Anda di halaman 1dari 14

Lampiran Keputusan Direktur ke : 1

Nomor : 018.a.Kep.Dir.RS-MP.VIII.2022
Tanggal : 03 Agustus 2022

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KETERLIBATAN KELUARGA


DI RSU MUSLIMAT PONOROGO

Hak pasien dalam pelayanan kesehatan dilindungi oleh undang-undang dan terjabarkan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit
dan Kewajiban Pasien. Dalam memberikan pelayanan terhadap pasien selama perawatan dan
pengobatan di rumah sakit, harus memahami bahwa pasien dan keluarganya memiliki sikap,
perilaku, kebutuhan pribadi, agama, keyakinan, budaya dan nilai-nilai yang dianut serta
menjamin hak pasien yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan tersebut dengan
berfokus pada Hak Pasien dan Keluarga serta permintaan persetujuan pasien.
Sehingga kebijakan hak pasien dan keterlibatan keluarga ini membahas proses-proses
untuk :
a. Mengidentifikasi, melindungi dan mempromosikan hak-hak pasien
b. Menginformasikan pasien tentang hak-hak pasien
c. Melibatkan keluarga pasien bila perlu, dalam keputusan tentang perawatan pasien
d. Mendapatkan persetujuan ( informed consent ) dan
e. Mendidik staf tentang hak pasien

Proses-proses ini terkait dengan pendidikan pasien dan keluarga untuk memahami dan
berpartisipasi dalam perawatan dan membuat keputusan akan perawatan yang lebih baik serta
bagaimana sebuah rumah sakit menyediakan perawatan kesehatan dengan cara yang adil dan
sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

A. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


Hak dan kewajiban pasien/keluarga sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan mengatur hal tersebut. diantaranya :
Hak pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 tahun 2018 Tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien adalah :
 HAK PASIEN DAN KELUARGA
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit;
KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 1
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban Pasien;
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga Pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data
medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
Tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu
tidak mengganggu Pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 2


 KEWAJIBAN PASIEN berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 tahun 2018
tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien :
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas
lainnya yang bekerja di Rumah Sakit ;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan
dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Rumah
Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau
masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

B. PEMBERIAN INFORMASI HAK & KEWAJIBAN PASIEN


1. Staf RSU Muslimat Ponorogo mengidentifikasikan dan memastikan bahwa pasien
mampu untuk mendengar dan memahami penjelasan yang diberikan oleh petugas
kesehatan. Bila tidak memungkinkan minta walinya untuk mewakili pasien
membuat persetujuan tertulis.
2. Staf RSU Muslimat ponorogo menjelaskan secara rinci, objektif dalam bahasa dan
cara yang dimengerti dan dipahami oleh pasien tentang prosedur yang akan
dilaksanakan, termasuk keuntungan, adanya resiko, tingkat keberhasilan dan upaya
mengatasi serta mengantisipasi penyakit yang mungkin terjadi.
3. RSU Muslimat Ponorogo menyediakan cukup waktu dan kesempatan untuk
bertanya dan mendiskusikan kondisi pasien.
4. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggung jawab ini diatur dalam Panduan dan SPO
Pemberian Informasi Hak dan Kewajiban pasien.

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 3


C. PEMBERIAN INFORMASI TERMASUK RENCANA PENGOBATAN
Pasien dan keluarga menerima penjelasan yang memadai tentang penyakit, saran
pengobatan para pemberi pelayanan sehingga mereka dapat membuat keputusan tentang
pelayanan, penjelasan yang dimaksud meliputi kondisi pasien, usulan pengobatan, nama
individu yang memberikan pengobatan, potensi manfaat dan kekurangannya, kemungkinan
alternative, kemungkinan keberhasilan, kemungkinan timbulnya masalah selama masa
pemulihan dan kemungkinan yang terjadi apabila tidak diobati.

