Anda di halaman 1dari 38

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ANANDA


MAKASSAR
2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
BAB II RUANG LINGKUP…………………………………………………... 4
BAB III TATA LAKSANA……………………………………………………. 7
BAB IV DOKUMENTASI……………………………………………………. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Definisi
1. Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul
apa yang dimaksud oleh penyampai pikirian-pikiran atau informasi.
2. Proses komunikasi efektif adalah pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud
oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerimaan pesan
dan tidak ada hambatan untuk hal itu.

Gambar 1.

Gambar 2.

3. Komponen komunikasi pokok adalah :


a. Pengirim (komunikator), yaitu orang yang mengkomunikasikan atau menghubungkan
suatu pesan kepada orang lain (dokter, perawat/bidan, petugas front office, dan
lainnya). Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara
berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima
pesan (komunikan).
b. Penerima (komunikan), yaitu orang yang menerima pesan (pasien, keluarga pasien,
perawat/bidan, dokter, petugas front office, dan lainnya).
c. Media, yaitu sarana komunikasi yang berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui
isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan
penerima.
d. Berita dapat berupa lisan, tertulis atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu,
media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau

1
tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap. Media yang
dapat digunakan melalui telepon, buklet, video, peraga.
e. Pesan, yaitu berupa gagasan, pendapat dan sebagainya yang sudah dituangkan dalam
suatu bentuk, dan melalui lembaga komunikasi diteruskan kepada orang lain atau
komunikan.
f. Feed back (umpan balik), yaitu respon dari penerima terhadap pesan yang diterimanya.
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal
berikut:
1) Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan
tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan klarifikasi,
parapharase, intonasi.
2) Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
3) Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang
tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata / kalimatnya, gerak tubuh).
4) Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar
tidak mengganggu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan
gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
g. Di samping komponen-komponon pokok tersebut dapat ditambahkan komponen
lainnya seperti :
1) Sumber, asal suatu gagasan atau pendapat yang menjadi suatu pesan. Sumber bisa
berupa lembaga, kejadian, atau diri kita sendiri.
2) Media komunikasi, yang merupakan sarana atau alat-alat atau saluran-saluran
yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang akan dikomunikasikan.
3) Kegiatan encoding, artinya menuangkan gagasan atau pendapat dalam suatu
bentuk pesan yang dinyatakan oleh komunikator kepada komunikan.
4) Kegiatan decoding, artinya kegiatan untuk memahami suatu pesan yang diterima
oleh komunikan dari komunikator.
5) Tujuan yang berupa komunikan, bisa merupakan hadirin, massa, atau kelompok,
atau pula perseorangan.

4. Komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh penerima,
sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
5. Komunikasi efektif via telepon adalah komunikasi melalui telepon yang dilakukan tepat
waktu, secara akurat , lengkap ,jelas, dimengerti ,tidak duplikasi ,dan tepat kepada penerima
informasi untuk mengurangi kesalahan dan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
6. Pelaporan nilai kritis hasil laboratorium adalah cara melaporkan hasil laboratorium yang
nilainya memiliki resiko besar akan menimbulkan masalah dan harus segera dilaporkan.

1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi


Beberapa faktor komunikasi yang berperan dalam menciptakan dan memelihara otoritas
yang obyektif dalam organisasi, menurut pendapat Barnard (1968,175-181) adalah :
1. Saluran komunikasi harus diketahui secara pasti
2. Harus ada saluran komunikasi formal pada setiap anggota organisasi
3. Jalur komunikasi seharusnya langsung dan sependek mungkin
4. Garis informasi formal hendaknya dipergunakan secara normal
5. Orang-orang yang bekerja sebagai pusat pengatur komunikasi haruslah orang-orang
yang berkemampuan cakap
6. Setiap komunikasi haruslah disahkan

2
7. Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisingan akan mempengaruhi
baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan
saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit
diterima.
8. Kejelasan pesan.
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang
jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan
komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu,
komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan,
dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.
Perilaku yang terjadi dalam suatu organisasi adalah merupakan unsur pokok dalam
proses komunkasi. Komunikasi sendiri merupakan usaha untuk mengubah perilaku.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Komunikasi sangatlah penting dalam hubungannya dengan professional kesehatan.


Tanpa adanya komunikasi sesuatu bisa dipersepsikan dan diinterpretasikan berbeda dengan
yang seharusnya. Apalagi orang yang berhadapan dengan kita (tenaga kesehatan) mempunyai
pengetahuan dan pemahaman serta prior knowledge yang tidak sama dengan tenaga kesehatan.

2.1 Komunikasi Efektif di Lingkungan Rumah Sakit


Komunikasi yang sering digunakan di rumah sakit adalah komunikasi verbal.
Komunikasi yang efektif kepada pasien harus disampaikan dengan bahasa yang sesederhana
mungkin, mudah dipahami, tidak menggunakan istilah medis yang tidak dipahami oleh pasien
dan disampaikan secara langsung. Akan tetapi, bukan berarti komunikasi non verbal
dikesampingkan karena justru penggunaan komunikasi non verbal sangat berperan penting.
Isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal yang disampaikan oleh tenaga
kesehatan yang memberikan asuhan kepada pasiennya.
Komunikasi yang efektif di dalam rumah sakit adalah merupakan suatu issue/persoalan
kepemimpinan. Jadi, pimpinan rumah sakit memahami dinamika komunikasi antar anggota
kelompok profesional, dan antara kelompok profesi, unit stuktural; antara kelompok profesional
dan non profesional; anatara kelompok profesional kesehatan dengan manajemen; antara
profesional kesehatan keluarga; serta dengan pihak luar rumah sakit, sebagai contoh. Pimpinan
rumah sakit bukan hanya menyusun parameter dari komunikasi efektif, tetapi juga berperan
sebagai panutan (role model) dengan mengkomunikasikan secara efektif misi, strategi, rencana
dan informasi lain yang relevan. Pimpinan memberi perhatian terhadap akurasi dan ketepatan
waktu informasi dalam rumah sakit.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami oleh
resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah
mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telepon,
bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan
adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon unit
pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera / cito.
Profesional kesehatan seharusnya mempunyai kemampuan yang cukup untuk
berkomunikasi dengan keluarga pasien. Hal tersebut dapat meminimalkan terjadinya
miskomunikasi akibat dari mispersepsi yang berdampak terhadap pelayanan rumah sakit.
Dampak tersebut tidak hanya dari segi material tapi juga citra pelayanan rumah sakit semakin
menurun.
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), komunikasi efektif dokter pasien adalah
pengembangan hubungan dokter pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan
tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka
membangun kerjasama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal
dan non verbal akan menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang
dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternative untuk mengatasi
permasalahnnya (KKI, 2006).
Tenaga kesehatan harus memperhatikan hak pasien termasuk hak menerima informasi
secara jelas sehingga pasien dan keluarganya akan merasa puas terhadap pelayanan yang
diberikan. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas
mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa

4
tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang
pengalaman buruknya.
Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus
menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan
kemampuan untuk mempertahankan pasiennya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan jasa pelayanan dengan sebaik-baiknya, termasuk melakukan komunikasi
terhadap pelanggan dalam hal ini adalah pasien dengan mempertimbangkan latar belakang
budaya sehingga keluhan negatif terhadap pelayanan kesehatan dapat diminimalkan.
Bentuk-bentuk komunikasi adalah
1. Komunikasi yang bersifat informasi (asuhan)
Komunikasi yang bersifat informasi (asuhan) di dalam rumah sakit adalah :
a. Jam pelayanan, berupa informasi tertulis di tempat-tempat tertentu, public area, media
online, lisan oleh front office
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan, berupa komunikasi lisan oleh petugas front office, IGD,
semua titik-titik unit frontliner
d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan
asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Akses informasi ini dapat diperoleh melalui customer service, front office, media online.
2. Komunikasi yang bersifat edukasi (pelayanan promosi) di dalam rumah sakit dan
masyarakat adalah
a. Edukasi tentang obat
b. Edukasi tentang penyakit
c. Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari
d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit
e. Edukasi tentang gizi.

