Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi ada dua jenis yaitu komunikasi verbal dan non verbal.
Komunkasi verbal melalui bahasa dan kata-kata yang diucapkan.
Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi secara penampakan
atau tidak tertulis. Dalam komunikasi nonverbal pesan disampaikan
menggunakan simbol, gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan
kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan
sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi,
penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Pesan non verbal mengandung isyarat yang memberi informasi
mengenai tujuan dan respon emosional. Isyarat non verbal lebih
berpengaruh dalam proses komunikasi daripada isyarat verbal. Karena
isyarat nonverbal mewakili aspek psikologis dan emosional.
Isyarat non verbal kebanyakan dipelajari bukan bawaan . Isyarat
non verbal yang merupakan bawaan misalnya, kita semua lahir dan
mengetahui bagaimana tersenyum, namun kebanyakan ahli sepakat
bahwa dimana,kapan dan kepada siapa kita menunjukkan emosi ini
dipelajari dan dipengaruhi oleh konteks dan budaya (Deddy Mulyana,
2016).
Kita belajar menatap ,memberi isyarat, memakai parfum dan
menyentuh berbagai bagian tubuh orang lain, bahkan kapan kita diam.
Cara kita bergerak dalam ruang ketika berkomunikasi dengan orang lain
didasarkan terutama pada respon fisik dan emosional terhadap rangsangan
lingkungan.
Bahasa tubuh memberikan isyarat yang dapat berlawanan dengan
apa yang diucapkan. Misalnya ketika harus bersikap sopan dengan
sesorang yang tidak disukai, secara verbal manusia dapat menggunakan
kata-kata benar namun, tubuh memberontak dengan berbagai cara seperti

1
berjabat tangan sebentar dan menghindar tatapan mata (Deddy Mulyana,
2016).
Pesan-pesan nonverbal diperlukan pemahaman atas lingkungan
budaya tempat kita berkomunikasi. Tanpa memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang memadai ada kemungkinan komunikasi nonverbal
disalah artikan atau disalah tafsirkan. Dengan demikian pada makalah ini
akan mengulas mengenai bagaimana peran bahasa tubuh manusia untuk
membina hubungan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penggunaan bahasa tubuh
2. Bagaimana bahasa tubuh yang digunakan dalam komunikasi non
verbal ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bahasa tubuh manusia dalam komunikasi non verbal
dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
2. Memahami isyarat non verbal lewat bahasa tubuh yang dikirimkan
orang lain untuk menjalin hubungan yang harmonis.
1.4 Manfaat
Dengan mengetahui dan memahami berbagai bahasa tubuh dapat
meningkatkan kesadaran untuk mengenal diri sendiri dan orang lain
sehingga, dapat membina hubungan sosial yang harmonis. Apabila
dapat mengerti dan menerjemahkan bahasa tubuh, maka akan lebih teliti
dalam menangkap bahasa tubuh yang dikirimkan orang lain antara yang
asli dan palsu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Penggunaan Bahasa Tubuh


Menurut David Cohen dalam buku “Bahasa Tubuh Dalam
Pergaulan” yang menjelaskan tentang bahasa tubuh sebagai bentuk
topeng-topeng, mengungkapkan bahwa bahasa tubuh juga menyingkapkan
topeng-topeng kita. Manusia belajar menggunakan topeng sejak kecil dan
dapat melakukannya dengan baik melalui pembelajaran yang intensif.
Banyak isyarat non-verbal tentang perasaan yang bersifat sangat halus dan
terjadi hanya sekilas. Cara seseorang berbicara mencerminkan
kepribadiannya. Beberapa orang bicaranya keras dan tanpa henti, orang
lainnya sukar dimengerti dan beberapa sangat diam. David Cohen tidak
menyetujui anggapan bahwa orang dengan kepribadian tertentu cenderung
memiliki gaya tubuh tertentu yang tidak akan sama dengan orang lain.
Sudah diterima secara luas bahwa dalam dunia bekerja di awal abad
21, keberhasilan seseorang terutama dicapai melalui orang lain. Jaman
manajer otokratis sudah lama berlalu, dan dewasa ini kebanyakan orang
lebih percaya pada diri sendiri daripada jaman dahulu. Sebagai contoh,
bila karyawan tidak suka cara mereka diperlakukan, mereka akan pindah
kerja. Seorang manajer dengan bahasa tubuh yang buruk akan membuat
karyawan keluar lebih cepat.

