Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN I

KOMUNIKASI NONVERBAL

DISUSUN OLEH :

Anggi Putri Dewi

Diana Rahmawati

Indah Pratiwi

Muhammad Yusup Kresnadi

Putri Ailani Fadhila

Ristia Effendi

Sri Nopiyanti

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2017/2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

            Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan


menggunakan symbol, gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan
objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara
seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.Para ahli di bidang
komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat,
dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa
isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata,
sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi
nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal
ataupun nonverbal.

            Meskipun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal,
dalam kenyataanya kedua jenis komunikasi itu jalin-menjalin dalam komunikasi tatap muka
sehari-hari.Sebagian ahli berpendapat, terlalu mengada-ada membedakan kedua jenis komunikasi
ini.Dalam bahasa tanda Amerika untuk kaum tuna rungu gerakan tangan yang digunakan
sebenarnya bersifat linguistic.Dan dalam komunikasi ujaran, rangsangan verbal dan nonverbal
itu hamper selalu berlangsung bersama-sama dalam berkombinasi.Kedua jenis rangsangan itu
diinterpretasikan bersama-sama oleh penerima pesan.Tidak ada struktur yang pasti, tetap, dan
dapat diramalkan mengenai hubungan antara komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal.Keduanya dapat berlangsung spontan, serempak, dan non-sekuensial.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Nonverbal? 

2.      Apa saja hal-hal yang di bahas dalam Komunikasi Nonverbal? 

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Komunikasi Nonverbal

            Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan


menggunakan symbol, gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan
objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara
seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.Para ahli di bidang
komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat,
dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa
isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata,
sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi
nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal
ataupun nonverbal.

Kita mengpersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbal-nya: bagaimana bahasanya (halus,
kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dsb), namun juga melalui perilaku nonverbalnya.
Pentingnya pesan nonverbal ini misalnya dilukiskan frase, “ Bukan apa yang ia katakan,
melainkan bagaimana ia mengatakannya. “ Lewat perilaku nonverbalnya, kita dapat mengetahui
suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Menurut Knapp
dan Hall, isyarat nonverbal, sebagaimana symbol verbal, jarang punya makna denotative yang
tunggal.Salah satu factor yang mempengaruhinya adalah konteks tempat perilaku yang
berlangsung. Misalnya melihat mata orang dapat berarti afeksi dalam satu situasi dan agresi
dalam situasi lain.

Komunikasi Nonverbal Menurut Para Ahli :

a. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Secara sederhana pesan nonverbal adalah
semua isyarat yang bukan berupa kata-kata.
b. Menurut Edward T.Hall, ia menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” (silent
language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension) suatu budaya

3
B.  Fungsi Komunikasi Nonverbal

Meskipun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal,
dalam kenyataanya kedua jenis komunikasi itu jalin-menjalin dalam komunikasi tatap muka
sehari-hari. Sebagian ahli berpendapat, terlalu mengada-ada membedakan kedua jenis
komunikasi ini. Dalam bahasa tanda Amerika untuk kaum tuna rungu gerakan tangan yang
digunakan sebenarnya bersifat linguistic. Dan dalam komunikasi ujaran, rangsangan verbal dan
nonverbal itu hamper selalu berlangsung bersama-sama dalam berkombinasi. Kedua jenis
rangsangan itu diinterpretasikan bersama-sama oleh penerima pesan. Tidak ada struktur yang
pasti, tetap, dan dapat diramalkan mengenai hubungan antara komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal. Keduanya dapat berlangsung spontan, serempak, dan non-sekuensial. Akan tetapi,
kita dapat menemukan setidaknya tiga perbedaan pokok antara komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal:

a) Pertama, sementara perilaku verbal adalah saluran tunggal, perilaku nonverbal bersifat
multisaluran. Misalnya: yang diucapkan orang, yang kita baca dalam media cetak, tetapi
isyarat nonverbal dapat dilihat, didengar, dirasakan, atau dicicipi, dan beberapa isyarat
boleh jadi berlangsung secara simultan.
b) Kedua, pesan verbal terpisah-pisah, sedangkan pesan nonverbal tersinambung. Artinya,
orang dapat mengawali dan mengakhiri pesan verbal kapanpun ia mengkehendakinya,
sedang pesan nonverbal tetap mengalir sepanjang ada orang yang hadir didekatnya.
c) Ketiga, komunikasi nonverbal mengandung lebih banyak muatan emosional daripada
komunikasi verbal.

Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman
menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal :

· Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan symbol yang memiliki kesetaraan dengan
symbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, “Saya tidak sungguh-sungguh.”
· Ilustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.
· Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka
menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
· Pentesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu
merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi
kecemasan.
· Affect Display. Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukan peningkatan
emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut, terkejut, atau senang.
Ø Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai
fungsi-fungsi sbb :
· Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal, misalnya anda menganggukan
kepala ketika anda mengatakan “Ya”.

4
· Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya anda
melambaikan tangan seraya mengucapkan  “Selamat Jalan”.
· Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri, misalnya
anda menggoyangkaan tangan anda dengan telapak tangan mengarah kedepan (sebagai
pengganti kata “Tidak”).
· Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya anda sebagai mahasiswa
mengenakan  jaket atau membereskan buku-buku.
· Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal.
Misalnya, seorang suami mengatakan “Bagus”.

            Dari penjelasan diatas mengenai fungsi-fungsi komunikasi, kita bisa menyimpulkan
bahwa dalam kehidupan manusia sehari-hari komunikasi nonverbal ini sangatlah penting, untuk
menjaga kesalah pahaman dalam mengartikan suatu perkataan, bahasa isyarat dan gerakan tubuh,
yang disampaikan oleh orang lain.

C. Klasifikasi Pesan Nonverbal

            Menurut Ray L. Birdwhistell, 65% dari komunikasi tatap muka adalah noverbal,
sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap
muka diperoleh isyarat-isyarat nonverbal. Dalam pandangan Birdwhistell, kita sebenarnya
mampu mengucapkan ribuan suara vokal, dan wajah kita dapat menciptakan 250.000 ekspresi
yang berbeda. Secara keseluruhan, seperti dikemukakan para pakar, kita dapat menciptakan
sebanyak 700.000 isyarat fisik yang terpisah, demikian banyak sehingga upaya untuk
mengumpulkannya akan menimbulkan frustasi. Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan
nonverbal ini dengan berbagai cara. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal
menjadi tiga bagian. Pertama , bahasa tanda (sign language) acungan jempol untuk numpang
mobil secara gratis; bahasa isyarat tuna rungu; kedua, bahasa tindakan (action language) semua
gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya,
berjalan; dan ketiga bahasa objek (object language) pertunujukan benda, pakaian, dan lambang
nonverbal bersifat publik lainnya seperti ukuran ruangan, bendera, gamabar, musik, dan
sebagainya, baik secara sengaja ataupun tidak.

D. Bahasa Tubuh

            Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang
diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhistell.Setiap anggota seperti
wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara
keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.Karena kita hidup, semua anggota badan
kita senantiasa bergerak.Lebih dari dua abad yang lalu Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita
adalah bergerak, istirahat sempurna adalah kematian. Ada beberapa gerakan isyarat yang masuk
dalam bahasa tubuh :
5
1)       Isyarat Tangan

            Kita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan. Perhatikanlah orang yang sering
menelpon, meskipun lawan bicara tidak terlihat ia menggerak-gerakan tangannya. Isyarat tangan
atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari, yang punya
makna dalam suatu budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama
maknanya boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda, akan tetapi maksudnya sama.

2)       Gerakan Kepala

            Gerakan kepala ialah suatu isyarat anggota tubuh, yang bermaksud untuk Smenyatakan “
ya atau tidak”. Sebagai contohnya, di beberapa negara anggukan kepala malah berarti “tidak”,
seperti di Bulgaria, sementara isyarat “ya” di negara itu ialah menggelengkan kepala.Orang
Inggris, seperti orang Indonesia menganggukan kepala untuk menyatakan bahwa mereka
mendengar, tapi tidak berarti menyetujui.

