Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN 1


(JENIS-JENIS KOMUNIKASI)

Nama kelompok 2:

1. Choirun Nisa
2. Geovanie Anggasta
3. Lulu Nabilah
4. Novita fili
5. Rahma Sukmawati
6. Septivani
7. Yesi Putriana

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkah,
rahmat Nya, dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang
berjudul JENIS-JENIS KOMUNIKASI dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai berbagai
jenis-jenis komunikasi yang ada dilingkungan sekitar kita untuk proses
interaksi. Makalah ini dibuat dengan berbagai sumber dan beberapa bantuan
dari pihak lain untuk membantu menyelesaikan makalah. Selama mengerjakan
makalah ini, penulis mendapatkan hambatan yang bisa di selesaikan dengan
berdiskusi dan membaca dari sumber yang tersedia di perpustakan. Oleh
karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan pada makalah ini. Penulis menerima saran serta kritik yang dapat
memperbaiki makalah ini dan menyempurnakan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 12 Maret 2018

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar belakang …………………………………………………..……….. 1
1.2. Rumusan masalah ………………………………………………..………. 1
1.3. Tujuan ………………………………………………..………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2
2.1 Komunikasi ………………………………………...……………………….. 2
2.2 Jenis-jenis komunikasi …………………………...…………………………. 3
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………. 9
3.2 Saran ………………………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai mahluk social, manusia senantiatasa ingin berhubungan
dengan orang lain. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan
ingin mengetahuiapa yang terjadai pada diriya. Rasa ingin tahu inilah
yang memaksa manusia untuk berkomunikasi. Kleinjan, Eyang di kutip
oleh Cangara, H (2004) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan
bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang
manusia ingin hidup, maka ia perlu berkomunikasi. Komunikasi
merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang dalam hidup.
Dengan demikian komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam
sebuah interaksi tatapmuka yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna,
serta pikiran, yang di berikan pada penerima pesan dengan harapan si
penerima pesan menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sikap
dan prilaku.
Roger dalam Stuart G.W (1998) menekankan bahwa hekikat dari
komunikasi adalah sebagai suatu hubungan yang dapat menimbulkan
perubahan sikap dan tingkah laku, serta kebersamaan dalam menciptakan
saling pengertian dari orang-orang yang terlibat dalam komunikasi. Oleh
karena itu, kesamaan symbol, kesamaan arti, maupun kesamaa Bahasa
sangat memengaruhi informasi tersebut untuk di terima oleh komunikan.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi
(1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu komunikasi
verbal, non verbal, dan tertulis yang perawat saat berinteraksi dengan
dokter, petugas kesehatan lainnya, dan teman sejawat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu komunikasi ?
2. Apa saja jenis-jenis komunikasi ?