2. 2 Bentuk-Bentuk Bahasa Tubuh


Bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang
diciptakan seorang perintis study bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhistell.
Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan
mata), tanga, kepala, kaki, dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat
digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita hidup, semua anggota
badan kita senantiasa bergerak. Lebih dari dua abad yang lalu Blaise
Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak; istirahat sempurna

3
adalah kematian. Berikut ini akan diuraikan jenis dan bentuk bahasa tubuh
yang terdapat di lingkungan sekitar kita.

1. Gestures (Gerakan Tubuh)


Gestures merupakan bentuk perilaku non-verbal pada gerakan tangan,
bahu, jari-jari, dan kaki. Seseorang sering menggunakan gerakan anggota
tubuh secara sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan.
Ketika seseorang berkata “Pohon itu tinggi”, atau “Rumahnya dekat”, maka
orang tersebut pasti menggerakkan tangan untuk menggambarkan deskripsi
verbalnya. Lain halnya ketika seseorang berkata “Letakkan barang itu!”,
“Lihat pada saya!”, maka yang bergerak adalah telunjuk yang menunjukkan
arah. Ternyata manusia mempunyai banyak cara yang bervariasi dalam
menggerakkan tubuh dan angota tubuhnya ketika sedang berbicara. Orang
yang cacat bahkan berkomunikasi hanya dengan tangan saja.
Paul Ekman menjelaskan 5 fungsi pesan nonverbal, seperti yang
dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni ebagai berikut:
• Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan symbol yang memiliki
kesetaraan dengan symbol verbal.
• Illustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan
• Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan
muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi
• Penyesuaian. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada
dalam tekanan. Itu merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya
tubuh untuk mengurangi kecemasan.
• Affect Display. Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukan
peningkatan emosi. Isyrat wajah lainnya menunjukan perasaan takut,
terkejut, atau senang.
2. Isyarat Tangan
Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa
yang disebut emblem, yang dipelajari, yang punya makna dalam satu
budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama
maknanya boleh jadi berbeda, namun maksudnya sama. Penggunaan isyarat

4
tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya kebudaya. Misalnya, cara
memanggil orang dengan menggunakan isyarat tangan, di Amerika seperti
Belanda, orang memanggil orang lain (“ke sini!”) untuk mendekat dengan
satu jari atau semua jari dengan telapak menghadap keatas, sementara
tangannya bergerak kearah pemanggil. Lalu menggerakan telunjuk untuk
memanggil seseorang di Amerika Serikat mirip dengan cara memanggil
hewan di beberapa negara Asia, dan Afrika. Di Ethiopia, menunjuk dan
memanggil “ke sini” dengan satu jari di anggap menghina dan hanya
digunakan terhadap anak-anak dan anjing.
Orang Korea menunjuk pada dirinya sendiri, ia akan menunjuk
dadanya dengan jari jempol, sedangkan orang Indonesia untuk menunjuk
pada dirinya sendiri menepuk atau menunjuk pada dadanya. Orang Jepang
menunjuk dirinya sendiri dengan menunjuk hidungnya menggunakan
telunjuk.
Sebagai tanda kesal atau marah atau untuk menyinggung perasaan
orang lain(Fuck You”), di Amerika orang menacungkan jari tengah dengan
ujung jari mengarah ke atas (jari lainnya ditekuk). Isyarat itu dianggap
kasar dan kurang ajar di Australia. Di Inggris, menggunakan tanda V
dibalik dengan telapak angan menghadap ke si pelaku
Untuk menunjukkan seseorang (kamu atau dia ) “gila” di Indonesia
dengan menempelkan telunjuk, pada posisi miring di kening. Sementara
itu di Jerman menempelkan telunjuk di pelipis atau menggoyang-goyang
kelima jari tangan di depan wajah dengan telapak tangan menghadap ke
wajah pelaku. Sedangkan di Australia, Amerika, Kanada, dan Malaysia
memutarkan telunjuk mereka disamping kepala sebelah kanan di depan
pelipis atau telinga.
Untuk mengisyaratkan bagus, oke di Indonesia dan Malaysia
menggunakan acungan jempol. Sedangkan, di Amerika dan Jerman
dengan sebuah lingkaran yang dibentuk oleh ibu jari dan telunjuk dengan
ketiga jari lainnya berdiri. Di Rusia isyarat yang bermakna OK adalah
mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan saling dipertemukan.

5
3. Gerakan Kepala
Di beberapa Negara, anggukan kepala malah berarti “tidak”. Seperti
di Bulgaria, sementara isyarat untuk “ya” di negara itu adalah
menggelengkan kepala. Orang Inggris, seperti orang Indonesia,
menggangukan kepala untuk menyatakan bahwa mereka mendengar, dan
tidak berarti menyetujui. Gelengan kepala yang berarti “tidak “ di Indonesia
tapi di India Selatan justru berarti “ya”.
Dibanyak Negara, orang yang duduk sambil menegakkan kepala
dihadapan orang yang berbicara berarti memperhatikan si pembicara. Di
Australia, pembicara akan menyangka anda kecapean atau mengantuk bila
anda memejamkan mata anda. Akan tetapi, orang Jepang yang tampak
tertidur dan kepala menunduk ketika pebisnis asing sedang melakukan
presentasi, sebenarnya sedang menyimak presentasi tersebut dengan
sungguh-sungguh.

4. Postur Tubuh dan Posisi kaki


Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu
diasosiasikan dengan status soisal dan agama tertentu. Postur tubuh memang
mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara fisik dan karakter atau temperamen. Klasifikasi bentuk
tubuh yang dlakukan Wiliam Sheldon misalnya menunjukan hubungan
antara bentuk tubuh dan temperamen. Ia menghubungkan tubuh yang
gemuk (endomorph) dengan sifat malas dan tenang; tubuh yang atletik
(mesomorph) dengan sifat asertif dan kepercayaan-diri; dan tubuh yang
kurus (ectomorph) dengan sifat introvert yang lebih menyenangi aktivitas
mental dari pada aktivitas fisik.
Status seseorang tampaknya mempengaruhi postur tubuhnya ketika
ia berkomunikasi dengan orang lain. Orang yang berstatus tinggi umumnya
mengatur postur tubuhnya secara lebih leluasa dari pada orang berstatus
rendah. Di banyak Negara Asia, khususnya di Jepang dan Indonesia, orang
yang membungkukkan badannya lebih rendah ketika berjbat tangan dengan
orang lain menunjukan statusnya yang lebih rendah pula, suatu perilaku

6
yang dianggap tidak demokratis, berlebihan, dan menjengkelkan oleh orang
Amerika. Status seseorang juga dapat terlihat lewat cara ia meletakan tangan
ketika berdiri dan berbicara dengan orang lain. Di Negara kita, orang yang
berbicara dengan merapakan kedua tangannya (telapak tangan menghadap
kedalam) dan meletakannya didepan selangkangannya hampir bisa
dipastikan adalah orang yang jabatannya lebih rendah dari pada orang yang
berdiri dengan meletakan kedua tangannya disamping atau dibelakang
punggungnya. Perhatikanlah situasi semacam ini ketika para pejabat Negara
berkumpul di istana, sehabis pelantikan pejabat tinggi misalnya.
Oleh karena posisi pria dianggap lebih tinggi daripada posisi wanita,
tidak mengherankan bahwa pria lebih leluasa mengatur postur tubuhnya dari
pada wanita. Pria dapat duduk bebas diruangan kantornya, misalnya
menyandarkan badannya sepenuhnya kesandaran kursi, bersilang kaki atau
meletakan kedua kakinya diatas meja, dan sekaligus menaruh kedua
tangannya dibelakang kepala. Apa reaksi kita atas wanita yang berperilaku
demikian?

5. Ekspresi Wajah
Perilaku nonverbal yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi
wajah, khususnya pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata-kata.
Okulesika (Oculesics) merujuk pada study tentang penggunaan kontak mata
(termasuk reaksi manik mata) daam berkomunikasi. Menurut Albert
Mehrabian, andil wajah dalam pengaruhi pesan adalah 55%, sementara
vocal 30%, dan verbal hanya 7%.
Kontak mata memiliki dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi.
Pertama, fungsi pengatur, untuk memberitahu orang lain apakah anda akan
melakukan hubungan dengan orang itu atau menghindarinya. Kedua,
fungsi ekspresif, memberitahu orang lain bagaimana perasaan anda
terhadapanya. Pria menggunakan lebih banyak kontak mata dengan orang
yang mereka sukai, meskipun menurut penelitian, perilaku ini kurang ajeg
dikalangan wanita.

7
Pentingnya pandangan mata sebagai pesan nonverbal terlukis dalam
kalimat atau frase yang terdapat dalam banyak lagu: “Sepasag Mata Bola,”
“Dari Mata Turun ke Hati,” “Your eyes said more to that night than your
lips would ever say,” dan sebagainya. Juga dalam berbagai ungkapan
sehari-hari:mata yang cerdas, mata yang mempesona, mata yang sayu,
mata yang sedih, atau yang tajam, mata yang liar, mata yang penuh curiga,
mata yang licik, mata yang genit, mata yang sensual,mata keranjang (mata
yang nakal), mata duitan,mata iblis, dn sebagainya.
Perilaku mata orang Amerika Serikat terbiasa memandang orang lain
untuk menunjukkan niat baik dan menganggukan kepala atau
mengeluarkan sejenis gumaman tanda mengerti. Di Inggris menganggap
menatap lawan bicara berarti mendengarkan dengan baik dan
mengedipkan mata untuk menunjukkan bahwa mereka mengerti.
Sedangkan perilaku orang Jepang, mereka tidak berbicara dengan
memandang mata lawan bicara. Saat berbicara orang Jepang memandang
hidung atau leher lawan bicaranya. Hal ini sama dengan perilaku orang
Jawa dan Sunda tradisional.
Ekspresi wajah merupakan perilaku nonverbal utama yang
mengekspresikan keadaan emosional seseorang. Sebagaian pakar
mengakui, terdapat beberapa keadaan emosional yang dikomunikasikan
oleh ekspresi wajah yang tampaknya dipahami secara universal:
kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keterkejutan, kemarahan, kejijikan,
dan minat. Ekspresi-ekspresi wajah tersebut dianggap “murni” sedangkan
keadaan emosional lainnya (misalnya malu, rasa berdosa, bingugn, puas)
dianggap “campuran” yang umunya lebih bergantung pada interpretasi.
Ketertarikan minat seseorang terlihat dari pembesaran manik-mata
(pupil dilatation). Semakin besar minat seseorang pada suatu objek,
smakin besar manik matanya. Hess berpendapat bahwa resons manit-mata
dipengaruhi leh porsi simpatetik system saraf otonomik sehingga
mencerminkan aktivitas kognitif dan emosional.
Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan
pandangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh

8
budaya. Lelaki dan perempuan punya cara berbeda dalam hal ini
perempuan cenderung lebih banyak senyum daripada lelaki tetapi
senyuman mereka sulit ditafsirkan.Senyuman lelaki umumnya berarti
perasaan posiif, sedangkan senyuma perempuan mungkin merupakan
respons terhadap afiliasi atau kemarahan..

9
BAB III
SIMPULAN

3.1 Simpulan
Banyak interaksi dan komunikasi yang terjadi dalam masyarakat
yang berwujud non-verbal. Komunikasi non-verbal ialah penyampaian arti
(pesan) tanpa kata-kata yang tercermin pada bahasa tubuh dan intonasi
verbal. Salah satu komunikasi non-verbal ialah bahasa tubuh. Bahasa
tubuh digunakan saat kata-kata tidak dapat mewakili perasaan atau situasi
yang ada sehingga bahasa tubuh menjadi penting untuk dipelajari.
Bahasa tubuh yang tidak sesuai penempatannya dapat menimbulkan
konflik, sehingga bahasa tubuh perlu dipelajari. Salah satu keuntungan
dari mempelajari bahasa tubuh adalah membangun suatu komunikasi yang
baik yang merupakan awal dari terciptanya suatu hubungan sosial yang
harmonis dengan orang lain.
3.2 Saran
Bahasa tubuh dalam percakapan memiliki peran yang penting
dalam menumbuhkan kepercayaan seseorang dan membangun sebuah
hubungan yang baik dengan orang lain, akan tetapi untuk mencapai hal
tersebut diperlukan keahlian dalam menggunakan dan menafsirkan bahasa
tubuh.
Untuk dapat menggunakan bahasa tubuh dengan baik, seseorang
sebaiknya wapada terhadap petunjuk non verbal palsu, menjaga jarak yang
wajar, menggunakan sentuhan yang tepat dengan lawan bicara,
menghormati status dengan kontak mata, serta menggunakan jabatan
tangan yang sesuai dengan kepribadian dan tujuan dari komunikasi yang
dilakukan. (Ida Yuhana dkk, 2006

10

Anda mungkin juga menyukai