan harus diberi penca-
hayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman dekat da-
pat mencegah kesepian.Keluarga atau penjenguk harus diper-
bolehkan bersama pasien menjelang ajal sepanjang waktu.Perawat
memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap / selalu
bersama klien menjelang ajal, terutama saat-saat terakhir hidupnya.
c. Peningkatan Ketenangan Spiritual
Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar
dari sekedar meminta rohaniawan.Ketika kematian mendekat,
pasien sering mencari ketenangan.Perawat dan keluarga dapat
membantu pasien mengekspresikan nilai dan keyakinannya. pasien
menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan

26
makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Pasien
mungkin minta pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari
anggota keluarga.Perawat   dan keluarga memberikan ketenangan
spiritual dengan menggunakan keterampilan komunikasi, empati,
berdoa dengan pasien, membaca kitab suci, atau mendengarkan
musik.
d. Dukungan untuk keluarga yang berduka
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang
ajal dan kematian dari orang yang mereka cintai.Semua tindakan
medis, peralatan yang digunakan pada pasien harus diberikan pen-
jelasan,seperti alat Bantu nafas atau pacu jantung. Kemungkinan
yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus dijelaskan pada
keluarga.
B. Hak-hak Pasien Tahap Terminal
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien yang
sedang dalam keadaan terminal, perawat harus memperhatikan
hak-hak pasien berikut ini:
1. Hak diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup sampai ajal
tiba.
2. Hak mempertahankan harapannya, tidak peduli apapun
perubahan yang terjadi.
3. Hak mendapatkan perawatan yang dapat mempertahankan
harapannya, apapun yang terjadi.
4. Hak mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan
dengan kematian yang sedang dihadapinya.
5. Hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan
dengan perawatan.
6. Hak memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan
secara berkesinambungan, walaupun tujuan penyembuhannya
harus diubah menjadi tujuan memberikan rasa nyaman.
7. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian.
8. Hak untuk bebas dari rasa sakit.

27
9. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara
jujur.
10. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk
keluarga yang ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya.
11. Hak untuk meninggal dalam damai dan bermartabat.
12. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak
diambil keputusan yang bertentangan dengan kepercayaan
yang dianut.
13. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya,
apapun artinya bagi orang lain.
14. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan
dihormati setelah yang bersangkutan meninggal.
15. Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang
profesional, yang dapat mengerti kebutuhan dan kepuasan
dalam menghadapi kematian.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang di-
anutnya selama hal tersebut tidak mengganggu pasien lain-
nya;
Pelayanan Kerohanian adalah suatu usaha bimbingan untuk
mendampingi dan menemui pasien berobat rawat jalan maupun
rawat inap, agar mampu memahami arti dan makna hidup sesuai
dengan agama atau keyakinan masing-masing. Pelayanan ini san-
gat berarti sebagai upaya meningkatkan rasa percaya diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa sebagai Zat yang menentukan kehidupan
umat manusia, sehingga motivasi ini dapat menjadi pendorong
dalam proses penyembuhan.
Pelayanan kerohanian atau bimbingan rohani dapat diseleng-
garakan atas permintaan pasien atau keluarga pasien dengan cara
menghubungi petugas di ruangan atau pembimbing rohani.

28
Daftar dan Jadwal Pelayanan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Daerah
Kalabahi :
No Nama No.Hp
Agama Petugas Alamat Hari/Jam
Muslimin Djahi- 082 336198277 Senin,Selasa,Rabu
lape Moepali Tengah 09.00 s/d 11.00
1. Islam Ramadhan Puas Kamis,Jumad,Sabtu
Binongko 09.00 s/d 11.00
2. Kristen Halena Pesang 082341123900 Senin,selasa,Rabu
Protestan Air Kenari 09.00 s/d 11.00
Pdt.Loisa Blegur 082144551677 Kamis,Jumad,Minggu
Mola 09.00 s/d 11.00
Maria.W Selaka 081342264908 Senin,Selasa,Rabu
Bungawaru 09.00 s/d 11.00
3. Katholik
Blandina Sinar 082144396726 Kamis,Jumad,Sabtu
Bungawaru 09.00 s/d 11.00
4. Hindu Ni Putu Cindy 081392103236 Kamis,Jumad,Sabtu
Parantika Dewi Kalabahi 09.00 s/d 11.00

Apabila Pasien atau Keluarga Pasien ingin dilayani atau


membawa petugas kerohanian dari luar petugas yang berada di
Rumah Sakit Daerah Kalabahi, diharapkan untuk melapor kepada
petugas ruangan untuk difasilitasi dan mengisi formulir Pelayanan
Kerohanian.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;
Perlindungan Pasien yang rentan Terhadap Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang di sengaja atau pen-
ganiayaan secara langsung merusak integritas fisik maupun psikolo-
gis korban, ini mencakup antara lain tindakan memukul, menendang,

29
menampar, mendorong, menggigit, mencubit, pelecehan seksual dan
lain-lain yang dilakukan baik oleh pasien, staf maupun oleh pengun-
jung.
Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap individu
atau kelompok yang dapat mengakibatkan kerusakan pada fisik,
mental, spiritual, moral atau sosial termasuk pelecehan secara verbal.