D. NILAI DAN KEPERCAYAAN PASIEN DALAM PELAYANAN


Identifikasi dan menghormati nilai kepercayaan pasien di RSU Muslimat Ponorogo
diatur sebagai berikut :
1. Rumah Sakit mendidik semua staf tentang hak pasien dan keluarganya bahwa staf
dapat mempunyai nilai-nilai dan kepercayaan yang berbeda dari pasien yang
mereka layani.
2. Petugas mengkonfirmasi identitas pasien, agama & kepercayaan saat dimulainya
pelayanan di RSU Muslimat Ponorogo, dengan memberikan pertanyaan yang
bersifat terbuka.
3. Semua pasien didorong untuk mengekspresikan dan menjalankan ibadah sesuai
agamanya dengan tetap menghargai kepercayaan pasien/pihak lain.
4. RSU Muslimat Ponorogo menyediakan tenaga binroh untuk memfasilitasi
kebutuhan keagamaan dan spiritual pasien, khususnya yang beragama Islam. Untuk
agama selain Islam, RSU Muslimat Ponorogo bekerjasama dengan Departemen
Agama Kabupaten Ponorogo untuk mendatangkan tokoh agama sesuai agama dan
kepercayaannya.
5. Tenaga binroh melakukan pelayanan kerohanian Islam baik yang bersifat rutin
( konsultasi, bimbingan ibadah saat sakit) maupun yang bersifat khusus
(pendampingan saat sakaratul maut dan pemulasaraan jenazah) atas permintaan
keluarga pasien.

E. PELAYANAN KEROHANIAN
1. Pelayanan kerohanian di RSU Muslimat Ponorogo adalah proses pelayanan yang
diberikan kepada pasien dan keluarga pasien dalam rangka merespon permintaan
pasien dan keluarganya untuk pelayanan rohaniawan atau sejenisnya berkenaan
dengan agama dan kepercayaan pasien.

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 4


2. Pemberian pelayanan kerohanian pasien dilaksanakan oleh petugas Bina Rohani
kepada seluruh pasien dan keluarga yang rawat inap di RSU Muslimat ponorogo.
3. Sebelum kunjungan petugas diharapkan memperhatikan jadwal kunjungnya dan
mendata pasien yang baru, kemudian mempersiapkan buku data kunjungan dan
buku kabar gembira bagi orang sakit/ atau brosur yang akan diberikan kepada
pasien yang akan dikunjunginya.
4. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam Panduan dan SPO
Pelayanan Kerohanian.

F. PRIVASI PASIEN
Identifikasi harapan dan kebutuhan privasi pasien di RSU Muslimat Ponorogo diatur
sebagai berikut :
1. Identifikasi kebutuhan privasi selama perawatan dilakukan dengan cara petugas
ruangan menanyakan kebutuhan privasi pasien saat assessment keperawatan,
apabila ada permintaan privasi yang bersifat khusus, kepada pasien/keluarga
diberikan form permintaan privasi pasien.
2. Pada saat wawancara klinis ysng bersifat khusus & pasien/ keluarga membutuhkan
privasi agar tidak didengar oleh orang lain yang tidak diinginkan pasien/keluarga,
maka dapat dilakukan diruang tersendiri/khusus.
3. Pada saat pemeriksaan, tindakan dan pengobatan, privasi dilakukan dengan
menutupkan sekat/korden pada setiap bed pasien.
4. Pada saat transportasi baik antar ruangan di RSU Muslimat Ponorogo maupun
keluar RSU Muslimat Ponorogo, privasi pasien dijaga dengan menutupkan selimut
ke tubuh pasien secara penuh kecuali wajah.

G. KERAHASIAAN INFORMASI MEDIS


1. Informasi medis dan kesehatan lainnya, didokumentasikan dan dikumpulkan dalam
dokumen rekam medis, yang bersifat rahasia. Hanya bisa dilihat dan diakses oleh
pihak-pihak berhak atas itu.
2. Informasi medis pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan dalam bentuk tulisan
di kertas/berkas rekam medis.
3. Informasi medis bersifat rahasia dan informasi medis yang dikeluarkan harus dalam
bentuk tertulis berupa resume medis pasien. Dan hanya diberikan kepada yang
berhak menerimanya.