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), keterampilan berkomunikasi


berlandaskan empat unsur yang merupakan intikomunikasi:
1. Sumber (yang menyampaikan informasi). Siapa dia? Seberapa luas/dalam pengetahuannya
tentang informasi yang disampaikannya?
2. Isi pesan (apa yang disampaikan). Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan
dengan tujuan komunikasi, media penyampaian, penerimanya.
3. Media yang digunakan. Apakah hanya berbicara? Apakah percakapan dilakukan secara
tatap muka atau melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, vcd, peraga.
4. Penerima (yang diberi informasi). Bagaimana karakternya? Apa kepentingannya?
(langsung, tidak langsung).
Keempat unsur ini masih perlu dilengkapi dengan umpan balik. Dokter sebagai
sumber atau pengirim pesan harus mencari tahu hasil komunikasinya (apa yang dimengerti
pasien?).
Sejalan dengan keterampilan yang termuat dalam empat unsur ditambah umpan balik
tersebut, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut:
1. Cara berbicara, termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan kapan
memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, parafrase,intonasi.
2. Mendengar, termasuk memotong kalimat.
3. Cara mengamati (observasi), agar dapat memahami yang tersirat di balik yang tersurat
(bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).

5
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan pasien (bahasa tubuh) agar tidak mengganggu
komunikasi, misalnya karena pasien keliru mengartikan gerak tubuh, raut muka dan sikap
dokter.
Ruang lingkup komunikasi dalam pelayanan kesehatan di RSIA Ananda meliputi :
1. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien
2. Komunikasi Efektif Perawat/Bidan-Pasien
3. Komunikasi antar pemberi layanan (dokter, tenaga keperawatan, dan tenaga kesehatan
lainnya)
4. Komunikasi Asuhan dan Edukasi

2.2 Komunikasi Dengan Masyarakat


1. Populasi masyarakat
Untuk daerah sasaran rumah sakit populasi yang ada meliputi masyarakat umum tanpa
mempunyai asuransi, masyarakat dengan peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (BPJS Kesehatan yaitu peserta ex. Jamkesmas, Askes, Jamsostek, dan
TNI/Polri), dan pasien peserta Asuransi Kesehatan lain seperti AdMedika, Garda Medika
Asuransi, Asuransi Sinarmas dll serta perusahaan-perusahaan swasta yang bekerjasama
(PKS) dalam pelayanan kesehatan bagi karyawan.
2. Strategi
Komunikasi dilakukan melaui media online, banner, spanduk dan komunikasi langsung
ke masyarakat dan perusahaan-perusahaan.
3. Isi informasi
Informasi yang disampaikan adalah jenis pelayanan yang terdapat di rumah sakit, jam
pelayanan dan bagaimana akses pelayanan dari masyarakat ke rumah sakit termasuk
kualitas pelayanan yang diberikan.

6
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Pelaksanaan Komunikasi Efektif


1. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien
Dalam hubungan tenaga medis dan pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan
sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian. Pasien sebagai
pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian.
Pasien sebagai pengirim pasien, menyampaikan apa yang dirasakan atau menjawab
pertanyaan tenaga medis sesuai pengetahuannya. Sementara tenaga medis sebagai pengirim
pesan, berperan pada saat menyampaikan penjelasan penyakit, rencana pengobatan dan
terapi, efek samping obat yang mungkin terjadi serta dampak dan dilakukan dan tidak
dilakukannya terapi tertentu. Dalam penyampaian ini, tenaga medis bertanggung jawab
untuk memastikan pasien memahami apa yang disampaikan. Sebagai penerima pesan,
dokter perlu berkonsentrasi dan memperhatikan setiap pernyataan pasien. Untuk
memastikan apa yang dimaksud oleh pasien, dokter sesekali perlu membuat pertanyaan atau
pernyataan klarifikasi. Mengingat kesenjangan informasi dan pengetahua yang ada antara
dokter dan pasien, dokter perlu secara proaktif memastikan apakah pasien benar-benar
memahami pesan yang telah disampaikannya. Misalnya dalam menginterpretasikan kata
“panas”. Dokter yang mempunyai pasien berumur dua tahun memesankan kepada ibu
pasien.“ Kalau dia panas, berikan obatnya” Pengertian panas oleh ibu pasien mungkin saja
berbeda dengan yang dimaksudkan oleh dokter.
Dokter perlu mencari cara untuk memastikan siibu mempunyai pemahaman yang sama,
misalnya dengan menggunakan ukuran yang tepat yaitu termometer. Dokter mengajarkan
cara menggunakan termometer untuk mengetahui keadaan anaknya. Si Ibu diminta
memberikan obat yang telah diresepkan dokter kepada anaknya apabila suhu tubuh anak
mencapai angka tertentu yang dimaksud dokter mengalami “panas”
Dalam dunia kesehatan, warna yang berbeda, ukuran yang berbeda, rasa yang berbeda
menjadi hal yang sangat vital karena bisa membedakan intensitas radang, intensitas nyeri
yang pada akhirnya bermuara pada perbedaan diagnosis maupun jenis obat yang harus
diminum. Peran dokter sebagai fasilitator pembicaraan amat penting agar tidak terjadi salah
interpretasi.
Silverman (1998) menjelaskan bahwa komunikasi efektif tidak berhenti sampai
pemberi pesan selesai menyampaikan maksudnya. Komunikasi baru dapat dikatakan
lengkap ketika pembicara mendapatkan umpan balik dari penerima yang meyakinkannya
bahwa tujuan komunikasinya tercapai (penerima pesan memahami sesuai yang diharapkan)
Disease Centered Communication Style adalah komunikasi berdasarkan kepentingan
dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik
mengenai tanda dan gejala
Ilness Centered Communication Style adalah komunikasi berdasarkan apa yang
dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pegalaman unik,
termasuk pendapat pasien, apa yang menjadi kepentingannya, apa kekhawatirannya,
harapannya apa, apa yang dipikirkannya akan menjadi akibat dari penyakitnya (Kurtz,
1998)
Pada dasarnya komunikasi efektif adalah bagaimana menyatukan sudut pandang pasien
maupun dokter menjadi sebuah bentuk relasi dokter-pasien (doctor-patient relationship),
keduanya berada dalam level yang sejajar dan saling bekerjasama untuk menyelesaikan
masalah kesehatan pasien.

7
Di Dunia kedokteran, model proses komunikasi tersebut telah dikembangkan oleh Van
Dalen (2005) menjadi sebuah model yang sangat sederhana dan aplikatif.

1 3
2 3

 Kotak 1 : Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang


dikemukakan oleh dokter (Patient takes the lead through open ended question by
doctor)
 Kotak 2 : Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/terstruktur
yang telah disusunnya sendiri (Doctor takes the lead through closed question by the
order)
 Kotak 3 : Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi
kedua belah pihak (Negotiating agenda by both)
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan
keyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khusunya menciptakan satu kata
tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati dapat diraih melalui kecukupan dokter akan
listening skills and training skills yang dapat diraih melalui latihan.
Carma L Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic
Communication in Physician-Patient Encounter 2002, menyatakan betapa pentingnya
empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi
berikut:
a. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien
b. Kemampuan afektifitas/sensitifitas terhadap perasaan pasien
c. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empati kepada
pasien.

2. Komunikasi Efektif Perawat/Bidan-Pasien


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, komunikasi merupakan salah satu faktor
penting dimana terjadi proses pertukaran informasi secara verbal dalam pertemuan tatap
muka antara perawat dengan pasien. Kemampuan dalam melakukan komunikasi
interpersonal yang efektif akan menentukan kualitas asuhan yang diberikan.
Dalam setiap tahapan pelaksanaan proses keperawatan, perawat selalu menggunakan
komunikasi verbal, oleh karena itu perawat/bidan harus memahami hal-hal yang harus
diperhatikan dalam komunikasi verbal.
Tahapan komunikasi dalam keperawatan meliputi tahap pengkajian, perumusan
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses pelayanan di rumah sakit yang dilaksanakan
oleh petugas front office/registrasi dan perawat/bidan untuk mengumpulkan data pasien
yang diperlukan sebagai dasar pelaksanaan proses keperawatan pada tahap selanjutnya.
Data pasien diperoleh dari :
1) Wawancara
a) Wawancara Admisi
Wawancara ini dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit dengan tujuan
mendapatkan data umum dan data pasien

8
b) Wawancara riwayat hidup
Wawancara ini dilakukan perawat untuk mendapatkan informasi tentang
keluhan dan riwayat kesehatan pasien serta perjalanan penyakitnya. Tujuan
melakukan wawancara ini adalah untuk mengetahui alasan pasien datang ke
rumah sakit dan menjadi acuan rencana tindakan keperawatan.
c) Wawancara terapeutik
Wawancara ini ditekankan pada fakta, ide dan isi dalam rangka pengembangan
hubungan sehat yang bertujuan untuk membantu pasien mengidentifikasi
masalahnya. Wawancara ini memberikan peluang kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan, mengenal dan mengetahui masa lalunya.
Wawancara terapeutik banyak digunakan oleh profesional kesehatan seperti
perawat, dokter, psikolog dan psikiater.
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan diagnostik
4) Informasi dari tenaga medis lain dan dari keluarga pasien

