Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELOMPOK

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Terapeutik Keperawatan

Oleh Kelompok 7:

1. Della Donita 211211781

2. Engla 211211783

3. Rahadatul Ai’syi 211211809

4. Tiara Yulianda 211211821

Dosen Pengampu :

Ns. Guslinda, M.Kep, Sp.Kep.J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan penulis

membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Komunikasi Terapeutik Keperawatan

tentang “ Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok” dan malakah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan penulis serta pembaca

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata

kuliah Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis yaitu Ibu Ns. Guslinda, M.Kep, Sp.Kep.J yang

telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah wawasan penulis. Penulis juga

mengucapkan terimakasi kepada semua pihak yang telah memerikan sebagian pengetahuan

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya dan mengucapkan terima kasih kepada dosen mata

kuliah yang telah memberikan bimbingan dan arahan, sehingga tugas ini dapat selesai dengan

baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian

tugas ini tidak lepas dari kekhilafan dan kealfaan penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena

itu, penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Padang, 2 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................. ............................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................... ............................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................ ............................................................ 1


1.2 Tujuan ......................................................... ............................................................ 2
1.3 Manfaat ....................................................... ............................................................ 2

BAB II PEMBAHSAN

2.1 Pengertian Komunikasi ............................... ............................................................ 3


2.2 Pengertian Komunikasi Kelompok ............. ............................................................ 3
2.3 Pengertian Komunikasi Terapeutik pada Kelompok ............................................... 4
2.4 Klasifikasi Komunikasi Kelompok ............. ............................................................ 5
2.5 Elemen Komunikasi Kelompok .................. ............................................................ 7
2.6 Unsur-Unsur Komunikasi Kelompok ......... ............................................................ 8
2.7 Ciri-Ciri Komunikasi kelompok ................. .......................................................... 10
2.8 Bentuk-Bentuk Komunikasi Kelompok ...... .......................................................... 12
2.9 Teknik Komunikasi Terapeutik pada Kelompok ................................................... 13
2.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok ............................. 13
2.11 Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Kelompok ............................................ 20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................. .......................................................... 39


3.2 Saran ........................................................... .......................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ................................................. .......................................................... 40

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,

bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994)

Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang

terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan

pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & Sundeen, 1998)

Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan

hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien

dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan

tersebut. Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting

memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik

merupakan komunikasi proporsional yang mengarah pada tujuan yaitu

penyembuhan pasien.

Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Komunikasi dibuat

untuk menyebarluaskan pesan kepada publik, mempengaruhi khalayak dan

menggambarkan kebudayaan pada masyarakat. Hal ini membuat media menjadi

bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. Untuk memenuhi

kebutuhan berinteraksi yang bersifat antar pribadi dipenuhi melalui komunikasi

interpersonal atau antar pribadi. Sedangkan kebutuhan untuk berkomunikasi secara

publik dengan orang banyak, dipenuhi Melalui aktivitas komunikasi massa.

Dengan demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam berlangsungnya

kehidupan suatu masyarakat. Selain merupakan kebutuhan, aktivitas komunikasi

1
sekaligus merupakan unsur pembentuk suatu masyarakat. Sebab tidak mungkin

manusia hidup di suatu lingkungan tanpa berkomunikasi satu sama lain

1.2 Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui komunikasi terapeutik pada kelompok

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui teknik komunikasi terapeutik pada

kelompok

3. Agar mahasiswa mengetahui hambatan komunikasi terapeutik pada

kelompok

1.3 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai acuan maupun sebagai penambah ilmu pengetahuan khususnya dalam

mempelajari komunikasi terapeutik pada kelompok

2. Bagi Pembaca

Memberikan wawasan lebih luas tentang komunikasi terapeutik pada

kelompok

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari

komunikator atau penyampai berita untuk mengubah serta membentuk perilaku

komunikan atau penerima berita kepala dan pemahaman yang dikehendaki bersama.

Ada beberapa pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:

1. Menurut Edward Depari, Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan harapan

dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu mengandung arti

dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.

2. Menurut James A.F. Stoner, Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha

memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.

3. Menurut John R. Schermerhom, Komunikasi adalah proses antar pribadi dalam

mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.

4. Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, Komunikasi mencakup ekspresi wajah,

sikap dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, serta kereta api, telegraf,

telepon dan lainnya

2.2 Pengertian Komunikasi Kelompok

Menurut beberapa ahli, terdapat beberapa definisi komunikasi. Menurut

Mulyana (2002: 54) mengatakan bahwa komunikasi sebagai “situasi-situasi yang

memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada soerang penerima

dengan didasari untuk mempengaruhi prilaku penerima. Sedangkan menurut dari

3
Effendy (2003 : 308) menyatakan bahwa komunikasi sebagai konsekuensi hubungan

sosial (socialrelations). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling

berhubungan satu sama lain yang karena hubungan menimbulkan interkasi sosial

(social intreraction).

Sedangkan komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara

beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan,

konferensi dan sebagainya (Wiryanto, 2005). Didalam komunikasi kelompok

melibatkan minimal 3 orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama untuk saling

berkomunikasi satu dengan yang lain. Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005

mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga

orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,

menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggotaanggotanya dapat mengingat

karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.

Dari pengertian komunikasi dan komunikasi kelompok yang telah dipaparkan

diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok merupakan proses komuniaksi

yang memiliki karakteristik yang khusus yaitu adanya pelaku yang terdiri dari minimal

3 orang,

adanya tujuan, dan ada proses bertemu antar pelaku.

2.3 Pengertian Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang

berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama

lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. (Deddy

4
Mulyana 2005). Kelompok ini misalnya adalah kelompok diskusi, kelompok

pemecahan masalah atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu

keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi

karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi

kelompok.

Menurut Michael Burgoon (dalam Wiryanto 2005) mendefinisikan komunikasi

kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara 3 orang atau lebih dengan tujuan

yang diketahui seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana

anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota anggota yang lain

secara tepat.

Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005) menyatakan

komunikasi kelompok terjadi ketika 3 orang atau lebih bertatap muka, biasanya di

bawah pengarahan seorang pimpinan untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan

mempengaruhi satu sama lain. Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:

• kelompok memiliki sedikit partisipan

• kelompok berkomunikasi melalui tatap muka

• kelompok bekerja dibawah arahan seorang pemimpin

• kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama

• anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain

2.4 Klasifikas Komunikasi Kelompok

Rakhmat (2008, p.142) membedakan kelompok menjadi empat dikotomi,


yaitu

1. Kelompok Primer dan Sekunder

5
Kualitas komunikasi dalam kelompok primer bersifat dalam dan
meluas. Dalam artinya menembus kepribadian yang tersembunyi atau
meyingkap unsur-unsur yang tersirat. Meluas artinya hanya sedikit kendala
yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Dalam kelompok primer,
kita menentukan hal-hal bersifat pribadi dengan menggunakan berbagai
lambang, bahasa verbal maupun nonverbal. Dalam kelompok primer tidak ada
pembagian peran secara sistematis karena komunikasi yang terjadi secara
langsung dan sifatnya bersifat informal. Sedangkan kelompok sekunder,
komunikasi bersifat dangkal (menembupermukaan luar dari kepribadian kita)
dan terbatas (hanya berkaitan dengan hal tertentu saja). Kebanyakan
menggunakan komunikasi verbal dan jarang sekali melibatkan komunikasi
nonverbal. Dalam kelompok sekunder terdapat pengelompokan angota yang
terorganisir secara sistematis untuk tujuan tertentu karena interaksi sosial terjadi
secara tidak langsung, berjauhan dan sifatnya kurang kekeluargaan.

2. Ingroup dan Outgroup

Secara singkat, Ingroup adalah kelompok kita sedangkan Outgroup adalah


kelompok mereka. Dalam menentukan ingroup dan outgroup, diperlukan
batasan dalam menentukan siapa yang termasuk orang dalam dan siapa yang
termasuk orang luar. Batasanbatasan tersebut dapat berupa lokasi geografis,
suku bangsa, pandangan atau ideologi, pekerjaan atau profesi, bahasa, status
sosial dan kekerabatan. Anggota yang masuk dalam lingkaran Ingroup dan
Outgroup akan merasa terikat dalam semangat “kekitaan” yang biasanya
disebut kohesi kelompok

Kelompok keanggotaan dan Kelompok Rujukan

Kelompok keanggotaan adalah kelompok di mana ada komunitas


tergabung didalamnya, sehingga kelompok tersebut menjadi bagian dalam
dirinya. Biasanya kelompok keanggotaan ini secara fisik dan adminsitratif
menjadi bagian dari sebuah komunitas yang lebih besar. Kelompok rujukan
adalah kelompok yang digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai diri sendiri
atau dalam membentuk sikap. Kelompok rujukan ini mempunyai tiga fungsi
yaitu fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi persepektif

6
4. Kelompok Deskriptif dan Preskriptif

Kelompok deskriptif melihat proses pembentukan kelompok secara


alamiah. Kelompok deskriptif dibedakan menjadi 3 berdasarkan tujuan, ukuran,
dan pola komunikasinya. Ketiga kelompok tersebut adalah kelompok tugas,
kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan
memecahkan masalah. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang
menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Sedangkan kelompok penyadar
mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial yang baru. Kelompok
preskriptif mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh setiap anggota
kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Kelompok preskriptif ini
dikategorikan menjadi enam format yaitu diskusi meja bundar, simposium,
diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer. (Cragan dan Wright,
1980 dalam Rakhmat, 2008)

2.5 Elemen Komunikasi Kelompok

1. Tatap Muka

Setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota


lainnya dan juga harus mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal
dari setiap anggotanya. Makna tatap muka berkaitan erat dengan adanya
interaksi di antara semua anggota kelompok.

2. Partisipan

Jumlah partisipan harus berkisar antara 2 sampai 20 orang.


Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20 orang maka interaksi
dimana setiap kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya sangat
minim terjadi. Sehingga nantinya kurang tepat jika dikatakan komunikasi
kelompok

3. Maksud atau tujuan

7
Tujuan atau maksud dari sebuah kelompok akan memberikan beberapa
tipe identitas kelompok. Tipe identitas kelompok tersebut dibagi berdasarkan
tujuan kelompok dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Berbagi informasi : komunikasi yang dilakukan guna menanamkan


pengetahuan

b. Pemeliharaan diri : memusatkan perhatian kepada anggota kelompok.


Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi,
kepuasan kebutuhan kolektif / kelompok bahkan kelangsungan hidup dari
kelompok itu sendiri

c. Pemecahan masalah : melibatkan pembuatan keputusan untuk


mengurangi kesulita – kesulitan yang dihadapi.

4. Menumbuhkan karakteristik personal anggota lainnya secara akurat


Anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan satu dengan yang lain
dengan tujuan / maksud kelompok yang telah didefinisikan dengan jelas.
Disamping itu, identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil
dan permanen.

2.6 Unsur-Unsur Komunikasi Kelompok

1. Pelaku komunikasi dalam komunikasi kelompok

Pelaku komunikasi yaitu siapa yang berperan sebagai sumber atau dapat
dikatakan pula sebagai penyampai pesan. Peranan sumber tersebut adalah siapa
yang menyampaikan informasi kepada para anggota kelompok lain dan
penyampai informasi apa saja yang dianggap penting bagi kelangsungan
kelompok

2. Pesan-pesan yang dipertukarkan dalam komunikasi kelompok

Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.


Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi.

8
3. Interaksi yang terjadi di dalam proses komunikasi kelompok

Interaksi adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia
dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki kelakuan individu lain atau sebaliknya. Dalam interaksi, apabila
seseorang tertarik pada orang lain, maka ia akanmemberikan feedback atau
timbal balik dari komunikasi yang dilakukan orang lain. Sebaliknya, jika
seseorang tidak tertarik, maka dia tidak akan memberikan interaksi timbal

balik kepada orang lain tersebut. Dengan demikian unsur ketertarikan


seseorang akan ikut menentukan terjadinya interaksi. Atau dengan kata lain,
ketertarikan secara tidak langsung berpengaruh pada kohesi kelompok yaitu
melalui interaksi. Pada anggota kelompok dengan tingkat kohesi yang tinggi,
komunikasi antar anggotanya tinggi dan interaksinya berorientasi

positif. Sedangkan antar anggota dalam kelompok kohesi rendah yang


terjadi adalah sebaliknya, komunikasi antar anggotanya rendah dan interaksinya
berorientasi negatif. Anggota dengan tingkat kohesi tinggi bersifat kooperatif
dan pada umumnya mempertahankan dan meningkatkan integrasi kelompok,
sebaliknya dengan kelompok dengan kelompok dengan tingkat kohesi rendah
yang lebih independen dan kurang memperhatikan anggota lainnya. Sebagai
tambahan, Goldberg dan Larson (1985, p.56) menyatakan bahwa interaksi
komunikasi pada kelompok terbagi menjadi tiga dalam teori Activity Interaction
Sentiment, antara lain :

a. Kegiatan : kegiatan yang dilaksanakan di dalam sebuah kelompok


merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam upaya meningkatkan
dan mempertahankan tingkat kohesi dalam sebuah kelompok

b. Interaksi : sebuah kelompok terdiri dari sejumlah orang dengan satu


tujaun yang sama namun terdiri dari latar belakang berbeda mampu
mempengaruhi interaksi sesama anggota kelompok

c. Perasaan : interaksi dengan intensitas yang tinggi dapat menimbulkan


suatu kesatuan perasaan

4. Kohesivitas

9
Yang terjadi di dalam proses komunikasi kelompok Kohesi kelompok adalah
bagaimana anggota kelompok saling menyukai dan saling mencintai satu sama
lain. Tingkatan kohesivitas akan menunjukkan seberapa baik kekompakan
dalam kelompok yang bersangkutan. Menurut Forsyth (2010) sebuah kelompok
dapat dikatakan mempunyai tingkat kohesivitas tinggi apabila memiliki ciri-ciri
:

a. Masing-masing anggota timbul kedekatan, sehingga dapat


mempengaruhi satu sama lainnya. Perasaan saling memiliki antar
anggota dapat mempengaruhi kerekatan suatu kelompok.

b. Rasa toleransi antar anggota kelompok

c. Saling mendukung terutama dalam menghadapi masalah

d. Saling berbagi

e. Kerekatan hubungan antar anggota

f. Saling tergantung untuk tetap tinggal di dalam kelompoknya

g. Rasa saling percaya sehingga timbul suasana nyaman (merasa aman


dalam bekerja, untuk mengungkapkan pendapat dan berinteraksi, saling
pengertian)

5. Norma kelompok yang diterapkan

Norma di dalam kelompok mengidentifikasikan anggota kelompok itu

berperilaku. Penyesuaian anggota kelompok dengan norma tersebut adalah

bagian dari harga yang harus dibayar sebagai hasil dari diterima menjadi

anggota kelompok tersebut Komunikasinya berlangsung tatap muka dan adanya

timbal balik

2.7 Ciri-ciri Komunikasi Kelompok

10
1. Komunikasinya berlangsung tatap muka dan adanya timbal

balik

Ciri komunikasi kelompok yang pertama ini berarti para anggota

kelompok saling berkomunikasi secara langsung dan menjalin hubungan timbal

balik dalam proses komunikasinya. Tiap anggota kelompok sangat mungkin

berperan sebagai komunikator dan komunikan sekaligus.

1. Terlaksananya komunikasi atas unsur prakarsa bersama

Berarti komunikasi kelompok terbentuk dan terlaksana atas inisiatif

masing-masing individunya.

2. Berbentuk terstruktur, permanen, dan emosional

Ciri komunikasi kelompok ini menunjukkan bahwa proses

komunikasinya berbentuk terstruktur sesuai peran tiap anggota, permanen atau

berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu lama, serta melibatkan emosi

(senang, sedih, kecewa, dan marah) saat berkomunikasi

3. Tiap anggota kelompok sadar dengan peranan, sasaran, dan

identitas kelompoknya

Artinya tiap anggota dalam kelompok tahu dan menyadari identitasnya,

seperti apa peranannya dalam kelompok, serta sasaran atau tujuan yang ingin

diraih para anggota kelompok.

4. Situasinya heterogen

Ciri komunikasi kelompok ini berarti situasi dalam konteks komunikasi

ini bersifat heterogen. Karena anggotanya berasal dari status sosial, pendidikan,

usia, dan jenis kelamin yang berbeda, sehingga dapat memengaruhi jalannya

proses komunikasi.

11
2.8 Bentuk Komunikasi Kelompok

a. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil merupakan salah satu bagian dari

komunikasi kelompok, Bales mengatakan bahwa suatu situasi komunikasi

dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil (small group communication)

apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi komunikasi

antarpersona dengan setiap komunikan. Dengan kata lain perkataan antar

komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog atau tanya jawab.

Dimana setiapindividu mendapat kesan atau penglihatan satu sama lainnya

yangcukup kentara, sehingga dia baik pada saat timbul pertanyaan atau

sesudahnya, dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagian

perorangan. Sehingga dalam komunikasi kelompok kecil ini dimungkinkan

interpersonal dan komunikasi ini mempunyai ciri mudah diarahkan dan rasional

sifatnya (Efendy, 1986:162)

b. Komunikasi Kelompok Besar

Disebut juga (large group communication), Komunikasi ini adalah

komunikasi kelompok yang berjumlah banyak, dalam situasi komunikasi

hampir tidak dapat kesempatan untuk memberikantanggapan secara verbal,

dengan kata lain, kecil sekalikemungkinannya bagi komunikator untuk

berdialog dengan komunikan. Jadi dalam komunikasi kelompok besar ini hanya

bersifat nalar dalam segi penerimaanya. Ciri utamanya adalah heteroginitas,

sehingga wabah mental sering terjadi, serta emosional lebih tinggi dan lain

sebagainya (Mudjiono, 2006:114).

Proses komunikasi kelompok besar bersifat linear, satu arah dari titik

yang satu ke titik yang lain, dari komunikator ke komunikan. tidak seperti pada

12
komunikasi kelompok kecil yang berlangsung secara sirkular, dialogis, dan

bertanya jawab

2.9 Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok

1. Brainstorming/curah pendapat

Beri kebebasan mengungkapkan ide dan diskusikan dalam kelompok

Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk mengidentifikasi isu dan

mencari solusi. Program komunitas yaitu suatu pendekatan individu atau

kelompok program yang dilakukan melalui perencanaan sistematis.

2. Demonstrasi

Demonstrasi yaitu memperlihatkan secara langsung tindakan yang harus

dilakukan.

3. Ceramah

Menyampaikan informasi secara verbal (tatap muka) Pembicara harus

berpengalaman nyaman punya kemampuan berbicara memberikan penekanan

pada poin penting. Kombinasikan dengan media Batasi ucapan dalam

mempengaruhi sikap dan opini masyarakat

4. Role play

Efektif dalam mempengaruhi sikap dan opini masyarakat Dapat

mengembangkan kemampuan peserta dalam menyelesaikan masalah dan

berpikir kritis Optimalkan partisipasi setiap anggota Kombinasikan dengan

metode ceramah dan diskusi

2.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok

1. Ukuran kelompok

13
Dari segi komunikasi, semakin besar ukuran kelompok maka akan

semakin besar pula kemungkinan sebagian anggota kelompok yang tidak

mendapat peluang untuk berpartisipasi. Dalam kelompok yang besar, partisipasi

akan terpusat pada orang yang memberikan kontribusi terbanyak. Komunikasi

akan tersentralkan pada orang-orang tertentu. Jumlah orang yang tidak

memberikan kontribusinya, akan makin bertambah dengan bertambahnya

jumlah anggota. Sementara itu itu, dari segi kepuasan anggota kelompok, makin

besar ukuran kelompok maka makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada ketentuan mengenai