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 5


4. Staf menghormati kerahasiaan pasien dengan tidak memasang/memampang
informasi pada pintu kamar pasien, di nurse station dan tidak membicarakannya di
tempat umum.
5. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam Panduan Kerahasiaan
Informasi Medis dan SPO Kerahasiaan Informasi Medis.

H. PERLINDUNGAN TERHADAP HARTA BENDA PASIEN


1. Petugas keamanan mengkomunikasikan kewaspadaan pasien & keluarga terhadap
benda bergerak bawaannya agar terhindar dari pencurian dan kehilangan.
2. Pada pasien gawat darurat, One Day Surgery, dan rawat inap yang tidak mampu
melindungi barang-barangnya karena kondisi pasien lemah atau tidak sadar dan
tidak didampingi oleh keluarga maka barang bawaannya dicatat oleh petugas dan
barang tersebut menjadi tangguang jawab Rumah Sakit.
3. Bagi barang berharga berupa uang yang akan digunakan untuk biaya pengobatan,
dapat dititipkan ke kasir RSU Muslimat Ponorogo, dengan mendapat tanda bukti
penitipan uang.
4. Menyediakan lemari atau loker untuk menyimpan harta benda pasien di ruang kasir.
5. Ketentuan lebih lanjut terkait tangguang jawab ini diatur dalam Standar Prosedur
Operasional (SPO).

I. PERLINDUNGAN PASIEN TERHADAP KEKERASAN FISIK DAN VERBAL


1. Petugas rekam medis mengidentifikasi kelompok pasien yang lemah dan yang
beresiko, yaitu anak-anak, pasien yang cacat, lanjut usia, pasien koma dan mereka
dengan gangguan mental atau emosional dan memberikan penanda khusus bagi
kelompok tersebut.
2. Daftar kelompok beresiko adalah sebagai berikut :
a. Kasus emergensi
b. Pelayanan resusitasi.
c. Peralatan bantu hidup dasar dan/atau yang koma.
d. Penyakit menular dan mereka yang daya tahannya diturunkan (immune-
supressed).
e. Alat penghalang (restraint) dan asuhan pasien yang diberi penghalang.
f. Usia lanjut, mereka yang cacat, anak-anak dan mereka yang berisiko disiksa.
g. Kemoterapi atau terapi lain yang berisiko tinggi.
h. Ganguan mental dan/atau emosional.
KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 6
i. Pasien yang tidak dapat melindungi dirinya sendiri.
j. KDRT (Kekerasan DalamRumah Tangga).
3. Setiap orang yang masuk ruang perawatan pasien harus teridentifikasi. Setiap
pasien, pengunjung dan karyawan yang berada di RSU Muslimat Ponorogo harus
menggunakan tanda pengenal Berupa: gelang identifikasi pasien (pasien), kartu
penunggu (penunggu pasien), kartu visitor/tamu (tamu) dan ID card (karyawan).
4. Petugas Keamanan melakukan kontrol keliling setiap waktu yang sudah ditentukan,
dan memantau sisi rumah sakit yang rawan melalui kamera CCTV.
5. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam Panduan
Perlindungan terhadap kekerasan fisik dan verbal, dan SPO penggunaan kamera
CCTV.