Kemampuan berkomunikasi juga sangat berpengaruh pada kelengkapan data


pasien, oleh karena itu peningkatan komunikasi seorang perawat perlu mendapat
perhatian. Dalam berkomunikasi perawat perlu memperhatikan budaya yang
berpengaruh pada waktu dan tempat terjadinya komunikasi, penggunaan bahasa, usia
dan perkembangan pasien.
Ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi pasien dalam menyampaikan,
menerima dan memahami informasi yang diterimanya. Beberapa hal yang menjadi
kendala antara lain:
a) Kemampuan bahasa
Perawat perlu memperhatikan bahasa yang mampu dipahami oleh pasien dalam
berkomunikasi karena penguasaan bahasa sangat berpengaruh terhadap persepsi
dan penafsiran pasien dalam menerima informasi yang sesuai
b) Ketajaman panca indera
Ketajaman panca indera dalam mendengar, melihat, merasa dan mencium bau
merupakan faktor penting dalam komunikasi. Pasien akan dapat menerima pesan
komunikasi dengan baik apabila panca inderanya berfungsi dengan baik.
Bagi pasien yang mengalami gangguan pendengaran ada tahapan yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pengkajian, yaitu informasi medik yang
mengindikasikan adanya kelemahan pendengaran, memperhatikan kemampuan
pasien membaca ekspresi wajah dan gerak bibir perawat, dan apakah pasien
mampu menggunakan gerak isyarat sebagai bentuk komunikasi non verbal.
c) Kelemahan fungsi kognitif
Adanya gangguan/kelemahan pada fungsi kognitif dapat mempengaruhi
kemampuan pasien untuk mengungkapkan dan memahami bahasa. Dalam
mengkaji pasien ini perawat harus dapat menilai respon baik secara verbal maupun
non verbal yang disampaikan oleh pasien dalam menjawab pertanyaan.
d) Gangguan struktural
Gangguan struktural tubuh terutama yang berhubungan langsung dengan organ
suara seperti mulut dan hidung dapat berpengaruh pada proses komunikasi.

b. Tahap Perumusan Diagnosis


Diagnosis dirumuskan atas dasar data yang diperoleh dari tahap pengkajian.
Perumusan diagnosis keperawatan merupakan hasil penilaian perawat dengan

9
melibatkan pasien dan keluarganya, tenaga kesehatan lain yang berkenaan dengan
masalah yang dialami pasien. Diagnosis keperawatan yang tepat memerlukan sikap
komunikatif perawat dan sikap kooperatif pasien.

c. Tahap Perencanaan
Pengembangan rencana tindakan keperawatan kepada pasien diperlukan
interaksi dan komunikasi dengan pasien. Hal ini untuk menentukan alternatif rencana
keperawatan yang akan diterapkan, misalnya sebelum memberikan makanan kepada
pasien, perawat harus terlebih dahulu mengetahui makanan yang sesuai bagi pasien.
Rencana tindakan yang dibuat oleh perawat merupakan media komunikasi antar
tenaga kesehatan yang berkesinambungan sehingga pelayanan dapat dilaksanakan
secara teratir dan efektif.

d. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Aktifitas ini memerlukan keterampilan komunikasi dalam
berinteraksi dengan pasien.
Pada sat menghadapi pasien perawat perlu:
1) Menunjukkan raut wajah yang mencerminkan ketulusan agar tercipta suasana
saling percaya saat berkomunikasi
2) Kontak pandang yang menunjukkan perhatian dan kesungguhan perawat
3) Fokus pada pasien
4) Bersikap terbuka untuk menumbuhkan keberanian pasien dalam mengikuti
tindakan keperawatan yang dilakukan
5) Mendengarkan secara seksama dan penuh perhatian untuk mendapatkan
informasi dari pasien. Perawat lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
Hal ini akan menimbulkan kepercayaan pasien pada perawat.
6) Mendengarkan keluhan pasien dan memahami perasaan
7) Perawat mampu menjelaskan keadaan pasien
8) Perawat mampu menjadi pembimbing dan konseling terhadap pasien
9) Bersikap tenang selama berada didepan pasien.

Dalam berkomunikasi di rumah sakit petugas dan tenaga medis harus melakukan
proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan tulis, baca kembali dan
konfirmasi ulang (TUBAKON) yaitu :
1) Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan
Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi
seperti telepon. Pemberi pesan harus memperhatikan kosa kata yang digunakan,
intonasi, kekuatan suara, jelas, singkat dan padat
2) Penerima pesan menulis isi pesan (TULIS)
Untuk menghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus
mencatat pesan yang diberikan secara jelas.
3) Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh petugas penerima pesan (BACA)
Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus membacakan kembali pesan tersebut
kepada pemberi pesan agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapat diterima
dengan baik.
4) Penerima pesan mengkonfirmasikan kembali isi pesan kepada pemberi pesan
(KONFIRMASI)

10
Pemberi pesan harus mendengarkan pesan yang dibacakan kembali oleh penerima
pesan dan memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada yang kurang atau
salah.

Sistem TUBAKON dapat diilustrasikan dengan skema sebagai berikut:

3. Komunikasi antar pemberi layanan (dokter, tenaga keperawatan dan tenaga


kesehatan lainnya)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda antar
pemberi layanan komunikasi yang terjadi menggunakan teknik SBAR.
SBAR merupakan suatu teknik komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan
identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara
perawat dan dokter. Dengan komunikasi SBAR ini maka perawat dapat memberikan laporan
mengenai kondisi pasien lebih informatif dan terstruktur.
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan
perhatian dan tindakan segera. Teknik SBAR terdiri dari unsur Situation, Background,
Assessment, Recommendation. Pada prinsipnya SBAR merupakan komunikasi standar yang
ingin menjawab pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh perawat dari
dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan. Empat (4) Unsur SBAR
yaitu:
1. Situation
Menjelaskan kondisi terkini yang terjadi pada pasien
2. Background
Berisi informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien saat ini
3. Assessment
Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
4. Recommendation
Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini

Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR (Haig, K.M, dkk, 2006)
Situation (S)  Sebutkan nama anda dan unit
 Sebutkan identitas pasien dan nomor kamar
pasien
 Sebutkan masalah pasien tersebut
(misalnya sesak nafas, nyeri dada, dll)
Background (B)  Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien
sesuai kebutuhan
 Status kardiovaskuler (Nyeri dada, tekanan
darah,EKG, dsb)
 Status respirasi (Frekuensi pernafasan, SpO2,
analisa gas darah, dsb)
11
Status gastrointestinal (Nyeri perut,
perdarahan,dsb)
 Neurologis (GCS, Pupil)
 Hasil laboratorium/pemeriksaan penunjang
lainnya
Assessment  Sebutkan problem pasien tersebut
 Problem kardiologi
 Problem gastro-intestinal
Recommendation Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan)
 Saya meminta dokter untuk :
 Memindahkan pasien ke ICU
 Segera datang melihat pasien
 Mewakilkan dokter lain untuk datang
 Konsultasi ke dokter lain
 Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan:
 Foto rontgen/USG
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan EKG
 Pemberian oksigenasi
 Beta 2 agonis nebulizer