Kriteria pasien yang rentan terhadap kekerasan fisik antara lain :

a. Bayi dan anak- anak


b. Lansia
c. Pasien dengan kondisi cacat mental maupun cacat fisik
d. Pasien tidak sadar / koma
e. Kasus KDRT
f. Napi

Rumah Sakit mengidentifikasi kelompok pasien berisiko yang tidak


dapat melindungi dirinya sendiri, misalnya bayi, anak-anak, pasien ca-
cat, manula,gangguan kesadaran / koma, narapidana,kasus KDRT dll.
Staf atau petugas menetapkan tingkat perlindungan terhadap pasien
tersebut. Perlindungan ini mencakup tidak hanya kekerasan fisik,
tetapi juga mencakup hal-hal terkait keamanan, seperti kelalaian (neg-
ligent) dalam asuhan, tidak memberi layanan, atau tidak memberi ban-
tuan waktu terjadi kebakaran. Semua anggota staf memahami tang-
gung jawabnya dalam proses ini.

1. Tata laksana dari perlindungan terhadap kekerasan fisik pada


pasien sebagai berikut :
a. Staf melakukan proses identifikasi pasien beresiko melalui
pengkajian secara terperinci.
b. Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasien :
Petugas di masing-masing unit pelayanan bertangggung jawab
untuk mengamankan kondisi dan memanggil dokter untuk meni-

30
lai kebutuhan fisik dan psikologis pasien dengan mengesamp-
ingkan masalah medis pasien tersebut.
c. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh staf Rumah Sakit :
Perawat/Bidan/Paramedis lain di masing-masing unit pelayanan
menegur staf tersebut dan melaporkan insiden tersebut kepada
kepala bidang terkait untuk diproses lebih lanjut.
d. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung :
Staf bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk memu-
tuskan diperbolehkan atau tidak pengunjung tersebut memasuki
area Rumah Sakit Daerah Kalabahi.
e. Monitoring setiap lobby, koridor rumah sakit, unit rawat inap,
rawat jalan maupun di lokasi terpencil atau terisolasi dengan
pemasangan kamera CCTV (Closed Circuit Television) yang
terpantau oleh petugas keamanan selama 24 (dua puluh em-
pat) jam secara terus-menerus.Adapun daftar /list pemasangan
CCTV di rumah sakit daerah kalabahi:
 Loket Pendaftaran,Gedung Poliklinik
 Instalasi Gawat Darurat
 Intalasi Laboratorium
 Instalasi Farmasi
 Lorong / akses rawat inap
 Ruang Perawatan Perinatologi
 Ruang Perawatan VK
 Ruang Perawatan NIfas
 Ruang Perawatan Anak
f. Setiap pengunjung rumah sakit selain keluarga pasien
meliputi : tamu rumah sakit, detailer, pengantar obat atau
barang dan lain-lain wajib melaporkan ke petugas informasi
dan wajib memakai kartu tamu.
g. Pemberlakuan jam berkunjung pasien

31
h. Petugas keamanan berwenang bertanya pada pengunjung
yang mencurigakan dan mendampingi pengunjung tersebut
sampai ke pasien yang dimaksud.
i. Petugas / staf terkait wajib melapor kepada petugas keamanan
apabila menjumpai pengunjung yang mencurigakan atau
pasien yang di rawat membuat keonaran maupun kekerasan,
maka petugas keamanan mengunci akses pintu penghubung
antar unit pada pukul 22.00 WIB.
j. Pengunjung di atas pukul 22. 00 WIB wajib lapor dan menulis
identitas pengunjung pada buku daftar pengunjung petugas
keamanan dan membawa Kartu Pengunjung.
2. Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan
gangguan kesadaran :
a. Pasien Rawat Jalan
1. Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan men-
gantarkan sampai ke tempat periksa yang di tuju dengan
memakai alat bantu yang diperlukan.
2. Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi
pasien saat dilakukan pemeriksaan sampai selesai.
b. Pasien Rawat Inap
1. Penempatan pasien di kamar rawat inap sedekat mungkin
dengan kantor perawat.
2. Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat
tidur
3. Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga
sendiri atau oleh pihak yang di tunjuk dan dipercaya.
3. Tata laksana perlindungan terhadap penderita cacat :
a. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan
pasien penderita cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan
wajib membantu serta menolong sesuai dengan kecacatan
yang di sandang sampai proses selesai dilakukan.

