Anda di halaman 1dari 39

HPK (Hak Pasien dan Keluarga)

DALAM
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT

Hevi Danilah, S.Kep.Ns Kes


18 Hak Pasien ( PMK No.4 Tahun 2018)
1.Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
2.Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3.Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi
4.Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
5.Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
6.Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan
18 Hak Pasien
7. Memilih dokter,dr gigi, dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam
maupun di luar Rumah Sakit
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya
10.Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
11.Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
12.Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
18 Hak Pasien
10. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
11. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit
12. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya
13. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya
14. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana
15. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kewajiban Pasien
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di rumah sakit
2. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara
bertanggung jawab
3. Menghormati hak pasien lain, pengunjung dan hak
Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja
di rumah sakit
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat
sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya
tentang masalah kesehatannya
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan
finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya
Kewajiban Pasien
6. Memttuhi rencana terapi yang direkomendasikan
oleh Tenaga Kesehatan di rumah sakit dan
disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan
pribadinya untuk menolak rencana terapi yang
direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan/atau
tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau masalah
kesehatannya
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
1. Pelayanan Kerohanian
• RS RST DD adalah RS Umum yang melayani pasien dalam upaya
menghormati hak pasien dan kewajiban pasien , Rumah sakit wajib
melakukan identifikasi agama, keyakinan dan nilai – nilai pribadi tersebut.
• Ada proses RS melakukan identifikasi agama : Dokumentasi di RM 1 ( ada
kolom Agama)
• Proses RS identifikasi keyakinan & Nilai pribadi : ASESMEN & INFORMASI
PASIEN BARU RAWAT INAP
• Pelayanan bimbingan rohani ini melingkupi : permintaan rutin ,
permintaan dari pasien /keluarga ,dan permintaan kompleks/khusus
• Permintaan rutin adalah setiap pagi pasien yang beragama Islam akan
didatangi dan didoakan oleh petugas Bimroh
• Untuk permintaan rutin tidak memerlukan formulir Pelayanan
Kerohanian cukup ditulis di form bimroh
• Apabila ada permintaan dari pasien atau keluarga dan permintaan
khusus pelayanan kerohanian maka pasien dapat mengisi Formulir
Pelayanan Kerohanian
• Tatalaksana Pelayanan kerohanian Rutin:
1. Petugas Bimroh akan menyiapkan data pasien yang
beragama
2. Petugas Bimroh akan mengunjungi pasien tersebut
untuk mendoakan dan pendampingan.
3. Kunjungan dilakukan setiap hari senin – sabtu jam
09.00 – 14.00. WIB
4. Apabila pasien tidak ingin didoakan, pasien berhak
untuk menolak pelayanan tersebut.
5. Bimbingan keagamaan diberikan pada semua
pasien baru dan pasien dengan kondisi kritis yang
beragama islam
Tatalaksana Pelayanan Kerohanian sesuai permintaan pasien :