jumlah anggota ideal. Kelompok dengan jumlah anggota lima hingga tujuh

anggota dianggap ideal untuk membuat keputusan dan mengatasi masalah

2. Tujuan umum kelompok

Dalam kelompok yang efektif, partisipan saling berbagi tujuan umum,

minat, atau manfaat. Titik berat pada tujuan umum kelompok memungkinkan

setiap anggota kelompok mengatasi perbedaan pendapat individu dan

melakukan negosiasi terkait berbagai solusi yang dapat diterima oleh semua

pihak

3. Persepsi peran

Orang yang diundang untuk bergabung ke dalam suatu kelompok

memiliki persepsi tentang bagaimana kelompok seharusnya bekerja dan tujuan

apa yang ingin dicapai. Selain itu, setiap anggota kelompok memiliki konsep

diri yang menyatakan bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri

4. Umur kelompok

14
Suatu kelompok yang dibentuk untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam

jangka waktu yang pendek akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menyelesaikan tugas dibandingkan dengan pemeliharaan kelompok. Kelompok

yang dibentuk untuk jangka waktu yang panjang akan melalukan berbagai

macam upaya untuk memelihara tujuan kelompok. Yang termasuk ke dalam

pemeliharaan kelompok adalah pembagian tugas, penjadwalan, pencatatan,

pelaporan, dan menilai kemajuan

5. Status

Beberapa anggota kelompok akan menampilkan tingkatan yang

tertinggi dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya. Perlu dipahami

bahwa seorang ketua dalam sebuah kelompok adalah juga seorang anggota

kelompok. Ketika ketua kelompok berbicara maka anggota kelompok akan

menyatakan persetujuannya. Ketika anggota berbicara, mereka akan cenderung

untuk mengarahkan seseorang dengan status yang tinggi yaitu ketua kelompok.

Orang akan cenderung untuk berbicara atau berkomunikasi dengan rekan

sekerja namun mereka cenderung untuk berbicara ke atas atau komunikasi

vertikal yakni ke penyelia dan berbicara ke bawah ke anggota kelompok yang

lebih rendah statusnya. Pada umumnya, sebuah kelompok membutuhkan

keseimbangan dalam status dan keahlian

6. Budaya

Komunikasi yang efektif dalam sebuah kelompok dapat terganggu

dengan adanya hambatan-hambatan komunikasi seperti prasangka dan bias

yang pada umumnya diciptakan oleh budaya. Misalnya pria yang berasal dari

budaya yang memandang perempuan sebagai makhluk yang inferior sehingga

15
menyebabkan masalah ketika bekerja sama dengan perempuan. Untuk

mengatasinya, masing-masing anggota kelompok hendaknya bersedia untuk

mempelajari tentang perbedaan budaya. Memulai percakapan terkait perbedaan

budaya dapat meningkatkan pengetahuan dan meminimalkan prasangka atau

bias terhadap anggota kelompok lainnya.

7. Struktur kelompok

Struktur kelompok membentuk perilaku anggota kelompok dan

membuatnya menjadi mungkin untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku

individu dalam sebuah kelompok seperti penampilan kelompok secara

keseluruhan. Struktur kelompok terdiri dari beberapa komponen, diantaranya

adalah ukuran kelompok, komposisi kelompok, status kelompok, peran

kelompok, proses kelompok, penampilan kelompok, serta norma kelompok.

8. Norma kelompok

Norma adalah sebuah standar atau perilaku rata-rata. Seluruh kelompok

memiliki norma masing-masing. Norma kelompok berpengaruh terhadap

konformitas anggota-anggotanya bergantung pada ukuran mayoritas anggota

kelompok yang menyatakan penilaian. Sampai pada tingkat tertentu, semakin

besar ukurannya, semakin tinggi tingkat konformaitas. Konformitas mengarah

pada penerimaan oleh anggota kelompok lain dan menciptakan peluang

komunikasi. Gejala konformitas ini dikaji lebih mendalam oleh Leon Festinger

melalui teori perbandingan sosial

9. Kepemimpinan

16
Penampilan kelompok tergantung pada beberapa faktor dan faktor

penting yang mempengaruhi penampilan kelompok adalah kepemimpinan.

Seorang pemimpin kelompok dapat ditunjuk atau muncul setelah proses

komunikasi kelompok. Komunikasi kepemimpinan sangat penting dalam

sebuah kelompok atau organisasi. Sebagai bagian dari kelompok, seorang

pemimpin handaknya menguasasi teknik komunikasi efektif dan teknik

komunikasi berkesan agar seorang pemimpin dapat memberikan dampak

terhadap terbentuknya norma kelompok dengan menentukan siapa yang dapat

berbicara, menyuguhkan motivasi bagi kegiatan kelompok yang efektif

10.Jaringan komunikasi

Sebagaimana pola komunikasi organisasi, suatu kelompok juga

memiliki pola komunikasi yang dapat memberikan kepuasan kepada para

anggotanya dan cepat menyelesiakan tugas kelompok. Sebuah kelompok

cenderung untuk membangun jaringan komunikasi diantara anggota kelompok

dan pemimpin yang mempengaruhi siapa yang berbicara kepada siapa. Agar

fungsi kelompok dapat berjalan dengan efektif, jenis-jenis informasi hendaknya

mengalir melalui jaringan komunikasi sehingga informasi yang dibutuhkan

dapat menjangkau orang yang tepat di saat yang tepat. Jaringan komunikasi

yang baik memastikan bahwa informasi tersedia ketika dibutuhkan dan jaringan

komunikasi tidak menjadi tumpah ruah dengan adanya informasi yang tidak

relevan

11. Kohesi kelompok

Kohesi kelompok berkaitan erat dengan tingkat kepuasan anggota

kelompok. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kohesif

17
suatu kelompok maka akan semakin besar tingkat kepuasan anggota. Kohesi

kelompok juga berkaitan erat dengan produktivitas, morel, dan efisiensi

komunikasi. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan

terlindungi. Karenanya komunikasi yang dilakukan akan menjadi lebih bebas,

terbuka, dan sering

12. Kebutuhan interpersonal

Orang masuk ke dalam suatu kelompok umumnya karena didorong oleh

berbagai kebutuhan interpersonal, seperti ingin menjadi anggota kelompok,

ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan hierarkis, dan ingin

memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain

13. Tindak komunikasi

Tindak komunikasi adalah satuan komunikasi seperti pernyataan,

pertanyaan, pendapat, atau isyarat. Frekuensi satuan tindak komunikasi dapat

dihitung. Profil frekuensi ini menunjukkan tingkat kepuasan anggota dalam

kelompok dan produktivitas kelompok dalam mencapai tujuannya

14. Kemampuan mendengarkan

Komunikasi yang efektif membutuhkan ide atau gagasan yang dibagi

oleh anggota kelompok. Hal ini berarti tidak hanya membagi ide yang dimiliki

melainkan mendengarkan ide atau gagasan dari anggota kelompok lainnya.

Dengan menggunakan strategi mendengarkan yang baik, akan membantu kita

menjadi pendengar yang baik. Mendengarkan secara aktif melibatkan

digunakannya komunikasi nonverbal seperti kontak mata dan bahasa tubuh

dalam komunikasi lainnya. Mendengarkan secara reflektif membutuhkan

18
kejelian terkait apa yang dikatakan oleh anggota kelompok lain untuk

memastikan bahwa kita memahami ide atau gagasan anggota kelompok lain

secara tepat

15. Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal akan berjalan dengan baik ketika anggota

kelompok saling percaya. Fungsi komunikasi nonverbal dalam komunikasi

kelompok salah satunya adalah dapat membentuk rasa saling percaya manakala

pesan-pesan nonverbal yang dikirimkan melengkapi komunikasi verbal. Di lain

pihak, komunikasi nonverbal yang bertentangan dengan komunikasi verbal

dapat menimbulkan permasalahan kepercayaan.

16. Tanggung jawab anggota kelompok

Setiap anggota kelompok membagi tanggung jawab untuk mencapai

komunikasi kelompok yang baik. Anggota kelompok mempengaruhi

kepribadian kelompok, iklim kelompok, serta menciptakan konflik. Anggota

kelompok juga membawa tujuan dan agendanya sendiri ke dalam sebuah

diskusi kelompok. Lebih jauh, sikap mereka akan tampak pada sejumlah

partisipasi yang dilakukan. Salah satu teori komunikasi kelompok yang

mengkaji tentang kepribadian kelompok adalah teori kepribadian kelompok

atau group syntality theory yang dirumuskan oleh Raymond Bernard Cattell.

17. Resolusi konflik

Dalam komunikasi kelompok tak jarang akan ditemui berbagai macam

konflik. Konflik dapat mendatangkan manfaat pada komunikasi kelompok

manakala anggota kelompok yang terlibat konflik menghadapi konflik tersebut

19
dengan cara berkomunikasi yang baik, saling menghormati satu sama lain, serta

tetap menjunjung tinggi etika komunikasi. Salah satunya adalah dengan

menerapkan pernyataan yang menekankan pada “saya” tanpa menimbulkan

perasaan defensif anggota kelompok lainnya.

2.11 Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada kelompok

Hambatan dari proses komunikasi kelompok bisa ditemukan saat

kegiatan berlangsung seperti:

1. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan

disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi

oleh perasaan atau situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi yaitu

mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan kebutuhan dan

kepentingan.

2. Hambatan dalam penyandian atau simbol. Hal ini dapat terjadi karena

bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu,

simbol yang digunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa

yang digunakan sulit.

3. Hambatan media adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan

media komunikasi misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga

tidak dapat mendengarkan pesan.

4. Hambatan dalam sandi, hambatan terjadi dalam penafsiran sandi oleh

si penerima.

5. Hambatan dari penerima pesan misalnya kurangnya perhatian pada

saat menerima atau mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang

keliru dan tidak mencari informasi secara lanjut.

20
6. Hambatan dalam memberikan umpan balik. Umpan balik yang

diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretif,

tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

21
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

1. Latar Belakang

Sekarang ini seks bebas sudah menjadi hal yang tidak tabu lagi bagi kalangan

remaja dan mahasiswa di Indonesia. Kegiatan seks bukan hanya dilakukan oleh

pasangan yang sah menurut agama dan hukum yang berlaku akan tetapai juga

dilakukan oleh para pelajar dan mahsiswa. Aktifitas seks bebas mungkin sesuatu

yang biasa di negara lain khususnya dalam kehidupan barat, tetapi tidak di negara

kita Indonesia. Itu sesuatu yang dilarang dalam masyarakat kita. Seks bebas

mungkin membuat setiap orang senang untuk melakukannya.

Pelajar dan mahasiswa sekarang ini cenderung lebih mengutamakan pacaran

dan kebutuhannya yang lain daripada menuntut ilmu. Mereka tidak lagi tenggelam

dalam pelajaran akan tetapi sudah tenggelam dalam lautan asmara yang mereka

namakan cinta. Seks merupakan naluri alamiah yang dimiliki oleh setiap makhluk

hidup di muka bumi ini. Bukan hanya manusia yang memiliki naluri seks, tetapi

juga termasuk hewan dan makhluk hidup lainnya (tumbuhan).

Seks bebas adalah hubungan seks atau hubungan badan diluar nikah. Tidak

sepantasnya apabila seorang manusia melakukan hubungan seks diluar nikah.

Dalam islam seks bebas atau hubungan badan diluar nikah disebut zina.

Kegiatan seks (bersetubuh) hanya boleh dilakukan ketika sudah ada ikatan yang

sah yaitu pernikahan. Hubungan seks yang dilakukan diluar pernikahan merupakan

suatu pelanggaran terhadap norma-norma (baik norma agama maupun norma-

noram yang berlaku lainnya) dan merupak suatu perbuatan dosa yang besar dan

22
sangat berat hukumannnya. Hubungan seks diluar nikah dapat berisiko terjadinya

kehamilan diluar nikah, putus sekolah, perkawinan usia muda, pengguguran

kandungan yang dapat membahayakan dirinya sendiri, dan yang paling utama dan

yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah terjadinya penyakit menular

seksual/penyakit kelamin yang disebabkan karena melakukan hubungan seks

dengan berganti-ganti pasangan.

2. Tujuan penyuluhan

a. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan remaja SMA X dapat

mengerti tentang bahaya seks bebas.

b. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan remaja SMA X akan

dapat dan mampu:

1. Mengerti arti dari seks bebas

2. Mengetahui faktor penyebab seks bebas

3. Mengetahui cara-cara pencegahan seks bebas

4. Mengetahui bahaya seks bebas

C. Pokok Bahasan

Bahaya Pergaulan Seks Bebas

D. Sub Pokok Bahasan

1. Pengertian seks bebas

23
a. Faktor penyebab seks bebas

b. Cara pencegahan seks bebas

c. Bahaya seks bebas

E. Metode

✓ Ceramah

✓ Tanya Jawab

F. Media dan Alat

• Leaflet

• Infokus

G. Sasaran

Remaja di SMA X, berjumlah 5 orang

H. Waktu dan Tempat

Hari / Tanggal : Selasa / 14 Oktober 2022

Tempa : Ruang Kelas XII

I. Proses Pelaksaan
Tahapan Kegiatan Peserta Penyuluhan
No dan Kegiatan Penyaji / Penyuluh
Waktu ( Audien )

1. Pembukaan • Memberi salam • Menjawab salam

(3 menit) • Memperkenalkan diri • Mendengarkan

24
• Menjelaskan kontrak waktu, •Mendengarkan dan
tempat dan tujuan per temuan memperhatikan, menyepakati
kontrak waktu
• Mengkaji pengetahuan audiens
tentang bahaya pergaulan seks • Mengemukakan pendapat
bebas
• Tepuk tangan
• Memberikan reinforcement
positif (pujian)

2. Pelaksaan / • Menjelaskan tentang pengertian • Memperhatikan dan mendengarkan


Kegiatan seks bebas
• Merespon atau memberikan
(15 menit ) tanggapan

• Menjelaskan tentang faktor • Memperhatikan dan mendengarkan


penyebab seks bebas
• Merespon atau memberikan
• Menjelaskan tentang pencegahan tanggapan
seks bebas

• Menjelaskan Bahaya seks bebas

3. Evaluasi Proses Tanya Jawab

(10 menit) • Memberikan kesempatan audiens • Bertanya


untuk bertanya
• Tepuk tangan
• Memberikan reinforcement
• Mendengarkan dan memperhatikan
positif

25
• Menjawab pertanyaan

4. Terminasi • Mengucapkan terimakasih atas • Mendengarkan


peran serta peserta.
(2 menit) • Menjawab salam
• Mengucapkan salam penutup

J. Setting Tempat

Keterrangan :

: Penyuluh

: Peserta Penyuluhan / audiens

: Moderator

: Observer

: Fasilitaror

26
K. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

1. Peserta hadir ditempat penyuluhan.

2. Penyelenggaraan penyuluhan Ruang Kelas XII SMA

3. Pengorganisasian penyelenggara dilakukan setelah peserta penyuluhan diseleksi.

2. Evaluasi proses
1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
2. Peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai
3. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

3. Evaluasi Hasil

1. Peserta mengetahui Pengertian seks bebas

2. Peserta mengetahui Faktor penyebab seks bebas

3. Peserta mengetahui Cara pencegahan seks bebas

4. Peserta mengetahui Bahaya seks bebas

27
Lampiran Materi

Bahaya Pergaulan Seks Bebas

A. Pengertian Seks Bebas

Seks bebas adalah hubungan seks atau hubungan badan diluar nikah.
Tidak sepantasnya apabila seorang manusia melakukan hubungan seks diluar
nikah. Dalam islam seks bebas atau hubungan badan diluar nikah disebut zina.
Seks bebas adalah hubungan seks atau hubungan badan diluar nikah dan juga
hubungan kelamin yang dilakukan secara bebas yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang ada di masyarakat.
B. Faktor Penyebab Seks Bebas

Sebagian kecil yang melakukan hubungan seks diluar nikah disebabkan


karena ada beberapa tahapan yang biasanya dilakukan sebelum seseorang
berani melakukan hubungan seks yaitu:

* Pegangan tangan

* Ciuman sebatas ciuman di pipi dan kening

* Ciuman bibir (kiss franc)

* Pelukan

* Petting (mulai berani melepas pakaian bagian atas)

* Meraba kebagian-bagian yang sensitif (mulai berani buka-bukaan)

* Melakukan hubungan seks

Ironisnya hubungan seks itu dilakukan di rumah sendiri, rumah tempat


mereka berlindung, hubungan seks pada umumnya dilakukan atas dasar suka
sama suka, dan bahkan ada yang berganti-ganti pasangan. Sebagian besar

28
mereka menggunakan alat kontrasepsi yang dijual bebas dan menggunakan
metode coitus interuptus.

Faktor-faktor yang menyebabkan seks bebas yaitu:

Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya pendidikan agama


yang diberikan orangtua terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih sayang dan
perhatian yang diperoleh sang anak dari keluarganya. Cukup tidaknya keteladanan
yang diterima sang anak dari orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak
anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-
jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di
lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di
lingkungan pergaulan bebas.

Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat yang kurang mendukung, seperti masyarakat yang


didominasi oleh pelacur, preman, pemabuk dll, sehingga dapat mempengaruhi
remaja di lingkungan tersebut.

Lingkungan pergaulan

Dalam lingkungan pergaulan remaja ABG, ada istilah yang kesannya lebih
mengarah kepada hal negatif ketimbang hal yang positif, yaitu istilah “Anak Gaul”.
Istilah ini menjadi sebuah ikon bagi dunia remaja masa kini yang ditandai dengan
nongkrong di kafe, mondar-mandir di mal, memahami istilah bokul, gaya fun,
berpakaian serba sempit dan ketat kemudian memamerkan lekuk tubuh, dan
mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi.

Sebaliknya mereka yang tidak mengetahui dan tidak tertarik dengan hal
yang disebutkan tadi, akan dinilai sebagai remaja yang tidak gaul dan kampungan.
Akibatnya, remaja anak gaul inilah yang biasanya menjadi korban dari pergaulan
bebas, di antaranya terjebak dalam perilaku seks bebas.

29
Kurangnya pendidikan agama dari keluarga

Kurangnya pendidikan agama yang tidak diperoleh sejak dini dari keluarga,
terutama orangtuanya, sehinga mereka dapat dengan mudah terjerumus ke dalam
hal-hal yang negative.

Kurangnya pendidikan seks

Saat ini, kekurangan informasi yang benar tentang masalah seks akan
memperkuatkan kemungkinan remaja percaya dan salah paham yang diambil dari
media massa dan teman sebaya. Akibatnya, kaum remaja masuk ke kaum beresiko
melakukan perilaku berbahaya untuk kesehatannya.

Menonton media pornografi, di antaranya VCD dan DVD Porno

VCD dan DVD porno begitu mudah diperoleh hanya dengan Rp 5.000.
Sekali dirazia, setelah itu bebas lagi diperjualbelikan. Sistem pendidikan yang
mengejar angka-angka pun memberi andil kerusakan generasi muda itu.

Tayangan televis (telenovela dan film-film lainnya

Faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas salah satu di


antaranya adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang
ABG tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku
mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca
maupun film yang ditonton di layar lebar.

Narkoba

Seks bebas dan narkoba sangat erat kaitannya. Dimana orang-orang yang
telah terjerumus kedalam pengaruh napza, sebagian besar dari mereka dapat
dipastikan telah melakukan seks bebas. Baik hubungan diluar nikah maupun dengan
berganti-ganti pasangan.

Pengaruh kebudayaan barat

30
Kebersamaan nyaris sirna dalam kasih sayang, kejujuran, moral dan etika
kini semakin memudar dalam kehidupan kita di tengah arus globalisasi, bahkan
dengan bangga mereka mengadopsi budaya barat dan sadar atau tidak sadar menjadi
agen budaya asing.

Dengan mencontoh gaya hidup barat yang liberal pergaulan anak-anak


muda/remaja kita terutama di kota-kota besar kian semakin mengkhawatirkan orang
tua. Orang tua jadi pusing tujuh keliling. Mereka tidak mampu lagi membendung
pola tingkah anak muda sekarang.

Media cetak

Makin banyaknya majalah dan buku-buku porno yang juga memuat


gambar-gambar porno, sehingga membuat anak-anak remaja sekarang banyak
terjerumus dalam pergaulan bebas dan melakukan seks bebas

Gaya hidup

Gaya hidup remaja sekarang yang selalu diikuti dengan dunia gemerlap
malam, seperti dugem, clubbing, minum-minuman keras, merokok, nongkrong di
kafe dan lain sebagainya.

Kemajuan tekhnologi (internet)

Dengan menggunakan internet, orang dapat mencari banyak situs terlarang,


seperti halnya situs yang memperlihatkan banyak pose orang telanjang khususnya
wanita atau situs seks.

Situs-situs itu tidak berguna dan tidak cocok untuk dilihat. Situs itu akan
mengurangi keimanan kepada Tuhan dan cenderung membawa mereka untuk
melakukan sesuatu yang salah. Tetapi banyak orang tidak tahu atau tidak
memikirkan tentang itu. Mereka terlalu bernafsu untuk melihat gambar-gambar itu
semua.

Faktor Ekonomi

31
Faktor ekonomi, seperti kemiskinan adalah salah satu penyebab terjadinya seks
bebas.

Kondom yang terjual bebas

Kondom yang terjual bebas di apotik-apotik adalah salah satu penyebab seks
bebas karena kita tahu kalau kondom dapat mencegah kehamilan, sehingga dapat
melakukan seks bebas kapanpun.

C. Pencegahan Seks Bebas

Sebenarnya untuk menjauhkan remaja dari pergaulan seks bebas dapat dilakukan
dengan cara:

a) Memberikan bimbingan positif dari sekolah maupun orangtua di rumah


b) Meningkatkan kedisiplinan di sekolah maupun di rumah
c) Memberikan pendidikan seks melalui seminar atau talk show kesehatan atau
seks, agar remaja mengetahui betapa bahayanya melakukan seks bebas.
d) Peran penting orangtua dalam memberikan nasehat dan mendidik anak-anaknya
dengan bimbingan agama yang kuat.
e) Peran penting orang tua dalam masa tumbuh kembang remaja sangatlah
penting, antara lain orang tua harus bisa menjadi sahabat anaknya
f) Menjalin hubungan baik antara orangtua dengan anak yaitu dengan komunikasi
yang baik
g) Pemerintah juga harus menegakkan hukum setegak-tegaknya. Misalnya
memberantas pelaku perdangan anak yang menjadi salah satu sumber terjadinya
perbudakan seks.
h) Menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis
i) Latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya
j) Pengembangan harga diri anak
k) Mengembangkan ketrampilan dan kemandirian anak
l) Meningkatkan iman dan takwa
m) Tidak berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seks

32
D. Bahaya Seks bebas

Bahaya dari seks bebas adalah:

Terputusnya sekolah

Akibat dari pergaulan bebas dan seks bebas adalah terputusnya sekolah karena
dengan seks bebas dan pergaulan bebas, mereka tidak sepenuhnya focus dengan
belajar saat di sekolah dan hanya memikirkan pacarnya atau mau ngapain setelah
sekolah (kencan di tempat-tempat romantic, makan malam, dll). Itulah yang dapat
menyebabkan anak putus sekolah karena malas belajar dan hanya memikirkan
pacarnya saja, apalagi kalau sudah patah hati, pasti malas umtuk melakukan
kegiatan apapun.

Perkawinan usia muda

Dari seks bebas yang sudah dilakukan, maka dipaksakan untuk dapat menikah
pada usia muda karena harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukan
oleh kedua belah pihak. Menikah diusia muda juga banyak mempunyai dampak
yang tidak baik untuk kedua pihak, misalnya: karena ketidaksiapan psikis dan
psikologi, maka dapat menyebabkan pertengkaran dan perceraian dan bagi seorang
istri, karena organ-organ reproduksinya belum berfungsi dengan baik seperti wanita
yang sudah dewasa, maka bisa menyebabkan perdarahan saat melahirkan dan
penyakit-penyakit lainnya.

Kehamilan di luar nikah

Pacaran yang bebas, akan membuka kemungkinan terjadinya kegiatan seks


bebas yang berujung pada kehamilan. Jika, terjadi kehamilan, maka yang
bersangkutan harus siap untuk menjadi orang tua. Menjadi orang tua, tentu
membewa banyak konsekuensi seperti harus kehilangan kesempatan
menyelesaikan studi, mencarikan nafkah untuk keluarga, kesiapan psikis untuk
menjadi kepala keluarga, kesiapan untuk membangun keluarga, kesiapan untuk
berhadapan dengan orang tua (menjelaskan tentang kehamilan tersebut), kesiapan
psikis untuk berhadapan dengan berbagai pertanyaan dari masyarakat sekitar dan
kelurga dan lain-lain.

33
Jika harus menjadi orang tua di usia muda, maka sudahkah kita memiliki bayangan,
kira-kira pekerjaan apa yang paling mungkin kita kerjakan untuk membiayai
keluarga kita? Sementara pada sisi yang lain, bekal untuk berkompetinsi mencari
pekerjaan yang layak, mungkin belum kita miliki. Jika, setelah kita analisis ternyata
kita belum siap untuk menjadi orang tua di usia muda, maka lebih baik tidak usah
pacaran terlebih dahulu. Maka, bahwa di usia muda lebih baik kita menghindari
pacaran terlebih dahulu agar waktu yang kita miliki dapat betul-betul kita
maksimalkan untuk mempersiapkan masa depan kita.

Pengguguran kandungan (aborsi)

Kehamilan di luar nikah dapat menyebabkan pasangan tersebut memutuskan


untuk menggugurkan kandungannya karena takut jika diketahui orang tua,
pasangannya belum siap untuk menikah dan lain-lain.

Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungannya pada tenaga non


medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis. Perlu
diketahui bahwa aborsi dapat dilakukan dengan dua macam tindakan yaitu:

Resiko Kesehatan Mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

Penyakit Kelamin atau Penyakit Menular Seksual (Gonorhoea,


Chlamydia, Herpes, Infeksi Jamur, Syphilis HIV/AIDS dll)

Hubungan seksual pranikah, akan memicu terjadinya multipartner. Dan


karena belum ada pasangan tetap maka akan cenderung berganti-ganti
pasangan. Keadaan ini akan memperparah terjadinya penyakit menular seksual
seperti gonorhoe, Chlamydia, Herpes, Infeksi Jamur, Syphilis maupun AIDS.
PMS sering berakhir dengan penyakit komplikasi seperti kemandulan atau
infertilitas.

* Gonorhoe dan Chlamydia

34
Disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa
minggu setelah berhubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini
Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria.
Buang Air Kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat/tidak
terasa sama sekali

* Herpes

Disebabkan oleh virus, dapat diobati, tetapi tidak dapat


disembuhkan,Gejala timbul antara 3-10 hari setelah berhubungan intim dengan
penderita penyakit ini,Gejala awal muncul, seperti lecet yang kemudian terbuka
menjadi lubang kecil dan berair Dalam 5-10 hari gejala hilang Virus menetap
dalam tubuh dan dapat timbul lagi suatu saat

* Infeksi Jamur

Disebabkan oleh jamur ,Menyebabkan kegiatan berwarna merah


dibawah kulit pria yang tidak disunat

* Syphilis

Disebabkan oleh bakteri. Lesi muncul 3 minggu-3 bulan setelah


berhubungan intim dengan penderita penyakit ini luka terlihat seperti berlubang
pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit luka
akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap padfa tubuhdan
penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh. Lecet-lecet ini
akan hilang juga dan virus akan menyerang bagian tubuh lain shypilis dapat
disembuhkan pada tiap tahapabn dengan penicillin

* HIV/AIDS

AIDS bisa membuat kehidupan kita tidak berguna, dan merusak hidup
kita meskipun kita menghindarinya dengan kondom ketika kita berhubungan
seks, ia masih tidak bisa dihindari. Setiap orang bisa terkena jika kita tidak
mencoba menghindarinya.AIDS merupakan kumpulan gejala akibat rusaknya
sistem kekebalan tubuh. Diakibatkan oleh serangan virus HIV,Timbul karena

35
sering berganti pasangan seksual. Juga dapat melalui transfusi darah, jarum
suntik, luka, maupun penularan dari ibu ke bayi.

Strategi Komunikasi

a. Fase Pra Interaksi

(Fasilitator menyiapkan alat dan bahan untuk penyuluhan)

b. Fase Interaksi

Moderator: “Assalamualaikum wr.wb adik-adik semuanya”

Audiens: “Waalaikumussalam wr.wb”

Moderator: “Bagaimana kabarnya adiek-adik?”

Audiens: “Alhamdulillah baik kak”

Moderator: “Alhamdulillah baiklah adik-adik, sebelumnya terimakasih atas


kehadiran adik-adik yang telah hadir menyempatkan waktunya pada hari ini ,
perkenalkan nama saya Rahadatul ai'syi dan rekan saya Engla, Della, dan
Tiara . sesuai dengan janji yang telah kita sepakati kemaren kami akan
memberikan penyuluhan kepada adik-adik yang berjudul “ Bahaya pergaulan
seks bebas“ Jadi di sini kita akan membahas mengenai apa bahaya dari seks
bebas. Kami akan melakukan sekitar 10 menit ke depan ya adik-adik
semuanya.”

Audiens: “Iya kak”

Moderator: “Baiklah kita mulai ya adik-adik semuanya, sebelumnya adik-adik


ada yang tau apa itu seks bebas?”

Audiens: (mengangkat tangan) “Hubungan yang dilakukan diluar nikah ya


kak”

36
Moderator: (memberikan reinforcement positif) “Benar sekali adik-adik,
baiklah agar menambah pengetahuan adik-adik rekan kakak akan menjelaskan
apa bahaya dari seks bebas. Kepada kak Engla dipersilahkan”

c. Fase Kerja

Presentator: “Assalamualaikum adik-adik semua”

Audiens: “Waalaikumussalam wr.wb”

Presentator: “Baiklah adik-adik semua disini kakak akan menjelaskan apa


bahaya dari seks bebas”

Audiens: “Baik kak

Presentator: (Presentator menjelaskan materi).

Dipertengahan menyampaikan materi, presentator bertanya kepada audiens

Presentator: “Adik-adik semua ada yang tau ga, apa faktor penyebab dari seks
bebas?”

Audiens: “Tidak kak”

(Presentator menjelaskan materi kembali.)

(Beberapa menit kemudian presentator telah selesai menyampaikan materi.


Lalu presentator menyimpulkan dan memberikan pengarahan kepada audiens.)

(Moderator memberikan kesempatan bertanya kepada audiens)

(lalu audiens mengangkat tangan)

Moderator: (memberikan kesempatan kepada audiens yang bertanya)

Audiens: “Bagaimana cara kita untuk menghindari dari seks bebas ini”

(Dijawab oleh presentator)

37
Moderator: (memberikan reinforcement positif)

(Presentator mengundurkan diri)

d. Fase Terminasi

(Observer menyampaikan hasil evaluasi penyuluhan)

Moderator: “mengucapkan terimakasi atas peran serta peserta dan


mengucapkan salam penutup”

(Fasilitator memberikan leaflet)

38
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan
orang tua adalah untuk memberikan informasi,nasihat,mendidik dan
menyenangkan bagi anak-anak. Sedangkan anak berkomunikasi dengan orang
tua adalah untuk mendapatkan saran,nasihat,masukan atau dalam memberikan
respon dari pernyataan orang tua.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam
rapat,pertemuan,konperensi dan sebagainya.Kedua definisi komunikasi
kelompok diatas mempunyai kesamaan,yakni adanya komunikasi tatap
muka,peserta komunikasi lebih dari dua orang dan memiliki susunan rencana
kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

3.2 Saran
Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan kelompok lebih efektif
karena telah mengetahui bagaimana teknik berkomunikasi dengan kelompok,
serta mengetahui hambatan yang akan ditemui pada saat berkomunikasi dengan
kelompok.

39
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/490511572/KEL-2-KOMUNIKASI-TERAPEUTIK-
KELUARGA-KELOMPOK-MASYARAKAT

40

Anda mungkin juga menyukai