32
b. Bila diperlukan, perawat meminta pada pihak keluarga un-
tuk menjaga pasien atau pihak lain yang di tunjuk sesuai keca-
catan yang di sandang.
c. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat
tidur pasien.
4. Tata laksana perlindungan terhadap anak-anak :
a. Ruang perinatologi harus di jaga minimal satu orang per-
awat atau bidan, ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada
perawat atau bidan yang menjaga.
b. Perawat meminta pernyataan secara tertulis kepada orang
tua apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemak-
saan.
c. Perawat memasang pengaman tempat tidur pasien.
d. Pemasangan CCTV di ruang perinatologi untuk memantau
setiap orang yang keluar masuk dari ruang tersebut.
e. Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya
kepada ibu kandung bayi bukan kepada keluarga yang lain.
5. Tata laksana perlindungan terhadap pasien yang beresiko dis-
akiti (resiko penyiksaan, napi, korban dan tersangka tindak pidana,
korban kekerasan dalam rumah tangga) :
a. Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin
dengan ruang petugas.
b. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan men-
catat identitas di ruang petugas,berikut dengan penjaga
maupun pengunjung pasien lain yang satu kamar perawatan
dengan pasien beresiko.
c. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk
memantau lokasi perawatan pasien, penjaga maupun pengun-
jung pasien.
d. Koordinasi dengan pihak berwajib apabila diperlukan.

Kriteria pasien yang rentan terhadap kekerasan fisik antara lain :

33
a. Bayi dan anak- anak
b. Lansia
c. Pasien dengan kondisi cacat mental maupun cacat fisik
d. Pasien tidak sadar / koma
e. Kasus KDRT
f. Napi

Rumah Sakit mengidentifikasi kelompok pasien berisiko yang tidak


dapat melindungi dirinya sendiri, misalnya bayi, anak-anak, pasien ca-
cat, manula,gangguan kesadaran / koma, narapidana,kasus KDRT dll.
Staf atau petugas menetapkan tingkat perlindungan terhadap pasien
tersebut. Perlindungan ini mencakup tidak hanya kekerasan fisik,
tetapi juga mencakup hal-hal terkait keamanan, seperti kelalaian (neg-
ligent) dalam asuhan, tidak memberi layanan, atau tidak memberi ban-
tuan waktu terjadi kebakaran. Semua anggota staf memahami tang-
gung jawabnya dalam proses ini.

Rumah Sakit menjaga keamanan dalam tiga area, yaitu :

 area publik yang terbuka untuk umum seperti area parkir, rawat
jalan, dan penunjang pelayanan;
 area tertutup yang hanya dapat dimasuki orang tertentu dengan
izin khusus dan pakaian tertentu, misalnya kamar operasi;
 area semi terbuka, yaitu area yang terbuka pada saat-saat ter-
tentu dan tertutup pada saat yang lain, misalnya rawat inap
pada saat jam berkunjung menjadi area terbuka, tetapi di luar
jam berkunjung menjadi area tertutup untuk itu pengunjung di
luar jam berkunjung harus diatur, diidentifikasi, dan menggu-
nakan identitas pengunjung.
15. Mengajukan usul,saran,perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya.

34
Tiap pasien berhak memberikan usul saran untuk
perbaikan pelayanan Rumah Sakit,serta fasilitas yang
didapatnya.
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai den-
gan agama dan kepercayaan yang di anut;
Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani jika
tidak sesuai dengan agama dan keyakinannya.
17. Mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran termasuk
kerahasiaan rekam medik.
Seluruh staf Rumah Sakit berhak memberikan
perlindungan atas rahasia kedokteran termasuk berkas rekam
medis setiap pasien,dengan menyimpan berkas rekam medis
dalam lemari atau tempat yang lebih aman dan tertutup ketika
nurse station dalam keadaan kosong. Tidak memberitahukan
kepada pihak lain informasi berkas rekam medis tanpa
sepengetahuan dan persetujuan pasien.
18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai stan-
dar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai den-
gan ketentuan peraturan perundang– undangan.

35
BAB IV
DOKUMENTASI

Panduan Hak Pasien dan Keterlibatan Keluarga dalam pelak-


sanaannya didokumentasikan dalam Berkas Rekam Medis pasien :
1. Format Pemberian Informasi Hak Pasien dan Keterlibatan Kelu-
arga di Rumah Sakit.
2. Formulir General Consent / Persetujuan Umum
3. Formulir Informed Consent
4. Formulir Penitipan barang berharga
5. Formulir pengaduan keluhan,komplain,konflik dan perbedaan
pendapat
6. Formulir Perlindungan privasi
7. Formulir Pelayanan kerohanian
8. Formulir Edukasi Terintegrasi
9. Formulir Manajemen Nyeri Awal ( rawat Jalan)
10. Formulir Manajemen Nyeri Lanjutan
11. Formulir Second opinion
12. Surat pernyataan penolakan pengobatan
13. Formulir DNR
14. Surat pernyataan DNR
15. Leaflet Hak Pasien dan Keterlibatan Keluarga.
16. Formulir Serah Terima Bayi

36
BAB V
PENUTUP

Dengan ditetapkannya Buku Panduan Hak Pasien dan Keterli-


batan Keluarga maka setiap personil Rumah Sakit Daerah Kalabahi
dapat memahami dan menghormati Hak Pasien dan melayani dengan
baik dan memuaskan.

Di tetapkan di : Kalabahi
Pada Tanggal : 02 Agustus 2022

Tim HPK

37
38

Anda mungkin juga menyukai