4. Komunikasi dengan masyarakat


a. Komunikasi dengan menggunakan media
1) Spanduk
a) Spanduk himbauan kesehatan yang berkaitan dengan peringatan hari-hari besar
nasional dan internasional, seperti : Peringatan hari kesehatan, hari anak nasional,
HIV/AIDS sedunia dll
b) Spanduk pelayanan rumah sakit
c) Spanduk kegiatan-kegiatan sosial
2) Standing Bunner tentang himbauan kesehatan
3) Baliho tentang pelayanan rumah sakit
4) Sign Box dan Neon Box
a) Pelayanan IGD 24 Jam
b) Jadwal Poli Spesialis
c) Neon Box Pelayanan Rumah Sakit
5) Sosial media (website, facebook, instagram, aplikasi MyAnanda)
6) Brosur tentang pelayanan rumah sakit

b. Komunikasi langsung
1) Talkshow kesehatan ke masyarakat sekitar/perusahaan

5. Komunikasi Asuhan dan Edukasi


Komunikasi di rumah sakit memiliki dua tujuan, yaitu:
a. Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan
Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan ini biasanya dilakukan
oleh petugas customer service, front office yang meliputi:
1) Jam pelayanan
2) Pelayanan yang tersedia
3) Cara mendapatkan pelayanan
12
4) Sumber alternatif mengenai asuhan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan
pasien melebihi kemampuan rumah sakit
Contoh sikap petugas front office ketika menerima pasien:
a) Berdiri ketika pasien datang
b) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri (“selamat
pagi/siang/sore/malam, saya…(nama))
c) Mempersilahkan pasien duduk
d) Menanyakan nama pasien (Maaf, dengan bapak/ibu?)
e) Tawarkan bantuan kepada pasien (“Ada yang bisa dibantu Bpk/Ibu….(nama))
f) Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu,
menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak
lelah)
g) Menilai suasana lawan bicara
h) Memperlihatkan sikap non verbal (raut wajah, mimik, gerak/bahasa tubuh dari
pasien)
i) Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna
menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan
j) Memberikan informasi yang diperlukan pasien
k) Memberikan informasi jadwal praktek/paket dan langsung tanyakan apakah
mau dibantu untuk dibuatkan perjanjian
l) Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang
tidak perlu
m) Memberikan solusi yang tepat dan cepat bila ada keluhan yang disampaikan
n) Apabila pasien marah, menangis, takut dan sebaginya maka tetap
menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang
o) Menawarkan kembali bantuan kepada pasien (“ada lagi yang bisa kami bantu
bpk/ibu?)
p) Mengucapkan salam penutup (“terima kasih atas waktunya bpk/ibu. Apabila
adalagi yang bisa saya bantu, kami siap melayani dengan tulus)
q) Berdiri ketika pasien pulang

b. Komunikasi Edukasi Pasien dan Keluarga pasien


Petugas rumah sakit berkewajiban untuk melakukan edukasi kepada pasien dan
keluarga pasien sehingga pasien dan keluarga pasien bisa memahami pentingnya mengikuti
proses pengobatan, tindakan, gizi, manajemen nyeri dan manajemen jatuh yang telah
ditetapkan.
Terdapat 3 tahap dalam pemberian edukasi
1) Tahap asesmen pasien
Sebelum melakukan edukasi, pertama-tama petugas menilai kebutuhan edukasi
pasien dan keluarga pasien berdasarkan formulir asesmen kebutuhan pasien Hal-hal
yang perlu diperhatikan:
a) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
b) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan
c) Hambatan emosional dan motivasi
d) Keterbatasan fisik dan kognitif
e) Ketersediaan pasien untuk menerima informasi

13
2) Tahap penyampaian informasi
Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif tergantung pada hasil
asesmen pasien, yaitu :
a) Jika pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasi edukasinya bisa langsung dijelaskan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan edukasinya
b) Jika pasien memiliki hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara) maka proses
komunikasi edukasinya dapat disampaikan dengan menggunakan media cetak
seperti brosur yang diberikan kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,
anak, ayah, ibu atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
c) Jika pasien memiliki hambatan emosional (pasien marah atau depresi) maka
proses komunikasi edukasinya juga dapat disampaikan dengan menggunakan
media cetak seperti brosur dan menyarankan pasien untuk membacanya.
3) Tahap Verifikasi
Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga mengenai kejelasan
dan pemahaman edukasi yang diberikan:
a) Apabila pada saat pemberian edukasi, pasien dalam kondisi baik dan senang
maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kembali edukasi
yang telah diberikan
b) Untuk pasien yang mengalami hambatan fisik maka veriikasi dapat dilakukan
dengan cara menanyakan kepada keluarganya dengan pertanyaan yang sama,
yaitu “Apakah Bpk/Ibu bisa memahami materi edukasi yang kami berikan?”
c) Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional (marah, depresi) maka
verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada pasien mengenai
sejauh mana pasien telah mengerti tentang materi edukasi yang diberikan
melalui brosur. Proses pertanyaan ini bisa melalui telepon atau datang langsung
ke kamar pasien setelah pasien tenang

Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien diharapkan komunikasi yang


disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Apabila pasien mengikuti semua
arahan dari rumah sakit diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.

3.2 Pelaksanaan Komunikasi Efektif


1. Komunikasi Efektif di Ruang Pendaftaran
Pendaftaran dapat dilakukan oleh pasien melalui 3 (dua) cara, yaitu :
a) Melalui telepon
Komunikasi yang dilakukan melalui telepon, dimana saat mendaftar pasien diminta
menyebutkan nama dokter yang dituju, nama pasien dan nomor rekam medis oleh
petugas operator. Petugas operator akan mengkonfirmasi apa yang didengarnya untuk
input pendaftaran.
Dalam melakukan konfirmasi, komunikan terkadang menghadapi kesulitan
menuliskan sesuatu informasi sehingga harus menjabarkan hurufnya satu per satu
dengan menggunakan alfabeth, sebagai berikut :

14
Kode Alfabet Internasional (Sumber : Wikipedia)

b) Datang langsung
Saat pasien datang ke rumah sakit, maka tempat yang pertama kali harus
dikunjunginya adalah ruang/tempat pendaftaran, dimana terdapat meja untuk
mendaftar. Setelah pendaftaran selesai, barulah mereka satu demi satu diarahkan ke
tempat yang sesuai dengan pelayanan yang dibutuhkan. Kontak awal dengan rumah
sakit ini, perlu disambut dengan 5S (senyum, sambut, sapa, salam, santun ) oleh
petugas pendaftaran. Sambutan tersebut berupa salam hangat yang dapat membuat
mereka merasa tentram berada di rumah sakit. Di tempat tersebut, pasien akan ditanya
keperluannya dan akan diarahkan sesuai dengan keperluan yang dituju.

c) Melalui aplikasi MyAnanda


Pasien yang dapat mendaftar melalui aplikasi MyAnanda adalah pasien lama yang telah
memiliki nomor rekam medis dan ingin mendaftar rawat jalan. Pasien ini terlebih dulu
mendownload aplikasi MyAnanda di play store atau app store di ponselnya. Setelah
terdownload, pasien membuat akun menggunakan email pribadinya. Selanjutnya, akan
ada kode verfikasi yang dikirimkan untuk mengaktifkan akun pasien. Setelah akun
pasien aktif, maka pasien dapat memilih tanggal dan dokter sesuai dengan jadwal yang
tertera di aplikasi. Kemudian, akan muncul review pemesanan pasien dan pasien
tinggal datang sesuai jadwal yang di pilihnya tanpa harus mengantri di tempat
pendaftaran.

15
2. Komunikasi Efektif Rawat Jalan
Saat pasien berada di Instalasi Rawat Jalan pasien harus melakukan timbang, tensi,
atau ukur tinggi badan di ruang nurse station (NS). Perawat akan melakukan komunikasi
dengan melakukan 5S (senyum, sambut, sapa, salam, santun) dan mengarahkan pasien
sesuai dengan dokter/keperluan yang dituju.
Rumah sakit menyediakan ruangan poliklinik untuk pasien rawat jalan yang
memerlukan konsultasi atau ingin mendapatkan informasi. Konsultasi dilayani oleh dokter
spesialis. Ruang konsultasi dilengkapi dengan media komunikasi seperti komputer, telepon
antar unit, dan gambar-gambar.
Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah orang yang
mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka ini tidak dalam keadaan sakit, sehingga
memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media komunikasi yang
tersedia di poliklinik. Oleh karena itu di setiap poliklinik, khususnya ruang tunggu,
dipasang poster-poster yang memberikan informasi tentang kesehatan atau pelayanan di
RSIA Ananda.
Konsultasi yang dilakukan secara individual dilakukan dengan sikap profesional,
menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), sikap profesional ini penting untuk
membangun rasa nyaman, aman, dan percaya yang merupakan landasan bagi
berlangsungnya komunikasi secara efektif (Silverman, 1998). Sikap profesional ini
hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi
berlangsung, dan di akhir konsultasi.

