Anda di halaman 1dari 10

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH LIMPUNG
NOMOR : SK/HPK/51/2018
TENTANG KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN
KELUARGA DALAM PELAYANAN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LIMPUNG

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA DALAM PELAYANAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LIMPUNG

A. HAK PASIEN
Rumah Sakit Umum Daerah Limpung berupaya menerapkan hak-hak pasien
sesuai dengan UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 32, meliputi :
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standard profesi dan
standard prosedur operasional.
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai surat ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah sakit
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang di deritanya termasuk data-
data medisnya
10. Mendapat informasi mengenai diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarga dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama itu
tidak mengganggu pasien lainnya.

1
14. Memperoleh keamanan dan keselamatannya dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standard baik secara perdata
maupun pidana.
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standard
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

B. KEWAJIBAN PASIEN
Sesuai UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran dan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 4 Tahun 2018 pasal 26 tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban Pasien, antara lain :
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggungjawab
3. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap, dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinnya
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di rumah
sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan/atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam rangka penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatannya
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

C. KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA DI RUMAH SAKIT


1. PERLINDUNGAN HAK PASIEN DAN KELUARGA
a. Pimpinan dan seluruh staf rumah sakit harus mengetahui dan mengerti hak
pasien dan keluarga seperti yang tercantum dalam Undang Undang No 44
Tahun 2009 pasal 32.

2
b. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah Limpung bertanggung jawab
menghormati dan melindungi hak tersebut dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
c. Petugas wajib memberitahukan kepada pasien tentang hak mereka dengan
bahasa yang mudah dimengerti.
d. Penjelasan tentang formulir/leaflet hak pasien dan keluarga dilakukan oleh
petugas bagian pendaftaran
e. Semua pasien rawat inap dan pasien rawat jalan diberikan leaflet tentang
hak pasien dan keluarga
f. Pasien rawat jalan leafleat hak pasien dan keluarga diberikan saat pertama
kali terdaftar sebagai pasien rawat jalan dan untuk pasien rawat inap
diberikan setiap kali masuk sebagai pasien rawat inap.

2. MENGHORMATI NILAI-NILAI DAN KEPERCAYAAN PASIEN SERTA


MENDAPATKAN BIMBINGAN KEROHANIAN
a. Semua staf pelayanan rumah sakit harus menghormati setiap nilai dan
kepercayaan yang dimiliki oleh pasien dan keluarga.
b. Semua petugas rumah sakit harus mengidentifikasi nilai dan kepercayaan
serta budaya yang masih dipakai pasien dan keluarga
c. Staf pelayanan medis atau staf perawatan rumah sakit harus memahami
proses identifikasi pasien yang menyangkut agama dan kepercayaan pasien
d. Rumah sakit memfasilitasi pasien untuk melakukan kegiatan ritual seperti
beribadah, dan aktivitas ritual keagamaan yang lain
e. Rumah Sakit menyediakan pelayanan rohani atau sejenisnya berkenaan
dengan agama dan keyakinan pribadi pasien serta menghormati nilai-nilai
kepercayaan pasien dan keluarga.
f. Rumah sakit memfasilitasi pelayanan kerohanian untuk agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budda, dan kong hu cu

3. KERAHASIAN INFORMASI PASIEN TERJAGA DAN PELAYANAN SESUAI


KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN
a. Setiap pelayanan yang di berikan di Rumah Sakit harus menghormati
kebutuhan privasi pasien.
b. Petugas rumah sakit menanyakan kebutuhan dan harapan pasien terhadap
privasi dalam kaitannya dengan pelayanan atau asuhan kesehatannya.
c. Petugas rumah sakit meminta persetujuan kepada pasien untuk membuka
informasi yang tidak tercangkup dalam undang- undang dan peraturan
d. Rumah sakit menghormati kerahasiaan pasien

3
e. Staf mengidentifikasi harapan dan kebutuhan privasi selama pelayanan dan
pengobatan.
f. Rumah sakit menghormati keinginan akan kebutuhan pasien untuk privasi,
saat wawancara klinis, pemeriksaan, prosedur, pengobatan dan transfer
pasien.