J. PENGGUNAAN KAMERA CCTV


1. CCTV (Closed Circuit Television) di RSU Muslimat Ponorogo adalah sebuah
kamera video digital yang difungsikan untuk memantau dan mengirimkan sinyal
pada suatu ruang yang kemudian sinyal itu akan diteruskan ke sebuah layar
monitor.
2. Pantuan CCTV di RSU Muslimat Ponorogo meliputi ruang perawatan pasien,
ruang pengunjung, tempat fasilitas umum yang berada dalam rumah sakit dan
tempat-tempat yang strategis dan/atau yang tidak dapat langsung oleh petugas
keamanan baik secara visik maupun non fisik.
3. Pantauan CCTV di RSU Muslimat Ponorogo digunakan untuk memantau keadaan
dalam suatu tempat yang berkaitan dengan keamanan pasien, keamanan
pengunjung dan karyawan dan/atau tempat-tempat yang berpotensi terjadinya
kejahatan dan/atau terpencil yang tidak terpantau secara langsung, rawan digunakan
untuk tindak kejahatan kriminal.
4. Pemantauan dengan menggunakan kamera CCTV dilakukan selama 24 jam per hari
dan hasil pemantuan untuk sistem IP bisa merekam selama 30 hari dan setiap hari
akan dilakukan penghapusan hasil rekaman selama 24 dari hasil rekaman hari
pertama. Adapun untuk yang sistem analog bisa merekam selama 30 hari. Dan
apabila selama rekaman ada hal-hal mencurigakan di copy di DVD untuk back up.
5. Hasil pemantauan jika kapasitas hardisk sudah penuh maka akan di back up ke
dalam data eksternal untuk disimpan sesuai dengan retensi kejadian (30 hari) dan
yang tidak terpakai untuk setelah retensi habis, akan dilakukan penghapusan.

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 7


6. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam Panduan
Penggunaan Kamera CCTV.

K. SATPAM( Satuan Pengamanan)


1. Satpam/Security RSU Muslimat Ponorogo adalah suatu kelompok petugas yang
dibentuk oleh instansi/badan usaha yang melaksanakan pengamanan fisik dalam
rangka menyelenggarakan keamanan di lingkungan/kawasan kerjanya.
2. Pengamanan fisik di RS Muslimat Ponorogo adalah segala usaha dan atau kegiatan
mencegah/mengatasi timbulnya ancaman dan gangguan keamanan serta ketertiban
lingkungan instansi terkait secara fisik.
3. Kegiatan satpam/security meliputi pengaturan, penjagaan dan penodaan serta
kegiatan lain yang sesuai dengan kebutuhan di RSU Muslimat Ponorogo.
4. Pelaksanaan pengamanan dilakukan oleh satpam/security RSU Muslimat Ponorogo
yang melaksanakan tugas pengamanan 24 jam dengan kekuatan personel yang
disusun dalam sistem jaga shift.
5. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab diatur dalam Panduan Satpam.

L. PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN MEDIS


1. Penjelasan hak pasien dalam pelayanan medis adalah mengkomunikasikan,
menginformasikan, dan mengedukasikan tentang kondisi pasien dan pelayanan
medis yang diterima oleh pasien selama menjalani perawatan di Rumah Sakit
Umum Muslimat Ponorogo kepada pasien dan/atau keluarga pasien.
2. Memperoleh informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan keluarganya dan
sebaliknya memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban medis

M. SECOND OPINION
1. Pasien mempunyai hak untuk meminta pendapat dokter lain terhadap penanganan
penyakitnya. Dokter dimaksud dapat berasal dari dokter RS Muslimat maupun
dokter di luar RS Muslimat Ponorogo. Permintaan terhadap second opinion harus
disampaikan secara tertulis kepada Petugas Ruangan RSU Muslimat ponorogo
yang merawat pasien.
2. Petugas ruangan merespon permintaan second opinion kepda dokter lain yang
SIPnya ada di RSUMP. Dan mengkomunikasikan kepada dokter yang merawat
pasien.

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 8


3. Apabila pasien & keluarga berkeinginan untuk second opinion kepada dokter lain
yang SIPnya diluar RSUMP, maka petugas ruangan menjelaskan kebebasan pasien
& keluarga untuk meminta second opinion tersebut secara mandiri.
4. Apabila permintaan sampai pada alih rawat dokter, maka petugas ruangan
memberikan form alih rawat dokter kepada pasien & keluarga untuk
ditandatangani.
5. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam Panduan dan SPO
Second Opinion.

N. PENOLAKAN PELAYANAN RESUSITASI (DNR)


1. RS Muslimat Ponorogo menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak
pelayanan resusitasi.
2. Keputusan beserta alasan untuk tidak melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
harus dicatat di rekam medis pasien dan di formulir Do Not Resuscitate (DNR).
Formulir DNR harus diisi dengan lengkap dan disimpan di rekam medis pasien.
3. Keputusan harus dikomunikasikan kepda semua orang yang terlibat dalam
perawatan pasien.
4. Ketentuan lebih rinci terkait penolakan tindakan resusitasi diatur dalam Panduan
DNR.

O. PENGKAJIAN DAN TATALAKSANA NYERI


1. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya kerusakan
jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang
merasakan seolah-olah terjadi kerusakan jaringan. (International Association for theStudy
of Pain).
2. Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas, memiliki
hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit.
3. Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri kronikad
alah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan dan sering sekali
tidak diketahui penyebabnya yang pasti.
4. Asesmen nyeri merupakan asesmen yang dilakukan terhadap pasien jika didapatkan data
subyektif dan/atau data obyektif bahwa pasien mengalami nyeri. Asesmen nyeri terdiri dari
a. Asesmen awal
Asesmen yang dilakukan pada awal ketika pasien datang ke rumah sakit.

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 9


Tujuan dilakukannya asesmen awal adalah :
1) Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
2) Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien.
3) Menetapkan diagnosis awal.
4) Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya.
b. Asesmen ulang
- Asesmen yang dilakukan pada pasien selama proses pelayanan pada interval tertentu
berdasarkan kebutuhan dan rencana pelayanan atau sesuai kebijakan dan prosedur rumah
sakit.
- Asesmen ulang merupakan kunci untuk memahami apakah keputusan pelayanan sudah
tepat dan efektif.
5. Manajemen nyeri merupakan implementasi/pelaksanaan dari perencanaan pelayanan
pasien.

P. PASIEN TAHAP TERMINAL


1. Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi.
Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa
peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang . Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.
2. Kondisi terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi
individu. (Carpenito ,1995 )
3. Pasien Terminal adalah pasien – pasien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa
mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk.
(P.J.M. Stevens, dkk ,hal 282, 1999 )
4. Pendampingan dalam proses kematian adalah Suatu pendampingan dalam
kehidupan karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan .Manusia dilahirkan,
hidup beberapa tahun, dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu
adalah kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematian adalah akhir dari
kehidupan ( P.J.M. Stevens, dkk, 282,1999 ).
5. Sakaratul Maut (Dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 10


6. Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernafasan, nadi, dan tekanan
darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan
terhentinya aktifitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap.
7. Tatalaksana kegiatan pelayanan pada tahap terminal akhir hidup di rumah sakit
umum muslimat ponorogo sebagai berikut :
a. Menghormati keputusan dokter untuk tidak melanjutkan pengobatan dengan
persetujuan pasien dan atau keluarganya
b. Melakukan asesmen dan pengelolaan yang sesuai terhadap pasien dalam
tahap terminal. Problem yang berkaitan dengan kematian antara lain:
1) Problem fisik berkaitan dengan kondisi atau penyakit terminalnya
2) Problem psychology, ketidakberdayaan, kehilangan kontrol,
ketergantungan, dan kehilangan diri dan harapan.
3) Problem sosial isolasi dan perpisahan
4) Problem spiritual
5) Ketidak sesuaian antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan
yang didapat ( dokter, perawat, keluarga dan sebagainya )
c. Memberikan pelayanan dan perawatan pada pasien tahap terminal dengan
hormat dan respect
d. Melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri, secara primer atau
sekunder serta memberikan pengobatan sesuai permintaan pasien dan
keluarga
e. Menyediakan akses terapi lainnya yang secara realistis diharapkan dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien, yang mencakup terapi alternatif atau
terapi non tradisional
f. Melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan aspek budaya pasien
dan keluarga.
g. Melakukan asesmen status mental terhadap keluarga yang ditinggalkan serta
edukasi terhadap mekanisme penanganannya.
h. Peka dan tanggap terhadap harapan keluarganya
i. Menghormati hak pasien untuk menolak pengobatan atau tindakan medis
lainnya.
j. Mengikutsertakan keluarga dalam pemberian pelayanan