3. Komunikasi Efektif Rawat Inap


Pada saat pasien sudah masuk rawat inap, umumnya pasien sangat ingin mengetahui
seluk-beluk penyakitnya. Sementara pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan
reaksi yang berbeda-beda seperti apatis, agresif atau menarik diri. Hal ini disebabkan
penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial
kepada penderitanya. Kepada pasien seperti ini, kesabaran dari petugas rumah sakit sangat
diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan komunikasi pemberdayaan.
Konseling dapat dilakukan di tempat tidur (bedside conseling) terhadap pasien rawat
inap yang belum dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus
berbaring. Dalam hal ini, dokter/perawat yang menjadi konselor harus mendatangi setiap
pasien, duduk di samping tempat tidur pasien tersebut dan melakukan pelayanan konseling.
Konseling selain untuk meningkatkan pengetahuan serta mengubah sikap dan perilaku
pasien, juga sebagai sarana komunikasi yang berfungsi sebagai sosialisasi kepada pasien.

4. Komunikasi Saat Memberikan Edukasi Terkait Kondisi Kesehatan Pasien


Prosesnya :
a. Tahap asesmen pasien
Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien dan
keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):
1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3) Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: depresi, senang dan marah)
4) Keterbatasan fisik dan kognitif.
5) Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.

16
b. Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap
asesmen pasien, di temukan :
1) Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2) Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien
dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
3) Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.
c. Tahap cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi
yang diberikan:
1) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien
baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali
eduksi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa
yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
2) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-
kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
3) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan
kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan
dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa datang langsung ke kamar pasien setelah
pasien tenang.

Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang


disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua
arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien
atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah
diberikan edukasi dan informasi yang benar.

17
BAB IV
DOKUMENTASI

Komunikasi via telephone atau lisan didokumentasikan pada formulir catatan


terintegrasi rawat inap, pemberian edukasi dan edukasi yang sudah dilakukan di
dokumentasikan pada format edukasi.
Hasil kegiatan yang terkait dengan komunikasi efektif dilaporkan secara
berkesinambungan dengan kegiatan pendidikan pasien dan keluarga serta assesment pasien.
Penjelasan dalam pedoman ini terbatas pada pengertian umum tentang komunikasi
efektif. Tentunya masih diperlukan cara lain agar dokter dan staf di rumah sakit benar-benar
dapat melakukan komunikasi efektif dalam menjalankan profesinya. Keterampilan
berkomunikasi hanya bisa diperoleh dari praktik. Makin banyak pengalaman
seseorang melakukan komunikasi efektif ketika berhadapan dengan pasien maupun
pengunjung, maka keterampilannya akan semakin terasah. Tentunya akan sangat membantu
kalau seseorang juga menambah pengetahuan dan wawasannya. Mengikuti pelatihan khusus,
selain sebagai penyegaran tapi juga bisa menambah kemampuan, adalah cara lain yang
dianjurkan agar mampu melakukan komunikasi efektif dengan pasien maupun pengunjung di
rumah sakit.
Menurut Konsil Kedokterean Indonesia (2006), memahami perspektif seseorang adalah
sikap yang dianjurkan dalam komunikasi. Sikap tersebut akan mengantar pada pengembangan
perilaku seseorang yang menunjukkan adanya penghargaan terhadap kepercayaan pasien yang
berkaitan dengan penyakitnya (tidak menyemooh atau melecehkan), melakukan penggalian
(eksplorasi) terhadap keadaan pasien, memahami kekhawatiran dan harapannya, berusaha
memahami ungkapan emosi pasien, mampu merespon secara verbal dan non-verbal dalam cara
yang mudah dipahami pasien. Perhatian terhadap hubungan dokter-pasien yang profesional,
sangat diperlukan dalam berkomunikasi dengan pasien. Perhatian dalam pengembangan
komunikasi efektif dengan pasien tidaklah terbatas hanya pada diri seorang dokter semata
melainkan juga melibatkan semua jenjang yang dilalui pasien. Dokter perlu memasukkan semua
pihak yang ikut berperan dalam upaya penyembuhan atau perawatannya agar komunikasinya
bisa efektif. Tidak semua informasi yang diperlukan pasien bisa dituntaskan oleh dokter di ruang
praktiknya.
Penyediaan media pendukung komunikasi, seperti telepon, poster, brosur, dan social
media akan sangat membantu efektivitas komunikasi.
Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus
menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan
kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan jasa pelayanan dengan sebaik-
baiknya, termasuk melakukan komunikasi terhadap pelanggan dalam hal ini adalah pasien
dengan mempertimbangkan latar belakang budaya sehingga keluhan negatif terhadap pelayanan
kesehatan dapat diminimalkan. Dalam hal ini, RSIA Ananda pun menyediakan kotak saran di
beberapa titik dan juga melalui aplikasi whatsapp.
Selain itu, apabila setiap profesi kesehatan memegang teguh kode etik profesi yang telah
dirumuskan oleh masing-masing profesi dan menerapkannya di dalam pemberian pelayanan
kepada pasien maka komplain tidak akan terjadi. Disamping itu, setiap profesi kesehatan harus
meningkatkan motivasi internalnya untuk menolong sesama manusia. Tidak sekedar motivasi
material tapi juga keikhlasan berbuat menolong sesama manusia dalam rangka beribadah
kepada-Nya.
Dengan ditetapkannya Panduan Komunikasi Efektif di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ananda, diharapkan dapat menjawab permasalahan tentang bagaimana komunikasi yang efektif

18
di RSIA Ananda. Dalam pelaksanaannya di lapangan, panduan komunikasi efektif di rumah
sakit ini sudah barang tentu akan menghadapi berbagai kendala, antara lain sumber daya
manusia.
Untuk keberhasilan pelaksanaan Panduan Komunikasi Efektif di RSIA Ananda perlu
komitmen dan dukungan dari pihak manajemen dan seluruh karyawan, sehingga pelayanan
rumah sakit pada umumnya akan semakin optimal, dan khususnya pelayanan rumah sakit akan
dirasakan manfaatnya oleh pasien/masyarakat.

Ditetapkan di : Makassar
Tanggal : 3 Mei 2016
Direktur Utama RSIA Ananda Makassar

Dr. dr. Andi Alfian Zainuddin, M.KM

19
DAFTAR NILAI KRITIS LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
RSIA ANANDA
Parameter umur batas bawah batas atas satuan
HEMATOLOGI
0-28 Hari ≤7.0 ≥24.0 g/dL
28 hari -12 thn ≤8.0 ≥20.0 g/dL
dewasa ≤6.0 − g/dL
HB perioperatif <7.0 − g/dL
0-28 Hari ≤20 − %
HCT 28 hari -12 thn − ≥40 %
Leukosit ALL <1.0 >50 𝑋103 /uL
ALL <30 >1000 𝑋1032 /uL
trombosit perioperatif <75 𝑋1032 /uL
INR perioperatif >1.5
KIMIA KLINIK
Bilirubin Total < 1 Tahun ≥15.0 mg/dL
0-28 Hari ≥47 ≥120 mg/dL
anak & Dewasa ≤50 ≥400 mg/dL
Glukosa Darah sewaktu perioperatif <80 mg/dL
1 hr - 4 mgg − ≥1.5 mg/dL
5 mgg - 23 bln − ≥2.0 mg/dL
2 - 11 thn − ≥2.5 mg/dL
12 - 15 thn − ≥3.0 mg/dL
Kreatinin ≥16 tahun − ≥10.0 mg/dL
natrium ALL ≤120 ≥160 mmol/L
kalium ALL ≤2.5 ≥6.0 mmol/L

20
LAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RSIA ANANDA

BAGIAN NO VOLUME JENIS JADWAL JANJI


ITEM SAMPLE TABUNG/ KERJA HASIL
SPESIMEN

KIMIA DARAH
Fungsi hati 1 Bilirubin Total 3 ml Serum Setiap hari ≤ 2 jam
2 Bilirubin Direk 3 ml Serum Setiap hari ≤ 2 jam
3 SGOT 3 ml Serum Setiap hari ≤ 2 jam
4 SGPT 3 ml Serum Setiap hari ≤ 2 jam
Glukosa 1 Glukosa Sewaktu 3 ml Serum Setiap hari ≤ 2 jam
(Random)
2 Glukosa Puasa (Fasting) 3 ml Serum Setiap hari ≤ 2 jam
3 Glukosa 2 JPP 3 ml Serum Setiap hari ≤ 2 jam
Fungsi Ginjal 1 Ureum 3 ml Serum Setiap hari ≤ 2 jam
2 Kreatinin 3 ml Serum Setiap hari ≤ 2 jam
3 Asam Urat (Uric Acid) 3 ml Serum Setiap hari ≤ 2 jam
URINE – FAECES
Urine 1 Urine Lengkap + sedinun 15 ml Urine Setiap hari 1 Jam