3)       Postur Tubuh Dan Posisi Kaki

            Postur tubuh sering bersifat simbolik, beberapa postur tubuh tertentu diasosiakan dengan
status social dan agama tertentu.Selama berabad-abad rakyat tidak boleh berdiri atau duduk lebih
tinggi daripada (kaki) raja atau kaisarnya.Mereka harus berlutut atau bahkan bersujud untuk
menyembahnya.Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri, beberapa penelitian dilakukan
untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau temperamen.

4)       Ekspresi Wajah Dan Tatapan Mata

            Dalam suatu komunikasi  nonverbalekspresi wajah dan mata ini mempunyai banyak
fungsi dan manfaat. Contohnya, hanya dengan melakukan ekspresi wajah, dan khususnya tatapan
pandanagan mata, meskipun tidak berkata-kata itu sudah meyakinkan apa yang ingin kita
sampaikan kepada orang lain.

E. Parabahasa

            Para bahasa, atau vokalika  (vocalics), merujuk pada espek-aspek suara selain ucapan
yang dapat dipahami , misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas
(volume) suara, intonasi, kualitas vokal (kejelasan), warna suara, dialek, suara serak, suara
sengau, suara teputus-putus, suara yang bergetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan,
gumaman, desahan, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi
dan pikiran kita. Suara yang terengah-engah menandakan kelemahan, sedangkan ucapan yang
terlalu cepat menandakan ketegangan, kemarahan, atau ketakukan. Riset menunjukkan bahwa

F. Sentuhan ( Toucing )

6
            Ialah yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut bentuknya sentuhan badan
dibagi tiga jenis, yaitu :

1)  Kinesbetic       

            Ialah isyarat yang ditunjukan dengan bergandengan tangan satu sama lain, sebagai
symbol keakraban dan kemesraan.

2)  Sosiofugal

            Ialah isyarat yang ditunjukan dengan jabat tangan atau saling merangkul. Umunya orang
Amerika dan Asia Timur dalam menunjukan persahabatan ditandai dengan  jabat tangan,
sedangkan orang Arab dan Asia Selatan menunjukan persahabatan lewat sentuhan pundak atau
berpelukan.

3) Thermal

            Ialah isyarat yang ditunjukan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai
tanda persahabatan yang begitu intim.Misalnya menepuk punggung, karena sudah lama tidak
lama tidak bertemu.

            Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari
yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah sbb :

· Fungsional – professional. Disini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis,


misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.
· Sosial – sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan,
aturan dan praktek social yang berlaku, misalnya berjabatan tangan.
· Persahabatan – kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan
afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul setelah
lama berpisah.
· Cinta –keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan
emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orang tua dengan lembut.
· Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja
motifnya bersifat seksual. Ramgsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau
keintiman.

            Seperti makna pesan verbal, makna pesan nonverbal, termasuk sentuhan, bukan hanya
bergantung pada budaya, tetapi juga pada konteks.Jabatan tangan kepada seorang kawan lama
bisa berarti “Saya senang berjumpa dengan kamu lagi”, kepada orang yang baru kita kenal
pertama kali.

7
G.  Penampilan Fisik

            Perhatian pada penampilan fisik tampaknya universal. Setiap orang punya persepsi
mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu busananya (model, kualitas bahan, warna), dan
juga ornamen lain yang dipakainya, seperti kaca mata, sepatu, tas, jam tangan, kalung, gelang,
cincin, anting-anting, dsb. Seringkali orang memberi makna tertentu pada karakteristik orang
yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, dan model rambut. Dalam tatanan
penampilan fisik, dapat dibagi dua bagian :

1)  Busana

            Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntunan lingkungan (tertulis atau tidak), nilai kenyamanan,
dan tujuan pencintraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Bangsa-bangsa yang
mengalami empat musim yang berbeda menandai perubahan musim itu dengan perubahan cara
mereka berpakain. Banyak subkultur atau komunitas mengenakan busana yang khas sebagai
simbol keanggotan mereka dalam kelompok tersebut. Dan kemudian sebagian orang
berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan kepribadiannya, apakah ia
orang yang konservatif, religious, modern, atau berjiwa muda.