1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menanbah pengetahuan tentang
kominkasi, serta penjelasan dari jenis jenis komunikasi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi
2.1.1 Definisi komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang
berarti berpartisipasi atau memberitahukan.
Berbagai pendapat tentang definisi komunikasi:
1. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan
yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.
( Edward Depari, dari AW Widjaja,2000 )
2. William J Seiller ( 1988 ) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah
proses yang mana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima
dan diberi arti.
3. Hovlan, Janis, dan Kelley adalah ahli sosiologi Amerika mengatakan
bahwa “communication is the process by which an individual
transmits stimuly ( usually verbal ) to modify the behaviour of other
individuals” dengan kata lain, komunikasi adalah proses individu
dalam mengirim stimulus ( umumnya dalam bentuk verbal ) untuk
mengubah tingkah laku orang lain. ( forsdale,1981 )
Dari beberapa definisi tersebut diatas secara umum dapat
disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pengiriman atau
pertukaran ( stimulus, signal, symbol, informasi ) baik dalam bentuk
verbal maupun non verbal dari pengirim ke penerima pesan dengan
tujuan adanya perubahan ( baik dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor ).
2.1.2 Tujuan komunikasi
Secara umum, tujuan komunikasi adalah :
1. Supaya pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti orang lain
( komunikan ).
Dalam menjalankan peran sebagai komunikator, perawat
perlu menyampaikan pesan dengan jelas, lengkap dan sopan. Hal
ini sangat penting agar pesan kita dapat diterima oleh klien, teman
sejawat maupun kolega, sehingga tujuan bersama dalam membantu
kesembuhan klien dapat dicapai.
2. Memahami orang lain
Sebagai komunikator, proses komunikasi tidak akan dapat
berlangsung dengan baik bila perawat tidak dapat memahami
kondisi atau apa yang diinginkan klien
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain
Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai edukator
yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien. Peran ini
dapat efektif bila yang disampaikan perawat dapat dimengerti dan
diterima oleh klien
4. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu
Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu
sesuai keinginan kita bukanlah hal mudah, disini perlu adanya
pendekatan yang jitu agar klien percaya dan yakin bahwa apa yang
kita harapkan untuk dilakukan tersebut benar-benar dapat
bermanfaat nagi klien atau komunikan yang lain. Upaya ini dapat
dilakukan dengan pendekatan yang persuasif dan demonstratif agar
komunikan dapat melakukan dengan benar apa yang diharapkan
komunikator
Secara singkat dapat kita katakan bahwa tujuan komunikasi
adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan
komunikator dapat diterima oleh orang lain.
Sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai tanggung jawab
sesuai dengan tugas dan wewenangannnya, secara umum
komunikasi yang dilakukan perawat mempunyai tujuan dan target
yaitu:
1. Social change/ social participation
2. Attitude change
3. Opinion change
4. Behaviour change
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan agar pelayanan
keperawatan yang diberikan dapat berjalan efektif. Kemampuan
komunikasi yang efektif ini merupakan keterampilan yang harus
dimiliki oleh perawat profesional.
2.2 Jenis-jenis komunikasi
Jenis komunikasi sebagaimana disampaikan oleh Widjaja (2000)
dibedakan menjadi lima macam, yaitu komunikasi tertulis, komunikasi
verbal, komunikasi non verbal, komunikasi satu arah, dan komunikasi dua
arah.
2.2.1 Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang disampaikan secara
tertulis, baik dengan tulisan manual maupun tulisan dari media. Jenis
komunikasi ini dapat berupa surat, surat kabar/media massa atau
media elektronik yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Dalam
konteks komunikasi keperawatan, komunikasi jenis ini dapat berupa
catatan perkembangan pasien, catatan medis, catatan/laporan
perawatan, dan catatan penting lainnya.
Keuntungan komunikasi tertulis adalah dapat dibaca
berulang–ulang, dapat dijadikan bukti otentik, biaya minimal, dapat
didokumentasikan dan bersifat tetap. Sedangkan kekurangannya
adalah memerlukan dakumentasi yang cukup banyak, kadang-
kadang tidak jelas, umpan balik dapat berlangsung dengan waktu
yang cukup lama dan sebagainya. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka komunikasi tertulis hendaknya memperhatikan hal-hal
dibawah ini:
a. Menggunakan tulisan yang jelas dan mudah dibaca
b. Menggunakan kata-kata yang sederhana, umum, tidak bertele-
tele
c. Fokus pada pesan yang ingin disampaikan
d. Memberi ilustrasi, bagan, denah, dan sket untuk memperjelas
kalau perlu