1. Petugas RS menginformasikan kepada pasien dan keluarga tentang


pelayanan kerohanian. Pasien / keluarga mengisi Formulir Permintaan
Pelayanan Kerohanian  Staf keperawatan  bagian bimroh  ke pasien
untuk konfirmasi ulang jenis pelayanan kerohanian yang dibutuhkan.
2. Petugas bimroh  pihak ke 3 , membuat janji dan berkoordinasi dengan
perawat ruangan untuk waktu pelaksanaan agar tidak mengganggu
proses pelayanan & perawatan di ruangan
3. Bila ada kebutuhan pelayanan dari lembaga lain diluar MOU RS dengan
pihak luar, maka keluarga dapat menginformasikan ke perawat untuk
membantu menghubungi melalui petugas Bimroh
4. Petugas Bimroh mendokumentasikan pelayanan kerohanian dalam form
Bimroh
5. Perawat ruangan memasukan formulir Permintaan Pelayanan Kerohanian
ke dalam rekam medis pasien.
2. Pelayanan Privasi Pasien &
Kerahasiaan Rekam Medis
• Rumah sakit menghormati hak privasi pasien
terutama ketika di anamnesa, diperiksa, di rawat
inap dan dipindahkan. Pasien mungkin menginginkan
privasinya terlindungi dari para karyawan , pasien
lain, masyarakat dan bahkan dari anggota keluarga
• Setiap pasien memiliki harapan privasi yang berbeda
atau tambahan privasi sesuai kebutuhannya.
• Rumah Sakit mengidentifikasi kebutuhan privasi
pasien terkait dengan asuhan pasien : ASESMEN
& INFORMASI PASIEN BARU RAWAT INAP
Pelayanan Privasi Pasien & Kerahasiaan Rekam Medis
1 . Rekam Medis
• Catatan Medis pasien adalah rahasia setiap pasien dan bila
diperlukan untuk keperluan klaim asuransi maka rumah sakit
wajib meminta persetujuan kepada pasien ( general consent)
• Bila ada yang menanyakan tentang kondisi kesehatan pasien
melalui telepon selain keluarga, petugas ruangan tidak
diperkenankan memberikan informasi tanpa seijin pasien atau
keluarga.
• Dokter dan seluruh staf di rumah sakit wajib menjaga
kerahasiaan informasi kesehatan pasien, informasi hanya
diberikan kepada keluarga inti dan seijin pasien.
• Petugas yang terkait dengan rekam medis dilakukan sumpah
untuk tidak membuka rahasia medis
Pelayanan Privasi Pasien & Kerahasiaan Rekam Medis
1.Rawat Jalan, Ruang Tindakan
• Memastikan privacy pasien terlindungi dengan menutup
pintu / tirai ruang pemeriksaan.
• Memastikan saat pasien di anamnesa dan diperiksa oleh
dokter, tidak ada pasien lain yang menunggu di dalam
satu ruangan yang sama
• Informasi medis diberikan diruang terpisah
• Rumah sakit memastikan seluruh staff tidak
membicarakan hal-hal
yang menyangkut
pasien rumah sakit
di area umum
2.Rawat Inap

• Tidak memasang papan nama pasien di setiap instalasi rawat inap.


• Pada saat dokter visite dan melakukan pemeriksaan fisik tetap
menjaga privasi pasien dengan :
 Meminta penunggu pasien atau orang yang sedang berkunjung
untuk keluar sebentar karena dokter akan memeriksa pasien.
 Menutup korden atau penyekat kamar.
 Meminta ijin kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan fisik
dan memakaikan selimut.
• Pada saat transportasi pasien ke ruang lain / unit lain, tubuh pasien
ditutup oleh selimut.
• Menyediakan tempat atau ruangan untuk konsultasi antara pasien
atau keluarga dan dokter (di ruang konsultasi dokter, ruang perawat)
3. Persetujuan Umum & Rawat Inap, Inform Consent &
mendukung partisipasi pasien dan keluarga.
• Persetujuan umum (General Consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap
mengenai pelayanan kesehatan yang akan dilakukan terhadap pasien
terkait dengan proses pemeriksaan, perawatan dan pengobatan.
• Inform Concent adalah pernyataan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis umum baik bersifat perawatan , diagnostic,
maupun terapeutik yang akan dilakukan pada pasien tersebut.
• Persetujuan Rawat Inap adalah persetujuan yang diberikan kepada pasien atau
keluarga pada saat dokter memutuskan bahwa pasien memerlukan perawatan
inap.
• Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
pasien agar berperan aktif dalam pengambilan keputusan medis.
• Rumah sakit wajib meminta persetujuan umum kepada pasien atau keluarga yang
berisi persetujuan terhadap tindakan yang berisiko rendah, prosedur diagnostik,
pengobatan medis lainnya, batas – batas yang telah ditetapkan dan persetujuan
lainnya.
Yang Boleh Menerima Informasi dan Pemberi Persetujuan
Tindakan :
1.Pasien
•Usia 18 tahun keatas atau telah/pernah menikah.
•Pasien kompeten. Seseorang dianggap kompeten untuk memberikan
persetujuan apabila:
Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya dengan
cara yang jelas, menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa istilah
yang terlalu teknis.
Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.
Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk waktu
yang cukup lama dan mampu menganalisisnya dan menggunakannya
untukmembuat keputusan secara bebas.
•Pada pasien yang tidak kompeten mengambil keputusan maka keluarga
terdekat atau pengampu pasien, dapat memberikan persetujuan tindakan
kedokteran bagi orang dewasa lain yang tidak kompeten.
2.Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-
anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya. Yang telah
ditunjuk oleh pasien untuk menerima informasi dan melakukan
persetujuan tindakan
• Yang dimaksud keluarga terdekat adalah:
oSuami/istri
oOrang tua yang sah
oAnak yang kompeten (lihat keterangan umur dan kompetensi diatas)
oSaudara kandung yang kompeten (lihat keterangan umur dan
kompetensi diatas)
oWali
Live Saving
• Demi kepentingan keselamatan pasien, persetujuan tindakan
medik tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat dalam keadaan
tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang berhak
memberikan persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran.
• Persetujuan tindakan medik awal dapat ditanda tangani oleh
dokter jaga / DPJP pada saat kejadian dan disaksikan oleh perawat.
• Setelah keluarga pasien datang, persetujuan tindakan kedokteran
dapat diganti dengan persetujuan tindakan medik yang baru dan
ditanda tangani oleh keluarga pasien setelah keluarga mendapat
penjelasan dari dokter jaga/DPJP.
Cara komunikasi yang baik antara petugas RS dan pasien
hendaknya memperhatikan petunjuk umum berikut ini :