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 11


O. PENGELOLAAN KELUHAN
1. Pasien mempunyai hak untuk menyampaikan keluhan tentang pelayanan yang
mereka terima, melalui angket pelayanan pelanggan, yang diedarkan oleh unit
pelayanan RS Muslimat Ponorogo bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan.
2. Untuk kemudian keluhan tersebut ditelaah, disampaikan kepada petugas terkait dan
sesegera mungkin diselesaikan.
3. Apabila keluhan menimbulkan konflik, atau dilema lain bagi rumah sakit dan
pasien/keluarga, maka permasalahan harus diselesaikan kepada direksi RSUMP,
untuk kemudian dilakukan pembahasan bersama guna penyelesaian permasalahan.
4. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam panduan
penyelesaian keluhan pasien.

P. PERSETUJUAN UMUM (GENERAL CONSENT)


1. Persetujuan Umum (General Consent) di RSU Muslimat Ponorogo adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai pelayanan kesehatan yang akan dilakukan
terhadap pasien terkait dengan hak pasien dan keluarga, proses pemeriksaan,
perawatan, dan pengobatan.
2. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam Panduan General
Consent.

S. PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN


1. Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran/kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
2. Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi yang selanjutnta disebut Tindakan
Kedokteran, adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnotik terapeutik
atau rehabilitatif yang dilakukan ioleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
3. Tindakan invasif, adalah tindakan yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan
jaringan tubuh pasien.
4. Tindakan Kedokteran yang mengandung resiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau
kecacatan.
5. Pasien, adalah penerimaan jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 12
6. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter
gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik dalam
maupun diluar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
7. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara atau pengampunya.
Ayah:
- Ayah kandung
- Termasuk "Ayah" adalah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Ibu:
- Ibu kandung
- Termasuk "Ibu" adalah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Suami:
- Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Istri:
- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-
laki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri
persetujuan/penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.
8. Wali adalah orang yang menurut hukum menggantikdan orang lain yang belum
dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau orang yang
menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.
9. Induk semang adalah orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut
tanggung jawab terhadap pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari anak
perantuan atau kepala rumah tangga yang belum dewasa.
10. Gangguan mental adalah sekelompok gejala psikologis atau perilaku yang secara
klinis menimbulkan penderitaan gangguan dalam fungsi kehidupan seseorang,
mencangkup Gangguan Mental Berat, Retardasi Mental Sedang, Retardasi Mental
Berat, Dimensia Sinilis.

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 13


11. Pasien Gawat Darurat, adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.

T. PERSETUJUAN & PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED


CONSENT)
1. Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapatkan
persetujuan dari pasien atau keluarga terdekat.
2. Persetujuan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis.
3. Persetujuan tertulis dimintakan apabila tindakan medis yang dilakukan merupakan
tindakan invasif dan tindakan yang beresiko tinggi serta transfusi darah.
4. Apabila pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri sedangkan harus dilakukan
tindakan medis untuk menyelamatkan nyawanya. Sedangkan keluarga pasien tidak
ada, maka pihak Rumah sakit dapat melakukan tindakan penanganan
kegawatdaruratan pasien, demi keselamatan jiwa pasien. Untuk tindakan lain diluar
itu dilakukan setelah mendapat persetujuan pasien dan/arau keluarga pasien.
5. Setelah diberi penjelasan, apabila pasien/keluarga menolak dilakukan
tindakan/pemeriksaan/pengobatan selanjutnya, maka petugas memberikan formulir
penolakan tindakan kedokteran yang diisi & ditandatangani oleh pasien/keluarga
terdekat.
6. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam Panduan dan SPO
Persetujuan Tindakan Kedokteran.
Ditetapkan di : Ponorogo
Pada tanggal : 03 Agustus 2022
Direktur,

dr. Hj. Andi Nurdiana DQ, M.Kes


NIK : 019.04.440

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RSU MUSLIMAT PONOROGO 14

Anda mungkin juga menyukai