2.2.2 Komunikasi verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang disampaikan


secara lisan. Komunikasi ini dapat dilaksanakan secara langsung
dengan percakapan tatap muka, maupun secara tidak langsung
melalui telpon, teleconference dan sebagainya. Keuntungan dari
komunikasi ini adalah dapat dilakukan secara cepat, langsung,
jelas, dan kemungkinan salah faham kecil karena proses umpan
balik dapat terlaksanakan kecuali komunikasi yang sifatnya satu
arah dan formal. Sedangkan kekurangan komunikasi ini adalah
bahasa yang digunakan harus dimengerti oleh komunikan,
membutuhkan pengetahuan yang cukup agar komunikasi yang
dilaksanakan berlangsung lancar.
Jenis komunikasi lisan tidak hanya tergantung pada kata-
kata saja, namun juga sangat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk
paralinguistic, misalnya irama, kecepatan, penekanan, intonasi dan
nada suara yang digunakan. Bentuk-bentuk ini sangat
mempengaruhi persepsi dan membantu komunikan dalam
menginterpretasikan pesan yang diterima.
Menurut perry & potter (1985), dalam penggunaan
komunikasi verbal yang perlu diperhatikan adalah: denotative dan
conotative meaning (kemaknaan kata, bahasa yang digunakan),
vocabulary (perbendaharaan kata), pacing (kecepatan berbicara),
intonation (nada suara), clarity and brevity (kejelasan dan
keringkasan), yang terakhir timing and relevance (waktu dan
kesesuaian).
a) Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, dengan
asosiasi primer yang dimiliki oleh lambang dan biasanya
terdapat dalam “kamus resmi” bagi penggunanya. Makna
denotatif lazim disebut dengan “makna kamus”. Makna ini
lebih merupakan peran akal dalam melakukan fungsi
menafsirkan (interpreter). Makna konotatif adalah makna yang
bersifat khusus, dengan asosiasi sekunder yang dimiliki oleh
lambang. Makna konotatif lebih pada penggunaan peran budi
dalam memberikan makna kata (Vardiyansah : 2004).
Contoh penggunaan kata “kritis”, makna denotatife kritis
adalah seseorang yang jeli, teliti dalam mensikapi
permasalahan. Sedangkan seorang perawat akan menggunakan
kata kritis (makna konotatif) ketika ada salah satu pasiennya
“dalam kondisi gawat”.
b) Vocabulary
Komunikasi tidak akan berhasil bila penerima pesan tidak
mempunyai kemampuan untuk menterjemahkan kata atau
ucapan yang disampaikan oleh pengirim. Seorang perawat atau
tenaga kesehatan lainnya hendaknya menggunakan kata-kata
yang umum dan dapat dimengerti oleh kliennya. Penggunaan
perkataan “permisi, saya akan auskultasi suara nafas bapak”
mungkin dapat membingungkan klien dibanding dengan
ucapan “permisi, saya akan mendengarkan suara nafas bapak”.
Dengan demikian seorang perawat atau tenaga kesehatan
lainnya perlu memahami pengetahuan dan perbendaharaan
kata yang dimiliki oleh klien supaya komunikasi yang
dilakukan dapat berlangsung efektif.
c) Pacing
Keberhasilan komunikasi verbal juga sangat dipengaruhi
oleh kecepatan ungkapan yang diekspresikan. Seorang perawat
yang bicara sangat cepat atau sangat lambat juga akan
mempegaruhi klien dalam menerima pesan.
d) Intonation
Nada suara dalam berkomunikasi sangat besar
pengaruhnya. Nada suara, selain dapat menimbulkan
bermacam-macam makna dan persepsi juga menggambarkan
emosi seseorang. Maksud baik seseorang terkadang berbuah
cacian dan umpatan bila nada suara yang digunakan tidak
tepat. Misalnya ungkapan perawat kepada pasien “bagaimana
kondisi bapak hari ini?”, kalimat ini dapat mengekspresikan
perhatian perawat, rasa kegairahan, sindiran atau bahkan dapat
bermakna kejengkelan bila kita salah dalam menciptakan dan
menggunakan nada suara yang tepat.
Emosi seseorang sangat mempengaruhi nada bicara
seseorang dan hal ini sering tidak disadari karena keduanya
terjadi secara bersamaan, disatu sisi kita berkepentingan
menyampaikan pesan dan menjalin hubungan yang terapeutik
sementara disisi lain kita juga perlu menciptakan dan
menggunakan nada suara yang tepat dan menyenangkan.
e) Clarity/and Brevity
Komunikasi dapat dikatakan efektif bila dengan ungkapan
yang sederhana, ringkas, dan singkat namun pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan jelas dan baik oleh
komunikan. Kejelasan sebuah pesan biasanya dapat dilakukan
melalui penggunaan kalimat atau ungkapan yang mudah
dimengerti, sesuai dengan tingkat pengetahuan komunikan,
penggunaan nada suara dan tempo/jeda kalimat yang tepat, dan
disertai dengan contoh langsung. Sedangkan keringkasan
komunikasi dapat dilakukan dengan cara menyampaikan pesan
secara langsung dan fokus pada tujuan komunikasi, tidak
bertele-tele sehingga tidak membingungkan komunikan/klien.
f) Timing and Relevance
Perhatian terhadap waktu yang tepat dan kesesuaian materi
pembicaraan sangat menentukan keberhasilan tujuan
komunikasi. Penyampaian pesan yang penting, dengan cara
yang baik dengan emosi yang terkendali, namun bila tidak
dilakukan pada waktu yang tepat, maka dapat dipastikan pesan
yang disampaikan tersebut tidak akan dapat diterima oleh
pasien/komunikandengan baik.