4. PERLINDUNGAN HARTA MILIK PASIEN


a. Rumah sakit telah menentukan tingkat tanggung jawabnya terhadap harta
milik pasien
b. Rumah sakit memberikan informasi tentang tanggung jawab rumah sakit
dalam menjaga barang milik pasien.
c. Rumah sakit tidak bertanggungjawab atas semua barang pribadi milik
pasien/keluarga, barang dan harta milik pasien yang telah didampingi
keluarga adalah tanggung jawab pasien dan keluarganya.
d. Pasien yang tidak mampu mengamankan barang miliknya atau tidak
mampu membuat keputusan mengenai barang pribadi dirinya,rumah sakit
akan melindungi harta milik pasien yang telah dititipkan.

5. PERLINDUNGAN PASIEN DARI KEKERASAN FISIK DAN KELOMPOK PASIEN


YANG BERESIKO
a. Rumah sakit melindungi pasien dari kekerasan fisik, semua pasien yang
rentan mengalami kekerasan fisik yaitu bayi, anak-anak, perempuan, lansia,
pasien yang tidak mampu melindungi dirinya serta pasien yang berisiko
mendapat tindak kekerasan (misal korban penganiayaan, KDRT, tahanan,
dengan masalah konflik) diidentifikasi oleh petugas dan mendapat
pengawasan oleh petugas.
b. Lokasi terpencil atau ruang perawatan khusus, dimonitor oleh petugas secara
berkala dengan supervisi/patroli rutin dan pemantauan CCTV.
c. Staf rumah sakit memahami peran mereka dalam tanggungjawabnya untuk
melaksanakan proses perlindungan
d. Rumah sakit memiliki daftar kelompok pasien yang berisiko.
e. Rumah sakit melindungi kelompok pasien lemah/tidak berdaya dan berisiko
yaitu: bayi, anak-anak, usia lanjut, pasien cacat, pasien koma, pasien
gangguan mental emosional, pasien dengan ketergantungan bantuan dan
pasien lainnya yang kurang mampu melindungi diri perlu mendapat
perlindungan yang layak selain dari kekerasan fisik juga dari kelalaian
asuhan dan prioritas bantuan bila terjadi kebakaran/gempa

4
6. MENDUKUNG PASIEN DAN KELUARGA BERPARTISIPASI DALAM PROSES
PELAYANAN
a. Rumah sakit mendukung dan mendorong partsipasi/keterlibatan pasien dan
keluarganya dalam proses pelayanan.
b. Pasien diberikan kebebasan untuk mencari “second opinon” (pendapat
kedua) dari dokter lain, baik di dalam maupun dari luar rumah sakit, tanpa
rasa takut dan perasaan tidak enak terhadap dokter yang sedang
merawatnya (DPJP).
c. Rumah sakit wajib memberi kebebasan dan memfasilitasi baik secara
administrasi maupun kelengkapan dokumen yang dibutuhkan pasien dalam
mendapatkan hak second opinion

7. PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN DAN PENGOBATAN


a. Petugas rumah sakit memberikan penjelasan yang disampaikan agar pasien
dan keluarganya mengetahui kapan akan dijelaskan tentang kondisi medis
dan diagnosis pasti.
b. Petugas rumah sakit memberikan penjelasan yang disampaikan agar pasien
dan keluarganya mengetahui kapan akan dijelaskan tentang rencana
pelayanan dan pengobatannya
c. Petugas rumah sakit memberikan penjelasan yang disampaikan agar pasien
dan keluarganya memahami proses untuk mendapatkan persetujuan
tindakan kedokteran
d. DPJP bertanggung jawab memberitahu pasien dan keluarganya, mengenai
hasil dari pelayanan dan pengobatan, hasil pelayanan atau pengobatan yang
tidak terduga/tidak diharapkan (kejadian tidak terantisipasi saat operasi, dari
obat yang diresepkan atau pengobatan lain).
e. Pasien dan keluarga berhak mengetahui dan mendapatkan penjelasan
tentang hasil pelayanan dan pengobatan, hasil yang tidak terduga/tidak
diharapkan.
f. Petugas rumah sakit memberikan penjelasan hak pasien dan keluarganya
untuk berpartisipasi dalam keputusan pelayanan