2)  Karakteristik Fisik

            Seorang pria berwajah klimis boleh jadi bertanya kepada pria lain yang berjenggot,
“Mengapa Anda Berjenggot?” padahal pertanyaan “Mengapa Anda Berwajah Klimis?”  sama
sahnya untuk diajukan kepadanya. Pria muslim berjenggot sering dipersepsi sebagai fanatic dan
fundamentalis, tetapi tahukah anda bahwa wajah klimis konon melambangkan wajah-wajah para
atlet Yunani. Karakteristik fisik seperti daya tarik, warna kulit, rambut, kumis, jenggot, dan
lipstick, jelas dapat mengkomunikasikan sesuatu.

H. Bau-bauan

            Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian, seperti deodoran, eau de toilette,
eau de cologne, dab parfum) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan
pesa, mirip dengan cara yang juga yang dilakukan hewan. Suku-suku primitif di pedalaman telah
lama menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan wewangian. Pada zaman Nabi Muhammad,
wanita yang ayahnya meninggal dunia, dianjurkan untuk berkabung selam tiga hari. Sebagai
tanda berkabung itu, mereka tidak menggunakan wewangian selama itu. Namun kaum pria
dianjurkan menggunakan wewangian pada saat mereka melaksanakan salat Jum’at. Kita dapat
menduga bagaimana sifat seseorang dan selera makananya atau kepercayaannya berdasarkan bau
yang berasal dari tubuhnya dan dari rumahnya. Bau kemenyan yang berasal dari rumah tetangga
kita setiap malam Jum’at mengkomunikasikan kepercayaan penghuni rumah itu, sebagaimana

8
bau goreng jengkol dari rumah yang sama dapat menyampaikan pesan mengenai selera makan
pemilik rumah.

            “Wewangian mengirim kesan lebih mendalam ke otak ,” kata Harry Darsono, perancang
model terkenal, sementara Victor Hugo mengatakan, ”Tidak sesuatu pun membangkitkan
kenangan seperti suatu bau ”. Bau bunga melati mungkin akan mengingatkan kita pada kematian
seseorang yang kita kasihi belasan tahun lalu, atau pada perkawinan kita puluhan tahun lalu. Bau
parfum tertentu pun boleh jadi mengingatkan kita pada seseorang yang khusus: ibunda, istri,
mantan pacar,  atau sahabat yang mungkin telah tiada.

I. Orientasi Ruang Dan Jarak Pribadi

            Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang, baik di dalam
rumah, di luar rumah ataupun dalam berhubungan dengan orang lain. Edward T. Hall adalah
antropolog yang menciptakan istilah proxemics (proksemika) sebagai bidang studi yang
menelaah persepsi manusia atas ruang (pribadi dan sosial), cara manusia menggunakan ruang
dan pengaruh ruang terhadap komunikasi.

· Ruang Pribadi vs Ruang Publik

            Setiap orang baik ia sadar atau tidak, memiliki ruang pribadi (personal space) imajiner
yang bila dilanggar, akan membuatnya tidak nyaman. Untuk membuktikan lebih seksama bahwa
setiap orang mempunyai ruang pribadi ini- bila Anda laki-laki, hampirilah seorang wanita yang
anda tidak kenal (yang biasanya ruang pribadinya lebih besar dari pada ruang pribadi orang yang
anda kenal) sedekat mungkin dengan anda. Misalnya anda duduk tiba-tiba disampingnya
diperpustakaan, padahal ruang yang ada cukup lapang. Ia pasti akan memberikan reaksi, seperti
bergeser kesamping, atau meletakkan buku atau tas sebagai penbatas antara dia dan anda. Bila ia
pindah ketempat lain, ikuti dia dan duduklah di dekatnya seperti tadi. Kali ini mungkin ia akan
cemberut, menggerutu, atau memelototi anda. Jika ia menjauh lagi, dekati lagi. Kini mungkin ia
membentak anda untuk tidak mengganggunya, atau ia kabur meniggalkan anda. Dalam interaksi
sehari-hari di dalam dan di luar rumah, kita mengklaim wilayah pribadi kita. Keluarga
menetapkan siapa menempati kamar yang mana. Kamar tidur lazimnya adalah wilayah paling
pribadi, sementara ruang-ruang lainnya yang kurang pribadi berturut-turut adalah ruang tengah,
ruang tamu, teras, halaman, dan jalan.