1. Beri salam dan perkenalkan diri anda.


2. Panggil nama pasien atau nama keluarganya.
3. Lakukan kontak mata.
4. Jaga harkat dan martabat pasien.
5. Dengarkan keluhan dan ungkapan perasaan
pasien, jangan memotong pembicaraan.
6. Beri kesan bahwa kita sedang mendengar dan
mencoba memahami apa yang diungkapkan
pasien.
7. Jawab setiap pertanyaan dengan sabar dan penuh
perhatian.
8. Berikan penjelasan secara singkat , lengkap, dan
mudah dimengerti. Ulangi informasi penting yang
harus diketahui oleh pasien.
9. Gunakan istilah umum dan sederhana, jangan
gunakan bahasa medis yang tidak dimengerti oleh
pasien.
10.Tunjukkan isyarat atau komunikasi nonverbal,
misalnya mendekat atau tersenyum.
Yang termasuk dalam Tindakan Medis Umum :
• Pemasangan infus dengan kateter vena.
• Pengambilan darah untuk keperluan diagnostik.
• Pemberian obat untuk tujuan terapeutik secara intrakutan, subkutan,
intramuskuler, atau intravena
• Observasi Jenasah 2 jam setelah dinyatakan meninggal
• Pemasangan alat tertentu :
 Pemasangan Urin kateter untuk pria dan wanita
 Pemasangan nasogastric tube (NGT)
 Pemasangan Schornstein
 Pemasangan bidai
 Pemasangan traksi
 Penghisapan lendir dari hidung, mulut
 Pengambilan benda asing dari rongga hidung, liang telinga, mata,
tenggorokan, dll
 Pengobatan luka, pencucian luka, penjahitan luka dengan anestesi lokal
 Pemberian lavement ( cuci usus besar )
 Untuk pemeriksaan radiologi / persiapan operasi
Penolakan Tindakan
• Pasien atau keluarga dapat memutuskan untuk tidak
melanjutkan pelayanan atau pengobatan yang direncanakan
atau tidak meneruskan pelayanan atau pengobatan setelah
kegiatan dimulai ( berhenti ditengah pelaksanaan).
• Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarga tentang
hak mereka untuk membuat keputusan menolak apabila
pasien tidak setuju.
• Penolakan tersebut tidak akan mempengaruhi proses
asuhan keperawatan selama di rumah sakit. Petugas rumah
sakit wajib memberitahukan potensi hasil keputusan, resiko
dan tanggung jawab pasien berkenaan dengan keputusan
tersebut.
• Persetujuan rawat inap
• General Concent
• Pernyataan penolakan
• Persetujuan Tindakan Khusus
• Penolakan Tindakan Khusus
• Persetujuan Transfusi
• Inform Consent Anestesi
• Inform Consent Sedasi
4. Pelayanan Pasien Tahap Terminal
• Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak dapat
disembuhkan lagi dan penyakit keganasan yang tidak dapat
disembuhkan atau diterapi secara adekuat dan akan menjadi
penyebab kematian pada pasien.
• Pasien yang sedang menghadapi kematian mempunyai kebutuhan
yang unik dalam pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang.
Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien
mengarahkan semua aspek pelayanan pada tahap akhir
kehidupan.
• Kebutuhan ini meliputi pengobatan
terhadap gejala primer dan sekunder,
manajemen nyeri, respon terhadap
aspek psikologi, sosial, emosional,
agama, budaya pasien dan keluarga
serta keterlibatannya dalam keputusan
pelayanan.
• Dokumentasikan dalam : “Asesmen Awal
Pasien Tahap Terminal “ dan “ Asesmen
Lanjutan Pasien tahap Terminal”
• Pengkajian lanjutan pasien tahap
terminal dikaji setiap shift
5. DNR atau do-not-resuscitate
• DNR atau do-not-resuscitate adalah suatu hasil diskusi bersama
antara dokter dan perawat untuk tidak melakukan Resusitasi