Faeces 1 Faeces Lengkap Faeces Setiap hari 1 Jam


HEMATOLOGI
Umum 1 Darah Rutin 3 ml Darah EDTA Setiap hari 1 Jam
2 LED (ESR) 3 ml Darah EDTA Setiap hari 3 Jam
Koagulasi 1 Masa Perdarahan 200 ml Whole blood Setiap hari ≤ 1 jam
2 Masa Pembekuan 3 ml Whole blood Setiap hari ≤ 1 jam
khusus 1 Gol. Darah ABO/Rh 3 ml Darah EDTA Setiap hari 1 jam
(dengan kartu)
IMMUNOLOGI /SEROLOGI
imunologi 1 HBsAg Kualitatif 3 ml serum Setiap hari ≤ 2 jam

21
serologi 2 Dengue NS1 antigen 3 ml Wb,plasma Setiap hari ≤ 3 jam
EDTA,serum
3 Anti Salmonella Typhii Igm serum Setiap hari ≤ 3 jam
4 Coombs Test 3 ml Darah EDTA Setiap hari 4 Jam

Makassar, Mei 2016


Penanggung Jawab

(dr. Fitrie Octavia Syamsul)

22
Daftar Kode Singkatan Penulisan Pada Rekam Medis

NO SINGKATAN URAIAN
1 A Assesment
2 A/i Atas Instruksi
3 a/n Atas Nama
4 A/P Atas Perintah
5 A/S Apgar Skor
6 Aa Ana / Masing-masing
7 Ab Abortus
8 AB. Inc Abortus Incomplit
9 Ab.Imm ABORTUS IMINENS
10 ABK Analisis Beban Kerja
11 AGD Analisa Gas Darah
12 AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome
13 AKB Angka Kematian Bayi
14 AKBK Alat Kontrasepsi bawah kulit
15 AKBR Alat Kontrasepsi Bawah Rahim
16 AKDR ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
17 AKG Angka Kecukupan Gizi
18 AKI Angka Kematian Ibu
19 Alb ALBUMIN
20 Alk.Fosf / ALP Alkali Fosfatase
21 ALKES Alat Kesehatan
22 AMP AUSTINE MURE PROTESE
23 Amp Ampul
24 amp. Ampul
25 AN Anak
26 ANC Ante Natal Care
27 Anjab Analisis Jabatan
28 Anti HBs Anti Hepatitis B Surfaee
29 AP Anteroposterior
30 AP ANTERO POSTERIOR
31 AP Assesment Pasien
32 APB ANTE PARTUM BLEEDING
33 APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
34 APBD Anggaran Pendapatan Belanja Negara
35 APC ABORTUS PROVOKATUS CRIMINALIS
36 APD ALAT PELINDUNG DIRI
37 APK Angka Partisipasi Kasar
38 APK Akses ke pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan
39 APP Apendicitis
23
40 APR Achilles Pess Refleks
41 APS ATAS PERMINTAAN SENDIRI
42 Aq Aqna / Air
43 aq. Dest Aqna Destillata / Air Suling
44 ARV OBAT ANTIRETROVIRAL
45 ASF Asfiksia
46 ASI Air Susu Ibu
47 ASKES Asuransi Kesehatan
48 ASN Aparatur Sipil Negara
49 ASNET ASAL NETES
50 ASS Alergi Susu Sapi
51 ATK ALAT TULIS KANTOR

NO SINGKATAN URAIAN
1 B Booket
2 B / Bis Dua Kali
3 b in d Bis in Die / Sehari Dua Kali
4 B.Sr BUBUR SARING
5 B.Wn BUTA WARNA
6 BAB Buang Air Besar
7 BAK Buang Air Kecil
8 BAP Bergerak Atas Panggul
9 Balita Bawah Lima Tahun
10 Batita Bawah Tiga Tahun
11 Bb BUBUR
12 BB Berat Badan
13 BB/U Berat Badan/Umur
14 BBB BATU BULI-BULI
15 BBL Berat Badan Lahir
16 BBLASR BERAT BADAN LAHIR (< 1000 GR) AMAT SANGAT RENDAH
17 BBLER Berat Badan Lahir Ekstrim Sangat Rendah
18 BBLN Bayi Berat Lahir Normal
19 BBLR Berat Badan Lahir Rendah
20 BBLSR Berat Badan Lahir Sangat Rendah
21 BBRG BUBUR RENDAH GARAM
22 BBS BERAT BADAN SEKARANG
23 BBS / LED Blood Bezenking Sedimentation
24 BCB Bayi Cukup Bulan
25 BCG Basillus Calmette Guerin
26 BD / SG Berat Jenis
27 Bdd Bis De Die / Sehari Dua Kali
28 Bddc Bis De Die Cachlear / Sehari Dua Kali 1 sendok Makan
29 BDRS Bank Darah Rumah Sakit
30 BE BRONKHIEKTASIS
31 BIL TOT bilirubin Total
32 Bil.Direk bilirubin Direk
33 BK BEDAH KOCOK
34 BKB Bayi Kurang Bulan
35 BKKBN Balai Kesehatan Keluarga Berencana
24
36 BKS BUNGKUS
37 BKU Buku Kas Umum
38 BL Belanja Langsung
39 BLB Bayi Lebih Bulan
40 Bln Bulan
41 BLUD Badan Layanan Umum Daerah
42 BMK Besar Masa Kehamilan
43 BMR basal metabolic rate
44 BNO Blass Nier Overzicht
45 BNO - IVP Blass Nier Overzicht Intra Venous Pyelography
46 BO Bligted Ovum
47 BOR Bed Occupation Rate
48 BP Broncho Pnemonia
49 BP Bell's Palsy
50 BHD Bantuan Hidup Dasar
51 BPJS KESEHATAN Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
52 BPKD Badan Pengelola Keuangan Daerah
53 BPL Boleh Pulang
54 BPS Bidan Praktek Swasta
55 BRM Berkas Rekam Medis
56 BS BLOOD SUGAR
57 BSA BLOCK SPINAL ANASTESI
58 BT Bleeding Time
59 BTA Basil Tahan Asam
60 BTL Belanja Tidak Langsung
61 BTO BED TURN OVER
62 Bufas IBU NIFAS
63 Bulin IBU BERSALIN
64 Bumil IBU HAMIL
65 Busui IBU MENYUSUI
66 BW BRONCHIAL WISHING
67 BY Bayi

NO SINGKATAN URAIAN
1 C Cerai
2 ᴼC Derajat Celcius
3 C / Cochlear Sendok Makan, 15 ml
4 C/ CONSUL
5 Ca CANCER
6 Ca Paru CARSINOMA PARU
7 Cal KALORI
8 CAP COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONI
9 Cap Capsula / Kapsul
10 CASN Calon Aparatur Sipil Negara
11 Cc Centimeter cubik
12 CD4 LIMP[OSIT-T CD4+
13 CETV Congenital Talipes Equine Varus / Valgus
14 Cito Segera
15 CKB CEDERA KEPALA BERAT

25
16 CKR CEDERA KEPALA RINGAN
17 CKS CEDERA KEPALA SEDANG
18 Cm Centimeter
19 CM Compos Mentis
20 COI COITUS (BERHUBUNGAN BADAN)
21 Collun Collunarium /Obat Semprot Hidung
22 Collut Collutorium / Obat Kumur
23 Collyn Collynium Obat Mata
24 CP Cerebral Palsy
25 CPD Cephalopelvic Disproportion
26 CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil
27 CPO CATATAN PENGGUNA OBAT
28 CPR Cardio Pulmnary Resusitation
29 Cream Krim
30 CS CLEANING SERVICE
31 CSF CAIRAN SPINAL FLUID
32 CT Clotting Time
33 Ct Scan Computerized Tomography Scan
34 CTG Cardiotocography
35 Cth Cochlear Tea / Sendok Teh , 5 ml
36 CUT KONTRAKSI UTERUS
37 CV Curriculum Vitae
38 CVP Central Venous Pressure
39 Cya Cyanosis