· Posisi Duduk dan Pengaturan Ruangan

            Saat anda pertama kali memasuki ruang kuliah dan memilih kursi, anda harus
memutuskan dimana anda harus duduk, di depan, di tengah, atau di belakang. Posisi duduk yang
anda putuskan, bila anda berpeluang untuk itu, boleh jadi akan ditafsirkan orang, termasuk dosen
anda. Bila anda memilih duduk di depan, mugkin anda dianggap orang pandai, inign

9
memperoleh nilai yang baik, hangat, terbuka, atau mencari perhatian. Posisi tengah mungkin
diidentikkan dengan kerendahan hati, tidak ingin menonjol, sedangkan posisi belakang mungkin
diasosiasiakan dengan ketidakpedulian atau kebodohan.

J. Konsep Waktu

            Waktu menentukan hubungan antar manusia. Pola hidup manusia dalam waktu
dipengaruhi oleh budayanya. Waktu berhubungan erat dengan perasaan hati dan perasaan
manusia . Kronemika  (chronemics) adalah studi dan interpreyasi atas waktu sebagai pesan.

            Edward T. Hall membedakan konsep waktu menjadi dua: waktu monokronik (M) dan
waktu polikronik (P). Penganut waktu polikronik memandang waktu sebagai suatu putaran yang
kembali dan kembali lagi. Mereka cenderung mementingkan kegiatan-kegiatan yang terjadi
dalam waktu ketimbang waktu itu sendiri, menekankan keterlibatan orang-orang dan
penyelesaian transaksi ketimbang menepati jadwal waktu. Sebaliknya penganut waktu
monokronik cenderung mempersepsi waktu sebagai berjalan lurus dari masa silam ke masa
depan dan memperlakukannya sebagai entitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah, dihabiskan,
dibuang,dihemat, dipinjam, dibagi, hilang atau bahkan dibunuh, sehingga mereka menekankan
penjadwalan  dan kesegaran waktu. Penganut waktu M cenderung lebih menghargai waktu ,
tepat waktu, dan membagi-bagi serta menepati jadwal waktu secara ketat, menggunakan satu
segmen waktu untuk mencapai satu tujuan. Sebaliknya penganut waktu P cenderung lebih santai,
dapat menjadwalkan waktu untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus.

K.  Diam

            Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita yang juga dapat diberi makna. John
Cage mengatakan, tidak ada sesuatu yang disebut ruang kosong atau waktu kosong. Sebenarnya
bagaimanapun kita berusaha untuk diam, kita tidak dapat melakukannya. Penulis dan filosof
Amerika Henry David Thoreau pernah menulis,”Dalam hubungan manusia mulai bukan ketika
ada kesalahpahaman mengenai kata-kata, namun ketika diam tidak dipahami.” Sayangnya,
makna yang diberikan terhadap diam terikat oleh budaya dan faktor-faktor situasional. Faktor-
faktor yang mempengaruhi diam antara lain adalah durasi diam, dan situasi atau kelayakan
waktu.

Dalam beberapa budaya, diam itu kurang disukai dari pada berbicara. Dalam banyak situasi
sosial kita menghargai pembicaraan, seberapa kosong pun pembicaraan itu. Tujuannya adaalah
untuk melepaskan ketegangan dan mengatasi keterasingan. Akan tetapi dalam beberapa budaya
lain, diam itu justru menyenangkan. Dalam budaya Jepang Dan Finlandia, diam (jeda) saat
berbicara yang mengantarai suatu kalimat dengan kalimat berikutnya atau topik dengan topik
berikutnya adalah hal yang wajar, meskipun bagi orang Barat dan sebagian orang Timur, hal itu
terasa menggelisahkan dan sulit dipahami.
10
L. Warna

            Kita sering menggunakan warna untuk untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa,
afiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan agama kita, seperti ditinjukkan  kalimat atau
frase berikut: wajahnya merah, koran kuning,feeling blue, matanya hijau kalau melihat duit,
kabinet ijo royo-royo, dan sabagainya. Di Indonesia warna merah muda adalah warna feminim
(konon juga warna romantis yang disukai orang jatuh cinta), sedangkan warna biru adalah warna
maskulin. Tidak sedikit wanita yang baru melahirkan membelikan barang-barang berwarna
merah muda untuk anak perempuannya dan benda-benda berwarna biru untuk anak lelakinya.
Dua warna bertolak belakang yang palig banyak dikupas dalam berbagai wacana, dari wacana
keagamaan hingga fiksi, adalah putih dan hitam. Warna putih sering bermakna positif, seperti
suci, murni, atau bersih. Warna putih dalam bendera Indonesia digambarkan sebagai mewakili
kesucian (sementara warna merahnya melambangkan keberanian). Sedangkan warna hitam
sering berkonotasi negatif seperti jahat, licik, buruk, atau kotor.

            Dalam tiap budaya terdapat konvensi tidak tertulis mengenai warna pakaian yang layak
dipakai ataupun tidak. Kaum wanita umumnya lebih bebas memilih warna pakaian. Mereka lebih
lazim menggunakan pakaian berwarna menyala, seperti merah atau ungu, dari pada pria. Norma
ini tampaknya berlaku juga  dalam banyak budaya, termasuk di Barat. Bila anda sebagai pria
memakai kemeja berwarna merah menyala atau ungu, hampir bisa dipastikan semua orang akan
melirik anda, dan mungkin menganggap anda orang yang aneh (feminim).

M.  Artefak

            Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Aspek ini merupakan
perluasan lebih jauh dari pakaian dan penampilan. Benda –benda yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-
makna tertentu. Rumah, kendaraan, perabot rumah dan modelnya (furnitur , barang elektronik,
lampu kristal), patung, lukisan, kaligrafi, foto saat bersalaman dengan presiden, buku yang kita
pajang di ruang tamu, koran dan majalah yang kita baca, botol minuman keras, bendera, dan
benda-benda lain dalam lingkungan kita adalah pesan-pesan bersifat nonverbal, sejauh dapat
diberi makna.

11
BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
            Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan
menggunakan symbol, gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan
objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara
seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.         Tanpa
memperhatikan sungguh-sungguh bagaimana budaya mempengaruhi komunikasi, termasuk
komunikasi nonverbal dan pemaknaan terhadap pesan nonverbal tersebut, kita bisa gagal
berkomunikasi dengan orang lain. Bila perilaku nonverbal orang lain berbeda dengan perilaku
nonverbal kita, sebenarnya itu tidak berarti orang itu salah, bodoh atau sinting; alih-alih, secara
kultural orang itu sedikit berbeda dengan kita.

B.                 Saran
            Makalah ini di harapkan bisa menambah wawasan pengetahuan kita, tentang bagaimana
cara berkomunikasi nonverbal, mengetahui perbedaan dan bentuk-bentuknya termasuk juga
memahami ketika terjadi perbedaan penggunaan komunikasi nonverbal yang di pengaruhi oleh
budaya masing-masing agar kita tidak terjebak pada apa yang disebut dengan “etnosentrisme”
(menganggap budaya sendiri sebagai standar mengukur budaya orang lain).

12
DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda, 2014

13

Anda mungkin juga menyukai