Jantung Paru (RJP). Hal ini berarti bahwa dokter, perawat, dan
tenaga emergensi medis tidak akan melakukan usaha RJP
emergensi bila pernapasan maupun jantung pasien berhenti.
• Pertimbangan dilakukan DNR :
Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan
rendah atau RJP hanya menunda proses kematian yang alami
Pasien tidak sadar secara permanen
Pasien berada pada kondisi penyakit terminal
Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak
kerugian dibanding keuntungan jika resusitasi dilakukan
Prosedur DNR :
1. Dokter/DPJP memeriksa kondisi pasien, kemudian dokter/DPJP dan perawat
berdiskusi tentang kondisi pasien dan mempertimbangkan bila dilakukan
resusitasi lebih banyak kerugian dari pada keuntungan untuk pasien.
2. Dokter/DPJP memutuskan DNR.
3. Dokter/DPJP menjelaskan kondisi,prognosis penyakit pasien kepada pasien atau
keluarga pasien. Dokter/ DPJP juga menjelaskan tentang resusitasi, manfaat dan
kerugian resusitasi bagi pasien.
4. Dokter / DPJP mendokumentasikan informasi yang diberikan dalam “Formulir
Edukasi Pasien”. Yang ditandatangani oleh dokter/DPJP dan Pasien atau keluarga
pasien.
5. Bila pasien atau keluarga pasien setuju DNR maka perawat memberikan “
Formulir Do-Not Resuscitate (DNR) / Tidak Dilakukan Resusitasi” agar diisi dan
ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien serta saksi dari pihak keluarga.
6. Dokter / DPJP dan perawat yang menyaksikan juga menandatangani “Formulir
Do-Not Resuscitate (DNR) / Tidak Dilakukan Resusitasi”
7. “Formulir Do-Not Resuscitate (DNR) / Tidak Dilakukan Resusitasi” diletakkan
dalam berkas catatan medis pasien.
Prosedur DNR :

8. Perawat memberikan pin ungu di gelang pasien tersebut sebagai


identitas bahwa pasien tersebut telah setuju DNR / tidak dilakukan
resusitasi.
9. Bila terjadi henti jantung atau henti napas pada pasien maka petugas
medis tidak melakukan RJP atau usaha untuk menyelamatkan hidup
pasien.
10. Status DNR ditinjau secara berkala dengan pasien atau walinya, dan akan
direvisi bila ada perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam
rekam medis.
11. Bila keputusan DNR dibatalkan oleh keputusan pasien sendiri atau oleh
wali yang sah atau dokter yang merawat, maka catatan DNR di rekam
medis harus pula dibatalkan dan dicatat tanggal terjadinya.
12. Bila dari awal pasien atau keluarga tidak setuju dilakukan DNR maka
tidak perlu mengisi “Formulir Do-Not Resuscitate (DNR) / Tidak
Dilakukan Resusitasi”. Namun Dokter/ DPJP tetap mendokumentasikan
informasi yang disampaikan di “Formulir Edukasi Pasien” dan ditanda
tangani oleh Dokter/ DPJP dan pasien/keluarga
6. Second Opinion
• Second opinion adalah pendapat medis yang diberikan
oleh dokter kedua atau ahli medis, ketika salah satu dokter
memberikan diagnosis atau merekomendasikan tindakan
medis lain untuk individu
• Pasien didorong untuk mendapatkan opini kedua setiap kali
dokter merekomendasikan operasi atau menyajikan
individu dengan diagnosis medis yang serius.
• ada 2 macam second opinion yaitu :
 Second opinion internal adalah meminta pendapat lain
dari dokter yang mempunyai SIP dan praktek di Rumah
Sakit RST DD.
 Second opinion eksternal adalah meminta pendapat lain
dari dokter yang tidak praktek di Rumah Sakit RST DD.
Second Opinion Internal