NO SINGKATAN URAIAN
1 D DEXTRA
2 D/M Dines Malam
3 D/P Dines Pagi
4 D/S Dines Siang
5 DAK Dana Alokasi Khusus
6 DBD Demam Berdarah Dengue
7 DBN Dalam Batas Normal
8 DC DOWER CATHETER
9 dc Durante Coenam / Selagi Makan
10 DC Shock DIRECT CURENT
11 DD Differential Diagnosis
12 dd De Die / Setiap hari
13 det Detur / Sudah Diberikan
14 Dextr Dextra / lemah
15 DGR Diet Garam Rendah
16 DHA District Health Account
17 DHF DENGUE HEMORAGIC FEVER
18 DJJ Denyut Jantung Janin
19 DKA DERMATITIS KONTAK ALERGI
20 DL DARAH LENGKAP
21 DLB Diet Lambung
22 DM Diabetes Melitus
23 DNR Do Not Rescue
24 DO DATA OBYEKTIF
25 DOA DEADTH ON ARRIVAL
26
26 DOEN Daftar Obat Esensial
27 Dos Dosis
28 DP DEPO PROPERA
29 DP Diet Preeklamsia
30 DPA
31 DPB Diet Pasca Bedah
32 DPJP Dokter Penanggung Jawab Pasien
33 DPT Difteri Pertusis Tetanus
34 Dr Dokter
35 DS Desa
36 DS DATA SUBYEKTIF
37 DS Down Syndrom
38 ds Da Signa / Berikan Dan Tandailah
39 DSS DENGUE SYOK SYNDROME
40 DT Demam Thyfoid
41 DUK Daftar Urut Kepangkatan
42 Dx Diagnosa

NO SINGKATAN URAIAN
1 E Escherichia
2 EC ELEKTRO CAUTER
3 E-Karpeg Elektronik Kartu Pegawai
4 EKG Elektrokardiogram
5 EP Erb Paralisis / Palsy
6 Epith Epithema / Obat Kompres
7 EPU PNS Elektronik Pendaftaran Ulang Pegawai Negeri Sipil
8 ET Embrio Transfer
9 ETD Elektronik Tunjangan Daerah
10 ETT atau LMA Endo Tracheal Tube atau Laryngeal Mask Airway
11 Ext.ut Externa Utandum / Untuk Dipakai Diluar

NO SINGKATAN URAIAN
1 F Fisik Lemah
2 FLACC Face Legs Activity Cry and Consolability
3 FT Fisioteraphy

NO SINGKATAN URAIAN
1 G Gravid
2 g/dl Gram/Deciliter
3 GA Gestational Age
4 gag gargarisma / Obat Kumur
5 GCS Glasgow Coma Scale
6 GDP Gula Darah Puasa
7 GDS Geriatric Depression Scale, Gula Darah Sewaktu
8 GDS Gula darah Sewaktu
9 GEA Gastroenteritis Akut
10 GGA Gangguan Ginjal Akut
11 GGK Gagal Ginjal Kronik
27
12 GIMUL Gigi Mulut
13 GPA Gravid Partus Abortus
14 gr gramma
15 gr/kg/hari Gram/kilogram/hari
16 gtt guttae / Obat Tetes

NO SINGKATAN URAIAN
1 HA Hospital Authority
2 hanst Hanstus / Teguk Sekaligus
3 HB Hal Baru
4 Hb Hemoglobin
5 Hb/Ht hemoglobin/Hematokrit
6 HBL Hospital By Lows
7 HBSAG Hepatitis B Surface Antigen
8 Hct hematocrit
9 HD Hemodialisa
10 HDK Hypertension Dalam Kehamilan
11 HEP. B Hepatitis B
12 HIV Human Immunodeficiency
13 HPHT Hari Pertama Haid Trakhir
14 HPK Hari Pertama Kehidupan
15 HPK Hak Pasien Dan Keluarga
16 HR Hari
17 HS Hora Somni / Pada Waktu Tidur
18 HSG Histerosalpingografi
19 HT Hypertension

NO SINGKATAN URAIAN
1 JKD / JAMKESDA Jaminan Kesehatan Daerah
2 JKM / JAMKESMAS Jaminan Kesehatan Masyarakat
3 JKN Jaminan Kesehatan Nasional

NO SINGKATAN URAIAN
1 I Individual
2 i Menit
3 I.U. Intra Vena
4 IC Informed Consent / Persetujuan Tindakan Kedokteran
5 ICD International Classification of Deseases
6 IDNT International Dietetic and Nutrition
7 IGD Instalasi Gawat Darurat
8 IKA Ilmu Kesehatan Anak
9 ikt Ikterus
10 IM Intra Muskular
11 IMD Inisiasi Menyusui Dini
12 IMT Indeks Massa Tubuh
13 INA CBGs Indonesia Case Base Group
14 inj Injeksi
28
15 IRJ Istalasi Rawat Jalan
16 ISC Ischialgia
17 IU Intra Unit
18 IUD Intra Uteri Device
19 IUFD Intra Uteri Fetal Death

NO SINGKATAN URAIAN
1 K Kawin
2 K.E.T Kehamilan Ektopic Terganggu
3 Ka Kanan
4 Ka UR Kepala Urusan
5 Kab Kabupaten
6 Karu Kepala Ruangan
7 Kasie Kepala Seksi
8 KB Keluarga Berencana
9 Kec Kecamatan
10 ket Keterangan
11 Kg Kilogram
12 Kg Kilogram
13 Ki Kiri
14 KIA Kesehatan Ibu dan Anak
15 KIO Kartu Instruksi Obat
16 KJDR Kematian Janin Dalam Rahim
17 KJS Kerja Sama
18 Kls Kelas
19 KMK Kecil Masa Kehamilan
20 KODING Kode Diagnosa
21 KP Klumpkes Paralysis
22 KPD Ketuban Pecah Dini
23 KPS Kualifikasi dan Pendidikan Staf
24 KTP Kartu Tanda Penduduk
25 KU Keadaan Umum

NO SINGKATAN URAIAN
1 N Nadi
2 N2O Nitrogen Oksida
3 Na/CI NatriumClorida
4 Nakes Tenaga Kesehatan
5 ne det Ne Detur / Belum Diserahkan
6 Neg Negatif
7 NGT Nosogastric Tubes
8 ni Ne Iteratur / Jangan Diulang
9 NIBP Noninvasive Blood Pressure
10 NIP Nomor Induk Pegawai
11 Nn Nona
12 No Nomor
13 no Nomero / Jumlah
14 Ny Nyonya

29
NO SINGKATAN URAIAN
1 M Motifasi Kurang
2 m Malam
3 m.et.v Mane Et Vespere / Pagi Dan Malam
4 MD Maag Doudenum
5 MDG'S Sasaran Milenium Development Goal
6 mec Meconial
7 mf Misca Fac / Campur, Buatlah
8 MFK Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
9 mg/dl miligram/desiliter
10 mic Micturate
11 mixt Mixtura / Mikstur
12 MKI Manajemen Komunikasi dan Informasi
13 ml/kg/hr Milliliter/kilgram/hari
14 mm3 Kubik
15 mmH₂O Milimeter Air
16 MMHG Millimeter Air Raksa
17 MPASI Makanan Pendamping ASI
18 MPO Manajemen dan Penggunaan Obat
19 MR Medical Record
20 MRI Magnetic Resonance Imaging
21 MRS Masuk Rumah Sakit
21 "+ Meninggal

SINGKATAN URAIAN
O Objective
O Alt H Omnibus Alternis Horis / Tiap Dua Jam
o.s Orang Sakit
O2 Oksigen
OA Osteoartritis
OAT Obat Anti Tuberkulosis
ObGyn Obstetrician & Gynecologist
OD Oculus Dexter / Mata Kanan
ODC One Day Care
OMA Otitis Media Akut
OMD Oesophagus Maag Duodenum
Omlent Omlentum / Salep Mata
OMSA Otitis Media Superatif Akut
OMSK Otitis media superatif Kronik
OPD Out Patient departement
OS Oculus Sinister / Mata Kiri