8. PENJELASAN PENYAKIT,PENGOBATAN DAN PEMBERI PELAYANAN


a. Semua tenaga medis Rumah Sakit harus dapat menerangkan dengan jelas
tentang usulan pengobatan atau tindakan kepada pasien dan bila perlu
kepada keluarga
b. Penjelasan yang diberikan oleh tenaga medis kepada pasien dan keluarga
meliputi:
5
1) Kondisi pasien
2) Usulan pengobatan
3) Nama individu yang memberikan pengobatan
4) Potensi manfaat dan kekurangannya
5) Kemungkinan alternatif
6) Kemungkinan keberhasilan
7) Kemungkinan timbulnya masalah selama masa pemulihan
8) Kemungkinan yang terjadi apabila tidak diobati
c. Setiap pasien berhak mengetahui dokter yang bertanggungjawab untuk
merawatnya selama berada di rumah sakit

9. HAK DAN TANGGUNGJAWAB PASIEN YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENOLAKAN PENGOBATAN
a. Pasien berhak menolak untuk tidak melanjutkan pengobatan
b. Petugas memberitahukan pasien dan keluarganya tentang hak untuk
menolak/tidak melanjutkan pengobatan
c. Petugas memberitahu dan menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
konsekuensi serta tanggung jawab atas keputusan mereka
d. Petugas membantu menjelaskan tentang tersedianya alternatif pelayanan
dan pengobatan.

10. PENOLAKAN RESUSITASI (DNR)


a. Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak
pelayanan resusitasi atau menolak/memberhentikan bantuan hidup dasar.
b. Pasien berhak memilih untuk di resusitasi atau tidak, dan dapat merubah
keputusan sewaktu-waktu.
c. Pasien yang menolak resusitasi dipasang label berwarna ungu digelang
identitas, agar petugas dapat membedakan dengan pasien yang lain
d. Formulir surat pernyataan tidak dilakukan resusitasi ditandatangani langsung
oleh pasien dan saksi dari pihak keluarga serta petugas yang jaga pada saat
itu
e. Dokter menginstruksikan kepada tenaga paramedis untuk tidak melakukan
resusitasi dengan mengisi formulir jangan dilakukan resusitasi
f. DNR tidak mempengaruhi pengobatan ,pasien dengan DNR dapat terus
mendapatkan pengobatan/perawatan lain yang sesuai.

11. MANAJEMEN NYERI


a. Seluruh tenaga medis dan paramedis menghormati dan mendukung hak
pasien dengan cara asesmen manajemen nyeri yang sesuai
6
b. Staf mendapat pelatihan nyeri sehingga dapat melakukan asesmen nyeri
serta memahami dan melaksanakan tatalaksana nyeri serta dapat
mengedukasi nyeri kepada pasien dan keluarganya
c. Staf rumah sakit memahami pengaruh pribadi, budaya, sosial dan spiritual
tentang hak pasien untuk melaporkan rasa nyeri, serta assesmen dan
manajemen nyeri secara akurat.

12. PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL


a. Petugas rumah sakit memastikan pemberian asuhan yang tepat bagi mereka
yang kesakitan atau dalam proses kematian
b. Semua petugas harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir
kehidupannya. Kebutuhan ini meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan
sekunder, manajemen nyeri.
c. Semua petugas harus berespon terhadap aspek psikologis, sosial,
emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganya.

13. PENANGANAN KOMPLAIN ATAU KELUHAN


a. RSUD Limpung menerima keluhan/ komplain pasien dan ditindak lanjuti
sesuai prosedur. Pasien diberitahu oleh petugas tentang proses
penyampaian keluhan, konflik atau perbedaan pendapat
b. Pasien mempunyai hak untuk menyampaikan keluhan tentang pelayanan
yang mereka terima.
c. Konflik ditelaah oleh pihak yang terkait dan bila perlu melibatkan pasien
beserta keluarga dalam penyelesaian konflik tersebut.
d. Rumah Sakit menunjuk petugas khusus sebagai handling complain, yang
bertugas menerima komplain dari pasien ataupun keluarga

14. PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DENGAN


METODE BAHASA YANG MUDAH DIMENGERTI
a. Rumah Sakit memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang Hak
dan Kewajiban pasien di RSUD Limpung
b. Rumah Sakit menyediakan informasi/pernyataan tertulis tentang hak dan
kewajiban pasien dan keluarganya, sesuai Undang-Undang yang berlaku
c. Petugas pendaftaran menjelaskan hak pasien dan keluarga kepada setiap
pasien rawat jalan dan rawat inap dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh
pasien dan keluarga
d. Rumah Sakit membuat leaflet hak pasien dan keluarga dan diberikan kepada
setiap pasien rawat jalan dan rawat inap
e. Semua petugas rumah sakit mengidentifikasi bahasa yang dipilih pasien
7
f. Rumah sakit menyediakan fasilitas kepada pasien yang mempunyai kendala
Bahasa dan kendala fisik (tuna wicara, tuna rungu, Bahasa asing, dsb)

15. PERSETUJUAN UMUM ( GENERAL CONSENT )


a. Persetujuan umum (general consent) diberikan pada saat pasien diterima
sebagai pasien rawat inap dan pada saat pasien berobat pertama kali di
rawat jalan.
b. Persetujuan umum dapat diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat
setelah mendapatkan penjelasan dari petugas pemberi informasi.
c. Formulir persetujuan umum (general consent) ditandatangani oleh pasien
atau keluarga serta petugas pemberi informasi.
d. Formulir persetujuan umum (general consent) setelah ditandatangani
didokumentasikan dalam rekam medis.

16. INFORMED CONSENT


a. Informed Consent adalah pernyataan persetujuan dari pasien dan atau
keluarga pasien, sehubungan dengan pelayanan/tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien.
b. DPJP menjelaskan informasi tindakan yang akan diambil. Informasi dan
penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika sekurang-kurangnya mencakup :
(Pasal 45 UU Praktik Kedokteran) :
1) Diagnosis dan tata cara tindakan medis
2) Tujuan tindakan medis yang dilakukan
3) Alternatif tindakan lain dan risikonya
4) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
c. Semua tenaga medis harus menjelaskan informed consent kepada pasien
dan keluarga menggunakan bahasa yang dapat dimengerti pasien
d. Staf rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien, bahwa pasien
berhak menolak persetujuan khusus.

17. INFORMED CONSENT TERTULIS DIBERIKAN SEBELUM OPERASI /


PROSEDUR INVASIF, ANESTESI DAN SEDASI, TRANSFUSI DARAH ATAU
PEMBERIAN PRODUK DARAH DAN TINDAKAN MEDIS / PENGOBATAN LAIN
YANG BERISIKO TINGGI
a. Informed consent tertulis diberikan sebelum operasi/prosedur invasif,
anestesi dan sedasi, transfusi darah atau pemberian produk darah dan
tindakan medis/pengobatan lain yang berisiko tinggi.

8
b. Informed consent diberikan kepada pasien,bila pasien tidak mempunyai
kapasitas mental atau fisik untuk mengambil keputusan, maka diidentifikasi
seorang wakil keluarga terdekat atau pengampunya untuk memutuskan dan
dicatat di rekam medik.
c. Rumah sakit mempunyai daftar tindakan kedokteran/medis yang memerlukan
persetujuan / Informed consent tertulis.
d. Identitas DPJP dan orang yang membantyu memberikan informasi kepada
pasien dan keluarga dicatat di rekam medik pasien.

18. PENGGANTI PEMBERI PERSETUJUAN


a. Yang berhak untuk memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi
adalah:
1) Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
2) Bagi pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan ( informed consent )
atau penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan
hak sebagai berikut:
a) Ayah atau ibu kandung
b) Saudara-saudar kandung
Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau
orang tuanya berhalangan hadir, persetujuan (informed consent ) atau
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut:
1) Ayah/ibu adopsi
2) Saudara-saudara kandung
3) Kerabat dekat
4) Induk semang
Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan ( informed
consent ) atau penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak
sebagai berikut:
1) Ayah/ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara-saudara kandung

Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampu (curatelle)


Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan menurut hal tersebut
1) Wali
2) Curator (pengampu/pengasuh)

9
Bagi pasien dewasa yang telah menikah atau orang tua, persetujuan atau
penolakan tindakan medik diberikan oleh mereka menurut urutan hak
sebagai berikut:
1) Suami atau istri
2) Ayah atau ibu kandung
3) Anak-anak kandung
4) Saudara-saudara kandung
b. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses, apabila orang lain yang
memberi persetujuan khusus (informed consent)
c. Nama orang yang menggantikan pemberi persetujuan dalam persetujuan
khusus (informed consent) sesuai perundang-undangan tercatat dalam
rekam medik.

Ditetapkan di Limpung
Pada tanggal 12 Mei 2018

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


LIMPUNG

dr. ANY RUSYDIANI,M.Kes


Pembina
NIP. 19751204 200501 2 012

10

Anda mungkin juga menyukai