1. Perawat menerima permintaan dari pasien atau


keluarganya untuk melakukan second opinion dengan
dokter lain yang praktek di RS RST DD.
2. Perawat memberikan Formulir Permohonan
Second Opinion kepada pasien / keluarga untuk diisi dan
ditandatangani.
3. Perawat membantu menghubungi dokter second opinion
yang diinginkan pasien / keluarga dan membantu
menginformasikan jadwal visite dokter tersebut.
4. Dokter yang melakukan second opinion tidak perlu
mengisi di Catatan perkembangan Pasien terintegrasi.
Second Opinion Eksternal

1. Perawat menerima permintaan dari pasien


atau keluarganya tentang Second Opinion ke
dokter diluar Rumah Sakit RST DD.
2. Perawat memberikan Formulir Permohonan
Second Opinion kepada pasien / keluarga
untuk diisi dan ditanda tangani.
3. Perawat menyiapkan dokumen rekam medis
yang dapat dibawa oleh pasien / keluarga
(seperti : hasil rontgent, CT-Scan, USG, Hasil
Laboratorium)
7. Penanganan Keluhan Pelanggan
• Pasien mempunyai hak untuk menyampaikan keluhan tentang
pelayanan yang mereka terima. Keluhan tersebut dicatat, ditelaah,
ditindak lanjuti dan dicari penyelesaiannya bila memungkinkan.
Demikian pula, bila keputusan mengenai pelayanan menimbulkan
pertanyaan, konflik, atau dilema lain bagi rumah sakit dan pasien,
keluarga atau pembuat keputusan dan lainnya. Dilema ini dapat
timbul dari masalah akses, etis, pengobatan, atau pemulangan
pasien.
• Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan
keluarganya tentang adanya proses untuk menerima , menanggapi
dan menindak lanjuti bila ada pasien menyampaikan keluhan,
konflik dan perbedaan pendapat tentang pelayanan pasien.
Rumah sakit juga harus menginformasikan kepada pasien dan
keluarga tentang hak pasien dan keluarga berpartisipasi dalam
proses ini.
tingkatan dalam keluhan
• Keluhan Warna Merah :
Adalah keluhan yang cenderung berhubungan dengan kepolisian,
pengadilan, kematian, ancaman terhadap sistem atau kelangsungan
organisasi, serta berpotensi kerugian material bagi rumah sakit. Keluhan
dengan kategori merah ditanggapi dan ditindaklanjuti maksimal 1x24 jam
• Keluhan Warna Kuning :
Adalah keluhan yang cenderung bagi rumah sakit. Keluhan berhubungan
dengan pemberitaan media massa maupun medis sosial serta berpotensi
kerugian in materialdengan kategori kuning ditanggapi dan
ditindaklanjuti maksimal 3 hari
• Keluhan Warna Hijau :
Adalah keluhan yang tidak menimbulkan kerugian berarti baik material
maupun immaterial bagi rumah sakit. Keluhan dengan kategori hijau
ditanggapi dan ditindaklanjuti maksimal 7 hari
Penyelesaian keluhan ditindaklanjuti dengan metode :
1.Keluhan Secara Langsung, diselesaikan dengan kunjungan ke rumah
pelanggan bila berada dalam area terjangkau (dalam kota), dan menelepon /
mengirim surat bila berada di luar kota.
2.Keluhan melalui Telepon, diselesaikan dengan kunjungan ke rumah pelanggan
atau melalui telepon bila berada dalam area terjangkau (dalam kota), dan
menelepon / mengirim surat bila berada di luar kota.
3.Keluhan melalui Email, diselesaikan dengan mengirimkan surat balasan resmi
melalui email atau telepon bila memang meninggalkan identitas yang jelas
dan bisa dihubungi via telepon.
4.Keluhan melalui Surat, diselesaikan dengan kunjungan ke rumah pelanggan
atau melalui telepon bila berada dalam area terjangkau (dalam kota), dan
mengirim surat bila berada di luar kota.
5.Keluhan Website diselesaikan dengan mengirimkan surat balasan resmi
melalui email atau telepon bila memang meninggalkan identitas yang jelas
dan bisa dihubungi via telepon.
6.Keluhan melalui Media Massa diselesaikan dengan mengirimkan surat
balasan resmi melalui media massa yang sama.
8. Perlindungan Barang Milik Pasien
• Rumah Sakit bertanggung jawab
terhadap barang milik pasien yang
tidak mampu melindungi harta
bendanya yang dibawa masuk ke
rumah sakit.
• Rumah sakit memiliki proses untuk
mengidentifikasi dan melindungi
barang milik pasien yang dititipkan
• Rumah sakit mengingatkan kepada
pasien / keluarga pasien untuk tetap
berhati – hati dalam melindungi
barang milik pribadi
Upaya perlindungan barang milik pasien yang tidak sadar
yang tidak didampingi oleh keluarga
•Pasien emergency di IGD yang tidak didampingi oleh
keluarga
1.Petugas pelaksana pengambil alihan barang milik pasien
adalah petugas perawat IGD yang sedang bertugas atau
pak satpam yang bertugas
2.Petugas pengambil alih barang harus melibatkan saksi
minimal 2 orang yaitu 1 orang dari pihak rumah sakit dan
1 orang dari pihak pasien atau
3.Pihak pasien yang dapat menjadi saksi adalah ; orang lain
yang mengantar pasien pada saat pasien datang pertama
ke rumah sakit
4.Ada bukti pengambil alihan barang ditandatangani oleh
petugas dan saksi. Di dokumentasikan dalam Berita Acara
Penitipan barang milik pasien
5.Barang dimasukan ke plastik dan diberi label pasien
barkode identitas. disimpan di lemari / laci di pos
satpam.
6.Pengamanan terhadap kunci setiap harinya adalah di
otorisasikan pada pak satpam sedang bertugas
7. Penyerahan barang dilakukan jika sudah ada pihak keluarga yang datang atau
pasien sudah sadar dan stabil.
8. Pasien / Keluarga yang ingin mengambil barang, menghubungi petugas ruangan,
petugas ruangan melakukan identifikasi apakah benar orang tersebut keluarga
pasien, dengan menunjukan KTP / KK pengambil dan disesuaikan dengan KTP
pasien.
9. Petugas ruangan menyerahkan fotokopi “ Berita Acara Penitipan Barang Pasien”
10.Petugas ruangan menelepon pak satpam no ext 154
11.Keluarga pasien ke pos satpam 3 untuk mengambil barang .
12.Pak Satpam melakukan identifikasi ulang kemudian mengisi berita acara serah
terima barang milik pasien (rangkap 2) 1 disimpan di status pasien, dan 1
didokumentasikan di satpam
13.Bukti penyerahan barang ditandatangani oleh yang menyerahkan barang dan
pihak keluarga pasien dengan 1 orang saksi.
14.Barang diserahkan ke pasien / keluarga pasien.
15.Berita Acara Serah Terima Barang diserahkan pak satpam ke perawat ruangan
9. PERLINDUNGAN DARI KEKERASAN FISIK BAGI
PASIEN POPULASI KHUSUS
• Kelompok pasien berisiko adalah sebagai berikut :
1. Pasien dengan cacat fisik dan cacat mental.
2. Pasien usia lanjut
3. Pasien bayi dan anak-anak
4. Korban kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT)
5. Orang dengan gangguan jiwa
6. Pasien Napi, korban dan tersangka tindak pidana.
7. Pasien resiko bunuh diri

Anda mungkin juga menyukai