NO URAIAN SINGKATAN
1 P Planning
2 p Pernafasan
3 PA Patologi Anatomi

30
4 PAB Pelayanan Anastesi dan Bedah
5 PAGT Proses Asuhan Gizi Terstandar
6 PB Pijat Bayi
7 PBL Panjang Badan Lahir
8 PC Post Coenam / Sehabis Makan
9 PD Postural Drainase
10 PDV Periksa Dalam Vagina
11 PEB Preeklamsia Berat
12 PER Preeklamsia Ringan
13 PERDA Peraturan Daerah
14 PERGUB Peraturan Gubernur
15 PERMER Peraturan Pemerintah
16 PEU Perlu Edukasi Ulang
17 PGS Pedoman Gizi Seimbang
18 PH Derajat Keasaman
19 Phiv Phiveres / Serbuk Bagi
20 PJK Penyakit Jantung Koroner
21 PJT Pertumbuhan Janin Terhambat
22 PLT Platelet / Trombosit
23 PMKP Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien
24 POKJA Pokok Kerja
25 Post/ Pos Positif
26 PP Pelayanan Pasien
27 PP Peraturan Pemerintah
28 PPh Pajak Penghasilan
29 PPI Pencegahan dan Pengandalian Infeksi
30 PPJP Perawat Penanggung Jawab Pasien
31 PPK Pendidikan Pasien dan Keluarga
32 PPM Pelayanan Penunjang Medis
33 PPN Pertolongan Partus Normal
34 PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik
35 Pr Perempuan
36 Pro Vag Pro Vagina / Dimasukan Ke Vagina
37 Prot.Tot Protein Total
38 Prov Provinsi
39 PT Perseroan Terbatas
40 PT/APTT Protrombin Time/Activated Partial Thromboplastin Test

NO SINGKATAN URAIAN
1 Q,S Quantum Satis / Secukupnya
2 Quart Quartus / Seperempat

NO SINGKATAN URAIAN
1 R Right
2 R Ruangan
3 RA Reumatoid Artritis
4 RAB Rencana Anggaran Biaya
31
5 RABP Rencan Anggaran Biaya Perubahan
6 RBA Rencana Bisnis Anggaran
7 RBAP Rencan Bisnis Anggaran Perubahan
8 RBC Red Blood Cell / Eritrosit
9 Rec Recens /Segar
10 Reg Registrasi
11 Renja Rencana Kerja
12 Renstra Rencana Strategi
13 RG Rendah Garam
14 RI Rawat Inap
15 RJ Rawat Jalan
16 RJP Resusitasi Jantung Paru
17 RKA Rencana Kerja Anggaran
18 RL Rekapitulasi Laporan
19 RM Rekam Medis
20 RP Rendah Protein
21 RPG Retrograde Pyelography
22 RR Respiration Rate
23 RS Rumah Sakit
24 RSKD Rumah Sakit Kanker Dharmis
25 RSKDIAP Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi
26 RSKDP Rumah Sakit Khusus Daerah Pertiwi
27 RT Rectal Touche

NO SINGKATAN URAIAN
1 S Subjective
2 s Suhu
3 SC Secsio Cesaria
4 SDP Standar Dokumen Pengadaan
5 SGOT serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
6 SGPT Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
7 SH Senam Hamil
8 SI Siang
9 SIMRS Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
10 SIRS Sistem Informasi Rumah Sakit
11 Sirup
12 SK Surat Keterangan
13 SKP Sasaran Keselamatan Pasien
14 SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
15 SM Sudah Mengerti
16 SMK Sesuai Masa Kehamilan
17 SN Senam Nifas
18 SO Second Opinion
19 Sp O₂ Saturation of peripheral Oksigen
20 SP2D Surat Perintah Pencairan Dana
21 SPD Surat Penyediaan Dana
22 SPJ Surat Pertanggung Jawaban
23 SPK Surat Perintah Kerja
24 SPM Surat Printah Membayar
32
25 SPMT Surat Perintah Melaksanakan Tugas
26 SPO Standar Prosedur Operasional
27 SPOG(k) Spesialis Obstetri Ginekologi (konsultan)
28 SPP Surat Permintaan Pembayaran
29 SPPD Surat Perintah Perjalanan Dinas
30 SPT Spontan
31 SPT Surat Perintah Tugas
32 SSP Sistem Saraf Pusat
33 SSP Surat Setoran Pajak
34 SSTP Sectio Secarian Transperinatoneal
35 STS Surat Tanda Setoran
36 Supp Suppositorium / Suppositoria
37 Syr Syrupus / Sirup

NO SINGKATAN URAIAN
1 L Libur
2 L.Bok Letak Bokong
3 L.Obl Letak Obliq
4 L/M Lepas Malam
5 LA Lengan Kiri
6 Lab Laboratorium
7 LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
8 LAT Lateral
9 LBK Letak Belakang Kepala
10 LBP low Back Pain
11 LED Laju Endap Darah
12 LILA Lingkar Lengan Atas
13 Liq Liquid / Cairan
14 LK Laki Laki
15 LKPJ Laporan Kegiatan Pertanggung Jawaban
16 LLA Lingkar Lengan Atas
17 LLA/U Lingkar Lengan Atas Menurut Umur
18 LLD Left Lateral Decubitus
19 LOS Leng of Stay
20 LP Lingkar Pinggang
21 LPM Liter Per Menit

NO SINGKATAN URAIAN
1 T Ter / Tiga Kali
2 TA Tidak Ada
3 Tab Tabletta / Tablet
4 TAK Tidak Ada Kelainan
5 TB Tinggi Badan
6 TB/U Tinggi Badan Menurut Umur
7 TBC Tuber Colosis
8 TBJ Taksiran Berat Janin
9 TD Tekanan Darah
10 TDP Tidak Dilakukan Pemeriksaan
11 TETP Tinggi Energi Tinggi Protein
33
12 TFU Tinggi Fundus Uteri
13 Tgl Tanggal
14 THN Tahun
15 THT Telinga Hidung Tenggorokan
16 TJ Ceramah dan Tanya Jawab
17 TK Tidak Kawin
18 TKP Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan
19 TL Tinggi Lutut
20 Tn. Tuan
21 TOCS Thoracic Outlet Compression Syndrom
22 TOI Turn Of Interval
23 TP Taksiran Persalinan
24 TP2RI Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
25 TP2RJ Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
26 TPM Tetes Per Menit
27 TPN Triphosphopyridine Nucleotide
28 TRP Trauma Panggul
29 TS Teman Sejawat
30 TT Tetanus Toxoid
31 TTD Tertanda
32 TTD Ter De Die / Tiga Kali Sehari
33 TTL Tempat Tanggal lahir
34 TTV Tanda - Tanda Vital

NO SINGKATAN URAIAN
1 UUK Ubun-Ubun Kecil
2 UC Usus Cognitus
3 UE Usus Externus
4 ULP Unit Pelayanan Pengadaan
5 UP Unit Pengaduan
6 URT Ukuran Rumah Tangga
7 USG Ultrasonografi

NO SINGKATAN URAIAN
1 V visual
2 VAS Skala Analogi Visual
3 vcm Vacum
4 VIP Very Important Person
5 VT Vagina Touche
6 VV Vulva Vagina
7 VVIP Very Very Important Person

NO SINGKATAN URAIAN
1 WBC White Blood Cell / Lekosit
2 WBK Wilayah Bebas Korupsi
3 WD Work Diagnosis
4 WITA Waktu Indonesia Tengah
5 WSD Water Seal Drainage

34
6 WTP Wajar Tanpa Pengecualian

NO SINGKATAN URAIAN
1 x/mnt Kali / Menit

DAFTAR HURUF ALPHABET FONETIK

A Alfa N November
B Bravo O Oscar
C Charlie P Papa
D Delta Q Quebec
E Echo R Romeo
F Foxtrot S Sierra
G Golf T Tango
H Hotel U Uniform
I India V Victor
J Juliet W Whiskey
K Kilo X X-Ray
L Lima Y Yankee
M Mike Z Zulu

35
BAB V
PENUTUP

Pada prisnsipnya, komunikasi efektif merupakan penyampaian informasi yang benar,


tidak terjadi salah persepsi antara pemberi informasi dengan penerima informasi.
Sehingga, sebelum komunikasi dihentikan, dilakukan klarifikasi baik oleh pemberi
informasi maupun penerima informasi (read back). Penggunaan SBAR dalam komunikasi
merupakan keharusan dalam program keselamatan pasien dengn harapan meminimalkan
kesalahan dalam berkomunikasi.
Dengan diterbitkananya pedoman komunikasi efektif ini, diharapkan petugas yang
menangani pasien melaksanakannya.
Demikian buku panduan ini dibuat untuk panduan komunikasi efektif sehingga berjalan
dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Kesehatan yang
berlaku, dengan terbitnya Buku Panduan komunikasi efektif di RSIA Ananda Makassar ini maka
segala pelayanan yang berkaitan dengan komunikasi efektif antar PPA dan DPJP berjalan lancar,
buku panduan ini terhitung setelah ditandatangani oleh Direktur RSIA Ananda Makassar.

Ditetapkan di : Makassar
Tanggal : 3 Mei 2016
Direktur Utama RSIA Ananda Makassar

Dr. dr. Andi Alfian Zainuddin, M.KM

36

Anda mungkin juga menyukai