2.2.3 Komunikasi non verbal


Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang terjadi
dengan menggunakan mimik atau bahasa tubuh, pantonim, dan
atau bahasa isyarat.
Dimbley dan Burton, (1992) sebagaimana yang dikutip
Roger B.Ellis dkk, mengatakan bahwa bahasa tubuh mempunyai
beberapa unsur, antara lain:

 Gerak Tubuh
Adanya gerakan tubuh yang terjadi pada saat komunikasi,
baik gerakan yang dilakukan komunikator maupun komunikasi
menunjukkan adanya interaksi aktif dari diri seseorang.
 Ekspresi Wajah
Ungkapan penrasaan seseorang dapat dilihat dari ekspresi
wajahnya terutama dari lokasi sekitar mata dan mulut (Roger
B.Ellis dkk, 2000).
 Pandangan
Komunikasi yang baik dilakukan dengan adanya kontak
mata, ketika berbicara komunikator perlu memandang
komunikan. Pandangan adalah hal penting dalam menilai
tanda-tanda non verbal.
 Postur
Ketika berkomunikasi dengan postur sedikit membungkuk,
berdiri tegak atau dengan menopang tangan di pinggang
memberikan arti dan suasana komunikasi yang berbeda.
 Jarak Tubuh dan Kedekatan
Unsur ini juga cukup mempengaruhi dalam proses
komunikasi non verbal. Kenyamanan komunikasi bisa dinilai
dari jarak tubuh yang diperlihatkan, seseorang yang sudah
kenal akrab dan dekat mungkin lebih nyaman kalau
komunikasi dilakukan dengan posisi yang saling berdekatan,
namun berbeda bila komunikasi tersebut dengan orang lain.
Jarak tubuh ini juga sangat tergantung pada usia, jenis kelamin,
hubungan kedekatan, dan budaya yang berlaku.
 Sentuhan
Ungkapan perhatian, empati dan kasih sayang dapat
diungkapkan melalui sentuhan. Maka sentuhan ini berbeda
tergantung dari sifat dan derajat hubungan, serta kedudukan
seseorang. Sentuhan seorang perawat kepada pasien bisa
memberi pesan tentang adanya perhatian dan keseriusan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
 Pakaian
Jenis pakaian, rambut, perhiasan, dan rias wajah seseorang
berbicara banyak tentang kepribadian, peran, pekerjaan, status
dan suasana hati seseorang serta ungkapan pesan yang ingin
disampaikan seseorang.

Hubungan komunikasi verbal dan non-verbal, menurut


Potter & Perry (1987) diidentifikasikan menjadi enam hal yaitu:
a. Repeating, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah
disampaikan secara verbal.
b. Contradicting, komunikasi non-verbal berfungsi menolak
fungsi verbal dan memberi makna lain pada pesan verbal.
c. Complementing, komunikasi non-verbal berfungsi
melengkapi makna pesan verbal.
d. Accenting, yaitu fungsi menegaskan pesan verbal atau
menggaris bawahinya.
e. Relating and regulating, isyarat non-verbal menghubungkan
dan mengatur makna verbal.
f. Subsitusi, komunikasi non-verbal menggantikan lambang-
lambang verbal.

2.2.4 Komunikasi satu arah


Komunikasi ini biasanya bersifat koersif, yang dapat berupa
perintah, intruksi, dan bersifat memaksa dengan menggunakan
sanksi-sanksi. Komunikasi ini jarang bahkan tidak ada kesempatan
untuk melakukan umpan balik karena sifat pesannya mau-tidak
mau harus diteriama oleh komunikan.

2.2.5 Komunikasi dua arah


Komunikasi yang memungkinkan bahkan harus ada proses
feedback, biasanaya bersifat informative dan atau persuasive.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi merupakan suatu kegiatan pokok yang dilakukan


untuk menghubungan satu orang ke orang lainnya. Komunikasi yang
dilakukan perawat bertujuan agar pelayanan keperawatan yang diberikan
dapat berjalan efektif. Kemampuan komunikasi yang efektif ini
merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat profesional.
Salah satu jenis-jenis komunikasi adalah komunikai verbal yaitu
komunikasi yang disampaikan secara lisan. Komunikasi ini dapat
dilaksanakan secara langsung dengan percakapan tatap muka, maupun
secara tidak langsung melalui telpon, teleconference dan sebagainya.

3.2 Saran
Komunikasi yang kita bangun dalam sebuah interaksi harus sesuai
dengan satu sama lain agar tidak salah paham, untuk itu penulis harapkan
agar komunikasi yang bisa kita praktikkan dari makalah ini bisa membantu
interaksi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai