(PADA DEWASA)
MAKALAH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teknik Komunikasi
Berdasarkan Tingkat Usia (Pada Dewas)” ini tepat pada waktunya.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teknik
Komuniksi khususnya Pada Dewasa bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB IV SIMPULAN............................................................................................10
4.1 Simpulan...................................................................................................10
4.2 Saran..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I
PENDAULUAN
Komunikasi Pada orang dewasa, mereka memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
melekat dalam diri mereka dalam jangka waktu yang lama jadi mengubah perilakunya
sangatlah sulit. Oleh karena itu, nampaknya perlu adanya model komunikasi yang
tepatsehingga tujuan komunikasi dapat tercapai secara efektif. Berangkat dari hal tersebut,
kami mencoba menulis makalah yang mencoba menerapkan model konsep komunikasi yang
tepat pada orang dewasa. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi
perilaku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus.
Komunikasi bertujuan untuk memperlancar, melaksanakan, kegiatan tertentu guna mencapai
tujuan yang optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar
manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan keperawatan
serta perubahan konsep pelayanan dari perawatan individu terhadap orang sakit menjadi
perawatan lengkap dan transisi. Dari pendekatan yang berorientasi medis terhadap penyakit
hingga model penyakit yang berfokus pada individu, komunikasi pribadi menjadi lebih
penting dalam memberikan perawatan bagi orang yang sekarat.Perawat dituntut untuk
menerapkan model komunikasi yang tepat disesuaikan dengan tingkat perkembangannya
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As
Hornby dalam intan, 2005). Maka disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala
sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu adalah
komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuahan/pemulihan
pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat.
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan fikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya. 3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan
dirinya sendiri.
2.3 Manfaat Komunikasi
Manfaat komunikasi terapeutik ( Christina, dkk, 2003) adalah :
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui
hubungan perawat-klien.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.
2.4 Syarat-syarat Komunikasi
Terapeutik Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk 2003) mengatakan ada 2
persyaratan dasar untuk komunikasi terapeutik efektif :
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.
2. Komunikasi yang diciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih dahulu
sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan.
2.5 Bentuk Kominikasi
Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal (Potter dan
Perry dalam Christina, dkk.,2003) :
1. Komunikasi verbal Komunikasi verbal mempunyai karakteristik jelas dan ringkas.
Kosakata mudah dipahami, mempunyai makna denotatif dan konotatif, intonasi
mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara memiliki tempo dan jeda yang tepat.
a. Jelas dan Ringkas Komunikasi efektif, sederhana, singkat dan langsung. Semakin
sedikit kata yang digunakan, semakin sedikit kebingungan yang timbul. Ulangi bagian-bagian
penting dari pesan yang disampaikan. Penerima pesan perlu mengetahui apa, mengapa,
bagaimana, kapan, siapa, dan di mana. Ringkaslah dengan menggunakan kata-kata yang
mengungkapkan ide secara sederhana.
b. Gunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pasien. Komunikasi tidak
akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan.
c. Makna denotatif dan konotatif Perawat harus mampu memilih kata-kata yang tidak
banyak disalahartikan, hal ini terutama penting pada saat menjelaskan tujuan terapi, terapi
dan kondisi klien. Makna denotatif memberikan makna yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan makna konotatif adalah perasaan, pikiran atau gagasan yang
terkandung dalam suatu kata.
d. Intonasi Nada suara suatu percakapan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
makna pesan yang disampaikan karena emosi seseorang dapat secara langsung
mempengaruhi nada suaranya.
2. Komunikasi non Verbal Komunikasi non verbal berdampak yang lebih besar dari pada
komunikasi verbal. Stuart dan Sundeen dalam suryani, (2006) meengatakan bahwa sekitar 7
% pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, sekitar 30% karena bahasa paralinguistik
dan 55% karena bahasa tubuh. Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui beberapa
cara yaitu :
a. Penampilan fisik Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan keperawatanyang diterima. Adapun contohnya adalah cara berpakaian, dan berhias
menunjukan kepribadiannya.
b. Sikap Tubuh dan Cara Berjalan Perawat dapat menyimpulkan informasi yang
bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien.langkah dapat dipengaruhi
olehfaktor fisik, seperti rasa sakit, obat dan fraktur.
c. Ekpresi wajah Hasil penelitian menunjukan enam keadaan emosi utama yang
tampak melalui ekspresi wajah, terkejut, takut,marah, jijik bahagia dan sedih. Ekspresi wajah
sering digunakan sebagai dasar peenting dalam menentukan pendapat interpersonal.
d. Sentuhan Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian diberikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus
memperhatikan norma sosial.
BAB III
PEMBAHASAN
C. Makna denotatif dan konotatif Perawat harus mampu memilih kata-kata yang tidak banyak
disalahartikan, hal ini terutama penting pada saat menjelaskan tujuan terapi, terapi dan
kondisi klien. Makna denotatif memberikan makna yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan makna konotatif adalah perasaan, pikiran atau gagasan yang terkandung dalam
suatu kata.
D. Intonasi Nada suara suatu percakapan mempunyai pengaruh yang besar terhadap makna
pesan yang disampaikan karena emosi seseorang dapat secara langsung
mempengaruhi nada suaranya.Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh
orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari
pengetahuan yang lebih muktahir.
1. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya
perasaan dan pikiran.
2. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling member dan
menerima,akan belajar banyak,karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan
reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.
Dengan adanya factor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa,
maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa harus menjalin:
1. Suasana Hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya
dihormati,ia lebih senang kalau ia lebih turut berfikir dan mengemukakan fikirannya.
2. Suasana Saling Menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, system nilai yang dianut perlu dihargai.
Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala dalam
jalannya komunikasi.
3. Suasana Saling Percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat
membawa hasil yang diharapkan
4. Suasana Saling Terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lai,
Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternative dapat tergali. Komunikasi verbal dan
non verbal adalah sling mendukung satu sama lain. Seperti pada anak-anak,perilaku non
verbal sama pentingnya pada orang dewasa. Expresi wajah,gerakan tubuh dan nada suara
member tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa
orang dewasa mempunyai kendala hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit merasa tidak berdaya, tidak aman, dan tidak
mampu dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang berkuasa. Status kemandirian mereka berubah
menjadi status dimana orang lain yang menentukan kapan mereka makan dan kapan mereka
tidur. Ini adalah pengalaman yang mengancam diri sendiri, di mana orang dewasa merasa
tidak berdaya dan cemas, dan ini dapat diekspresikan dalam bentuk kemarahan dan agresi.
Dengan dilakukannya komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa
oleh para profesional, maka pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari imobilitas
bio-psikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap permasalahannya
3.2 Model-model Konsep Komunikasi dan Penerapannya
1. Model Shanon dan Weaver
Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihatnya hubungan
transaksional diantara sumber pesan dan penerima Penerapannya terhadap komunikasi klien
dewasa : Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, Klien akan lebih mudah untuk
menerima penjelasan yang disampaikan kerena tanpa adanya perantara yang dapat
mengurangi penjelasan imformasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara klien dan
perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.
Refleksi dari model komunikasi dari leary (1950) ini menggabungkan multidimensional
yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 orang,dimana antara individu saling
mempengaruhi dan dipengaruhi.Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan
tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Dari gambaran model leary : pesan komuniksai dpat terjadi dalam 2 dimensi 1)
Dominan-subbmission 2) Hate-love Model leary dapt diterapkan dibidang kesehatan karena
dalam bidang kesehatan ada keseimbangan kesehatan antara professional dengan klien.
Selama beberap tahun pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan
selalu mendominasi peran dan klien ditempatkan dalm keadaan yang selalu patuh.
Seharusnya dalam berkomunikasi ada keseimbangan asertif dalm menerima dan member
antara pasien dan professional.
Penerapan Pada Klien dewasa Bila konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran
dominan oleh perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk
menyelamatkan kehidupan klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan
perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalam
keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan
pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu yangksingkat. Peran love yang
berlebihan juga tidak boleh dterapkan pada klien dewasa, karena dapat mengubah konsep
hubungan professional yang dilakukan lebih kearah hubungan pribadi. Model ini
menekankan pentingnya “Relationsjhip” dalam membanmtu klien pada pelayanan kesehatan
secara langsung. Komunikasi therapeutic adalah keterampilan untuk mengatasi stress yang
menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif denagn orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi
dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positif regard), Sedangkan hasil yang diharapkan
dari klien melalui model komunikasi ini adalah adanya saling pengertian dan koping yang
lebih efektif. Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada
kondisi dimana individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis
Model king memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat-klien. King
menggunakan system perspektif untuk menggambarkan bagaimana professional kesehatan
(perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa
interaksi perawat-klien secara simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan
tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi. Keputusan berperan
penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan proses dinamis yang meliputi
hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan tindakan perawat-klien. Transaksi
adalah hubungan Relationship yang timbale balik antara perawat-klien selama berpartisipasi.
Feedback dalam model ni menunjukan pentingnya arti hubungan perawat-klien.
Penerapannya Terhadap Komunikasi Klien Dewasa Model ini sesuai untuk klien dewasa
karena mempertimbangkan factor-faktor instrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada
akhirnya bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya feedback yang menguntungkan untuk
mengetahui sejauh mana imformasi yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien untuk
mengetahui ada tidaknya persepsi yang salah tehadap pesan yang disampiakan. 4. Model
Komunikasi Kesehatan Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional
kesehatan-klien. 3 faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu :
1). Relationship,
2). Transaksi,
Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antara partisipan didalam proses
kumunikasi tersebut.
3). Konteks.
Konteks yaitu komunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan
klien dan biasanya disesuaikan dengan temapt dan situasi. Penerapannya Terhadap
komunikasi klien Dewasa Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa,
karena professional kesehatan (perawat) memperhatikan karekterisitikdari klien yang akan
mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaski yang dilakukan secara
berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga tidak melibatkan orang
lain yang berpengaruh terhadap kesehatn klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan
tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti :
sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, factor, budaya, nilai yang
dianut, factor psikologi dll, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar
tidak terjadi kesakahpahaman. Pada komunikasi pada orang dewasa diupayakan agar perawat
menerima sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap orang
berbeda satu dengan yang lain.
Berdasarkan pada hal tertentu diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat
diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi ini menunjukan hubungan
relationship yang memperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan
penerima, serta adanya umpan balik untuk mengevalusi tujuan komunikasi. Komunikasi
merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia kearah yang lebih
baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep komunikasi yang
tepat untuk setiap karakteristik klien.
Model Leary
Model King
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari uraian dan role play diatas maka dapat dipahami bahwa Terapeutik
merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan atau segala sesuatu
yang memfasilitasi proses penyembuhan. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
profesional perawat yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau
pemulihan pasien.
4.2 Saran
http://khoirotunniswah6.blogspot.com/2013/06/komunikasi-pada-orang-dewasa-untuk.html. (n.d.).